~Zehnter Teil!~
Aku sampai didepan kamar Dhea, di pintu kamar tergantung sebuah gantungan bertuliskan
P.A.D.K 
J.S.
Gantungan yang dia buat sendiri saat dia sedang liburan di rumah nenek-nya, gantungan dengan ukiran yang semrawut kalau kata diriku, hahaha, maaf ya sayang..
Aku ketuk pintu itu dengan cukup kuat tanpa memanggil dirinya...
Tokk, tokk, tokk!!!
Tidak ada jawaban sama sekali, aku ketuk lagi pintu kamar Dhea, kali ini aku memanggil dirinya..
Tokk. tokk, tokk!!!
"Dheaa, kamu didalam?, Dheaa?"
Masih tidak ada jawaban juga, aku buka pintu kamar Dhea tanpa permisi, ternyata tidak terkunci..
Cklekk..
"Dheaaa, eehh..."
Saat aku membuka pintu kamar Dhea, aku tidak melihat ada siapa-siapa di dalam...
"Loh, kok ga ada orang yaa, kan kata Mama ada di kamar..."
Aku lalau mencari Dhea ke arah kamar mandi yang berada di sudut kiri ruangan kamar Dhea...
Aku mendengar ada suara orang bernyanyi dari dalam sana, aah, ternyata Dhea ada di kamar mandi, tapi masa iya dia baru mau mandi sih, kan tadi kata bibi dia lagi
Make Up, kalau bener baru mandi, aku mesti nunggu berapa lama ini untuk nungguin dia pake
Make Up dan sebagainya.
"Mending Aku tunggu dia di sofa situ aja deh.."
Aku lalu menuju Sofa yang terletak di dekat Kasur milik Dhea, disaat aku berjalan, pandangan mataku melirik ke kumpulan buku-buku Novel yang tersusun rapi di Rak Buku, aku menghentikan langkah ku dan beralih kearah susunan Novel itu.
"Kok aku baru sadar ya, ni anak koleksi Novelnya banget banget..."
Ckleekk!!!
"Eehh..."
Di saat aku masih asik melihat-lihat koleksi Novel Dhea, aku mendengar suara pintu terbuka, dan aku melihat kearah pintu masuk kamar Dhea, di sana ada Ibunya Dhea yang melihat diriku sendirian, tanpa melihat ada Dhea.
"Eh, Ian, Dhea-nya mana? kok kamu sendiri?"
"Dhea lagi di kamar mandi mah, ga tau lagi ngapain..."
"Oooh, yasudah, Mamah cuma mau pamitan aja kok, soalnya udah mau pergi ke bandara..."
"Pesawat jam berapa mah?"
"Pesawat jam set 9 kok, maka dari itu mau pergi sekarang..."
"Oooh, Hati-hati ya mah, salam buat semua yang di Jogja..."
"Iya, iya, Mama titip Dhea yaa, bilangin juga sama dia kalau Mama sama Papa udah pergi.."
"Oke Mah.."
Aku mengantar kedua Orang Tua Dhea keluar dari rumah, mereka bilang supaya aku nanti jangan nakal-nakal di UK nanti, aku iya kan saja...
*****
Daripada aku masuk ke kamar Dhea, lebih baik aku menunggu dirinya di ruang keluarga saja sambil membaca sebuah majalah.
Sudah Tiga Puluh menit aku menunggu Dhea, dan dia masih belum keluar kamar juga, ini mau pergi jam berapa pikir ku, aku sudah mendapat
Whats'app dari adikku bahwa dia sudah sampai di Restoran milik Ibuku beserta keluargaku dan beberapa teman-teman ku juga sudah berada disana.
Ckleekk...
"Eh, Sayang, kamu kapan sampai disini..?"
Aku tersenyum melihat penampilan Dhea saat ini, dia menggunakan sebuah
No Back Dress panjang berwarna Hitam yang tidak memperlihatkan belahan dadanya.
Tidak salah memang kalau dia adalah salah satu
Primadona SMA ku dulu...
"Aku? Sampai Disini? Dari Kapan?"
"Iya, kamu Julian Schwarz!!!! memangnya siapa lagi..?"
"Hahaha, aku udah dari tadi kali, ada kali satu jam aku nuggguin kamu..."
“Kenapa kamu ga Whats’app kalo gitu tadi?”
“Eh, iya ya, hehehe “
“Dasar Oon ih kamu…”
“Jahatnyaaa, pacarnya sendiri di panggil Oon..”
“Ehehehe, gaak kok becanda hehehe, udah yuk jalan, aku udah di kabarin sama adek kamu nih, katanya udah pada ngumpul..”
“Yaudah yuk, Mama sama Papa kamu udah pergi ke bandara…”
“Oh, yaudah gapapa…”
Lalu aku beserta Dhea keluar dari rumah dan langsung masuk ke dalam mobil ku, dan langsung aku jalankan Mobil ku dengan kecepatan sedang…
*****
Sebuah
Farewell Party lah kata anak-anak jaman sekarang, cuma
Farewell Party disini tidak ada Minuman Keras sama sekali, karena banyak yang masih dibawah 21 tahun hehehe…
Saat ini aku sedang mengobrol dengan teman SMA ku, kami mengobrol tentang masa-masa SMA yang Absurd, kenakalan kami saat SMA yang membuat beberapa guru geleng-geleng kepala melihat ulah kami…
“Lo inget gak dulu pas masih MOS, waktu kita pertama kali kenalan?”
“Inget lah kampret, mana bisa gw lupa kejadian itu, sukses lo bikin gw malu satu angkatan hahaha”
“Wuahahaha, abisnya waktu pertama kali gw ngeliat lo pas lagi baris aneh aja, gw pikir ini bule nyasar dari mana sih, makanya gw ketawa-ketawa sendiri, hahahaha”
“Iya, karena lu ketawa-ketawa sendiri kaya orang gila akhirnya gw juga ikut kena gara-gara lu nunjuk-nunjuk gw pas ditanya kenapa lu ketawa, abis dah gw di ceng-cengin..”
“Wuahahaha, iya itu gw inget banget, anak-anak ngira lu bule beneran, dan pada make bahasa Inggris buat nanya-nanya ke elo…”
“Iya, waktu itu gw ladenin aja, dan banyak yang percaya kalao gw belom bisa bahasa Indonesia waktu itu, padahal mah dari kecil udah bisa wuakakaka…”
“Tapi abis itu yang elo ditanya pake bahasa Indonesia sama guru, kenapa lu pake muka cengo dah…wkwkwkwk?”
“Itu sengaja aja, karena gw sering liat kalau ada bule, pasti sering di ceng-cengin pake bahasa yang dia ga ngerti, dan ternyata bener, gw di ceng-cengin sama guru-guru kampret itu, wkwkwkwk”
“Iya, brengsek banget itu Pak Zul waktu ceng-cengin lo di depan lapangan, satu angkatan ketawa semua, dan cuma lo yang masih tahan make muka kaga ngerti, wuakakakaka…”
“Tapi kan abis itu kena epic moment-nya kan? Wuakakakaka”
“Oh iya, yang elu minta Mic, terus lu ngomong ‘Saya ngerti loh apa yang bapak ucapin tadi’ sumpah itu Epic bener anjirr, langsung diem semua beberapa detik, terus langsung pada ketawa kenceng bener Wuaakakakaka…”
“Lu kalo liat raut muka-nya Pak Zul pasti makin ngakak deh, Mukanya langsung pucet gitu, kaya lagi ke gep maling jemuran sama warga, wuakakakaka”
Banyak hal yang kami bicarakan malam itu, Dhea?, dia sedang bergabung bersama teman-teman ku yang perempuan, ada adikku juga disana, dan ada
Dia, ‘
Kakak’ ku, aku melihat dia sedang bercanda dengan Dhea dan Anna, aku senang melihat
Dia bisa tersenyum dan tertawa lepas malam ini…
Di saat aku sedang memperhatikan mereka, seorang temanku bertanya tentang
Dia...
“Eeh, bray, itu Kakak lo udah punya gandengan belom sih..?”
“Mana gw tau, tanyain aja gih sendiri…”
“Gak ah, malu gw, Kakak lo kan salah satu Mantan Primadona SMA kita dulu, sebelum dia lulus, gw denger-denger dia ga pernah pacaran yaa?”
“Hahaha, selama ini sih gw ga pernah liat dia jalan sama cowok, ga tau juga sih gw, lagian kan itu urusan pribadi dia…”
“Iya, soalnya kan nempel mulu sama lo, dari pas MOS juga udah nempel sama lo, bahkan banyak yang gosipin kalo lo jadian sama dia…”
“Enggak lah, kan gw udah kenal dia dari SMP dulu, makanya kita udah kenal deket, lagian dulu kita pernah jadi tetangga pas lagi SD, cuma mereka pindah rumah, eh ketemu lagi pas SMP..”
Sebenarnya ada cerita tentang Aku dan
Dia yang Teman-teman SMA ku yang tidak mereka ketahui, bahkan Dhea pun tidak tau, karena aku tidak mau membuat
Dia sedih lagi, jadi aku tidak mau mengungkit cerita lama…
*****
Acara sudah selesai, semua tamu sudah pulang, keluargaku juga sudah pulang, saat ini aku bersama Dhea masih duduk bersantai di tempat
Favorite kami berdua.
Di sebuah Taman yang tidak jauh dari rumah Dhea, tepatnya di dalam Komplek perumahan Dhea, ada sebuah Taman yang sangat indah, terdapat sebuah Danau Buatan yang cukup luas.
Kami berdua Duduk di sebuah Bangku kayu yang langsung menghadap ke Danau, saat ini Dhea sedang duduk menyandarkan kepalanya di dadaku sambil memeluk pinggang ku, dan aku merangkul pundak kanannya.
“Kamu janji ya sama aku, jangan nakal-nakal di sana…” Dia menatap mataku sambil berkaca-kaca
“Iya, aku janji sama kamu..” ku kecup lembut ubun-ubun kepalanya san sambil mengerat'kan rangkulan ku kepadanya.
“Yang, Dingiiinn..”
“Yaudah yuk, pulang aja kalau kamu dingin, lagian ini udah malem…”
“Pulangnya nanti dulu, Peluk doongg, dingin niih…”
Goddammit Girls, kenapa mesti pakai Kode-kode’an sih, kan cowok itu kurang peka terhadap Kode, kenapa ga bilang langsung aja…
“Iya, iya, bentar, aku buka jas dulu, Sinii..”
“Ngghh, aku bakal kangen meluk kamu kaya begini..”
“Aku juga…”
Kami berdua menikmati dingin-nya malam ditengah taman ini dengan berpelukan berdua, menghabiskan waktu sebelum kepergianku ke Inggris, Dhea masih memeluk pinggang ku sambil memejamkan matanya.
“Yang… liat aku sini…” Dhea memanggilku dengan pelan..
“Ada apa sayang…”
“Mmpppfffhhhh… uummpphhh mmppfff…..”
Dhea mengecup bibirku dengan lembut, dan langsung aku balas pangutan itu dengan lembut juga…
“Uummpphhh… mmppfffhhhh, mmmpphhh…”
Lima menit kami melakukan
French kiss dengan suasana dingin-nya malam ditengah taman yang sepi ini, akhirnya kami berdua menyudahi
pangutan bibir kami dengan nafas yang
terengah-engah.
“hah… hah… pulang yuk, udah malem, dan makin dingin ini…”
“Yaudah, deh, tapi kamu nginep dirumah ku ya yang…?”
“Eh, aku ga enak..”
“Ga enak sama siapa sih? Sekalian temenin aku, kan aku sendirian dirumah, yaah, mau yaah…?”
“Kan ada Bibi sama Mamang dirumah….”
“Iih, ayo dong Yang, temenin aku dirumah yaahh…”
“Iya deh, terserah kamu, tapi aku minta izin sama orang rumah dulu yaa…”
“Yesss, biar aku aja sini yang minta izin sama mama kamu, yuk pulang…”
“Yaudah yuk…”
Kami berdua berjalan sambil bergandengan tangan menuju mobil ku yang berada tak jauh dari tempat kami duduk tadi…
“Aaawwhh…”
Dhea memekik kesakitan, aku melihat dia mengambil
High Heels-nya yang sebelah kiri patah..
“Kenapa yang..?”
“Ini, Heels ku patah, bentar yaa…”
Dhea melepaskan pegangan tangannya dan melepaskan kedua
Heels-nya, lalu dia menenteng
Heels-nya di tangan kirinya dan tangan kanannya kembali
mengamit lengan ku.
“Eh itu gapapa kamu nyeker gitu?”
“Gapapa, udah biasa kok, hihihi…”
“Bentar…”
Aku melepaskan tangan Dhea dan langsung berjongkok di depannya, Dhea melihat ku dengan tatapan heran..
“Kamu ngapain?”
“Udah naik sini, aku gendong sampai mobil, nanti kaki kamu luka lagi…”
“Hihihi…Happp…”
Dengan sedikit melompat Dhea menaiki Punggung ku dan langsung memeluk leher ku dari belakang, dan langsung ku sambut dengan meletakkan tanganku di kedua paha-nya.
“Uuhhh, Beraattt…”
Nyeesssss!!!!
“Iiihh, apaan siih, aku ga gendut yaaaa…”
“Aduuhhhhh, iya iyaaa, kamu ga gendut, iyaaaa, lepasin dong ini sakit tauu, aaaahh…”
Sebuah cubitan dengan mulus mendarat di dada kiri ku, dan langsung membuatku sedikit merasa kesakitan, kenapa ya, cubitan cewek itu sakit-sakit…
Tapi semua rasa sakit itu teralih kan dengan sebuah tekanan yang aku rasakan di punggungku, tekanan dariii, apa ya yang enak untuk menyebutnya…
Ini si Junior agak mengeras lagi, tau aja kalau ada yang buat enak, aku berjalan kearah mobil ku sambil menggendong Dhea di punggungku, sebenarnya ga berat-berat amat lah.
Tubuh Dhea itu Proporsional kalau menurut ku, dengan tinggi 168cm, berat 54kg, wajah lucu menggemaskan kalau menurutku, rambut lurus panjang sepundak, dengan warna yang sedikit kemerahan, ukuran Dada ? tebak aja sendiri yaa, hahaha.
Sampailah aku di samping mobil ku dan ku buka kan pintu mobil sebelah kiri dan Dhea langsung masuk dan menutup pintunya, dan aku langsung berlalu kearah pintu kemudi.
Aku nyalakan mesin berkapasitas 2.0 liter ini dibekali dengan teknologi
V-TEC Turbo yang mampu menghasilkan tenaga maksimal hingga
320 Ps pada putaran ke
6.500 rpm dan mampu mencapai titik torsi hingga
400 Nm pada putaran ke
2.500 rpm.
Dan berjalan dengan cukup pelan menuju rumah Dhea yang terletak beberapa
Blok lagi dari Taman, ku lihat Dhea sedang
Chatting dengan Ibuku, meminta Izin untuk diriku menemaninya mala mini, dan ibuku menyetujuinya, Dhea mengatakan bahwa kata ibuku tidak masalah.
*Tiinn, Tiinn, Tiinn*
Aku membunyikan klakson mobil ku saat kami sudah sampai didepan pagar rumah Dhea, kulihat Mang Yayat membukakan gerbang dan aku pun memasukkan mobil ku ke dalam halaman rumah Dhea.
Dhea keluar terlebih dahulu, dan langsung masuk kedalam sambil menenteng
High Heels-nya yang patah tadi, aku menuju Mang Yayat untuk mengobrol sebentar.
“Gimana Mang acara Dangdutnya? Hahaha”
“Ya gitu-gitu aja lah Mas, paling goyangan Biduannya aja yang makin Hot kalau makin Malam, ahahaha..”
“Hahaha, bahaya bener ya, Oh iya Mang, itu Pager di Gembok aja, soalnya itu si Tuan Putri mau minta ditemenin malam ini, jadi saya nginep…”
“Oohh, oke deh Mas…”
“Nih Mas, buat beli Rokok, hahaha…”
“Eeh, makasih Mas, wuahahahah…”
Aku menyelipkan uang jajan satu lembar uang merah ke Mang Yayat, buat uang tutup mulut, eh emang perlu yaah…? Hahaha
“Yaudah Mang, saya masuk dulu yaa, selamat begadang dehh..”
“Siap Mass…”
Aku masuk kedalam rumah Dhea, dan ku buka sepatu yang aku gunakan, aku taruh di Rak Sepatu yang berada di dekat pintu masuk rumah ini, lalu aku menuju kamar tamu yang berada di dekat tangga.
Aku masuk dan melepaskan Jas yang aku pakai, dan ku gantungkan di gantungan yang berada didalam lemari, lalu aku menuju kamar mandi yang berada didalam kamar ini, dan aku mencuci muka dan gosok gigi, karena semua sudah ada didalam sini, lengkap.
Mungkin kamar ini selalu
Standby kalau ada tamu yang mau menginap, jadi semua sudah disiapkan.
Setelah itu semua, aku menuju ke dapur untuk membuat minuman, di dapur aku bertemu dengan bibi…
“Eh Bibi, lagi ngapain bi..?”
“Ini lagi bikinin Susu Coklat buat Non Dhea, kan biasanya sebelum tidur non Dhea minta di bikinin Susu Coklat…”
“Oohh, yaudah deh, biar sini bi, aku aja yang buat, bibi istirahat aja udah malam…”
“Ga usah Mas, biar bibi aja..”
“Udah Bi, gapapa, sekalian aja, eh iya bi, ada Teh Hijau ga?”
“Yaudah, deh Mas kalau maksa, Teh Hijau yaa? Bentar Bibi ambilin…”
Aku lalu membuat Susu Coklat untuk Dhea dan tak lama kemudian Bibi memberi ku Teh Hijau, dan langsung meminta izin untuk pergi ke kamarnya untuk beristirahat, aku iya kan saja.
Setelah semua sudah jadi, segelas Susu Coklat dan satu gelas Teh Hijau punya ku, aku taruh kedua minuman itu diatas nampan dan naik ke lantai dua dimana kamar Dhea berada, dengan perlahan aku menaiki tangga.
Dengan perjuangan yang cukup melelahkan akhirnya sampailah aku di depan kamar Dhea, ku ketuk pintu kamar Dhea dengan perlahan.
Tokk, tokk, tok!!
“Ayaangg, buka pintunya dong…”
Belum ada jawaban sama sekali, kali ini aku ketuk lebih keras dari sebelumnya..
TOKK, TOKK, TOKK!!!!
“Dheaaa, bukain doongg….”
“Iyaa sebentaarr….”
Ckleekk…
“Loh kok kamu yang bawain minuman ku..?”
“Aaaaaaaaa….”
*****
~Fortsetzung Folgt!~
