Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Gairah Cuckold

Bimabet
Pestanya mamah Laela.

Kisah ini adalah kisah yang diceritakan oleh Mpok Ida yang terkenal bawel. Perempuan paruh baya yang jadi sahabat karibnya Ani, ibu Ina, yang jadi peran utama di cerita saya ini.
Sabtu sore itu Trisno baru pulang bersama Mamah Laela dari belanja di pasar mangga besar. Mamah Laela turun dari mobil dengan membawa beberapa plastik yang berisi belanjaannya, Trisno juga setelah mengunci mobil ikut mengangkat beberapa bungkus plastik belanjaan Mamah Laela.
“Langsung bawa ke kamar saya ya Tris..”kata Mamah Laela.
Trisno dengan sigap membawa semua barang-barang itu ke dalam kamar. Mamah Laela mengikuti dari belakang. Setelah meletakkan semua barang-barang itu, Trisno langsung berniat keluar dari kamar. Tapi ditahan sama mamah Laela.
“jangan pergi dulu Tris…ada yang saya mau perintahkan untuk kamu” kata Mamah Laela.
Trisno gak jadi buka pintu, tapi berdiri didepan pintu, menunggu perintah selanjutnya dari majikannya.
Mamah Laela membuka bungkusan plastik belanjaannya. Dikeluarkannya barang-barangnya, sepertinya dia sedang mencari sesuatu yang dia mau serahkan ke Trisno.
Akhirnya ditemukanlah apa yang dia cari. Mamah Laela membuka bungkusan yang berisi beberapa majalah.
“Trisno…sini kamu, duduk disamping mamah” perintah mamah Laela ke Trisno.
“Ya…Bu” Trisno mengikuti perintah majikannya untuk duduk disampingnya.
Trisno melihat mamah Laela sedang memegang beberapa majalah. Lalu mamah Laela memberikan satu majalah dari beberapa majalah yang dipegangnya kepada Trisno. Trisno menerima dan melihat isi majalah itu.
Majalah yang diberikan mamah Laela ke Trisno ternyata majalah yang berisi foto-foto porno. Trisno lihat majalah itu berisi adegan persetubuhan yang dilakukan beberapa laki-laki dengan satu perempuan. Laki-laki yang ada dalam foto itu kebanyakan berkulit hitam, meskipun ada juga yang putih, sedangkan perempuannya berkulit Asia Selatan seperti orang China atau Jepang.
Tanpa sadar Trisno jadi asyik memandangi foto-foto di majalah itu. Seperti kita sudah ketahui, Trisno ini penggemar sesama jenis sehingga saat melihat isi majalah itu, yang dia pelototi bukan tubuh wanitanya tapi batang kemaluan lelaki2 itu. Gairah Trisno mendadak meningkat.
Sedang asyik-asyiknya Trisno memandangi majalah itu, mamah Laela memukul ringan bahu Trisno.
“Udah, jangan dipelototi saja.. saya mau menyuruh kamu untuk membagikan majalah-majalah ini ke anak-anak santri tertentu yang nama-namanya akan saya kasih tau kamu, mengerti?” tanya mamah Laela.
Trisno terkejut ditepuk bahunya, dan dia sedikit memerah wajahnya.
“mengerti Mamah…”jawab Trisno.
Mamah Laela juga membuka bungkusan plastik besar satunya lagi, isinya beberapa sarung laki-laki dan satu kotak. Dan mamah Laela memperlihatkan isi kotak tersebut ke Trisno yang ternyata berisi beberapa kondom.
Mamah Laela menghitung majalah-majalah yang dibelinya. Semuanya ada 6jilid majalah.
“Ini 5 majalah, sarung, agar kamu bagi-bagikan ke nama-nama yang tertulis di kertas ini. Di kertas ini tertulis nama dan posisi kamar mereka semua, tapi satu majalah ini saja, khusus saya berikan untuk kamu…” kata Mamah Laela, sambil memberikan satu majalah yang terpisah dari 5 majalah-majalah lainnya.
Trisno menerima satu majalah yang dihadiahkan mamah Laela kepadanya. Dibukanya majalah, kaget dia, ternyata di majalah yang dia terimanya berisi foto-foto vulgar gay.
“sudah jangan dilihat sekarang, kamu segera berikan majalah-majalah, sarung-sarung ke anak-anak santri yang sudah saya tuliskan di kertas itu, malam ini juga, serta beritahukan mereka bahwa mereka harus bersiap-siap besok di mobil Ayla putih dan merah besok” kata Mamah Laela.
“dan kotak berisi kondom ini, kamu yang harus simpan” kata Mamah Laela lagi.
Setelah paham semuanya, Trisno langsung langsung bangun dan bergerak keluar.
Sepeninggal Trisno, mamah Laela berdiri ke pintu dan menguncinya, sejenak dia berdiri di depan pintu, termenung, dan menarik napas, sepertinya dia sedang membayangkan rencananya besok. Rencana yang sudah lama dia persiapkan.
Sebelumnya, mamah Laela sudah jauh-jauh hari memilih berondong yang bisa memuaskan rasa dahaganya. Dia cari santri-santri yg sudah dewasa, tapi yang pemalu dihadapan lawan jenisnya. Mamah Laela melakukan pendekatan tanpa ada yg tahu selain dia dan santri-santri sasarannya itu.
Selama mamah Laela mendekati mereka, para santri-santri itu tidak ada yg berpikiran macam-macam kepada istri kiyai mereka. Mereka sangat sopan kepada mamah Laela. Meskipun mereka kadang-kadang heran kenapa mereka berlima sepertinya diistimewakan dari santri-santri lainnya. Mamah Laela sering memberikan uang serta barang kepada mereka, apalagi mereka itu bukan dari keluarga yang mampu. Keluarga santri-santri itu jauh dari mereka, keluarga mereka kebanyakan petani di kampung.
Hari Minggu pun tiba, ada sekitar 3 mobil minibus disediakan, 1bus dan 1alphard yang akan ditumpangi Abah dan mamah.
Tanpa Sepengetahuan pengurus pesantren yg menyiapkan acara kali ini, Trisno sudah menyiapkan 2 mobil lagi yaitu 2 Ayla berwarna merah dan putih, untuk rombongan rahasianya Mamah Laela, sang majikannya.
Disaat yang lainnya berkonsentrasi untuk acara ceramah sang kiyai kali ini, Trisno dan 5 santri berondong simpanan mamah Laela, malah berkonsentrasi pada rencana mereka sendiri. Trisno sudah diberitahu mamah Laela bahwa, Trisno harus memimpin rombongan mamah Laela ke rumah Mpok Ida saat istirahat siang nanti. Trisno akan membawa Ayla putih bersama Mamah Laela dan satu santri, sedangkan empat santri lainnya akan naik Ayla merah. Nanti Ayla merah akan mengikuti mobil yang disupiri Trisno ke tempat tujuan.
Kita beralih ke mpok Ida yang mulai Minggu pagi sudah mendandani rumahnya. Ubin nya dipel dengan karbol wangi, WC dan kamar mandi nya juga. Dan yang paling utama adalah kamar tidur nya.
Mpok Ida sudah lama hidup sendiri, semenjak suaminya meninggal dunia. Mpok Ida dapat warisan yang cukup dari almarhum suaminya. Rumah yang ditinggalinya sekarang juga tergolong rumah yang megah meskipun tidak bisa disebut rumah mewah tapi dijejeran rumah-rumah di sekitar situ, rumah Mpok Ida lah yang paling besar apalagi perkarangannya juga luas.
Meskipun hidup Mpok Ida sudah cukup tapi dia bosan kalau tidak melakukan apa-apa, oleh karena itu dia sering menerima panggilan untuk mengurut karena memang dia punya keahlian untuk itu.
Rombongan Abah haji pun sampai di tempat acara pengajian untuk menyambut hari besar keagamaan. Saat turun, Abah pun disambut oleh pihak panitia disana. Abah dan mamah dikawal ke tempat yang memang sudah disediakan. Tak lama kemudian acara pun dimulai.
Beberapa acara pun berlalu sampai tibalah pada acara utama yaitu ceramah dari Abah yg sudah ditunggu-tunggu oleh jemaah sekalian.
Abah memang memiliki gaya ceramah yang mendidik sekaligus menghibur, sehingga banyak orang yang suka mendengarkannya. Saat Abah berceramah semua mata tertuju padanya, yang mendengarkan ada yg mengangguk angguk dan ada juga yang tertawa, yang pasti tidak ada yg ngantuk saat mendengarkan ceramah itu. Hanya satu, yaitu Mamah Laela yang tidak konsentrasi mendengarkan ceramah suaminya. Pikiran mamah Laela sudah melayang jauh entah kemana. Dia hanya ingin agar segera waktu istirahat tiba agar dia bisa minta ijin ke suaminya untuk beristirahat di rumah temannya, alias rumahnya Mpok Ida.
Akhirnya selesai ceramah itu, Abah pun kembali duduk di tempat nya. Saat itu mamah Laela menghubungi suaminya via handphone, setelah tersambung, mamah Laela mengutarakan niatnya untuk minta ijin agar diijinkan untuk keluar acara untuk pergi ke tempat temannya untuk beristirahat. Alasannya karena badannya letih dan mengantuk. Abah pun segera menyetujui permintaan istrinya itu, bahkan dia bilang bahwa dia mempersilakan mamah Laela pulang langsung ke rumah dan pesantren mereka kalau mau dan tidak perlu balik lagi ke tempat acara ini.
Mamah Laela pun berterima kasih kepada suaminya dan setelah itu segera ia menghubungi Trisno untuk memerintahkan Trisno untuk menjalankan rencana yang sudah mereka buat.
Mamah Laela tidak lupa berpamitan kepada panitia dan langsung menuju ke mobil Ayla putih yang sudah disiapkan.
Di mobil Ayla putih itu sudah menunggu Trisno dan salah seorang santri yang duduk di bangku depan, sedangkan mamah Laela duduk sendirian di belakang. Saat mobil mulai dijalankan oleh Trisno, mamah Laela sempat melihat kebelakang, dia melihat Ayla merah yang ditumpangi 4orang santri, mengikuti mereka.
Selama perjalanan, santri yang duduk di bangku depan, memegang map yang kalau dibuka ternyata didalamnya ada majalah yang diberikan oleh mamah Laela. Di halaman pertama majalah itu, ada selembar kertas yang ditulis mamah Laela sendiri yang berisi ungkapan hati mamah Laela dan beberapa petunjuk yang mereka harus jalankan pada kesempatan ini. Begitu juga dengan santri-santri lainnya di mobil satunya lagi.
Tak lama kemudian, Mpok Ida pun yang berdiri di depan rumah nya bisa melihat kedatangan dua buah mobil, yang sudah ditunggu-tunggu nya. Mpok Ida pun melihat dua mobil itu masuk ke perkarangannya untuk diparkir disitu.
Mpok Ida pun mempersilahkan rombongan yang baru tiba itu untuk masuk kerumahnya. Rumah Mpok Ida ada di sudut jalan dan jauh dari rumah lainnya, dan yang paling dekat adalah rumah Ani dan Koh Akong. Setelah tamu-tamunya masuk, Mpok Ida melihat sekeliling dan dia lihat siapa-siapa disekeliling rumahnya. Aman…pikiran nya.
Setelah pintu rumah ditutup, Mpok Ida menyuruh semuanya untuk duduk. Dan Mpok Ida bergegas mau ke dapur.
“Mpok nanti aja ngeluarin minumannya, kami juga sudah banyak makan dan minum di acara tadi” kata Mamah Laela.
“Tolong Mpok sediain aja handuk, saya mau basuh badan dulu” kata Mamah Laela lagi.
Mpok Ida pun tidak jadi pergi ke dapur tapi masuk ke kamar ambil handuk, memang sebelumnya Mpok Ida sudah dibekali uang untuk beli 7 handuk, makanya dia sudah langsung bisa menyediakan handuk-handuk yang baru kemarin dibelinya itu.
7handuk itu diserahkan ke mamah Laela, dan mamah Laela pun membagi-bagikan handuk itu kepada santri-santri yg mengikutinya.
“Mamah mau mandi dulu karena badan mamah basah sama keringat tadi, cukup dua orang dulu untuk nemenin mamah ya…”kata mamah Laela.
Dua orang santri pun mengikuti mamah ke kamar mandi.
Perlu diketahui bahwa santri-santri yang menyertai Mamah Laela, semuanya memakai sarung. Dan sesuai perintah mamah Laela yang ditulis di kertas yang disebarkan kepada mereka semua, santri-santri itu tidak ada satu pun yang memakai celana dalam.
Kamar mandi di rumah Mpok Ida cukup luas, bahkan dibandingkan dengan kamar mandi di rumah tetangga nya, bisa dibilang tiga kali luasnya.
“pintunya gak usah ditutup…pok” kata Mamah Laela kepada Mpok Ida yang tadinya berniat menutup pintu kamar mandi itu.
Mamah Laela mulai melepaskan bajunya, dan dia minta dua santri yang menemaninya itu untuk membantunya melepaskan pakaiannya. Tapi mamah Laela gak mau melepas jilbabnya. Hanya baju atasan dan bawahan yang dilepas, bh nya juga dilepas, terakhir celana dalam nya dia lepas sambil berpegangan ke bahu dua santri itu, mamah Laela menaikkan kakinya agar celana dalam nya terlepas.
Sekarang mamah Laela pun sudah dalam kondisi polos, bugil. Payudara nya yang besar terpampang jelas, meskipun sedikit kendur tapi bagi santri-santri yang ada disitu, adalah pemandangan yang memukau.
Memang santri-santri itu sejak pagi tadi tidak ada yg bersuara, meskipun mereka tahu apa yang harus mereka lakukan hari ini yaitu mengikuti apa yang diperintahkan mamah Laela dalam surat yang mereka terima dari Trisno tadi malam. Mereka sejak pagi tegang menahan birahi mereka.
Dua santri yang membantu menelanjangi mamah Laela pun bergetar hatinya melihat untuk pertama kalinya tubuh telanjang seorang perempuan. Tapi satu diantara mereka masih sadar akan situasi, dia pun memungut baju mamah Laela yang sudah terlepas, dikumpulkannya dan diletakkan di ember.
Santri yang satunya lagi masih berdiri seperti patung memandangi tubuh polos mamah Laela. Dia lihat ada rambut yang lebat diatas kemaluan si mamah, di kedua sisi ketiak si mamah pun, santri itu bisa melihat rimbun nya bulu ketiak. Tapi semua itu indah sekali di mata keduanya.
“Ayo bantu mamah, gosok punggung dan dada mamah dengan sabun..” perintah mamah.
Kedua santri itu pun mengambil sabun batangan dan mengusapkannya ke badan mamah. Mamah Laela pun menutup matanya, menikmati gosokan sabun di badannya yg dilakukan dua berondong ini.
Salah seorang pun mengambil air dengan gayung dan mengguyur tubuh mamah Laela, agar hilang busa sabun nya. Begitu lah kedua santri itu bergantian memandikan mamah Laela.
Setelah dirasa cukup, mamah Laela pun minta agar badannya dilap dengan handuk oleh kedua santri itu. Masing-masing santri sudah memegang handuk masing-masing, kedua santri itu melap tubuh mamah Laela dengan handuk yang mereka pegang.
Saat mengeringkan badannya, mamah merasakan empat tangan menggerayangi badannya. Karena mata mamah terpejam, mamah Laela tidak tahu, tangan siapa yang sedang meremas-remas payudara nya, tangan siapa yang sedang melap bulu kemaluannya sambil sesekali menyodok nyodok vagina nya. Semua itu diresapi mamah Laela dengan mata terpejam.
Setelah kering, mamah Laela pun keluar dari kamar mandi, dengan keadaan telanjang bulat. Mamah Laela bisa melihat ekspresi masing-masing orang yang ada di ruangan itu. 5 santri itu begitu jelas memperlihatkan api birahi yang terpancar dari mata mereka.
“angkat sarung kalian…”perintah mamah.
5 orang santri itu pun menuruti perintah mamah itu. Ukuran batang kemaluan santri-santri itu beragam, tapi persamaannya adalah semua batang itu dalam posisi tegang.
“Saya minta agar setiap orang memasangkan kondom yang kalian punya ke kontol temannya”
Empat santri saling membantu memasangkan kondom, dan seorang lagi dibantu Trisno untuk pemasangannya. Trisno menyukai hal itu meskipun dia tidak berani melakukan hal yang lebih dari itu.
Mamah berjalan ke sofa, lalu dia duduk dan merenggangkan kedua pahanya.
“Ayo satu demi satu, saya minta untuk mencicipi memekku ini, tadi sudah bersih digosok dengan sabun, mudah-mudahan tidak bakalan bau…”kata mamah Laela.
Satu santri yang tadi menyabuni mamah Laela, bergerak menghampiri. Santri meletakkan lutut nya dilantai, agar kepalanya bisa dia sisipkan di selangkangan mamah. Tanpa sungkan-sungkan, dia menjulurkan lidahnya ke liang kewanitaan mamah Laela. Lidah itu menyapu bibir kemaluan yang tertutup oleh rimbunnya bulu kemaluan, gerakan lidah itu seperti orang sedang menikmati sebuah es krim.
Jilatannya cepat, sampai terdengar suara khas dari area tersebut. Mamah Laela terpejam dan bergeliat menikmati jilatan itu. Kedua tangannya menahan lutut agar kedua kakinya tetap terbuka lebar.
Setelah dirasakan cukup, tangan mamah Laela pun menjambak rambut santri itu dan menarik nya dengan maksud agar jilatan itu dihentikan. Mamah Laela sudah merasakan cairan kenikmatan sudah membasahi vaginanya. Kondisi dimana kemaluannya siap untuk dientoti.
“Sekarang saya mau agar masing-masing santri, memasukkan kontol kalian ke lobang memek saya ini, terserah siapa yang duluan, asal jangan lebih dari lima menit, setelah lima menit, tolong dicabut dan beri kesempatan yang lainnya untuk mengentoti saya, mengerti…” kata Mamah Laela yang masih dalam posisi duduk di sofa dengan paha yang terbuka lebar.
Santri yang tadi menjilati vagina Mamah Laela, langsung ambil kesempatan, batang kemaluannya yang sudah tegang, langsung diarahkan ke lobang memek Mamah Laela, batang kemaluan itupun dengan cepat masuk kedalam kemaluannya mamah Laela, kemudian santri itu memompakan pinggulnya, badannya ditempelkan ke badan mamah Laela, bibirnya menyosor rakus ke bibir mamah Laela. Santri ini benar-benar berada di puncak birahinya.
Gerakan pinggulnya cepat dan sedikit kasar, semuanya bisa mendengar suara ceprat ceprot gesekan kontol yang keluar masuk nonok mamah Laela. Santri-santri lainnya tidak berkedip menyaksikan adegan itu. Mamah Laela memberikan waktu 5 menit, tapi karena saking nafsunya, belum sampai 3 menit anak itu sudah sampai puncaknya. Santri itu pun berhenti. Mamah Laela mendorong santri itu untuk bangun, setelah bangun, segera seorang santri lagi mengambil posisi di sela-sela paha mamah, seperti santri yang tadi, santri inipun mengarahkan kontol nya ke memek Mamah, kontol itu pun dengan mudah menyelip ke sela-sela bibir kemaluan mamah.
Beda dg santri sebelumnya, santri ini mengayunkan pinggulnya maju mundur dengan kecepatan yang sedang, tidak secepat santri sebelumnya. Dia menghisap kedua putting mamah, kiri kanan, kiri kanan, bergantian. Dan akhirnya waktu 5 menit pun tiba, terpaksa dia bangun meskipun kontolnya belum memuncratkan maninya.
Selanjutnya, santri selanjutnya, tapi sebelum dia memasukkan kontolnya, dia membisikkan sesuatu ke telinga mamah.
“Mah…sekaligus dua ya?, kayak posisi di foto majalah yang mamah kasih..” bisik anak itu.
Mamah mengangguk, dan bangun, untuk mengatur posisi. Anak yang tadi bergantian dengan mamah, untuk duduk di sofa, mamah Laela lah yang mengepakkan bibir memeknya agar kontol itu masuk, dan setelah pas, mamah Laela menurunkan pantatnya agar kontol itu amblas kedalam memeknya. Dalam posisi nungging seperti itu, seorang santri lagi, mengarahkan kontolnya ke lobang anus mamah Laela. Sekarang dua lobang mamah Laela sudah dipenuhi oleh dua kontol. Gerakan mereka memang perlahan, tapi mamah Laela merasakan kenikmatan yang luar biasa. Selanjutnya, seorang lagi menyodorkan kontolnya ke mulut mamah Laela yang memang sering menganga saat menikmati persetubuhan ini. Mamah Laela pun mengulum kontol itu meskipun dirasakan kontol itu yang paling terkecil diantara kontol2 lainnya.
Mpok Ida hanya bengong melihat pergumulan empat orang itu, tapi dia lega, melihat orang yang sering curhat kepada nya dan selama ini tersiksa karena birahinya, sekarang sudah bisa melepaskan belenggu itu.
Pergumulan empat orang itu tidak berlangsung lama, yang pertama orgasme adalah kontol yang dihisap mamah, selanjutnya kontol-kontol yang di memek dan anus berbarengan sampai puncaknya.
Mereka semuanya pun bangun, tapi saat mamah Laela mau melangkah, ada tangan yang memeluk nya. Yaitu tangan santri kedua yang belum sampai klimaks nya. Mamah Laela pun menunduk, dengan tangan memegang sofa, dalam posisi nungging, kontol santri memompa memek nya dengan gerakan cepat sambil meremas remas payudara nya, tak lama kemudian akhirnya dia pun klimaks. Mamah Laela pun merasakan klimaks sampai empat kali, liang vaginanya sudah berkali kali menyemburkan cairan kenikmatan wanitanya. Mamah Laela pun puas, melepaskan puasa birahi yang selama ini membuat nya menderita
 
saya baru beberapa menit yang lalu mengganti alamat email saya, dan tanpa saya sadari akun saya nyangkut entah dimana sehingga saya tidak bisa reply di thread yang saya mulai sendiri, tapi sekarang sudah pulih kembali, untuk itu, nanti malam saya akan lanjutkan cerita saya, agar agan-agan terpuasi... salam semprot
 
wow............................Mamah Laela majenun...wkwkwkwkwkw lanjot
 
Pengalaman pertama Ina

Bagi para pembaca cerita saya, mungkin tahu nama Ina, nama tokoh pemeran utama dalam cerita saya ini. Ina memiliki orang tua, yang dalam cerita ini disebut sebagai Koh Akong sebagai ayahnya dan Ani sebagai ibunya Ina.
Kalau yang rajin mengikuti cerita saya, pasti sudah tahu bahwa Ina setelah dewasa dan bekerja di sebuah pabrik, akhirnya dinikahi oleh Bagus, manager GA dan HRD di pabrik dimana Ina bekerja. Ina sekarang sudah hidup bahagia, tidak seperti waktu kecilnya, yang hidup di rumah yang sederhana, dan berada di kawasan yang agak kumuh, karena berada di belakang kawasan industri.
Saat dia masuk SMA, kondisi ekonomi keluarganya sudah membaik, rumahnyapun sudah dibangun agar bisa lebih layak, kamar mandi yang dulu kondisinya seadanya saja, sekarang sudah diperbaiki menjadi kamar mandi yang jauh lebih baik, bahkan di kamar mandinya sekarang terpasang water heater yang bisa menyalurkan air panas. Tembok rumahnya sekarang sudah permanen, lantainyapun sudah di keramik. Semua perubahan itu bisa terjadi sejak kedekatan mereka dengan Mr Rajit. Mr Rajit lah yang menanggung biaya perbaikan rumah itu serta menopang biaya kehidupan keluarga kecil itu.Tapi sayangnya saat Ina memasuki SMA, Mr Rajit harus kembali ke negaranya, dan pimpinan pabriknya diganti dengan orang lain yang tidak mengenal keluarga Ina. Meskipun demikian, Mr Rajit tidak pernah lupa mengirimkan uang untuk keluarga itu.
Jadi selama SMA, Ina tidak pernah lagi melihat Mr Rajit datang untuk makan gado-gado ibunya, bahkan tidak jarang di hari jumat dan sabtu, Mr Rajit datang sejak siang dan pulang di malam hari.
Meskipun demikian Ina sudah tidak lagi merasakan kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sekolahnya. Bahkan dia sudah bisa naik sepeda motor sendiri ke sekolah. Sepeda motor yang dibelikan Mr Rajit itu dipakai oleh ayahnya dan dia sendiri untuk pergi ke sekolah.
Akhirnya Ina pun bisa menyelesaikan sekolahnya dengan baik, bahkan dalam pelajarannya, Ina sangat pandai dalam pelajaran Bahasa Inggris. Dia bahkan ikut kursus Bahasa Inggris setelah selesai sekolah. Ina sangat senang browsing berita Entertainment dalam Bahasa Inggris, dan dia hapal orang-orang terkenal di Luar negeri, terutama aktor dan penyanyi laki-laki yang berwajah tampan.
Memang Ina mengidolakan seorang pria dari ras kulit putih dengan wajah yang ganteng dan bertubuh tegap dengan tinggi yang semampai, dan pintar menyenangi wanita. Yang Ina idolakan adalah actor utama film First and Furious yaitu Paul Walker, sayangnya Paul walker sudah meninggal karena kecelakaan. Ina pun ingat dia menangis semalaman mengetahui actor idolanya itu sudah tidak bakal muncul lagi di film berikutnya.
Keberhasilan Ina lulus SMA, membuat Ani senang sekali, dia tidak menyangka, anak perempuan satu-satunya itu bisa serius menekuni sekolahnya, padahal waktu SMP dulu, Ina pernah ikut-ikutan gang motor. Sering pulang malam, berteman kebanyakan dengan laki-laki Punk, untunglah Ina tidak terbawa pada pergaulan seperti itu, setelah SMA, sedikit demi sedikit Ina pun bosan dengan kelakuan teman-temannya, dia mulai serius belajar setelah dia merasa asyik dalam belajar Bahasa Inggris. Yang Ina tidak suka adalah pelajaran agama, matematika dan kimia. Pusing kepalanya mengikuti mata-mata pelajaran itu.
Setelah acara kelulusannya di SMA nya, Ina pun ditawari jalan-jalan oleh ibunya, Ani. Sebenarnya Ani memang sudah menyisihkan uang yang diterimanya dari Tuan Rajit tanpa sepengetahuan suaminya, Koh Akong. Sekarang di kesempatan ini, dia mau gunakan untuk menyenangkan hati putri kesayangannya.
“Na… kita jalan-jalan yuk?” tanya Ani ke putrinya.
“Ayuk…. Mau mau…kita pergi bertiga ?” tanya Ina ke ibunya
“Bagaimana Pah…Papah mau ikut jalan-jalan gak? untuk merayakan kelulusannya Ina ?” tanya Ani ke suaminya.
Koh Akong sedang Menyusun barang dagangan di took kelontongnya.
“Males ahh… Papah gak ikut, hei Na…. Papah gak ikut, gak apa-apa ya?” tanya Koh akong ke putrinya.
“Terserah Papah… yang penting harus nambahin uang jajan selama jalan-jalan aja…mau gak?” Jawab Ina balik bertanya.
“Tenang, untuk itu Papah pasti akan sediakan, Soalnya Papah lagi sibuk beresin toko nih, berantakan sekali masalahnya” Jawab Koh Akong.
“Ya udah, jadi kita berdua aja ya Na, Mama juga tahu cara pergi ke tempat-tempat asyik di Jakarta, pokoknya Ina gak bakal kecewa, jalan-jalan sama Mama” Kata Ani.
“Memang rencana mama, Ina mau diajak kemana Ma ?” tanya Ina.
“Ke ancol..” Jawab Ani.
“Ahhh…kalau ke ancol mah Ina udah bosan ma…” Jawab Ina. Ternyata Ina mengharapkan tempat yang lebih jauh lagi, seperti Bali atau Pulau seribu. Kala uke Ancol saja, dia sendiri sudah sering kesana Bersama teman-temannya.
“Tapi kamu kan gak pernah makan di restoran yang mahal disana kan? Gak pernah ke hotelnya? Coba dulu tempat-tempat mewah seperti itu, biar kamu tahu…” Jawab Ani.
“Memang Mama sering ke tempat seperti itu ?” Tanya Koh Akong.
Ani mesem, “Gak pernah….” Jawabnya sambal tertawa.
Ina dan koh Akong pun gak bisa menahan tawa mereka.
“Ya udah, Ina mau deh…” Jawab Ina.
“Menginap disana juga gak apa-apa kok, asal ada duitnya aja…” kata Koh Akong.
“oh, asyik, kita diijinin menginap disana Na…memang Papahmu baik hatinya, Papah yang ngeluarin ongkos jalan-jalannya ya?” Tanya Ani.
“Wah, kalau semuanya Papah gak punya duit, papah kasih seadanya aja ya?” Jawab Koh Akong.
“Ya sama aja boong, tapi gak apa-apalah, Mama masih ada sedikit duit” jawab Ani,
Ina mesem-mesem saja dengar percakapan orang tuanya.
Akhirnya, di hari Sabtu, jadilah Ibu dan anak itu bersiap-siap untuk jalan-jalan. Ina membawa ransel yang berisi pakaian buat tukaran jika mereka jadi menginap. Saat Ina mau memasukkan bekal makanan ke dalam tasnya, mamanya, Ani, melarangnya.
“Gak usah bawa-bawa makanan, nanti kalau lapar kita beli aja ditengah jalan, bawa baju tukeran aja, baju dalaman, bh, kolor, supaya kalau kita menginap kita bisa ganti baju” kata Ani sambil ber make-up didepan kaca. Ani memang belakangan ini suka sekali berdandan. Semenjak memiliki uang belanja yang lebih, dia sering berlatih melakukan make-up sambal belajar dari internet.
Ina pun sudah selesai menyiapkan Ransel yang sudah diisi oleh barang-barang yang mereka perlukan untuk jalan-jalan kali ini. Saat Ina melihat ibunya selesai berdandan, Ina jadi sedikit pangling. Ani jadi cantik sekali, gak kalah cantiknya sama dia, putrinya. Memang Ani dan Ina memiliki kemiripan wajah, sama-sama manis, apalagi kalau mereka tersenyum dan tertawa, semua laki-laki pasti mengakuinya.
Setelah mereka sudah siap, mereka pun berpamitan kepada Koh Akong.
“Hati-hati di jalan, nanti kalau ada apa-apa, jangan lupa kasih tahu Papah…asal jangan minta dikirimin duit aja, karena yang Papah punya sudah Papah kasih semua kepada kalian” kata Koh Akong.
Mereka pun mengiyakan, dan mulai berjalan keluar rumah.
Ditengah perjalan, mereka mampir dulu ke rumah Mpok Ida. Kebetulan Mpok Ida sedang menyapu perkarangan rumahnya.
“Hei nong, jadi lu jalan-jalan sama anak lu ?” Tanya Mpok Ida.
“Jadi dong” jawab Ani.
“Emang tujuan lu mau kemana sih?” Tanya Mpok Ida lagi.
“Mau cari berondong mpok, mau cari yang gede-gede, sekel dan Panjang” Jawab Ani sambal bercanda.
“Awas Lu, anak perempuan Lu masih perawan tuh, kalau nanti kenapa-napa berabe…”kata Mpok Ida.
“Ya kalau ada yang mau merawani aye juga gak apa-apa cang, asal yang merawaninya Orang Bule, cakep kayak Paul Walker” Jawab Ina membalas ucapan Mpok Ida.
“Eh nekad nih anak…ngomong-ngomong, siapa tuh Paul Walker, orang mana die?” Tanya Mpok Ida lagi.
“Tau ah…udah gak usah diterusin obrolannya…nanti kita terlambat” Kata Ani.
Merekapun meninggalkan Mpok Ida untuk melanjutkan perjalan mereka.
Mereka berdua sudah memesan Grab untuk sampai ke stasiun Commuter Line. Mereka naik Commuter Line sampai stasiun Ancol. Dan dari sana mereka memesan Taxi.
Sesampainya di ancol, seperti orang kampung pada umumnya, mereka habiskan waktu mereka di tepi pantai, minum es kelapa dan bermain pasir. Mereka juga tidak lupa belanca Cendra mata, oleh-oleh untuk dibawa pulang. Pengunjung ancol saat itu cukup ramai. Tadinya mereka mau ke Taman Fantasi, tapi karena hari sudah petang, mereka batalkan rencana itu dan sebaliknya mereka pergi ke restoran di dalam Hotel yang ada di dalam Ancol tersebut.
Hotel yang mereka masuki termasuk hotel berbintang lima, dan restorannya pun adalah restoran untuk orang-orang kaya. Pertama-tama, Ani agak ragu-ragu masuk kedalamnya, setelah dia bertanya mengenai menu dan harganya, Ani sedikit tenang hatinya, uang yang dibawanya masih cukup untuk makanan mereka berdua. Inapun tadinya sedikit cemas, melihat Mamanya sedikit ragu-ragu saat mengajaknya masuk ke Hotel itu, dan dia menunggu saja di depan Restoran yang mewah dan membiarkan mamanya masuk sendiri duluan untuk menanyakan menu dan harganya.
“ayo, Na, masuk…jangan takut, pokoknya beres, ada mama ini gak usah takut” kata Ani.
Ina pun masuk ke restoran itu. Kondisi restoran itu sepi, tidak banyak pengunjungnya. Tapi ada satu pengunjung yang menyedot perhatiannya. Paul Walker… pikirnya. Ina melihat ada seorang Pria Bule, yang sedang berdiri melihat-lihat menu restoran itu.
“Do you have special menu for today?” Tanya Bule yang menurut Ina mirip Paul itu.
“Yes…e..e..” pelayan di restoran itu terbata-bata tidak bisa menjawab pertanyaan Pria itu.
“Apa ada menu special hari ini?” Kata Paul lagi.
“Oh ada tuan, kita punya masakan khusus dari Jawa Barat, yaitu sate marangi dan Empal Gentong” jawab pelayan itu.
“can you tell me, what kind of food is it?” Tanya Paul Lagi.
Pelayannya bengong tidak bisa menjawab.
“Sate marangi is special sate from west Java, you know sate, don’t you, it is skewered and grilled meat, served with a soybean sauce” kata Ina dalam Bahasa Inggris yang lancar.
Bule itu berterima kasih atas penjelasan Ina, sedangkan pelayan restoran itu masih bengong saja.
“I want you to join me, is it ok with you?” Tanya si bule itu.
Ani juga ikut bengong melihat putrinya melakukan percakapan dengan orang asing yang tidak dikenalnya. Ani juga sekaligus bangga bahwa putrinya bisa bercakap-cakap dalam bahasa Inggris dengan lancar.
“Apa yang dia kata tuh?” tanya Ani ke putrinya.
“Dia mau ngajak kita makan bareng ama dia, ma”Kata Ina. Kaget Ani dengar penjelasan putrinya. Ani memperhatikan dengan seksama wajah bule ini. Wajah bule itu ganteng, kumis dan jenggot nya tidak lebat membuat wajah bule itu terlihat gagah sekali. Ani seperti waktu pertama kali melihat Tuan Rajit, dia terkesima, begitu juga kali ini, dia pun terkesima. Ganteng amat nih bule, pikirnya.
“eh mister, Lu mau ajak eat eat kita berdua?” tanya Ani langsung ke bule itu
“Iya benar, saya mau traktir kamu berdua” katanya dalam bahasa Indonesia yang lancar.
“Eh itu lu bisa ngomong bahasa sini, boleh aja kita makan sama lu, tapi lu yg bayar ya?” kata Ani. Bule itu tersenyum
“Okay” jawabnya.
Jadilah mereka makan bertiga di ruang khusus yang terpisah dari meja makan yang lain. Saat itu, Ina banyak bertanya dalam bahasa Inggris, tapi karena kadang-kadang dia kerepotan saat ada kata-kata yang tidak diketahuinya, dan juga karena Ina lihat mamanya sewot kalau dia ngomong pakai bahasa Inggris terus, karena Ani gak ngerti dan jadi kayak kambing congek, bengong aja melihat mereka berdua ngobrol, maka akhirnya dia bicara dalam bahasa Indonesia.
Nama bule itu adalah Paul meskipun bukan Paul Walker idola Ina, tapi memang benar-benar pria memiliki nama Paul. Paul ternyata sering bolak balik ke Indonesia, terutama ke Bali, karena Bali tempat favoritnya untuk berlibur. Hal itu menyebabkan dia jadi bisa berbahasa Indonesia.
Karena mereka makan sambil ngobrol, tidak terasa oleh mereka bahwa sekarang sudah malam. Paul bertanya ke Ina apakah mereka mau pulang, tapi Paul menyarankan agar mereka menginap saja di hotel ini. Paul menawarkan mereka untuk menginap di kamar Suite nya. Kamar Suite yang disewa Paul sangat cukup untuk mereka bertiga.
“Boleh aje kita nginep di kamar lu, tapi gue gak usah bayar kan?”tanya Ani.
Paul tertawa mendengar ucapan Ani yang dianggapnya lucu dan sangat polos.
“Sudah tentu kalian tidak perlu bayar” jawab Paul.
Singkat cerita Ani dan putrinya mengikuti Paul ke kamar suite nya, Ani dan Ina yang tidak pernah menginap di hotel dibuat terkagum-kagum akan besarnya hotel ini.
Ani dan Ina semakin terperangah setelah masuk ke kamar suite yang disewa Paul. Kamar itu luas sekali, ada ranjang besar satu dan ranjang yang lebih kecil satu. Sofanya pun mewah, ada balkon kamar yang dari balkon kamar itu kita bisa melihat kolam renang hotel dibawah dan pemandangan laut dan pantai. Kalau kita berdiri di balkon itu, angin sejuk semilir bertiup dan memanjakan badan kita.
Ani yang pertama ke balkon, dia berdiri menikmati pemandangan dan sejuknya angin. Sedangkan Ina bercakap-cakap dengan Paul.
“Paul, what are you doing for living?”tanya Ina. Paul tidak menjawab tapi tersenyum,
“I will show you”jawab Paul. Lalu Paul membuka laptopnya, dinyalakan lalu diperlihatkanlah sebuah video ke Ina.
“Coba kamu lihat ini kalau kamu mau tahu apa kerja saya, dan sementara itu saya akan mandi dulu…”kata Paul.
Inapun ditinggal sendiri oleh Paul. Video itu seperti sebuah film, Ina serius nonton film itu, akhirnya Ina tersadar bahwa video yang ditontonnya adalah sebuah film porno.
Meskipun bagi Ina ini bukan film porno yang pertama kalinya yang dia tonton, tapi yang membuatnya terkejut adalah aktor pemeran lelaki nya ternyata Paul. Disitu Paul dengan seorang laki-laki berkulit hitam sedang menyetubuhi wanita bule. Ina terangsang melihatnya. Saat itu tanpa disadarinya, Ani sudah ada di belakangnya.
“Hei nonton apa lu?”tanya Ani, Ina tidak menjawab pertanyaan ibunya tapi menunjuk ke laki-laki dalam film ke ibunya agar ibunya tahu siapa pemain film di video itu.
“eh…itukan si Paul” kata Ani seakan tak percaya.
“Gila, panjang banget batangnya”kata Ani lagi tanpa menyadari bahwa orang yang diajak ngomong adalah putrinya sendiri.
“Ngomong-ngomong orang nya kemana?” tanya Ani.
“lagi mandi” jawab Ina.
“lu tunggu sini ya, gue mau nyusul die”kata Ani. Ina diam saja dan melihat mamanya nyelonong dengan berlari-lari kecil menuju tempat Paul mandi.
Didepan ruang shower, Ani melepaskan seluruh pakaiannya. Setelah telanjang bulat, dia langsung membuka pintu shower room dimana Paul sedang berdiri dibawah pancuran shower yang menyirami badannya yang polos.
Paul yang sedang menikmati air pancuran yang hangat sambil memejamkan mata, kaget melihat Ani menyelonong masuk ke sisinya.
“mister…saya numpang ikut mandi ya”katanya.
Ani mengambil sabun cair dari tempatnya, lalu menyabuni badannya. Sedangkan Paul hanya tersenyum melihat kelakuan Ani.
“Mister mau saya sabunin juga?” tanya Ani.
Belum lagi Paul menjawab, tangan Ani yang sudah penuh sabun, langsung menggosok badan Paul. Pertama-tama yang digosoknya adalah dada Paul yang berbulu, lalu ke perutnya, akhirnya kedua tangan Ani menggenggam batang kemaluan Paul yang panjang. Digosoknya batang itu sehingga Paul pun terangsang, batangnya mengeras dan berdiri. Ani terus memandangi wajah Paul sambil menyabuni kontol Paul.
“Cukup…sekarang siram dengan air” kata Paul. Ani pun mengambil selang pancuran dan menyemprotkan air ke kontol Paul, lalu badan Paul, seakan sedang memandikan bayi raksasa.
Dalam keadaan masih basah, Ani berjongkok didepan kontol Paul. Dilahapnya kontol itu meskipun tidak semuanya bisa masuk ke dalam mulutnya. Tangan kanan dan kiri Ani memegang ujung kontol dan biji peler Paul sedangkan mulutnya dia mundur majukan, mengulum kontol yang sekeliling nya banyak bulunya.
Paul pun tidak tahan, dibangunkanlah Ani dari posisi jongkoknya, setelah Ani berdiri tegak, Paul memegang pantatnya dan mengangkat Ani dan menggendongnya. Ani pun merangkul leher Paul, dan bibirnya langsung menyosor ke bibir Paul. Paul menahan pantatnya Ani, dan batang kontolnya diarahkan ke memek Ani, karena batang kemaluannya besar tidak mudah untuk membelah bibir kemaluan Ani, tapi sambil menggoyang-goyangkan pinggul Ani, akhirnya masuk juga batang kemaluan besar itu kedalam lobang memek Ani
Paul keluar dari kamar shower sambil menggendong Ani, dalam posisi kontol nya tetap memompa lobang kemaluan Ani, Paul berjalan menuju ranjang yang besar, saat itu Ina sedang duduk di ranjang itu, dari tempatnya duduk, Ina bisa melihat kelakuan ibunya yang menyerbu Paul sampai akhirnya ibunya dientot sambil digendong.
Ibunya terus menerus mengerang keenakan
“enak…mister…enak banget, penuh banget memek ini kesumpel…enak…ampun” kata Ani tanpa malu meskipun ada anaknya disitu. Paul pun gemas melihat Ani yang bergelantungan di lehernya sambil mengerang-erang keenakan. Paul juga menggigit bibirnya sendiri sambil menggerakkan pinggulnya memompa penisnya maju mundur dalam lobang kemaluannya Ani.
Paul pun menidurkan Ani di ranjang itu. Saat Paul mau melanjutkan pompaan kontolnya di lobang memek Ani, ada tangan yang menarik tangannya. Tangan itu adalah tangan Ina. Paul melihat wajah Ina seperti memelas. Paul melihat wajah Ina seperti meminta untuk disetubuhi.
Ani pun tersadar dan melihat tindakan yang dilakukan putrinya, dia lihat, putrinya mulai melepaskan dan melorotkan seluruh pakaiannya, sampai akhirnya yang terakhir adalah celana dalamnya yang dia lepaskan.
“Ma…gantian, aku juga mau dientot” kata Ina setengah merajuk.
“eh mister…pelan-pelan ya, anak saya masih perawan masalahnya. Jangan dikasari” kata Ani ke Paul.
Ina tiduran celentang menggantikan posisi ibunya. Sedangkan Ani bergeser ke sampingnya.
Ina memegang tangan Ani, ibunya, saat Ina yang sudah membuka pahanya lebar-lebar, melihat Paul sedang memegang batang kemaluannya yang besar dan masih tegak itu dan mengarahkannya ke liang kewanitaan Ina yg mungil.
Tidak seperti ibunya, Ina rajin mencukur bulu kemaluannya sehingga kemaluan Ina terlihat sangat bersih. Saat ujung kemaluan Paul perlahan-lahan menguak bibir memek Ina yang masih perawan itu, tangan Ina makin kencang mencengkeram tangan ibunya, Ina pun menahan sakit saat, setengah dari batang kemaluan Paul masuk dan merobek lembar keperawanannya, sehingga ada cairan merah di batang kemaluan Paul saat, batang itu ditarik keluar.
“Auch…sakit ma…” rintih Ina.
“tahan aje…entar juga kalau udah basah dan tidak seret lagi, lu pasti ngerasain enaknya” kata Ani, menasehati anaknya.
Paul masih berkonsentrasi dengan gerakan pompa kontol nya di lobang mungil kecil yang masih perawan. Paul pun sudah pengalaman makanya dia berhati-hati. Sebelum ujung kontolnya terlepas dari lobang kemaluannya Ina, Paul kembali menekan pinggulnya agar batang kemaluannya kembali masuk kedalam vagina Ina. Ina menahan nafas dan memejamkan mata. Tapi seperti yang dijelaskan oleh ibunya itu, setelah dua tiga kali batang kontol itu mondar-mandir dilobang kemaluannya, Ina mulai merasakan kenikmatan, kenikmatan yang baru pertama kali ia rasakan.
Sedikit demi sedikit, Paul menaikkan irama gerakan pinggulnya. Paul mulai menciumi bibir Ina, dan Ina menjulurkan lidahnya masuk kedalam mulut Paul, bahkan Paul menyedot air liur Ina, tapi gerakan pinggulnya tetap stabil bahkan cenderung lebih cepat, sampai akhirnya Ina kejang-kejang mengalami orgasme yang belum dirasakannya. Ina pun terkapar, kepalanya tergeletak, genggaman tangannya di tangan ibunya pun terlepas.
Melihat kondisi Ina, Paul pun menghentikan gerakannya. Dicabutnyalah kontolnya dari memek Ina. Sekarang Paul berpaling ke Ani. Dan Ani pun mengerti apa yang diinginkan Paul, meskipun Paul tidak bicara apa-apa.
Ani langsung kembali merangkul leher Paul, dan Paul pun kembali mengangkat badan Ani untuk menggendongnya. Dengan cepat, kontol Paul kembali menancap di lobang kewanitaannya Ani. Ani disetubuhi Paul dalam posisi digendong dan sambil berjalan-jalan, Paul pun membawa Ani ke balkon kamarnya, di ruang terbuka itu Paul memompa pinggulnya dengan gerakan yang cepat. Suara erangan Ani tidak henti hentinya keluar dari mulutnya, Karena Paul bersender ke pagar pembatas balkon dan menghadap ke kamar, maka Ani yang digendong dan dientoti Paul melihat ke pemandangan di depan kamar. Pemandangan malam yang indah. Ani benar-benar menikmati kenikmatan yang luar biasa, sampai akhirnya kedua-duanya sampai pada klimaksnya dan masuk kembali kedalam kamar (bersambung)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd