Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT GAUN PENGHANTAR KEMATIAN

Apakah nasib Ratih dan Raka akan selamat diakhir cerita.....?


  • Total voters
    124
  • Poll closed .
Bimabet
Mantap lah ceritanya,meskipun bikin bulu kuduk agak ngaceng... Jadi makin penasaran sama lanjutannya....
Mau sekarang apa ntar malam part 29 nya...udah ready kok...tinggal upload... aja
 
Bener ² rutin update nya..
Makasih suhu rad76 semoga selalu lancar RL nya ..
Ooooh berarti Tante Wulan belum tahu khasiat atau lebih tepatnya dikatakan sebagai jebakan yaa kalo memakai gaun itu..
Semoga bisa kabur si Ratih nya..
Amiin....suhu atas doa nya.... Jawaban nya di part 29.
 
Mau sekarang update part 29... Atau nanti malam pas tahun baru ....

Suara terbanyak akan ane ikuti...

thank sudah menjadi bagian dari trit ini.
rad76
 
Rupanya yg meninggal tu..semua korban om... adakah wulan tau rahsia om?
tante wulan nggak tau kalo om hendro melakukan pesugihan...bukti nya saja dengan gaun malam warna pink...dis nggak tau kalo gaun itu gaun bekas mantan istri nya yg dijadikan abdi setan
 
PART 29

4394176182_oe8c82322d.jpg

Ratih Puspa Sari Aka Ratih

images_1.jpg

Raka Priambudi Gemilang aka Raka
f19c7ac-0-87c9-4750-a3bc-eaf4df027145.jpg

Wulan Fitriani aka tante Wulan



Cuplikan adegan di part sebelum nya.....


"Aku maafin kamu, Raka. Tapi ingat ini terakhir kali nya kamu melakukan perbuatan itu dengan wanita lain, tolong jagalah hati mu hanya untuk ku, Raka. Aku juga benar-benar menyayangi dan mencintai mu dengan segenap jiwa dan raga ku".

Raka seketika melihat ke arah Ratih yang sudah bisa tersenyum lebar, lalu pemuda itu memeluk nya dengan penuh kebahagiaan.

Beban dihati nya seperti hilang, sirna dan terangkat ke permukaan karena keikhlasan dan pemberiaan maaf dari gadis yang dicintai nya.

Dalam hati nya, ia akan menjaga hati nya hanya untuk Ratih, menjaga kepercayaan yang telah ia berikan, dan membuktikan dengan perbuatan nyata penuh cinta dan sayang, makasih Ratih kamu lah pilihan terbaik untuk ku.
.
.
.
Pov 3rd


Raka bersyukur diberi kesempatan kedua oleh gadis itu, dengan senyum sumringah ia mulai menggoda Ratih kembali supaya gadis itu bisa kembali seperti sediakala. Ceria, menggemaskan dan manja yang membuat Raka selalu tersenyum jika mengingat nya.

Apalagi kalau melihat muka nya yang cemberut dengan mulut yang manyun menambah gemas Raka untuk menggoda nya, maka ia sengaja menggoda Ratih supaya bisa kembali tersenyum seperti semula.

"Kamu...Masih cemburu ya, Tih. Sama tante mu?", goda Raka.

"Ya. Mau apa?", tantang Ratih. "Apa aku nggak boleh cemburu?".

"Oh, boleh... Boleh saja! Tapi tidak harus cemberut begitu". Raka sengaja bicara lembut dan mengalun-alun, menggoda Ratih. "Kalau mau cemburu, kamu harus tersenyum. Ayo, senyumlah....! Baru aku percaya kalau kamu benar-benar cemburu. Ayo, senyumlah, Tih!".

Aneh ini orang pikir Ratih geli. Ia pun akhirnya tersenyum, namun ia berkata. "Tidak, aku tidak mau....".

"Nah, begitu...", kata Raka setelah Ratih tersenyum.

"Itu baru yang namanya cemburu, karena itu aku paling suka kalau kamu cemburu, dengan begitu aku akan selalu melihat keindahan senyuman mu".

Ratih semakin tertawa geli, kemudian Raka mencium pipi nya, dan Ratih memberikan balasan di bibir Raka.

Bibir itu kelihatan segar, kendati sesekali Raka merokok, namun tidak merubah warna bibir menjadi biru atau kehitam-hitaman, tetap berwarna pink segar.

Karena itu, Ratih tidak cukup sebentar menikmatinya. Setelah ia ingat gaun sutra penghantar maut yang dibawa tante Wulan itu, barulah ia buru-buru menyudahi permainan bibirnya.

"Gaun itu, Raka...?".

"Biarlah dia yang membawanya, syukur-syukur kalau dia mau memakainya", jawab Raka.

Pemuda itu menatap Ratih sebentar. Ia kembali berkata, "asal bukan kamu yang memakainya". Dan, ia pun memeluk Ratih dengan mesra.

Tapi Raka ingat dengan tangan nya yang terkilir, sekalipun cepat terasa enteng setelah di urut oleh Ikam, namun ia masih belum berani menggunakannya untuk memeluk Ratih kuat-kuat.

Meski begitu, tidak mengurangi kemesraan mereka malam ini yang menghangat hingga ke lubuk hati.
.
.
.
Pukul 00.01 wib....Jam dinding berbunyi sebanyak 12 kali, sementara di luar kondisi hujan mulai turun rintik-rintik. Namun membawa hemhusan angin yang cukup kencang, kendati tidak sekencang tadi sore.

Di dalam kamar bercahaya lampu biru, Raka masih duduk diatas ranjang, sementara Ratih tiduran dai pangkuan pemuda itu. Mereka berdua tidak bisa tidur. Mereka hanyut dalam khayalan. Sebentar-sebentar Raka mencium Ratih dengan mesra, dan irama rintik hujan bagai menambah romantisme kemesraan yang ada di kamar itu.

Mendadak Ratih bangun dengan wajah curiga. Kemudian hidungnya mengendus-endus ke udara.

"Ada apa, Tih?", bisik Raka.

Ratih membalas dengan bisikan, "aku mencium bau kayu cendana".

Raka ikut mengendus-endus, dan berkata, "oh, benar. Bau kayu cendana. Wah gawat", kata Raka.

Kata-kata terakhir itu bagai ditujukan pada diri sendiri. Mereka saling pandang dengan tegang.

"Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa", bisik Ratih.

Namun, belum ada beberapa menit mungkin masih dalam hitungan detik, ketika Ratih berbisik, tiba-tiba mereka mendengar suara pintu terbuka di kejauhan, lalu tertutup lagi dengan sedikit kasar.

Ratih menepi, merapatkan diri dalam pelukan Raka. Ia tergiang-ngiang perkataan Ikam tadi sore, ".... titik-titik hijau itu ada di kening mu, Raka...".

Ratih sangat khawatir dan ketakutan, lalu ia memeluk Raka kuat-kuat seraya berbisik. "Raka, jangan tinggalkan aku, ya?".

Mendadak mereka berdua dikejutkan kembali dengan suara gaduh yang berasal dari kamar atas, kamar tante wulan. Setelah itu, disusul suara teriakan seseorang ketakutan.

Ratih dan Raka saling pandang.

Raka berbisik, "Tante Wulan".

Ratih hanya mengangguk.

Tapi setelah itu, suara tante Wulan terdengar lagi. Kali ini perempuan itu berseru, "Ratih....! Raka....! Aaaah....!!".

Raka meloncat turun dari ranjang.

Ratih berseru. "Raka....! Jangan....!".

Entah mendengar atau tidak, Raka tetap keluar dari kamar.

Ratih mengejar nya dengan kepanikan yang membuat jantung nya berdetak-detak semakin kencang.

Hujan bertambah deras, angin berhembus semakin kencang.

Lampu-lampu kristal berdenting-denting bagai suara langkah makhluk aneh yang berkejar-kejaran.

"Hati-hati, Raka....!", seru Ratih.

Ratih mencoba mengingatkan Raka ketika mereka sama-sama menaiki tangga menuju lantai atas.

Raka sampai terlebih dahulu ke ujung atas di lantai 2. Ia berhenti sejenak, ada keraguan di hatinya.

Jeritan tante Wulan terdengar jelas, jelas suara ketakutan.

Ratih yang menyusul Raka jadi ikutan berhenti di ujung tangga, mereka berdua sama-sama diliputi kecemasan dan ketakutan.

"Di kamar.....!", kata Ratih sambil menunjuk kamar tante Wulan.

Raka berlari ke kamar tidur tante Wulan. Kamar itu terkunci dari dalam.

Raka menggedor-gedornya dengan panik. Namun yang terjadi hanyalah suara jerit ketakutan dari dalam kamar. Suara itu, jelas suara tante Wulan.

"Oh....Jangan! Jangan aku....!".

Raka mengambil jarak tertentu.

Sementara Ratih gemetar sendirian.

Raka berlari dan menendang pintu kamar tersebut, tanpa terpikir olehnya bahwa tadi sore ia terpental jauh juga gara-gara menendang pintu dengan cara yang sama.

Namun, kali ini ia berhasil mendobrak pintu kamar tante Wulan.

Ratih segera mendekatkan diri kepada Raka yang terengah-engah, terlihat mimik ketakutan di wajah gadis itu.

Keduanya sama-sama terbengong dan kebingungan.

Di kamar tante tidak terdapat siapa-siapa kecuali tante Wulan yang meringkuk di sudut kamar. Perempuan itu dalam ketakutan yang amat sangat, sementara Raka dan Ratih tidak melihat adanya sesuatu yang menakutkan.

"Astaga.....", ucap Ratih dengan gemetar. "Ia mengenakan gaun itu, Raka".

Tante Wulan masih ketakutan, menjerit-jerit sambil melompat seakan sedang menghindari sesuatu.

"Tidak.....! Pergi! Pergi, jangan ganggu aku!".

Raka hanya bisa berdiri terpaku dalam keadaan merinding.

Ratih merasa iba melihat keadaan tante Wulan yang rambutnya acak-acakan itu.

Ratih mendekat, mencoba menenangkan tante Wulan.

"Tante, sadar....ingat, tante. Tidak ada apa-apa...!".

"Oh, dia mendekat, dia mendekat lagi, Tih! Itu.....Itu....!".

Tante Wulan menunjuk tempat kosong.

Raka dan Ratih tidak melihat ada sesuatu disana, tapi tante Wulan semakin ketakutan.

Raka bingung.

Ia tidak tahu harus berbuat dalam keadaan seperti itu, ia tidak melihat musuh, tentu saja ia tidak bisa memukul atau mengusirnya.

"Ada apa tante? Ada apa? Katakan! Tante melihat apa?", seru Raka.

"Oooh.....Raka, tolong! Dia....Dia...", tante Wulan meloncat pindah ke sebelah lemari kaca. "Jangan....Jangan akuuuu.....!".

"Ratih....!", kata Raka dengan tegang. "Seret ia kebawah....!".

Ratih memberanikan diri mendekati tante Wulan. Tapi tante Wulan malah menjerit ketakutan.

"Awas, Tih....! Oh, dia di belakang mu! Awas.....!".

Ratih sangat gemetar. Gugup sekali. "Siapa yang tante maksud?".

"Dia...! Maman....! Itu si Maman di belakang mu!".

Ratih lari mendekati Raka. "Raka, aku takut!", Ratih terlihat panik.

Tante Wulan melompat lagi ke tempat lain dengan menjerit ketakutan.

Ratih sempat berbisik, "Tante melihat hantu si Maman, Raka".

"Ya. Agaknya begitu. Kamar ini kemasukan hantu si Maman, tapi....dia menyerang tante Wulan terus!".

Tiba-tiba tante Wulan terpekik histeris, ia seperti dalam posisi diseret-seret. Lalu tubuh nya yang miring itu, terlempar sendiri ke atas ranjang. "Raka....Tolong....! Tolong aku, Raka....", jeritnya.

Raka baru ingat saat pulang dari rumah Ikam ia masih memegang taring babi hutan itu, tetapi setelah sampai di rumah ia titipkan lagi taring babi hutan yang sudah bercampur darah perawan Ratih.

"Ratih, cepat ambil taring babi! Aku akan berusaha melindungi bagian depan tante Wulan. Lekas....!".

Ratih segera lari keluar dari kamar tante nya, turun ke lantai bawah, mau menuju kamar nya untuk mengambil benda tersebut.

Sementara Ratih pergi mengambil taring babi hutan, Raka berusaha menggeret tante Wulan dari ranjang.

Tante Wulan berpegangan kuat-kuat pada tangan Raka.

Tetapi, Raka ternyata tidak kuat menarik tubuh tante Wulan, seperti nya ada benda berat yang menindih tubuh tante Wulan.

Bahkan tahu-tahu Raka tersentak ke belakang, tubuhnya limbung dan jatuh membentur kami meja. Untung saja kepalanya yang terluka tidak terbentur benda keras, sehingga Raka masih sempat bangun kendati mulai terasa pusing.

Tante Wulan masih menjerit-jerit sambil meronta hendak turun dari ranjang. Ia agaknya bergulat mati-matian melawan seseorang yang menyerangnya.

Raka masih sempat mendengar kata-kata tante Wulan, di sela teriakan-teriakan nya, "Jangan.....! Jangan, Maman....! Jangan aku!!".

Dengan mata kepala sendiri Raka melihat tante Wulan terlentang diatas ranjang yang sudah amburadul kasur dan sprei nya itu.

Tante Wulan berusaha untuk bangkit, tetapi sepertinya ia ditekan benda berat sehingga ia tetap terlentang.

Raka bergidik ngeri pada saat melihat gaun yang dikenakan tante Wulan menyingkap ke atas semua. Sepertinya ada tangan kasat mata yang menyingkapkan gaun itu ke atas.

Mata Raka tidak dapat berkedip lagi melihat tante Wulan yang ternyata tidak mengenakan apa-apa dibalik gaun nya itu.

Raka terpaku bagai patung menyaksikan keadaan tante Wulan yang meronta-ronta dengan gaun yang tersingkap ke atas dan sepasang kaki nya terbuka.

Lalu ada jeritan yang paling keras, seperti ia sedang kemasukan sesuatu di tubuh nya. Namun Raka tidak melihat darah yang mengalir dari tubuh perempuan itu.

Melihat gerakannya, mendengar erangan nafas yang terputus-putus, Raka baru sadar bahwa saat itu sebenarnya ia sedang menyaksikan tante Wulan menjadi korban pemerkosaan roh halus bernama Maman seperti yang sempat di teriakan oleh tante Wulan sambil ketakutan.

Raka buru-buru membuang pandangan matanya.
.
.
.
Sementara itu di tempat lain......


Di waktu yang hampir bersamaan, setelah Ki Jagat Bumi dan Om Hendro menyelesaikan ritual mereka.

Ruangan upacara di padepokan Ki Jagat Bumi itu berguncang hebat, layaknya seperti gempa bumi dengan kekuatan sedang melanda tempat itu.

Terlihat wajah panik Om Hendro dan juga Ki Jagat Bumi, dalam situasi itu.

Dengan bermeditasi, Ki Jagat Bumi, akhirnya bisa mengetahui asal muasal yang membuat guncangan hebat di padepokan nya.

"Ternyata ini ulah kamu bustari, dan satu lagi kekuatan yang juga dasyat sedang mengarah ke padepokan nya, sebaiknya aku bersiap untuk menghadapi mereka berdua".

Lalu ia mulai mengirimkan pesan batin nya kepada musuh bebuyutan nya yang selalu mengganggu kegiatan penghambaan setan yang dilakukan nya.

"Hei, Bustari! Kamu sudah bosan hidup ya, terima ini sebagai ucapan selamat datang dari dewa anubis".

Kemudian Ki Jagat Bumi merapalkan mantra nya beberapa saat kemudian, sambil ia menarik nafas panjang kemudian ia menghembuskan nafas nya sambil ia menghentakkan tongkat berkepala anjing berbadan manusia itu ke lantai.

Cahaya yang begitu menyilaukan keluar dari tongkat tersebut, berputar-putar sesaat di hadapan nya seperti sedang menunggu perintah kemudian mengikuti gerakan tangan Ki Jagat Bumi yang menunjuk ke arah selatan tempat kyai Bustari berada.

Bagaimana pertarungan antara kyia Bustari dan Ikam melawan Ki Jagat Bumi...?

Ikuti cerita nya di part selanjutnya......




Bersambung....
 
waduh nanggung....lagi mau klimaks apa yg terjadi pada tante wulan dan bagaimana pertempuran antara ki jagat dan ikam...tahu tahu terpotong....salut salut pada suhu cara motongnya pas....
 
Terakhir diubah:
waduh nanggung....lagi mau klimaks apa yg terjadi pada tante wulan dan bagaimana pertempuran antara ki jagat dan ikam...tahu tahu terpotong....salut salut pada suhu cara motongnya pas....
3 kejadian itu akan ada di part 30 om... ikuti terus ya....
 
waduh nanggung....lagi mau klimaks apa yg terjadi pada tante wulan dan bagaimana pertempuran antara ki jagat dan ikam...tahu tahu terpotong....salut salut pada suhu cara motongnya pas....
Iyaa bener itu, kaya lagi seru² nya nonton film di TV tiba² langsung kepotong iklan..
Wkwkwkwkk..
 
Wiiihh kayanya di gang bang itu si Tante Wulan nya.. Hihihi...
Kalo pertarungan Kyai Bustari sama Ki Jagad mungkin bisa di menangkan Kyai Bustari, coz ada saat setelah ritual kondisi pelaku ritual itu dalam kondisi kosong, saat itu yg paling tepat menghajar.. tapi kalo telat malah jadi bumerang bagi yg menyerang..
 
Iyaa bener itu, kaya lagi seru² nya nonton film di TV tiba² langsung kepotong iklan..
Wkwkwkwkk..
Wkwkwkw....maaf bikin kentang..... ikuti lanjutan nya besok om... ini sedang di tulis dulu...

Wiiihh kayanya di gang bang itu si Tante Wulan nya.. Hihihi...
Kalo pertarungan Kyai Bustari sama Ki Jagad mungkin bisa di menangkan Kyai Bustari, coz ada saat setelah ritual kondisi pelaku ritual itu dalam kondisi kosong, saat itu yg paling tepat menghajar.. tapi kalo telat malah jadi bumerang bagi yg menyerang..
Hehehe... ane nulis nya aja jadi ngeri om... ngebayangi perempuan diperkosa oleh roh tak kasat mata...deskripsi nya hanya satu arah fokus ke korban.
 
wow..wulan diperkosa..secara mistis..huhi..mantap aaah...moga ratih terselamat :ampun:
Siap suhu bangkaim...mksh atas support nya...
Ikuti terus ya...semoga semakin menarik cerita ini.
 
Bimabet
suhu mau tanya nih, sebenernya si raka udah tau belum kalo itu gaun pengantar kematian dan bisa bikin yg pake melihat arwah?

kalo si ratih udah tau kan ya krn dijelasin 'kembarannya'

maaf suhu kalo banyak nanya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd