Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Gairah Umi (No SARA)

Petualangan dengan siapa yang harus kita bahas?


  • Total voters
    255
  • Poll closed .
Umi mendampingi Abi hingga naik ke mobil untuk berangkat ke lokasi acara, lokasinya cukup jauh di kota tetangga saat itu baju umi memakai gamis lebar berwarna putih dengan paduan kerudung coklat, sungguh anggun terlihat ibuku itu. Setelah abi naik ke mobil dan pergi hilang dari pandangan umi masuk ke rumah dan menyapaku

"Adi tak ada kegiatan atau acara hari ini?"

Tanya umi yang menyadarkan dari lamunanku.

"Tak ada mi, pengen di rumah saja paling"jawabku sambil melihat ke arah umi yang sudah berdiri di samping sofa tempat aku duduk.

"Abi perginya lama Mi?"sambungku penasaran

"Kayaknya pulang nanti sore sih"jawab umi sambil meletakkan badanya duduk di ujung sofa yang aku duduki juga.

Sejurus kemudian umi membuka jilbabnya, terlihat rambut sebahu dengan warna hitam lurus.

Kami pun terlibat dalam obrolan panjang dan seru, Umi banyak bercerita tentang dirinya di masa lalu, hal hal yang sebelumnya belum pernah diceritakan, termasuk tentang mantan pacarnya yang tampaknya Umi masih menyimpan rasa, berdasarkan obrolan itu kini aku tahu bahwa Umi menikah dengan Abi lebih pada perasaan hormat dan kagum padanya yang dulu pernah menjadi guru umi dan yang paling utama dorongan dari Ayahnya yang sudah berteman lama dengan Abi. Jadi, pada dasarnya Umi dijodohkan, maka hal itu yang membuatnya masih belum move on dari mantannya dulu.

Umi juga bercerita kenakalan masa masa remajanya dulu yang suka mengumbar aurat dan senang memakai baju seksi termasuk jika sedang berpacaran dengan mantannya dulu yang ternyata berbeda keyakinan. Setelah hubungan mereka diketahui oleh Ayah Umi dan tidak diberikan restu, Ayahnya umi menilai bahwa umi terpengaruh buruk dengan mantannya itu dan Ayahnya umi mengenakan pada sahabatnya yaitu Abi, Umi pun terpaksa berhijrah hingga kini. Hijrahnya umi lebih pada upaya agar umi bisa menutup diri dari mantannya yang berbeda keyakinan, tentu setelah umi Hijrah, umi berteman dengan rekan rekannya yang memiliki pemikiran, cara berpakaian dan pola hidup yang sama, yaitu religius dalam keseharian. Umi pun sering ikut pengajian pekanan dan bergabung salam halaqoh akhwat yang ada di sekitar kampus.

Ia bercerita bahwa dirinya sangat mencintai pacarnya itu, begitu banyak kenangan indah bersamanya, entah apa yang membuatnya begitu mencintai pacarnya itu dan tidak memperdulikan perbedaan keyakinan mereka. Namun tentu kita harus memilih antara pacar dan orangtua, tentu sebagai anak yang terpelajar dan mengerti betapa luar biasanya orangtua mengurusnya, maka umi pun memilih taat pada Abi dan Uminya dan harus terpaksa melupakan lelaki idamannya.

"Umi masih komunikasi sama mantan umi itu?" Tanyaku pada umi, kini aku sudah merebahkan badan dan kepalaku di atas paha Umi.

"Masih sih Di, jarang jarang saja sekadar sapa" jawab tampak malu-malu menjawab.

"Ooohh.. masa sih jarang-jarang mi, sering juga tak apa-apa" jawabku sambil sedikit menggoda Umi.

"Ihhh kamu nih gak percaya" balas umi sambil mencubit hidungku

"Ya Adi mah gak papa mi, kalau umi senang masih komunikasi sama mantan umi"godaku lagi "tapi umi sayangkan sama Abi?" Sambungku penasaran.

"Sayang atuh, apalagi punya anak baik, ganteng dan soleh kayak kamu" jawab umi sambil elus kepalaku sebagai tanda sayang.

"Iya mi, makasih yah. Jadi lanjut aja komunikasi sama mantan umi, kalau perlu ketemu aja hehehe, nanti Adi gak bilang abi kok" upayaku terus membuat umi salah tingkah.

"Awas yah nanti umi beneran loh, bisa bisa nanti Umi CLBK" jawab umi tertawa dan tampak berkeringat.

"Memang Umi udah ngapain aja sama pacar Umi?" Godaku memancing cerita umi agar terbuka padaku.
"Ya biasa lah kamu kayak tak pernah pacaran saja!" Sanggahnya.
"Yah aku mah polos mi, hehhe. Jaman sekarang kan pacarannya begitu aja mi, harus ada seksnya, Umi begitu juga?" Ku coba menggoda agar umi terpancing suasana menjurus ke mesum dariku.
"Begitulah, ya ada lah, kan umi dulu belum hijrah, jadi ngalamin lah begitu-bagitu" jawab Umi mencoba menjelaskan.
Umi banyak bercerita tentang masa berpacarannya, mulai dari suka nonton dan jalan jalan. Umi tampak malu-malu bercerita tentang sesuatu yang menjurus ke hubungan seksual, Umi jujur kalau dirinya sudah tidak perawan dan ia serahkan pada pacarnya itu, tapi umi menceritakan kejadian ia hampir ketahuan melakukan hubungan badan di rumah oleh Ibunya.

Dua Tahun Lalu di Rumah Orangtua Nisa
Pov Penulis

"Yudah sayang aku buatkan minum dan cemilan dulu yah" Tawar Nisa pada pacarnya.
"Oke sayang" jawab Indra yang menahan sangek sedari di kampus tadi karena inging menikmati tubuh indah pacarnya itu.
Ketika di dapur Nisa yang memakai rok span hitam dan kemeja pink serta kerudung pasmina merasa kaget karena tiba tiba ada yang memeluk dari belakan, ternyata itu Indra yang tampak bernafsu pada Nisa.
"Kangen ngentot sayang. Kamu seksi banget gak pakai daleman" Sambil Indra meremas pantat Nisa dan mencoba mengangkat rok Nisa.
"Akhhh.. mas sayang. Akhh. Iya ini kan buat kamu... tapi jangan di sini sayang ada Ibu di kamar" sergah Nisa yang tak menolak namun khawatir terlihat Ibunya.
Indra : Gak papa sayang, main cepat aja.
Indra jongkok dan mengangkat rok Nisa hingga ke pinggang kemudian menjilati memek Nisa dari belakang.
Indra: memek kamu indah dan ngangenin, emmuuuhhha, Dah becek nih, aku masukin yah, sepongin dulu yah.
Indra langsung menurunkan celananya dan kontolnya langsung mencuat tegang dan nisa berjongkok di hadapan konrol Indra
"Kontol ini sungguh ngangenin sayang, emmmuuaahh, nikmat aakhh". Nisa menjilati lubang kencing Indra yang berkulup tak bersunat, sungguh nikmaattt.. emmuuaah.
Entah kenapa Nisa begitu menikmati kontol tak bersunat Indra. Setiap bagian ia jilati dan ia masukan kontol indra ke mulutnya, ia kocok dengan kencang memakai mulutnya. Indra mengelus elus kepala Nisa yang masih berjilbab.
"Ayo sayang masukan, ini dah siap" ajak Nisa yang menungging di meja makan.
"Blesssss" kontol Indra masuk ke memek nisa. Indra
"Akhh akhhh nikmaat akhh gilaa kontol kamu nikmaat sayang" erang Nisa yang begitu menikmati.
"Plokk plookk akhh..." Iya sayang nikmat sangat.
"Nisaaaaaaa, sedang apa?" Tiba tiba ada suara di balik tembol pemisah dapur dan ruangan lain. Itu suara Ibunya Nisa, mereka panik dan segera membetulkan pakian dan berpura pura memasak dan Indra membantu Nisa, mereka sedikit lega karena tahu kalau Ibunya Nisa rabun dan terlihat tidak memakai kaca mata jadi tak akan jelas terlihat apa yang tadi mereka lakukan.
"Iya Umi, ini lagi siapin makanan buat Ka Indra" jawab Nisa gugup.
Indra dan Nisa pun menahan gairah mereka hingga mereka bisa tuntaskan di kamar setelah Uminya Nisa istirahat dan dipastikan tertidur.

Waktu Saat Ini
Itulah yang Nisa ingat ketika menceritkan masa lalu kisah cintanya dengan laki-laki yang masih ia cintai. Malu memang, namun entah kebapa Nisa bisa senyaman itu bercerita dengan anaknya Adi.

Pov Adi
"Gerah ya hari ini" sambung Umi sambil mengibaskan tangan ke badanya sebagai upaya mendinginkan panas tubuhnya.

"Umi kan pakai baju berlapis kan?"tanggapan ku pada umi.

"Ia sih, umi buka gamis yah" kemudian umi berdiri dan menurunkan resleting yang ada di bagian depan dan menurunkan gamisnya dengan sedikit membungkuk. Pemandangan ini sungguh membuatku menelan ludah menikmati keindahan yang sedang ku nikmati. Umi dengan keseharian selalu memakai baju tertutup untuk menyembunyikan keindahan tubuhnya kini sedang menampakannya padaku. Kini Umi menyisakan tengtop putih dan sebuah celana pendek hitam.

"Mau nonton lagi gak mi? ada film baru lagi nih?" Tanyakku pada umi yang sudah selesai membuka gamisnya.

"Boleh, umi buat minum segar dan bawa cemilan dulu yah" Umi beranjak ke dapur, sungguh pemandangan indah melihat umi berjalan dengan hanya memakai celana yang sangat pendek. Saat umi ke dapur aku ikuti dari belakang dan terbuai dengan betapa menggodanya umi. Astagaaaaa.... harus bagaimana ini... gumamku dalam hati.

"Ada yang bisa dibantu mi?" Sambil ku datangi umi dan berdiri di sampingnya, sengaja ku rapat berdiri padanya agar merasa lebih dekat dan menikmati betapa wanginya umi, hemmm.

"Tak ada Di, tunggu di sofa aja yah, nanti umi ke sana" Tak ku sangka umi mengelus kepalaku dan mengusap usap rambutku. Ku cium telapak tangan umi "Makasih umi, umi memang baik, cantik dan solehah" jawabku mencoba memuji umi.

"Bisa saja kamu, huuss sana, masa umi kamu sendiri digombalin" jawabnya melanjutkan menyiapkan makanan dan minuman.

Akupun kembali ke sofa setelah mampir ke toilet sedikit bersih-bersih wajah agar umi merasa nyaman.

Tak lama umi kembali dengan membawa beberapa gelas dan toples berisi minum dan makanan.

"Ini sayang biar seru nonton" sembari meletakkan makanan di meja, ketika membungkuk itulah tampak payudara Umi menggantung dan tak memakai Bh, pandanganku tak bisa berpaling dari kejadian ini, umi tersadar dan melemparkan senyum saja dan duduk.

"Kamu liatin apa sih Di, antusias banget?" tiba tiba umi menyadarkan pandanganku

"Ehh enggak mi, maaf, abis umi seksi bangeet sih" jawabku jujur yang malu sekali karena terpergok begitu.

"Heheh. Kamu bisa aja goda umi lagi, ya kan umi udah cerita kalau dulu sebelum ketemu abu, umi suka pakai baju seksi. Ya baju begini umi punya banyak, umi pakai aja buat di rumah atau dalaman gamis, gak papa kan?" Terang umi padaku yang masih merasa malu atas kejadian tadi.

"Iya mi, kalau umi nyaman tak apa, justru Adi mah senang, tiap hari liat bidadari turun dari tangga,heheh" godaku pada umi yang kemudian tampak tertawa

"Iya, nanti kalau di rumah dan tak ada Abi, umi pakai baju seksi buat kamu yah" sambil tersenyum padaku, begitu indah wajahnya.

Kami menonton film dari berbagai gendre dan kami hanyut dalam suasananya hingga umi tak sadar menyenderkan kepala di bahu ku dan ku respon dengan merangkul umi. Tampak kami seperti pasangan muda mudi yang sedang memadu kasih, tapi percayalah aku masih menahan gejolak di dada dan tetap menjaga bahwa perempuan cantik ini adalah ibuku.

Hingga umi tertidur mungkin ia tak sadar atau tak sengaja, ku pindahkan umi ke kamar, rasanya ingin ku nikmati setiap jengkal indahnya tubuh umi ku. Namun niat itu ku kubur dalam dalam.

Beberapa hari kemudian umi memintaku mengantar umi ke sebuah Mall, umi tampak berpakaian rapih seperti akhwat akhwat kampus temanku lengkap dengan handsok dan kaoskaki, hanya bagian wajah dan telapak tangan saja yang tampak terlihat, bahkan tak lama umi memakai cadar sebagai pelengkap umi menutup aurat dan menjaga kesuciannya.

"Yuuk Di berangkat" ajak umi padaku yang masih terduduk menikmati kopi panas yang baru kubuat

"Ia mi yuukk" beranjak kami menuju mobil

"Umi mau beli apa?" Tanyaku membuka pembicaraan di mobil yang sedang aku kendaraan.

Sambil memainkan hp Umi menjawab "Mau bertemu teman Di, udah lama juga tak jumpa, heheh" jawab umi sambil tampak tersenyum di balik cadar yang dia kenakan.

"Oh... oke. Ni dah sampai mi" sambil ku perkirakan mobil milik abi di parkiran mall.

"Yaudah yuk ikut umi dulu, temani" sambung Umi sembari keluar dari mobil.

"Ia mi, sebantar" setelah ku pastikan aman dalam meninggalkan mobil, ku susul umi yang lebih dahulu berjalan di depan. Tiba di sebuah gerai makanan AYC yang cukup terkenal umi tampak berjalan ke arah seorang laki-laki yang sudah duduk dan memasak daging yang sudah disajikan.

"Sudah lama mas?" Sapa umi dan disambut dengan hangat oleh jabatan tangan yang cukup akrab.

"Assalamualaikum om?"begitu juga denganku yang turut menyalami.

"Eh Nisa, duduk silahkan" sapa lelaki itu.

Umi dan aku duduk bersebalahan dan lelaki itu yang kemudian umi memperkenalkan ku dan laki-laki itu. Ternyata namanya Indra Hutabarat, tampak masih muda dab berbadan tinggi sekitar 173cm. Om indra adalah teman semasa kuliah Umi, kami lanjutkan makan bersama dan sebagai penghormatan ku pada umi, aku izin berkeliling dengan alasan ingin membeli sesuatu.

"Umi,,, om saya izin keliling dahulu yah, mau cari sepatu, kebetulan kemarin sepatu Adi rusak" izinku pada Umi dan Om Indra.

"Yaudah hati hati yah. Umi tunggu di sini sama om Indra yah. Uangnya ada?" Jawab umi memastikan.

"Ada mi, tenang udah dikasih Abi" sambil ku berdiri, kemudian ku tinggalkan mereka berdua.

Dari kejauhan ku lihat umi berpindah duduk ke samping Ok Indra, terlihat biasa saja dan normal terlibat percakapan tampaknya.

Biarlah umi dengan urusannya walaupun terasa aneh karena seorang akhwat bercadar berduaan dengan seorang lelaki yang bukan mahramnya. Siapakah om Indra itu, apakah hanya temannya? Sudahlah biarkan saja, nanti mungkin akan terjawab.

Setelah kudapatkan sepatu yang ku incar, aku kembali ke tempat makan tadi, setelah dekat kulihat Umi tampak duduk rapat dengan Om Indra, tampak pula tangan umi digenggam oleh Om Indra dan kepala umi bersandar di bahunya. Astagfirullah umi, aku curiga Om Indra adalah mantan pacarnya dulu. Rasanya ada rasa amarah dalam hati, namun ku tahu umi jika punya pilihan, ku redupkan amarah dan melanjutkan langkah kaki menuju mereka, mereka mungkin tersadar dengan kedatangan, kemudian merapihkan duduknya dan umi bergeser sedikit menjauh.

Apa sebenarnya hubungan mereka? Apakah sebatas teman atau mantan pacar?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd