Pestanya mamah Laela.
Kisah ini adalah kisah yang diceritakan oleh Mpok Ida yang terkenal bawel. Perempuan paruh baya yang jadi sahabat karibnya Ani, ibu Ina, yang jadi peran utama di cerita saya ini.
Sabtu sore itu Trisno baru pulang bersama Mamah Laela dari belanja di pasar mangga besar. Mamah Laela turun dari mobil dengan membawa beberapa plastik yang berisi belanjaannya, Trisno juga setelah mengunci mobil ikut mengangkat beberapa bungkus plastik belanjaan Mamah Laela.
“Langsung bawa ke kamar saya ya Tris..”kata Mamah Laela.
Trisno dengan sigap membawa semua barang-barang itu ke dalam kamar. Mamah Laela mengikuti dari belakang. Setelah meletakkan semua barang-barang itu, Trisno langsung berniat keluar dari kamar. Tapi ditahan sama mamah Laela.
“jangan pergi dulu Tris…ada yang saya mau perintahkan untuk kamu” kata Mamah Laela.
Trisno gak jadi buka pintu, tapi berdiri didepan pintu, menunggu perintah selanjutnya dari majikannya.
Mamah Laela membuka bungkusan plastik belanjaannya. Dikeluarkannya barang-barangnya, sepertinya dia sedang mencari sesuatu yang dia mau serahkan ke Trisno.
Akhirnya ditemukanlah apa yang dia cari. Mamah Laela membuka bungkusan yang berisi beberapa majalah.
“Trisno…sini kamu, duduk disamping mamah” perintah mamah Laela ke Trisno.
“Ya…Bu” Trisno mengikuti perintah majikannya untuk duduk disampingnya.
Trisno melihat mamah Laela sedang memegang beberapa majalah. Lalu mamah Laela memberikan satu majalah dari beberapa majalah yang dipegangnya kepada Trisno. Trisno menerima dan melihat isi majalah itu.
Majalah yang diberikan mamah Laela ke Trisno ternyata majalah yang berisi foto-foto porno. Trisno lihat majalah itu berisi adegan persetubuhan yang dilakukan beberapa laki-laki dengan satu perempuan. Laki-laki yang ada dalam foto itu kebanyakan berkulit hitam, meskipun ada juga yang putih, sedangkan perempuannya berkulit Asia Selatan seperti orang China atau Jepang.
Tanpa sadar Trisno jadi asyik memandangi foto-foto di majalah itu. Seperti kita sudah ketahui, Trisno ini penggemar sesama jenis sehingga saat melihat isi majalah itu, yang dia pelototi bukan tubuh wanitanya tapi batang kemaluan lelaki2 itu. Gairah Trisno mendadak meningkat.
Sedang asyik-asyiknya Trisno memandangi majalah itu, mamah Laela memukul ringan bahu Trisno.
“Udah, jangan dipelototi saja.. saya mau menyuruh kamu untuk membagikan majalah-majalah ini ke anak-anak santri tertentu yang nama-namanya akan saya kasih tau kamu, mengerti?” tanya mamah Laela.
Trisno terkejut ditepuk bahunya, dan dia sedikit memerah wajahnya.
“mengerti Mamah…”jawab Trisno.
Mamah Laela juga membuka bungkusan plastik besar satunya lagi, isinya beberapa sarung laki-laki dan satu kotak. Dan mamah Laela memperlihatkan isi kotak tersebut ke Trisno yang ternyata berisi beberapa kondom.
Mamah Laela menghitung majalah-majalah yang dibelinya. Semuanya ada 6jilid majalah.
“Ini 5 majalah, sarung, agar kamu bagi-bagikan ke nama-nama yang tertulis di kertas ini. Di kertas ini tertulis nama dan posisi kamar mereka semua, tapi satu majalah ini saja, khusus saya berikan untuk kamu…” kata Mamah Laela, sambil memberikan satu majalah yang terpisah dari 5 majalah-majalah lainnya.
Trisno menerima satu majalah yang dihadiahkan mamah Laela kepadanya. Dibukanya majalah, kaget dia, ternyata di majalah yang dia terimanya berisi foto-foto vulgar gay.
“sudah jangan dilihat sekarang, kamu segera berikan majalah-majalah, sarung-sarung ke anak-anak santri yang sudah saya tuliskan di kertas itu, malam ini juga, serta beritahukan mereka bahwa mereka harus bersiap-siap besok di mobil Ayla putih dan merah besok” kata Mamah Laela.
“dan kotak berisi kondom ini, kamu yang harus simpan” kata Mamah Laela lagi.
Setelah paham semuanya, Trisno langsung langsung bangun dan bergerak keluar.
Sepeninggal Trisno, mamah Laela berdiri ke pintu dan menguncinya, sejenak dia berdiri di depan pintu, termenung, dan menarik napas, sepertinya dia sedang membayangkan rencananya besok. Rencana yang sudah lama dia persiapkan.
Sebelumnya, mamah Laela sudah jauh-jauh hari memilih berondong yang bisa memuaskan rasa dahaganya. Dia cari santri-santri yg sudah dewasa, tapi yang pemalu dihadapan lawan jenisnya. Mamah Laela melakukan pendekatan tanpa ada yg tahu selain dia dan santri-santri sasarannya itu.
Selama mamah Laela mendekati mereka, para santri-santri itu tidak ada yg berpikiran macam-macam kepada istri kiyai mereka. Mereka sangat sopan kepada mamah Laela. Meskipun mereka kadang-kadang heran kenapa mereka berlima sepertinya diistimewakan dari santri-santri lainnya. Mamah Laela sering memberikan uang serta barang kepada mereka, apalagi mereka itu bukan dari keluarga yang mampu. Keluarga santri-santri itu jauh dari mereka, keluarga mereka kebanyakan petani di kampung.
Hari Minggu pun tiba, ada sekitar 3 mobil minibus disediakan, 1bus dan 1alphard yang akan ditumpangi Abah dan mamah.
Tanpa Sepengetahuan pengurus pesantren yg menyiapkan acara kali ini, Trisno sudah menyiapkan 2 mobil lagi yaitu 2 Ayla berwarna merah dan putih, untuk rombongan rahasianya Mamah Laela, sang majikannya.
Disaat yang lainnya berkonsentrasi untuk acara ceramah sang kiyai kali ini, Trisno dan 5 santri berondong simpanan mamah Laela, malah berkonsentrasi pada rencana mereka sendiri. Trisno sudah diberitahu mamah Laela bahwa, Trisno harus memimpin rombongan mamah Laela ke rumah Mpok Ida saat istirahat siang nanti. Trisno akan membawa Ayla putih bersama Mamah Laela dan satu santri, sedangkan empat santri lainnya akan naik Ayla merah. Nanti Ayla merah akan mengikuti mobil yang disupiri Trisno ke tempat tujuan.
Kita beralih ke mpok Ida yang mulai Minggu pagi sudah mendandani rumahnya. Ubin nya dipel dengan karbol wangi, WC dan kamar mandi nya juga. Dan yang paling utama adalah kamar tidur nya.
Mpok Ida sudah lama hidup sendiri, semenjak suaminya meninggal dunia. Mpok Ida dapat warisan yang cukup dari almarhum suaminya. Rumah yang ditinggalinya sekarang juga tergolong rumah yang megah meskipun tidak bisa disebut rumah mewah tapi dijejeran rumah-rumah di sekitar situ, rumah Mpok Ida lah yang paling besar apalagi perkarangannya juga luas.
Meskipun hidup Mpok Ida sudah cukup tapi dia bosan kalau tidak melakukan apa-apa, oleh karena itu dia sering menerima panggilan untuk mengurut karena memang dia punya keahlian untuk itu.
Rombongan Abah haji pun sampai di tempat acara pengajian untuk menyambut hari besar keagamaan. Saat turun, Abah pun disambut oleh pihak panitia disana. Abah dan mamah dikawal ke tempat yang memang sudah disediakan. Tak lama kemudian acara pun dimulai.
Beberapa acara pun berlalu sampai tibalah pada acara utama yaitu ceramah dari Abah yg sudah ditunggu-tunggu oleh jemaah sekalian.
Abah memang memiliki gaya ceramah yang mendidik sekaligus menghibur, sehingga banyak orang yang suka mendengarkannya. Saat Abah berceramah semua mata tertuju padanya, yang mendengarkan ada yg mengangguk angguk dan ada juga yang tertawa, yang pasti tidak ada yg ngantuk saat mendengarkan ceramah itu. Hanya satu, yaitu Mamah Laela yang tidak konsentrasi mendengarkan ceramah suaminya. Pikiran mamah Laela sudah melayang jauh entah kemana. Dia hanya ingin agar segera waktu istirahat tiba agar dia bisa minta ijin ke suaminya untuk beristirahat di rumah temannya, alias rumahnya Mpok Ida.
Akhirnya selesai ceramah itu, Abah pun kembali duduk di tempat nya. Saat itu mamah Laela menghubungi suaminya via handphone, setelah tersambung, mamah Laela mengutarakan niatnya untuk minta ijin agar diijinkan untuk keluar acara untuk pergi ke tempat temannya untuk beristirahat. Alasannya karena badannya letih dan mengantuk. Abah pun segera menyetujui permintaan istrinya itu, bahkan dia bilang bahwa dia mempersilakan mamah Laela pulang langsung ke rumah dan pesantren mereka kalau mau dan tidak perlu balik lagi ke tempat acara ini.
Mamah Laela pun berterima kasih kepada suaminya dan setelah itu segera ia menghubungi Trisno untuk memerintahkan Trisno untuk menjalankan rencana yang sudah mereka buat.
Mamah Laela tidak lupa berpamitan kepada panitia dan langsung menuju ke mobil Ayla putih yang sudah disiapkan.
Di mobil Ayla putih itu sudah menunggu Trisno dan salah seorang santri yang duduk di bangku depan, sedangkan mamah Laela duduk sendirian di belakang. Saat mobil mulai dijalankan oleh Trisno, mamah Laela sempat melihat kebelakang, dia melihat Ayla merah yang ditumpangi 4orang santri, mengikuti mereka.
Selama perjalanan, santri yang duduk di bangku depan, memegang map yang kalau dibuka ternyata didalamnya ada majalah yang diberikan oleh mamah Laela. Di halaman pertama majalah itu, ada selembar kertas yang ditulis mamah Laela sendiri yang berisi ungkapan hati mamah Laela dan beberapa petunjuk yang mereka harus jalankan pada kesempatan ini. Begitu juga dengan santri-santri lainnya di mobil satunya lagi.
Tak lama kemudian, Mpok Ida pun yang berdiri di depan rumah nya bisa melihat kedatangan dua buah mobil, yang sudah ditunggu-tunggu nya. Mpok Ida pun melihat dua mobil itu masuk ke perkarangannya untuk diparkir disitu.
Mpok Ida pun mempersilahkan rombongan yang baru tiba itu untuk masuk kerumahnya. Rumah Mpok Ida ada di sudut jalan dan jauh dari rumah lainnya, dan yang paling dekat adalah rumah Ani dan Koh Akong. Setelah tamu-tamunya masuk, Mpok Ida melihat sekeliling dan dia lihat siapa-siapa disekeliling rumahnya. Aman…pikiran nya.
Setelah pintu rumah ditutup, Mpok Ida menyuruh semuanya untuk duduk. Dan Mpok Ida bergegas mau ke dapur.
“Mpok nanti aja ngeluarin minumannya, kami juga sudah banyak makan dan minum di acara tadi” kata Mamah Laela.
“Tolong Mpok sediain aja handuk, saya mau basuh badan dulu” kata Mamah Laela lagi.
Mpok Ida pun tidak jadi pergi ke dapur tapi masuk ke kamar ambil handuk, memang sebelumnya Mpok Ida sudah dibekali uang untuk beli 7 handuk, makanya dia sudah langsung bisa menyediakan handuk-handuk yang baru kemarin dibelinya itu.
7handuk itu diserahkan ke mamah Laela, dan mamah Laela pun membagi-bagikan handuk itu kepada santri-santri yg mengikutinya.
“Mamah mau mandi dulu karena badan mamah basah sama keringat tadi, cukup dua orang dulu untuk nemenin mamah ya…”kata mamah Laela.
Dua orang santri pun mengikuti mamah ke kamar mandi.
Perlu diketahui bahwa santri-santri yang menyertai Mamah Laela, semuanya memakai sarung. Dan sesuai perintah mamah Laela yang ditulis di kertas yang disebarkan kepada mereka semua, santri-santri itu tidak ada satu pun yang memakai celana dalam.
Kamar mandi di rumah Mpok Ida cukup luas, bahkan dibandingkan dengan kamar mandi di rumah tetangga nya, bisa dibilang tiga kali luasnya.
“pintunya gak usah ditutup…pok” kata Mamah Laela kepada Mpok Ida yang tadinya berniat menutup pintu kamar mandi itu.
Mamah Laela mulai melepaskan bajunya, dan dia minta dua santri yang menemaninya itu untuk membantunya melepaskan pakaiannya. Tapi mamah Laela gak mau melepas jilbabnya. Hanya baju atasan dan bawahan yang dilepas, bh nya juga dilepas, terakhir celana dalam nya dia lepas sambil berpegangan ke bahu dua santri itu, mamah Laela menaikkan kakinya agar celana dalam nya terlepas.
Sekarang mamah Laela pun sudah dalam kondisi polos, bugil. Payudara nya yang besar terpampang jelas, meskipun sedikit kendur tapi bagi santri-santri yang ada disitu, adalah pemandangan yang memukau.
Memang santri-santri itu sejak pagi tadi tidak ada yg bersuara, meskipun mereka tahu apa yang harus mereka lakukan hari ini yaitu mengikuti apa yang diperintahkan mamah Laela dalam surat yang mereka terima dari Trisno tadi malam. Mereka sejak pagi tegang menahan birahi mereka.
Dua santri yang membantu menelanjangi mamah Laela pun bergetar hatinya melihat untuk pertama kalinya tubuh telanjang seorang perempuan. Tapi satu diantara mereka masih sadar akan situasi, dia pun memungut baju mamah Laela yang sudah terlepas, dikumpulkannya dan diletakkan di ember.
Santri yang satunya lagi masih berdiri seperti patung memandangi tubuh polos mamah Laela. Dia lihat ada rambut yang lebat diatas kemaluan si mamah, di kedua sisi ketiak si mamah pun, santri itu bisa melihat rimbun nya bulu ketiak. Tapi semua itu indah sekali di mata keduanya.
“Ayo bantu mamah, gosok punggung dan dada mamah dengan sabun..” perintah mamah.
Kedua santri itu pun mengambil sabun batangan dan mengusapkannya ke badan mamah. Mamah Laela pun menutup matanya, menikmati gosokan sabun di badannya yg dilakukan dua berondong ini.
Salah seorang pun mengambil air dengan gayung dan mengguyur tubuh mamah Laela, agar hilang busa sabun nya. Begitu lah kedua santri itu bergantian memandikan mamah Laela.
Setelah dirasa cukup, mamah Laela pun minta agar badannya dilap dengan handuk oleh kedua santri itu. Masing-masing santri sudah memegang handuk masing-masing, kedua santri itu melap tubuh mamah Laela dengan handuk yang mereka pegang.
Saat mengeringkan badannya, mamah merasakan empat tangan menggerayangi badannya. Karena mata mamah terpejam, mamah Laela tidak tahu, tangan siapa yang sedang meremas-remas payudara nya, tangan siapa yang sedang melap bulu kemaluannya sambil sesekali menyodok nyodok vagina nya. Semua itu diresapi mamah Laela dengan mata terpejam.
Setelah kering, mamah Laela pun keluar dari kamar mandi, dengan keadaan telanjang bulat. Mamah Laela bisa melihat ekspresi masing-masing orang yang ada di ruangan itu. 5 santri itu begitu jelas memperlihatkan api birahi yang terpancar dari mata mereka.
“angkat sarung kalian…”perintah mamah.
5 orang santri itu pun menuruti perintah mamah itu. Ukuran batang kemaluan santri-santri itu beragam, tapi persamaannya adalah semua batang itu dalam posisi tegang.
“Saya minta agar setiap orang memasangkan kondom yang kalian punya ke kontol temannya”
Empat santri saling membantu memasangkan kondom, dan seorang lagi dibantu Trisno untuk pemasangannya. Trisno menyukai hal itu meskipun dia tidak berani melakukan hal yang lebih dari itu.
Mamah berjalan ke sofa, lalu dia duduk dan merenggangkan kedua pahanya.
“Ayo satu demi satu, saya minta untuk mencicipi memekku ini, tadi sudah bersih digosok dengan sabun, mudah-mudahan tidak bakalan bau…”kata mamah Laela.
Satu santri yang tadi menyabuni mamah Laela, bergerak menghampiri. Santri meletakkan lutut nya dilantai, agar kepalanya bisa dia sisipkan di selangkangan mamah. Tanpa sungkan-sungkan, dia menjulurkan lidahnya ke liang kewanitaan mamah Laela. Lidah itu menyapu bibir kemaluan yang tertutup oleh rimbunnya bulu kemaluan, gerakan lidah itu seperti orang sedang menikmati sebuah es krim.
Jilatannya cepat, sampai terdengar suara khas dari area tersebut. Mamah Laela terpejam dan bergeliat menikmati jilatan itu. Kedua tangannya menahan lutut agar kedua kakinya tetap terbuka lebar.
Setelah dirasakan cukup, tangan mamah Laela pun menjambak rambut santri itu dan menarik nya dengan maksud agar jilatan itu dihentikan. Mamah Laela sudah merasakan cairan kenikmatan sudah membasahi vaginanya. Kondisi dimana kemaluannya siap untuk dientoti.
“Sekarang saya mau agar masing-masing santri, memasukkan kontol kalian ke lobang memek saya ini, terserah siapa yang duluan, asal jangan lebih dari lima menit, setelah lima menit, tolong dicabut dan beri kesempatan yang lainnya untuk mengentoti saya, mengerti…” kata Mamah Laela yang masih dalam posisi duduk di sofa dengan paha yang terbuka lebar.
Santri yang tadi menjilati vagina Mamah Laela, langsung ambil kesempatan, batang kemaluannya yang sudah tegang, langsung diarahkan ke lobang memek Mamah Laela, batang kemaluan itupun dengan cepat masuk kedalam kemaluannya mamah Laela, kemudian santri itu memompakan pinggulnya, badannya ditempelkan ke badan mamah Laela, bibirnya menyosor rakus ke bibir mamah Laela. Santri ini benar-benar berada di puncak birahinya.
Gerakan pinggulnya cepat dan sedikit kasar, semuanya bisa mendengar suara ceprat ceprot gesekan kontol yang keluar masuk nonok mamah Laela. Santri-santri lainnya tidak berkedip menyaksikan adegan itu. Mamah Laela memberikan waktu 5 menit, tapi karena saking nafsunya, belum sampai 3 menit anak itu sudah sampai puncaknya. Santri itu pun berhenti. Mamah Laela mendorong santri itu untuk bangun, setelah bangun, segera seorang santri lagi mengambil posisi di sela-sela paha mamah, seperti santri yang tadi, santri inipun mengarahkan kontol nya ke memek Mamah, kontol itu pun dengan mudah menyelip ke sela-sela bibir kemaluan mamah.
Beda dg santri sebelumnya, santri ini mengayunkan pinggulnya maju mundur dengan kecepatan yang sedang, tidak secepat santri sebelumnya. Dia menghisap kedua putting mamah, kiri kanan, kiri kanan, bergantian. Dan akhirnya waktu 5 menit pun tiba, terpaksa dia bangun meskipun kontolnya belum memuncratkan maninya.
Selanjutnya, santri selanjutnya, tapi sebelum dia memasukkan kontolnya, dia membisikkan sesuatu ke telinga mamah.
“Mah…sekaligus dua ya?, kayak posisi di foto majalah yang mamah kasih..” bisik anak itu.
Mamah mengangguk, dan bangun, untuk mengatur posisi. Anak yang tadi bergantian dengan mamah, untuk duduk di sofa, mamah Laela lah yang mengepakkan bibir memeknya agar kontol itu masuk, dan setelah pas, mamah Laela menurunkan pantatnya agar kontol itu amblas kedalam memeknya. Dalam posisi nungging seperti itu, seorang santri lagi, mengarahkan kontolnya ke lobang anus mamah Laela. Sekarang dua lobang mamah Laela sudah dipenuhi oleh dua kontol. Gerakan mereka memang perlahan, tapi mamah Laela merasakan kenikmatan yang luar biasa. Selanjutnya, seorang lagi menyodorkan kontolnya ke mulut mamah Laela yang memang sering menganga saat menikmati persetubuhan ini. Mamah Laela pun mengulum kontol itu meskipun dirasakan kontol itu yang paling terkecil diantara kontol2 lainnya.
Mpok Ida hanya bengong melihat pergumulan empat orang itu, tapi dia lega, melihat orang yang sering curhat kepada nya dan selama ini tersiksa karena birahinya, sekarang sudah bisa melepaskan belenggu itu.
Pergumulan empat orang itu tidak berlangsung lama, yang pertama orgasme adalah kontol yang dihisap mamah, selanjutnya kontol-kontol yang di memek dan anus berbarengan sampai puncaknya.
Mereka semuanya pun bangun, tapi saat mamah Laela mau melangkah, ada tangan yang memeluk nya. Yaitu tangan santri kedua yang belum sampai klimaks nya. Mamah Laela pun menunduk, dengan tangan memegang sofa, dalam posisi nungging, kontol santri memompa memek nya dengan gerakan cepat sambil meremas remas payudara nya, tak lama kemudian akhirnya dia pun klimaks. Mamah Laela pun merasakan klimaks sampai empat kali, liang vaginanya sudah berkali kali menyemburkan cairan kenikmatan wanitanya. Mamah Laela pun puas, melepaskan puasa birahi yang selama ini membuat nya menderita
Kisah ini adalah kisah yang diceritakan oleh Mpok Ida yang terkenal bawel. Perempuan paruh baya yang jadi sahabat karibnya Ani, ibu Ina, yang jadi peran utama di cerita saya ini.
Sabtu sore itu Trisno baru pulang bersama Mamah Laela dari belanja di pasar mangga besar. Mamah Laela turun dari mobil dengan membawa beberapa plastik yang berisi belanjaannya, Trisno juga setelah mengunci mobil ikut mengangkat beberapa bungkus plastik belanjaan Mamah Laela.
“Langsung bawa ke kamar saya ya Tris..”kata Mamah Laela.
Trisno dengan sigap membawa semua barang-barang itu ke dalam kamar. Mamah Laela mengikuti dari belakang. Setelah meletakkan semua barang-barang itu, Trisno langsung berniat keluar dari kamar. Tapi ditahan sama mamah Laela.
“jangan pergi dulu Tris…ada yang saya mau perintahkan untuk kamu” kata Mamah Laela.
Trisno gak jadi buka pintu, tapi berdiri didepan pintu, menunggu perintah selanjutnya dari majikannya.
Mamah Laela membuka bungkusan plastik belanjaannya. Dikeluarkannya barang-barangnya, sepertinya dia sedang mencari sesuatu yang dia mau serahkan ke Trisno.
Akhirnya ditemukanlah apa yang dia cari. Mamah Laela membuka bungkusan yang berisi beberapa majalah.
“Trisno…sini kamu, duduk disamping mamah” perintah mamah Laela ke Trisno.
“Ya…Bu” Trisno mengikuti perintah majikannya untuk duduk disampingnya.
Trisno melihat mamah Laela sedang memegang beberapa majalah. Lalu mamah Laela memberikan satu majalah dari beberapa majalah yang dipegangnya kepada Trisno. Trisno menerima dan melihat isi majalah itu.
Majalah yang diberikan mamah Laela ke Trisno ternyata majalah yang berisi foto-foto porno. Trisno lihat majalah itu berisi adegan persetubuhan yang dilakukan beberapa laki-laki dengan satu perempuan. Laki-laki yang ada dalam foto itu kebanyakan berkulit hitam, meskipun ada juga yang putih, sedangkan perempuannya berkulit Asia Selatan seperti orang China atau Jepang.
Tanpa sadar Trisno jadi asyik memandangi foto-foto di majalah itu. Seperti kita sudah ketahui, Trisno ini penggemar sesama jenis sehingga saat melihat isi majalah itu, yang dia pelototi bukan tubuh wanitanya tapi batang kemaluan lelaki2 itu. Gairah Trisno mendadak meningkat.
Sedang asyik-asyiknya Trisno memandangi majalah itu, mamah Laela memukul ringan bahu Trisno.
“Udah, jangan dipelototi saja.. saya mau menyuruh kamu untuk membagikan majalah-majalah ini ke anak-anak santri tertentu yang nama-namanya akan saya kasih tau kamu, mengerti?” tanya mamah Laela.
Trisno terkejut ditepuk bahunya, dan dia sedikit memerah wajahnya.
“mengerti Mamah…”jawab Trisno.
Mamah Laela juga membuka bungkusan plastik besar satunya lagi, isinya beberapa sarung laki-laki dan satu kotak. Dan mamah Laela memperlihatkan isi kotak tersebut ke Trisno yang ternyata berisi beberapa kondom.
Mamah Laela menghitung majalah-majalah yang dibelinya. Semuanya ada 6jilid majalah.
“Ini 5 majalah, sarung, agar kamu bagi-bagikan ke nama-nama yang tertulis di kertas ini. Di kertas ini tertulis nama dan posisi kamar mereka semua, tapi satu majalah ini saja, khusus saya berikan untuk kamu…” kata Mamah Laela, sambil memberikan satu majalah yang terpisah dari 5 majalah-majalah lainnya.
Trisno menerima satu majalah yang dihadiahkan mamah Laela kepadanya. Dibukanya majalah, kaget dia, ternyata di majalah yang dia terimanya berisi foto-foto vulgar gay.
“sudah jangan dilihat sekarang, kamu segera berikan majalah-majalah, sarung-sarung ke anak-anak santri yang sudah saya tuliskan di kertas itu, malam ini juga, serta beritahukan mereka bahwa mereka harus bersiap-siap besok di mobil Ayla putih dan merah besok” kata Mamah Laela.
“dan kotak berisi kondom ini, kamu yang harus simpan” kata Mamah Laela lagi.
Setelah paham semuanya, Trisno langsung langsung bangun dan bergerak keluar.
Sepeninggal Trisno, mamah Laela berdiri ke pintu dan menguncinya, sejenak dia berdiri di depan pintu, termenung, dan menarik napas, sepertinya dia sedang membayangkan rencananya besok. Rencana yang sudah lama dia persiapkan.
Sebelumnya, mamah Laela sudah jauh-jauh hari memilih berondong yang bisa memuaskan rasa dahaganya. Dia cari santri-santri yg sudah dewasa, tapi yang pemalu dihadapan lawan jenisnya. Mamah Laela melakukan pendekatan tanpa ada yg tahu selain dia dan santri-santri sasarannya itu.
Selama mamah Laela mendekati mereka, para santri-santri itu tidak ada yg berpikiran macam-macam kepada istri kiyai mereka. Mereka sangat sopan kepada mamah Laela. Meskipun mereka kadang-kadang heran kenapa mereka berlima sepertinya diistimewakan dari santri-santri lainnya. Mamah Laela sering memberikan uang serta barang kepada mereka, apalagi mereka itu bukan dari keluarga yang mampu. Keluarga santri-santri itu jauh dari mereka, keluarga mereka kebanyakan petani di kampung.
Hari Minggu pun tiba, ada sekitar 3 mobil minibus disediakan, 1bus dan 1alphard yang akan ditumpangi Abah dan mamah.
Tanpa Sepengetahuan pengurus pesantren yg menyiapkan acara kali ini, Trisno sudah menyiapkan 2 mobil lagi yaitu 2 Ayla berwarna merah dan putih, untuk rombongan rahasianya Mamah Laela, sang majikannya.
Disaat yang lainnya berkonsentrasi untuk acara ceramah sang kiyai kali ini, Trisno dan 5 santri berondong simpanan mamah Laela, malah berkonsentrasi pada rencana mereka sendiri. Trisno sudah diberitahu mamah Laela bahwa, Trisno harus memimpin rombongan mamah Laela ke rumah Mpok Ida saat istirahat siang nanti. Trisno akan membawa Ayla putih bersama Mamah Laela dan satu santri, sedangkan empat santri lainnya akan naik Ayla merah. Nanti Ayla merah akan mengikuti mobil yang disupiri Trisno ke tempat tujuan.
Kita beralih ke mpok Ida yang mulai Minggu pagi sudah mendandani rumahnya. Ubin nya dipel dengan karbol wangi, WC dan kamar mandi nya juga. Dan yang paling utama adalah kamar tidur nya.
Mpok Ida sudah lama hidup sendiri, semenjak suaminya meninggal dunia. Mpok Ida dapat warisan yang cukup dari almarhum suaminya. Rumah yang ditinggalinya sekarang juga tergolong rumah yang megah meskipun tidak bisa disebut rumah mewah tapi dijejeran rumah-rumah di sekitar situ, rumah Mpok Ida lah yang paling besar apalagi perkarangannya juga luas.
Meskipun hidup Mpok Ida sudah cukup tapi dia bosan kalau tidak melakukan apa-apa, oleh karena itu dia sering menerima panggilan untuk mengurut karena memang dia punya keahlian untuk itu.
Rombongan Abah haji pun sampai di tempat acara pengajian untuk menyambut hari besar keagamaan. Saat turun, Abah pun disambut oleh pihak panitia disana. Abah dan mamah dikawal ke tempat yang memang sudah disediakan. Tak lama kemudian acara pun dimulai.
Beberapa acara pun berlalu sampai tibalah pada acara utama yaitu ceramah dari Abah yg sudah ditunggu-tunggu oleh jemaah sekalian.
Abah memang memiliki gaya ceramah yang mendidik sekaligus menghibur, sehingga banyak orang yang suka mendengarkannya. Saat Abah berceramah semua mata tertuju padanya, yang mendengarkan ada yg mengangguk angguk dan ada juga yang tertawa, yang pasti tidak ada yg ngantuk saat mendengarkan ceramah itu. Hanya satu, yaitu Mamah Laela yang tidak konsentrasi mendengarkan ceramah suaminya. Pikiran mamah Laela sudah melayang jauh entah kemana. Dia hanya ingin agar segera waktu istirahat tiba agar dia bisa minta ijin ke suaminya untuk beristirahat di rumah temannya, alias rumahnya Mpok Ida.
Akhirnya selesai ceramah itu, Abah pun kembali duduk di tempat nya. Saat itu mamah Laela menghubungi suaminya via handphone, setelah tersambung, mamah Laela mengutarakan niatnya untuk minta ijin agar diijinkan untuk keluar acara untuk pergi ke tempat temannya untuk beristirahat. Alasannya karena badannya letih dan mengantuk. Abah pun segera menyetujui permintaan istrinya itu, bahkan dia bilang bahwa dia mempersilakan mamah Laela pulang langsung ke rumah dan pesantren mereka kalau mau dan tidak perlu balik lagi ke tempat acara ini.
Mamah Laela pun berterima kasih kepada suaminya dan setelah itu segera ia menghubungi Trisno untuk memerintahkan Trisno untuk menjalankan rencana yang sudah mereka buat.
Mamah Laela tidak lupa berpamitan kepada panitia dan langsung menuju ke mobil Ayla putih yang sudah disiapkan.
Di mobil Ayla putih itu sudah menunggu Trisno dan salah seorang santri yang duduk di bangku depan, sedangkan mamah Laela duduk sendirian di belakang. Saat mobil mulai dijalankan oleh Trisno, mamah Laela sempat melihat kebelakang, dia melihat Ayla merah yang ditumpangi 4orang santri, mengikuti mereka.
Selama perjalanan, santri yang duduk di bangku depan, memegang map yang kalau dibuka ternyata didalamnya ada majalah yang diberikan oleh mamah Laela. Di halaman pertama majalah itu, ada selembar kertas yang ditulis mamah Laela sendiri yang berisi ungkapan hati mamah Laela dan beberapa petunjuk yang mereka harus jalankan pada kesempatan ini. Begitu juga dengan santri-santri lainnya di mobil satunya lagi.
Tak lama kemudian, Mpok Ida pun yang berdiri di depan rumah nya bisa melihat kedatangan dua buah mobil, yang sudah ditunggu-tunggu nya. Mpok Ida pun melihat dua mobil itu masuk ke perkarangannya untuk diparkir disitu.
Mpok Ida pun mempersilahkan rombongan yang baru tiba itu untuk masuk kerumahnya. Rumah Mpok Ida ada di sudut jalan dan jauh dari rumah lainnya, dan yang paling dekat adalah rumah Ani dan Koh Akong. Setelah tamu-tamunya masuk, Mpok Ida melihat sekeliling dan dia lihat siapa-siapa disekeliling rumahnya. Aman…pikiran nya.
Setelah pintu rumah ditutup, Mpok Ida menyuruh semuanya untuk duduk. Dan Mpok Ida bergegas mau ke dapur.
“Mpok nanti aja ngeluarin minumannya, kami juga sudah banyak makan dan minum di acara tadi” kata Mamah Laela.
“Tolong Mpok sediain aja handuk, saya mau basuh badan dulu” kata Mamah Laela lagi.
Mpok Ida pun tidak jadi pergi ke dapur tapi masuk ke kamar ambil handuk, memang sebelumnya Mpok Ida sudah dibekali uang untuk beli 7 handuk, makanya dia sudah langsung bisa menyediakan handuk-handuk yang baru kemarin dibelinya itu.
7handuk itu diserahkan ke mamah Laela, dan mamah Laela pun membagi-bagikan handuk itu kepada santri-santri yg mengikutinya.
“Mamah mau mandi dulu karena badan mamah basah sama keringat tadi, cukup dua orang dulu untuk nemenin mamah ya…”kata mamah Laela.
Dua orang santri pun mengikuti mamah ke kamar mandi.
Perlu diketahui bahwa santri-santri yang menyertai Mamah Laela, semuanya memakai sarung. Dan sesuai perintah mamah Laela yang ditulis di kertas yang disebarkan kepada mereka semua, santri-santri itu tidak ada satu pun yang memakai celana dalam.
Kamar mandi di rumah Mpok Ida cukup luas, bahkan dibandingkan dengan kamar mandi di rumah tetangga nya, bisa dibilang tiga kali luasnya.
“pintunya gak usah ditutup…pok” kata Mamah Laela kepada Mpok Ida yang tadinya berniat menutup pintu kamar mandi itu.
Mamah Laela mulai melepaskan bajunya, dan dia minta dua santri yang menemaninya itu untuk membantunya melepaskan pakaiannya. Tapi mamah Laela gak mau melepas jilbabnya. Hanya baju atasan dan bawahan yang dilepas, bh nya juga dilepas, terakhir celana dalam nya dia lepas sambil berpegangan ke bahu dua santri itu, mamah Laela menaikkan kakinya agar celana dalam nya terlepas.
Sekarang mamah Laela pun sudah dalam kondisi polos, bugil. Payudara nya yang besar terpampang jelas, meskipun sedikit kendur tapi bagi santri-santri yang ada disitu, adalah pemandangan yang memukau.
Memang santri-santri itu sejak pagi tadi tidak ada yg bersuara, meskipun mereka tahu apa yang harus mereka lakukan hari ini yaitu mengikuti apa yang diperintahkan mamah Laela dalam surat yang mereka terima dari Trisno tadi malam. Mereka sejak pagi tegang menahan birahi mereka.
Dua santri yang membantu menelanjangi mamah Laela pun bergetar hatinya melihat untuk pertama kalinya tubuh telanjang seorang perempuan. Tapi satu diantara mereka masih sadar akan situasi, dia pun memungut baju mamah Laela yang sudah terlepas, dikumpulkannya dan diletakkan di ember.
Santri yang satunya lagi masih berdiri seperti patung memandangi tubuh polos mamah Laela. Dia lihat ada rambut yang lebat diatas kemaluan si mamah, di kedua sisi ketiak si mamah pun, santri itu bisa melihat rimbun nya bulu ketiak. Tapi semua itu indah sekali di mata keduanya.
“Ayo bantu mamah, gosok punggung dan dada mamah dengan sabun..” perintah mamah.
Kedua santri itu pun mengambil sabun batangan dan mengusapkannya ke badan mamah. Mamah Laela pun menutup matanya, menikmati gosokan sabun di badannya yg dilakukan dua berondong ini.
Salah seorang pun mengambil air dengan gayung dan mengguyur tubuh mamah Laela, agar hilang busa sabun nya. Begitu lah kedua santri itu bergantian memandikan mamah Laela.
Setelah dirasa cukup, mamah Laela pun minta agar badannya dilap dengan handuk oleh kedua santri itu. Masing-masing santri sudah memegang handuk masing-masing, kedua santri itu melap tubuh mamah Laela dengan handuk yang mereka pegang.
Saat mengeringkan badannya, mamah merasakan empat tangan menggerayangi badannya. Karena mata mamah terpejam, mamah Laela tidak tahu, tangan siapa yang sedang meremas-remas payudara nya, tangan siapa yang sedang melap bulu kemaluannya sambil sesekali menyodok nyodok vagina nya. Semua itu diresapi mamah Laela dengan mata terpejam.
Setelah kering, mamah Laela pun keluar dari kamar mandi, dengan keadaan telanjang bulat. Mamah Laela bisa melihat ekspresi masing-masing orang yang ada di ruangan itu. 5 santri itu begitu jelas memperlihatkan api birahi yang terpancar dari mata mereka.
“angkat sarung kalian…”perintah mamah.
5 orang santri itu pun menuruti perintah mamah itu. Ukuran batang kemaluan santri-santri itu beragam, tapi persamaannya adalah semua batang itu dalam posisi tegang.
“Saya minta agar setiap orang memasangkan kondom yang kalian punya ke kontol temannya”
Empat santri saling membantu memasangkan kondom, dan seorang lagi dibantu Trisno untuk pemasangannya. Trisno menyukai hal itu meskipun dia tidak berani melakukan hal yang lebih dari itu.
Mamah berjalan ke sofa, lalu dia duduk dan merenggangkan kedua pahanya.
“Ayo satu demi satu, saya minta untuk mencicipi memekku ini, tadi sudah bersih digosok dengan sabun, mudah-mudahan tidak bakalan bau…”kata mamah Laela.
Satu santri yang tadi menyabuni mamah Laela, bergerak menghampiri. Santri meletakkan lutut nya dilantai, agar kepalanya bisa dia sisipkan di selangkangan mamah. Tanpa sungkan-sungkan, dia menjulurkan lidahnya ke liang kewanitaan mamah Laela. Lidah itu menyapu bibir kemaluan yang tertutup oleh rimbunnya bulu kemaluan, gerakan lidah itu seperti orang sedang menikmati sebuah es krim.
Jilatannya cepat, sampai terdengar suara khas dari area tersebut. Mamah Laela terpejam dan bergeliat menikmati jilatan itu. Kedua tangannya menahan lutut agar kedua kakinya tetap terbuka lebar.
Setelah dirasakan cukup, tangan mamah Laela pun menjambak rambut santri itu dan menarik nya dengan maksud agar jilatan itu dihentikan. Mamah Laela sudah merasakan cairan kenikmatan sudah membasahi vaginanya. Kondisi dimana kemaluannya siap untuk dientoti.
“Sekarang saya mau agar masing-masing santri, memasukkan kontol kalian ke lobang memek saya ini, terserah siapa yang duluan, asal jangan lebih dari lima menit, setelah lima menit, tolong dicabut dan beri kesempatan yang lainnya untuk mengentoti saya, mengerti…” kata Mamah Laela yang masih dalam posisi duduk di sofa dengan paha yang terbuka lebar.
Santri yang tadi menjilati vagina Mamah Laela, langsung ambil kesempatan, batang kemaluannya yang sudah tegang, langsung diarahkan ke lobang memek Mamah Laela, batang kemaluan itupun dengan cepat masuk kedalam kemaluannya mamah Laela, kemudian santri itu memompakan pinggulnya, badannya ditempelkan ke badan mamah Laela, bibirnya menyosor rakus ke bibir mamah Laela. Santri ini benar-benar berada di puncak birahinya.
Gerakan pinggulnya cepat dan sedikit kasar, semuanya bisa mendengar suara ceprat ceprot gesekan kontol yang keluar masuk nonok mamah Laela. Santri-santri lainnya tidak berkedip menyaksikan adegan itu. Mamah Laela memberikan waktu 5 menit, tapi karena saking nafsunya, belum sampai 3 menit anak itu sudah sampai puncaknya. Santri itu pun berhenti. Mamah Laela mendorong santri itu untuk bangun, setelah bangun, segera seorang santri lagi mengambil posisi di sela-sela paha mamah, seperti santri yang tadi, santri inipun mengarahkan kontol nya ke memek Mamah, kontol itu pun dengan mudah menyelip ke sela-sela bibir kemaluan mamah.
Beda dg santri sebelumnya, santri ini mengayunkan pinggulnya maju mundur dengan kecepatan yang sedang, tidak secepat santri sebelumnya. Dia menghisap kedua putting mamah, kiri kanan, kiri kanan, bergantian. Dan akhirnya waktu 5 menit pun tiba, terpaksa dia bangun meskipun kontolnya belum memuncratkan maninya.
Selanjutnya, santri selanjutnya, tapi sebelum dia memasukkan kontolnya, dia membisikkan sesuatu ke telinga mamah.
“Mah…sekaligus dua ya?, kayak posisi di foto majalah yang mamah kasih..” bisik anak itu.
Mamah mengangguk, dan bangun, untuk mengatur posisi. Anak yang tadi bergantian dengan mamah, untuk duduk di sofa, mamah Laela lah yang mengepakkan bibir memeknya agar kontol itu masuk, dan setelah pas, mamah Laela menurunkan pantatnya agar kontol itu amblas kedalam memeknya. Dalam posisi nungging seperti itu, seorang santri lagi, mengarahkan kontolnya ke lobang anus mamah Laela. Sekarang dua lobang mamah Laela sudah dipenuhi oleh dua kontol. Gerakan mereka memang perlahan, tapi mamah Laela merasakan kenikmatan yang luar biasa. Selanjutnya, seorang lagi menyodorkan kontolnya ke mulut mamah Laela yang memang sering menganga saat menikmati persetubuhan ini. Mamah Laela pun mengulum kontol itu meskipun dirasakan kontol itu yang paling terkecil diantara kontol2 lainnya.
Mpok Ida hanya bengong melihat pergumulan empat orang itu, tapi dia lega, melihat orang yang sering curhat kepada nya dan selama ini tersiksa karena birahinya, sekarang sudah bisa melepaskan belenggu itu.
Pergumulan empat orang itu tidak berlangsung lama, yang pertama orgasme adalah kontol yang dihisap mamah, selanjutnya kontol-kontol yang di memek dan anus berbarengan sampai puncaknya.
Mereka semuanya pun bangun, tapi saat mamah Laela mau melangkah, ada tangan yang memeluk nya. Yaitu tangan santri kedua yang belum sampai klimaks nya. Mamah Laela pun menunduk, dengan tangan memegang sofa, dalam posisi nungging, kontol santri memompa memek nya dengan gerakan cepat sambil meremas remas payudara nya, tak lama kemudian akhirnya dia pun klimaks. Mamah Laela pun merasakan klimaks sampai empat kali, liang vaginanya sudah berkali kali menyemburkan cairan kenikmatan wanitanya. Mamah Laela pun puas, melepaskan puasa birahi yang selama ini membuat nya menderita