Kami melanjutkan dengan obrolan ringan seputar pekerjaan Dana, keluarga dan sahabat sembari menikmati mie yang baru saja dihidangkan. Jauh dalam lubuk hatiku semakin tumbuh rasa simpatik setelah tahu aktifitas keseharian seorang Chef tak terkenal bernama Dana. Dan juga perjuangannya untuk kesejahteraan keluarga.
"Ehmm.. Dadi ide, promosi, kreasi, dekorasi, sampek eksekusi sampean garap dewe kabeh?. Gendeng koen. Opo ga njlimet mas?. Uakeh berarti ilmune pean", (Ehmm.. Jadi ide, promosi, kreasi, dekorasi, sampai pada eksekusi kamu kerjakan sendiri semua?. Luas biasaa. Apa ga rumit mas?. Banyak ya berarti pengalamanmu) aku terbelalak heran pada cerita Dana yang baru kudengar. Talenta yang memukau. Creator, Marketing, Salesmanship, Negosiator, Decition Maker, Designer, Chef, wooow segudang talenta yang terkumpul dalam satu kepala. Dan itu dimiliki oleh seorang yang hanya tamat SMA, mengagumkan.
"Yo sering ngewangi dolor & konco dadi nular ilmune hehe", (Ya sering bantu saudara & teman jadi nular ilmunya) jawaban Dana yang diluar perkiraanku. Aku berpikir mungkin ia sering ikut seminar dan pelatihan, tapi ternyata tidak.
"Tak pikir sampean melok seminar-seminar ngunu mas. Wah berarti daya serap pean dhuwur lho mas", (aku kira kamu ikut seminar-seminar gitu mas. Wah berarti kemampuan pemahaman kamu tinggi mas) aku terbengong menatap sosok pria brilian di depanku. Aku beranggapan bahwa muatan kuliah yang selama ini kudapat adalah jalan terbaik untuk mampu terjun dikancah persaingan pekerjaan. Namun sekarang aku paham, kemauan positif yang keras dan ketelatenan memahami praktek lapangan merupakan jalan lain untuk mematangkan diri.
"Wahh lek melok seminar yo isok jebol bandar e non. Duwik sak ipet ga ngatasi gae melok-melok koyok ngunu iku", (Wahh kalau ikut seminar ya bisa bangkrut neng. Uang sedikit ga akan cukup buat ikut yang begituan) aku langsung tersenyum mendengar jawaban konyol Dana. Tanpa sadar mie santapan telah ludes kami hajar sembari mengobrol. Rasa sejuk dalam dada ini mendapati keakraban kami yang mulai terjalin.
"Na, aku oleh request ga?", (Na, aku boleh request ga?) kudengar Dana berucap saat kami sedang menuju parkiran motor.
"Apa mas?", tanyaku penasaran.
"Perjuangan babak 1, aku request awakmu ga mbalik kantor awan iki yo. Pliss.. Tak ajak kluyuran hehe", (Perjuangan babak 1, aku request kamu tidak balik kantor siang ini ya. Pliss.. Kuajak nglayap hehe) melihat wajah Dana yang memelas dengan kedua tangan memohon tertelangkup di depan wajah seperti orang semedi membuat aku tak mampu untuk menolak permintaan Perjuangan pertamanya. Aku jawab dengan anggukan berikut senyuman khas yang konon dikatakan manis oleh teman-teman hehe.
"Halo say, mintol.. Aku ono keperluan ndadak, dadi ga isok balik kantor awan iki. Tulung ringkesno laptopku sekalian gowoen mulih mobilku yo. Kontake nang laci mejoku..", (Halo say, minta tolong.. Aku ada keperluan mendadak, jadi ga bisa balik kantor siang ini. Tolong kemasi laptop sekalian bawa pulang juga mobilku ya. Kunci mobil ada si laci mejaku..) segera kuhubungi Hajar di kantor untuk mengabarkan.
"Ehmm...lek aku ga gelem yopo hayoo??!", (Ehmm...kalo aku ga mau gimana hayoo??!) bukannya mengiyakan, Hajar malah balik ngerjain aku dengan sok jual mahal. Ihh rese' ni barbie bawel. Pingin njitak aja tuh kepala barbie rasanya.
"Tak potong gaji koen nduk!", (Kupotong gaji kau bocah!) akhirnya dengan dongkol kumanfaatkan tangan absolut untuk menekan Hajar si bawel.
"Haha.. Nesu.. Nesuuu.. Koyok asuu haha.. Sabar dong. Iya iya, tentu akan kulaksanakan semua titah permaisuri!", (Haha.. Marah niye, kayak guk guk haha. Sabar dong. Iya iya, tentu akan kulaksanakan semua titah permaisuri!) banyolan Hajar bikin aku sewot. Kurang ajar tuh anak, hihhh!.
"Ga lucuu. Yo wis suwun!", (Ga lucu tau. Ya udah makasih!) masih dengan nada sewot hendak kuputus sambungan telepon, namun Hajar menghentikan niatku.
"Ehh sik sik ojok ditutup. Titip pesen aja, ati-ati lek goncengan. Nyabuk yo cek ga lugur haha", (Ehh bentar jangan ditutup dulu. Nitip pesan aja, hati-hati kalau boncengan. Pegangan yang erat biar ga jatuh haha) Hajar tertawa ngakak, sontak pipiku menyemu merah. Kok dia bisa tahu ya?
"Aku nontok rek teko jendelo lantai loro. Weeh pantesan ae dijak ngobrol malah nglamun..ternyataa dienteni arjuno ne hahaha", (Aku lihat lho dari jendela lantai dua. Weeh pantas aja diajsk ngobrol kok ga fokus..ternyataa lagi ditunggu arjuna nya hahaha) Hajar melanjutkan kalimatnya, akupun jadi kaget karena tak tahu kalau ada orang yang ngintipin. Uhh.. Untung saja Hajar yang lihat. Nah kalau keluarga yang lihat? Bisa habis riwayatku.
"Ngguyuo terus!. Tak balsem lambemu kapok koen. Awas yo sampek bocor, tak kebuli koen engkuk!. Yo wis ngunu sik.", (Ketawa aja terus!. Aku kasih balsem mulut baru tahu rasa kamu. Awas ya sampai ketahuan orang lain, aku bikin nasi kebuli kau nanti!. Ya udah gitu aja dulu.) aku semprot si Hajar tukang usil. Segera kututup sambungan telepon saat kulihat Dana sudah nangkring diatas motornya.
"Sido nang ndi iki non?", (Jadi kemana nih kita neng?) Dana memasangkan helm ke kepalaku. So sweet deh hehe. Dasar sok perhatian! Hehe.
"Lho.. Yo terserah pejuang dong. Tapi kalau boleh usul, jangan di keramaian seperti mall dan semacamnya yahh", Jawabanku langsung dibalas anggukan oleh Dana. Semenit kemudian motor Dana sudah melaju lincah diantara padat nya kendaraan yg mengalir kearah grand city dan sekitarnya.
Siang hingga sore kami habiskan dengan berjalan-jalan santai di kebun bibit Surabaya. Ya memang tempat tersebut adalah tempat yang tergolong kurang menarik dan ga keren. Tapi aku lebih setuju saat Dana mengajakku kesana. Ditempat yang jarang disukai maka disitulah pandangan orang akan tersamarkan. Ini lebih pada alasan pribadiku yang masih berasa ngeri jika kepergok keluarga saat jalan bersama Dana.
Ditempat itu kami saling bercanda, bercerita, saling mengenal satu sama lain. Sejenak terlepaslah semua beban pikiran, penat pekerjaan. Ditepian kolam ikan koki kami duduk bersama. Menatap kedamaian kehidupan air. Ikan-ikan berenang kesana kemari dengan bebasnya. Hidup yang tanpa beban, tak pun jua mereka pedulikan dengan siapa akan berpasangan, begitu pula rizki makanan selalu saja datang saat lapar menjelang.
Kuakui, perjuangan pertama Dana dengan memilih kebun bibit sebagai lokasi pendekatan persuasif sangatlah tepat. Hatiku terasa tenang dan tentram saat menyatu bersama alam. Perhatian Dana sepanjang siang hingga sore juga begitu besar. Tak ada ucapan cinta, tak ada paksaan cumbu, ia biarkan semua mengalir tulus mengisi jiwaku. Teduh hati Dana tergambar bagai pualam.
-------
Bulir imaji masa depan,
Bagai terlukis jelas,
Mengalir di pelupuk mata,
Meresap hingga ke jiwa.
Namun gundah tak jua sirna,
Rasa takut melekat memaksa,
Hanya demi kasta,
Koyak moyak hati merana.
Duh Pengeran kang Moho Wicaksono,
Paring pitutuh dumateng kawulo,
Paring pitulung awratipun lelakon,
Kocap kacarito sageto dados bungahing sukmo.
Kupasrahkan jalanku,
Upayaku mengiringi-Mu,
Bait kisah yang baru terukir,
Semoga menjadi awal yang berseri,
Menuju hari-hari indah esok hari,
Imaji menjadi realiti.
(by : nada)
-------
Go to next story..
Bagian 6
Langsung update nih,
Serbuu..!