Arc II
Part 13
Masa pacaran dengan Erin
Jujur, masa pacaran dengan Erin adalah masa pacaran terbaik bagi gue. Tidak ada tuh masa awal pacaran drama luluh cuma karena emot cium, lalu 2 bulan kemudian malah ngamuk. Atau drama pengertian, lalu bulan berikutnya pake emot senyum namun ngediemin.
Masa pacaran yang kita alami benar-benar alami, mengalir, dan yang pasti benar-benar saling mengisi satu sama lain. Jokes kita nyambung, kalo ga nyambung pun kita tetep ketawa entah ngetawain apaan.
Bisa dikatakan sifat dan sikap toxic selama berpacaran dengannya hampir tidak pernah ada, atau bahkan mungkin tidak ada sama sekali.
Gue sebagai cowok bisa merasakan kalau carenya Erin benar-benar natural, ga dibuat-buat.
Pengen banget rasanya kalo gue ketemu dengan orang tuanya Erin, gue bersimpuh di kaki mereka dan berterima kasih karena telah melahirkan perempuan paling sempurna di dunia ini.
Seminggu pacaran dengan Erin
Seminggu pacaran dengannya, kita tetap berkomunikasi sebagaimana biasanya. Hanya saja memang lebih intens.
Bahan obrolan kita bisa dikatakan hampir tidak ada perubahan, tidak harus dibuat-buat harus begini begitu karena memang dari awal kita udah sama-sama cocok.
Kalo gue amati dari pengalaman sekitar, justru yang bikin masa pdkt asik lalu pas pacaran awkward adalah karena merasa adanya keharusan berbeda dalam komunikasi jika telah pacaran.
Seminggu berpacaran dengan Erin, kita sama-sama ga mikirin jika orang lain harus tau atau engga tentang hubungan kita. Kita jalani seperti biasanya. Ga harus tiap ke kantin bareng.
Bullshit lah kebanyakan teori soal pacaran yang beredar di medsos. Gue dan Erin tidak seperti itu.
Bahkan setelah seminggu kita pacaran, belum ada yang tau kalo kita pacaran baik di kelas gue atau di kelas Erin. Tapi soal gosip kita telah pacaran memang tersebar akibat Ferda yang ngirim foto ke panitia angket.
Karena angket itu, tiap gue dan Erin sedang bareng di luar, tatapan mereka seolah sudah memaklumi bahwa kita adalah pasangan.
Sikap Rika
Rika masih bersikap seperti biasanya, masih duduk di sebelah gue, masih suka ngikut gue ke kantin, hanya saja intensitas dia ikut ke kantin mulai berkurang.
Rika: egiii.. Kamu masih inget kakak aku kan?
Gue: hmm?
Rika: dia bocor banget tau, pake cerita-cerita ke bokap nyokap aku kalo kamu dateng ke rumah.
Gue: kenapa?
Di sini Rika akhirnya cerita kalo selama pacaran dengan pacar-pacar sebelumnya, seisi rumah Rika tidak suka. Rika cerita kalau bokapnya itu bisa menilai orang dari sorot matanya, bokapnya langsung ga suka. Dan beragam cerita lain soal mantan-mantannya Rika yang hampir semua tidak disenangi oleh keluarga Rika.
Rika pun cerita soal Kiki (kakaknya Rika), yang disebut punya ‘sesuatu’ yang bisa membantu Kiki mengetahui sifat seseorang saat pertama kali bertemu. Ketika Rika menceritakan itu, gue bertanya,
Gue: kalo aku?
Rika: kata kakak aku kamu baik kok.
Ucap Rika diiringi dengan senyum kejujuran namun terlihat jelas tersimpan banyak cerita soal ucapan kakaknya tentang gue.
Gue: serem ya Kiki.
Rika: kok serem??
Gue: kayak adeknya ini.
Rika tertawa kecil sembari memukul lengan gue.
Rika: Aku ga serem tauu..
2 minggu pacaran dengan Erin
Ketika sedang mempersiapkan laptop di depan kelas untuk presentasi, gue lupa untuk mengambil flashdisk yang tergeletak di meja gue. Jadi gue berniat meminta tolong pada Erin untuk mengambilkannya.
Gue: rin.
Erin: iyahh yang?
Sumpah, bahagia banget gue tiap dia nyaut.
Lalu sekelas tetiba hening.
“Heeemmmmm…”
Sekelas berdehem panjang sebagai tanda bahwa akhirnya mereka mengetahui bahwa kita sudah berpacaran.
Erin yang menyadari bahwa responnya membuat satu kelas mengetahui status kita sekarang, langsung tertunduk, menggigit bibir bawahnya sembari tersenyum malu dan wajahnya memerah.
Akhirnya gue ga jadi meminta tolong pada Erin, lalu mengambil flashdisknya sendiri dan melanjutkan persiapannya di depan kelas.
“Itu Ferdanya buang aja lah, ngerusak pemandangan doang.”
Ujar salah seorang anak di kelas yang diiringi tawa sekelas.
Dosen cewek: kalian pacaran?
Yaelah nih dosen pake memperjelas segala sih anjir. Pake senyum-senyum segala pula.
Gue dan Erin saling tatap lalu tersenyum bersama. Gue rasa dengan melihat kita seperti itu, dosennya langsung paham kalau jawabannya adalah “IYA!”
Gue: presentasinya kita mulai ya.
Ucap gue untuk mengubah fokus warga kelas ke presentasi.
Kelar presentasi
Seperti biasa kita berdua duduk bersebelahan. Di saat yang lain sedang fokus ke depan memperhatikan grup berikutnya presentasi, terbesit pikiran iseng. Dengan ujung-ujung jari ini, gue mengelus punggung tangan Erin yang memiliki bulu halus.
Erin: esh..
Erin langsung menunjukkan reaksi geli sekaligus merinding saat gue melakukan itu hingga menaikkan bahunya.
Erin membalas keisengan gue dengan tatapan penuh cinta, malu dan tersenyum. Tau lah ya gimana ekspresi cewek saat diisengin pacarnya.
Erin: merinding tau yangg..
Bisik Erin yang salting dengan wajah yang memerah sembari menyilangkan kedua tangannya menutupi bagian yang ditumbuhi bulu halus itu. Erin sesekali masih menaikkan bahunya yang menunjukkan bahwa keisengan gue tadi masih membuat dirinya merinding.
Gue pun juga tersenyum melihat ekspresi Erin yang demikian imutnya.
Gue: jadi pada tau deh.
Erin: iya hehe.
Yap, 2 minggu pacaran waktu itu adalah momen transisi dari sekedar panggil nama, jadi panggil sayang. Hal itu membuat Erin kelepasan memanggil gue “yang” di depan kelas tadi.
Awal tau SNSD
Suatu hari di Cimore, ada 1 orang yang kerjaannya ngeliatin HP di saat yang lain sedang mengobrol. Kalo ga ngegame, ya nonton video..
Sampe suatu ketika salah seorang anak Cimore mencabut kabel headset dari HP orang itu dan terdengarlah suara dari video yang sedang dia dengar.
Langsung pada nimbrung wkwkwk.
Mata gue tertuju pada 1 cewek yang gue anggap sangat mirip dengan Erin, selama video berputar, mata gue hanya tertuju pada 1 cewek itu.
Sampai tiba-tiba..
“HUANNNJJJIIIINGGGGGG!!”
1 tongkrongan bubar karena ada 1 orang yang kaget melompat di kerumunan pria yang sedang serius menonton video itu. Pada kaget karena dikira ada apaan.
Deny: anjing ni orang, kirain ada apaan. Gataunya cuma kecoa asw!
Sore harinya
Ketika sedang jalan dengan Erin, gue menceritakan apa yang terjadi di Cimore. Yap, Erin sudah mengetahui kalo gue nongkrong di sana. Erin ketawa cantik ga berhenti membayangkan sekumpulan pria bubar karena kecoa.
Gue: liat nih yang, mirip kamu.
Ucap gue sembari menunjukkan foto yang ada di HP gue.
Erin: ya ampun.. Ternyata kamu juga.. hihi.
Erin: temen-temen aku tuh juga bilang kalo aku mirip dia tau yangg..
Setelah memperlihatkan foto itu pada Erin, gue langsung menghapusnya.
Erin: kok dihapus??
Gue: ada yang lebih baik kok.
Ucap gue sembari swipe ke foto selfie kita berdua saat di Jogging Track.
Erin langsung mencubit lengan atas gue sembari tersenyum manis.
no quote