Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Gairah Umi (No SARA)

Petualangan dengan siapa yang harus kita bahas?


  • Total voters
    255
  • Poll closed .
Aaawww....
Adi mengizinkan malah mendukumg uminya untuk kembali menjalin hubungan dengan mantannya, bahkan adi sering membantu uminya agar uminya bs berzinah dgn mantannya itu...,

sampai suatu ketika uminya dan kekasihnya itu ngajak adi bcara dan umi blg ke Adi kalo umi ingin diam2 murtad dan ingin punya anak dr kekasihnya itu...

Adi sgt kaget namun ntah knapa maha mendukung keputusan uminya...

akhirnya diam2 uminya di babtis di gereja tempat kekasihnya itu beribadah dan Adi menyaksikannya secara lgsg.

Uminya diberikan hadiah sama pak pendetanya berupa kalung salib dan umi lgsg memakainya.

Setelah resmi murtad uminya kembali pakai pakaian muslimahnya krn suaminya msh blm tau dan ga akan pernah tau...
 
"Om Indra itu siapanya mi?" Ucapku membuka percakapan di mobil yang sedang ku kendaraan.

"Hemm teman Adi, kenapa memang?" Tanggap umi sambil membuka cadar yang ia kenakan, mungkin Gerah karena AC mobil yang kurang terasa.

"Hemm... gak papa sih mi. Tadi keliatan umi bahagia aja, terus ngobrolnya antusias, terus pas aku tinggal dan balik ke restoran umi keliatan pegangan tangan gitu" paparku mencoba menyelidiki.

"Hemm maaf yah, umi mau jujur, sebenarnya itu mantan pacar umi yang dulu Umi ceritakan" jawab umi lirih dan terasa malu dan takut.

"Oh pantesan umi akrab banget dan mesra, CLBK nih yaahh.. hehhe" sanggahku sambil bercanda tertawa mencoba mencairkan suasana. "Tenang mi, aku jaga rahasia umi kok, Adi gak marah, memang cemburu sih mi, tapi ya Umi bahagia ya aku senang lihatnya" sambungku memberi penjelasan.

"Hehe, masya Allah, makasih ya Adi, anakku memang baik, Umi pasti tetap sayang ke Abi dan kamu, Ini hanya sekadarnya saja, Umi mencoba mengikis perasaan Umi ke Om Indra" sambil umi mencium tangan kiri yang memang perseneling mobil yang ku kendarai.

"Hati hati ya mi, jangan kelewatan tapi" kucoba memberikan batasan. Walaupun aku izinkan Umi menjalin hubungan dengan mantanya namun tetap itu hanya sekadar berteman saja, tidak boleh berlebih, semoga Umi bisa tetap menjaga kepercayaanku.

"Alhamdulillah dah sampai mi, kayaknya abi juga udah pulang" sambil ku lihat mobil Abi yang sudah terparkir rapih.

"Assalamualaikum Abi?" sapa umi pada Abi yang sedang duduk memandang layar hp dan nampak serius melihatnya.

"Alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh" jawab abi yang menoleh ke arah kami datang, kemudian kami sungkem ke Abi, begitu juga Umi melanjutkan cipika-cipiki dengan Abi.

Tampak harmonis dan romantis, umi dan abikuu yang semoga akan kekal sampai mereka tua nanti. Semoga perasaan Umi tetap terjaga dan tidak meninggalkan Abi, ditengah kondisi ia yang masih menyukai mantan pacarnya, semoga Umi bisa melupakan mantan pacarnya itu dan sepenuhnya mencintai abi, wajar memang umi yang berparas cantik rupawan itu ingin punya pasangan yang juga seumuran dengannya, Abi memang sudah bisa dikatakan tak muda lagi.

Karena lelah aku beristirahat langsung di kamar, hingga kira-kira tengah malam, ku terbangun dan rasanya haus sekali. Ingin segera ku minum segelas air mineral dingin ku habiskan sebagai pengusir rasa kering di tenggorokan. Kaki ku langkahkan ke arah dapur. Mataku terkaget-kaget menyaksikan pemandangan ini, baru tiba di ruang tengah dari jauh ku dapat melihat umi hanya memakai sebuah lingjerie warna merah tipis duduk di kursi sofa ruang tamu, ku sembunyikan diri di balik tembok pemisah antar ruangan.

Tampak Umi tak memakai Bh dibaliknya, mataku entah kenapa gagal fokus malah melihat bagian sensitif Umi, tampak Umi sedang video call dengan seseorang entah siapa. Aku melihat dari arah samping dan ku lihat aktifitas umi cukup jelas.

"Iya sayang nanti ketemu kok. Sekrang lewat VC dulu aja yah" terdengar sayup obrolan Umi dengan orang itu, apakah itu Om Indra?, duh umi tampaknya sudah kelewatan tapi aku sudah berjanji tak akan mempermsalahkan perasaan Umi ke Om Indra tapi ini sudah sudah terlalu berani jika begitu. Tak lama Umi nampak memainkan payudarnya, ia remas-remas sendiri payudara ranumnya hingga lingjerie turun dan menampakan dua buah keindahan dari payudara Umiku itu. Pemandangan selanjutnya Umi menurunkan satu tangannya ke arah selangkangan, ku tak bisa melihat bagian vagina umi karena posisi dari samping, tapi dapat ku pastikan umi tak memakai celana dalam, kulit putih bersih terlihat sangat menawan, sungguh keindahan tubuh Umi bagaikan bidadari. Ku biarkan kejadian ini sampai tuntas, menunggu hingga selelasi, hingga Umi melenguh kenikmatan sabagai tanda Ia mencapai puncak kenikmatan.

Ku beranikan diri mendekati Umi dengan sedikit memberi tekanan pada kaki agar kedatanganku disadari Umi. Rasanya ingin segera ku terkam Umi dan ku perkosa saja nanti dia pasti keenakan juga, namun tentu tak mau aku buat rusak keluarga ini. Astagfirullaah, kucoba menenangkan diri dan terus berjalan ke arah Umi.

"Umi, gak tidur? Hoooommm" Sambil ku kucek kucek mata sebagai tanda kalau mataku belum sempurna melihat ke arahnya agar Umi bisa sedikit tenang dan merasa bahwa Ia tidak begitu terlihat dengan baik oleh anaknya.

"Eeeh Adi, eemm iya Di" Sembari Umi membetulkan lingjerie hingga kembali menutupi kedua buah dada Umi.

"Ohh... abis ngapain mi? Selidikku pada Umi yang tampak masih 'kikuk' dengan kejadian ini.

"Heemm... minum Mi? Mau?" Tawarku pada Umi agar lebih mencairkan ketegangan.

"Iya Di boleh" jawab Umi sambil mengambil gelas yang ku berikan.

"Oya Mi, tadi abis VC ma siapa Mi?" Kembali ku selidiki.

"Oh itu Mba Nina, Katanya mau ke sini akhir pekan nanti" sanggah Umi yang berbohong atas selidikku. Mba Nina adalah Kakak kandung Umi yang juga cantik, dulu pernah bertemu dengan beliau.

"Oh gitu... bakal ada si bocil Nida dong" tanggapku yang menyebutkan putri Mba Nina yang sedang lucu-lucunya.

"Iya, pengen main kayaknya mereka, Umi juga kangen jadi makannya tadi VC aja" tambah Umi yang mencoba meyakinkanku.

"Ya, Adi juga kangen! Oya Mi, kok pakai baju tidur seksi banget, abis layanin Abi yah? ucapku mengalihkan pembahasan agar lebih menjurus memancing Umi.

"Ehh kamu tahu aja. Iya tadi abis menunaikan kewajiban Umi makannya pakai baju gini, maaf yah. Awas jangan gagal fokus yah" jawab Umi meyakinkan.

"Yaudah Di, Umi balik ke kamar yah, bobo gih kamu juga biar solat subuh tak kesiangan" sambil Umi berdiri dan melangkahkan kaki menuju ke kamarnya.

Astaaagaaaaaa... ketika ku lihat Umi berjalan meninggalkanku mataku tak bisa berpaling dan melihat bokong Umi.

"Ia Umi, met bobo" jawabku

Tampaknya aku akan kesulitan tidur lagi, setelah kembali ke kamar, akupun hanya bisa membayangkan Umi dan mengocok kontolku yang sudah tegang sedari tadi.

Entahlah dengan siapa Umi tadi VC, namun tak mungkin dengan Mba Nina sampai orgasme gitu, Mba Nina pasti marah, beliau adalah seorang Guru di sebuah pesantren, sering mengisi acara pengajian dan kajian keislaman di banyak tempat, jadi bisa disebut seorang ustadzah, pasti tak mungkin begitu.

Sudahlah.... Tiduuurrr

"Tok... tok... Assalamualaikum, Di bangun Yu" Suara ketukan pintu membangunkanku, sama seprti biasanya aku langsung berjalan dan membuka pintu kamar.

"Cekleekkk Iya Umi, makasih, aku wudhu dulu" Sambil ku perhatikan Umi sudah memakai mukena putihnya, namun lagi lagi momen yang ku tunggu yaitu Umi berjalan menjauh dan mukenanya terlihat transparan terpapar cahaya lampu, waaaww Umi tak pakai Bh rupaya, sejurus kemudian ku lihat bagian bawah pun tak terlihat ada garis dari celana dalam beliau, gila nih Umi, duh ini si otong auto tegang.

Setelah aku ambil air wudu di kamarku, aku menyusul Abi dan Umi ke tempat solat. Terlihat Umi sedang melaksanakan solat sunnah dan Abi tampak sedang berzikir, ketika mendekat lagi-lagi mataku fokus ke Umi dan ketika umi sujud, wah betul nih Umi tak pakai celana dalam, astaga, apa Umi sengaja yah. Biasanya pakai Bh dan celana dalam di balik mukena yang ia kenakan.

Setelah aku iqomat, kamipun solat berjamaah, suara merdu Abi membuat hatiku kembali tenang setelah gusar karena kelakuan Umi, semoga Allah menjaga keluarga ini, Amin.

Setelah solat, seperti biasa aku sungkem ke Abi dan Umi, saat sungkem ke Umi aku kembali gagal fokus dan mencoba menerawang bagian dada Umi, ternyata bisa aku asumsikan benar bahwa Umi tak memakai Bh.

"Makasih Umi, emmuah" ucapku ketika mencium lembut tangan Umi, Ia tersenyum manis ke arahku dan tiba-tiba Ia memelukku.

"Ia anakku sayang, jadilah anak yang soleh yah" ucap Umi sambil memeluk dan mengelus punggungku sebagai tanda sayang.

Astagaaa... Aku kaget sekaigus bahagia tak kepalang saat aku bisa merasakan pelukan Umi, duh... Aku balas elusan Umi di punggungnya dan benar kurasakan tak ada Bh dibalik mukena Umi dan tentu yang paling terasa adalah dada kami berhimpitan dan membuat ku bisa merasakan ada benda kenyal yang menekan-nekan tubuhku.

"Iya Mi, Amin" ucapku masih tak percaya apa yang sedang terjadi, menikmati dan merasakan sayangnya Umi padaku, namun entahlah kenapa 'si otong' malah merangsek berdiri mengeras.

"Yaudah Nak, bantu Umi masak yah, Abi mau berangkat pagi-pagi" tutur Umi sambil melepaskan pelukannya.

"Ia Mi, Adi nanti ke dapur" Jawabku masih tetap gagal fokus ingin melihat dan menerkam buah dada Umi.

Setelah membersekan sajadah kami kembali ke kamar masing-masing, rasanya bahagia dengan perhatian dan kasih sayang Umi.

Sehelah berganti dengan kaos dan celana pendek aku bergegas ke dapur, Umi tampak sudah berganti juga dengan baju santai seprti kaos biru longgar lengan panjang dan rok longgar hitam dipadukan dengan kerudung instan yang juga lebar, sungguh anggun ibuku itu dan teras kontras dengan penampilan yang aku lihat semalam.

"Apa yang bisa Adi bantu Mi?" Ucapku mengagetkan umi yang sedang memasak sayur, ku berdiri tepat di belakang umi dan memluk umi. Wangi tercium semerbak yang menandakan beliau sudah mandi, gemaas rasayan.

"Eh astagfirullah Adi, kaget umi, pake peluk peluk segala, nanti di liat Abi loh". Timpal Umi yang tidak menolak atas pelukanku sebagai tanda sayang dan bahagia memiliki Umi sepertinya.

"Hehe. Maaf mi, Abis Adi sayang banget sama Umi, makasih yah, jadi apa yang bisa dibantu Mi?" ujarku yang melepaskan pelukan padanya.

"Sudah telat, ini mau selesai, kamu bawa piring saja" perintah Umi padaku.

Pagi itu kami sarapan bersama. Agenda hari ini Abi mengajar seprti biasa begitu pun diriku ada dua matakuliah pagi dan siang ini, sementara Umi katanya ada kegiatan ibu ibu komplek.

Setelah di kampus dan menunggu dosen ternyata dua matkul kosong dan hanya dibekali tugas saja. Karena tak ada agenda apa apa maka aku langsung pulang ke rumah, semoga saja umi sudah pulang.

Perjalanan terasa lambat karena kemacetan Ibu kota, motor ku lajukan dengan cepat, hingga akan segera sampai ku lihat ada mobil mewah di depan rumahku, bukan mobil Abi, siapa yang bertamu yah.

Terlihat sepatu yang ada di depan teras adalah sepatu laki-laki, kemudian aku coba putar gagang pintu ternyata terkunci.

"Assalamualaikum" ucapku lantang mencoba memanggil yang ada di dalam, kutunggu ternyata tak ada jawaban. Sedang apa Umi di dalam dengan seorang laki-laki, kucoba telpon Umi dan Alhamdulilah di angkat.

"Halo Umi, Assalamualaikum" ucapku padanya.

"Ahh alaikumsalam hmm. Iya Nak, akhh kenapa?" Jawab umi dengan suara yang menahan sesuatu.

"Umi kenapa?" Hatiku gusar tak karuan rasanya. Umi sedang apa, kucoba buang jauh-jauh prasangka buruk ini. Kucari kunci cadangan di tasku yang ku ingat pernah menyimpannya, namun jarang ku gunakan.

"Ceklekk, mana ini umi tak ada di ruang tamau" mataku menyapu seisi ruangan namun tak ku temukan keberadaan Umi.

Ku langlahkan kaki ku ke beberapa tempat seperti dapur dan ruang keluarga pun tak ada, kecurigaan tinggal di kamar, ku coba beranikan diri mendekat dan sayup sayup suara desahan terdengan. Tampaknya itu suara Umi, hatiku makin tak karuan.

"Haduuh astagfirullah, mudah-mudahan jangan itu" gusarku dalam hati mencoba mengumpulkan keberanian.

Ku lihat pintu kamar Umi tidak tertutup sempurna, kucoba mencari posisi yang pas agar bisa melihat apa yang terjadi.
Jeedddeerrrrr.... Umi sedang berbaring di kasur tanpa sehelai benangpun, tampak memang di sekitarnya ada gamis, kerudung dan pakaian dalam Umi berserakan.
Ku bisa tebak lelaki yang sedang memasukan kontolnya ke memek Umiku adalah Om Indra, dari ciri rambut dan posturnya.
Siaaalll.... namun aneh kenapa aku tak langsung melabrak dan menghentikan aktifitas mereka aku malah asik menikmati pemandangan ini.
"Aaakhh nikmat sayang terus, lebih cepat" terdengar samar samar desahan Umi.
Tampak umi bangun dan memposisikan duduk dan berciuman dengan Om Indra, mereka berganti posisi dengan Umi di atas, ku lihat Umi menggesekan kontol tegang Om Indra di belahan memeknya kemudiak menekan tubuhnya ke bawah dan membuat memek Umi seperti menelan kontol Om Indra.
Umi tampak menaik turunkan tubuhnya dengan bantuan tangan Om Indra di pantatnya, tak lama Umi memutar badan membelakangi Om Indra dengan kontol om Indra tetap menancap di memeknya, ketika berbalik tampak Umi menyadari kehadiranku, aku pun kaget dan segera pergi meninggalkan mereka.

"Gila kalian!!!" hardikku dalam hati pada mereka masa bodoh dengan mereka, masa bodoh dengan Umi. Aku masuk kamar dan menguncinya, entah kenapa aku sakit hati melihat itu. Kucoba menahan rasa marah, kecewa, benci. Maksud ku memberikan izin pada umi dengan Om Indra hanya sebatas komunikasi dan pertemanan biasa, tidak malah terjerumus pada perbuatan zinah di kamar yang harusnya hanya dengan suaminya ia lakukan itu.

"Tok tokk, nak buka pintu tolong, Umi jelaskan" suara di balik lintu yang ku coba abaykan, biarlah ku rasakan dulu sakit ini.
Biarlah.... zeezezzzzz tiduurrr....

Entah apa yang akan terjadi selanjutnya...
Semoga baik-baik saja...

Nantikan kelanjutantnya di halaman.... (Doakan secepatnya)
 
Terakhir diubah:
Aaawww....
Adi mengizinkan malah mendukumg uminya untuk kembali menjalin hubungan dengan mantannya, bahkan adi sering membantu uminya agar uminya bs berzinah dgn mantannya itu...,

sampai suatu ketika uminya dan kekasihnya itu ngajak adi bcara dan umi blg ke Adi kalo umi ingin diam2 murtad dan ingin punya anak dr kekasihnya itu...

Adi sgt kaget namun ntah knapa maha mendukung keputusan uminya...

akhirnya diam2 uminya di babtis di gereja tempat kekasihnya itu beribadah dan Adi menyaksikannya secara lgsg.

Uminya diberikan hadiah sama pak pendetanya berupa kalung salib dan umi lgsg memakainya.

Setelah resmi murtad uminya kembali pakai pakaian muslimahnya krn suaminya msh blm tau dan ga akan pernah tau...
Wah. Eskstrim nih. Tapi kalau suka kita buat sajaaaa
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd