Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Gue ya gue

Part 32

Kini gue tepat berada di belakangnya. Perlahan gue melingkarkan lengan gue di pinggangnya. Erin sempat kaget.
Erin: eh?! Ih abang ngapain??

Gue meletakkan kepala gue di bahu kirinya Erin, terlihat kalau Erin merasakan geli saat gue meletakkan bahu gue.
Gue: mau peluk pacar, masa ga boleh.

Akhirnya Erin memegang lembut tangan gue yang kini berada di depan perutnya.

Awalnya gue masih menjaga jarak supaya pinggang gue tidak terlalu dekat karena takut Rafael akan bersentuhan dengan sesuatu yang menyembul itu. Namun baru saja membayangkan, Rafael justru semakin tegak setelah tadinya sudah tegak seperti biasanya di pagi hari.

Akibat dorongan libido di pagi hari, gue nekat mendekatkan pinggang gue ke arah Erin. Terjadilah turbulensi lembut antara Rafael dengan sesuatu yang lembut itu. Terasa sekali betapa padat dan menyembulnya pantat Erin.

Erin yang merasakan sesuatu yang keras di pantatnya dan mengetahui apa dan milik siapa itu, langsung memutar badannya karena panik. Kini kami berdua berhadap-hadapan.

Gue kira Erin marah atas apa yang gue lakukan. Namun melihat ekspresi wajahnya, Erin mengetahui apa yang ada dalam pikiran gue, pacarnya, terhadap dirinya. Raut wajahnya seolah mengatakan bahwa dirinya juga menginginkan hal ini, namun tidak siap dan merasa ini terlalu cepat.

Gue menatap wajahnya dalam-dalam, Erin salah tingkah. Tangan kiri gue mengelus kepalanya lalu mengarah ke belakang. Tangan kanan gue melingkar di pinggangnya ke belakang. Dengan kedua tangan ini, gue menarik Erin dengan lembut supaya lebih dekat.

Mata Erin terbuka lebar disertai wajahnya yang merona dengan ekspresi terkejut. Kini Rafael menyentuh perutnya. Gue yakin Erin turut merasakan sentuhan Rafael. Tangannya terlihat menahan bagian pinggang gue karena merasakan sentuhan itu.

Perlahan gue mendekatkan wajah gue pada wajahnya. Mata yang tadinya terbuka lebar karena terkejut kini meredup menjadi sayu. Bibir yang tadinya sedikit terbuka akibat tidak siap kini terbuka bersiap untuk menyambut apa yang diinginkan pacarnya.

Cup, bertemulah bibir kami satu sama lain. Sebagai permulaan, aku sekedar mengecup bibir atas dan bawahnya secara bergantian. Kemudian kuhisap bibir atas nya dengan lembut, Erin pun turut menghisap bibir bawahku dengan lembut. Lalu aku mulai menggigiti bibir atasnya dengan lembut, Erin pun turut melakukannya pada bibir bawahku.

Kini aku beralih pada bibir bawahnya, kuhisap lembut bibir bawahnya dengan lembut. Kini pun Erin menghisap bibir atasku dengan lembut. Aku beralih ke bibir atasnya, namun kali ini kuhisap dengan kuat, Erin seketika menggigit bibir bawahku karena terkejut akibat ulahku dan juga libidonya yang seketika naik akibat perbuatanku.

Tangan kananku yang tadinya sekedar berada di pinggang, perlahan turun menuju pantatnya yang menyembul. Begitu terasa rabaan itu yang mendaki dari lembah pinggang yang begitu cekung menuju bukit yang cembung.

Aku dapat merasakan Erin begitu terkejut.
Erin: huh..
Keluh Erin di tengah ciuman yang terjadi, hisapan ku pada bibir atasnya sempat terlepas sesaat diiringi tangan kiri Erin yang tadinya berada di depan perutku karena keberadaan Rafael di perutnya.

Namun kuhisap kembali bibir atasnya dengan lembut, membuat Erin tak mampu menolak apa yang kulakukan pada bibirnya dan pantatnya. Tangan kiri Erin kini berpindah memegang lengan kananku dengan lebut.

Bersamaan dengan aku yang menghisap bibir atas Erin dengan kuat, aku meremas pantatnya dengan lembut. Beriringan dengan remasanku pada pantatnya, pegangan tangan kiri Erin pada lengan kananku pun juga menguat.

Karena gemas dengan betapa padat dan menyembulnya pantat Erin. Remasan tangan kanan gue pada pantatnya pun semakin keras, membuat pegangan tangan kiri Erin pada lengan kananku semakin kuat.

Erin: hmmpsss…
Desah Erin tertahan ciumanku pada bibirnya.
Nafas Erin semakin berat, demikian juga nafasku. Gue melepas sebentar ciuman ini untuk melihat wajah pacarku. Betapa merah wajahnya, betapa sayu matanya, kedua bibirnya sedikit terbuka diiringi dengan hembusan nafasnya yang sudah begitu memburu.

Aku yang merasa tidak adil pada kedua tanganku, kini juga turut menurunkan tangan kiri gue dari kepala Erin menuju ke punggung, mengelus lembut punggungnya untuk menenangkan Erin yang libidonya meninggi akibat perbuatanku.

Kukecup kembali bibirnya dengan langsung menghisap dengan kuat bibirnya atasnya. Terdengar tarikan nafas Erin dengan suara yang berat menyambut ciumanku. Tangan kiri ku semakin turun menyusuri lembah yang demikian cekung menuju bukit yang demikian cembung itu.

Kini kedua tanganku berada di pantat yang padat dan menyembul itu.

Ku-sinkronkan antara ciumanku dan tanganku. Ketika tanganku meraba-raba pantatnya, kuhisap lebut bibir atas dan bawahnya bergantian. Namun seketika kuhisap kuat-kuat bibir atasnya bersamaan dengan remasan kerasku pada pantatnya. Terdengar desah kejut Erin pada saat kulakukan hal itu padanya. Membuat Erin semakin kuat menghisap bibir bawahku menyambut apa yang kulakukan pada dirinya.

Erin mendesah tertahan bibirku tanpa henti akibat perbuatanku, desahnya kadang lembut, kadang keras, beriringan dengan apa yang kulakukan pada bibirnya dan pantatnya secara bersamaan. Remasan yang kuat mengakibatkan himpitan antara tubuhku dan tubuhnya membuat Rafael yang sudah semakin tegak dan keras maksimal ini semakin terdesak.

Pegangan tangan kiri dan kanan Erin pada lengan kanan dan kiriku mulai melemah menunjukkan kepasrahannya pada pacarnya. Kini kedua tangan Erin berada di kedua sisi panggulku.

Aku merasakan ada sesuatu yang perlahan mengalir dari dalam Rafael, kurasakan cairan precum perlahan mengalir dari pangkal Rafael menuju ujung hendak keluar.

Menyadari hal itu, aku khawatir kondisi ini semakin jauh. Secara perlahan gue menurunkan tempo perbuatan panas yang menaikkan libido kami berdua itu.

Semakin menurun temponya, semakin ringan pula nafas Erin. Kedua tanganku pun kini beralih punggung dan pinggangnya mengelus keduanya untuk menenangkan sekaligus menurunkan libido Erin secara gentle.

Tempo ciuman semakin menurun, kini aku hanya mengecup kedua bibirnya secara bersamaan. Kedua tangan Erin pun kini juga berpindah dari panggulkan menuju kedua belakang bahuku. Perlahan aku melepas ciuman dari bibirnya. Bibirku berpindah menuju ke keningnya, tangan kiriku yang tadinya di pinggangnya menuju punggungnya, tangan kananku yang tadinya di punggungnya menuju kepalanya. Kedua mengusap lembut untuk mengganti libido menjadi rasa nyaman.

Akhirnya libido yang sudah turun tergantikan rasa nyaman. Aku mengakhiri perbuatanku dengan mengecup kedua kelopak mata Erin disertai senyum tenang.


Pasca Kejadian Itu

Esok harinya, gue mengulangi perbuatan itu. Namun ketika akan menyentuh pantatnya,
Gue: mbull?
Erin dengan mata sayunya mengangguk perlahan.
Erin: pelan-pelan ya bang..

Gue: boleh?
Erin: kemarin ga izin padahal..
Ucap Erin dengan wajah yang begitu imut dan ekspresinya yang berusaha menyalahkan gue karena kemarin tidak izin, tapi sekarang izin. Namun rona wajahnya begitu merah serta senyum-senyum masam.

Erin: sejak kapan kamu mau giniin aku?
Bertanya dengan ekspresi seperti itu, jelas libido gue semakin tinggi.

Gue membalas pertanyaan Erin yang berbisik lembut itu dengan bisikan juga.
Gue: sejak tubrukan pagi itu.

Pasca kejadian itu, gue jadi punya kebiasaan baru. Yaitu mencolek atau bahkan meremas pantat Erin yang padat dan menyembul itu.

Tidak tiap saat. Gue hanya melakukan itu ketika di rumah atau ketika momen tertentu. Hanya ketika kami hanya berdua saja gue mencolek, menepuk atau meremas pantatnya.

Erin yang kini berhadapan dengan gue, pacarnya, yang senang sekali pada salah satu bagian tubuhnya yang demikian padat dan menyembul itu sempat kewalahan dan bingung bila pacarnya sedang ingin melakukan itu.

Namun pada akhirnya, dirinya mulai terbiasa dan menerima bahwa pacarnya, sangat menyenangi pantatnya. Ketika gue mencolek atau meremasnya, Erin yang tadinya menghindar namun tidak menahan tangan gue, kini mulai sekedar senyum karena malu disertai wajahnya yang merona.

Erin: abang ih!
Keluh ronta manja Erin tiap kali gue melakukan sesuatu pada bagian favoritku pada tubuhnya itu.

no quote
 
Terakhir diubah:
Belom keknya.. Masih nunggu lagi, walau udah gemesh ama si Erin kwkw.. Padahal tipikal kaya Erin tuh kalau dipaksa juga bakal nurut entar nya.. Cuma nyari feel aja.. Alah anjir so tau :lol:
Kita semua kalo ketemu orang yang tepat, pasti jadi punya weak spot suhu.
SSI itu alat memperlancar saat bertemu orang yang tepat.
Bukan alat manipulasi untuk menaklukan. Gue dan pemilik asli akun ini sepakat hal itu.
Moral kompas kita gitu. Kalo ada yang beda ya terserah. 😁

"Kini gue tepat berada di belakangnya. Perlahan gue melingkarkan lengan gue di pinggangnya. Erin sempat kaget.
Erin: eh?! Ih abang ngapain??"
Gue: mau gesek-gesek sedikit mbul...
:pandajahat: :pandajahat::pandajahat::pandaketawa::pandaketawa::ngacir::ngacir::ngacir:
:haha:

lucu amat erin, nyari dimana ya yg kaya gitu:)
Ada tuh di kulkas. 😀
 
Erin: sejak kapan kamu mau giniin aku?
Bertanya dengan ekspresi seperti itu, jelas libido gue semakin tinggi.

Gue membalas pertanyaan Erin yang berbisik lembut itu dengan bisikan juga.
Gue: sejak tubrukan pagi itu. Rafael Makin terbang ke angkasa mencari sarangnya.. ditempat mbul!!!
hihihiii..
so sittt...
 
Erin: sejak kapan kamu mau giniin aku?
Bertanya dengan ekspresi seperti itu, jelas libido gue semakin tinggi.

Gue membalas pertanyaan Erin yang berbisik lembut itu dengan bisikan juga.
Gue: sejak tubrukan pagi itu. Rafael Makin terbang ke angkasa mencari sarangnya.. ditempat mbul!!!
hihihiii..
so sittt...
bagian ini yg bikin pusing.
prnh ditanya pertanyaan serupa, jd tau gmn rasanya.
serrrrrr.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd