Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI HISTORY OF AXEL

wooohoo!
perhatian perhatian
kepada seluruh penonton History of Axel
Kepada yang telah memiliki kuota
harap merapat pukul 20.00
 
AXEL #11 AWESOME !


Axel yang sedang menonton TV di kamar hotel, mendengar suara ketukan di pintu. Axel langsung menyeringai, karena ia tahu siapa yang datang mengetuk pintu kamarnya.

Sari, sang guru

Axel tidak segera membukakan pintu, yang ada ia malah melepas celana jeans panjang yang ia kenakan. Ia kini hanya mengenakan kaos polos wana putih dan celana kolor warna hitam.

“Halo Bu, mari masuk,” sambut Axel saat ia membukakan pintu. Axel terpukau saat melihat penampilan gurunya yang sangat berbeda. Ia masih mengenakan jilbab yang sama dengan yang ia pakai tadi di sekolah yakni coklat muda, namun pakaiannya sudah berganti. Baju lengan panjang hitam dengan motif garis putih horisontal dan celana jeans hitam model ketat. Axel menelan ludah melihat Sari.



Sementara Sari agak terkejut melihat Axel berpakaian sesantai sekarang. Meski dalam hati, apa sih apa yang akan ia harapkan saat ia menyetujui undangan salah satu muridnya untuk bertemu di sebuah kamar hotel.

Sari pun melangkah masuk dan Axel mempersilahkan Sari duduk di sofa yang berada di ruang tengah kamar hotel kelas Presiden Suite yang Axel sewa.

“Mau minum apa Bu? ?” tanya Axel.

“Air putih saja.”

Axel pun menuju ke kulkas yang berada di pojok ruangan. Ada sih sebotol Air Mineral, namun Axel justru mengambil dua kaleng Bir Bintang dingin.

“Maaf Bu, air mineralnya habis ternyata, kuhabisin tadi. Adanya ini,” kata Axel sembari menaruh dua kaleng Bir di meja.

“Walah, kok Bir sih ?”

“Sesekali Bu, seger kok, gak bikin mabuk. Axel bukakan ya,” Axel menarik pin penutup kaleng sehingga terbuka. Sari sebenarnya juga gak alim-alim benar, sesekali ia dan suaminya minum wine, bir untuk menghangatkan suasana sebelum mereka bercinta.

“Santai bu, kan ini bukan acara di sekolah, hehehe,” kata Axel menyodorkan bir kepada Sari. Sari pun akhirnya menerima dan meminum bersama Axel.

“Jadi Axel, pelajaran Ibu di bagian apa yang buat kamu kesulitam ?” tanya Sari sambil mengingatkan kepada dirinya, alasan kenapa ia meladeni Axel.

Axel menggeleng. “Gak ada Bu.”

“Loh gak ada gimana maksudnya ?”

“Pelajaran Ibu sih bisa Axel pahami, cuma kecantikan dan juga…..Keseksian Ibu yang membuat saya susah konsentrasi. Terutama ketika melihat Ibu menulis di papan tulis. Ya ampun, gemes banget rasanya pengen nepuk bagian belakang ibu yang menonjol itu.”

Mendengar jawaban Axel yang tak terduga dan menjurus cabul ini sontak membuat Sari kaget.

“Hei jangan kurang ajar !” kata Sari.

Axel cuma ketawa, ia sudah hafal dengan sifat wanita yang pura-pura marah untuk meninggikan gengsi serta menutupi keinginan aslinya. Axel kemudian berpindah duduk mendekati Sari. Sari reflek mundur namun ia terpojok di sudut sofa. Sehingga Axel kini duduk di sampingnya persis, hampir tidak ada jarak.

“Siapa yang kurang ajar bu, Saya kan berbicara apa adanya. Saya jujur loh ini. Sekarang gantian Axel yang tanya, kenapa Ibu mau datang ke sini ? apakah wajar seorang guru menemui muridnya di kamar hotel ?” kata Axel sembari meminum bir.

Sari jengah, ia juga bingung dengan dirinya sendiri, kenapa ia bermain api nekat dan mau saja menemui Axel di kamar hotel dengan alasan, muridnya ini butuh pelajaran tambahan ?

Ada gejolak dalam hari Sari, ia tahu benar, ia datang menemui Axel karena penasaran apa yang akan Axel lakukan. Lebih tepatnya apa yang akan Axel lakukan kepada dirinya.

Sari memiliki keluarga yang sempurna, suami yang juga bisa memenuhi kebutuhan seksnya. Namun ketika ia terbuka menanggapi godaan Axel karena iseng, ia justru yang malah penasaran. Sari memikirkan jawaban sambil meminum bir.

“Ibu kesini karena ya, membantu Axel yang kesulitan kan. Tapi kalau kamu memang gak ada kesulitan di pelajaran Ibu ya berarti Ibu pulang saja.”

Sari langsung berdiri dan hendak keluar namun tangannya di pegang Axel. Bahkan tangannya langsung di tarik Axel sehingga ia kembali duduk.

Axel tersenyum dekat dengan wajahnya. Sari menahan nafas ketika anak muda bandel ini berbisik ke kupingnya.

