Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT GAUN PENGHANTAR KEMATIAN

Apakah nasib Ratih dan Raka akan selamat diakhir cerita.....?


  • Total voters
    124
  • Poll closed .
Bimabet
Maaf suhu bukannya seri BMW itu pake angka ya dengan kepala 3, 5 dan 7 untuk yang paling tinggi. Kalo huruf C dan E biasanya dipake mercy
 
Maaf suhu bukannya seri BMW itu pake angka ya dengan kepala 3, 5 dan 7 untuk yang paling tinggi. Kalo huruf C dan E biasanya dipake mercy
Iya ya...maaf suhu... ane memang kurang begitu hafal... makasih atas kritikn nya... nanti ane perbaiki, maksud ane seri BMW yang kelas menengah. mungkin yang seri 5 nya. thanks masukan nya.
 
Roller coaster beneran ini..
Pembaca nya di ajak tegang bulu kuduk ma bulu tumbej nya nich..
Wkwkwkwkk...
Mantap suhu..
 
tante wulan yg kau lakukan ke ratih itu, jahat
Jahat bangits ya hu.... Tapi itu semua ada penyebab nya... Nanti di PART 16. akan ada pov story dari tante Wulan. Ikuti terus ya hu...

PART 16 ... ane bikin agak panjang, supaya nyambung nanti ke PART-PART selanjut nya dan mengungkap pribadi tante Wulan.
 
Roller coaster beneran ini..
Pembaca nya di ajak tegang bulu kuduk ma bulu tumbej nya nich..
Wkwkwkwkk...
Mantap suhu..
Makasih om... Selain misteri berbau mistis, ini cerita juga bisa bikin baper pembaca nya.
 
nahkan, tante wulan uda mulai nakal ama raka..
raka, titip ratih ya.. jangan di celupin dulu..
kalau mau yg enaena sama tante wulan aja, sekali mendayung, 2-3 pulau terlampaui. dapet info ttg misteri ini, hasrat pun terpenuhi..
hehehehehe :pandajahat:
 
nahkan, tante wulan uda mulai nakal ama raka..
raka, titip ratih ya.. jangan di celupin dulu..
kalau mau yg enaena sama tante wulan aja, sekali mendayung, 2-3 pulau terlampaui. dapet info ttg misteri ini, hasrat pun terpenuhi..
hehehehehe :pandajahat:
Ane aja suka om...tante wulan masih muda dan cantik beda cuma 5 tahun dengan Raka....masih 28 tahun berbadan bak peragawati....
 
PART 16

images_1.jpg

Raka Priambudi Gemilang aka Raka

4394176182_oe8c82322d.jpg

Ratih Puspa Sari aka Ratih


Pov 3rd


"Tulang-tulang ku seperti ada yang meremat-remat dengan penjepit besi, Raka. Sakit....Sakit semua", tutur Ratih sambil mengerang ketika Raka dengan sabar menyuapi telur bercampur madu ke mulut Ratih.

"Apakah mungkin hal ini ada hubungan nya dengan apa yang kamu lihat semalam itu?".

"Entahlah.....Tapi, sejak kamu keluar dari kamar, aku dapat tidur dengan nyenyak. Aku tidak bermimpi apa-apa".

Raka manggut-manggut. Ia termenung memikirkan sesuatu, tapi tangan nya tetap tekun menyuapi Ratih. Beberapa saat setelah itu, terdengar suara Raka seperti ia bicara pada diri nya sendiri, tetapi suara nya dapat terdengar jelas oleh Ratih. "Aku harus datang ke rumah Ikam...".

"Jangan!", cegah Ratih.

"Jangan tinggalkan aku, Raka". Ratih cemas.

"Sepertinya hari ini tante mu tidak ke mana-mana, Tih. Kamu bisa dalam pengawasan nya, sementars aku pergi ke rumah Ikam untuk meminta bantuan".

Ratih hanya mengeluh. Sebenarnya ia ingin mengatakan bagaimana sikap tante Wulan kepada nya, tapi ia merasa tidak baik menceritakan hal itu di depan Raka. Takut terjadi salah anggapan terhadap diri nya.

"Raka, bukankah Ikam menyuruh kita menemuinya lagi setelah 4 hari?" Ratih mencoba mengingatkan agar dapat mencegah kepergian Raka.

"Memang. Tapi sekarang keadaan nya lebih darurat, apa salahnya kalau aku datang dan mengadukan hal ini kepada Ikam?".

Raka memandang Ratih yang kelihatan cemas sekali itu, kemudian ia berkata lagi dengan penuh kesabaran.

"Percayalah, aku tidak akan lama. Aku bisa menemui Ikam di kantor nya, sekalian aku ada urusan kecil dengan kepala bagian nya".

Menurut Raka, memang tidak ada jalan lain untuk memperingan penderitaan Ratih. Ia harus menghubungi Ikam. Setidaknya beberapa saran akan diperoleh dari Ikam untuk kesembuhan Ratih.

Tetapi, dengan apa ia harus ke kantor Ikam? Jika dengan kendaraan umum, pasti akan memakan banyak waktu.

Satu-satunya jalan ia harus berani bicara dengan tante Wulan untuk meminjam mobil nya.
.
.
.
Waktu itu, pagi mulai beralih siang. Bagi seorang pegawai, pukul 10.00 wib sudah terasa siang. Om Hendro telah pergi, kata tante Wulan ke luar kota untuk mengurusi bisnis nya.

Raka menjadi ragu ketika tante Wulan lama sekali di tunggu-tunggu tidak turun dari lantai atas. Ia hendak naik ke atas, tapi sekali lagi langkah nya dibatalkan. Ada keraguan kalau-kalau tante Wulan tidak suka dengan cara nya bertemu di lantai atas. Juga ada keraguan, kalau-kalau tante Wulan akan menolak memberikan pinjaman mobil nya, mengingat semalam ia telah berani menantang dan membantah perkataan nya.

Baru saja Raka hendak nekat naik ke kamar atas, tiba-tiba perempuan cantik bak model itu turun dari kamar atas, menyusuri tangga berlapis karpet merah.

f19c7ac-0-87c9-4750-a3bc-eaf4df027145.jpg

Wulan Fitriani aka tante Wulan


Pov Tante Wulan


Teringat kembali peristiwa semalam saat aku melihat mereka berdua berpelukan, membuat dada ku mendidih dan cemburu, entah apa sebab nya aku pun tidak mengerti kenapa perasaan cemburu itu hadir seketika.

"Hmmm....".

Suara deheman ku seketika membuat mereka berdua kaget dan gugup, ku lihat Ratih langsung melepaskan pelukan nya dari tubuh Raka.

"Kalau mau berbuat mesum, cari hotel sana! Jangan di rumah ini, bikin sial nanti nya". Ucap ku lantang bernada ketus dan merendahkan mereka berdua.

Aku melihat Ratih hanya diam dan menunduk, tidak ada jawaban maupun bantahan dari nya.

"Kenapa diam... Sudah berapa sering kalian berdua berbuat mesum di rumah ini, kasihan sekali orang tuamu, Tih. Jika melihat kelakuan bejat anak gadis nya".

Ratih hanya bisa menangis, perkataan ku mungkin menyakiti hati nya apalagi aku menyebut kedua orang tua nya yang sudah meninggal dunia.

"Cukup, tante...!'Tante sudah melewati batas! Ayo kita buktikan saja! Apa Ratih masih perawan atau tidak. Jika tidak terbukti semua perkataan tante, Raka janji masalah ini akan Raka perpanjang biar om Hendro tahu kelakuan istri nya yang angkuh dan hanya bisa merendahkan orang lain, Raka tahu jika sampai om Hendro tahu tante Wulan yang akan dapat masalah berat".

Degh...

Aku terperanjat dan kaget mendengar suara lantang Raka membantah dan melawan perkataan ku.

"Perlu tante tahu. Ratih memeluk Raka sebagai ungkapan rasa terima kasih nya karena Raka membelikan nya sebuah gaun tidur yang selama ini ia impikan, pernahkah tante Wulan memberikan itu pada nya. Tentu tidak, tante tidak peduli sama sekali kepada keponakan tante sendiri, keponakan yang hidup sebatang kara. Di sini cuma dijadikan pembantu untuk di caci dan di hina, Jika om Hendro tahu dia pasti akan marah dan kecewa sama tante".

Aku seketika diam tak menjawab semua perkataan dan bantahan Raka, ia seakan menampar ku dengan perkataan ku sendiri, dan dengan muka merah terbawa emosi aku meninggalkan mereka berdua naik ke lantai dua menuju kamar ku.

Setibanya di kamar tidur ku, aku berteriak sekencang mungkin, melampiaskan semua kekesalan yang menumpuk di dalam hati ku, selama mungkin 10 menit aku mengamuk seperti kesetanan akhirnya aku menangis terisak-isak.

Flashback....

28 tahun yang lalu, aku di lahirkan di sebuah desa di kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat, putri kedua pasangan suami istri. Kosim Koswara dengan Nengsih.

Kakak perempuan ku bernama Puspa Dewi Lestari, 5 tahun usia nya diatas ku, dia biasa ku panggil teteh Puspa.

Teteh Puspa orang yang cantik dan baik hati, perhatian dan sangat sayang pada ku, bahkan ia selalu mengalah demi membuatku bisa tersenyum senang.

Rasa sayang nya kepada ku menjadi berkurang setelah ia menikah di usia nya baru 16 tahun, himpitan ekonomi membuat kedua orang tua ku menerima pinangan kang Hasan yang sejak lama menyukai teteh ku dan di nilai mempunyai pribadi baik dan bertanggung jawab.

Satu tahun pernikahan mereka lahirlah Ratih Puspa Sari, nama yang diberikan oleh teteh Puspa sendiri. Namun sayang nya kebahagiaan mereka tidak lah begitu lama.

Setahun kemudian kang Hasan meninggal dunia karena kecelakaan mobil ketika membawa hasil panen nya ke kota Bandung.

Teteh Puspa menjadi seorang janda dan tidak berniat untuk menikah lagi dan mencurahkan kasih sayang nya pada Ratih seorang, hingga 2 tahun yang lalu beliau dipanggil Yang Maha Kuasa karena menderita sakit kanker payudara yang ternyata sudah ia idap 5 tahun lalu.

Aku tumbuh menjadi gadis cantik, di usia ku baru 16 tahun setelah tamat SMP para pemuda sebaya ku, bahkan lelaki dewasa pun datang meminang ku di hadapan abah dan ambuk. Tetapi semua itu aku tolak karena aku ingin terus melanjutkan pendidikan ku hingga perlu sampai di bangku kuliah, aku bertekad untuk mengangkat derajat hidup keluarga ku.

Tetapi musibah itu datang, ketika aku diajak teman sebaya ku bernama Hartati aka Tati, untuk bekerja di Ibukota, abah dan ambuk awalnya tidak mengijinkan karena disana tidak ada sanak family kami, dan aku pun hanya gadis desa mereka takut aku sampai kenapa-kenapa di sana.

Tapi, aku terus meyakinkan mereka bahwa aku bekerja sambil melanjutkan sekolah ku disana, dan menyakinkan mereka aku bisa menjaga diri ku hingga akhirnya mereka mengijinkan ku walau dengan berat hati.

Tiba di Ibukota Jakarta, ternyata aku di jebak oleh teman ku tersebut, aku terjerumus menjadi wanita panggilan setelah keperawanan ku direguk oleh seorang pria bernama om Seno, beliau memperdayai ku dengan memberikan obat tidur di dalam minuman ku.

Hancur sudah masa depan ku setelah menyadari kenyataan itu, terpaksa dan karena terpaksa akhirnya aku menjalani profesi sebagai wanita panggilan kelas atas, yang dikelola oleh om Seno sendiri sebagai germo nya.

Hampir 2 tahun aku menjalani profesi sebagai wanita panggilan untuk kalangan atas, akhirnya aku bisa keluar dari dunia malam prostitusi itu.

Sempat aku kerja sebagai pemandu karaoke selama 2 tahun lama nya, hingga akhirnya aku berkenalan dengan ibu Henny Gemilang, beliau adalah istri dari seorang pengusaha di bidang tekstil yang baru berkembang.

Beliau yang berjasa mengangkat derajat ku dari wanita malam menjadi wanita yang diakui secara sosial.

Aku dijadikan sebagai asisten beliau dalam mengurusi spa dan salon yang ia rintis sebelum menikah dengan Hendro Brahmanto.

Hingga suatu malam ibu Henny sapaan kami sebagai pegawai nya, meminta ku untuk menjadi istri siri suami nya, karena ia mengaku telah di vonis dokter menderita sakit kanker rahim stadium 4.

Aku akhirnya menikah dengan Hendro Brahmanto suami ku sekarang dengan berbagai persyaratan dari pasutri tersebut.

Sejak menikah dengan papa Hendro, aku merasakan perubahan secara ekonomi, aku menjadi kaum sosialita dan bergaul dengan kalangan atas di ibukota ini.

Meninggal nya kedua orang tua, kaka perempuan ku seolah membuat dendam sendiri pada masa lalu ku, aku menjadi sosok yang berubah 180 derajat.

Pergaulan dikalangan atas itulah membuat ku menjadi pribadi yang lain, pribadi yang angkuh, pribadi yang gampang merendahkan orang lain dan perkataan ku yang suka menghardik orang lain jika aku terbawa emosi.

Aku membawa nampan berisi piring dan gelas kotor, yang biasanya dilakukan oleh Ratih, keponakan ku.

Mata Raka tak berkedip memperhatikan diri ku, saat aku menuruni anak tangga satu persatu sambil membawa nampan tersebut.

Aku perhatikan Raka ragu-ragu untuk berbicara, mungkin karena ia gugup dan grogi ketika melihat ku memakai celana pendek jeans yang cukup ketat dan sangat mini.

Celana pendek yang ku kenakan bertiras pada ujung nya bagai serat-serat kain yang robek.

Karena mini nya celana ketat ini, sampai-sampai Raka lupa untuk berkedip memandang kemulusan paha ku yang terlihat nyaris tanpa cacat sedikit pun.

Aku tersenyum tipis dan membiarkan pemuda itu memperhatikan paha ku yang ditumbuhi bulu-bulu tipis itu.

"Raka...Raka...Begitu lugu nya kau, terbengong melihat tubuh ku". batin ku berkata.

Raka yang sudah siap di ujung bawah tangga itu ku lihat ia seperti gugup dan grogi menyaksikan pemandangan yang menakjubkan bagi nya.

Ketika aku sudah semakin dekat, Raka dapat melihat betapa tipisnya blouse yang ku kenakan.

Blouse tipis itu menimbulkan bayangan lekuk tubuh bagian dada ku.

Samar-samar warna kulit putih ku terlihat begitu menggoda birahi pemuda itu.

Karena dibalik blouse tipis ku aku tidak memakai bh karena merasa aku hanya di rumah untuk bersantai.

"Apa kau menyukai apa yang kau pandang, Raka?". Bisik ku ketika aku berjarak satu langkah dengan Raka.

Raka menggeragap bingung, salah tingkah.

Aku hanya tertawa kecil.

"Kenapa wajah mu jadi merah begitu?".

Pertanyaan ku itu semakin membuat Raka kalang kabut. Senyum nya sudah bukan lagi senyum tersipu-sipu, melainkan senyum yang tidak tentu makna nya.

Dia terlihat menghela nafas nya untuk menguasai diri dan berkata.

"Ada yang ingin saya bicarakan dengan tante".

"O, ya....? Tentang apa itu?".

Aku masih diam di tempat. Aku melihat Raka masih terlihat gugup dan grogi.

"Saya....Saya mau pinjam mobil, kalau boleh".

"Oooo....".

Aku hanya menjawab sekena nya, dan terus melangkah ke dapur. Supaya Raka mengikuti.

"Apakah ada keperluan penting sehingga kau membutuhkan mobil? Apakah tidak sebaiknya memakai kendaraan umum saja,Raka?".

Sambil mengikuti langkah ku, Raka mengajukan alasan nya.

"Soalnya aku butuh waktu, tante. Hmmm....Maksud saya, saya mengejar waktu. Kalau memakai kendaraan umum, banyak kemacetan di jalan, dan itu menyita waktu. Hmmm....Saya rasa, tidak lebih dari 3 jam saya sudah kembali lagi".

"O, ya? Bagaimana kalau ada razia di jalan? Apa kau punya SIM?".

Dia seperti putus asa, setelah bujukan nya seolah ku permainkan.

"Saya memang tidak mempunyai SIM, tante. Tapi, saya rasa, saya bisa bertanggung jawab untuk membawa mobil dengan baik".

Di dapur, aku memandang Raka setelah meletakkan piring dan gelas kotor dekat tempat cucian.

Bibir ku merah merekah seakan merupakan tantangan untuk seorang lelaki, apalagi semuda Raka.

Aku tanpa segan-segan berdiri dengan tangan bertolak pinggang, sementara tangan yang satu nya lagi memainkan benang-benang yang terjulur di tepian celana pendek ku.

"Apa jaminannya kalau sampai mobil tante lecet?". Tanya ku sambil memberikan senyum menggoda.

Raka kebingungan menjawab nya.

"Saya jamin tidak akan begitu, tante".

"Seandainya sampai lecet?".
desak ku.

"Saya....Saya sanggup membetulkan nya. Berapa pun ongkos nya akan saya tanggung".

"O, tante nggak suka dengan mobil yang pernah lecet. Kau tahu mobil tante adalah mobil ekslusif, bukan? BMW tante itu cukup mahal harga nya".

"Tapi....Tapi saya janji untuk hati-hati dalam membawa nya. Tante, saya janji".

Raka mencoba meyakinkan ucapan nya.

Aku makin tersenyum dengan ujung pandangan mata yang makin menggoda.

"Tante sangsi dengan janji mu. Kecuali kau punya jaminan khusus".

"Maksud, tante....?".

"Kalau mobil ku sampai lecet, atau ada yang rusak, taruhan nya diri mu!", kata ku dengan tegas.

"Bagaiman? Berani kau mempertaruhkan diri mu untuk meminjam mobil tante? Ingat, itu mobil kesayangan ku".

Aku mendekatkan wajah dan berbisik.

"Bahkan aku lebih sayang kepada nya daripada ke suami ku sendiri".

Kemudian aku tertawa kecil.

Raka tidak mau terlalu lama ku permainkan dengan kata-kata nya.

Ia segera menjawab, "Baik. Sayalah taruhan nya! Sekarang boleh saya meminta kunci kontak nya, tante_".

"Tentu...",
kata ku dengan senyuman nakal dan berani menyentuh pipi Raka bersama kerlingan mata yang menggoda.

Namun, tiba-tiba aku terperanjat ketika mata ku tertuju pada kamar misterius yang tidak pernah dibuka itu.

"Hah.......".

Raka pun heran dan ikut memandang ke arah kamar tersebut.


Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa sampai tante Wulan terperanjat kaget saat ia memandang kamar yang selalu tertutup itu?

Bersambung.......

Nb:

Mohon saran, kritik dan komentar nya dan juga cendol ijo nya sekalian jika pembaca menyukai cerita ini.

Selamat membaca.....
 
Terakhir diubah:
komen dulu baru baca :pandajahat:

______edited

nama papa nya tante wulan sama kayak nama papa nya ratih ya hu?

trus ane agak bingung di sini hu..

Namun, tiba-tiba aku terperanjat ketika matanya tertuju pada kamar misterius yang tidak pernah dibuka.
Raka ikut memandang heran ke arah kamar tersebut.


kata "ikut" menurut ane agak ngambang hu, bukannya "tiba-tiba aku terperanjat ketika matanya tertuju" itu uda nunjukkin kalau emang raka yg pertama kali ngeliat ke kamar tsb?
aduh ane bingung jelasin dimana ane bingungnya hu.. :D
maafkan ane lancang hu, ane bacanya sambil setengah ngantuk nih :ampun: :Peace:

btw, dari part ini ane bisa nangkep kalau tante wulan ga tau apa2 ttg misteri ini..

semakin menarik, lanjut om, ada bau enaena nih next part, semoga saja.. hihihi :beer:
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Benul suhu..
Kalimat terakhirnya agak nyeleneh..
Apa yg dilihat yaa..
Masak hantu bisa muncul di siang hari..
Berarti itu si Ratih yg datang..
 
Mohon maaf buat para reader semprot...suhu...masta...

Pada PART 16, ada sedikit kesalahan penulisan nama saat flasback tante Wulan. nama ayah nya Ratih itu hasan, sedangkan kosim koswara nama kakek nya ratih.

Untuk kalimat terakhir, ane minta maaf jika kurang pas penempatan kalimat nya.

Ane sependapat dengan suhu @lastbreath dan maksud dari kalimat terakhir di PART 16, tante wulan kaget saat melihat kamar tersebut ada yang aneh. Keanehan itulah yg membuat ia kaget.

Akan ane edit dan perbaiki kesalahan- kesalahan kecil ini, biar pembaca tidak bingung.

:ampun: atas saran, dan kritikan dari suhu-suhu serta semprot mania yang berarti itu respon positif sekaligus apresiasi buat ane.

salam crooottt..... rad76.
 
Terakhir diubah:
komen dulu baru baca :pandajahat:

______edited

nama papa nya tante wulan sama kayak nama papa nya ratih ya hu?

trus ane agak bingung di sini hu..

Namun, tiba-tiba aku terperanjat ketika matanya tertuju pada kamar misterius yang tidak pernah dibuka.
Raka ikut memandang heran ke arah kamar tersebut.


kata "ikut" menurut ane agak ngambang hu, bukannya "tiba-tiba aku terperanjat ketika matanya tertuju" itu uda nunjukkin kalau emang raka yg pertama kali ngeliat ke kamar tsb?
aduh ane bingung jelasin dimana ane bingungnya hu.. :D
maafkan ane lancang hu, ane bacanya sambil setengah ngantuk nih :ampun: :Peace:

btw, dari part ini ane bisa nangkep kalau tante wulan ga tau apa2 ttg misteri ini..

semakin menarik, lanjut om, ada bau enaena nih next part, semoga saja.. hihihi :beer:
thaks atas saran serta masukan nya, kritikan om sangat membantu ane, ane suka dengan pembaca yang kritis dan cermat seperti om lastbreath :thumbup
 
Wow..kasihan juga flashback Wulan.***panya cemburu..hehe

Nunggu part sterusnya..
Kecemburuan tante wulan itu karena masa kelam nya yang kurang kasih sayang, di usia nya yg masih relatif muda ia mengalami peristiwa yg menghancurkan hati dan cinta nya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd