Part 35
Sampai di Tujuan KKN
Setelah mengikuti prosedur perkenalan pada pihak terkait, kita diarahkan ke rumah yang disediakan oleh warga.
Saat jalan menuju rumah yang disediakan, gue melihat pemuda sekitar yang melihat ke arah kita.
Lalu terdengar, “wih amoy tuh.”
Mendengar itu, Rika yang berada di belakang gue mendekat ke arah gue karena ingin menyembunyikan dirinya dari tatapan pemuda sekitar. Ijat yang menyadari hal serupa pun mendekat ke arah Rika dari sisi lain untuk menutupi dirinya. Ardit ternyata juga menyadarinya, jadilah dia juga mendekat dari sisi lain untuk menutupi Rika.
Sampai di Rumah Warga
Cewek-cewek dipersilahkan memilih spot mana mereka akan tidur, sedangkan cowok-cowoknya geser barang sana-sini.
Kelar berbenah dan memilih, gue yang bertugas bersih-bersih area luar rumah hendak menaruh barang gue ke kamar cowok.
Gue: Jat, spot (tidur) cowok dimana? Gue mau naro barang dulu nih.
Ijat: ohh, masuk aja ke dalem. Nanti di sebelah kiri.
Gue pun mengikuti arahan Ijat, melihat pintu kamar sebelah kiri gue langsung buka pintunya dan..
Ada Rika yang atasannya hanya mengenakan tanktop.
Rika: hhhhh!
Rika terkejut melihat gue yang tiba-tiba masuk.
Sekilas gue melihat ke arah Rika beserta tubuhnya.
Hanya ilustrasi
Rika yang tadinya tangannya terangkat dan terlihat ketiaknya yang mulus dan bersih seketika mengapitkan lengannya. Kedua tangannya yang tergantung kaosnya disana menekuk di depan tubuhnya.
Wajahnya menunjukkan ekspresi terkejut dengan kedua bibirnya yang sedikit terbuka disertai kedua matanya yang terbuka lebar.
Gue: maaf ka, gue gatau.
Ucap gue sembari keluar dan menutup kembali pintunya.
Gue dalem hati:
“semoga Rika ga teriak, semoga Rika ga teriak, semoga Rika ga teriak.”
“Nanti gue harus minta maaf sama Rika”
Dan, “IJAT BANGSAT! NGASIH ARAHAN GA JELAS ANJING!”
Gue pun nyamperin Ijat.
Gue: Jat, sebelah kirinya tuh yang mana?
Ijat: ohh, sebelum kamar cewek gi. Kita tidur di ruang tengah. Ga di kamar.
Gue: ok.
Lalu gue kembali ke dalam rumah menuju tempat yang dimaksud Ijat. Di saat yang bersamaan Rika baru saja keluar dari kamarnya dan hendak ke depan.
Gue: ka..
Rika menatap gue sejenak dan terkejut. Namun dia tetap memenuhi panggilan gue dengan berhenti sembari menyilangkan kedua tangannya di depan perutnya (paham ya kenapa harus perut, kan cewek..).
Wajahnya tertunduk sembari sesekali matanya berusaha menatap gue namun tertunduk lagi.
Rika: ke.. Kenapa gi?
Tanyanya canggung.
Gue: gue.. Minta maaf ya soal tadi..
Gue: gue gatau itu kamar cewek.
Rika: g.. Gapapa kok gi..
Ucap Rika dengan wajah yang begitu memerah.
Untuk mencairkan suasana, gue langsung mengalihkan topik.
Gue: oh iyaa, kamu mau ke depan?
Rika: iya.
Terdengar suaranya yang kali ini seperti anak kecil.
Gue: udah kelar berberesnya?
Rika: udahh kok.
Masih dengan suara seperti anak kecil.
Gue: di depan cuma ada yang cowok ka lagi nyapu.
Gue: kalo nyari Indah kayaknya di belakang deh.
Rika: oohh.. Hmm.. yaudah.. Aku.. ke belakang ya..
Ternyata benar dugaan gue, Rika hendak mencari Indah.
Dari cara Rika merespon, masih begitu terasa bahwa Rika masih menyukai gue meskipun telah beberapa bulan setelah gue berpacaran dengan Erin.
Apalagi dengan tidak marahnya dia setelah gue secara tidak sengaja melihat dirinya yang hanya mengenakan tanktop dan melihat sebagian area privat di tubuhnya. Ditambah lagi dengan betapa menurutnya dia memenuhi panggilan dari gue setelah kejadian yang baru saja terjadi.
Setelah beres sedikit menata barang, gue kembali ke depan untuk bantu yang lain.
Kegiatan dilanjutkan dengan mendatangi RT dan RW sebagai perkenalan dan berinteraksi dengan warga sekitar. Selain itu, Ketua RT dan RW juga mengenalkan kepada kita hal-hal yang tidak boleh dilakukan di daerah sana (Pamali). Barangkali karena disangkanya orang kota ga percaya gituan, mereka memperhalus bahasanya.
Kemudian Ardit (Aradara) menanggapi pembicaraan itu dengan kalimat yang membuat mereka jadi merasa akrab dengan kita seperti,
“Oh iya Pak, sama kayak di kampung Saya ga boleh nyapu dan ga boleh jemur kalo malam.”
Di luar dugaan, pembicaraan itu jadi menuju ke perkenalan asal daerah dan apa saja Pamali yang ada di daerah masing-masing yang membuat Ketua RT dan RW tidak canggung lagi membahas hal itu.
Disitu gue belajar bahwa menceritakan kebiasaan khas daerah (termasuk Pamalinya) bisa membuat kita semakin akrab dengan warga kampung setempat. Karena membuat kesan pada mereka bahwa “kita sama-sama orang kampung.”
Selesai dengan kunjungan yang tadinya sekedar berkenalan justru menjadi akrab, kita kembali ke penginapan.
Di Penginapan
Pasti canggung, karena untuk pertama kalinya sebagian dari kita tinggal satu atap dengan lawan jenis, bahkan dengan yang belum begitu kenal.
Irfan: nah bingung kan mau ngapain.
Ijat: rebahan dulu lah gue, pegel-pegel ini badan.
Mira: eh, kalian cowok-cowok.. Bantu di dapur dong bentar.
Ucap Mira dengan sedikit canggung.
Ardit: kenapa Mir?
(Ardit dan Mira sekelas)
Mira: ituu.. Ada yang bisa pasang gas ga?
Gue dan Ardit secara bersamaan bangkit dari duduk, lalu sempat bertatapan.
Entah kenapa dari awal ketemu, terlebih saat momen Rika diomongin tadi, gue merasa klop juga dengan orang satu ini. (Ane juga gi hahaha)
Lalu kita berdua pun jalan ke dapur.
Ijat: yaelah pasang gas doang kenapa berdua, kayak cewek mau ke toilet aja.
Deny: biar kalo salah satu mati masih ada yang gantiin.
Gue dalem hati: anjing lu Den wkwk.
Irfan: eh bentar, gasnya udah beli emang?
Mira: OHH IYAAA GASNYA BELUM BELI!!