“Saya bosen masturbasi sambil bayangin pantat Bu Sari…”

“Hmpph !” Sari terkejut ketika bibirnya di cium Axel dan ia dorong sehingga ia telentang rebah di Sofa. Axel memegangi kedua pergelangan tangan Sari sambil melumat bibir Sari.

Sari terkejut.ia menghindari kesana-kemari membuat ciuman Axel terlepas. Namun ia kalah tenaga ! Sari panik saat satu tangan Axel meraba-raba paha dan bongkahan pantatnya yang membulat sempurna. Sentuhan erotis itu semakin mempermainkan perasaan Sari antara takut, malu, marah, sekaligus horny.

Ya belum apa-apa, Sari sudah mulai terangsang.

“Bu Sari seneng kan diginiin,” kata Axel di sela ciuman.

“Hhhmmhh…Axel lepas …jangan gini!” karena Axel sudah melepas kedua pergelangan tangannya, Sari mendorong dada Axel kuat-kuat sehingga Axel pun tidak lagi menindih Sari di sofa.

PLAK !!!

Axel terkekeh saat ia kena tampar Sari. “Kok saya di tampar bu?”

“Kurang ajar kamu !” pekik Sari sambil berdiri.

“Ya, maklum bu, kalau saya agresif, maklum anak muda. Kalau Ibu gak suka dengan perlakuan saya tadi, Ibu bisa pergi dari sini kok, silahkan. Tapi kalau Ibu masih ingin tetap di sini, bersenang-senang dengan saya, saya akan jauh lebih senang, saya janji, kalau sampai saya gak bisa buat Bu Sari mutiple orgasm, saya potong penis saya di depan Ibu.”

Wajah Sari memeerah mendengarnya, memang sebenarnya ia tinggal pergi saja kalau mau, namun entah mengapa ia tidak bisa…atau mungkin tidak ingin. Di tengah keraguan Sari, untuk pergi atau tinggal, Axel mendekati Sari dan menggerayangi pantat Sari.

“Ibu tuh sadar gak sih punya pantat sesemok ini? Pantat semok ini tuh udah buat kami para murid cowok ngaceng lho bu,”

Sari hanya melenguh diam saat Axel memutar badannya sehingga ia berdiri membelakangi Axel. Axel meremas-remas pantatnya dengan cukup kuat, membuat Sari seakan tak kuat lagi berdiri.

Semakin keras remasan Axel di pantat, semakin hilang keraguan Sari. Ia memutuskan untuk menuntaskan semuanya ! untuk yang pertama dan terakhir kalinya dengan murid super bandelnya ini ! awas saja kalau sampai gak bisa memuaskan saya, batin Sari.

Sari yang sudah pasrah menuut saja, ketika Axel menarik celana jeans yang ia kenakan, bukan cuma celana luar, Axel pun menarik turun celana dalamnya ! Sari sendiri walaupun mulutnya terus meminta Axel berhenti, entah mengapa malah mengangkat kakinya membiarkan celana dalamnya dilolosi muridnya. Setelahnya Sari semakin merasakan dingin pada paha, pantat, dan selangkangannya yang kini sudah terekpose ! Tangan Axel dari pantat mulai merambat ke bawah diantara kedua paha Sari, Axel kemudian memutar badan Sari.

“Ssshhh…eemm!” Sari mendesis lirih sambil menggigit bibir bawah begitu jari-jari anak muda ini mulai menyentuh bibir vaginanya.

Axel terus menggosok-gosokkan jarinya pada vagina Sari, Sari merasakan semakin becek di bawah sana, apalagi kini jari Axel itu mulai menyusup ke vaginanya melakukan gerakan memutar-mutar seperti mengaduk. Semakin tidak tahan saja ingin mendesah sejadi-jadinya, namun entah mengapa ia malu untuk mendesah depan muridnya.

Tiba-tiba Axel berdiri membelai pipi Sari dan mengangkat dagunya, ditatapnya wajah sang guru yang telah memerah. Axel lalu dengan cepat menempelkan bibir pada bibir Sari, mata Sari terbelakak kaget, ia mendorong dada pria itu namun tangan Axel yang lain sudah keburu memeluknya erat. Axel mengangkat paha kiri Sari hingga sepinggang menyebabkan Sari secara refleks memeluk tubuhnya agar tidak jatuh.

Axel terus merangsang sang guru idengan mengelus-elus pahanya yang terangkat dan menjilati bibirnya. Perlahan-lahan bibirnya pun mulai membuka, lidah Axel langsung masuk dan menyapu langit-langit mulutnya. Sari yang tadinya meronta mulai pasrah, darahnya berdesir karena permainan lidah dan elusan pada pahanya. Merasa mendapat lampu hijau, Axel langsung menarik baju panjang yang di kenakan Sari. Sari menurut dan hendak melepas hijab agar Axel lebih mudah menarik bajunya ke atas namun Axel menolak.

“Jilbabnya gak usah di lepas, biar makin hot,”

Jantung Sari semakin berdegub ketika akhirnya baju yang ia pakai sudah terlepas tanpa melepaskan jilbabnya. Sari menggigit bibir bawahnya saat merasakan telapak tangan Axel menyusup ke balik bra-nya dan meremas payudaranya dengan gemas.

“Eemmhh…eemm!” Sari melenguh tertahan karena tangan satu tangan Axel tetap meremasi pantatnya dan menimbulkan sensasi geli. Axel lalu segera menyambar kembali bibir sang guru. Ciuman Axel mulai turun ke dagunya, lalu ke leher membuat Sari semakin gelisah, terlebih tangan pria itu kini merambah kemaluanya yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi.

“Axel…oohh…jangan ..” desah Sari antara menolak dan tidak.

Jari-jari Axel menyusup ke labia mayoranya dan mulai menggosok-gosok klitorisnya. Sari merasa kakinya sudah tak bertenaga hingga ia memeluk Axel. Tiba-tiba Axel mengangkat tubuhnya, pantatnya didudukkan di atas meja. Axel melepaskan kancing bra-nya yang terletak di depan sehingga tereksposlah sepasang gunung kembar berputing kecoklatan. Payudaranya tidak sekencang dulu lagi, namun tetap terlihat seksi dan besar. Mulut Axel langsung mengarah ke payudara Sari begitu bra itu terbuka. Lidahnya menjilati dan mengisap gundukan daging kenyal itu secara bergantian. Sari mendesah lirih sambil tangan kanannya menekan kepala Axel ke dadanya. Axel mengigit-gigit kecil puting kecoklatan itu sehingga semakin keras dan pemiliknya keenakan.

Sementara itu tangannya masuk diantara kedua paha Sari, tangan itu merayap perlahan mengelusi paha mulus itu hingga akhirnya menyentuh vaginanya lagi. Kurang lebih lima menitan Axel menyusu ke ibu gurunya sambil mengais-ngais vagina Sari. Axel lalu berdiri sehingga Sari menelan ludah melihat tonjolan penis dan zakar dibalik celana dalam pria itu.

“Hehe…liat ini bu!” kata Axel memegang batang penisnya yang baru dikeluarkan dari balik celana dalam.

Wajah Sari menegang terpaku melihat penis kemerahan seperti penis para bule yang kadang ia lihat di film porno. Bagian kepalanya besar bak cendawan, Sari merasa ngeri melihat penis sebesar ini, yang jelas lebih besar daripada milik suaminya !

“Ayo bu dipegang,” pinta Axel sambil nyengir mesum.

Sari merinding, hatinya berkecamuk seribu satu perasaan, apakah ia harus melanjutkan sejauh ini? Apakah sudah terlalu jauh terjerumus dalam fantasi liarnya sendiri? Ia sungguh bingung sehingga tak bisa berkata apapun. Axel mengambil inisiatif, diciumnya pipi Sari perlahan sambil tangannya meraih tangan Sari dan diarahkan ke penisnya. Sari terdiam, tanpa sadar tangannya sudah menggenggam penis itu.
“Ya ampun!” jeritnya dalam hati ketika membelai batang itu.

Benda itu begitu panjang dan keras, terasa benar tonjolan urat-uratnya, denyutnya, dan aliran darahnya. Perlahan dengan kesadaran sendiri, Sari mengurut penis milik Axel.

“Isep dong Bu,” pinta Axel sembari membelai kepala Sari yang masih terbungkus jilbab, satu-satunya penutup tersisa di badannya.

Sari menciumi penis dalam genggamannya itu. Sari memulai dengan mengulum buah pelir pria itu yang ditumbuhi bulu-bulu tebal sambil memijati batang penisnya dengan tangan. Ia melanjutkan servis oralnya dengan menjilati sekujur batang itu yang berurat, bentuknya yang panjang dan keras itu membuat libidonya semakin terpacu, ia membayangkan bagaimana bila penis yang sudah menegang dengan perkasa itu sekali lagi mengoyak-ngoyak dirinya.

Jilatannya akhirnya sampai ke ujung penis Axel yang disunat dan mirip jamur itu. Lidahnya menjilati wilayah itu, teknik yang biasa dipraktekannya pada suaminya yang membuatnya mengerang keenakan, Axel pun tak terkecuali, ia menceracau tak karuan merasakan sensasi geli dan nikmat akibat sapuan lidah sang guru itu pada kepala penisnya. Kemudian Sari membuka mulutnya untuk memasukkan penis itu.

“Hhmmm…mmm!” terdengar gumaman dari mulut Sari yang sedang mengulum penis Axel.

Kepalanya bergerak maju-mundur sambil memegang batang itu. Sambil mengisap ia memutarkan lidahnya mengitari kepala penis itu sehingga membuat Axel semakin keenakan. Dipeganginya kepala sang guru binal dan sesekali ditekan seakan menyuruhnya memasukkan penis itu lebih dalam lagi ke mulutnya. Ada mungkin seperempat jam Sari melakukan oral seks terhadap Axel sampai merasa pegal pada mulutnya, maka ia menggunakan tangan mengocok batang itu dan mengurangi kulumannya. Ia merasakan batang di dalam mulutnya itu semakin berdenyut saja.

Axel yang masih ingin mereguk kenikmatan lebih banyak tidak ingin orgasme secepat itu, maka ia pun menarik lepas penisnya dari mulut Sari dan meraih lengan Sari untuk mengangkat tubuhnya hingga berdiri. Dengan agak kasar dan buru-buru memepetnya ke dinding. Sari agak terkejut dengan gerakan yang tiba-tiba itu namun ia pasrah mengikuti permainan Axel. Ia membalas ciuman Axel dengan aktif ketika Axel melumat bibirnya. Penis Axel kini telah bersentuhan dengan kemaluan Sari.

Dengan bibir tetap saling berpagutan, ia mendorong pinggulnya hingga penisnya melesak masuk ke dalam vagina Sari. Keduanya mengerang merasakan alat kelamin mereka saling beradu. Axel menggenjotnya dengan mengangkat paha kiri Sari, sementara Sari bersandar ke belakang dengan kedua tangan terangkat dan berpegangan pada bahu Axel yang kekar.

“Mendesah aja Bu…merintih sepuasnya, ga ada siapa-siapa, ekpresiin kenikmatan ini sepuasnya!” kata Axel melihat Sari yang cenderung menahan-nahan suara desahannya dengan menggigit bibir.

Sari pun melepaskan dengan liar segala derita birahi yang melandanya, ia mendesah dan merintih histeris, ia berteriak meluapkan birahi. Tubuhnya menggelinjang menjemput kenikmatan, pinggulnya turut bergoyang dalam irama nafsu birahi yang menerjangnya. Sebuah seringai terpancar di wajah Axel melihat mangsanya yang sudah berhasil ditaklukan. Cengkraman erat vagina Sari pada penis Axel yang besar dan perkasa itu menyuguhkan sensasi luar biasa pada diri mereka masing-masing, terutama Sari yang merasakan kenikmatan ini jauh lebih dahsyat yang dibanding dengan suaminya sendiri.

“Oohh…aakkhh…uugh!” desah Sari makin tak karuan.

“Enak kan Bu ngentot sama muridnya, hehe?” tanya Axel yang dijawab Sari dengan anggukan.

Tubuh Sari makin menggelinjang, lendir yang keluar dari kewanitaannya semakin banyak dan menyebabkan penis Axel semakin lancar menusuk-nusuknya. Hingga pada suatu titik ia merasakan tubuhnya menggigil dan kontraksi otot vaginanya semakin cepat, ketika sudah diambang orgasme itu, Axel melah menurunkan frekuensi genjotannya hingga akhirnya berhenti sama sekali.

Sari merasa tanggung namun ia sungkan mengatakan isi hatinya. Axel menurunkan tubuh Sari hingga kakinya kembali menyentuh lantai, kemudian membalikkan tubuhnya. Kini Sari dalam posisi menghadap dinding, pantatnya agak menungging ke arah Axel.

“Bu saya entot dari belakang ya?” tanya Axel dekat telinganya

“Iya…hhhsshh…!” tanpa malu-malu karena tak kuat menahan keinginan untuk orgasme, Sari menjawab terengah-engah.

Kembali Axel menjejali vagina Sari dengan penisnya yang masih tegak dan keras. Sambil bepegangan pada pinggang ramping gurunya Axel terus menyodok-nyodokan penisnya. Sentakan-sentakan kuat itu menyebabkan tubuh Sari ikut bergoncang-goncang. Desahan-desahan nikmat keluar dari mulutnya, matanya setengah terpejam. Sungguh rasa penasaran, hasrat dan gairahnya yang terpendam tertumpah semua saat itu. Kabar bahwa Axel adalah murid playboy memang benar.

Tangan Axel merambat ke atas hingga memegang payudara kanannya, meremas, lalu menggesek-gesek putingnya dengan jari-jarinya. Sari semakin tak sanggup menahan gelombang birahinya, ia semakin melenguh-lenguh dan nafasnya semakin memburu, sebentar lagi puncak kenikmatan itu akan dicapainya. Namun pada momen menentukan itu, sekali lagi Axel menghentikan genjotannya, Axel memang sedang mempermainkan birahinya.

Sari terpaksa menggerakkan sendiri pinggulnya agar tetap bergesekan dengan penis Axel yang kini tersenyum penuh kemenangan.

“Ibu emang doyan kontol yah para brondong yah, terutama sama kontol saya hehehhe!” ejek Axel yang membuatnya semakin malu.

“Nggak …nggak…aahhh…jangan omong gitu…aahh!” Sari menggeleng dan membantah ejekan Axel yang sangat melecehkannya itu.

“Gak apa-apa sih Bu, cari variasi selain burung suami, ye kan, haha,” kata Axel sambil menjilat jilbab Sari dari belakang.

Sari tidak bisa berkata apa-apa lagi untuk membalasnya karena memang perkataan Axel memang benar dan sejujurnya ia sangat menikmati persetubuhan dengan sang murid !

“Oohh…ayo Axel, puasin saya…saya…saya gak tahan lagi…mmhh!” Sari akhirnya memohon supaya diantar ke puncak kenikmatan oleh Axel. Betapa malunya ia sampai harus memohon seperti itu, tapi memang ia sudah tak sanggup lagi menahan keinginan untuk orgasme.

“Jadi Ibu seneng kan ngentot sama saya?” Axel terus melecehkannya.

“Iya…iya…aahh…seneng banget, ayo puasin Ibu, ibu mau sampai !” ceracau Sari membuang segala perasaan malu.

Axel tertawa dan mempergencar genjotannya. Tubuh Sari tersentak-sentak dan makin terdesak ke dinding. Desahan Sari semakin menjadi ketika gelombang orgasme itu kembali menerpanya, tubuhnya menggelinjang dahsyat seakan melepaskan segala nikmat yang tadi tertunda. Akhirnya ia mendesah panjang dan seluruh otot-otot tubuhnya mengejang, yang datang kali ini adalah multiorgasme sehingga tubuhnya berkelejotan tak terkendali, sungguh luar biasa seperti melayang ke surga saja rasanya ! dari pengalaman seks selama dua puluh tahun dengan suaminyanya saja belum pernah mengalami yang seperti ini.

Matanya merem-melek dan pandangannya seperti berkunang-kunang selama terhempas gelombang orgasme itu, sensasi itu berlangsung selama 2-3 menit lamanya hingga akhirnya tubuhnya melemas seperti tak bertulang, kalau saja Axel tidak mendekapnya mungkin ia sudah ambruk ke lantai. Saat itu Axel belum mencapai klimaks, ia melanjutkan hujaman-hujamannya terhadap liang vagina Sari. Lima menit kemudian barulah penisnya mulai gatal, Axel menarik penisnya dari vaginya dan mengocok penisnya tepat di depan muka Sari.

“Axel crooottt Bu, ugh !!”

Gumpalan sperma meluncur dari penis Axel dan mendarat di wajah serta jilbab sang guru, yang reflek menutup mata dan mulut.

Axel benar-benar puas mengerjai Bu Sari !

****​

Setelah Bu Sari pulang, gue beranjak ke balkon kamar yang terbuka yang menghadap langsung ke kota, cahaya gemerlap kota ini cukup enak di nikmati dari sini, angin malamnya juga tidak terlalu kencang. Gue balik ke ruangan dan mengambil ponsel dan sebungkus rokok yang ada di meja. Setelah rokok gue nyalakan, sembari menenteng sekaleng bir, gue kembali ke balkon. Sembari menikmati rokok, gue menelepon seseorang.

Tersambung namun tidak di angkat. Gue ulangi lagi dan hasilnya sama.

“Brengsek,” gue bergumam pelan.

Gue biarkan dulu, gue tunggu sampai rokok ini habis. Puntung Rokok gue jentikkan keluar begitu saja, meluncur ke kolam renang hotel yang berada di bawah. Gak akan ketahuan pihak hotel juga sih siapa yang udah buang puntung rokok dari atas balkon kamar.

Setelah meneguk separuh bir, yang masih ada sedikit bekas lipstik Bu Sari, gue coba telepon lagi, tersambung namun kali ini di angkat setelah agak lama.

“Sori, sori baru gue angkat bos,” jawab lawan bicara gue dengan nada pelan.

Tumben dia pelan-pelan ngomongnya, batin gue. “Anjing, lu lagi ngewe pake duit dari gue ya, Sap ?” gue langsung menembak Sapto begitu ia menjawab panggilan telepon dari gue.

“Ya kalau lagi ngewe mah enak bos, ini barusan bubar ketemuan sama anak-anak. Bahas rencana serangan besok. Waktu ente nelpon tadi, suasana lagi gak kondusif buat angkat telepon. Kalau ketahuan, ente yang telepon gue, bisa di gorok Alfa gue di tempat,” jawab Sapto.

“Hahaha. Bearti ini posisi lo udah aman ?”

“Udah bos, gue lagi nepi ke warung rokok dekat homebase.”

“Okelah kalau situasi udah aman dan pas banget sama lu selesai briefing sama Alfa. Sap, gue minta update terakhir tentang besok. A-Z rencana si Alfa.”

“Rencana besar masih tetap sama. Seratus orang akan berada di sekitar SMA NEGERI RRR. Semua bawa senjata di jam pulang sekolah. Lu sebut senjata tajam apa saja, ada semua bos. Alfa memang maniak, dia yang provide semua sajam.”

“Haha ! terus apa yang jadi penanda serangan ?”

“Sebenarnya ya tanda utamanya ya ente bos, kalau ada yang melihat ente, langsung semua anak-anak serang. Kalau gak ada yang lihat ente, tanda serangan ganti ke Jabrik atau Bobi. Jika mereka kelihatan, serangan di mulai.”

Hohoho, gak heran sih jika mereka memindahkan target kepada Bobi dan Jabrik. Dua orang itu memang ada di bawah gue, meski sangat jauh di bawah gue, tapi ya dua orang itu terkenal siswa berandalan di sekolah.

Seru pasti ngeliat reaksi mereka saat lawan datang tepat di depan gerbang sekolah. Kemarin siang gue berpesan ke anak-anak termasuk mereka berdua, untuk waspada dan bawa alat untuk bela diri. Gue memang tidak spesifik menyebutkan mereka mesti bawa “pegangan”, namun gue yakin anak-anak udah paham dan minimal ngantungin pisau lipat entah di selip di bawah kaus kaki atau di saku.

Karena bagaimanapun, gue gak mau anak-anak di jagal begitu saja tanpa bisa kasih perlawanan.

“Bos, serius, ente gak mau kasih tahu ke anak SMA SWASTA RRR tentang rencana serangan ? Alfa benar-benar udah gelap mata bos. Dia udah gak peduli akibatnya, gue bisa nangkap anak-anak tadi di homebase mulai gentar dengan rencana besok. Tapi Alfa udah pesan ke anak-anak, bahwa tujuan mereka besok bukan untuk bunuh orang cuma untuk kasih pelajaran saja, cukup gores dikit, terus cabut. Itu intinya. Dalam hati gue cuma bisa bilang, dalam kondisi pecah tawuran gitu, memangnya ada yang bisa kontrol diri..” Gue menangkap getaran di suara Sapto, ia menyampaikan sedikit kekhawatiran dan juga ketakutan.

“Anak-anak gue juga gak bego Sap, kalau lihat sekolah di kepung seperti itu, lu pikir mereka gak bisa kasih perlawanan atau minimal kembali masuk ke dalam area sekolah. Setelah berita si Hendri dan serangan kalian kepada Hito, Coki, lu pikir teman gue gak siap-siap ? kalau pun semisal besok sekolah lu gak nyerang, dalam waktu dekat akan terjadi hal sebaliknya. Anak-anak gue yang akan serang lu semua. Jadi sama saja sih, cepat atau lambat tawuran antara kedua sekolah kita gak mungkin bisa di hindarin lagi.”

Gue coba pelan-pelan menghilangkan ketakutan Sapto. Gak lucu kalau besok gak jadi pesta. Tinggal satu sentuhan akhir saja.

“Iya sih Bos,” jawab Sapto sedikit tenang.

“Nah gitu santuy saja.”

“Btw Bos, tadi Alfa bilang, dari circle dia gak ada yang serang Hito dan Coki. Saat Alfa nanya ke anak-anak untuk cari info penyerangan, rata-rata gak ada yang tahu menahu. Meski begitu Alfa, malah memuji anak-anak yang punya ide cemerlang bantai Hito dan Coki, mungkin mereka malu atau sungkan mengaku sebagai pelaku penyerangan.”

“Ya mana ada maling ngaku cuk. Mungkin serangan kepada Hito dan Coki terjadi secara random dan ada faktor spontanitas, tanpa perencanaan. Dan gak ada jaminan pelakunya dari sekolah elu. Cuma karena lokasi mereka berada gak jauh dari sekolahan elo, jadi anak-anak gue udah langsung mikir, ini perbuatan kalian. Gue mau bilang apa juga, anak-anak udah keukeuh yakin kalau yang bantai Coki dan Hito itu anak buah Hendri.”

“Fiuh. Kacau. Bos besok ente gak masuk sekolah kan ? kalau ente masuk, itu sama nganterin nyawa, serius.”

“Santai, besok gue udah gak ada di Kota ini lagi. Sap, lo sendiri gimana ? lo ikut ?”

“Ya mau gak mau lah bos, cuma gue besok bakalan pasang mata dan telinga, kalau lihat kesempatan kabur atau menghilang tanpa ada yang notice, gue langsung cabut.”

“Cerdas. Sap, lo kayak stres benar, lo ngewe sana biar otak lo jernih. Wait, gue bakalan kirimin elo beberapa foto sama kontak ciwik-ciwik kenalan gue, Mahasiswi Bispak sih. Lo tinggal pilih selera lo yang mana, terus lo telepon itu lonte. Itu nomor jualan mereka, jadi pasti fast response. Kalau dia angkat telelpon lo, lo cukup sebutin kalimat singkat, ‘Gue ce’esnya Axel’. Dia langsung paham dan siap servis sama elo.”

“Wuihh serius bos ?”

“Ya serius lah. Dan lo santai, lo nanti infoin ke gue siapa lonte yang mau lo pakai sepuasnya semalaman, gue yang direct transfer ke mereka, lo cuma modal bukain kamar hotel, 200 ribu juga dapat. “

“Waduh, baik bener entee bosss !”

“Ya santuy, setelah lu tutup telepon ini, gue kirimin sampelnya, foto sama video mereka, polosan, jadi lu dah tau spek daleman mereka.”

“Siap-siap bosss !”

“Take care, mending lu dapat cap pengecut tapi besok lu selamat, daripada dapat cap jagoan tapi mampus ahahaha!..”

“Ya bos paham. Persetanlah sama titel jagoan, mending jadi pengecut macam gue yang dapat duit banyak.”

“Hahaha mantap, have fun yak ! saran gue lu beli obat kuat dulu dah, jangan malu-maluin gue depan lonte, ngaku teman gue, tapi baru goyang lima menit, udah kelar.”

“Wahahaha makasih bossskuu !”

Gue mendengar suara Sapto girang, ya hitung-hitung kasih hadiah terakhir dari gue buat dia sih. Karena ini terakhir kalinya gue kontak-kontakan sama dia.

KLIK.

Setelah mengirim beberapa foto dan kontak ke Sapto, sambil menunggu Sapto mau pilih lonte pilihannya, gue memutuskan untuk mandi agar badan gue lebih enakan. Efek kurang tidur dan sore tadi ngewe sama Bu Sari yang liar. Selesai mandi, ponsel gue berdering.

AMEL X Calling…

Sepertinya gue tahu kenapa Amel, mahasiswi FE nelepon gue. Good Choice Sap ! tahu aja barang mahal.

“Halo Amel…”

“Halo ganteng.”

“Tumben nelepon, kangen sodokan gue ya hahaha ! ah tapi ada teman gue yang pake elo ini malam. ”

“Iyaa, tadi ada yang telepon gue di nomor khusus. Namanya Sapto. Dia sebut nama elo, makanya gue confirm ke elo dulu.”

“Yep that’s my boy. Tolong berikan dia malam yang gak bakal bisa dia lupain. Wujudkan fantasi seksnya, termasuk kalau dia doyan anal, lo layanin. Gue yang bayarin servis lo. Bentar, hold dulu.”

Gue lalu buka notes di ponsel gue berisi daftar nama berikut nomor rekening. Nama Amel dengan mudah langsung gue temukan. Gue copy nomor rekeningnya ke M-Banking dan masukkan angka 6.666.666 and then. Done.

“Mel, check your Bank Account, gue udah beresin.”

“Aih, makasih yah ganteng ! sukak deh aku tuh sama kamu, selalu kasih bonus ! ah tapi sayang, kenapa gak kamu aja sih yang pakai gue. Xel, lo datang juga dong kesini sama Sapto. Gue siap layanin Sapto sama elo sekalian. Mau di DP juga hayukk asal ada elo-nya."

“Haha ! Maybe next time ya, Sapto teman gue itu udah banyak bantu gue, jadi gue sebagai salah satu ungkapan terimakasihnya, gue pengen dia merasa spesial.

“Lo memang bisa ! paling loyal emamg. Yaudah, gue mau kontak balik Sapto dulu. Makasih yaaa !”

“Woke, jangan lupa, buat Sapto pergi ke surga malam ini, haha !”

“Of course. See yaa !”

KLIk

Setelah membereskan urusan Sapto dan Amel, gue menghapus semua chat di Whastapp lalu menghapus akun Whastapp yang ia register dengan nomor ponselnya. Kemudian gue matikan ponsel dan mengeluarkan nano simcard dari ponsel. Simcard tersebut lalu gue buang ke dalam toilet dan menghilang saat gue tekan tuas flush. Ponsel yang gue pakai selama beberapa bulan terakhir ini, gue lemparkan ke bathup yang masih berisi air.

Setelah mandi, badan gue terasa segar namun di saat yang sama, gue mulai makin sering menguap. Padahal masih jam delapan malam kurang, tetapi gue memang tidur lebih awal. Setelah ngewe sama Dewi, pembokat di rumah gue gak tidur dan sore tadi ngewe lagi sama Bu Sari.

Fiuh hari yang menyenangkan, mari tidur dan beristirahat karena besok pagi-pagi buat gue mesti pergi ke tempat di mana gue bisa melihat pertempuran dua sekolah yang mudah sekali untuk di provokasi.

Ah sepertinya, gue besok mesti beli popcorn, biar makin asyik liat live show pertunjukkan para binatang berdarah panas berkedok manusia bertarung, hahahah!

****

Sang joker pun tertidur pulas, karena semua rencana yang telah di susunnya selama beberapa bulan terakhir telah sampai di tahap terakhir.

Kedua pihak sudah memakan umpan yang di pasang Axel dengan sempurna, tidak ada lagi yang bisa menghentikan peristiwa berdarah besok siang.

Bahkan Sang Penguasa Semesta Sekalipun tak ada niat menghalangi, surat perintah sudah Ia buat dan di kirmkan ke sang malaikat pencabut nyawa di mana di dalam surat tersebut sudah tertera beberapa nama yang mesti menyudahi petualangannya di dunia fana tak kurang dari 24 jam lagi.

Mereka yang namanya sudah berada dalam genggaman sang Malaikat Pencabut nyawa, di sepertiga malam ini, akan memimpikan hal yang sama.

Terjatuh ke dalam lubang gelap yang amat sangat dalam dan sesaat sebelum badan mereka hancur, sekilas mereka akan melihat sebuah senyuman.

Senyum kemenangan dari sang Joker yang tertawa terbahak-bahak dari singgasananya sembari menenggak gelas berisi cairan merah semerah darah…

****

Axel terbangun jam empat pagi dengan sendirinya, badan nya serasa fresh karena badannya memang butuh istirahat yang prima. Tempat tidur king size yang ia tempati dengan baik mampu membantunya tidur dengan pulas. Setelah mandi dan mengambil ponsel yang ia rendam semalaman, Axel lalu checkout dari Hotel, tak lupa ia mampir ke minimarket 24 jam yang berada persis di samping hotel.

Axel membeli beberapa minuman serta makanan ringan, tak ketinggalan satu bungkus snack popcorn rasa asin. Sekalian Axel membeli nasi ayam siap saji yang langsung di panaskan di microwave. Axel tadinya ingin makan nasi tersebut di ruko, tapi karena ia sudah lapar, ia pun menyantap nasi ayam geprek tersebut, terlebih di lantai dua minimarket terdapat area untuk makan.

Selesai sarapan, Axel merokok sambil menatap ke arah jalan raya yang perlahan mulai menunjukkan geliatnya. Mobil dan motor sudah semakin sering melintas meski ini masih jam lima pagi. Axel membuka satu box yang berisi ponsel baru dan memasukkan simcard nomor baru ke dalam ponsel tersebut. Setelah beberapa kali pengaturan, semua data dan info yang ada di ponsel lama yang ia rusak, sudah kembali muncul.

Yang pertama Axel lakukan adalah membuka notes di ponselnya.

SABTU :
- ASSAULT X1
- ASSAULT X2

MINGGU :
- BIG BOS
- PREPARE THE STAND

SENIN :
- LETTER FROM GOD
- BURN THE FIRE

SELASA :
- BEAUTIFULL CHAOS
- JOKER SMIRK
- BYE RRR

“Akhirnya Hari Selasa yang gue tunggu datang juga,” gumam Axel senang.

Begitu rokoknya sudah habis, Axel memesan Go-car menuju ke arah sekolahannya, lebih tepatnya ke ruko dua lantai yang berada persis di depan SMA NEGERI RRR.

Ya, ruko yang secara resmi sudah di sewa oleh Ahok, kepala sekuriti di rumahnya, menggunakan uang yang di pinjamkan Axel, akan di “pinjam” Axel hari ini saja, menjadi tempat di mana ia bisa duduk santai sambil menikmati popcorn, rokok dan bir dingin seraya menyaksikan langsung peristiwa tawuran berdarah antara para siswa berandalan dari sekolah lamanya, SMA NEGERI RRR yang akan di serbu oleh para siswa beringas dari SMA SWASTA RRR.

Di mata Ahok, Axel adalah majikan yang luar biasa baik, karena berkat pinjaman uang darinya ia bisa mendapatkan lokasi sempurna untuk usaha kulinernya. Tanpa pernah Ahok tahu, dia hanyalah salah satu bidak dalam rencananya.

Beberapa bulan sebelumnya, saat rencananya semakin mendekati akhir, Axel butuh tempat untuk menyaksikan tawuran tanpa di ketahui oleh siapapun. Jadi begitu ia melihat salah satu ruko dua lantai di depan sekolahnya terpasang spanduk “DISEWAKAN” otak Axel langsung jalan dengan sendirinya.

Ruko tersebut lokasi yang sempurna untuk menyaksikan hasil kerja kerasnya.

Uang sewa tidak menjadi masalah bagi Axel, yang menjadi masalah adalah ia tidak mungkin bisa langsung menghubungi pemilik ruko karena bisa menimbulkan kecurigaan sang pemilik. Sehingga ia pun memanfaatkan Ahok sebagai orang yang akan menyewa ruko tersebut. Negosiasi berjalan dengan baik sehingga kini duplikat kunci pintu ruko sudah berada di dalam saku celana Axel. Tinggal menunggu pintu teater “perang antar SMA” di buka.

GO-CAR yang di tunggu Axel pun datang, Axel segera turun membawa sampah makanan dan minumannya yang ia masukkan ke kantung plastik, tanpa seorang pun tahu, di dalam kantung tersebut selainn sampah juga berisi ponsel lama milik Axel yang sudah ia rusak. Axel memasukkan plastik tersebut ke tong besar yang ada di depan minimarket.

Mobil Go-Car pun melaju hingga tujuan. Axel menegakkan hoodie jaketnya lalu turun dari mobil dan masuk kedalam ruko sambil bersiul. Ruko sudah dalam keadaan bersih. Di lantai dua terdapat satu buah kursi yang memiliki roda di kaki-kakinya. Axel menyibak tirai yang menutup jendela.

Ia tersenyum puas, karena viewnya sangat bagus. Ia bisa melihat seluruh halaman depan sekolah tanpa halangan dan siapapun orang yang berada di luar jika menatap ke arah sini, orang tersebut hanya melihat pantulan kaca alias tidak bisa melihat siapapun atau apapun yang berada di balik kaca.

Axel lalu duduk di kursi yang nyaman tersebut, ia memutar-mutar kursinya sambil bergumam senang, “Gak sabar rasanya menunggu jam sekolah usai.”

XXX *** XXX



TRIT TENTANG PREMIUM CONTENT LPH-GREY-GN2 BISA KLIK DI LINK DI BAWAH :

https://www.semprot.com/threads/premium-content.1360970/
 
Terakhir diubah:
Bimabet
...

Untung udah ninggalin jejak di sini...

Jadi langsung dapat notif...

Makasih, Boss...


....

:ampun: :ampun::ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd