Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Everyone's Destiny (by : meguriaufutari)

EPISODE 5 : Ikari no Tatakai

Scene 1

Ayumi Nakata



Takeru Yamamoto



Asuka Kirishima



Ukh, aura pembunuh yang sangat besar. Siapa pemilik aura ki sebesar ini? Eh? Itu kan... Kirishima-san. Kenapa dia ada disini?

“A... ahh...” Suaraku otomatis keluar sendiri akibat aura pembunuh yang semakin menekan ini.

Aura pembunuh ini, tidak salah lagi... milik Kirishima-san.

“Ada apa, Ayumi?” Tanya Takeru-san.

Entahlah, aku sendiri bingung harus menjawab apa pada Takeru-san. Entah karena bingung akan pertemuan ini, atau merasa terpana oleh aura membunuh besar yang dipancarkan oleh Kirishima-san.

Kodomo. Kisama ha koko de nani wo shite iru yo? (Anak kecil. Apa yang kamu lakukan disini?)” Kata Kirishima-san.

“Takeru. Sedang apa kamu bersama dia?” Kata Kirishima-san.

“Asuka?” Tanya Takeru-san.

“Ya, ini aku, Takeru.” Kata Kirishima-san.

“Asuka, sedang apa kamu disini?” Tanya Takeru-san.

“Jawab pertanyaanku.” Kata Kirishima-san.

Takeru-san tampak heran dengan keberadaan Kirishima-san disini. Apalagi, dengan aura membunuh dan senjata di tangannya seperti itu. Wajar saja, aku saja herannya bukan main ketika tahu pertama kali bahwa Kirishima-san adalah pemimpin besar dari Yami.

“Asuka... aku...” Kata Takeru-san.

“Oke, biar kubantu kamu berbicara. Kamu adalah atasan dari anak kecil disampingmu itu. Dengan kata lain, kamu adalah pemimpin besar Hikari. Betul?” Tanya Kirishima-san.

“Asuka... Darimana kamu tahu tentang Hikari?” Tanya Takeru-san.

Kirishima-san hanya menghela napas. Kemudian, ia mulai angkat bicara.

“Aku datang kesini hendak mencari petunjuk tentang Hikari, untuk membalaskan apa yang sudah kalian lakukan pada tiga orang kepercayaanku.” Kata Kirishima-san.

“Tiga orang kepercayaanmu?” Tanya Takeru-san.

“Jirou Nakata, Houzuki Anegawa, dan Sasuke Sarutobi.” Kata Kirishima-san.

Mendengar hal itu, Takeru-san tampak kaget sekali. Ya, tidak mungkin Takeru-san tidak mengenal nama ketiga orang itu.

“Asuka... kamu...” Kata Takeru-san.

“Ya, Takeru. Aku adalah pemimpin besar dari Yami.” Kata Kirishima-san.

Mendengar hal itu, Takeru-san tampak kaget. Akan tetapi, kekagetan itu tidak berlangsung lama. Hanya dalam beberapa detik, Takeru-san langsung kembali tenang. Kirishima-san pun tidak berbicara apa-apa.

Aku merasakan sudah berpuluh-puluh menit lamanya mereka diam dan saling menatap seperti ini. Tidak ada satupun kata yang keluar dari mulut mereka. Aku paham bahwa rasa keadilan Takeru-san sangat tinggi, sehingga ia tidak bisa mentolerir keberadaan seorang penjahat. Dan sekarang, yang ada dihadapannya adalah pemimpin besar kelompok broker dunia bawah yang juga sekaligus merupakan istrinya sendiri. Ini pasti pukulan yang sangat besar bagi Takeru-san.

Di sisi lain, Kirishima-san pun juga sama, sangat membenci polisi. Dihadapannya adalah pemimpin besar kelompok polisi dunia bawah yang juga sekaligus adalah suaminya. Aku tidak heran jika hal ini sangat berat bagi mereka. Mereka pun pasti sekarang terlibat dalam perang emosi batin dalam hati mereka masing-masing. Merasa dibohongi atas hubungan mereka satu sama lain yang sudah lebih dari sepuluh tahun.

Aku tahu, bahwa mereka saling mencintai satu sama lain, karena itu pun juga mereka harus berbohong tentang identitas mereka. Mereka pastinya tidak ingin bahwa cinta mereka yang telah dibangun selama sepuluh tahun lebih itu hancur berantakan karena masalah ini.

Jujur saja, sebetulnya ini adalah salah satu hal yang paling aku takutkan terjadi. Aku sangat menghormati Takeru-san sebagai atasanku. Dia adalah seorang atasan yang hebat dan patut dihormati. Mati dalam tugas yang diemban olehku darinya pun aku rela. Adapun, aku juga sangat menghormati Kirishima-san. Meskipun dia adalah pemimpin besar Yami, tetapi dia pun sama seperti orang-orang pada umumnya, malahan aku kategorikan sebagai orang baik dan hebat. Dia rela identitasnya ketahuan olehku yang notabenenya adalah petinggi Hikari, hanya untuk menyampaikan rasa terima kasih dan membalas budinya kepadaku, karena aku menolong Takeru-san. Tidak hanya itu, ia juga sempat memberiku tempat disaat aku merasa sudah tidak diterima di Hikari. Ya, aku sangat berhutang budi padanya, dan juga menghormatinya. Aku tidak ingin hal ini terjadi.

Sampai sekarang, Takeru-san dan Kirishima-san masih berdiam diri. Baiklah, aku akan mencoba menenangkan situasi ini.

Kirishima-san, anata ha- (Kirishima-san, anda-)” Belum sempat aku selesai bicara.

“Ayumi.” Takeru-san angkat bicara.

“Takeru-san?” Tanyaku.

“Jadi, sejak dua bulan lalu, kamu mengetahui identitasnya sebagai pemimpin Yami?” Tanya Takeru-san.

Ukh, aku hanya menelan ludah, tidak bisa bicara.

“Takeru, tidak perlu membawa-bawa anak kecil itu dalam masalah ini.” Kata Kirishima-san.

“Ah. Begitu ya? Daritadi, aku berharap bahwa ini hanya mimpi buruk belaka. Tapi, memang sepertinya bukan ya.” Kata Takeru-san.

“Ya, begitu juga diriku, Takeru. Hadapilah, ini kenyataan... kenyataan yang sangat pahit bagiku.” Kata Kirishima-san.

“Asuka...” Kata Takeru-san.

“Sudah cukup, Takeru. Tutup mulutmu mulai dari sekarang, aku pun juga akan melakukan hal yang sama. Mulai sekarang, biarlah mata pedang senjata kita yang berbicara.” Kata Kirishima-san sambil menyiapkan kuda-kuda bertarung.

“Baiklah. Aku setuju.” Kata Takeru-san sambil juga menyiapkan kuda-kuda bertarung.

Ah, apakah mereka akan bertarung? Tidak, ini tidak boleh terjadi.

“Takeru-san... Kirishima-san... Tunggu, ini bisa dibicarakan dulu.” Kataku.

“Ah, jadi kamu bisa berbicara Bahasa Indonesia ya, anak kecil? Tidak heran, pasti Takeru yang mengajarkanmu. Terima kasih, anak kecil. Tapi jangan ikut campur dalam ini. Ini adalah urusanku dengan atasanmu.” Kata Kirishima-san.

Ukh, aura membunuh yang sangat tajam sekali. Aku yakin dia akan menebasku jika aku tidak menuruti perkataannya.

“Benar apa yang dia katakan, Ayumi. Minggirlah dari situ. Ini urusanku dengannya.” Kata Takeru-san.

Takeru-san pun memancarkan aura membunuh yang sangat tajam.

“Takeru-san, Kirishima-san. Haruskah berakhir seperti ini?” Tanyaku.

“Aku tidak bicara dua kali, anak kecil.” Kata Kirishima-san.

“Minggirlah, Ayumi... selama kamu masih ingin hidup.” Kata Takeru-san.

Sepertinya, tidak ada lagi yang bisa kulakukan. Mereka berdua sepertinya sangat serius. Baiklah Takeru-san, Kirishima-san, aku kalah. Aku segera minggir dari hadapan mereka dan berjalan menjauh dari jarak jangkauan pertarungan mereka. Mereka berdua sepertinya sudah siap untuk saling bertarung... tidak, saling membunuh. Haruskah dua insan yang saling mencintai itu saling membunuh karena hal ini?

Kemudian, pada saat yang bersamaan, Takeru-san dan Kirishima-san maju. Takeru-san berspesialisasi dalam bertarung menggunakan dua pedang berukuran standar. Takeru-san melancarkan sabetan pedang dengan tangan kanannya, dan Kirishima-san pun melakukan hal yang sama dengan naginata-nya. TRAAANGG... Dua mata pedang mereka itu saling beradu. Ukh, keduanya sama kuat. Mata pedang senjata mereka saling beradu, dan tidak bergerak, menandakan tenaga mereka sama kuatnya. Lalu, Takeru-san melancarkan sabetan dengan pedang di tangan kirinya. Melihat hal itu, Kirishima-san mencopot naginata miliknya hingga menjadi dua pedang. Kirishima-san menahan sabetan pedang Takeru-san dengan pedang di tangan kirinya.

Mereka berdua sama-sama terjebak adu pedang yang mati. Akan tetapi, kemudian Kirishima-san melepaskan kedua pedangnya, sehingga membuat Takeru-san kehilangan keseimbangan. Kemudian, Kirishima-san melancarkan tendangan persis ke dada Takeru-san dan mengenainya secara telak. Akan tetapi, tendangan itu tidak cukup untuk membuat Takeru-san terjatuh. Ia memanfaatkan momentum dari tendangan Kirishima-san, memutar badannya dengan memanfaatkan hantaman tendangan Kirishima-san dan melancarkan tebasan pedang dengan memutar tubuhnya. Kirishima-san pun melihat hal itu, ia segera melompat kebelakang untuk menghindarinya. Akan tetapi, tebasan pedang Takeru-san berhasil membuat luka kecil pada lengan Kirishima-san.

Setelah itu, mereka kembali beradu serangan. Menebas, menghindar, melancarkan serangan dengan tangan kosong, terus berulang-ulang. Aku sendiri terlalu terpukau dengan pertarungan mereka. Aku tahu bahwa Takeru-san itu sangat kuat. Aku pun juga tahu belakangan ini bahwa Kirishima-san juga sangat kuat, sampai-sampai Frederick Varnadoe dan Geneva Varnadoe pun bukan tandingannya. Sekarang, dua kekuatan itu sedang beradu, dan mereka betul-betul sama kuat. TRANG... TRANG... TRANG... Begitulah suara mata pedang senjata mereka masing-masing yang saling beradu.

Aku sendiri merasa sedang tertekan oleh dua kekuatan besar yang saling bertarung ini. Dua aura membunuh yang saling bertabrakan, dan juga dua mata pedang yang saling bertemu. Walaupun aku tidak melihat waktu, tetapi aku tahu bahwa pertarungan mereka sudah berlangsung selama lebih dari satu jam. Sudah berlangsung selama ini, tidak ada yang berhasil melukai satu sama lain secara signifikan. Dalam segi kekuatan, sepertinya Takeru-san sedikit lebih unggul. Dalam segi kecepatan, sepertinya Kirishima-san sedikit lebih unggul. Akan tetapi, ternyata perbedaan itu tidak membawa dampak yang besar bagi pertarungan ini.

Setelah suatu titik dalam pertarungan, mereka membuat jarak antara mereka masing-masing. Kemudian, Takeru-san memasang suatu kuda-kuda. Ah, kuda-kuda itu... itu kuda-kuda untuk jurus menebas cepat yang dimiliki oleh Takeru-san. Tebasan cepat milik Takeru-san itu sangat mematikan dan tidak ada yang pernah bisa menahannya, bahkan Kagura sekalipun. Gawat, apakah ia bermaksud membunuh Kirishima-san? Sementara, Kirishima-san pun sepertinya sedang menyiapkan sesuatu. Ya, aku tahu satu hal. Hasil dari pertarungan ini akan ditentukan oleh kedua jurus yang akan dilancarkan mereka setelah ini.

Mereka tetap tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Ya, dalam hal ini, memang hanya mata pedang senjata mereka yang mampu berbicara. Kata-kata pun tidak akan mampu menjelaskan situasi yang sangat kompleks macam ini. Dalam sekejap, Takeru-san langsung maju dengan cepat, sementara Kirishima-san tetap berdiri di tempatnya. Saat mereka sudah berada dalam jangkauan senjata masing-masing, aku bisa melihat Takeru-san melancarkan tebasan cepat miliknya. Akan tetapi, ternyata Kirishima-san juga melancarkan tebasan yang tidak kalah cepatnya dengan Takeru-san. Apakah ini artinya Kirishima-san pun juga menguasai teknik menebas dengan cepat?

Aku tidak bisa melihat gerakan dari tebasan mereka. Sepertinya Takeru-san mengincar perut Kirishima-san, sementara Kirishima-san mengincar leher Takeru-san. Akan tetapi, tiba-tiba aku melihat tebasan Takeru-san berhenti dengan tiba-tiba. Ah, akhirnya Takeru-san pun dikuasai oleh perasaannya. Ia tidak mampu membunuh Kirishima-san, sehingga ia terpaksa menghentikan tebasannya. Aku sendiri tidak kuat melihat adegan itu. Aku tidak kuat jika harus melihat bahwa Takeru-san hari ini akan mati ditangan istrinya sendiri. Arrrggghhhh....

“Kenapa berhenti?” Suara Kirishima-san.

Eh? Aku segera membuka mataku untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata, mata pedang naginata milik Kirishima-san berhenti persis kira-kira 1 milimeter dari leher Takeru-san.

“Tahukah kamu? Aku sudah memutuskan untuk menumpas Yami, apapun yang terjadi. Aku sudah memutuskan untuk membunuh pemimpin besar Yami ketika aku pernah berhadapan dengannya. Dan aku masih berpendapat demikian sampai sekaarang.” Kata Takeru-san.

“Lalu?” Tanya Kirishima-san.

“Lain halnya, istriku. Mana mungkin aku bisa membunuhmu. Aku cinta padamu, sampai-sampai aku tidak tega membunuhmu.” Kata Takeru-san.

“Bodoh.” Kata Kirishima-san.

Kemudian, Kirishima-san mengangkat naginata-nya ke udara, kemudian melancarkan tebasan ke leher Takeru-san. Arrrrggggghhhh! Aku kembali menutup mataku. Ya, aku memang memalukan. Atasanku hendak dibunuh, tetapi aku hanya bisa menutup mataku. Normalnya, sudah pasti aku menolongnya. Akan tetapi, aku sendiri pun tidak kuat untuk berani masuk ke dalam permasalahan mereka.

“Dan disinilah aku berpikir bahwa aku akan membunuh siapapun yang berani melukai anak-anak kesayanganku. Tapi, ternyata aku begini lemah. Aku pun tidak sanggup membunuhmu. Sialan! Rasa cinta ini menghalangi tubuhku!” Kata Kirishima-san.

Kemudian, mereka berdua pun membuang senjata mereka ke tanah. Kemudian, mereka sama-sama terduduk dan saling memunggungi satu sama lain. Mereka hanyut dalam kesedihan dan ketidakberdayaan masing-masing. Hujan pun mulai turun dengan derasnya. Meskipun tidak kelihatan karena hujan, aku bisa melihat bahwa mereka saling menagis. Ternyata, sekuat apapun mereka, mereka tetap tidak bisa mengalahkan rasa cinta mereka, rasa cinta yang jauh melebihi kekuatan mereka.
 
Scene 2

Takeru Yamamoto



Ayumi Nakata



Asuka Kirishima



“Asuka?” Tanyaku.

“Ya, ini aku, Takeru.” Kata Asuka.

Nafsu membunuh yang hebat ini, datangnya dari Asuka, tidak salah lagi.

“Asuka, sedang apa kamu disini?” Tanyaku.

“Jawab pertanyaanku.” Kata Asuka.

Uh, ini bukan Asuka yang biasanya. Asuka yang biasanya begitu lembut. Akan tetapi, sekarang ia begitu garang, layaknya seorang pembunuh.

“Asuka... aku...” Kataku.

“Oke, biar kubantu kamu berbicara. Kamu adalah atasan dari anak kecil disampingmu itu. Dengan kata lain, kamu adalah pemimpin besar Hikari. Betul?” Tanya Kirishima-san.

Eh? Mengapa ia bisa menghubungkan antara Ayumi dan Hikari? Keberadaan Hikari itu seharusnya tidak diketahui oleh masyarakat.

“Asuka... Darimana kamu tahu tentang Hikari?” Tanyaku.

Aku melihat Asuka menutup matanya sambil menghela napas.

“Aku datang kesini hendak mencari petunjuk tentang Hikari, untuk membalaskan apa yang sudah kalian lakukan pada tiga orang kepercayaanku.” Kata Asuka.

“Tiga orang kepercayaanmu?” Tanyaku.

“Jirou Nakata, Houzuki Anegawa, dan Sasuke Sarutobi.” Kata Kirishima-san.

Mendengar hal itu, aku langsung kagetnya bukan main. Tiga orang itu adalah... kurayami no mikami dari Yami. Tiga orang kepercayaan... apakah artinya Asuka adalah...

“Asuka... kamu...” Kataku.

“Ya, Takeru. Aku adalah pemimpin besar dari Yami.” Kata Asuka.

Mendengar hal itu, aku merasa ada sebuah petir yang menyambar dalam pikiranku. Asuka... Asuka yang selama ini merupakan istri yang sangat kucintai, ternyata adalah salah satu orang yang paling berpengaruh dalam dunia bawah. Bukan hanya itu, dia adalah pemimpin besar dari Yami, yang merupakan musuhku.

Aku langsung terbenam dalam ingatan dan kenanganku. Asuka, wanita begitu cantik yang membuatku jatuh cinta hanya dalam beberapa kali pandang saja. Wanita yang sangat baik, anggun, dan juga begitu perhatian. Ternyata, dibalik semua itu, dia adalah orang yang jauh lebih besar dari itu, yaitu pimpinan Yami sendiri. Jadi, apakah ini berarti selama sepuluh tahun lebih aku telah dibohongi.

“Aku paling benci polisi! Mereka hanya mencari-cari kesalahan orang lain saja, tetapi dalamnya sangat penuh dengan politik dan kebobrokan!” Kata-kata Asuka sepuluh tahun lalu terngiang-ngiang dalam pikiranku.

Ya, dulu begitu aku mendengar perkataan itu, hatiku langsung hancur. Waktu itu, aku sudah menjabat sebagai petinggi Hikari. Aku merasa tidak memiliki harapan untuk mendapatkan cintanya. Kata-kata Asuka waktu itu begitu serius dan kuat. Aku sempat merasa patah hati sewaktu itu.

Takeru-san, moshi anata ga otoko nara, anata ha nani ga atte mo anata no ai no tame ni ikudeshou. (Takeru-san, jika bapak adalah pria, bapak akan terus berjuang untuk cintamu.)” Kata Kagura.

Hai, kanojo ha totemo kirei desu. Watashi ga anata de areba watashi ha sore wo okonaimasu. (Iya, dia itu cantik sekali. Aku akan melakukannya jika aku jadi dirimu.)” Kata Matsuyama.

Ai... Do no youna hironritekina mono. (Cinta.... Hal yang sangat tidak logis.)” Kata Ayumi.

Ya, perkataan mereka waktu itulah yang membuatku akhirnya semakin yakin untuk menggapai cinta Asuka. Sampai-sampai akhirnya aku dan mereka bertiga ke Bali untuk belajar Bahasa Indonesia secara intensif. Ya, semua kulakukan untuk Asuka. Akhirnya, Asuka pun menerima cintaku, dan keluarga Asuka begitu hangat menerimaku. Dan akhirnya, aku dan Asuka menikah. Saat itu, aku merasa itu adalah saat paling bahagia dalam hidupku. Dan, sekarang, semua yang kulakukan di masa lalu itu sampai pada titik ini? Titik dimana aku merasa betul-betul dibohongi.

“Aku sangat tidak suka pada orang jahat. Mereka berbuat seenaknya sendiri tanpa mempedulikan kepentingan orang lain. Karena mereka, banyak orang menderita.” Kataku pada waktu itu.

Ah? Aku ingat pernah mengatakan hal seperti itu dihadapan Asuka dan keluarganya. Mungkinkah, itu yang membuat Asuka juga harus berbohong? Asuka terpaksa berbohong juga untuk menjaga perasaanku, sama seperti aku terpaksa berbohong pada Asuka untuk menjaga perasaannya.

Kirishima-san, anata ha- (Kirishima-san, anda-)” Tiba-tiba suara Ayumi membuyarkan perasaanku.

Takeru, ini kenyataan. Hadapilah dengan jantan. Baiklah.

“Ayumi.” Kataku.

“Takeru-san?” Jawab Ayumi.

“Jadi, sejak dua bulan lalu, kamu mengetahui identitasnya sebagai pemimpin Yami?” Tanyaku.

Ayumi tampak kebingungan untuk menjawabku. Heh, pertanyaan retorikal yang sebetulnya tidak perlu kuucapkan.

“Takeru, tidak perlu membawa-bawa anak kecil itu dalam masalah ini.” Kata Asuka.

Iya, betul. Ayumi tidak perlu diseret kedalam permasalahanku dengan Asuka. Heh, aku senang, Asuka. Ternyata kedewasaanmu tetap ada walaupun kamu adalah seorang pemimpin besar Yami.

“Ah. Begitu ya? Daritadi, aku berharap bahwa ini hanya mimpi buruk belaka. Tapi, memang sepertinya bukan ya.” Kataku.

“Ya, begitu juga diriku, Takeru. Hadapilah, ini kenyataan... kenyataan yang sangat pahit bagiku.” Kata Asuka.

Ya, tentunya kenyataan yang pahit juga bagiku. Aku tidak pernah sekalipun membayangkan istriku sendiri adalah seorang pemimpin Yami atau Kage. Akan tetapi, inilah kenyataan yang sebenarnya.

“Asuka...” Kataku.

“Sudah cukup, Takeru. Tutup mulutmu mulai dari sekarang, aku pun juga akan melakukan hal yang sama. Mulai sekarang, biarlah mata pedang senjata kita yang berbicara.” Kata Asuka sambil menyiapkan naginata miliknya.

Oke, jadi kamu akhirnya mengambil keputusan yang sangat sulit... atau tidak... ya Asuka?

“Baiklah. Aku setuju.” Kataku sambil juga menyiapkan senjata kesayanganku, yaitu dua pedang berukuran sedang milikku.

“Takeru-san... Kirishima-san... Tunggu, ini bisa dibicarakan dulu.” Kata Ayumi.

“Ah, jadi kamu bisa berbicara Bahasa Indonesia ya, anak kecil? Tidak heran, pasti Takeru yang mengajarkanmu. Terima kasih, anak kecil. Tapi jangan ikut campur dalam ini. Ini adalah urusanku dengan atasanmu.” Kata Asuka.

“Benar apa yang dia katakan, Ayumi. Minggirlah dari situ. Ini urusanku dengannya.” Kataku.

“Takeru-san, Kirishima-san. Haruskah berakhir seperti ini?” Tanya Ayumi.

“Aku tidak bicara dua kali, anak kecil.” Kata Kirishima-san.

“Minggirlah, Ayumi... selama kamu masih ingin hidup.” Kataku.

Maaf, Ayumi, tetapi kupikir kamu tidak mengerti apa yang sedang kuhadapi ini. Kalau harus membunuhnya, biarlah aku yang melakukannya. Aku yang memulai semua ini, aku juga yang akan mengakhirinya. Ayumi pun segera minggir dari hadapanku. Sementara, aku memusatkan pikiranku akan pertarungan yang akan datang ini.

Baiklah, inilah saatnya aku maju! Aku pun berlari dengan cepat kearah Asuka. Ternyata, Asuka pun melakukan hal yang sama, yaitu mulai berlari kearahku. Kami maju pada saat yang bersamaan. Aku melancarkan sabetan pedang dengan tangan kananku. Asuka pun melakukan hal yang sama dengan naginata-nya. TRAAANGG... Ukh, luar biasa, Asuka. Tebasan yang begitu hebat dan kuat. Walaupun kamu adalah musuhku, tapi kemampuanmu harus kuakui.

Kami sama-sama terjebak dalam adu kekuatan. Sepertinya, tenaga kami sama kuatnya. Akan tetapi, kemudian Asuka melonggarkan kekuatan pedangnya, sehingga aku kehilangan keseimbangan. Aku melihat Asuka hendak melancarkan tendangan ke dadaku. Aku tidak bisa menghindarinya. Baiklah, kumanfaatkan saja. Aku menerima tendangan kaki kirinya ke dadaku. Ukh, tendangan yang begitu kuat, lebih kuat dari tendangan milik Kagura. Akan tetapi, maaf Asuka, ini tidak cukup untuk menjatuhkanku. Aku segera menghempaskan badanku kebelakang dengan memanfaatkan tendangannya, sehingga mengurangi gaya yang disebabkan oleh tendangannya. Kemudian, aku memutar tubuhku, dan kemudian melancarkan tebasan pedang kearahnya. Asuka pun melompat kebelakng untuk menghindarinya. Hebat, sense bertarungnya sangat tajam. Tebasan pedangku hanya menggores lengannya.

Kemudian, aku kembali maju dan melancarkan beberapa serangan kepada Asuka. Asuka pun menahan semua seranganku dan juga balik menyerang. Kami terlibat adu tebas senjata yang sangat intens. Aku harus fokus pada pertarungan ini. Sedikit saja lengah, berarti mati. Lawanku adalah pemimpin besar Yami, aku tidak boleh lengah sama sekali. Dari tadi, pedangku ini hanya beradu dengan mata pedang naginata miliknya. Begitu juga dengan dirinya. Kami belum berhasil mendaratkan serangan yang berarti.

Ini gawat, jika semakin lama diteruskan, akan banyak orang datang kesini. Kalau begini, bisa-bisa keberadaan Hikari dan Yami terekspos. Cih, tampaknya harus segera kuakhiri dengan serangan cepat andalan milikku. Serangan ini memakan banyak tenaga, karena memusatkan tenaga ki di salah satu tanganku, dan kemudian membuat semacam ledakan tenaga ki sehingga membuat syaraf-syaraf di tanganku bergerak sendiri akibat ledakan tenaga ki itu, sehingga menghasilkan suatu gerakan yang sangat cepat. Pengalaman-pengalamanku, tidak ada yang berhasil selamat dari serangan ini. Kurasa, harusnya Asuka pun tidak bisa menahannya.

Aku segera melompat kebelakang untuk menjaga jarak dengannya. Baiklah, pertama, pusatkan seluruh tenaga ki milikku di lengan kananku. Kemudian, aku langsung maju dengan cepat. Hmmm, Asuka tetap diam di tempatnya, sepertinya ia hendak melakukan serangan balasan. Kita lihat, Asuka, apakah kamu bisa menahan seranganku ini? Saat Asuka sudah berada dalam jangkauan seranganku, aku segera melancarkan aksiku. Aku segera melancarkan serangan cepatku. Ya, harusnya kena!

“Takeru, aku cinta kamu.” Kata-kata Asuka terbayang dalam pikiranku.

“Oiii... Takeruuu....” Kata-kata Asuka kembali terbayang dalam pikiranku.

Aku pun menatap matanya.

“Takeru. Jaga dirimu.” Kata-kata Asuka kembali lagi terbayang dalam pikiranku.

Siallll! Aku segera menghentikan serangan cepatku itu. Ah, syukurlah tepat waktu. Aku bisa menghentikan serangan cepatku sebelum pedangku membelah perut Asuka. Sial, aku tetap tidak bisa membunuhnya, dia adalah istri yang sangat kucintai. Aku tidak tega melukainya. Siall!!! Haah, sudahlah. Aku tidak menyesal melakukan ini. Ya, bunuhlah aku, Asuka. Aku tidak keberatan jika kamu yang melakukannya. Aku merasakan naginata Asuka yang meluncur begitu cepat ke leherku. Akan tetapi, tebasan yang begitu cepat itu pun berhenti. Aku merasakan mata pedang naginata milik Asuka begitu dekat dengan leherku.

“Kenapa berhenti?” Suara Asuka.

“Tahukah kamu? Aku sudah memutuskan untuk menumpas Yami, apapun yang terjadi. Aku sudah memutuskan untuk membunuh pemimpin besar Yami ketika aku pernah berhadapan dengannya. Dan aku masih berpendapat demikian sampai sekaarang.” Kataku.

“Lalu?” Tanya Asuka.

“Lain halnya, istriku. Mana mungkin aku bisa membunuhmu. Aku cinta padamu, sampai-sampai aku tidak tega membunuhmu.” Kataku.

“Bodoh.” Kata Asuka.

Kemudian, aku merasakan Asuka mengangkat naginata-nya ke udara, kemudian melancarkan tebasan kembali ke leherku. Ya, bodoh. Itulah diriku. Aku memang bodoh. Sudah jelas istriku sendiri ini adalah musuhku, tetapi aku tidak bisa membunuhnya karena aku begitu mencintainya. Ya, tidak-apa-apa. Biarlah kamu yang membunuhku, Asuka. Aku ikhlas kalau harus mati di tanganmu.

Aku tidak merasakan apapun, hanya merasa lega yang begitu luar biasa. Asuka memang hebat, dia berhasil membunuhku tanpa membuatku merasa sakit. Sekarang dimanakah aku? Apakah aku sudah di Surga? Atau Neraka? Aku perlahan-lahan membuka mataku. Eh? Asuka masih berdiri didepanku. Ada apa ini?

“Dan disinilah aku berpikir bahwa aku akan membunuh siapapun yang berani melukai anak-anak kesayanganku. Tapi, ternyata aku begini lemah. Aku pun tidak sanggup membunuhmu. Sialan! Rasa cinta ini menghalangi tubuhku!” Kata Asuka.

Ah, Asuka... Kemudian, aku melihat Asuka membanting naginatanya ke tanah. Aku pun juga meletakkan senjataku di tanah. Seperti inikah pertarungan kami harus berakhir? Tidak ada satupun yang berhasil membunuh satu sama lain. Cinta. Memang hal yang aneh. Selalu saja menghalangi akal sehat.

“Takeru-san.” Suara Ayumi kembali membuyarkan lamunanku.

Aku melihat Ayumi sudah basah kuyup. Aku tidak menyangka ternyata selama aku hanyut dalam lamunanku, hujan turun begitu derasnya.

“Kagura dan Matsuyama... Dokter bilang bahwa mereka telah melewati masa kritis mereka.” Kata Ayumi.

Oh, begitu ya? Syukurlah. Akan tetapi, entah kenapa berita ini tidak membuatku senang. Fakta bahwa Asuka adalah seorang pemimpin besar dari Yami betul-betul membuat hatiku hancur berkeping-keping. Dengan susah payah, aku pun berusaha berdiri.

“Asuka.” Kataku.

Daijoubu. Iku yo, Takeru. (Aku tidak apa-apa. Pergilah, Takeru.)” Kata Asuka masih dalam kondisi memunggungiku.

Asuka... Sebetulnya, aku tidak ingin meninggalkannya sendirian. Akan tetapi, entah kenapa aku berpikir bahwa keberadaanku disini hanyalah membuatnya lebih sakit, karena aku pun mengalami demikian. Maka, aku mengelus pundaknya, kemudian pergi meninggalkan tempat itu.

“Ayumi, maaf...” Aku belum selesai bicara.

“Tidak apa-apa, Takeru-san. Biar aku yang menyetir.” Kata Ayumi.

Kemudian, kami sama-sama menuju rumah sakit untuk melihat kondisi Kagura dan Matsuyama. Hujan turun dengan begitu derasnya.

Kami sampai di rumah sakit dalam waktu beberapa belas menit saja. Kemudian, aku dan Ayumi langsung menuju kamar tempat Kagura dan Matsuyama dirawat. Sesampainya di ruang perawatan intensif itu, kami bertemu dengan dokter yang merawat mereka.

Karera no joutai ha antei shi hajimeta. (Kondisi mereka sudah mulai stabil.)” Kata dokter.

Hai. Arigatou. (Baik. Terima kasih.)” Kataku.

BERSAMBUNG KE EPISODE-6
 
Kebongkar juga rahasia suami istri, bakal duet hikari yami
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd