Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Fakultas Ilmu Seks

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
kalo ceritanya emg full sex, fokus dulu sama karakter yg ada, penambahan sex slaves nya bertahap
jadi ceritanya ga terkesan kejar setoran
sekedar saran aja gan :jempol: :ampun:
 
Untuk suhu-suhu yang merasa cerita ini kurang adegan foreplay / masih agak kecepetan alurnya,

Jadi ane membuat tokoh Ken ini sebagai tokoh berkarakter bengis yang tidak pernah puas dan langsung memerkosa target tanpa dirangsang dulu jadi mungkin sepanjang cerita ini akan lebih banyak adegan quick sex yang dilakukan tokoh Ken ini...

Jadi kemungkinan tokoh dalam cerita ini akan sangat banyak dan adegan seksnya terkesan terburu-buru. Namun jangan khawatir, di chapter-chapter kedepan ane akan berusaha menggambarkan secara detail adegan perkosaan Ken lalu akan ada kejutan-kejutan menarik lainnnya dari aksi Ken bersama budak-budak seksnya.

Ane juga akan berusaha update serial ini setiap 3-4 hari hingga tamat karena kebetulan ane sedang tidak sibuk-sibuk banget.
Mohon doa dan semangatnya suhu-suhu. Ane masih seorang pemula dan akan belajar banyak dari suhu-suhu yang ceritanya sudah membahana lebih awal di forum ini.

Makasih dan salam hangat,
Marcioz
 
Masukan yang bagus tuh gan. Biarpun lebih cenderung ke quickie/hajar langsung, tapi bridgingnya sama klimaksnya dibuat lebih detail biar emosi pembaca lebih terbawa.
 
gimana ya,, berasa kurang dapat enak bacanya mungkin terlalu kaya keburu2 gan, menurut pendapat ane sih maaf Lo salah :Peace:
Monggo dilanjut gan :semangat:
 
Bimabet
Update !!! Chapter 3


Hari-hari kuliahku berlangsung cukup lancar. Aku mendapatkan IP sempurna di semester pertamaku dan aku juga disukai oleh dosen-dosen kampusku karena kemampuan analisis menjawab pertanyaan dan sangat aktif di kelas. Hal itu membuatku dikenal oleh angkatanku sebagai “Professor Ken” karena kejeniusanku. Dalam waktu cepat, aku bisa mengenal dan mengobrol dengan semua teman seangkatanku yang semuanya adalah perempuan walau sebagian dari mereka ada yang membatasi diri untuk mengobrol karena mereka bilang bukan muhrim dan aku memakluminya. Kini aku sudah tinggal di sebuah rumah yang cukup besar dekat kampus yang kubeli menggunakan uang hasil jelmaan tiruanku. Tetanggaku sempat menanyakan bagaimana aku bisa membeli rumah yang besar seperti ini. Dengan santai kujawab rumah itu sumbangan dari seorang donator kampus. Aku juga sudah mulai jarang berseks ria dengan dua mentorku yang sibuk dengan skripsinya. Aku juga sudah mulai bosan dengan Eka dan Fitri karena seluruh tubuhnya sudah kueksploitasi. Akhirnya, aku memutuskan untuk mencari budak seks lagi untuk menambah koleksiku. Namun, itu bukan hal yang mudah karena fakultasku didominasi gadis-gadis yang bisa dibilang alim dan suka menjaga jarak terhadap laki-laki. Sehingga, aku butuh strategi yang brilian untuk menangkap mangsa baruku di kampus ini. Salah satunya, lewat ikut organisasi.

Saat pendaftaran organisasi fakultasku dibuka, aku cukup bingung untuk mendaftar karena banyak organisasi yang menarik untuk diikuti. Atas saran dan dukungan dari teman-temanku, aku mendaftar di BEM dan aku lihat Eka dan Fitri memilih untuk mendaftar organisasi kerohanian. Aku sebenarnya ingin mendaftar di organisasi kerohanian karena ada kak Tiwi, kak Lulu, Eka dan Fitri. Namun aku merasa lebih capable jika bergabung di BEM dan tentunya ingin menambah koleksi budak seksku disana. Kemudian aku diterima di divisi kemahasiswaan yang dikenal memiliki staff terbanyak diantara divisi lain. Aku berada satu divisi dengan tujuh teman seangkatanku dan dua penanggung jawab divisi. Tetapi, belum sempat bertugas sebagai staff, aku disuruh untuk jadi pelaksana tugas karena kedua PJ Divisiku cuti kuliah untuk melaksanakan tugas relawan ke timur tengah. Awalnya aku agak malas untuk menjalankan tugas ini, namun kehadiran tujuh gadis cantik bak bidadari di divisiku membuat rasa malasku lenyap. Tujuh gadis itu adalah Icha, Zahra, Nana, Riska, Novi, Puspa dan Tia. Kami berdelapan berkumpul pertama kali di kantin untuk melaksanakan temu akrab. Setelah beberapa kali melakukan rapat dengan mereka, aku berhasil mempelajari tubuh dan karakter masing-masing. Icha memiliki tubuh dan payudara yang ideal. Selain itu, dia yang paling cerewet diantara gadis yang lainnya dan aku suka membayangkan suara cemperengnya menjadi desahan ketika menikmati goyangan penisku. Zahra gadis yang pendiam namun aku penasaran dengan bentuk payudaranya yang tertutup jilbab panjang dan bentuk pinggulnya yang tertutup rok panjang nan lebar. Nana adalah gadis pecinta komik Jepang dan aku sering berdiskusi tentang anime dengannya ketika rapat. Tubuh Nana agak pendek namun bibir sexy nya sungguh menggoda iman. Riska adalah gadis yang sama cerewetnya dengan Icha dan memiliki tubuh yang cukup tinggi diantara yg lain. Pinggul sexy yang tercetak dibalik jeans ketatnya membuatku penasaran untuk mencicipinya. Novi adalah gadis paling mungil diantara mereka. Suaranya yang seperti anak kecil dan ekspresi wajah polos Novi tentunya sangat menggoda para penggila lolicon. Puspa bisa dibilang gadis yang paling montok di divisiku. Bentuk payudaranya yg cukup besar dan pinggul gitar spanyol ditambah wajah binalnya membuatku semakin ingin memperkosaya. Selain itu, Puspa adalah gadis yang selalu membuat suasana rapat menyenangkan dan kadang suka slebor. Aku pernah melihat dia tidur di ruang BEM dan bagian belakang kaosnya tersingkap hingga memperlihatkan punggung putih mulusnya dan celana dalam pink yg dikenakannya. Tia adalah gadis yang sama pendiamnya dengan Zahra. Namun, Tia mengingatkanku pada kedua mentorku karena dia suka senyum-senyum sendiri ketika memperhatikanku. Pernah ketika aku lihat balik, Tia menunduk sambil rona pipinya memerah. Sepertinya dia menyukaiku ? atau ada sesuatu yang lain ? entahlah aku tidak terlalu memikirkannya.

Saat aku memikirkan strategi untuk menikmati tubuh mereka, aku mendapatkan ide yang super cemerlang. Jumat sepulang kuliah, aku mengundang 7 gadis itu untuk rapat dadakan untuk membahas evaluasi tahunan di rumahku. Sambil menunggu mereka, aku menyiapkan skenario yang kususun dengan para tiruanku. Waktu yang kutunggu tiba, ketujuh gadis perawan itu datang kerumahku. Icha mengenakan hijab biru muda dengan baju terusan selutut dan celana hitam. Zahra mengenakan hijab lebar warna krem dengan kaos lengan panjang dan rok panjang krem. Nana dan Rizka mengenakan hijab hitam dengan kaos panjang hitam dan jins hitam. Novi mengenakan hijab bermotif dengan kemeja putih dan rok panjang coklat. Puspa mengenakan hijab biru dengan kaos panjang ketat biru dan jins ketat. Sedangkan Tia mengenakan hijab hitam kemeja biru putih dan rok jins biru. Mereka kupersilahkan masuk lalu melangkah kedalam sarang penyamun yaitu rumahku. Melihat pemandangan menggairahkan dari tujuh gadis itu membuatku jadi tidak tahan ingin memerkosa vagina perawan mereka. Setelah mereka duduk, aku langsung menjalankan rencanaku yang sudah kusiapkan dengan matang. “Pada mau minum apaan ? gw ada banyak stok nih.” Aku menawarkan mereka minum. “Es the manis aja. Btw, mau aku bantu bikin ?” Nana menawarkan bantuan padaku. “Cieee Nana… mau bantu bikin atau mau pacaran di dapur ?” goda Icha disambut tawa yang lain. “Apasih cha.. aku kan Cuma mau bantuin.” balas Nana sambil cemberut. “Udah udah. Gw sendiri aja yg bikin. Kalian nunggu di ruang tamu aja oke sis ?” aku kemudian melangkah ke dapur. Di dalam dapur, aku menghampiri tiruanku yang bersembunyi dan mempersiapkan skenario menarik yaitu skenario perampokan. Ketujuh tiruanku langsung kukerahkan ke TKP dan tak lupa kuberikan mereka topeng Vendetta yang kubeli di website jual beli peralatan kostum. Aku juga berpesan ke para tiruanku jika ada yang menanyakan keadaanku, bilang saja aku sudah dibunuh.

“Jangan ada yang bergerak ! semuanya tiarap !” bentak salah satu tiruanku yang kuberi kode Alpha sambil mengacungkan pistolnya. Aku memberikan kode kepada tujuh tiruanku Alpha, Omega, Gamma, Sigma, Teta, Lamda dan Kappa. Mereka kupersenjatai dengan pistol airsoft supaya tidak ada yang melawan. Aku menonton adegan itu dari kamera pengintai yang kupasang di sudut ruangan sambil menunggu waktu yang tepat untuk keluar. “Ken… tolonggg…” Icha berteriak minta tolong namun disambut tawa oleh para perampok itu. “Percuma lo teriak, cowok lo udah gw bikin ancur otaknya.” teriak Gamma sambil menampar wajah Icha. “Jangan ada yang berani teriak atau gw pecahin kepala lu semua !” Omega mengarahkan pistolnya ke arah gadis-gadis yang mulai ketakutan. Aku lihat Zahra dan Novi berpelukan sambil menangis disusul tangisan yang lain. “Kalo kalian mau selamat, kalian harus menuruti perintah kita. Kalo nggak, langsung gw bikin mampus kalian ! Sekarang lo bertujuh berdiri !” Alpha menyuruh tujuh gadis itu berdiri. Mereka bertujuh kemudian berdiri sambil gemetar ketakutan. “Bos, btw ada tujuh gadis cantik nih. Sementara kita bertujuh. Pesta-pesta kita.” celetukan Omega membuat gadis-gadis itu semakin ketakutan. “Boleh juga. Diantara kalian ada yang udah pernah ngewe belom ?” Alpha bertanya kepada para gadis itu namun tidak ada yang menjawab. “Jawab woy, Jing ! *dor*” suara tembakan keatas dan bentakan dari Gamma membuat gadis-gadis itu terkejut. “Bb..belum.. mm..mas.ss“ Puspa menjawab dengan mulut bergetar dan disambut anggukan gadis lainnya. “Wah, masih pada perawan coy. Sikat lah..” Teta mulai mengelus-elus pantat Rizka yang masih berdiri kaku sambil menangis. “Sabar dulu. Sambil nunggu bos kita bagi-bagi jatah dulu gimana ? Tapi sebelumnya kita suruh mereka telanjang dulu.” Alpha menepis tangan Teta. “Sekarang lo semua buka baju ! Sisain kerudung aja dibadan lo !” Alpha memerintahkan para gadis itu untuk membuka baju. “Gimana ini… aku gamau…” bisik Novi kepada Icha namun Icha hanya menunduk sambil tangannya yang bergetar mulai bergerak untuk melepas bajunya. “Woy lama amat ! mau gw tembak lo !” Gamma kembali menodongkan pistolnya kearah gadis-gadis itu yang membuat mereka bergegas melepas semua pakaian dan hanya menyisakan jilbab yang mereka kenakan. Alpha kemudian meringkus Icha, Gamma meringkus Novi, Omega meringkus Rizka, Sigma meringkus Zahra, Teta meringkus Tia, Lamda meringkus Nana dan Kappa meringkus Puspa. Aku tertawa melihat gadis-gadis yang hanya pasrah dipermainkan oleh tiruanku. Kemudian aku keluar dari ruang pengawasan untuk menemui mereka. Sebagai dewa seks, 7 orang gadis masih terlalu receh untuk dinikmati. Dalam satu hari, aku bisa menikmati puluhan bahkan ratusan tubuh wanita atau bermain hingga puluhan ronde seperti yang biasa aku lakukan pada kak Tiwi, kak Lulu, Eka dan Fitri. Namun, kekuatanku yang belum pulih sempurna membuatku hanya bisa bermain dengan ronde terbatas. Kukenakan topeng Vendetta milikku dan aku berjalan ke ruang tamu.

Sesampainya di ruang tamu, aku melihat gadis-gadis itu masih menunduk dan menangis sesegukan. Mereka tidak percaya akan mengalami kejadian menakutkan seperti ini. “Bos, kita ga dapat uang tapi dapet bidadari cantik nih. Gapapalah ya kita ga rampok rumah ini tapi kita rampok tubuh cewek aja hehehe.” Alpha menyambutku sambil menyeringai ke Icha. Aku kemudian menghampiri Icha lalu membuka topeng Vendettaku. Tentu saja Icha dan gadis lain terkejut dan tidak percaya kalau aku adalah pemimpin orang-orang jahat ini. “Ken ? Tapi.. kenapa ?” ujar Nana sambil menangis. “Kurang ajar lo Ken ! Lepasin ga ! Atau gw laporin lu ke dekan ! *cuih*” Icha yang melihat tidak ada tiruanku yang memegang senjata kemudian mulai mencoba berontak dari Alpha dan meludahi wajahku. Aku seka wajahku dari air ludahnya lalu kutarik kedua puting susu nya sambil kupelintir hingga Icha menjerit kesakitan. “Aaahhh… Keenn… lepasiinn…” Icha memohon padaku. “Apa ? gw ga denger.” aku balas sambil kutarik-tarik lagi putingnya. “Tolong… jangaann… lepasin please… sakiitt…” Icha kembali memohon padaku. “Kalo lo mau gw lepasin, lo harus bersedia nurutin kata-kata gw. Ikutin kalimat gw : Saya Icha. Saya bersedia untuk menjadi budak tuan Ken selamanya. Saya juga rela tubuh saya dijadikan alat pemuas tuan Ken. Kalian yang lain juga ikutin kata-kata gw kalo gamau susu kalian gw tarik-tarik.” aku suruh Icha dan enam gadis lainnya untuk mengulangi kalimatku. Novi, Rizka, Zahra, Nana, Tia dan Puspa mengikuti kalimatku dengan suara serak akibat tangisan mereka. Namun Icha malah diam saja lalu berteriak “Hah ! gamau ! gw ga sudi jadi budak lo”. Hal itu mambuatku kembali menarik-narik puting susunya dan kupencet ujung putingnya dengan keras. “Ampuunn… aaahhh…sakiittt...iyaa.. iyaa.. Saya Icha. Saya bersedia untuk me…menjadi budak tuan Ken selamanya.. s..ssaya juga rela tubuh saya dijadikan alat pemuas tuan K..Ken… aaaaakkk Saakiitt… hiks.. please lepasin…” setelah melihat Icha yang memohon padaku sambil menangis, aku lepaskan tarikanku. “Mulai detik ini, kalian bertujuh udah resmi jadi budak gw. Kalo ada yang macem-macem lagi, gw putusin nih puting susu kalian ! Paham !” bentakku sambil memelototi enam gadis yang lain. “Seperti biasa, gw yang buka segel kalian yang nikmatin sisanya. Kalian pegangin mereka yang kenceng. Kalo berontak pukul aja.” Perintahku kepada para tiruanku dan disambut anggukan mereka. Aku membuka semua pakaianku hingga telanjang dan mengacunglah senjata pembelah vagina andalanku yang sudah siap tempur. Pertama-tama aku hampiri Icha lalu kulebarkan kedua kakinya sambil menyuruh Alpha memegangi tubuh bagian atasnya. “Jangann Ken… tolong… jangan dimasukkin…” Icha memohon kepadaku namun aku tetap memasukkan penisku dan kepalanya sudah mulai masuk kedalam vaginanya. “Stooppp… tolong… jangan…” Icha tetap memohon sambil menangis. Tanpa menunggu lama langsung kuhujamkan kontolku sekeras-kerasnya hingga berhasil menjebol selaput dara Icha. “AAaaaaaaakkkhhh… sakiiittt… aaaaaa..” Icha berteriak sekeras-kerasnya dan aku diamkan penisku sejenak sambil melihat ekspresi kesakitan yang dialami Icha. Lalu, aku suruh Alpha melepas pegangannya dan langsung kumaju mundurkan penisku didalam vagina Icha dengan cepat. “Saakiittt…. AAahhh…. Hiks… aaahhh… stoopp… udahan dong….aaahh…” Icha menangis sambil menahan rasa sakit di vaginanya yang kugenjot dengan kasar. Tanganku kemudian langsung aktif menarik kedua puting susu Icha lalu kupelintir dan kutarik-tarik lagi. Aku tertawa melihat Icha yang terus mengerang kesakitan sambil tubuhnya terguncang akibat genjotanku yang kasar. Keenam temannya yang dalam posisi diringkus tidak kuasa untuk melihat adegan perkosaan Icha yang kejam itu. 10 menit kemudian aku akan mencapai orgasme dan tentu saja akan kusemburkan kedalam vaginanya. “Icha… gw mau ngecrot nih… rasain peju gw ! yeaahhh” aku semakin mempercepat goyanganku. “Jangaaan didalam… Ken… please… Icha gamau hamil… jangaann….mmmhhh” bibir Icha langsung kucium dan aku mencapai orgasme. Kusemprotkan spermaku ke dalam vaginanya hingga sebagian meluber keluar. Kulepas ciumanku dan kulihat wajah Icha yang penuh air mata di pipinya. “Ken jahat… huhuhu… kalo Icha hamil gimana ??” Icha kembali menangis sesegukan sambil memukul-mukul badanku. Kucabut penisku dari vaginanya dan kulihat bercak darah perawan Icha dan sisa spermaku membasahi lantai ruang tamu. Lalu aku seka sisa sperma dan bercak darah di penisku dengan jilbab Icha hingga bersih dan kusuruh Alpha untuk mengawasi Icha. “Kalo lo hamil ? lo urus sendiri lah ! satu hal lagi, lo Cuma boleh manggil gw dengan nama Ken di kampus. Tapi kalo di rumah ini lo harus manggil gw tuan. Mengerti !” aku kembali menampar wajah Icha lalu menyubit kedua payudaranya hingga memerah. Lalu kutinggalkan tubuh Icha yang menatapku dengan sayu sambil tangannya menutupi payudaranya.

Setelah puas dengan Icha, aku memilih Novi sebagai korban kedua. Kuhampiri Novi yang masih tertunduk dan menangis lalu kuusap lembut air mata di pipinya. “Noviku yang manis, kamu gausah takut sama aku. Kita akan bersenang-senang sekarang.” Ucapku sambil meremas payudara mungilnya. “Ken… ampun… Novi gamau…” Novi berusaha memohon padaku. Tanpa kujawab, aku lebarkan selangkangan Novi dan langsung kuarahkan penisku ke vaginanya. “Jangaannn… jangan dimasukkin… aaahhh…” sedikit demi sedikit, penisku mulai menerobos masuk diiringi teriakan Novi. Aku sempat kesulitan karena vagina Novi mungil dan sangat sempit. Aku paksa untuk terus mendorong-dorong penisku untuk menerobos masuk kedalam vaginanya. “Aaahhh… sakiitttt.. stooppp… udaahh…. aaaakkhhh…” teriakan Novi menghiasi ruang tamuku. Setelah beberapa kali dorongan, akhirnya penisku berhasil membobol vagina Novi hingga sedikit menggembung karena penisku yang ukurannya sangat besar. “Aaaakkkhhhh… sakiiitt…. Huhuhu….” Novi kembali menangis menahan sakit yang amat sangat di vaginanya. Aku diamkan penisku didalam vaginanya sambil menatap wajah Novi yang kembali dihiasi air mata. Aku tersenyum kemudian aku suruh Gamma melepaskan pegangannya. Aku raba-raba payudara Novi dengan tanganku sambil kumaju mundurkan penisku dengan lembut. Tangis Novi kemudian mereda dan suara paraunya berubah menjadi desahan “Sakiittt... pelan-pelan... ooohh… periihh… yeesshh…”. Aku terus memainkan payudara Novi sambil menggenjot lembut tubuhnya yang mungil. Tiba-tiba Novi merasa akan orgasme dan menggoyangkan pinggulnya. “Aahhh… gelii… Novi mau pipis… iyyaaahhh…” cairan vaginanya menyelimuti penisku hingga sebagian meleleh keluar dari vaginanya beserta sedikit darah perawan. Aku kembali tersenyum melihat Novi yang orgasme setelah menerima seranganku. “Tadi dia minta ampun ke gw, sekarang malah keenakan dia sampe ngecrot begitu.” Teriakku yang kemudian disambut tawa dari para tiruanku. Setelah kubiarkan Novi menikmati orgasmenya, aku langsung menggenjot penisku dengan cepat dan kasar. “Aaahhh…. Pelan-pelan…. Oohhh… sakiittt… udahh… uuhhh” Novi kembali mengerang keenakan sambil menahan perih yang masih terasa di vaginanya. Genjotanku semakin menggila dan aku merasakan penisku akan meledak. “Ooohhh… Noviii… aku keluarr…” spermaku sudah bersiap-siap untuk meledak keluar. “Jangan didaleemmm…. Novi gamau… uuggghhhh…” Novi yang sadar dengan apa yang terjadi kemudian memohon lagi padaku. “Uughhh.. Noviii… yeaahhh…” spermaku langsung menyembur keluar mengisi setiap celah di liang vagina Novi. “huhuhu… Novi takut hamil… Novi gamau..” Novi kembali menangis. Entah sudah berapa kali dia menangis hingga matanya melebam. Kemudian kucium bibir Novi dengan lembut. “Spermaku tidak akan membuat kamu hamil sayang. Kamu sekarang harus mau menuruti perintahku. Di kampus, kamu boleh panggil aku dengan namaku. Tapi jangan lupa, di rumahku istanaku ini kamu panggil aku tuan. Mengerti ?” ujarku yang disambut dengan anggukan pelan Novi. Kucabut penisku dari vaginanya dan sisa sperma bercampur darah perawan meleleh keluar dari lubang vaginanya yang merekah akibat penis besarku. Aku seka penisku hingga bersih menggunakan jilbab Novi lalu aku suruh Gamma untuk kembali mengawasinya. “Lima teman kita masih nunggu giliran. Aku tinggal ya Novi sayang.” Aku kecup bibir Novi lalu kutinggalkan Novi yang tergolek lemah sambil menatap kosong langit-langit rumahku.

Setelah beristirahat sejenak, aku menghampiri lima gadis yang masih dipegangi tiruanku. “Sekarang diantara kalian gw minta volunteer untuk maju giliran berikutnya. Gw tunggu sampe satu menit kalo gaada, bakal gw sodok lubang anus kalian berlima pake tongkat linggis.” gertakku yang kemudian membuat lima gadis itu saling bertatapan. “Aku saja Ken… eh tuan… aku mau maju berikutnya.” tiba-tiba Rizka menyerahkan dirinya karena ia tidak sanggup membayangkan tongkat linggis itu menembus lubang anusnya dan keempat temannya. Aku yang melihat ekspresi Rizka langsung menghampiri tubuhnya. “Nada jawab lo ga ikhlas. Ulangin !” ucapku sambil manampar pipinya. “I..iiyyaa… aku mau… ma..maju.. g..giliran.. s..selan..jutnya.. untuk.. dimasuk..ki.. pe..penis tuan..” ucap Rizka sambil menahan sakit di pipinya. “Nah, gitu dong sayang. Aku hargai permintaanmu. Omega, lepasin pegangannya.” Aku menyuruh omega melepaskan pegangannya. Lalu, tiba-tiba Rizka duduk dan melebarkan kedua kakinya hingga memperlihatkan vagina perawannya sambil memejamkan matanya. “Hmm… inisiatif banget lo.. emangnya gw udah bilang setuju ?” aku letakkan kakiku di payudara kenyalnya hingga Rizka agak sesak lalu kulepaskan lagi. “Aku udah ga tahan lagi ! aku ga sanggup lihat Icha dan Novi diperlakukan seperti itu ! Lebih baik perkosa aja aku sampe puas tapi tolong lepasin mereka berempat ! aku udah ga sanggup dengar teriakan itu ! nggak sanggup ! Kami janji gaakan bilang siapapun..” Rizka memohon padaku sambil menangis. “Rizka… jangan… mending tubuhku saja tuan. Aku sudah siap. Aku juga janji gaakan melaporkan ini ke siapapun.” Nana tiba-tiba menawarkan diri. “Haha kalian berdua lucu juga ya. Gw jadi punya ide menarik. Lamda, lepasin dia. Lo, maju kesini !” aku suruh Nana menghampiriku dan dia maju kearahku.”Lo mau giliran selanjutnya ? jilatin memeknya Rizka.” perintahku ke Nana. Nana kemudian menelan ludah lalu memohon padaku, “Ngg… aku…” belum sempat menyelesaikan ucapannya, aku tampar pipi Nana hingga merah. “Cepet !” bentakku. Nana lalu menghampiri Rizka dan menghadapkan wajahnya ke vagina Rizka. “Maafin aku Rizka…” Nana kemudian membuka bibir vagina Rizka dengan tangannya lalu lidahnya menjilati bibir dan klirotis Rizka. “Oouughhh… Nana… geli…uughh” Rizka menahan sensasi jilatan Nana di vaginanya. aku melihat adegan lesbian itu sambil tersenyum. Setelah 5 menit, Rizka merasakan akan orgasme. “Aahhh… Nana… Rizka mau pipiss… kyaaahhhh…” Rizka menyemburkan cairan vaginanya hingga membasahi wajah dan jilbab Nana lalu Nana menyeka dan menjilati cairan vagina yang menempel di wajahnya. Setelah itu, Nana berjalan kearahku kemudian melebarkan kakinya, “Aku udah siap tuan.” Ujar Nana sambil menunduk. Melihat Rizka sudah klimaks dan Nana yang sudah pasrah, aku hampiri Nana lalu aku langsung arahkan penisku ke vaginanya yang masih berupa garis. Aku dorong masuk penisku namun karena sempit, aku paksa masuk kedalam. “AAhhh… tuan.. pelan-pelan…. Uughhh…” Nana berusaha menahan sakit di vaginanya. lalu dengan sekali hentakan, penisku berhasil menjebol kedalam vagina Nana. “aaaaaakkkkhhhh…” Nana berteriak keras ketika penisku memenuhi lubang vaginanya yang sudah kuperawani. Selama 30 menit, aku maju mundurkan penisku di dalam vaginanya dengan cepat. “Oohhh… aaahhh… perih… pelan-pelan tuan… uuuhhh” Nana meracau menikmati sodokkan penisku. Aku semakin percepat genjotanku hingga aku akan orgasme. “Nana… gw mau keluaarr…” aku hentak-hentakan penisku dengan cepat kedalam vagina Nana. “Aaahhh… tuaaannn…. Nana juga mau keluar….” Nana juga akan mencapai orgasmenya. “Nana…. Yeeaahhh… mmmhhhh” aku cium Nana dan kusemburkan spermaku kedalam vaginanya yang juga mengeluarkan cairan cintanya. Kudiamkan penisku didalam vaginanya sambil tetap berciuman. Diluar dugaanku, Nana membalas ciumanku dan memainkan lidahku. Kemudian kulepaskan ciumanku dan kugigit-gigit puting susunya. “Oohhh… tuan… geli…” Nana meracau lemah. Kucabut penisku dari vaginanya lalu darah perawan bercampur sisa cairan vagina dan spermaku meleleh keluar. “Buka mulut lo. Bersihin konti gw.” Kusuruh Nana membuka mulutnya. Nana perlahan-lahan membuka mulutnya dan aku langsung cebloskan penisku kemulutnya. “mmmhhhh… uhuk..uhuk..mmhh” Nana tersedak karena sodokkan penisku mengenai langit-langit tenggorokannya. Nana lalu mengemut penisku sampai bersih dari sisa cairan persetubuhan kami berdua. Kemudian kulepaskan penisku dari mulut Nana dan kukecup keningnya. “Makasih sayang, tapi aku masih belum puas. Ada empat gadis yang menunggu pelajaran seks dariku.” Bisikku pada Nana. “Tuaann… tuan kan sudah janji tidak akan…” aku tutup mulutnya dengan jariku. “Aku cuma janji akan melepaskan, tapi tidak bilang dalam kondisi masih perawan kan? Lamda, jagain si Nana !” Aku tinggalkan Nana yang terbaring lemah. Kemudian aku lihat Nana menangis sambil memohon padaku. Aku kemudian menghampiri Rizka yang masih terbaring di lantai dengan kaki yang masih mengangkang. Aku langsung arahkan penisku kedalam vaginanya. “Tuan… aahhh… pelan-pelan tuan…” aku dorong-dorong penisku kedalam vaginanya. “Aakkhhhh… tuaannn… sakiiitttt….” setelah beberapa percobaan, penisku berhasil menembus vagina perawan Rizka. Tanpa berlama-lama aku maju mundurkan penisku dengan cepat dan kasar. Tubuh Rizka ikut berguncang-guncang karena genjotan kasarku. “Aaahhh…. Sakiitt tuaann… ooohhh… tuaaannn…aaahhh…” Rizka berteriak menahan rasa sakit di vaginanya. Tanpa kami sadari, tiga gadis yang masih dipegangi oleh tiruanku mulai menyaksikan adegan persetubuhan kami. “Rizka sayang… meki lo enak banget..” aku terus menggenjot tubuh Rizka hingga aku lihat tubuh Rizka melenting keatas. “Tuaaannn…. Aku pipisss… aaahhhh…” Rizka mencapai orgasme keduanya lalu tubuhnya menegang dan bergetar. Kuhentikan genjotanku sejenak membiarkan Rizka menikmati orgasmenya. Lalu aku langsung genjot lagi tubuhnya dengan cepat dan kasar. “Oohhh… Rizkaa… gw keluar….” , “Jangan didalem tuaannn… aaahhhh…. Oohhh… tuaaannn…” kuhentak-hentakkan penisku kedalam vagina Rizka sampai mentok ke rahimnya lalu kusemprotkan spermaku hingga memenuhi vaginanya. “Tuaannn…. Uuummhhh…” Rizka meracau lemah sambil melihatku dengan tatapan sayu dan berlinang air mata. Kucabut penisku dari vaginanya disusul lelehan spermaku bercampur darah perawannya. “Gimana Rizka sayang ? asik kan rasanya ngewe ?” ujarku sambil menyeka air mata Rizka menggunakan jilbabnya. Rizka hanya mengangguk pelan lalu memejamkan matanya sambil menahan kesedihan karena mahkota perawannya sudah direnggut olehku. Lalu kukecup kening Rizka dan kutinggalkan tubuhnya untuk menghampiri tiga bidadari yang masih dipegangi tiruanku.

Waktu sudah menunjukkan pukul 23:30 WIB. Sudah empat gadis yang sudah kugarap tubuhnya sampai puas. Kini tersisa tiga perawan lagi yaitu Zahra, Puspa dan Tia. Mereka bertiga kulihat sudah lelah secara fisik dan mental, terutama Zahra dan Tia yang sudah berkali-kali menangis karena tidak tahan mendengar teriakan empat temannya yang kugarap sebelumnya. Aku dekati Zahra dan Tia dan kulihat mereka menunduk ketakutan karena mereka sudah tahu apa yang akan mereka alami dalam waktu dekat. “Sigma, lepasin si Zahra” kusuruh Sigma melepaskan pegangannya terhadap Zahra lalu Zahra didorong oleh Sigma hingga terjatuh. Kulihat tiruanku yang lain tertawa melihatnya dan aku tersenyum sambil kuangkat kepala Zahra yang masih terbungkus hijab yang mulai kusut. Aku lihat Zahra memejamkan matanya sambil berusaha memalingkan wajahnya dariku. “Kamu kok gamau natap aku sih jadi kesel.” Aku tarik-tarik putingnya yang ternyata sudah mengeras. “Aahhh… sakittt… lepasin… iyaa.. iyaa.. aku mau lihat wajah tuaann…” Zahra mengerang sambil menahan sakit di kedua putingnya lalu dia akhirnya membuka matanya dan menatapku dengan tatapan kosong dan sayu. Zahra sempat merasa lega ketika ku lepaskan tarikanku dari putingnya, tetapi dia langsung terkejut ketika aku lebarkan kedua kakinya hingga vaginanya terlihat jelas. Kuarahkan penisku dan kugesekkan di bibir vaginanya. “Tuannn… jangan… tolong… aku gamau…” Zahra memohon padaku tapi kubalas dengan tamparan di wajahnya. “Berisik ! ganggu konsentrasi gw aja !” bentakku sambil kudorong masuk penisku kedalam vaginanya. “Aaaakhhh…” Zahra mengerang ketika separuh penisku mulai masuk kedalam. Aku diamkan sejenak penisku lalu dengan sekali hentakkan seluruh penisku berhasil menerobos masuk kedalam vaginanya. “Hyyyaakkhhh… sakiiittt…” Zahra teriak kesakitan saat penisku sudah merobek selaput perawannya. Kumaju mundurkan penisku didalam vagina Zahra diiringi teriakannya. “Aaahhh… tuaannn… ooohhh… sakiitt… pelan-pelan…” teriak Zahra. Setelah 10 menit, aku percepat genjotanku dan penisku merasa akan meledakkan spermanya. “Zahraaa… rasain nih peju gw… ooohhh yeeaahhh…” , “tuaaannn… jangan didaleemmm… tuuu…mmmhhh… “ kucium Zahra lalu kusemprotkan spermaku kedalam liang vaginanya. Kulepaskan ciumanku dan kulihat Zahra berlinang air mata. “Tuaann…mmhh” belum sempat Zahra berbicara, aku cium lagi bibirnya dengan ganas lalu kucabut penisku dari vaginanya yang kemudian mengeluarkan sisa spermaku bercampur darah perawan. Kulepaskan ciumanku lalu aku seka penisku sampai bersih menggunakan jilbab Zahra. “Zahraku sayang… makasih ya.” bisikku sambil kuusap lembut kepalanya yang tertutup jilbab . Tak lupa kukecup keningnya lalu kutinggalkan tubuhnya yang tergolek lemah dilantai ruang tamu untuk menikmati dua gadis sisanya.

Hari sudah berganti ke hari Sabtu. Aku lihat Icha, Novi, Rizka, Nana sudah tertidur dan dipindahkan oleh tiruanku ke ranjang kamarku di lantai atas sambil dijaga mereka. Di ruang tamu, hanya tersisa aku, Sigma, Zahra, Kappa, Puspa, Teta dan Tia. “Bos, nih cewek udah tidur.” ujar Sigma padaku sambil membopong tubuh Zahra. Lalu kusuruh Sigma memindahkan Zahra ke kamarku. “Sekarang tinggal kalian berdua. Gw gabakal lama-lama karena udah malem dan lo berdua harus segera istirahat.” Aku hampiri Tia dan Puspa lalu kusuruh Teta dan Kappa menjejerkan tubuh mereka berdua. “Sekarang buka kaki kalian yang lebar !” perintahku kepada Tia dan Puspa lalu mereka melebarkan kakinya hingga memperlihatkan vagina mereka yang akan segera kuperawani. Tanpa berlama-lama, aku langsung arahkan penisku ke vagina Tia dan kudorong masuk kedalam. “Aaaahhh…. Sakiitt tuaann…” Tia mengerang kesakitan. Setelah kudorong-dorong penisku, akhirnya vagina Tia berhasil kujebol. “aaaaakkhhhhh…” Tia memejamkan matanya sambil teriak kesakitan. Aku langsung menggenjot tubuh montok Tia dengan cepat sehingga Tia terus berteriak. “Aaahhhh… sakiitttt… aaahhh…. Ampuunnn…” Tia memohon-mohon padaku namun aku tetap genjot tubuhnya semakin cepat. 15 menit kemudian, aku merasakan penisku akan menyembur lagi. “Tiaaa…. Gw keluaarrr….yeeahhh” , “Aaahhh…. Tuaannn… ooouuuhhh” kupeluk Tia dan kubenamkan penisku semakin kedalam vaginanya. Aku semprotkan spermaku kedalam vaginanya hingga meluber. Kucabut penisku dari vaginanya lalu kumasukkan ke mulut Tia. “Emut sampe bersih !” perintahku. Tia mengemut dan menjilati penisku hingga bersih lalu kucabut penisku dari mulutnya. Tak lupa kuseka sisa liur Tia di penisku menggunakan jilbabnya. “Sekarang lo istirahat. Besok akan banyak pekerjaan.” Aku menyuruh Teta membopong tubuh Tia ke kamarku. “Sekarang pesta penutup.” Aku menghampiri Puspa dan kuelus seluruh tubuhnya dari wajah hingga kakinya. “nnggghhh..” Puspa melenguh pelan dan kurasakan nafasnya agak memburu. Saat aku meraba selangkangannya, kurasakan vaginanya sudah basah. “Lo daritadi udah sange ternyata ? lo sering nonton bokep ya ?” aku bertanya pada Puspa dan dia hanya diam seribu bahasa. “Jawab Woy !” bentakku sambil menampar payudaranya hingga memerah. “I..iy..yya tuaannn..” Puspa menjawab pelan. Aku tersenyum mendengar jawabannya lalu kugigit-gigit putingnya kiri dan kanan. “Aakkhhh…” Puspa menahan geli di putingnya. “Sekarang lo nungging !” kusuruh Puspa untuk menungging dan aku tamparkan kedua bongkahan pantatnya hingga merah. “Aakkhhh… sakiit tuan…” rintih Puspa. Aku langsung arahkan penisku ke vaginanya dan kutekan-tekan hingga membobol selaput perawannya. “Kyaaahhhh… sakiittt… uuuggghhh” Puspa berteriak kesakitan ketika penisku terbenam masuk didalam vaginanya. langsung kumaju mundurkan penisku dengan cepat sambil tanganku meremas-remas payudaranya. “Aaahhh…. Tuaaannn… oohhh… ampuunnn… yeesshhh… uuuhhh…” Puspa meracau tidak jelas sambil menahan tanganku di payudaranya. “Gw sedang memerah susu Puspa. Ayo keluarin suara sapinya !” perintahku pada Puspa. “mmm.mm….mmmooo….” Puspa mengeluarkan suara sapi sambil menahan sakit akibat genjotanku. Aku dan Kappa tertawa mendengarnya. Setelah 10 menit, aku merasakan penisku akan mengeluarkan spermaku. “Puspa sayaangg… gw mau keluar…yeeaahhh” aku semakin percepat genjotanku. “Tuaannn… aaaakkhhhh…” Puspa mengerang keras ketika remasan tanganku di payudaranya semakin keras. Kusemprotkan spermaku kedalam vaginanya hingga sebagian meluber keluar. Aku ambruk dan menidih tubuh Puspa dari belakang. “Oooogghhh… tujuh gadis malam ini… luar biasa…” racauku sambil menikmati keluaran sisa-sisa spermaku didalam vagina Puspa. Kucabut penisku dan sisa spermaku meleleh keluar bercampur darah perawan Puspa. Aku seka penisku menggunakan jilbab Puspa yang sudah kucel hingga bersih. Aku bopong tubuh Puspa ke kamarku dan kujejerkan bersama enam gadis lain yang sudah tertidur pulas dan masih telanjang hanya mengenakan jilbab di kepala mereka. “Besok akan jadi hari yang panjang untuk kalian. Selamat beristirahat.” Aku kecup kening Puspa dan aku melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah dari kamar mandi, aku mengenakan pakaian tidurku dan kulihat jam di kamar sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Lalu aku melangkah ke sofa dan tertidur pulas.

Suara ayam berkokok menghiasi Sabtu pagi yang cerah. Aku terbangun dari tidurku dan jam menunjukkan pukul 7 pagi. Aku lihat ketujuh tiruanku beserta gadis-gadis itu sudah tidak ada di kamarku. Aku yakin gadis-gadis itu tidak akan kabur karena sistem pengamanan rumahku sangat canggih dan aku juga memasang pelindung (barrier) di halaman depanku sehingga tidak ada yang bisa kabur dengan mudah. Saat aku akan mengambil sarapan, ternyata kulihat ketujuh gadis itu sedang sarapan di meja makan. Mereka bertujuh mengenakan hijab hitam dengan kaos jersey ketat dan legging ketat hitam sehingga tercetak jelas tonjolan payudara dan gundukan vagina di tubuh mereka. Selain itu, kulihat juga ada Eka dan Fitri yang sedang menyiapkan sarapan untukku. “Kita dari jam 6 sudah memenuhi panggilan ke rumah tuan, terus tiba-tiba ada mereka lagi tidur di ranjang tuan. Nambah selir nih ceritanya ?” gerutu Eka sambil cemberut padaku. “Iya nih. Tuan udah ga puas sama layanan kita lagi ?” Fitri menimpal sambil cemberut. Belum sempat kujawab, Eka dan Fitri kembali tersenyum lalu mencium bibirku. Lalu Eka dan Fitri melepaskan ciumannya kemudian menyuapi sarapanku dengan mulut mereka. “mmmhh… sayang-sayangku… aku ga bosen sama kalian kok. Apalagi sama ginian kalian.” Godaku sambil meremas pantat Eka dan Fitri. “Aahhh… kita kan Cuma bercanda… tuh Icha dkk udah kita mandiin sama dibikin sarapan. Iya kan Fit ?” goda Eka sambil bersandar manja padaku. “Segala perintah tuan, kita akan turutin. Apapun itu tuanku...” bisik Fitri sambil menjilati telingaku. “Iyaa.. iyaa.. udah dong gaenak dilihat mereka.” Aku memisahkan Eka dan Fitri dari tubuhku. “Kebetulan ada kalian berdua. Kita bakal nonton balapan nih. Mau ikut ga ?” ajakku pada Eka dan Fitri. “Balapan apa tuan ? nonton di tv ?” Tanya Fitri bingung sambil celingukan mencari TV. Sejak aku di Indonesia, aku hanya membeli TV untuk siaran CCTV di ruang pengawasan sehingga tidak ada TV biasa di ruang umum rumahku. “Nonton balapan ngentot. Mereka bertujuh lawan pasukan gw noh.” ujarku sambil menunjuk Icha dkk dan tujuh tiruanku. “Pemenangnya akan gw jadiin selir special. Kalian berdua bantu gw jadi panitia. Eka pegang stopwatch, Fitri jadi wasit. Gw jadi dokumentasi.” aku, Eka dan Fitri berbagi tugas. “Kalian bertujuh udah pada sarapan kan ? ikut gw ke ruang tamu sekarang ! jangan lupa lepas legging kalian.” perintahku kepada 7 gadis itu lalu Icha dkk melepas legging mereka hingga vagina mereka bertujuh terpampang jelas. Kami berkumpul di ruang tamu dan kursi-kursi ruang tamu sudah kusejajarkan dengan rapi. “Sekarang kalian berpasangan kayak kemaren, terus berbaris kesamping yang rapi !” ketujuh gadis itu berpasangan dengan tiruanku yang masih mengenakan topeng vendetta tapi sudah telanjang sehingga penis mereka mengacung bebas. Alpha berpasangan dengan Icha, Gamma dengan Novi, Omega dengan Rizka, Sigma dengan Zahra, Teta dengan Tia, Lamda dengan Nana dan Kappa dengan Puspa. Ketujuh tiruanku sudah ku-setting seimbang sehingga pemenang ditentukan tergantung dari seberapa kuat gadis-gadis itu bertahan dari genjotan penis tiruanku hingga klimaks atau tidak. “Sekarang posisi kalian bertujuh nungging, dan pasukan gw ngewein nih cewek-cewek lewat belakang dan hanya genjot aja gaboleh mainin yang lain. Kalo nampar pantat masih boleh. Waktu tidak terbatas sampe diantara pasukan gw ada yang klimaks atau kalian bertujuh tidak kuat lagi, maka permainan selesai dan waktunya dicatat oleh Eka.” Aku membacakan peraturanku pada mereka berempat belas. “Sekarang sebelum mulai, masukin penis kalian kedalam vagina pasangan masing-masing biar startnya seimbang sambil kubacakan nama peserta.” ucap Eka sambil berlagak layaknya MC olahraga profesional. “Peserta pertama ada Icha dengan Alpha.” Alpha kemudian memasukkan penisnya ke vagina Icha. “Ngghhh…” gumam Icha. “Peserta kedua ada Novi dan Gamma.” Gamma langsung menyodok masuk penisnya ke vagina Novi. “Aakkhh…” Novi melenguh pelan. “lalu yang ketiga ada Rizka dan Omega.” Omega mendorong penisnya ke vagina Rizka dan Rizka mendesis pelan. “Keempat ada Zahra dan Sigma. Lalu kelima ada Teta dan Tia, keenam ada Lamda dan Nana lalu terakhir peserta ketujuh ada Kappa dan Puspa.” mereka menyodokkan penis mereka kedalam vagina masing-masing pasangan dan menimbulkan reaksi desis dan lenguhan pelan dari Zahra, Tia, Nana dan Puspa.

Setelah ketujuh tiruanku memasukan penisnya ke vagina masing-masing, Eka memberi aba-aba sambil menyiapkan stopwatch. “Siaappp…. Mulai !” Eka menyalakan stopwatch dan terdengarlah suara desahan, lenguhan dan rintihan dari ketujuh bidadari itu saling bersahutan. Genjotan tiruanku aku samakan kecepatannya sehingga tidak ada masalah. “ooohhh… yeesss… terus… aaahhh… kyaahhh… yang dalem… uuuhhh…” suara-suara itu menghiasi ruang tamuku dan aku menikmati suara itu sambil merekam mereka. 20 menit telah berlalu, aku lihat Zahra dam Sigma akan tersingkir lebih awal. “Aaahhh… aku keluaarr… yeeessshhhh…”Sigma mencapai klimaks dan menyemburkan spermanya didalam vagina Zahra. “Aaahhh…. Ooohhh….” Zahra melenguh keras kemudian Sigma ambruk menidih Zahra dan berubah menjadi sperma. Sambil merekam yang lain, kulihat tubuh Zahra tengkurap lemas sambil bersimbah dengan sperma lalu Fitri menghampiri Zahra dan mengoleskan gumpalan sperma itu ke seluruh tubuh Zahra hingga merata. “Oke ronde pertama selesai dan satu peserta tersingkir lebih awal. Kalian boleh minum dulu tapi kalian tetap ditempat dan penis kalian harus tetap tertancap di vagina pasangan kalian. Kami ambilkan minuman.” Eka dan Fitri lalu ke dapur mengambilkan es teh manis dan menyediakannya ke enam peserta tersisa. Setelah mereka minum, Eka kembali memberi aba-aba. “Ronde kedua ! Bersiaappp…. Genjooottt !” ronde kedua dimulai dan kecepatan keenam tiruanku kutingkatkan dua kali lipat hingga enam gadis itu mulai kelojotan. “Aaahhh…ooohhh… yeesss… ooohhh…aaahhh” desahan mereka kembali bersahutan. Aku rekam ekspresi keenam gadis itu satu persatu dan tentu saja ekpresi Icha, Novi dan Puspa yang paling menggairahkan. Setelah 15 menit, Rizka dan Tia mulai meracau tidak beraturan dan akan orgasme. “Uwwwuuuwww…. Ooouwww… yeeshhh yeeshhh yeesshhh… aaauuuhhh..ooohhhh… hhyaaaaaahhhh”. Rizka dan Tia mencapai orgasme namun genjotan tetap berlanjut karena tidak masuk jeda ronde. 10 menit kemudian, Omega dan Teta merasakan penis mereka akan meledakkan sperma. “Rizkaa…. Gw keluaarrr….” , “Tiaaa…. Yeeeahhhh….” Mereka berdua menyemprotkan sperma mereka didalam vagina Rizka dan Tia.mereka berdua kemudian menjadi gumpalan sperma yang menyelimuti tubuh Rizka dan Tia. “Oke ! Ronde dua selesai ! Rizka dan Tia tersingkir !” Eka lalu memberikan air putih kepada peserta yang masih tersisa dan Fitri meratakan gumpalan sperma di tubuh Rizka dan Tia hingga seluruh tubuh mereka diselimuti cairan putih kental itu. “Babak semifinal ! Icha vs Novi vs Nana vs Puspa ! keempat pasangan bersiap-siap !” Eka menyuruh empat pasangan lomba bersiap. Aku lihat Icha dan Puspa memiliki daya tahan paling tinggi karena fisik mereka lebih proporsional dan atletis dibanding Nana dan Novi yang kurus dan agak lemah. Aku juga melihat tubuh Nana dan Novi sudah sangat lemas dan tampaknya kedua tangan mereka sudah mulai bergetar menopang tubuh nunggingnya. Sementara Icha dan Puspa masih terlihat segar walau nafas mereka agak tersengal dan berkeringat banyak. Bisa dibilang Zahra, Tia dan Rizka memiliki keunikan tersendiri di vagina mereka hingga berhasil membuat tiruanku klimaks lebih cepat. Namun aku mencari selir special yang bisa tahan lama menerima seranganku hingga aku puas, bukan yang bisa membuatku orgasme lebih cepat. Itulah alasanku mengadakan lomba ini. Budak seks yang bergelar selir special ini akan tinggal di rumahku sampai saat yang tepat untuk aku lepaskan atau setara dengan pendamping hidupku selama aku kuliah hingga selesai. Sementara budak seksku yang lain tinggal seperti kehidupan biasa namun ketika aku memanggil mereka, mereka harus datang ke rumahku. Eka dan Fitri ? mereka berdua punya peran lain dalam organisasi budak seksku. Kak Tiwi dan kak Lulu ? aku menugaskan mereka untuk memantau dosen muda atau mahasiswi baru yang untuk kujadikan tambahan koleksi budakku. Mengapa hanya mereka bertujuh yang menjadi pesertanya ? Karena mereka ada di organisasi yang sama denganku sehingga waktu bersama lebih banyak dibanding yang lain. “Siaaaappp !! Genjooottt !!!” Eka memulai ronde semifinal dan genjotan keempat tiruanku semakin menggila. Aku lihat Icha, Novi, Nana dan Puspa mendesah semakin intens namun nada mereka melemah karena tenaga mereka sudah terkuras di ronde-ronde sebelumnya. “aaahhh… Icha keluaarrr… uuuhhh” , “Novi mau pipisss… kyaaahhhh…” , “Ohhh… Nana keluaarrr… aaaaiihhh…” , “Puspa udah gatahan…. Puspa keluar…. Aaahhh….” Mereka berempat secara mengejutkan orgasme berbarengan. Tubuh mereka mulai lemas namun harus tetap mampu bertahan menahan genjotan tiruanku-tiruanku di vagina mereka. 15 menit kemudian, Gamma dan Lamda akan orgasme lalu memeluk Novi dan Nana dengan sangat erat. “My loliii… Gw keluar…. Yeaeeahhh….” , “Nana chan…. Ooohhhh… I’m cuming…” mereka menyemprotkan sperma mereka kedalam vagina pasangan masing-masing yaitu Novi dan Nana. Kemudian Gamma dan Lamda berubah menjadi sperma dan menyelimuti tubuh Novi dan Nana. Saat Eka akan mengaba-aba, kutahan tangannya. “Langsung saja lanjutkan.” Eka kemudian mengangguk lalu membiarkan Alpha dan Kappa menggenjot Icha dan Puspa. Setengah jam sudah berlalu, Puspa dan Icha sudah berkali-kali orgasme namun mereka masih kuat meladeni genjotan Alpha dan Kappa. Tak lama kemudian salah satu dari mereka orgasme sambil mencengkeram pantat pasangannya dan tiruanku yg tersisa berubah menjadi sperma. Namun, beberapa detik kemudian, tiruanku yang satu lagi juga orgasme dan memeluk erat pasangannya dan berubah menjadi sperma. Aku hampiri kedua tubuh yang terlentang dan berlumuran sperma lalu dengan senyum aku lantik gadis itu menjadi selir spesialku. Selamat Icha, kamu memang pantas kujadikan selir special atau boneka seks harianku.

Setelah permainan panas dan panjang, tak terasa hari sudah sore. Eka dan Fitri menjejerkan tubuh Novi, Rizka, Nana, Zahra, Tia dan Puspa yang tergolek lemah diatas meja tamu yang berfungsi sebagai alas pengantar serbaguna. Keenam gadis itu kemudian diantar ke kamar mandi khusus di ruang belakang rumahku. “Tuan, aku mau mandiin mereka ya.” Fitri pamit ke belakang untuk memandikan tubuh enam bidadari sekaligus koleksi budakku. “Eka, kamu bawa Icha ke kamar dan mandiin sampe bersih.” Eka kemudian membopong Icha ke kamar mandi di kamarku dan dimandikan sampai bersih. Setelah meneguk sebotol cola di dapur, aku naik ke kamarku untuk “bermain” dengan Icha tentunya bersama Eka dan Fitri juga. Setelah masuk ke kamar, aku dikejutkan dengan penampilan Icha yang sangat cantik dengan jilbab biru muda dan sebuah gaun tembus pandang warna putih. Aku lihat Icha tidak dipakaikan bra dan celana dalam dan bagian bawahnya hanya dibungkus stocking warna biru muda. “Tuan… apa aku sanggup melakukan ini ?” Icha khawatir padaku dan takut dia tidak bisa memuaskanku. Aku tersenyum lalu kuhampiri Icha dan kusandarkan kepalanya ke pundakku. Fitri kemudian masuk ke kamarku dengan tampilan yang sangat menggairahkan begitupun Eka. Mereka berdua mengenakan jilbab hitam dengan jaket kulit hitam ketat dan legging hitam serta kaos kaki sebetis yang juga hitam sehingga warna kulit putih mereka menjadi terlihat kontras. “Sebelum mulai, kita makan malam dulu yuk kebawah.” Aku menggandeng tangan Icha sementara Eka dan Fitri mengawal di kiri dan kanan kami. Di meja makan, Novi dan Rizka sudah menyiapkan makan malam di dapurku dengan konsep yang cukup romantis. Setelah makan malam, aku bopong tubuh Icha ke kamarku. Aku lihat wajahnya tegang layaknya seorang pengantin yang akan melakukan malam pertama. Padahal, ini hanya formalitas semata karena toh aku juga sudah memerkosa tubuhnya kemarin. Sesampainya di kamar, Fitri mengunci pintu kamarku lalu bersama Eka, mereka berdua menyergapku dan Icha. Eka menciumi dan membuka pakaianku sementara Fitri memeluk tubuh Icha sambil menyelipkan tangannya ke vagina Icha dan mengoboknya. Aku yang sudah tidak sabar kemudian berbalik menidih Eka sambil merobek legging bagian selangkangannya hingga memperlihatkan vagina mungilnya. Lalu aku langsung sodok penisku kedalam vagina Eka dan kugenjot dengan ganas. “Aaahhh… tuaannn… ooohhh… yeesss… uuhhh…” Eka meracau sambil menikmati genjotanku. Sementara, tubuh Icha kelojotan menahan obokan tangan Fitri di vaginanya. “Ooohhh…. Fiiittt…. Icha keluaarrr…. Ooohhh” Icha mencapai orgasme dan cairan vaginanya menyemprot keluar. Dengan rakus, Fitri menjilati cairan vagina Icha yang di menempel sprei maupun yang menempel di tubuh Icha. Setelah setengah jam, aku merasakan ingin orgasme. “Ooohh… Ekaaa…. Gw mau keluaarr….” , “Keluarin di dalam tuaannkuu… hhyaaahhhh… “ spermaku menyemprot keluar mengisi liang vagina Eka hingga penuh dan kulihat ekspresi kenikmatan Eka yaitu memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya dan tubuhnya bergetar. Lalu langsung kucabut penisku dan aku menghampiri Fitri. “Fitri sayang… giliran kamu yaa…” aku langsung sodokkan penisku di vagina Fitri yang sudah becek. Lalu kugenjot penisku dengan cepat hingga menimbulkan suara becekan. “Iyyaahhh… tuaaan…. Enak tuaannn… ooohhh… yeesss…” Fitri meracau sambil menggoyangkan pinggulnya. Setelah 20 menit, aku kembali akan orgasme. “Fiiitt…. Gw mau keluar …. Oohhh…” , “Tuaaannnn…. Keluarin yang banyak… fitri mau sperma tuaann…” kusemprotkan spermaku di dalam liang vaginanya. lalu kucabut penisku dan kukeluarkan sisa spermaku di wajah dan mulut Fitri. “Terimakasih tuan…” Fitri gembira lalu menjilati wajahnya dan mengemut jarinya yang berlumuran spermaku. Lalu aku hampiri Icha yang mulai gelisah. “Tidak apa-apa sayang. Nikmati aja setiap gerakannya.” Kemudian kucium Icha dan langsung kumasukan penisku kedalam vaginanya yang juga sudah becek akibat obokan Fitri. kugenjot penisku di dalam vagina Icha hingga bersuara becek. “mmmhhh… mmmm….mmmmhhh….” desahan Icha tertahan oleh ciumanku dan kugenjot tubuhku makin cepat. “mmmhhhh… mmmmmm….” Icha kemudian meraih orgasme lagi dan cairan vaginanya menghangatkan penisku. Tubuh Icha melenting keatas lalu kepalanya mendongak dan matanya terbelalak saat dia orgasme. Kulepaskan ciumanku lalu tubuh Icha mulai lemas dan ngos-ngosan karena fisiknya sudah sangat terkuras. Aku lanjutkan genjotanku menjadi semakin tidak terkendali hingga tubuh Icha terguncang-guncang karena gerakanku. “Ichaaa… gw keluaarrr… oohhh yeeeaaa..” , “Tuaannn….. uuuhhh…” aku semprotkan sisa sperma harianku di dalam lubang vagina Icha lalu kucabut penisku dan kusemprotkan sisanya di seluruh tubuh Icha hingga menyelimuti tubuhnya. Aku lihat tubuh Icha tergolek lemah dan Icha kemudian tertidur. Setelah permainan foursome selesai, aku lucuti jilbab Fitri hingga rambut pandeknya terurai dan kugunakan untuk mengelap penisku hingga bersih lalu kukenakan kembali jilbab itu ke Fitri. Saat melihat jam ternyata sudah pukul 1 pagi, aku langsung tertidur pulas.

Hari Minggu telah tiba, aku terbangun saat waktu menunjukkan jam 7 pagi. Kulihat Eka, Fitri dan Icha masih tertidur di ranjangku. Kemudian aku melangkah ke kamar mandi untuk menyegarkan diri. Setelah mandi, aku bangunkan mereka bertiga dan kusuruh ke ruang tamu. Begitupun enam budakku yang lain di lantai bawah untuk berkumpul ke ruang tamu. “Selamat pagi anak-anakku.” Kusapa mereka dengan lembut. “Selamat pagi tuaann…” balas gadis-gadis itu. “Ini hari Minggu, besok kita kuliah dan inget pesan saya yang kemarin-kemarin.” Kulihat 7 bidadariku sudah mengenakan pakaian yang mereka pakai di hari Jumat lalu dan sudah dicuci bersih oleh Eka. Eka dan Fitri juga mengenakan pakaian normal mereka. “Sekarang Eka dan Fitri silahkan kalian balik ke kosan kalian. Sementara kalian bertujuh ingat ! kita masih ada rapat divisi yang tertunda.” Aku mempersilahkan Eka dan Fitri pulang duluan. “Dadaahh tuankuu… kalau mau panggil-panggil… aku sama Fitri siap kapan aja.. *mmuuaaacchh” Eka mencium pipi kananku disusul Fitri yang mencium pipi kiriku kemudian mereka pulang ke kosan masing-masing. Aku selesaikan rapat divisiku beserta tujuh bidadariku hingga selesai. Kemudian Novi, Zahra, Rizka, Nana, Puspa dan Tia pamit ke kosan masing-masing. Sementara Icha juga pamit tapi untuk mengurus pindahan dari kosan nya ke rumahku dan Icha akan resmi tinggal bersama di rumahku hari Senin sebagai selir spesial. Setelah pesta sex selama dua setengah hari, hari-hariku di BEM semakin mantap. Divisiku semakin kompak dan mendapat penghargaan divisi dengan kinerja terbaik. Dan di tahun kedua, aku diberikan amanah oleh ketua BEM yang baru untuk menjadi penanggung jawab divisi kemahasiswaan bersama Icha sebagai wakilku. Novi, Rizka dan Puspa juga lanjut di BEM sebagai penanggung jawab divisi lain. Sementara Tia dan Zahra diangkat menjadi penanggung jawab dan wakil penanggung jawab salah satu divisi di organisasi kerohanian. Begitupun Eka dan Fitri juga menjadi penanggung jawab divisi keanggotaan di kerohanian. Sementara Nana memilih tidak lanjut organisasi dan sering nongkrong di perpustakaan. Setiap pulang kuliah, secara bergantian aku memanggil enam bidadari maupun Eka dan Fitri untuk memenuhi hasrat seksual tak terbatasku. Icha juga semakin menempel denganku dan tentu saja, semakin liar setiap aku “bermain” dengannya setiap pagi dan malam di rumahku. Kak Tiwi dan kak Lulu ? mereka berdua sudah menyelesaikan wisudanya dan aku memerdekakan status mereka. Kudengar, kedua mentorku itu sekarang sudah menjadi pemuas nafsu bos di kantor mereka bekerja. Apakah petualanganku sudah selesai ? Belum. Masih banyak teman seangkatan yang akan kuincar sebagai koleksi seks tambahanku.

(bersambung...)

Chapter 4 : Sabtu / Minggu.
Stay tune...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd