Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT GELOMBANG NESTAPA

Bimabet
~~EPISODE 1~~
MANUSIA TAK LUPUT DARI MASALAH




Anton Suryadinata


Anna Pradita


(POV ANTON)

“Aaaarrrggghhh… Brengseeekkk.. kenapa ini harus terjadi. apa kurangnya aku sih An?”


Sudah puluhan kali aku mengeluh sambil berteriak di mobil ini. Untung saja pikiran sehatku masih melekat di otak ini. Sudah berminggu minggu ini aku selalu mendengar apapun yang negatif dari Anna. Tetapi dengan masih rasa percaya, aku menepis akan hal itu. Bahkan pernah satu kali, salah seorang temanku memberitahukan kalau Anna membawa teman lelakinya masuk ke kamar kostannya dan hampir saja temanku itu menjadi pelampiasanku. Untung saja dia meminta maaf akan omongannya itu.


Dengan berbekal beladiri yang aku kuasai, aku memang disegani di kota ini. Bahkan dengan garis keturunan papah yang juga dikenal para preman kota ini, menambah aku makin dikenal oleh beberapa preman kota ini. Dan semua itu bisa saja aku lampiaskan tadi ke Anna dan Bobby. Bahkan bisa saja aku menghabisi mereka tanpa mengotori tanganku sendiri.


Namun, kembali aku teringat kata kata ayah yang menepis semua prilaku yang keji itu.


“Nton, kita boleh berangasan, tapi satu pesan ayah jangan pernah kamu memukuli pasangan mu, meskipun terbukti bersalah. Redam emosi mu berkacalah mungkin itu akibat kamu belum menjadi pemimpin baginya. Jadikan itu pelajaran untuk kita sebagai lelaki yang akan menjadi pemimpin yang baik bagi pasanganmu dikemudian hari.”


Namun, semua ini terlalu menyakitkan bagiku. Selama ini aku berusaha untuk tidak merusaknya agar di kemudian hari, aku bisa menikmati kesabaranku. Tapi kini, apa yang aku dapatkan. Malah sebuah pengkhianatan janji sampah yang pernah terucap. Aku juga tak menyangka dengan apa yang diperbuat oleh Anna. Aku tak mengira seorang Anna bisa melakukan hal yang menjijikkan itu. Sampai sampai bayangan pertemuan pertama kami teringat lagi bagiku. Mungkin hal ini dikarenakan rasa sayang yang total yang selama ini aku rasa.


“Hayyyoooo…. Lelet banget sih…. Kalian ini udah jadi mahasiswa yaaa. Bukan siswa SMA lagi…”

“Emang dulu di sekolah kalian gak pernah diajarin baris berbaris ya?”

“Heeeiiii.. lo gak bisa buat barisan yang lurus ya? apa otak lo berbelok seperti barisan lo itu?”



Teriakan Guntur dan Bima menggelegar disaat hari pertama OSPEK di Fakultasku. Ya, aku bersama Guntur dan Bima masuk dalam kepanitian OSPEK. Apalagi dengan dikenalnya kami dengan mahasiswa yang ditakuti, baik itu bagi teman seangkatan maupun beberapa senior, kami langsung mendapatkan kartu identitas panitia tanpa seleksi seperti panitia lain. Dan langsung, kami ditempatkan di bidang yang sesuai dengan karakter kami, yaitu Komisi Disiplin.



Biasa disingkat dengan KOMDIS, bidang ini memang ditakutkan bagi mahasiswa baru. Terbukti dengan dua sahabatku itu telah terkenal akan killernya bagi mahasiswa baru. Aku yang mengoordinir mereka hanya melihat dari jauh kelancaran acara sesuai dengan yang telah direncanakan.



“Naaahhh.. ni anak. Teman lo udah berbaris semua, lo masih aja jalan dengan santainya. Cepat dikit…”

“Maaf kak. Kaki saya keseleyo.”

“Pada alasan lagiii.. gak mau tau, hayo cepat. Lariiiiii…”



Terikan Bima dari belakang barisan mahasiswa terdengar sampai ke telingaku. Aku pun penasaran dengan apa yang menyebabkan sahabatku tersebut berteriak seperti orang yang marah. Sampai akhirnya, aku melihat Bima sedang memarahi seorang mahasiswi cantik yang masih berpakaian SMA. Aku mengerinyitkan keningku disaat melihat gadis tersebut terpincang pincang mencoba untuk berlari sampai akhirnya, ia sendiri berhenti.



“Woooiii.. kenapa berenti lo neng?”

“Uhhh.. sakit kaaakkk…”

“Lo berani bantah perintah senior lo ha? Masuk barisan eksekusi. Biar gue hukum lo.”

“Hiikkksss.. jangan kak. Kaki saya beneran sakit.”

“Alasan aja lo. Emang gue percaya sama acting lo ha?”

“Ampun kak. Bukannya aku melawan atau acting, tapi memang kakiku sakit. Dan susah untuk berlari kak.”

“AAhhhh.. banyak alasan lo.. ayo sini gue bantu lo biar cepat sampai di barisan eksekusi.”



Terlihat Bima menarik paksa tangan gadis tersebut tanpa memperdulikan alasan gadis tersebut. Terlihat gadis tersebut menitikkan air mata akibat ketakutan dengan bentakan dari seniornya tersebut. Aku yang memang tidak bisa melihat adanya air mata dari wanita tersebut langsung memberhentikan tarikan paksaan Bima ke gadis cantik tersebut.



“Udah Bim. Biar gue yang urus. Lo bantu aja tuh Guntur. Udah kek tukang ngangon bebek dia. Tampak kali keteterannya.”

“Oke Nton. Tapi hati hati sama ni cewek. Jangan sampai ketipu lo. Baru hari pertama udah mau nipu senior.”

“Udaahhh.. lo percayain aja ke gue.”



Dengan menepuk bahunya dengan pelan, aku memastikan ke Bima untuk melepaskan gadis tersebut. Bukannya aku tertarik dengan gadis ini, tapi memang aku gak bisa melihat air mata yang keluar dari mata wanita. Siapapun wanita itu. termasuk gadis ini yang akhirnya sedikit berhenti terisak saat tangan Bima sudah lepas di tangannya. Tampak, ada sedikir bekas paksaan tangan Bima di tangannya yang putih tersebut. Dan saat aku melihatnya, ia langsung menutupi bekas tersebut dari pandanganku.



“Beneran sakit?”

“Hiikkksss.. iya kak.”

“Ya udah.. aku bantu kamu ke tenpat medis ya.”



Aku langsung membantunya berjalan menuju pojokan lapangan ini. Disana terdapat tempat medis yang memang terletak persis di bawah pohon yang rindang. Dengan memegang kedua lengannya, aku bisa merasakan halusnya kulit gadis ini.



“Haduuuh.. tim medis pada kemana ya.?” aku yang heran dengan keberadaan tim medis yang belum ada ditempat. Mungkin ini terlalu pagi buat mereka datang. Soalnya dalam 1 jam ke depan, kami para KOMDIS lah yang banyak berperan.



“Udaaahh.. kamu selonjoran dulu gih.”



Gadis itu menuruti perkataanku untuk duduk di bangku yang memang tersedia di bawah pohon tersebut. Aku berinisiatif untuk memberikan pertolongan pertama baginya. Akupun membuka sepatunya, walau dia merasa keberatan aku yang membukakan sepatunya tersebut. Sampai akhirnya ia mengikut saja apa yang aku kerjakan di kakinya tersebut. Aku yang seperti orang bersimpuh tersebut mulai memegang kaki kirinya yang memang ia sebut tadi.



“Yang ini sakitnya?”



Pertanyaanku hanya dijawab anggukan oleh gadis ini. Gadis yang aku ketahui bernama Anna Pradita dari name tag nya. Aku tahu dimana pusat sakitnya tersebut dari caranya berjalan dan sesekali ia memegang pergelangan kaki kirinya tersebut. Aku mencoba mengurut sebisaku untuk mengurangi rasa sakit yang diderita gadis cantik tersebut.



“Maaf kak. Saya ngerepotin kakak.”

“Gak kok. Aku coba urut dulu ya.. kalau bisa ditahan ya. memang sedikit sakit sih.”

“Aaawwww… sakit kaaaakkk…”



Baru saja aku mengingatkan dia, langsung saja aku mendengar teriakan kesakitannya. Bahkan ia sempat menutup matanya karena mungkin kesakitan yang berlebih. Apalagi tanpa sadar, ia mengangkangkan kakinya di depanku. Sebagai pria normal, mataku langsung menuju ke roknya yang tersingkap tersebut. CD hitam yang dipakainya langsung terlihat dengan tambahan paha putih dan mulus membuatku sedikit bergeming.



“Duch.. Gilaaa.. mulusnyaa.. mimpi apa aku semalam.”



Dalam benakku masih berkeliaran fantasi yang memang selalu aku tahan selama ini. Karena, dalam prinsip hidupku memang tidak mau menyakiti perempuan. Dan memang akal sehatku kembali dan memalingkan pandanganku dari pahanya tersebut. Dan kini pandanganku naik ke wajahnya yang masih menahan sakit tersebut.



“Udaaahhh.. ntar bakalan gak sakit lagi kok.”

“Hiiikkksss….”

“Jangan nangis dong. ntar dipikir aku ngapa ngapain kamu.”

“Sakit kaaakkk..”



Dengan menghentakkan kaki kanannya, gadis tersebut masih mengeram kesakitan saat aku menguruti pergelangan kakinya tersebut. Memang aku dikenal pandai dalam memberi pertolongan pertama dalam hal keseleo bagi teman temanku. Bahkan aku menjadi andalan medis bagi mereka saat futsal.



“Daaahh beresss.. coba kamu berdiri…”



Gadis tersebut membuka matanya dan mencoba untuk berdiri walau menopang beratkan ke kaki kanannya. Dengan mengoyang goyangkan pergelangan kakinya yang sakit tadi, ia tersenyum sambil menghapus buliran air mata yang masih menempel di pipinya tersebut.



“Udah gak sakit lagi kak. Ngilu ngilu aja.”

“Ya udah.. masih kuat untuk kembali ke barisan?”

“Makasih ya kak. Tapiiiii…”

“Jika kamu dimarahi kakak yang tadi lagi, bilang aja udah aku hukum.”

“Makasih lagi ya kak. Namaku Anna, Anna Pradita.”

“Udah tahu kok. Kan ada di name tag kamu.”

“Hehehehe…”



TIIIIIINNNNNN….


Aku tersentak dari lamunanku saat kulihat ada sebuah motor yang di atasnya ada dua orang lelaki sambil menggedor pintu mobilku yang masih berjalan. Antara setengah sadar, aku mendengar kalau pengendara motor itu menyuruhku untuk berhenti. Dan, akhirnya aku berhenti. Aku gak mau kalau mobilku rusak atau memang ada hal lain yang membuat aku dalam masalah besar. Masalah dengan Anna saja sudah membuatku panik.


“Maaf, Ada apa ya mas?” tanyaku saat aku sudah turun dan sudah didepan mereka yang memberhentikan motor mereka sedikit jauh dari mobilku.

“Aaahhh.. jangan banyak bacot lo. Hajar Bang.” Ucap penumpang motor yang masih duduk di motor tersebut.

“Lo udah mepet gue tadi. Untung aja gue gak jatuh.” Tambah si pengemudi yang sudah turun dari motornya dan mendekatiku dengan meregangkan ototnya.

“Maaf mas. Saya gak sengaja.”

“Aaaahhhhh.. Bacot Lo.. rasain nih.”


Pengemudi motor yang berbadan besar itu langsung berlari seakan memukulku. Tapi, aku berhasil menahan pukulannya sampai di wajahku. Dengan masih menggenggam kepalan tangannya, aku langsung memukul perutnya dengan lututku. Sampai akhirnya ia terduduk dan memegang perutnya.


“Saya kan sudah bilang kalau tidak sengaja….”


BRAAAAKKKKK….


Aku terkejut saat kepalaku terasa terhantam sebuah balok yang patahan baloknya terlihat di depan mataku. Memang saat itu aku merasa kesakitan. Tapi, emosiku menutup kesakitan itu. aku paling benci yang namanya pengkhianatan. Dan kali ini, kembali aku menerima pukulan dari belakang. Membuat emosiku kembali naik seakan akan ingin melampiaskan emosiku semuanya kepada dua orang ini.


“Sini lo..” aku langsung menarik paksa orang yang memukulku dari belakang ke hadapanku. Terlihat orang itu adalah penumpang yang memegang sebuah patahan balok dengan tampang ketakutan. Mungkin dia ketakutan dengan apa yang ia lihat. Kembali aku melihat dia melihat kepalaku dan patahan balok yang berada di tangannya berulang kali.


“Lo kalo jantan. Jangan main belakang. Ayo, pukul gue dari depan.” Pintaku ke penumpang motor tadi yang memang lebih kecil daripada temannya si pengendara motor tersebut. Tampak ia kembali melayangkan patahan balok tadi ke kepalaku lagi. Tapi aku kali ini menangkisnya. Sampai akhirnya, balok tersebut terlepas dari genggamannya. Dengan hal itu, langsung saja aku tarik tangannya, dan kupiting tangannya sampai berbunyi seperti tangan yang patah. Tanpa sadar emosiku mengalahkan akal sehatku. Aku memang dikuasai oleh emosi kala ini.


“AAAAWwWWWw… Addduuuhhhhh…. Ampuunn baaanggg…” Teriak si penumpang motor tadi setelah lengannya aku patahkan. Aku pun langsung mendekati di pengemudi yang masih terduduk sambil ketakutan melihat temannya yang meringis kesakitan akibat patah tangannya tersebut.


“Lo mau ngelawan lagi? Ayo sini gue layanii..” tanpa sadar aku langsung menarik pengemudi motor tersebut untuk berdiri. Berulang kali ia meminta ampun dan maaf ketika aku menariknya untuk berdiri.


“Cukuuupppp.. berhentiiii… jangan buat keributan di wilayah gue.”


Aku mendengar teriakan dari belakangku. Akupun melepaskan si pengendara motor tadi dan langsung menoleh ke belakang. Aku melihat gerombolan preman yang datang menghampiriku. Mereka terlihat mulai menggerak gerakkan tangannya dan kakinya seakan pemanasan sebelum melakukan perkelahian. Dan aku melihat seorang pria berbadan tegap berdiri ditengahnya. Dengan tato di lengannya, tanpa merhatikan wajahnya aku bisa menilai kalau ia adalah kepala dari gerombolan preman tersebut.


“Sepuluhh.. Sebelas.. Dua Belas…Ayoo.. lo mau gue layani…” aku langsung mendekati mereka tanpa takut untuk kalah. Setelah menghitung gerombolan itu berjumlah dua belas, aku langsung mendekati mereka dengan kepalan tangan yang masih sama. Ingin aku lampiaskan semua emosiku tentang Anna ke mereka kali ini.

“Stoppp… Nton.. gue badaiii..”


Akupun langsung berhenti dan mengingat nama yang disebut oleh pria bertato tersebut. Ya, aku ingat. Dia adalah Badai. Teman sekolahku yang seumuran denganku. Memang ia lebih memilih untuk berkecimpung dengan dunia hitam dibanding kuliah dahulu. Entah kenapa aku lupa akan Badai. Mungkin aku terlalu emosi. Sampai akhirnya, emosi menutup semua akal sehatku.


“Lo kenapa sih Nton.” Hanya itu yang diucapkan Badai kepadaku sambil melewatiku. Tak lupa ia memukul pelan pundakku untuk menjinakkan emosiku.


Ia langsung menemui si pengendara motor dan langsung jongkok sambil menghisap rokok yang memang aku ingat Badai yang susah lepas dari rokoknya.


“Heiii.. Lo cari gara gara men.” Kata Badai ke pengemudi motor tersebut sambil menepuk pelan lengannya.

“Lo tau siapa gue? Gue Badai. Mungkin lo pasti dengar nama itu, kalau lo sering lewat sini. Dan yang lo serang itu Anton. Teman gue. Lo cari gara gara sama teman gue, berarti lo cari gara gara sama gue. Ngerti kan lo?”

“Ehhh.. ngerti bang. Ngertiii… maaf ya bang. Maaf bang.” Ujar si pengemudi tersebut ketakutan sambil meminta maaf kepadaku.

“Dah, sekarang lo lebih baik cabut. Bawa teman lo ke rumah sakit. Ini sedikit ada tambahan untuk berobat tangannya yang patah. Dan kalau lo masih penasaran sama teman gue. Cari aja gue. Gue yang bakalan nambah korbannya. Ngerti lo?”

“Ehhh… iya bang… maaf sekali lagi bang.”


Aku hanya bisa melihat saja, saat Badai bicara sama pengemudi motor itu. Sampai akhirnya, Badai memberi setumpuk uang sepuluh ribu, dua puluh ribu dan lima putuh ribu kepada si pengemudi tadi. Dan si pengemudi motor tadi langsung berlari kecil menghampiri temannya yang kesakitan itu sambil sesekali kembali meminta maaf kepadaku. Sampai akhirnya, mereka pun pergi dengan mengendarai motornya lagi dengan rona ketakutan.


“Udaahhh. Teman teman.. sekarang pada bubar gih. Keburu ntar polisi datang.” Ucap Badai kepada teman temannya tersebut.


Dengan arahan dari Badai, mereka satu satu pun berjalan sambil menyalamiku. Dengan senyuman dan sedikit tegukan kepala tanda hormat, mereka meninggalkan aku dan Badai berdua. Tak terasa aku mengingat 11 orang preman tadi menyalamiku sambil mengucapkan kata kata yang masih terngiang di benakku.


“Maaf bang. Gue gak tahu kalau itu bang Anton.”

“Sorry bang. Kalau gue tahu, gue yang habisin mereka.”

“Lain kali, kalau ada cecunguk kek mereka, kasih aja sama gue bang. Tangan abang terlalu berharga buat menghabisi mereka.”


Aku yang hanya mengangguk angguk itu melihat ke sebelas preman itu kembali ke posnya yang tak jauh dari mobilku terparkir. Sampai akhirnya, aku benar benar berdua dengan Badai, sahabat semasa sekolah.


“Yok ke sana.” Ujar Badai mengajakku ke bawah pohon tak jauh dari mobilku yang terparkir tersebut.

“Maaf ya Dai. Gue udah buat keributan di wilayah lo ini. Dan makasih.”

“Ahhh.. santai Cing. Kek lo siapa aja. Tapi kok lo bisa seemosi itu sih. Jadi keingat dulu. Ada apa sih?”


Badai bertanya kepadaku dengan panggilan kecilku. Cing. Ya, itu berasal dari kata Cacing. Karena, aku seperti cacing yang bisa menggeliat jika disentuh. Seperti diriku yang emosian jika di sentuh atau diusik. Dan kembali aku teringat waktu itu karena perkataan Badai. Waktu itu, Badai yang dihabisi oleh preman kampung sebelah, dan tanpa ampun, mereka langsung ku habisi hanya dalam satu jam dimalam itu. kata teman temanku yang lain, pukulanku membabi buta, tanpa mereka kenal akan diriku.


“Ada apa? Sampai sampai lo gak bisa nahan emosi lo? Bilang sama Badai Prakoso.”


Ya, Badai Perkoso salah satu sahabat kecilku semenjak aku pindah ke kota ini. Bersama Guntur Jayakarsa, Bima Candrakusuma dan Sakti Mugiawan, dikenal sebagai lima pemuda ditakuti dan disegani di komplek kami. Sampai akhirnya, perjalanan kami yang selalu bersama harus terhenti saat aku, Guntur dan Bima harus melanjutkan pendidikan kuliah tanpa diikuti oleh Badai dan Sakti. Tentu saja, mereka berempat tahu siapa aku dan karakterku.


“Huuuffftttt.. gue gak tahu Dai.. mumet otak gue..” kataku sambil memegang kepalaku mengingat masalah yang kuhadapi saat ini.

“Hmmm…” Badai malah memicingkan matanya menatap ke arahku.

“Cing gini deh, gue tahu lo siapa. Dan gimana elo gue tahu. Kalau lo seemosi gini, lo pasti ada masalah nih. Ayo cerita ke gue.”

“Ga tau ah… gue aja pusing.”


Aku pun kembali menundukkan kepalaku menghadap ke bawah. Sambil memegang kepalaku yang memang sudah penuh dengan penyesalan apa yang telah dilakukan Anna. Kembali tentang Anna muncul di benakku. Perkenalanku dengannya yang menyebabkan aku memilikinya.


TEEEETTT…



Bel tanda akhir kelas berakhir. Aku bersama Bima dan Guntur yang selalu setia mengambil kelas yang sama keluar dari kelas yang memang sedikit membosankan tersebut. Untung saja aku bisa mengendalikan kantukku saat Dosen terkenal killer itu melewatiku.



“Cinggg,,, kapan sih lo punya gebetan? Masa lo kalah sama si Bimbim?” kata Guntur saat baru saja keluar dari ruangan kelas tersebut yang langsung menyulut rokok.

“Hahaha.. si cacing kan kalau kepanasan sama cinta bisa mengkerut. Tapi ya cing, masa lo gak suka sih sama wanita. Liat tuh, adek kelas aja cantik cantik. Mana bening lagi. Atau lo jeruk makan jeruk ya?” Tambah Bima.

“Najisss.. gue masih normal ya. Ya, hanya belum ada yang sreg aja. Gue ya musti milih milih dengan tingkat seleksi yang tinggi. Karena gue gak mau putus ditengah jalan gitu aja.” Kataku sambil menuju toilet yang memang sudah kutahan sejak dalam kelas tadi. Dan meninggalkan Guntur dan Bima yang memang terdiam akan pernyataanku tadi.



“Eeehhh.. eeehhh.. lo mau kemana?” Tanya Bima

“Toilet. Kenapa? Mau ikut? Atau lo penasaran sama punya gue? Yuk ikut.” Jawabku sekenanya.

“Najis.” Sanggah Bima sambil memperagakan orang muntah.

“Hahahha.. ya udah. Kami tunggu di kantin ya Cing.” Jawab Guntur sambil meninggalkanku yang mula berjalan ke arah toilet.



Akupun langsung menuju toilet yang memang sedikit jauh dari kantin dan terletak di pojok kampus. Toilet itu termasuk toilet kesukaanku, karena tak perlu antri untuk menggunakannya. Mungkin para mahasiswa lain mengira ini toilet yang gak keurus. Tapi bagiku, toilet ini gak seburuk pikiran mereka. Sesampainya disana, aku mendengar teriakan minta tolong dari dalam toilet tersebut. Aku langsung berlari kecil mendekati toilet tersebut. Samar samar aku mendengar perbincangan dalam toilet itu.



“Toloooonggg…”

PLAAAKKK

“Diam lo perek… berisik amat sih mulut lo. Ntar bakalan keluar desahan dari mulut lo itu kok. Gue jamin itu enak.”

“Jangan kaaakkk… aku mohonnn.. hikkssss.”

“Diaaaammm.. bisa gak lo diam? Dit. Lo jaga pintuuu..”

“Jangaaann kaakkk.. aaahhh..”



Aku yang memang sudah berada di depan pintu tersebut langsung menyerang seorang yang ditugaskan untuk menjaga pintu toilet ini. Dan hasilnya, Adit pun langsung ambruk sampai ke dalam toilet dan memberhentikan aksi Bobi yang memang sudah meremas payudara wanita tersebut. Lebih terkejut lagi, saat aku melihat siapa wanita itu. dengan pakaian yang telah robek di bagian dada. Wanita itu hanya bisa menangis menahan cumbuan kasar dari Bobi.



“Annaaa??? Woi.. lo kira ini tempat mesum ha? Pada main kasar sama cewek lagi.”



Aku yang langsung menerkam Bobi tersebut sudah berada di atas badan Bobi yang sudah tergeletak di lantai toilet tersebut. Tak terhitung banyak darah yang keluar akibat pukulan brutal ku kepada Bobi tersebut. Adit hanya terdiam sambil terduduk melihat Bobi yang babak belur akibat perlakuanku.



“Ampun Nton..”

“Lo dengar baik baik. Terserah lo buat apa dibelakang gue. Tapi ingat, saat lo buat keonaran di depan gue. Lebih dari ini akibatnya. Ngerti lo?”

“Iiii yaaaa Nton.. maafin gue.”

“Untung saja cewek ini nahan pundakku. Kalau gak, udah habis lo ditangan gue.”

“Iyaaaa.. maaf Nton…”

“Sudah, pergi sana…”



Aku pun membiarkan mereka berdua untuk pergi dari toilet dengan Adit membantu Bobi yang memang sudah kewalahan untuk berjalan. Akupun langsung melirik ke Anna yang kedua tangannya berusaha untuk menutupi payudaranya yang masih terhalang oleh bra hitamnya tersebut. Tetapi, tetap saja membuat mata lelaki manapun akan menatap keindahan payudara Anna tersebut. Dengan inisiatifku, aku langsung membuka sweaterku untuk dipakainya.



“Kenapa kamu tahan aku?”

“Aku gak mau mereka mati kak.” Jawab Anna sambil terisak isak.



Akupun kembali terdiam dengan pernyataan Anna tadi. Untung saja Anna bisa mengendalikan emosiku. Coba tidak, entah bagaimana nasib kedua orang tadi. Akupun langsung memegang tasnya, disaat ia memakai sweater ku. Sampai aku memapahnya keluar. Entah kenapa rasa kebelet ku hilang sudah.



“Yakin kamu gak apa apa?”

“Iya kak. Makasih ya kak. Jaketnya…”

“Udahh,, kamu pake aja dulu. Lagian kemejamu robek gitu.”

“Makasih sekali lagi ya kak.”

“Iyaaaa.. yuk ke kantin dulu. Minum dulu. Tenangin diri kamu dulu.”



Aku pun langsung menarik Anna yang memang terdiam akan peristiwa menimpa dirinya. Dengan kupegang tangannya yang lembut, aku membawanya ke kantin untuk menghilangkan sejenak terkejutnya akan peristiwa tadi. Dan Anna pun hanya bisa terdiam mengikuti ajakanku.



“Gile lo Cing. Baru aja disindir. Malah pulangnya bawa cewek. Hahahaha”



Sesampainya aku di kantin, candaan itu tak bisa aku elakkan dari Guntur dan Bima. Aku yang hanya mengeluarkan senyuman seringai, langsung menyuruh Anna untuk duduk di meja yang sama dengan mereka. Aku langsung ke arah penjual kantin untuk meminta 1 kopi moccacino dan segelas air teh manis hangat yang memang untuk Anna menenangkan pikirannya. Saat aku berjalan menuju meja itu lagi, aku melihat Anna yang hanya tersenyum sembari merah di pipinya saat digoda sama Guntur dan Bima.



“Nih An, kamu minum dulu.”

“Cieeeee…. Perhatian kali lo Cing. Sampai sampai sweater lo dipakai sama nih cewek. Padahal kan hari panas. Hahahaha.”

“Dia lagi gak enak badan katanya woi.” Sanggahku ke Guntur dan Bima yang sibuk mengolokkanku.

“Kak…”

“Yaaaa…”

“Aku boleh minta tolong gak?”

“Hmmm.. apa itu?”

“Aku masih takut untuk pulang sendiri.”

“Hahahahaha.. minta diantar segalaaa.. pake pellet apaan sih lo di WC tadi Cing?” sanggah Bima.

“Haha.. iyaaa.. udah nempel kayak tisu toilet aja…” tambah Guntur.

“Huuusssshh.. kalian diam…” kataku mendiamkan kedua sahabatku yang memang rada usil ini.

“Emang rumah kamu dimana? Biar nanti habis selesai kamu minum kakak anterin.”

“Di daerah Kelapa Gading kak.”

“Ya udah.. kamu minum dulu deh. Ntar kakak anterin. Kakak bayar dulu ya.”

“Cieeee…. Anterin adek bang.. hahahaha” canda Guntur lagi.

“Cepetan bayarnya bang. Biar cepat antar adek. Mana tau kita jodoh. Hahaha” tambah Bima.



Aku yang hanya menggeleng gelengkan kepala dengan sikap candaan sahabat sahabatku mulai beranjak ke kasir kantin untuk membayar minuman yang aku pesan tadi. Tak lupa juga pesanan kedua sahabatku tadi aku bayarkan. Daripada ntar aku balik lagi ke kasir, ya sekalian aja. Kebiasaan mereka sih begitu, cari cari alasan supaya aku yang bayarin makannya. Ku lihat Anna semakin memerah pipinya saat digoda kedua sahabatku tersebut.



Setelah membayar, akupun langsung mengajak Anna untuk mengikutiku menuju mobil yang memang ku bawa ke kampus. Aku berencana mengantarkan ia untuk pulang ke kosannya. Ya, saat membawanya dari meja para sahabatku tadi, masih terasa hawa candaan mereka yang makin membuat Anna salah tingkah dan membuat ku mencoba tetap tenang. Sampai akhirnya, mobil yang aku kendarai sampai di bangunan kos yang bertingkat dua, berwarna biru tersebut.



“Daahhh.. ini kosan kamu kan?”

“Iya kak.”

“Ya udah, aku balik ya.”

“Jangan kak. Aku masih takut. Pleaseeee..”



Aku yang tak bisa mengatakan tidak tersebut hanya menuruti ajakan Anna tersebut.Dengan mematikan mesin Jeepku, aku turun setelah memarkirkannya di halaman kosannya yang memang sangat luas itu. Aku hanya mengikuti langkah Anna sampai akhirnya aku sudah berada di depan kamar yang sedang dibukanya tersebut. Kamar yang terletak di sudut bangunan, dan lantai dua ini membuat aku sempat melewati kamar yang memang diisi oleh perempuan tersebut.Sempat aku melihat cewek yang hanya memakai pakaian seadanya di kamarnya yang memang tidak tertutup rapat. Hingga akhirnya aku bisa tenang duduk di sofa santai yang ada dalam kamarnya Anna.



“Kakak mau minum apa?”

“Apa aja.”

“Ya udah, aku ambil dulu ya kak. Tapi, kalau aku ganti baju dulu gak apa kan kak?”

“Silahkan.”



Aku hanya bisa melihat Anna yang sedang mengambil pakaian di lemarinya, lalu masuk ke kamar mandi yang memang berada di dalam kamarnya ini. Saat Anna dalam kamar mandi, pandanganku menerawang apapun yang berada di kamar ini. Aku melihat foto fotonya yang terpajang di beberapa dinding, membuat aku berdiri dari dudukku.



”Kak.. cumanya ada ini. Gak apa kan kak?”



Rupanya, Anna sudah selesai menukar bajunya. Saat aku memutar badanku menghadapnya, aku cukup kaget dengan keadaan Anna sekarang. Dengan pakaian yang bisa dibilang minim, membuatku cukup bergeming. Baju kaos putih dan celana pendek sama berwarna putih, membuat tubuh sexy Anna terpancar. Apalagi dengan dua gelas sirup berwarna orange yang berada di tangannya, membuat pandanganku semakin tak karuan.



Aku pun yang masih bisa menahan nafsuku berbicara panjang lebar dengan Anna. Tak ku sangka pertemuan kami yang memang selalu tak sengaja tersebut, membuat dia semakin terbuka denganku. Apapun kami bicarakan sampai akhirnya ia melirik tajam ke arah leherku.



“Apaan? Iniii?” pertanyaanku memegang kalung yang memang selalu ada di leherku ini. Anna pun hanya mengangguk menanggapi pertanyaanku. Akupun langsung mencopot kalung tersebut dan kini sudah berada di genggamanku. Kalung yang bermainkan anak kunci tersebut sesuatu yang sangat berharga bagiku.

“Ini adalah barang yang sangat berharga bagiku An. Dari Zaman TK kalung ini melingkar di leherku.”

“Hmmm… karena apa kak? Kalau boleh aku tahu.”

“Ya.. ini adalah bukti aku masih memegang janji itu An. Janjiku sama seseorang yang kini aku tak tahu keberadaannya.”

“Hmmm.. ternyata Kak Anton itu orangnya sweet juga ya. dibalik kakak yang dikenal berangasan, kakak bisa romantic juga. Hihihi…”

“Bisa saja kamu An. Ya udah.. udah malam juga. Gak enak sama tetangga kosan kamu. Aku balik ya. kalau kamu kenapa napa. Hubungi aja aku.”

“Hmmm… makasih ya kak. Dari awal kuliah, kakak selalu bela dan nolongin aku.”

“Hmmmm…”




“Heeeiii Cing.. malah lo bengong. Ya udah, gue ambilin minum dulu di pos ya. lo mau minum apaan?”

Tanya Badai mengagetkanku dari lamunan panjangku yang memang tidakmenghiraukan dia disampingku.

“Apa aja deh Dai. Makasih ya.”

“Yoi…”


Aku yang kembali ditinggalkan sendirian di bawah pohon ini oleh Badai, kembali mengingat masa dimana aku dan Anna bisa memulai hubungan pacaran. Tepat dua bulan semenjak kejadian di toilet itu, aku dan Anna makin intens untuk bertemu dan jalan. Sampai ada beberapa kabar yang menyebutkan kalau kami berdua sudah pacaran. Sampai akhirnya, waktu itu tiba. Waktu dimana Anna menyatakan rasa sayang dan cintanya kepadaku. Seorang cewek cantik yang mengutarakan cintanya kepadaku.




“Kak. Kakak mau gak jadi pacar Anna? Anna suka dan sayang sama kak Anton.” Pertanyaan Anna saat aku berdua dengannya yang memang sedang menikmati makan siang di suatu kafe yang memang dekat kampus dan terletak di bawah pohon besar yang membuat rindangnya tempat ini.

“ Ga tau lah An, kakak lom bs ngejawabnya tapi yang jelas kakak sayang kok ke kamu” aku menjawab yang masih merasakan hal yang aneh dari jawabanku itu. entah apa yang aku pikirkan saat menjawab pertanyaan Anna tersebut.

“Hufft kenapa kak? Apa Anna kurang cantik, atau ada yg lain?”

“Ga, hanya cuma terlalu cepat aja.”

“Tapi Anna ngerasa kak, beda kok perasaan Anna pada kak Anton , nyaman banget kalau deket kakak. Please ya kak mau pacaran sama Anna.”. Ujar Anna manja sambil memeluk lenganku.

”Oke kita coba An.. Tapi kakak minta kamu jaga kepercayaan kakak, jangan sia siakan itu dan kakak pun berjanji akan mencoba jadi yang terbaik buat Anna.” Entah kenapa hati ini setengah tidak rela jawaban itu keluar dari mulutku.



“Nih Cing, minuman lo. Bengong lagi kan lo. Ada apa sih? Anna?” Tanya Badai dengan memberikan cola kepadaku.

“Ntah lah Dai. Tapi santai aja Dai. Gue bisa ngatasinnya kok. Dan gue bakalan cerita pada waktunya kok. Tenang aja ya. Eh iya, sudah jam berapa?”

“Jam 5.”

“Haduuhh.. mampus gue.”

“Kenapa lo?”

“Gue janji sama bokap untuk nganterin doi ke dokter.”

“Dah, pergi sana.”

“Makasih ya Bro..”

“Iya santaaaiii.. kayak baru kenal aja.”


Setelah meminum lagi cola pemberian Badai, aku langsung menuju Jeepku yang terparkir tak jauh dari tempat dudukku. Setelah bersalaman khas kami berlima dengan Badai, aku masuk ke mobilku dengan tujuan rumahku. Masalahku melupakan janjiku mengantarkan ayah berobat ke dokter. Dengan itu, aku langsung tancap gas Jeepku. Sampai akhirnya aku keluar dari wilayah kekusaan Badai tersebut.


CIIIIIITTTTT


Aku mengerem mendadak Jeepku karena seseorang menyebrang tanpa melihat kiri kanan terlebih dahulu.

Untung saja aku berhasil mengendalikan si Jeep. Kalau tidak, masalah baru akanmenimpaku di hari yang sama.


“Oiiii.. kalo nyebrang, hati hati dong..”








NEXT -----> ~~EPISODE 2~~
 
Terakhir diubah:
Saran aja hu,klo bs flash backnya jangan tlalu panjang. Sekedarnya aja,hanya untuk melengkapi inti cerita. Tapi ane demen cerita model gini,lanjutkan hu.
 
bobi n adit yg dihajar di toilet ini orang yg sama dengan yang naik ranjang bareng anna di kos-nya kan ..?
bgimana ceritanya ..? dan anna binal pula .. lanjutkan. #belagakKomdis hahaha
 
Sebenernya anton gak cinta-cinta amat kan sama si anna, cuma kesel karna kepercayaannya di khianatin aja. :goyang:
Emang susah jadi cowok baik, di manfaatin mulu kebaikannya. *ups yg trakhir kok berasa curcol yah :capek::fiuh:
 
sepertinya ada tanda2 sebuah janji akan seseorang semasa kecil...dan kyknya akan ketemu...dan itu bisa jadi adalah crita aslinya...anna cm sisi kanan crita...benar kata suhu yg di atas...anna tidak benar2 dicintai...bolehlah 3 orang yg main ma anna si nobi cs dibikin cacat dulu ma preman2...tangan patah...kaki putus...mata pecah 1...biji zakar pecah...burungnya jd impoten...
lanjut hu..
 
iyee:haha:ehh..iyeeee.. gelombang pasang.. saatnya pasang tampang..
:papi:
Ati ati bocor om.. :Peace:

Saran aja hu,klo bs flash backnya jangan tlalu panjang. Sekedarnya aja,hanya untuk melengkapi inti cerita. Tapi ane demen cerita model gini,lanjutkan hu.
.Sebenernya ane mo nyuguhin cerita yg bahasa kerennya alur maju mundur menceritakan sebab akibat dr tokoh2 yg ada dicerita.. Mgk karena cara penyajiannya, ane masih tarap awal menulis blm bisa ngambil secara singkat u isi cerita
Btw thanks u komen n kripiknya suhu makasih dah mampir mohon bimbingannya :ampun:

bobi n adit yg dihajar di toilet ini orang yg sama dengan yang naik ranjang bareng anna di kos-nya kan ..?
bgimana ceritanya ..? dan anna binal pula .. lanjutkan. #belagakKomdis hahaha
Penasaran..!!,
pastikan tetap pantengin di gelombang yg sama, hu.. hehehe:Peace:
Siap hu..

lanjutkan..

Siap komandan:haha:

Sebenernya anton gak cinta-cinta amat kan sama si anna, cuma kesel karna kepercayaannya di khianatin aja. :goyang:
Emang susah jadi cowok baik, di manfaatin mulu kebaikannya. *ups yg trakhir kok berasa curcol yah :capek::fiuh:
..analisa yng menjanjikan.. Bagian yang mana hu.. Mohon bimbingannya:ampun:

sepertinya ada tanda2 sebuah janji akan seseorang semasa kecil...dan kyknya akan ketemu...dan itu bisa jadi adalah crita aslinya...anna cm sisi kanan crita...benar kata suhu yg di atas...anna tidak benar2 dicintai...bolehlah 3 orang yg main ma anna si nobi cs dibikin cacat dulu ma preman2...tangan patah...kaki putus...mata pecah 1...biji zakar pecah...burungnya jd impoten...
lanjut hu..

Hehe.. Analisanya oke.. Huu.. Tp :kacau: Sadis amat huu..
Btw bobi hu.. bukan nobi
 
Terakhir diubah:
Duh kepotong ama orang nyebrang jalan......
 
Lanjutannya kira2 bakalan ada Sweet Revenge gak, hu? Anton kudu bales tuh ke cowo2 yg pernah ngentotin Anna +bikin Anna super duper nyesel udah selingkuh :goyang:
 
Bobi & Adit?
Kemungkinan emang bener awalnya diperkosa, tp lama² si Anna jadi ketagihan.
 
Makasih updatenya suhu..anton ga terlalu cinta kayaknya sm anna..tinggL tunggu pembalasan anton aja sm bobby n adit..
 
eahhlahh:pandaketawa: ton...ton...
jadi batal kencing:bacol: siCacing.. gara-gara baju ana hilang kancing sobek saat mau di gagahi siBob.. atau malah ntuh Cacing tadi
:konak: terlalu ngaceng:hammer: ngelihat puting:nenen:

dasar siAnton yang preman berperasaan....
:D

..


sebenarnya sichh:ngupil: asyik-asyik saja diajak :jogets: maju :jogets: mundur :jogets: maju :jogets: mundur cantik.. makin lama juga makin menarik dan terbiasa ngikutin lamunan siCacing ehh:bata: Anton...

bisa diterima lah untuk sudut pandang tunggal (Anton). hanya mungkin terlalu samar pada kalimat pemisah dalam mengikuti perubahan dari kenyataan ke lamunan / ingatan Anton..

apakah :kacamata:ada POV1 selain Anton kah nanti??
 
Lanjooottt om... Di awal aku agak bingung tapi setelah tak mat mat ke tenanan akhire aku paham alure... Maju mundur poco2
 
Bimabet
Lanjooottt om... Di awal aku agak bingung tapi setelah tak mat mat ke tenanan akhire aku paham alure... Maju mundur poco2
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd