aiko_aileen
Semprot Holic
- Daftar
- 21 Dec 2014
- Post
- 357
- Like diterima
- 295
File 58 Aileen Thrilling Exhibition Part 2
Malam semakin larut saat Ai dengan tubuh polos telanjang bulat berjalan memasuki area TPA Jakarta yang amat sangat luas. Ai menutup hidungnya rapat saat bau busuk dari sisa sisa sampah yang dikumpulkan hari ini menusuk hidung Ai.
Sungguh pemandangan yang kontras sekali, melihat seorang gadis cantik bertubuh mulus malam malam berdiri sendirian di tengah tengah tumpukan sampah berbau anyir itu.
"Wooow..." begitu melewati pintu gerbang lapangan luas itu, tanpa sadar Ai berguman takjub. Suasana TPA itu ternyata begitu rapi dan teratur, jauh dari bayangan Ai yang mengira tempat itu bakal kumuh, kotor dan menjijikkan.
Sejak kursi gubenur di jabat oleh tuan Adiguna, suasana TPA itu memang sudah tidak sekumuh dulu lagi. Dengan tangan dinginnya Adiguna mengubah TPA itu menjadi TPA modern dan hijau, dengan fasilitas pengolahan sampah yang sangat canggih, komplit dengan fasilitas recycle-nya juga.
Sebuah taman asri sepanjang samping lapangan tempat pengolahan limbah itu membuat suasana TPA itu tidak berasa kumuh dan jorok lagi , good job mister gubenur!
Ai sepertinya sudah mulai terbiasa dengan tubuh telanjang tanpa sehelai baju membungkus auratnya itu, hingga kini gadis mungil itu dengan enteng mondar mandir mengelilingi tempat luas itu lupa menutupi payudara besar dan kelaminnya yang terbuka tanpa tutup.
Ai memandang hamparan lapangan luas itu, menemukan koper kedua di padang sampah itu sepertinya bak mencari jarum di tumpukan jarum, masak dirinya harus nyemplung dalam lautan sampah itu demi mencari koper ke dua sih?
Eiiit..., tapi tunggu dulu Ai, bukankah tadi si gembel beraambut gondrong itu sudah memberikan peta buat Ai ya?, teringat peta dari Zlatan tadi Ai menepok jidatnya sendiri yang pikun.
Ai membuka peta dari Zlatan yang tadi ia selipkan di gagang sekop yang ia bawa tadi. Selembar kertas putih itu berisi gambar gambar bangunan yang menunjukkan peta TPA itu.
"nnnghh... ini pintu gerbang, trus ini tamannya ya....ok kalo ga salah berarti sekarang Ai ada di sini nih..." Ai menunjuk gambar taman di peta pemberian Zlatan.
"terus di mana kopernya ya?" Ai menelusuri peta itu lebih teliti dan menemukan sebuah lambang huruf X besar di pojokan peta, tanda X itu terletak di samping gambar gedung pengolahan limbah yang terdapat di pojok bagian paling belakang dari TPA itu. Sepertinya disanalah lokasi tempat koper kedua di kubur.
"Ya, sepertinya di sini nih, ok kalo Ai gitu harus cepat cepat temukan koper nomer dua ini dan segera pergi dari sini nih, sebelum badan Ai keburu ikut bau." Ai mengibas ibaskan tangan di hidungnya mencoba mengusir aroma tak sedap di sekelilinginya itu.
Berdasar petunjuk dari peta dari Zlatan, Ai kemudian berjalan memutari lapangan utama menuju ke bagian belakang gedung tempat pengolahan limbah. Tepat di belakang gedung besar pengolahan limbah itu rupanya terdapat sebuah gudang kecil terbuka tanpa dinding dan hanya beratapkan lembaran lembaran seng. letak Koper kedua rupanya tepat berada di ujung belakang bangunan terbuka itu.
Ai dengan percaya diri berjalan memasuki gudang itu, kali ini yakin koper ke dua dapat ia temukan dan ia dapatkan dengan cepat.
tetapi tidak semudah itu Ai, Deggg... degg, jantung Ai berdebar kencang begitu masuk ke dalam gudang itu dan melihat pemandangan yang terhampar di lantai gudang itu.
"glukk... " wajah Ai langsung tegang dan pucat pasi, saat mengetahui bahwa gudang itu ternyata tidak kosong seperti dugaannya tadi. Ada puluhan pria yang tidur terlelap berdesakan di lantai gudang itu.
Sepertinya mereka adalah para kuli pekerja TPA dan para pemulung yang biasa bekerja di TPA itu sehari hari. Tubuh tubuh yang bergeletakan dan rata rata telanjang dada itu nampak kekar dan hitam legam terbakar terik matahari.
Ai berdiri ragu ragu di depan gudang itu, ada sekitar 100 pria tertidur di gudang itu, dan sewaktu waktu salah satu dari pria itu mungkin bangun dari tidurnya dan memergoki Ai malam malam sendirian di dalam TPA itu.
Ai melirik tubuh-nya kemudian menyilangkan tangannya menutupi puting payudara dan selangkangannya lagi, yang jadi masalah sekarang adalah kondisi tubuh Ai yang telanjang bulat tanpa sehelai kain-pun menutupi auratnya, bisa dibayangkan apa yang terjadi kalo para pria pekerja yang sebagian besar adalah imigran dari desa itu terbangun dan menemukan seorang gadis cantik bertubuh semok telanjang bulat di sarang mereka.
Para pekerja itu rata rata sudah pergi berbulan bulan meninggalkan istri di desanya, berbulan bulan tak melampiaskan nafsu biologisnya tanpa berhubungan badan dengan istri mereka, dapat di bayangkan seberapa besarnya tekanan libido masing masing pekerja itu sana ini.
Pikiran Ai berputar putar antara memilih lari meninggalkan TPA itu secepatnya atau tetap mengambil koper di dalam gudang untuk menyelamatkan teman temannya.
"Najwa..., Ai harus menolong Najwa" teringat nasib Najwa sahabatnya, Ai meneguhkan tekadnya untuk tetap mengambil koper kedua meski dengan resiko di gangbang oleh para pemulung dan kuli pekerja TPA itu.
"lakukan dengan hati hati dan tanpa suara Ai, ayo kamu bisa" Ai menyemangati dirinya sendiri.
Berjalan mengendap endap, Ai melangkahi satu persatu tubuh pria pria yang berserakan di lantai gudang itu, Ai berjinjit sepelan mungkin dan sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara sedikitpun.
Tubuh putih telanjang Ai bergerak pelan di antara tubuh tubuh hitam legam itu hingga sampai di ujung gudang.
Ai berhenti tepat di bagian belakang dari gudang itu, di mana terdapat sebuah tulisan voucher dua tergores dengan jelas di permukaan tanah di tempat Ai berdiri sekarang.
Ai menggerutu dan menarik nafas sebel karena letak posisi tulisan itu ternyata sangat dekat bersebelahan dengan tubuh seorang kakek tua yang tergeletak tertidur pulas di lantai. Ai harus sungguh berhati hati menggali tanah di sekitar tubuh terlelap itu supaya si kaket itu tidak terganggu dan terbangun dari tidur lelapnya.
Ki Anom merupakan kuli pekerja paling tua dan senior di TPA itu, sudah bertahun tahun kakek tua itu mengabdi di situ.
Ai mengedarkan pandangan ke sekeliling gudang memastikan tidak seorangpun yang masih terbangun. Udara dingin menina bobo-kan para pekerja yang kelelahan itu.
Ai mengangkat sekop di tangannya dan bersiap menguruk permukaan tanah tempat koper kedua di simpan saat tiba tiba Sugeng, salah satu pemulung di TPA itu mengigau dan memanggil manggil nama istrinya dalam tidurnya.
"Oooh, Darmi, aku kangen sama kamu nduk.., ooohh!!" Terdengar suara jelas dari belakang Ai yang membuat jantung Ai serasa copot.
Ai diam membeku tak berani bergerak, bisa gawat nih kalo Sugeng sampai bangun.
Sugeng terus mengigau dan membolak balik tubuhnya. Semenit kemudian Sugeng sudah tenggelam dalam tidurnya lagi.
"Fiuh..." Ai menarik nafas lega mengelap butir butir keringat dingin segede biji jagung di dahinya, suasana tadi bener bener horror buat Ai.
Ai kembali melirik ke tanah yang hendak gali tadi.
"Yah, nih si kakek kenapa pindah pindah sih?" Ai menggerutu lagi, karena posisi tidur si kakek Anom ternyata telah berubah. Kakek Anom tidur menelentang di lantai dengan tangan dan kaki dan tangan terbuka lebar menyerupai huruf X.
Yang bikin tugas Ai tambah sulit adalah karena sekarang posisi tulisan voucher dua di lantai itu kini tepat berada di antara tengah tengah dua kaki kakek Anom yang mengangkang lebar, sedikit di bawah selangkangan kakek Anom.
Wah..., kini Ai harus extra hati hati menggali lubang tempat koper dua di tanam.
Tak... tak...tak dengan sangat berhati hati Ai mengayunkan sekop menggali tanah di depannya, Ai dengan awas mengawasi gerakan kaki Anom. Ai tidak mau sampai gerakan sekopnya kebablasan menghajar selangkangan kakek Anom.
Keringat mengucur membasahi tubuh Ai, tubuh telanjang Ai yang basah kuyup oleh keringat mengkilat kilat sungguh menggiurkan. Butir butir keringat di dada Ai memgalir dan menetes turun dari ujung puting susu Ai. Ooh... tubuh telanjang Ai yang basah itu sungguh sangat menggiurkan sekali.
"Yeah sedikit lagi Ai.." Ai berbisik semangat saat ujung koper kedua mulai terlihat menonjol dari balik tanah.
Ai mengayunkan sekopnya lagi dan lagi hingga kini separuh koper itu mulai terlihat.
Namun sakit semangatnya Ai sampai lupa kalo tepat di samping lokasi Ai menggali, ada kakek Anom yang tidur di sebelahnya.
Sial buat Ai, hentakan sekop Ai yang terakhir rupanya terlalu kuat hingga menimbulkan suara yang cukup keras.
Suara dentingan sekop itu mengagetkan kakek Anom dan tak sengaja membangunkannya dari tidur.
Begitu membuka matanya kakek Anom langsung terperanjat mendapati seorang gadis tanpa busana berdiri tepat berhadapan dengan selangkangannya, gadis itu sangat cantik, berkulit putih mulus.
Dan yang bikin kakek Anom semakin takjub adalah dua gundukan susu Ai yang bulat sempurna dengan puting merah muda yang imut memancung nampak polos terhampar dengan jelas tanpa sehelai kain menutupinya tepat di hadapannya.
"Kyaaa... jangan lihat..." telat menyadari bangunnya kakek Anom, Ai cepat cepat menutupi segitiga kemaluannya menutupi belahan vagina-nya, namun terlambat buat Ai, kakel Anom beruntung sempat melihat bibir tembem vagina Ai pada dinding kemaluan Ai yang di tumbuhi bulu bulu pubis tipis itu.
"Oooh ada bidadari..." kakek Anom mengucek ucek matanya takjub, tuing...di tengah selangkangannya langsung terlihat tongolan membengkak yang mencurigakan.
"Psst kakek, Ai minta tolong jangan rame rame ya,Ai cuman sebentar Ai harus menolong teman Ai yang di tangkap sama orang jahat, please tolong Ai ya" Ai berbisik memohon dan meminta kakek Anom sudah tidak rame dan tidur kembali.
Jangan sampai kakek Anom membangunkan rekan lainnya, wah bisa gawat ini.
Namun kakek Anom malah cengesesan dab bangkit berdiri langsung menghampiri Ai. Ai beringsut mundur sambil berusaha menutupi area vital tubuhnya dengan kedua tangannya, menjauh dari kejaran kakek Anom yang matanya jelalatan menjelajah seluruh lekuk tubuh telanjang Ai.
"Dari mana kamu nduk, sini temani kakek dulu ya.."begitu dekat dengan Ai si kakek cabul itu mencolek bulatan payudara kanan Ai yang tak tertutupi tangan Ai dengan sempurna.
"Kyaaa.. dasar kurang ajar, Ai minta waktu bentar kakek, bentar lagi Ai pergi dari sini" Ai bersungguh sungguh memohon bantuan dari kakek Anom.
Tapi si kakek Anom tak menggubris kata kata Ai,tubuh pria tua yang kekar itu langsung menubruk dan memeluk Ai.
"Kyaaa... lepasin Ai" Ai meronta saat kakek Anom langsung membenamkan wajahnya dan mendusal dusal dalam gumpalam susu Ai. Si kakek cabul itu langsung menciumi dan mencoba mengkenyot susu Ai.
"Dasar kakek cabul..." duag...reflek saja Ai mengayunkan kakinya menendang selangkangan kakek Anom hingga biji pelernya serasa pecah.
"Uuunngh...waduh..biyung, kontiku mbledoss" kakek Anom melenguh dan ambruk ke lantai sangat kesakitan.
"Aduh... maaf maaf kakek, Ai ga sengaja..., maafin Ai kek, bentar lagi Ai pergi dari sini kek" Ai mencoba menolong kakek Anom yang ambruk di lantai.
Ditolong oleh Ai, kakek Anom malah balas me-mentung Ai dengan berteriak kencang membangunkan para pekerja yang lain.
"Bangun... bangun... ada maling... ada maling" kakek Anom berteriak teriak lantang.
"Ehh... jangan ramai kek, ntar bangun semua" Ai panik memandang ke sekelilingi, nampak beberapa kuli mulai terganggu tidurnya karena teriakan kakek Anom.
"Ada maling... ada...akkk....." Kakek Anom tak melanjutkan kata katanya.
Buugh, Ai mengayunkan sekopnya menghajar kepala kakek Anom hingga si tua itu kelenger.
"Aduh maaf..maaf kek" Ai menghampiri kakek Anom tak mengira pukulan pelannya tadi ternyata cukup mematikan buat kakek Anom. Ai mengira masalahnya sudah terselesaikan dengan pingsannya kakek Anom, tapi ternyata Ai salah.
"Hei siapa kamu?!!, malam malam koq ga pake baju!!" Terdengar bentakan keras Sugeng dari belakang Ai.
Degg...Ai langsung mati kutu kali ini, tubuh Ai langsung gemeteran saat menoleh ke belakang dan di lihatnya Sugeng berdiri menghadang di hadapannya.
Di belakang Sugeng berdiri puluhan pria lain berbadan kuat memandang dengan wajah galak ke arah Ai.
"Cantik...cantik.. si eneng cantik banget bos" Jamal yang ada di sebelah Sugeng langsung berteriak senang saat melihat wajah cantik Ai.
"Kulitnya putih bener bos, gluk" pria lain bersuit suit mupeng saat melihat siluet tubuh telanjang Ai.
"Jangan cerewet saja, cepet tangkap dan bawa cewe itu ke sini"perintah Sugeng pada konco konconya, berbadan paling besar dan kuat, otomatis Sugeng menjadi pemimpin tidak resmi dari para pemulung dan kuli kuli itu.
"Ehh lepasin... lepasin Ai" percuma saja Ai meronta saat lima pria bertubuh tegap menangkap dan menyeret Ai ke tengah tengah gudang.
Tsk..tsk decak kagum dan siulan cabul terdengar di seluruh penjuru gudang saat tubuh telanjang Ai di gelandang ke tengah ruangan.
"Cepat bawa ke sini" Sugeng berteriak memanggil kelima pria yang menangkap Ai itu.
Gyut.***ut.. dalam keramaian Sodikun salah satu pria yang menangkap Ai dengan nakal mengambil kesempatan dan meremas susu kanan Ai dengan keras.
"Kyaaa... dasar kurang ajar" dalam kerumunan massa Ai masih sempat menepis tangan Sodikun yang mengkiwil kiwil susunya barusan.
"Empyuk banget, susu-nya gede dan kenyel banget!!" Tawa Sodikun terbahak bahak, Sodikun menjulurkan tangannya lagi hendak menjamah payudara Ai lagi.
Plakk..plak.. dengan gagah berani Ai menampar Sodikun bolak balik hingga Sodikun terjerembab ke lantai.
"Huuuu...Sodikun kalah sama cewe ha...haa..." suara gelak tawa mengejek Sodikun terdengar di seluruh penjuru gudang.
Sodikun berdiri dengan wajah malu dan hendak membalas pukulan Ai, tapi Sugeng langsung menahannya.
"Minggir kamu, biar saya tanya tanya dulu" Sugeng berdehem, dan langsung membuat Sodikun mundur dengan teratur.
Puluhan kuli dan pemulung itu berdiri melingkari dan mengerumuni Ai di tengah tengah mereka, dengan susah payah Ai menutupi ketelanjangannya dari tatapan pria pria itu.
Sugeng berdiri di hadapan Ai, bola mata-nya bergerak memandangi sekujur tubuh Ai dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Sugeng tak ayal meneguk ludah, di hadapan rekan rekannya ia ingin terlihat kuat dan tak tergoda tubuh Ai, tapi gagal total. Konti di balik kolornya menegang sempurna dan nampak menonjol di bawah tubuhnya.
"Siapa kamu? " tanya Sugeng pada Ai yang meringuk ketakutan di tengah tengah gerombolan pria yang kehausan kasih sayang itu.
Sugeng teringat Darmi, istrinya di desa sana, yang selalu berpesan padanya untuk selalu menghargai dan menjaga semua wanita, sama seperti Sugeng menghargai dan memperlakukan Darmi dengan baik. Pesan dari istrinya itu membuat Sugeng dapat mengendalikan dirinya.
"Anu... anu Ai mau cari barang berharga Ai yang hilang kemaren, Ai janji setelah ketemu Ai bakal cepat pergi dari sini" Ai mencoba bernegoisasi dengan Sugeng yang sepertinya orang baik.
"Hmm.. cari barang yang hilang malam malam dan dalam kondisi kaya gini?" Sugeng mengernyitkan dahinya.
"Iya..iya Ai ga bohong, Ai harus cepat menemukan barang itu untuk menolong teman Ai, please bebasin Ai"
Tubuh kuli kuli itu semakin dekat saja mengerubungi tubuh mungil Ai.
"Bohong...bohong bos..., ini cewe pasti maling" Cahyo yang berdiri di belakang Ai dan dari tadi tekun memelototi bokong Ai memprovokasi rekan rekannya.
"Iya bos... pasti di tangannya dia ngumpetin sesuatu itu" seorang pria legam berteriak menunjuk tangan Ai yang mendekap erat dadanya.
"Buka... buka... suruh buka tangannya..." massa yang terprovokasi mulai liar dan tak terkendali.
"Kalo bener maling, kita perkosa rame rame aja bos, biar kapok" hasut Sodikun membuat suasana massa makin panas
Cahyo tak dapat menahan dirinya lagi, buah pantat Ai yang bundar bagai bakpao sungguh menggiurkan. Tangan pemuda itu menjulur dan meraba raba pantat Ai, tanpa Ai bisa menghindarinya.
Bughh.. buggh... baru sedikit saja Cahyo menjamah tubuh Ai, pukulan bertubi tubi dari Sugeng langsung menghajar Cahyo, hingga Cahyo tersungkur di lantai.
"Diam..diam..., semuanya manut sama aku, kalo ada yang berani mencolek cewe ini lagi, bakal langsung aku hajar"Sugeng berteriak menunjukkan otot kekuasaannya meminta massa untuk tenang.
Sugeng-pun kembali datang dan menginterogasi Ai.
"Supaya kami yakin, Ayo tunjukan apa yang kamu sembunyikan di balik tanganmu itu neng..."pinta Sugeng mengikuti kemauan ngawur teman temannya.
Ai menggelengkan kepalanya pelan, sungguh permintaan yang konyol dan di buat buat, karena jelas jelas semua sudah tahu di balik tangannya yang terlipat di dadanya itu Ai hanya menyembunyikan bulatan payudara dan puting susu-nya dari tatapan para pria itu.
"Buka dan tunjukkan tanganmu neng, atau kami yang akan menggeledahmu ramai ramai..." Sugeng serba salah, dirinya tahu betul niat para provokator itu cuma ingin melecehkan Ai, namun sepertinya inilah satu satunya jalan untuk meredam emosi kawan kawannya itu.
"Buka... buka... buka..." suara para provokator bersahut sahutan.
Ai menunduk kebingungan mendengat tuntutan para kuli kuli itu. Apa Ai lari saja ya?
Di saat Ai sedang panik dan ragu menentukan langkah selanjutnya, di lihatnya sekelebat bayang Zlatan yang mengendap endap di belakang kerumunan pria pria yang bergerombol mengerumuni Ai itu.
Zlatan menaruh jari telunjuknya di depan bibir meminta Ai untuk tetap tenang.
Zlatan mengendap ke tempat koper kedua di kubur, dengan isyarat tangannya Zlatan memberi isyarat pada Ai untuk mengulur ulur waktu sementara ia mengambil koper kedua dari dalam tanah.
"Iya.. iya.. Ai buka tangan Ai" akhirnya Ai buka suara menuruti keinginan gila para pria pria itu.
Pelan pelan Ai melepaskan tangan kanan yang melingkar di dadanya turun ke bawah menyusul tangan kirinya yang dari tadi menutupi kemaluannya.
Blooob, begitu lengan tangan Ai yang menahannya hilang, bongkahan gunung kembar di dada Ai langsung melenting dan bulat membesar sempurna.
"Wooow..." decak kagum terdengar di seluruh penjuru gudang menyaksikan payudara Ai yang montok dan padat membusung di dada Ai.
Dua puting berwarna merah muda yang sungguh kontras dengan warna kulit Ai yang putih bersih imut mengacung di puncak susu Ai. Udara dingin yang menerpa tubuh Ai membuat pentil sensitif Ai itu mengeras dan membesar.
"Gede banget...!!" Celetuk para pria itu bergantian. Panorama payudara Ai sungguh membuat para pria dalam ruangan itu sange berat.
"Bersih, gadis ini tidak mencuri...!!"Sugeng berteriak lantang ditengah tengah para pria yang sedang terbius lekuk susu Ai itu.
Namun dasar para provokator itu memang hanya ingin cari gara gara saja dengan tujuan akhir memperkosa Ai, para provokator itu dengan di motori Sodikun dan Cahyo kembali berteriak teriak menyebarkan hasutan.
"Tidak percaya, lebih baik kita geledah ramai ramai saja gadis ini" teriak Sodikun
"Ya... ya setuju, sekalian di remes remes sekalian tuh ceww, tuh susu bener bener ngemesin" provokator mesum yang lain menimpali kata kata Sodikun.
Suasana makin panas, beberapa orang yang sudah tak terkendali berusaha menjulurkan tangan untuk menjamah Ai.
Sugeng nampak susah payah menepis tangan tangan cabul yang datang bergelombang ingin melecehkan Ai itu.
Dari belakang beberapa orang yang terkena hasutan Sodikun berusaha merangsek maju ke tengah kerumunan untuk mengunyel unyel Ai.
"Mundur.... mundur.." teriak Sugeng mencoba menahan para kuli yang coba melecehkan Ai.
Ai dengan panik berusaha menepis-i puluhan tangan tangan yang menjulur berbarengan ke tubuhnya ingin menggrepe grepe tubuh Ai.
Gyut.. gyut... nyot... nyot... beberapa tangan tanpa bisa di cegah lagi berhasil meraba dan meremas bagian tubuh Ai yang sintal dan menonjol.
Payudara dan pantat Ai yang jadi sasaran utama tangan tangan nakal itu, tidak cuma mengelus dan meremas, beberapa cabul-er memanfaatkan kesempatan untuk mencubit puting susu Ai atau menabok dan menampari bokong Ai.
"Aaaah... jangan... jangan hik..hik.." Ai yang ketakutan mulai terisak dan menangis saat tubuhnya rame rame mulai di gerayangi dan jadi bulan bulanan puluhan orang yang mengkeroyoknya.
"Awas...awas..." Sugeng mulai kewalahan menahan desakan gelombang orang orang yang ingin mengobok obok tubuh Ai.
Duugh... si licik Sodikun memanfaatkan kesempatan dan menyelinap di belakang Sugeng dan kemudian dengan tega menghantamkan batu besar di tangannya mengkepruk kepala Sugeng hingga pemulung bertubuh besar kekar itu jatuh ambruk tak sasarkan diri.
Seiring robohnya Sugeng yang dari tadi membela Ai, suasana gudang tempat para pemulung dan kuli itu berkumpul menjadi semakin kacau dan panas. Sodikun langsung mengambil alih pimpinan kawanan buas itu. Beberapa kawan yang setia pada Sugeng memilih keluar dan menjauh dari gudang sambil menggotong tubuh Sugeng.
"tangkap si eneng cantik itu, pegang tangannya supaya dia tak melawan lagi , ayo kita geledah dia ramai ramai " Sodikun maju paling depan berusaha melumpuhkan Ai yang tidak mau menyerah dan tetap melawan gelombang tangan tangan yang maju ingin melecehkannya.
Dengan menuduh Ai sebagai pencuri dan demi ingin menggeledah Ai, Sodikun berhasil mempengaruhi dan menghasut kawanan pekerja itu untuk beramai ramai maju menangkap Ai.
grep... greep tangan tangan kokoh menangkap dan mengkunci pergelangan tangan Ai hingga Ai tak sanggup menepis lagi tangan tangan kotor yang menggerayangi tubuhnya.
"aaahhh.... aaaah... hikk... hikk... jangan dasar kurang ajar aaaahhhh" Ai hanya bisa terisak menangis saat puluhan tangan tanpa bisa di hadang lagi menjarah tubuh telanjang Ai.
Tangan tangan itu berebut meremas dan melecehkan sekujur tubuh Ai, payudara dan bokong Ai tak henti di elus elus, di remas, di cubit dan bahkan di tampar-in.
"Akkkh... sakit..." Ai merintih kesakitan saat seseorang memelintir puting susu kanan-nya, pentil susu Ai yang kiri juga tak kalah menderita karena dari tadi di pencet pencet bergantian oleh orang orang tak di kenal itu.
Ai berusaha meronta namun tangan tangan yang membelenggu tangannya amat kuat.
Beberapa orang memilih berlutut dan berjongkok mengkelilingi tubuh Ai untuk menyentuh paha dan kaki jenjang Ai, tangan tangan kasar menyusup ke sela paha dan ketiak Ai, menggelitik, meraba dan mencakarnya. Hampir seluruh bagian tubuh Ai tak ada yang luput dari gerayangan orang orang hina itu.
Ai yang kewalahan dan kelelahan akhirnya hanya bisa pasrah saja membiarkan tubuhnya di dorong dan di ping pong ke sana kemari, bergantian gerombolan para pekerja itu melecehkan sekujur tubuh Ai.
"minggir... minggir biar saya geledah tempik eneng ini..., jangan jangan di sanalah dia menyimpan barang hasil curiannya" Sodikun maju menyibak gerombolan para pekerja itu.
"jangan... jangan..." Rintih Ai yang ketakutan saat mendengar rencana Sodikun untuk menggeledah kemaluannya.
"Jangan cerewet, Ayo cepat pegangi dia..." Sodikun menampar Ai dan segera memerintahkan orang orang setianya untuk memegang dan menunggingkan posisi tubuh Ai.
Ai meronta namun tak berdaya saat tangan tangan kasar itu membungkukkan dan melengkungkan tubuhnya hingga posisi pantat Ai menungging lebih tinggi dari punggungnya.
"jangan.. jangan..." Air mata berlinang di wajah Ai saat Sodikun duduk berlutut menghadapi pantatnya.
"Buka yang lebar, kita lihat apa yang kamu sembunyikan dalam tempik cantik ini he.. he.." di bantu rekan rekannya Sodikun dengan jahat merentangkan kedua paha kaki Ai ke samping hingga kaki Ai terbuka lebar. Tangan Sodikun mencengkeram dan membelah lebar kedua bulatan bokong Ai hingga liang tempik Ai di tengah kemaluan Ai terlihat jelas.
"wooow... kecil sekali, jangan jangan eneng Ai masih perawan ya..." Sodikun memincingkan matanya berusaha mencari gurat lubang tempik Ai. Mulut tempik Ai yang kecil dan tipis rupanya sangat sulit di temukan.
"Aaaah.... aaaakh... bedebah lepasin Ai..." Ai merintih kesakitan saat jari jari Sodikun menggerilya kemaluannya mencari cari liang tempik Ai yang masih rapat.
"Yeah ini dia ketemu... hee... heee... tempik orang kaya memang ajib, wangi dan sempit banget, jadi penasaran gimana rasanya he.. he..." Telunjuk Sodikun mengulik ulik bibir vagina Ai, hingga telunjuk Sodikun tepat di depan mulut tempik Ai.
Sleeeeppp.... dengan susah payah Sodikun mendorong jari telunjuknya menusuk ke dalam liang tempik Ai, meski dinding vagina Ai berkedut kedut menolak benda asing itu memasuki dirinya, namun Sodikun dengan kasar tetap saja menusuk nusuk kasar tempik Ai hingga satu ruas jari telunjuk Sodikun amblas dalam kemaluan Ai.
"Aaaaaahhh...." Ai merintih kesakitan, tubuh Ai menggelinjang menahan perih yang mendera vagina Ai, kulit dinding vagina Ai yang kering, serasa sobek dan langsung lecet saat telunjuk Sodikun memaksa merogol masuk dalam liang sempit itu.
Ai berusaha meronta menjauhkan dirinya dari telunjuk Sodikun, namun tangan tangan kasar rekan Sodikun memeganginya dengan kencang hingga Ai tak bisa membebaskan dirinya.
"hee... hee... peret banget, ,memek neng Ai masih kaya memek perawan, sempit, singset dan rapet banget, ayo kita jajal lagi..." Sodikun tersenyum jahat bersiap memaksa menjejalkan jari telunjuknya lebih dalam lagi ke dalam liang tempik Ai.
"Aaaiyaaaaa........" Jeritan Ai terdengar melengking tinggi
******
Zlatan melanjutkan pekerjaan Ai yang baru selesai menggali separuh dari koper ke dua, Zlatan menggali dengan cepat berpacu dengan waktu.
Di lihatnya suasana dalam gudang semakin kacau dan panas, Zlatan sudah tidak dapat lagi menemukan sosok Ai yang sudah tenggelam dalam lautan pria pria mesum itu.
"kyaaaaa.... jangan..." lengking rintih kesakitan Ai terdengar menyayat hati, entah kejadian buruk dan memalukan apa yang sedang terjadi pada gadis mungil itu. Jeritan Ai membuat Zlatan mempercepat pekerjaan galiannya.
"Yes... akhirnya dapat juga" Zlatan menarik keluar koper kedua dari dalam tanah.
Setelah mendapatkan koper kedua itu, tugas Zlatan selanjutnya adalah menyelamatkan Ai. Tidak terbayang amarah Kenzo padanya apabila Ai sampai celaka sebelum tuan Kenzo sempat mencicipi dan mereguk nikmat tubuh ranum Ai
Zlatan mengeluarkan detonator bom dari saku celananya, terdapat sepuluh tombol timer bom pada alat itu. Rupanya tadi siang Zlatan sudah berkeliling dan memasang bom pada titik titik utama di TPA itu.
"ya, ada gunanya juga tadi siang aku panas panasan di sini..." dengan wajah dingin di tekannya berbarengan 10 tombol itu berturutan.
Duaar..... duaaar.... duar....begitu tombol itu di tekan berturut turut satu persatu bom yang telah di pasang Zlatan meledak dan menimbulkan kobaran api yang cepat membakar seluruh bangunan di TPA itu.
******
Seluruh ruas jari telunjuk Sodikun nyaris saja menyelusup masuk menodai tubuh Ai, namun sesaat sebelum itu terjadi, ledakan ledakan beruntun terdengar dari seluruh TPA itu, mengejutkan seluruh penghuni TPA.
Sodikun terperanjat kaget, jari telunjuknya spontan tertarik keluar dari liang vagina Ai saat sebuah ledakan terdengar kencang di atap gudang tempat istirahat para pemulung dan kuli TPA itu, ledakan itu langsung membuat atap jerami gudang terbakar hebat dan ambrol.
"Aaaaaaiyaa...." Ai melenguh lega saat tangan kotor Sodikun tercabut dari tubuhnya, Ai jatuh terduduk di lantai, lemas kehabisan tenaga.
Angin malam yang bertiup kencang bagaikan bumbu tambahan yang membuat api yang membakar seluruh bangunan di TPA itu berkobar makin cepat membesar.
"kebakaran... lari... lari...." teriak para pekerja, serentak puluhan pria yang berada dalam gudang itu berhamburan keluar menyelamatkan diri.
Di saat suasana kacau dan orang orang sibuk menyelamatkan dirinya masing masing, Zlatan menyusup di antara orang orang panik itu. Begitu menemukan Ai, Zlatan cepat cepat merengkuh tubuh Ai dan memondong Ai dalam gendongannya.
Saat Zlatan hendak membawa Ai keluar dari gudang itu terdengar rintihan memelas minta tolong.
"tolong... tolong... kakiku terjepit" Sodikun yang jatuh terjerembab saat ledakan di atap gudang tadi mengais ais minta tolong. Kaki kanan Sodikun terjepit reruntuhan besi besi tulangan atap gudang yang ambruk akibat ledakan tadi.
mendengar jeritan Sodikun, Zlatan yang hendak keluar dari gudang menghentikan langkahnya, suara teriakan Sodikun sungguh memelas dan menimbulkan iba.
"selamatkan dia Zlatan..." Ai dalam gendongan Zlatan berbisik pelan di telinga Zlatan, meminta Zlatan untuk menyelamatkan orang yang baru saja mencelakainya itu.
"hmmm... tentu saja Ai..." Zlatan mengangguk pelan.
Zlatan berbalik arah mendekati Sodikun, sepertinya kali ini Zlatan patuh pada perintah Ai.
"terima kasih... terima kasih..." Sodikun menyembah nyembah mengucapkan terima kasih.
"berterima kasihlah di neraka nanti...." bisik Zlatan, alih alih menyelamatkan Sodikun, Zlatan dengan dingin malah mengikat kedua tangan Sodikun hingga Sodikun makin sulit melarikan diri keluar dari gudang itu. Belum puas Zlatan kemudian memasukkan sebuah bom kecil ke dalam celana Sodikun.
"jangan... jangan... ampun... ampun...." Sodikun merengek ketakutan saat Zlatan berjalan meninggalkannya keluar dari gudang itu.
Duaarrrr.... terdengar ledakan kecil yang menghancurkan kelamin Sodikun, tapi ledakan kecil itu tidak mematikan buat Sodikun. Zlatan sepertinya sengaja membiarkan Sodikun mati perlahan terbakar di dalam gudang itu.
"Akkkkkhhh......." Sodikun melengking kesakitan saat sedikit demi sedikit tubuhnya di lalap kobaran api.
******
"Misi kedua sudah berhasil Aileen..." Zlatan menunjukkan koper kedua di jok belakang kepada Ai. Keduanya kini sudah duduk berdua dalam mobil Mercy yang berjalan melaju dengan cepat menuju ke tempat koper ketiga berada.
"terima kasih Zlatan buat pertolongannya tadi." meski dalam hati sangat membenci Zlatan, kali ini Ai harus mengakui kalo tidak ada Zlatan tadi Ai bakal habis jadi bulan bulanan para pemulung dan kuli pekerja TPA itu. Kali ini Ai tulus mengucapkan terima kasih pada Zlatan. Tapi jangan keburu geer dulu Zlatan, tunggu saja Zlatan, apabila semua ini sudah berakhir, Ai berjanji akan menghajar dan memberi pelajaran pada Zlatan dengan tangannya sendiri.
Malam semakin larut saat Ai dengan tubuh polos telanjang bulat berjalan memasuki area TPA Jakarta yang amat sangat luas. Ai menutup hidungnya rapat saat bau busuk dari sisa sisa sampah yang dikumpulkan hari ini menusuk hidung Ai.
Sungguh pemandangan yang kontras sekali, melihat seorang gadis cantik bertubuh mulus malam malam berdiri sendirian di tengah tengah tumpukan sampah berbau anyir itu.
"Wooow..." begitu melewati pintu gerbang lapangan luas itu, tanpa sadar Ai berguman takjub. Suasana TPA itu ternyata begitu rapi dan teratur, jauh dari bayangan Ai yang mengira tempat itu bakal kumuh, kotor dan menjijikkan.
Sejak kursi gubenur di jabat oleh tuan Adiguna, suasana TPA itu memang sudah tidak sekumuh dulu lagi. Dengan tangan dinginnya Adiguna mengubah TPA itu menjadi TPA modern dan hijau, dengan fasilitas pengolahan sampah yang sangat canggih, komplit dengan fasilitas recycle-nya juga.
Sebuah taman asri sepanjang samping lapangan tempat pengolahan limbah itu membuat suasana TPA itu tidak berasa kumuh dan jorok lagi , good job mister gubenur!
Ai sepertinya sudah mulai terbiasa dengan tubuh telanjang tanpa sehelai baju membungkus auratnya itu, hingga kini gadis mungil itu dengan enteng mondar mandir mengelilingi tempat luas itu lupa menutupi payudara besar dan kelaminnya yang terbuka tanpa tutup.
Ai memandang hamparan lapangan luas itu, menemukan koper kedua di padang sampah itu sepertinya bak mencari jarum di tumpukan jarum, masak dirinya harus nyemplung dalam lautan sampah itu demi mencari koper ke dua sih?
Eiiit..., tapi tunggu dulu Ai, bukankah tadi si gembel beraambut gondrong itu sudah memberikan peta buat Ai ya?, teringat peta dari Zlatan tadi Ai menepok jidatnya sendiri yang pikun.
Ai membuka peta dari Zlatan yang tadi ia selipkan di gagang sekop yang ia bawa tadi. Selembar kertas putih itu berisi gambar gambar bangunan yang menunjukkan peta TPA itu.
"nnnghh... ini pintu gerbang, trus ini tamannya ya....ok kalo ga salah berarti sekarang Ai ada di sini nih..." Ai menunjuk gambar taman di peta pemberian Zlatan.
"terus di mana kopernya ya?" Ai menelusuri peta itu lebih teliti dan menemukan sebuah lambang huruf X besar di pojokan peta, tanda X itu terletak di samping gambar gedung pengolahan limbah yang terdapat di pojok bagian paling belakang dari TPA itu. Sepertinya disanalah lokasi tempat koper kedua di kubur.
"Ya, sepertinya di sini nih, ok kalo Ai gitu harus cepat cepat temukan koper nomer dua ini dan segera pergi dari sini nih, sebelum badan Ai keburu ikut bau." Ai mengibas ibaskan tangan di hidungnya mencoba mengusir aroma tak sedap di sekelilinginya itu.
Berdasar petunjuk dari peta dari Zlatan, Ai kemudian berjalan memutari lapangan utama menuju ke bagian belakang gedung tempat pengolahan limbah. Tepat di belakang gedung besar pengolahan limbah itu rupanya terdapat sebuah gudang kecil terbuka tanpa dinding dan hanya beratapkan lembaran lembaran seng. letak Koper kedua rupanya tepat berada di ujung belakang bangunan terbuka itu.
Ai dengan percaya diri berjalan memasuki gudang itu, kali ini yakin koper ke dua dapat ia temukan dan ia dapatkan dengan cepat.
tetapi tidak semudah itu Ai, Deggg... degg, jantung Ai berdebar kencang begitu masuk ke dalam gudang itu dan melihat pemandangan yang terhampar di lantai gudang itu.
"glukk... " wajah Ai langsung tegang dan pucat pasi, saat mengetahui bahwa gudang itu ternyata tidak kosong seperti dugaannya tadi. Ada puluhan pria yang tidur terlelap berdesakan di lantai gudang itu.
Sepertinya mereka adalah para kuli pekerja TPA dan para pemulung yang biasa bekerja di TPA itu sehari hari. Tubuh tubuh yang bergeletakan dan rata rata telanjang dada itu nampak kekar dan hitam legam terbakar terik matahari.
Ai berdiri ragu ragu di depan gudang itu, ada sekitar 100 pria tertidur di gudang itu, dan sewaktu waktu salah satu dari pria itu mungkin bangun dari tidurnya dan memergoki Ai malam malam sendirian di dalam TPA itu.
Ai melirik tubuh-nya kemudian menyilangkan tangannya menutupi puting payudara dan selangkangannya lagi, yang jadi masalah sekarang adalah kondisi tubuh Ai yang telanjang bulat tanpa sehelai kain-pun menutupi auratnya, bisa dibayangkan apa yang terjadi kalo para pria pekerja yang sebagian besar adalah imigran dari desa itu terbangun dan menemukan seorang gadis cantik bertubuh semok telanjang bulat di sarang mereka.
Para pekerja itu rata rata sudah pergi berbulan bulan meninggalkan istri di desanya, berbulan bulan tak melampiaskan nafsu biologisnya tanpa berhubungan badan dengan istri mereka, dapat di bayangkan seberapa besarnya tekanan libido masing masing pekerja itu sana ini.
Pikiran Ai berputar putar antara memilih lari meninggalkan TPA itu secepatnya atau tetap mengambil koper di dalam gudang untuk menyelamatkan teman temannya.
"Najwa..., Ai harus menolong Najwa" teringat nasib Najwa sahabatnya, Ai meneguhkan tekadnya untuk tetap mengambil koper kedua meski dengan resiko di gangbang oleh para pemulung dan kuli pekerja TPA itu.
"lakukan dengan hati hati dan tanpa suara Ai, ayo kamu bisa" Ai menyemangati dirinya sendiri.
Berjalan mengendap endap, Ai melangkahi satu persatu tubuh pria pria yang berserakan di lantai gudang itu, Ai berjinjit sepelan mungkin dan sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara sedikitpun.
Tubuh putih telanjang Ai bergerak pelan di antara tubuh tubuh hitam legam itu hingga sampai di ujung gudang.
Ai berhenti tepat di bagian belakang dari gudang itu, di mana terdapat sebuah tulisan voucher dua tergores dengan jelas di permukaan tanah di tempat Ai berdiri sekarang.
Ai menggerutu dan menarik nafas sebel karena letak posisi tulisan itu ternyata sangat dekat bersebelahan dengan tubuh seorang kakek tua yang tergeletak tertidur pulas di lantai. Ai harus sungguh berhati hati menggali tanah di sekitar tubuh terlelap itu supaya si kaket itu tidak terganggu dan terbangun dari tidur lelapnya.
Ki Anom merupakan kuli pekerja paling tua dan senior di TPA itu, sudah bertahun tahun kakek tua itu mengabdi di situ.
Ai mengedarkan pandangan ke sekeliling gudang memastikan tidak seorangpun yang masih terbangun. Udara dingin menina bobo-kan para pekerja yang kelelahan itu.
Ai mengangkat sekop di tangannya dan bersiap menguruk permukaan tanah tempat koper kedua di simpan saat tiba tiba Sugeng, salah satu pemulung di TPA itu mengigau dan memanggil manggil nama istrinya dalam tidurnya.
"Oooh, Darmi, aku kangen sama kamu nduk.., ooohh!!" Terdengar suara jelas dari belakang Ai yang membuat jantung Ai serasa copot.
Ai diam membeku tak berani bergerak, bisa gawat nih kalo Sugeng sampai bangun.
Sugeng terus mengigau dan membolak balik tubuhnya. Semenit kemudian Sugeng sudah tenggelam dalam tidurnya lagi.
"Fiuh..." Ai menarik nafas lega mengelap butir butir keringat dingin segede biji jagung di dahinya, suasana tadi bener bener horror buat Ai.
Ai kembali melirik ke tanah yang hendak gali tadi.
"Yah, nih si kakek kenapa pindah pindah sih?" Ai menggerutu lagi, karena posisi tidur si kakek Anom ternyata telah berubah. Kakek Anom tidur menelentang di lantai dengan tangan dan kaki dan tangan terbuka lebar menyerupai huruf X.
Yang bikin tugas Ai tambah sulit adalah karena sekarang posisi tulisan voucher dua di lantai itu kini tepat berada di antara tengah tengah dua kaki kakek Anom yang mengangkang lebar, sedikit di bawah selangkangan kakek Anom.
Wah..., kini Ai harus extra hati hati menggali lubang tempat koper dua di tanam.
Tak... tak...tak dengan sangat berhati hati Ai mengayunkan sekop menggali tanah di depannya, Ai dengan awas mengawasi gerakan kaki Anom. Ai tidak mau sampai gerakan sekopnya kebablasan menghajar selangkangan kakek Anom.
Keringat mengucur membasahi tubuh Ai, tubuh telanjang Ai yang basah kuyup oleh keringat mengkilat kilat sungguh menggiurkan. Butir butir keringat di dada Ai memgalir dan menetes turun dari ujung puting susu Ai. Ooh... tubuh telanjang Ai yang basah itu sungguh sangat menggiurkan sekali.
"Yeah sedikit lagi Ai.." Ai berbisik semangat saat ujung koper kedua mulai terlihat menonjol dari balik tanah.
Ai mengayunkan sekopnya lagi dan lagi hingga kini separuh koper itu mulai terlihat.
Namun sakit semangatnya Ai sampai lupa kalo tepat di samping lokasi Ai menggali, ada kakek Anom yang tidur di sebelahnya.
Sial buat Ai, hentakan sekop Ai yang terakhir rupanya terlalu kuat hingga menimbulkan suara yang cukup keras.
Suara dentingan sekop itu mengagetkan kakek Anom dan tak sengaja membangunkannya dari tidur.
Begitu membuka matanya kakek Anom langsung terperanjat mendapati seorang gadis tanpa busana berdiri tepat berhadapan dengan selangkangannya, gadis itu sangat cantik, berkulit putih mulus.
Dan yang bikin kakek Anom semakin takjub adalah dua gundukan susu Ai yang bulat sempurna dengan puting merah muda yang imut memancung nampak polos terhampar dengan jelas tanpa sehelai kain menutupinya tepat di hadapannya.
"Kyaaa... jangan lihat..." telat menyadari bangunnya kakek Anom, Ai cepat cepat menutupi segitiga kemaluannya menutupi belahan vagina-nya, namun terlambat buat Ai, kakel Anom beruntung sempat melihat bibir tembem vagina Ai pada dinding kemaluan Ai yang di tumbuhi bulu bulu pubis tipis itu.
"Oooh ada bidadari..." kakek Anom mengucek ucek matanya takjub, tuing...di tengah selangkangannya langsung terlihat tongolan membengkak yang mencurigakan.
"Psst kakek, Ai minta tolong jangan rame rame ya,Ai cuman sebentar Ai harus menolong teman Ai yang di tangkap sama orang jahat, please tolong Ai ya" Ai berbisik memohon dan meminta kakek Anom sudah tidak rame dan tidur kembali.
Jangan sampai kakek Anom membangunkan rekan lainnya, wah bisa gawat ini.
Namun kakek Anom malah cengesesan dab bangkit berdiri langsung menghampiri Ai. Ai beringsut mundur sambil berusaha menutupi area vital tubuhnya dengan kedua tangannya, menjauh dari kejaran kakek Anom yang matanya jelalatan menjelajah seluruh lekuk tubuh telanjang Ai.
"Dari mana kamu nduk, sini temani kakek dulu ya.."begitu dekat dengan Ai si kakek cabul itu mencolek bulatan payudara kanan Ai yang tak tertutupi tangan Ai dengan sempurna.
"Kyaaa.. dasar kurang ajar, Ai minta waktu bentar kakek, bentar lagi Ai pergi dari sini" Ai bersungguh sungguh memohon bantuan dari kakek Anom.
Tapi si kakek Anom tak menggubris kata kata Ai,tubuh pria tua yang kekar itu langsung menubruk dan memeluk Ai.
"Kyaaa... lepasin Ai" Ai meronta saat kakek Anom langsung membenamkan wajahnya dan mendusal dusal dalam gumpalam susu Ai. Si kakek cabul itu langsung menciumi dan mencoba mengkenyot susu Ai.
"Dasar kakek cabul..." duag...reflek saja Ai mengayunkan kakinya menendang selangkangan kakek Anom hingga biji pelernya serasa pecah.
"Uuunngh...waduh..biyung, kontiku mbledoss" kakek Anom melenguh dan ambruk ke lantai sangat kesakitan.
"Aduh... maaf maaf kakek, Ai ga sengaja..., maafin Ai kek, bentar lagi Ai pergi dari sini kek" Ai mencoba menolong kakek Anom yang ambruk di lantai.
Ditolong oleh Ai, kakek Anom malah balas me-mentung Ai dengan berteriak kencang membangunkan para pekerja yang lain.
"Bangun... bangun... ada maling... ada maling" kakek Anom berteriak teriak lantang.
"Ehh... jangan ramai kek, ntar bangun semua" Ai panik memandang ke sekelilingi, nampak beberapa kuli mulai terganggu tidurnya karena teriakan kakek Anom.
"Ada maling... ada...akkk....." Kakek Anom tak melanjutkan kata katanya.
Buugh, Ai mengayunkan sekopnya menghajar kepala kakek Anom hingga si tua itu kelenger.
"Aduh maaf..maaf kek" Ai menghampiri kakek Anom tak mengira pukulan pelannya tadi ternyata cukup mematikan buat kakek Anom. Ai mengira masalahnya sudah terselesaikan dengan pingsannya kakek Anom, tapi ternyata Ai salah.
"Hei siapa kamu?!!, malam malam koq ga pake baju!!" Terdengar bentakan keras Sugeng dari belakang Ai.
Degg...Ai langsung mati kutu kali ini, tubuh Ai langsung gemeteran saat menoleh ke belakang dan di lihatnya Sugeng berdiri menghadang di hadapannya.
Di belakang Sugeng berdiri puluhan pria lain berbadan kuat memandang dengan wajah galak ke arah Ai.
"Cantik...cantik.. si eneng cantik banget bos" Jamal yang ada di sebelah Sugeng langsung berteriak senang saat melihat wajah cantik Ai.
"Kulitnya putih bener bos, gluk" pria lain bersuit suit mupeng saat melihat siluet tubuh telanjang Ai.
"Jangan cerewet saja, cepet tangkap dan bawa cewe itu ke sini"perintah Sugeng pada konco konconya, berbadan paling besar dan kuat, otomatis Sugeng menjadi pemimpin tidak resmi dari para pemulung dan kuli kuli itu.
"Ehh lepasin... lepasin Ai" percuma saja Ai meronta saat lima pria bertubuh tegap menangkap dan menyeret Ai ke tengah tengah gudang.
Tsk..tsk decak kagum dan siulan cabul terdengar di seluruh penjuru gudang saat tubuh telanjang Ai di gelandang ke tengah ruangan.
"Cepat bawa ke sini" Sugeng berteriak memanggil kelima pria yang menangkap Ai itu.
Gyut.***ut.. dalam keramaian Sodikun salah satu pria yang menangkap Ai dengan nakal mengambil kesempatan dan meremas susu kanan Ai dengan keras.
"Kyaaa... dasar kurang ajar" dalam kerumunan massa Ai masih sempat menepis tangan Sodikun yang mengkiwil kiwil susunya barusan.
"Empyuk banget, susu-nya gede dan kenyel banget!!" Tawa Sodikun terbahak bahak, Sodikun menjulurkan tangannya lagi hendak menjamah payudara Ai lagi.
Plakk..plak.. dengan gagah berani Ai menampar Sodikun bolak balik hingga Sodikun terjerembab ke lantai.
"Huuuu...Sodikun kalah sama cewe ha...haa..." suara gelak tawa mengejek Sodikun terdengar di seluruh penjuru gudang.
Sodikun berdiri dengan wajah malu dan hendak membalas pukulan Ai, tapi Sugeng langsung menahannya.
"Minggir kamu, biar saya tanya tanya dulu" Sugeng berdehem, dan langsung membuat Sodikun mundur dengan teratur.
Puluhan kuli dan pemulung itu berdiri melingkari dan mengerumuni Ai di tengah tengah mereka, dengan susah payah Ai menutupi ketelanjangannya dari tatapan pria pria itu.
Sugeng berdiri di hadapan Ai, bola mata-nya bergerak memandangi sekujur tubuh Ai dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Sugeng tak ayal meneguk ludah, di hadapan rekan rekannya ia ingin terlihat kuat dan tak tergoda tubuh Ai, tapi gagal total. Konti di balik kolornya menegang sempurna dan nampak menonjol di bawah tubuhnya.
"Siapa kamu? " tanya Sugeng pada Ai yang meringuk ketakutan di tengah tengah gerombolan pria yang kehausan kasih sayang itu.
Sugeng teringat Darmi, istrinya di desa sana, yang selalu berpesan padanya untuk selalu menghargai dan menjaga semua wanita, sama seperti Sugeng menghargai dan memperlakukan Darmi dengan baik. Pesan dari istrinya itu membuat Sugeng dapat mengendalikan dirinya.
"Anu... anu Ai mau cari barang berharga Ai yang hilang kemaren, Ai janji setelah ketemu Ai bakal cepat pergi dari sini" Ai mencoba bernegoisasi dengan Sugeng yang sepertinya orang baik.
"Hmm.. cari barang yang hilang malam malam dan dalam kondisi kaya gini?" Sugeng mengernyitkan dahinya.
"Iya..iya Ai ga bohong, Ai harus cepat menemukan barang itu untuk menolong teman Ai, please bebasin Ai"
Tubuh kuli kuli itu semakin dekat saja mengerubungi tubuh mungil Ai.
"Bohong...bohong bos..., ini cewe pasti maling" Cahyo yang berdiri di belakang Ai dan dari tadi tekun memelototi bokong Ai memprovokasi rekan rekannya.
"Iya bos... pasti di tangannya dia ngumpetin sesuatu itu" seorang pria legam berteriak menunjuk tangan Ai yang mendekap erat dadanya.
"Buka... buka... suruh buka tangannya..." massa yang terprovokasi mulai liar dan tak terkendali.
"Kalo bener maling, kita perkosa rame rame aja bos, biar kapok" hasut Sodikun membuat suasana massa makin panas
Cahyo tak dapat menahan dirinya lagi, buah pantat Ai yang bundar bagai bakpao sungguh menggiurkan. Tangan pemuda itu menjulur dan meraba raba pantat Ai, tanpa Ai bisa menghindarinya.
Bughh.. buggh... baru sedikit saja Cahyo menjamah tubuh Ai, pukulan bertubi tubi dari Sugeng langsung menghajar Cahyo, hingga Cahyo tersungkur di lantai.
"Diam..diam..., semuanya manut sama aku, kalo ada yang berani mencolek cewe ini lagi, bakal langsung aku hajar"Sugeng berteriak menunjukkan otot kekuasaannya meminta massa untuk tenang.
Sugeng-pun kembali datang dan menginterogasi Ai.
"Supaya kami yakin, Ayo tunjukan apa yang kamu sembunyikan di balik tanganmu itu neng..."pinta Sugeng mengikuti kemauan ngawur teman temannya.
Ai menggelengkan kepalanya pelan, sungguh permintaan yang konyol dan di buat buat, karena jelas jelas semua sudah tahu di balik tangannya yang terlipat di dadanya itu Ai hanya menyembunyikan bulatan payudara dan puting susu-nya dari tatapan para pria itu.
"Buka dan tunjukkan tanganmu neng, atau kami yang akan menggeledahmu ramai ramai..." Sugeng serba salah, dirinya tahu betul niat para provokator itu cuma ingin melecehkan Ai, namun sepertinya inilah satu satunya jalan untuk meredam emosi kawan kawannya itu.
"Buka... buka... buka..." suara para provokator bersahut sahutan.
Ai menunduk kebingungan mendengat tuntutan para kuli kuli itu. Apa Ai lari saja ya?
Di saat Ai sedang panik dan ragu menentukan langkah selanjutnya, di lihatnya sekelebat bayang Zlatan yang mengendap endap di belakang kerumunan pria pria yang bergerombol mengerumuni Ai itu.
Zlatan menaruh jari telunjuknya di depan bibir meminta Ai untuk tetap tenang.
Zlatan mengendap ke tempat koper kedua di kubur, dengan isyarat tangannya Zlatan memberi isyarat pada Ai untuk mengulur ulur waktu sementara ia mengambil koper kedua dari dalam tanah.
"Iya.. iya.. Ai buka tangan Ai" akhirnya Ai buka suara menuruti keinginan gila para pria pria itu.
Pelan pelan Ai melepaskan tangan kanan yang melingkar di dadanya turun ke bawah menyusul tangan kirinya yang dari tadi menutupi kemaluannya.
Blooob, begitu lengan tangan Ai yang menahannya hilang, bongkahan gunung kembar di dada Ai langsung melenting dan bulat membesar sempurna.
"Wooow..." decak kagum terdengar di seluruh penjuru gudang menyaksikan payudara Ai yang montok dan padat membusung di dada Ai.
Dua puting berwarna merah muda yang sungguh kontras dengan warna kulit Ai yang putih bersih imut mengacung di puncak susu Ai. Udara dingin yang menerpa tubuh Ai membuat pentil sensitif Ai itu mengeras dan membesar.
"Gede banget...!!" Celetuk para pria itu bergantian. Panorama payudara Ai sungguh membuat para pria dalam ruangan itu sange berat.
"Bersih, gadis ini tidak mencuri...!!"Sugeng berteriak lantang ditengah tengah para pria yang sedang terbius lekuk susu Ai itu.
Namun dasar para provokator itu memang hanya ingin cari gara gara saja dengan tujuan akhir memperkosa Ai, para provokator itu dengan di motori Sodikun dan Cahyo kembali berteriak teriak menyebarkan hasutan.
"Tidak percaya, lebih baik kita geledah ramai ramai saja gadis ini" teriak Sodikun
"Ya... ya setuju, sekalian di remes remes sekalian tuh ceww, tuh susu bener bener ngemesin" provokator mesum yang lain menimpali kata kata Sodikun.
Suasana makin panas, beberapa orang yang sudah tak terkendali berusaha menjulurkan tangan untuk menjamah Ai.
Sugeng nampak susah payah menepis tangan tangan cabul yang datang bergelombang ingin melecehkan Ai itu.
Dari belakang beberapa orang yang terkena hasutan Sodikun berusaha merangsek maju ke tengah kerumunan untuk mengunyel unyel Ai.
"Mundur.... mundur.." teriak Sugeng mencoba menahan para kuli yang coba melecehkan Ai.
Ai dengan panik berusaha menepis-i puluhan tangan tangan yang menjulur berbarengan ke tubuhnya ingin menggrepe grepe tubuh Ai.
Gyut.. gyut... nyot... nyot... beberapa tangan tanpa bisa di cegah lagi berhasil meraba dan meremas bagian tubuh Ai yang sintal dan menonjol.
Payudara dan pantat Ai yang jadi sasaran utama tangan tangan nakal itu, tidak cuma mengelus dan meremas, beberapa cabul-er memanfaatkan kesempatan untuk mencubit puting susu Ai atau menabok dan menampari bokong Ai.
"Aaaah... jangan... jangan hik..hik.." Ai yang ketakutan mulai terisak dan menangis saat tubuhnya rame rame mulai di gerayangi dan jadi bulan bulanan puluhan orang yang mengkeroyoknya.
"Awas...awas..." Sugeng mulai kewalahan menahan desakan gelombang orang orang yang ingin mengobok obok tubuh Ai.
Duugh... si licik Sodikun memanfaatkan kesempatan dan menyelinap di belakang Sugeng dan kemudian dengan tega menghantamkan batu besar di tangannya mengkepruk kepala Sugeng hingga pemulung bertubuh besar kekar itu jatuh ambruk tak sasarkan diri.
Seiring robohnya Sugeng yang dari tadi membela Ai, suasana gudang tempat para pemulung dan kuli itu berkumpul menjadi semakin kacau dan panas. Sodikun langsung mengambil alih pimpinan kawanan buas itu. Beberapa kawan yang setia pada Sugeng memilih keluar dan menjauh dari gudang sambil menggotong tubuh Sugeng.
"tangkap si eneng cantik itu, pegang tangannya supaya dia tak melawan lagi , ayo kita geledah dia ramai ramai " Sodikun maju paling depan berusaha melumpuhkan Ai yang tidak mau menyerah dan tetap melawan gelombang tangan tangan yang maju ingin melecehkannya.
Dengan menuduh Ai sebagai pencuri dan demi ingin menggeledah Ai, Sodikun berhasil mempengaruhi dan menghasut kawanan pekerja itu untuk beramai ramai maju menangkap Ai.
grep... greep tangan tangan kokoh menangkap dan mengkunci pergelangan tangan Ai hingga Ai tak sanggup menepis lagi tangan tangan kotor yang menggerayangi tubuhnya.
"aaahhh.... aaaah... hikk... hikk... jangan dasar kurang ajar aaaahhhh" Ai hanya bisa terisak menangis saat puluhan tangan tanpa bisa di hadang lagi menjarah tubuh telanjang Ai.
Tangan tangan itu berebut meremas dan melecehkan sekujur tubuh Ai, payudara dan bokong Ai tak henti di elus elus, di remas, di cubit dan bahkan di tampar-in.
"Akkkh... sakit..." Ai merintih kesakitan saat seseorang memelintir puting susu kanan-nya, pentil susu Ai yang kiri juga tak kalah menderita karena dari tadi di pencet pencet bergantian oleh orang orang tak di kenal itu.
Ai berusaha meronta namun tangan tangan yang membelenggu tangannya amat kuat.
Beberapa orang memilih berlutut dan berjongkok mengkelilingi tubuh Ai untuk menyentuh paha dan kaki jenjang Ai, tangan tangan kasar menyusup ke sela paha dan ketiak Ai, menggelitik, meraba dan mencakarnya. Hampir seluruh bagian tubuh Ai tak ada yang luput dari gerayangan orang orang hina itu.
Ai yang kewalahan dan kelelahan akhirnya hanya bisa pasrah saja membiarkan tubuhnya di dorong dan di ping pong ke sana kemari, bergantian gerombolan para pekerja itu melecehkan sekujur tubuh Ai.
"minggir... minggir biar saya geledah tempik eneng ini..., jangan jangan di sanalah dia menyimpan barang hasil curiannya" Sodikun maju menyibak gerombolan para pekerja itu.
"jangan... jangan..." Rintih Ai yang ketakutan saat mendengar rencana Sodikun untuk menggeledah kemaluannya.
"Jangan cerewet, Ayo cepat pegangi dia..." Sodikun menampar Ai dan segera memerintahkan orang orang setianya untuk memegang dan menunggingkan posisi tubuh Ai.
Ai meronta namun tak berdaya saat tangan tangan kasar itu membungkukkan dan melengkungkan tubuhnya hingga posisi pantat Ai menungging lebih tinggi dari punggungnya.
"jangan.. jangan..." Air mata berlinang di wajah Ai saat Sodikun duduk berlutut menghadapi pantatnya.
"Buka yang lebar, kita lihat apa yang kamu sembunyikan dalam tempik cantik ini he.. he.." di bantu rekan rekannya Sodikun dengan jahat merentangkan kedua paha kaki Ai ke samping hingga kaki Ai terbuka lebar. Tangan Sodikun mencengkeram dan membelah lebar kedua bulatan bokong Ai hingga liang tempik Ai di tengah kemaluan Ai terlihat jelas.
"wooow... kecil sekali, jangan jangan eneng Ai masih perawan ya..." Sodikun memincingkan matanya berusaha mencari gurat lubang tempik Ai. Mulut tempik Ai yang kecil dan tipis rupanya sangat sulit di temukan.
"Aaaah.... aaaakh... bedebah lepasin Ai..." Ai merintih kesakitan saat jari jari Sodikun menggerilya kemaluannya mencari cari liang tempik Ai yang masih rapat.
"Yeah ini dia ketemu... hee... heee... tempik orang kaya memang ajib, wangi dan sempit banget, jadi penasaran gimana rasanya he.. he..." Telunjuk Sodikun mengulik ulik bibir vagina Ai, hingga telunjuk Sodikun tepat di depan mulut tempik Ai.
Sleeeeppp.... dengan susah payah Sodikun mendorong jari telunjuknya menusuk ke dalam liang tempik Ai, meski dinding vagina Ai berkedut kedut menolak benda asing itu memasuki dirinya, namun Sodikun dengan kasar tetap saja menusuk nusuk kasar tempik Ai hingga satu ruas jari telunjuk Sodikun amblas dalam kemaluan Ai.
"Aaaaaahhh...." Ai merintih kesakitan, tubuh Ai menggelinjang menahan perih yang mendera vagina Ai, kulit dinding vagina Ai yang kering, serasa sobek dan langsung lecet saat telunjuk Sodikun memaksa merogol masuk dalam liang sempit itu.
Ai berusaha meronta menjauhkan dirinya dari telunjuk Sodikun, namun tangan tangan kasar rekan Sodikun memeganginya dengan kencang hingga Ai tak bisa membebaskan dirinya.
"hee... hee... peret banget, ,memek neng Ai masih kaya memek perawan, sempit, singset dan rapet banget, ayo kita jajal lagi..." Sodikun tersenyum jahat bersiap memaksa menjejalkan jari telunjuknya lebih dalam lagi ke dalam liang tempik Ai.
"Aaaiyaaaaa........" Jeritan Ai terdengar melengking tinggi
******
Zlatan melanjutkan pekerjaan Ai yang baru selesai menggali separuh dari koper ke dua, Zlatan menggali dengan cepat berpacu dengan waktu.
Di lihatnya suasana dalam gudang semakin kacau dan panas, Zlatan sudah tidak dapat lagi menemukan sosok Ai yang sudah tenggelam dalam lautan pria pria mesum itu.
"kyaaaaa.... jangan..." lengking rintih kesakitan Ai terdengar menyayat hati, entah kejadian buruk dan memalukan apa yang sedang terjadi pada gadis mungil itu. Jeritan Ai membuat Zlatan mempercepat pekerjaan galiannya.
"Yes... akhirnya dapat juga" Zlatan menarik keluar koper kedua dari dalam tanah.
Setelah mendapatkan koper kedua itu, tugas Zlatan selanjutnya adalah menyelamatkan Ai. Tidak terbayang amarah Kenzo padanya apabila Ai sampai celaka sebelum tuan Kenzo sempat mencicipi dan mereguk nikmat tubuh ranum Ai
Zlatan mengeluarkan detonator bom dari saku celananya, terdapat sepuluh tombol timer bom pada alat itu. Rupanya tadi siang Zlatan sudah berkeliling dan memasang bom pada titik titik utama di TPA itu.
"ya, ada gunanya juga tadi siang aku panas panasan di sini..." dengan wajah dingin di tekannya berbarengan 10 tombol itu berturutan.
Duaar..... duaaar.... duar....begitu tombol itu di tekan berturut turut satu persatu bom yang telah di pasang Zlatan meledak dan menimbulkan kobaran api yang cepat membakar seluruh bangunan di TPA itu.
******
Seluruh ruas jari telunjuk Sodikun nyaris saja menyelusup masuk menodai tubuh Ai, namun sesaat sebelum itu terjadi, ledakan ledakan beruntun terdengar dari seluruh TPA itu, mengejutkan seluruh penghuni TPA.
Sodikun terperanjat kaget, jari telunjuknya spontan tertarik keluar dari liang vagina Ai saat sebuah ledakan terdengar kencang di atap gudang tempat istirahat para pemulung dan kuli TPA itu, ledakan itu langsung membuat atap jerami gudang terbakar hebat dan ambrol.
"Aaaaaaiyaa...." Ai melenguh lega saat tangan kotor Sodikun tercabut dari tubuhnya, Ai jatuh terduduk di lantai, lemas kehabisan tenaga.
Angin malam yang bertiup kencang bagaikan bumbu tambahan yang membuat api yang membakar seluruh bangunan di TPA itu berkobar makin cepat membesar.
"kebakaran... lari... lari...." teriak para pekerja, serentak puluhan pria yang berada dalam gudang itu berhamburan keluar menyelamatkan diri.
Di saat suasana kacau dan orang orang sibuk menyelamatkan dirinya masing masing, Zlatan menyusup di antara orang orang panik itu. Begitu menemukan Ai, Zlatan cepat cepat merengkuh tubuh Ai dan memondong Ai dalam gendongannya.
Saat Zlatan hendak membawa Ai keluar dari gudang itu terdengar rintihan memelas minta tolong.
"tolong... tolong... kakiku terjepit" Sodikun yang jatuh terjerembab saat ledakan di atap gudang tadi mengais ais minta tolong. Kaki kanan Sodikun terjepit reruntuhan besi besi tulangan atap gudang yang ambruk akibat ledakan tadi.
mendengar jeritan Sodikun, Zlatan yang hendak keluar dari gudang menghentikan langkahnya, suara teriakan Sodikun sungguh memelas dan menimbulkan iba.
"selamatkan dia Zlatan..." Ai dalam gendongan Zlatan berbisik pelan di telinga Zlatan, meminta Zlatan untuk menyelamatkan orang yang baru saja mencelakainya itu.
"hmmm... tentu saja Ai..." Zlatan mengangguk pelan.
Zlatan berbalik arah mendekati Sodikun, sepertinya kali ini Zlatan patuh pada perintah Ai.
"terima kasih... terima kasih..." Sodikun menyembah nyembah mengucapkan terima kasih.
"berterima kasihlah di neraka nanti...." bisik Zlatan, alih alih menyelamatkan Sodikun, Zlatan dengan dingin malah mengikat kedua tangan Sodikun hingga Sodikun makin sulit melarikan diri keluar dari gudang itu. Belum puas Zlatan kemudian memasukkan sebuah bom kecil ke dalam celana Sodikun.
"jangan... jangan... ampun... ampun...." Sodikun merengek ketakutan saat Zlatan berjalan meninggalkannya keluar dari gudang itu.
Duaarrrr.... terdengar ledakan kecil yang menghancurkan kelamin Sodikun, tapi ledakan kecil itu tidak mematikan buat Sodikun. Zlatan sepertinya sengaja membiarkan Sodikun mati perlahan terbakar di dalam gudang itu.
"Akkkkkhhh......." Sodikun melengking kesakitan saat sedikit demi sedikit tubuhnya di lalap kobaran api.
******
"Misi kedua sudah berhasil Aileen..." Zlatan menunjukkan koper kedua di jok belakang kepada Ai. Keduanya kini sudah duduk berdua dalam mobil Mercy yang berjalan melaju dengan cepat menuju ke tempat koper ketiga berada.
"terima kasih Zlatan buat pertolongannya tadi." meski dalam hati sangat membenci Zlatan, kali ini Ai harus mengakui kalo tidak ada Zlatan tadi Ai bakal habis jadi bulan bulanan para pemulung dan kuli pekerja TPA itu. Kali ini Ai tulus mengucapkan terima kasih pada Zlatan. Tapi jangan keburu geer dulu Zlatan, tunggu saja Zlatan, apabila semua ini sudah berakhir, Ai berjanji akan menghajar dan memberi pelajaran pada Zlatan dengan tangannya sendiri.