Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Holiday Challenge After Story (Fanmade)

Menarik untuk dinantikan kelanjutan ceritanya hu
 
Mantap ceriitanya huu, untuk intan dan lain lainnya belum ada ya ceritanya?
 
"it's settle, then...", ujar Intan bicara sendiri di dalam kamar mandi sebelum mandi.
Dia keluar dari kamar mandi dan mengeringkan tubuhnya dengan handuk lalu langsung melempar handuknya ke kasur.
Dia memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam koper.
"nah sip. udah semua...".
Dengan santainya, Intan menarik kopernya yang memang mempunyai roda ke luar kamar. But, hey, nothing on her body.
Dia keluar kamar, tapi hanya sepatunya yang ada di tubuhnya.
Tak ada sehelai benang pun yang melilit tubuh indahnya. Setiap lekukan tubuhnya yang meliuk-liuk terbuka tanpa ada pelindung sedikitpun.
Kulitnya tak begitu putih namun bentuk tubuhnya memang benar-benar menggiurkan & mempunyai lekukan-lekukan tubuh yang sangat indah.
Intan biasa melakukannya kalau kedua orang tuanya tidak di rumah. Dia merasa begitu bebas & nyaman kalau tak mengenakan pakaian.
Apalagi Intan memang senang dengan seni khususnya seni lukis, yang mana sering dia temui pada buku tentang seni lukis kalau tubuh seorang wanita adalah sebuah keindahan tanpa batas, itulah yang membuat Intan semakin senang mempertontonkan tubuhnya.




Tubuh Eksotis Intan



Dia mempunyai banyak teman yang suka melukis dan juga fotografi. Tak jarang, dia sering dimintai temannya untuk jadi model bugil karena Intan memang sangat senang melakukannya.
Teman-temannya bukan hanya sekedar orang yang seumuran dengannya, tapi juga yang lebih tua. Dan tak jarang, Intan akhirnya tidur bersama temannya.
"lho ? non Intan mau pergi ?", tanya Ijah.
"iya, Bi. mau nginep di rumah temen. bosen di rumah...".
"ya tapi, non. pake baju dulu, non...".
Ijah selalu di rumah, jadi dia sudah semacam terbiasa kalau melihat Intan berkeliaran di rumah tanpa menggunakan pakaian.
Dia tak bisa melakukan apa-apa, Ijah tak mau dipecat gara-gara mengadu ke orang tua Intan.
"nggak, Bi. tanggung, Intan pergi dulu yaa".
"...pulangnya kapan, non ?".
"ya ntar pas mau masuk kuliah, Intan pulang...tolong bilangin Papa Mama yaa, Bi...".
"i..iya, non...".
Ijah geleng-geleng. Anak majikannya itu memang 'sakit'. Intan naik ke dalam mobil dan mengemudikannya menjauhi rumah.

Kaca mobilnya menggunakan kaca yang 90 % gelap, jadi dia tenang-tenang saja mengemudikan mobilnya sambil bugil.
Tapi, di lampu merah, Intan ingin jahil sedikit. Kebetulan di samping kaca mobilnya ada pengendara motor yang sendirian.
Dia menurunkan kaca mobilnya.
"maaf, Pak. kalo mau ke jalan TB Simatupang, tinggal lurus yaa ?".
"...".
Terlihat dari kaca helm beningnya, mata si pengendara motor mendelik keluar.
"Pak ?!", panggil Intan agak menyentak.
"i..i..ya...tinggal lurus aja...".
Pengendara motor itu jelas sekali melihat tubuh Intan yang terekspos tanpa penutup apapun.




Intan Menyetir Bugil



"makasih ya, Pak...", Intan menutup kaca jendela dan langsung menginjak gas setelah lampu hijau menyala.
Intan tertawa-tawa sendiri. Puas sekali mengusili pengendara motor tadi.
Intan cekikikan mengingat ekspresi wajah pengendara motor tadi.
Ini bukan pertama kalinya Intan melakukan hal itu.
Dia pernah melakukannya juga saat tingkat 2. Malah waktu itu, Intan bersama Lina.
Keduanya telanjang bulat, membuka kaca jendela mobil, dan berciuman.
Tentu pengendara motor yang ada di samping kanan & kiri mobil mereka langsung menontoni mereka.
Gadis berwajah manis & bertubuh seksi itu mengemudikan mobil dengan santai sambil mendengarkan musik. Buah dadanya yang mengkal serta daerah segitiga di tengah kedua pangkal pahanya dibiarkan terbuka begitu saja.

Meski sudah berpakaian, tapi tetap saja Intan tak mengenakan bra & cd.
Dia memang tak pernah betah kalau memakai pakaian dalam, terasa gerah baginya.
Sudah begitu, dia sengaja tidak mengancingkan 3 kancing atas kemejanya. Setelah merapikan pakaiannya, Intan mengambil tasnya di bagasi mobil dan ke rumah Pak Solihin.
"permisi !!", teriak Intan seraya mengetuk-ngetuk pintu.
Tak lama kemudian, pintu terbuka.
"lho? Dek Intan? ayo masuk masuk", sapa Endang.
"iya, Bu, makasih...".
"ayo duduk, dek...".
"mau minum apa, dek Intan ?".
"ah nggak usah, Bu. ngerepotin...".
"nggak apa-apa, tamu harus disuguhin minum...Ibu buatin teh aja ya?".
"iya, Bu. makasih...".
Mereka berdua minum teh yang telah dibuat Endang
"gimana kabar dek Intan ?".
"baik, Bu. Ibu gimana ?".
"ya biasalah, dek. begini aja...".
"kenapa Bu? ada masalah?".
"ah nggak, maksud Ibu, begini aja ya baik-baik aja..".
"oh...".
Mereka berdua agak tertawa kecil.
"oh iya. Pak Solihin kemana?".
"Bapak lagi ada urusan, dek...".
"oh..".
"Dek Intan, gimana tugas akhirnya waktu itu ?".

"itu dia, Bu. saya dateng ke sini soalnya ada yang kurang, Bu kata dosen pembimbing saya...".
"kurang apanya?".
"katanya, aspek kehidupan ekonomi nelayan yang saya rangkum, masih kurang...".
"maksudnya?".
"ya saya cuma rangkum kehidupan sehari-hari nelayan, belum sampai kegiatan nelayan jual tangkapannya ke tengkulak".
"oh begitu. terus gimana itu?".
"ya saya mesti nginep di kampung ini lagi...".
"di rumah Pak Supri lagi?".
"iya, kira-kira saya diizinin, Bu?".
"boleh boleh, Dek. tapi mendingan Dek Intan tanya Pak Supri dulu..".
"iya, Bu. nanti saya tanya. Bapak gimana?".
"kalau Bapak pulangnya nanti malem, tapi Dek Intan pasti dibolehin kok".
"oh gitu ya, Bu? jadi saya nggak usah nungguin Bapak nih?".
"iya, dek Intan langsung ke rumah Pak Supri aja...".
"iya, deh, Bu. terimakasih banyak. saya pergi ke rumah Pak Supri dulu. tolong bilangin ke Bapak...".
"iya, pasti Ibu bilangin ke Bapak...".
"maaf banget ngerepotin Ibu...".
"ah, nggak apa-apa, Dek...".

"yaudah, Bu. saya pergi dulu...".
"iya, Dek. hati-hati yaa...".
Intan pergi ke arah rumah Supri.
Dia melihat ada bapak-bapak sedang mengobrol di tempat yang biasanya gubuk untuk ngaso.
"lho? neng Intan?!", sapa Jaka terlihat senang.
"eh Pak Jaka...". Kedua temannya diam saja.
"kok neng Intan ada di sini?".
"iya, Pak. tugas saya waktu itu belum selesai...".
"oh, begitu. terus sekarang mau ke mana? ke rumah Supri?".
"iya, Pak. kira-kira Pak Supri ada nggak ya ?".
"tadi sih ada. Bapak anter deh...".
"iya, Pak..".
"eh gue nganter neng ini dulu...".
"ntar dulu. kenalin dulu lah ama kita-kita...".
"ja elah lo, ngeliat yang seger aje, langsung pada usaha..".
"ya kan nggak apa-apa ya, neng?". Intan membalasnya dengan tersenyum.
"nama neng, Intan ya?".
"iya, Pak..".
"nama saya Adul..".
"saya Gino...".
"neng mahasiswi ya?".
"iya, Pak. mahasiswi tingkat akhir".
"oh, mahasiswi mana ?".
"ah, udah lo bedua kebanyakan nanya. ntar ketauan bini lo baru pada nyaho dah lo. ayo neng Intan, kita jalan...".
"mari, Pak. saya permisi dulu...".




Jaka, Gino, Adul



Muka Adul & Gino terlihat sewot dan juga ngedumel. Jaka tertawa melihat kedua temannya yang iri kepadanya.
"neng Intan kangen ya sama Bapak, Untung, n Supri?", ledek Jaka.
"yee, siapa yang bilang? ge er...".
"ah si neng...".
Dengan kurang ajarnya, Jaka main memukul pantat Intan lalu meremasnya kencang.
"eh, nggak sopan banget...".
"ih, neng Intan kok jadi galak?".
Bukan sepenuhnya salah Jaka, sebab dia kan sudah merasakan tubuh Intan beberapa kali, jadi lelaki tua itu merasa bisa melecehkan si dara manis seenaknya.
"abisnya, main pukul pantat Intan aja. kalau kelihatan orang, gimana?".
"oh, neng Intan takut dilihat. Bapak kira, neng Intan jadi galak dan gak ngebolehin Bapak megang-megang neng...hehehe...", pria tua jelek itu lancang berbicara cabul. Intan hanya tersenyum.
"pokoknya jangan iseng dulu, takut kelihatan orang...", perintah Intan menyusul senyumannya tadi.
'jangan iseng dulu', ucapan Intan tadi jelas menunjukkan kalau Intan tak keberatan tubuhnya disentuh Jaka asal tidak di sekitar desa itu.

"oh iya, neng. neng Intan nyariin Supri kan?".
"iya, Pak. Pak Suprinya ada kan?".
"ada, neng. tapi, neng ngapain nyari Supri?".
"ya mau numpang nginep lagi".
"daripada neng nginep di rumah Supri, mending di rumah Bapak aja...".
"lho? nanti istri Bapak marah? kalo istrinya Pak Supri kan udah kenal sama Intan".
"nah itu dia, neng. Bini Bapak lagi pulang kampung. bulan depan baru pulang".
"kenapa, Pak? berantem?".
"nggak, neng. lagi ada urusan di kampungnya...".
"oh...".
"mau ya neng? ya ya?", bujuk rayu Jaka yang sangat ingin Intan menginap di rumahnya.
"kalau di rumah Supri kan neng nggak bisa bebas".
"bebas gimana?".
"ya mesti pakai baju. kalau di rumah Bapak, kan neng bisa telanjang sepuasnya hehehe...".
"tapi pasti Pak Jaka bakalan iseng?".
"ya kan iseng-iseng dikit boleh, neng...hehehe...mau ya, neng ?".
"yaudah, iya, iya...Intan nginepnya di rumah Pak Jaka...".
"asiik...ayo, neng !", ucap Jaka sangat bersemangat.
Intan pun cuma tersenyum kecil saja.

Jaka membicarakan hal-hal yang jorok & mesum. Dia cerita semenjak menyetubuhi Intan, dia jadi tidak nafsu lagi dengan istrinya.
Entah Intan harus merasa malu, bangga, atau sedih. Di sisi lain, dia merasa senang juga mendengar perkataan Jaka tadi.
Tapi, Intan juga sedih karena dia tak ubahnya seperti wanita murahan yang merusak rumah tangga orang lain.
Namun, sekali lagi, nasi sudah jadi bubur, bahkan sudah jadi air.
Dipancing Jaka, Intan pun mengakui kalau dia kangen diintimi & dicabuli oleh trio pria tua mesum.
Apalagi saat ia ditelanjangi dan mandi bersama mereka bertiga.
"neng laper nggak?".
"laperr, Pak".
"Bapak beliin ikan bakar, mau?".
"mau banget, Pak".
"minumnya?".
"minumnya lagi pengen es kelapa, Pak".
"oke. Bapak beliin dulu...".
"makasih, Pak. ini uangnya".
"nggak usah, neng. masa iya, pake uangnya neng...".
"udah, Pak. ini. Intan nggak enak kalau makan, nggak pake uang sendiri...".
Meski punya 'kelainan' dalam urusan sex, tapi Intan masih punya hati, tak tega rasanya membiarkan Jaka menghabiskan uang yang pas-pasan untuk membelikannya makanan.

"kok banyak banget, neng?".
"ya sekalian Bapak beli juga. masa Intan makan sendiri?".
"oh. oke, Bapak beli dulu, neng...".
Intan pun melihat-lihat keadaan rumah Jaka.
Beda dengan rumah Supri yang berada di pantai, rumah Jaka cenderung menjorok ke arah laut sehingga menyerupai rumah panggung.
Intan mulai memindahkan pakaiannya ke lemari yang tadi ditunjukkan Jaka untuk menyimpan pakaian. Meski dia exhibisionis, tapi tetap harus membawa pakaian.
Tak mungkin dia berkeliaran di desa tanpa pakaian. Bisa-bisa di usir atau bahkan dianggap gila oleh penduduk kampung.
Meski sebenarnya, Intan ingin melakukannya.
Dia duduk di bagian belakang rumah Jaka yang menghadap ke laut, menunggu Jaka datang yang membawa makanan sambil bermain hp, tapi tak lama sebab dia sudah 'gerah' sehingga masuk ke dalam rumah lagi.




Intan Sudah Bugil



"neng, ini makanannya !".
Jaka langsung tersenyum lebar. Bidadari bertubuh sekal itu sudah telanjang bulat. Memang benar-benar mahasiswi ini, benar-benar tidak betah mengenakan pakaian.
Baru ditinggal sebentar, pakaiannya sudah ditanggalkan. Tak terbayang kalau punya istri seperti Intan, pikir Jaka.
Manis, harum, padat berisi, dan gemar bugil. Pasti kerjaannya akan 'mengail' Intan seharian, pikir Jaka.
"haph...", Jaka langsung mendekap Intan, menangkap tubuh semok sang dara manis tersebut, mulutnya monyong ingin menyosor bibir lembut Intan.
"ah Pak ah...".
Intan berusaha melepaskan diri dan menghindar dari kejaran bibir monyong Jaka.
Salahnya sendiri, bertelanjang bulat di depan pria. Bagai kucing garong yang melihat ikan asin, tentu Intan langsung disambar oleh Jaka.
Adegan yang tergambar begitu sensual ketika melihat gadis semanis Intan tak mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya sedang melawan pria tua yang sedang mencoba untuk mencumbunya.
Apalagi Intan menolak dengan manja sehingga penolakannya lebih cocok seperti sedang menggoda nafsu hewan Jaka.
"neng udah bugil gini, masih nolak aja...kan kita udah di dalem rumah nih...", ujar Jaka sewot.
"yee, bolehnya sewot. terserah Intan dong".
Tapi, mereka berdua masih berpelukan erat sampai kedua susu Intan tertekan ke dada Jaka.
"abisnya, kan Bapak udah gemes banget sama neng Intan...", kilah Jaka sambil menepuk-nepuk bongkahan pantat Intan yang bulat. Begitu dipukul, bongkahan pantat Intan bergoyang dengan kencang saking kenyal & sekalnya.

"bercanda, Pak. kita makan dulu, abis itu terserah Pak Jaka deh....", jawaban Intan begitu nakal & menggoda.
"bener ya, neng?", tanya Jaka bersemangat.
Intan tersenyum dan mengangguk. Mereka berdua akhirnya makan. Atas permintaan Jaka, Intan duduk menyamping di atas pangkuan Jaka yang duduk di tepi tempat tidur dan menyuapi lelaki tua itu sambil sesekali makan makanan miliknya.
Selagi ada kesempatan, tak mungkin disia-siakan, pikir Jaka. Kapan lagi ada gadis manis yang duduk di pangkuannya sambil menyuapinya makan, sudah begitu tak berpakaian pula ?.
Tangan kanan Jaka menyangga punggung Intan agar sang dara tidak jatuh. Sedangkan tangan kirinya menjalar di bagian depan tubuh Intan.
Jaka mengusap-usap perut rata Intan, mengelus-elus kedua pahanya, dan memainkan kedua susu si gadis muda dengan gemasnya. Intan hanya cekikikan sambil mendesah manja saja, membiarkan tubuhnya diraba-raba oleh jejaka tua bernama Jaka.

Dengan leluasanya, tangan Jaka menggerayangi tubuh Intan.
"aaahh, Pak...udaah...", desah Intan begitu manja saat kedua 'kuncup' payudaranya dijepit, dipencet-pencet, dan dipelintir-pelintir pelan oleh Jaka, mahasiswi manis itu malah dengan asiknya menyuapi Jaka.
Habis sudah makanan Jaka, makanannya sendiri masih setengah. Disuruh Jaka, Intan pun duduk menghadap ke depan, tapi pantatnya tetap menduduki selangkangan Jaka.
Posisi ini jelas membuat Intan bisa merasakan jendolan besar di selangkangan Jaka yang 'mengganjal' tubuhnya. Kini, kedua tangan Jaka bebas, dia langsung menggenggam dua buntalan daging kembar Intan yang empuk itu.
Diremas-remasnya kencang penuh nafsu, dipelintir pucuk susu Intan. Spontan Intan bergidik, menggeliat, dan sedikit mengeluh tapi manja.
Intan tetap saja meneruskan makannya sementara Jaka menggrepei tubuhnya. Dia sadar kalau tidak makan sekarang, mungkin dia tidak akan makan seharian karena si gadis manis tahu, dia akan sibuk dengan benda tumpul nan besar milik pria tua yang sedang didudukinya ini.




Jaka Mengisengi Sang Bidadari Manis



Jaka semakin iseng, tanpa izin, dia mencolok vagina Intan dengan 2 jarinya dan lalu mengobel-ngobel liang kewanitaan Intan seenaknya.
"emmhhh....".
Intan mendesah tertahan karena mulutnya penuh nasi. Makanan Intan pun mulai terasa hambar karena otaknya di dominasi rasa nikmat di vagina & payudaranya.
Meskipun begitu, makan dengan 'tersiksa', Intan berhasil menghabiskan makanannya. Jaka tak berhenti, dia memperkencang tusukan 2 jarinya keluar masuk vagina Intan yang amat sempit karena dia tahu sebentar lagi Intan akan orgasme.
"aaa aahhhh....", lenguh Intan, tubuhnya gemetar lalu menegang, untung piring yang dipegangnya tidak jatuh.
Jaka bisa merasakan celananya menjadi hangat & basah karena Intan sedang 'mengencingi'nya.
Jaka membiarkan Intan istirahat sejenak setelah orgasme, tapi tak serta merta dia mengeluarkan jarinya. 2 jarinya tetap berada di dalam liang vagina Intan.

Rasa hangat, lembap, dan sempit menyelimuti 2 jari Jaka. Memang benar-benar 'anu' wanita muda ini, pikir Jaka. Benar-benar mantap.
Tentu Jaka heran, padahal Intan sudah 'digodok' berkali-kali olehnya, Supri, dan Untung, senjata mereka pun tergolong besar, namun lubang vagina dara manis ini masih mungil.
"ih, Pak Jaka..orang lagi makan malah di gituin...", keluh Intan sewot.
"tapi enak kan neng? baru kali ini kan makan sambil dikobel-kobel memeknya? hehehe.....".
Intan hanya manyun, dan berdiri lalu pergi keluar kamar. Saat berjalan keluar kamar, Jaka memperhatikan tubuh indah Intan dari belakang.
Lenggak-lenggok jalan Intan benar-benar sensual ditambah lekuk tubuh yang amat sempurna. Sungguh pembangkit syahwat para pria, ucap Jaka dalam hati. Wajah manis, tubuh semok, tapi kenapa seneng digarap sama bapak-bapak ya? padahal masih muda, Jaka terheran-heran sendiri.
Tapi peduli setan, yang penting dia bisa merasakan nikmatnya tubuh seorang gadis muda nan cantik yang dengan senang hati melayani nafsunya.

Jaka mengulum 2 jarinya yang digunakan untuk mengilik-ngilik 'lembah' milik Intan. Rindu dengan lendir vagina Intan yang amat gurih & agak manis itu. Intan berjalan agak gemetar, kakinya belum bisa menapak dengan mantap karena masih lemas setelah orgasme tadi.
Dia menaruh piring dan minum karena minumannya tadi habis oleh Jaka. Intan jadi berpikir, memang baru kali ini dia makan sementara vaginanya diobok-obok. Rasanya sesuatu yang beda. Dia hanya pernah melihat aksi MSD (Makan Sambil Diobok) itu, Lina yang pernah melakukannya.
Temannya yang hyper sex itu menaruh dildo di tengah-tengah kursi makan dan dia sengaja tak mengenakan apapun untuk bagian bawah tubuhnya dan menelan dildo tersebut dengan vaginanya. Begitu dinyalakan & dildo mulai bergetar di dalam vagina Lina, gadis cantik itu malah makan.
Katanya, makan seperti itu malah membuat nafsu makannya meningkat drastis. Waktu itu, Intan pikir Lina sudah terlalu kecanduan seks hingga seperti itu, tapi sekarang, Intan agak mengerti apa yang dirasakan Lina.

Meski, makanannya jadi terasa hambar, tapi tadi ia makan dengan kalap seperti orang kelaparan.
Obat yang mujarab kalau lagi sedang tak nafsu makan, pikir Intan. Mungkin ntar, gue mau minta makan sambil dikobel sama Pak Jaka, Pak Supri, n' Pak Untung, pikir Intan agak nakal.
Dia bergegas ke kamar mandi untuk mencuci tangannya. Intan kembali ke kamar, Jaka sudah tinggal memakai kolornya yang dekil itu.
"ntar dulu yaa, Pak. nunggu makanannya turun dulu, takutnya ntar Intan mual...", ucap Intan seraya tersenyum.
Intan tahu betul kalau serigala tua itu sudah tak sabar ingin menerkamnya & menidurinya, ia pun sudah rindu dengan keperkasaan tongkat Jaka.
Tapi, daripada nanti ia mual, pikir Intan. Jaka duduk di pinggiran ranjang, dia menarik pinggul Intan dan menempelkan wajahnya ke perut Intan.
Sementara kedua tangannya mencengkram kencang kedua bongkahan pantat Intan. Jaka benar-benar kangen dengan tubuh Intan. Harumnya, hangatnya, apalagi kenikmatan yang bisa dipetik dari tubuh indah sang bidadari penggoda.




Pemandangan Jaka Saat Ini



Jaka agak melorotkan posisi duduknya sehingga matanya tepat di depan daerah segitiga Intan. Dia memandangi pangkal paha Intan lama. Mengagumi alat kelamin yang begitu indah & terawat serta harum, sehingga membuat Jaka tak ragu membenamkan wajahnya di sana.
Intan membelai kepala Jaka seraya tersenyum, membiarkan pria tua itu mengendusi daerah intimnya dengan sepuasnya.
Baik Jaka, Untung, maupun Supri memang gemar sekali membenamkan wajah mereka ke selangkangan Intan dan mengendus aroma harum namun khas dari daerah kewanitaan Intan.
Begitu sunyi & tenang, wajah Jaka senantiasa masih terbenam di antara kedua pangkal paha Intan padahal sudah cukup lama waktu berlalu.
"emmmm....". Tubuh Intan merinding seketika. Jaka nakal menjulurkan lidahnya.
"ayo yuk neng. sekarang ?".
Intan tersenyum dan mengangguk. Jaka langsung melebarkan kedua paha Intan dan mulai menyerbu kemaluan Intan di TKP.
Dan akhirnya mulai lah serangkaian adegan seksual antara seorang gadis muda dengan seorang pria tua yang begitu panas & bergairah seakan tiada hari esok untuk menggesekkan alat kelamin mereka.
Panasnya siang hari yang akan berganti menjadi sore hari tak dipedulikan. Matahari & hawa udara yang panas seakan kalah oleh panasnya 'pergulatan' sepasang manusia yang sangat berbeda umur, fisik, dan status sosial itu.
Apalagi saat Jaka berhenti sejenak hanya untuk mencumbu & melumat habis bibir Intan, keduanya terlihat sangat bergairah berciuman. Kemaluan Intan & Jaka begitu kompak bekerja sama meraih kenikmatan.
Vagina si gadis muda jelas sangat menyambut penis si bujang tua. Erlingan, eluhan, erangan, dan desahan Intan menyemangati Jaka yang semakin bernafsu menggenjot Intan, tergambar dari nafasnya yang semakin menderu-deru.
Jaka benar-benar menikmati tubuh indah Intan tiap jengkalnya. Dia sangat memuja keindahan tubuh Intan. Tentu tak hanya kemaluan Intan saja yang dipompa Jaka, tapi juga anus & mulut sang dara manis digunakan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya oleh pria tua yang mesum itu.

Tak terasa waktu bergulir. Intan entah sudah berapa kali merasakan puncak kenikmatannya.
Sementara Jaka sendiri sudah 4x orgasme. Dan setiap kali ia berejakulasi, Jaka selalu menumpahkan air maninya ke dalam rahim Intan.
Diam-diam Jaka berhasrat untuk menghamili Intan, jadi mau tidak mau, gadis manis yang enak untuk disetubuhi itu akan menjadi istrinya.
Itulah sebabnya, sang pejantan lansia terus-menerus menyirami rahim Intan dengan sperma. Matahari terbenam, alat kelamin mereka sudah tak kuat lagi untuk diadu. Daerah intim Intan begitu belepotan dengan cairan putih, belum lagi yang meleleh keluar dari dalam vaginanya yang banjir sperma Jaka.
Intan merasa puas luar biasa, selangkangannya benar-benar serasa diaduk-aduk, liang pantatnya ngilu nikmat. Meski sudah loyo, Jaka tetap berada di atas tubuh Intan. Dia mencumbui Intan tanpa henti, tak mau membiarkan bidadari itu pergi dari dekapannya.
Mereka berdua sudah terlalu lemas untuk bergerak, karena itu mereka tertidur, dengan kondisi ranjang yang masih semrawut akibat kegiatan sex mereka tadi.

Mereka berdua tidur berpelukan, tangan Jaka berada di bokong padat Intan. Jaka tidur dalam rasa yang teramat puas.
Puas menggarap habis-habisan seorang gadis manis yang aduhai, sampai-sampai si ABG lemas bahkan tidak kuat untuk turun dari tempat tidur & membersihkan daerah intimnya sebelum ke dunia mimpi.
Intan terbangun dengan sendirinya. Usai merenggangkan tubuhnya sebentar, Intan membuka matanya lebar-lebar. Ugh, terasa pegal sekali sendi-sendi di tubuhnya.
Dan tentu yang paling merasa pegal, di bagian selangkangannya, serasa habis dihantam 'gada' besar. Lengket sekali di sekitar pangkal pahanya. Cairan putih yang menghias daerah kewanitaan Intan sudah agak mengering & mengental, tak heran jadi lengket bagai lem.
Sang gadis manis bangun, dia mandi untuk membersihkan tubuhnya sampai wangi & segar kembali sebab aroma tubuhnya kental sekali dengan bau sperma yang amis. Intan keluar kamar mandi sambil menggosok-gosokkan handuk ke rambutnya sementara tubuhnya dibiarkan terbuka bebas.
Tubuhnya sudah kembali segar & harum terutama daerah intimnya. Tapi Jaka tak terlihat batang hidungnya oleh Intan. Intan jadi agak merasa seperti habis manis sepah dibuang, setelah melampiaskan nafsunya, Jaka pergi.
Tapi dia tahu pria tua itu tidak mungkin meninggalkannya sebab si lelaki tua ketagihan akan tubuhnya.
"eh neng Intan udah bangun ya?", Jaka masuk ke dalam rumah.
"iya, Pak. Bapak dari mana?".
"dari luar, neng. nyiapin jala sama perahu buat besok pagi..".
"oh, kirain ninggalin Intan..". Intan berdiri di depan kaca untuk menyisir rambutnya yang berantakan.
"nggak lah, neng. masa ninggalin cewek cakep kayak neng...".
"gombal...".




Intan Habis Mandi



"hehehe...". Jaka melingkarkan tangannya di perut Intan dari belakang dan mendekap tubuh indah itu dengan erat. Bahu Intan diciuminya dengan mesra.
"Pak Untung sama Pak Supri udah tau Intan dateng?".
"belum".
"kok? emang Bapak nggak bilang?".
"nggak, sengaja. biar bisa berduaan sama neng Intan hehehehe...".
"ih dasar, bukannya dikasih tau".
"besok pagi kan neng Intan juga ketemu jadi ngapain dikasih tau", kilah Jaka.
"terserah deh...".
"hehe...".
Jaka mencumbui leher Intan dan menggenggam kedua buah payudaranya.
"hmm. Pak Jaka nggak ada istrinya, grepein Intan terus nih...", protes Intan dengan nada menggoda.
"iya dong, kan mumpung ada neng Intan hehe...".
"tapi apa masih kuat?", ledek Intan.
"nggak sih tapi kan masih bisa main lidah sama tangan hehehe...". Intan tersenyum.
"oh iya, neng pasti laper...".
"Pak Jaka tau aja, udah beli makanan?".
"udah, neng. Bapak beliin pepes ikan nih...".
"berapa, Pak?".
"udah, nggak usah neng...".
"yakin?", goda Intan seraya memundurkan pantatnya mengenai selangkangan Jaka.
"bener", Jaka membalas dengan menghentakkan pinggulnya maju.
"yaudah, kita makan yuk, Pak...".
Mereka berdua makan bersama sambil bercengkrama. Makan sudah selesai dan waktu malam masih panjang.
Dengan adanya seorang gadis muda yang berwajah cantik & bertubuh seksi serta tak berbusana tentu membangkitkan gairah nafsu Jaka. Sambil menunggu rasa kantuk tiba, Jaka mencumbui Intan. Tubuh Intan digerayangi oleh Jaka untuk yang kesekian kalinya.
Intan tentu sudah tahu kalau jejaka tua ini tak akan tinggal diam dan akan terus mencabulinya. Intan yang tak berbusana ditindih & dicumbui membabi buta oleh Jaka yang masih berpakaian lengkap memberikan gambaran yang begitu sensual & liar.
Apalagi ketika Intan terlihat begitu pasrah saat Jaka menciumi & menjilati seluruh bagian tubuhnya mulai dari wajah sampai kakinya. Benar-benar liar. Alhasil, tubuh indah Intan yang tadinya harum setelah mandi kini kembali bau karena berlumuran air liur si pria tua yang mesum.

Keputusan Jaka untuk tidak memberi tahu Untung & Supri tepat sebab dia jadi bisa berlama-lama menikmati tubuh Intan sendirian.
Jaka menyusu ke payudara Intan bagai bayi yang kehausan, menyantap vagina Intan bagai orang kelaparan, dan melumat bibir Intan bagai orang kesetanan.
Intan benar-benar dicabuli habis-habisan oleh Jaka. Orgasme demi orgasme yang didapatkannya membuat staminanya terkuras dan akhirnya ia tertidur, atau lebih tepatnya pingsan.
Saat Intan sudah tertidur, Jaka masih di antara kedua paha Intan. Jaka mengecup 'kue serabi' yang tembem itu seolah mengucapkan selamat tidur kepada celah sempit yang telah memberikan surga duniawi padanya.
Dengan perlahan, Jaka meluruskan kedua kaki Intan yang menekuk lalu tidur di sebelahnya. Begitu merebahkan badan, Jaka langsung dipeluk Intan yang sudah berada di dalam mimpi.
Tanpa ragu, Jaka menepuk-nepuk pantat Intan bagai ayah yang menepuk-nepuk pantat anaknya agar cepat tertidur.
Cuma bedanya disini, selain agar Intan semakin nyenyak tidur, Jaka juga gemas dengan pantat Intan yang begitu bulat & padat jadi tak heran Jaka senantiasa menepuk-nepuk pantat Intan sampai ia sendiri tertidur.




Intan Buru-Buru Pakai Celana



"eh tunggu dong, Pak. Intan pake celana dulu", ucap Intan yang sedang memakai bajunya.
"udah neng, nggak usah pake celana aja. hahaha", ejek Jaka.
"ih si Bapak...".
Dengan buru-buru, Intan menarik celana pendeknya ke atas sambil menuju ke pintu sehingga dia jadi berjingkrak-jingkrak hampir terjatuh.
Intan & Jaka berjalan menuju perahu mereka. Nampak 2 orang yang sedang beraktifitas di sekitar perahu.
"Pak Untung ! Pak Supri !". Intan berteriak dari jauh. Keduanya memicingkan mata.
"hai hai", sapa Intan riang.
"neng Intan ?! kok ada di sini?".
"iya lah ada, kalo nggak ada, masa Intan ada di sini...", canda si gadis manis.
"bukan gitu, kenapa neng ada di sini? terus kapan datengnya?".
"pengen main lagi aja ke sini, datengnya kemarin siang, Pak...".
"tapi kok nggak keliatan?".
"di larang keluar sama Pak Jaka...", Intan seperti mengadu dengan nada manja.
Jaka pura-pura sibuk menyiapkan perahu.
"buk !". Untung menendang bokong Jaka.
"aduwh !".
"sialan lo, nggak bilang-bilang ada neng Intan, di pendem sendirian !".
"hahaha !! terserah gue, sape suruh main langsung balik aje kemaren...", ejek Jaka.
"mentang-mentang bini lo lagi gak ada, neng Intan dipake sendirian !".
"udah, udah...jangan berantem...".
Intan tahu mereka hanya bercanda, tapi takut kalau akan berkelahi betulan. Supri menarik lobang leher kaos Intan dan melongok ke dalamnya. Intan memukul tangan Supri.
"ngapain ngintip-ngintip?".
"pengen liat neng Intan pake bh apa nggak, eh ternyata susunya nggak di bungkus. hehehe...", ujar Supri mesum. Intan baru mau bicara, pantatnya sudah dipukul kencang oleh Untung.
"neng Intan nggak pake celana dalem kan?". Intan menggelengkan kepalanya seraya tersenyum kecil.
"neng pengertian banget ama kita-kita. hehehe...".
Intan pun melaut dengan mereka bertiga seperti waktu itu. 1 perahu dengan 3 orang yang sering menyetubuhinya tentu tak akan lama bagi Intan untuk ditelanjangi.




Pakaian Tak Bertahan Lama di Tubuh Intan



Baju & celana Intan dilucuti begitu sudah agak jauh dari pantai. Payudara & pantat Intan yang bulat & padat berisi serta kemaluannya yang gundul, terawat, dan harum menjadi pemandangan yang begitu menyegarkan mata bagi ketiga jejaka tua itu.
Bukannya sibuk mencari ikan, mereka malah sibuk menggrepei Intan. Sang gadis manis tentu tak bisa apa-apa selain pasrah membiarkan tubuhnya dijamah oleh Jaka, Supri, dan Untung. Kegiatan mencari nafkah itu menjadi menyenangkan, sambil cari ikan bisa sekalian melampiaskan nafsu pada gadis manis.
Supri, Jaka, dan Untung bergiliran menggunakan tubuh Intan sebagai layanan pemuas nafsu lelaki mereka. Formasi yang digunakan adalah 2 orang mencari ikan sementara seorang memanipulasi tubuh indah Intan agar bisa mendapatkan kenikmatan darinya.
Lama mereka mencari ikan sehingga dapat banyak. Mereka pulang setelah agak larut. Supri & Untung pulang ke rumah, tapi tak lama kemudian mereka menyatroni rumah Jaka, tentu karena belum puas dengan gadis manis yang sedang menginap di sana.
Begitu sampai di rumah Jaka, mereka berdua melihat Intan sudah bugil dan tengah tidur-tiduran di tempat tidur.
Untung & Supri tersenyum melihat gadis yang menjadi tempat pelampiasan nafsu mereka sudah tak mengenakan apapun.
"lagi apa neng?".
"ini...", Intan menunjuk ke pucuk susu kanannya yang terlihat berkemilauan.
"gue tadi lagi nyusu hehehe...", jelas Jaka yang langsung mengambil posisi dan mengenyot payudara kanan Intan.
Kompak, mereka pun langsung ‘menggerebek Intan untuk dinikmati ketiga pejantan tua itu sepuasnya sampai larut malam.
Air mani mereka ditumpahkan seenaknya. Kadang disemprotkan ke liang vagina Intan, kadang ke anus Intan, kadang ke dalam mulut Intan, dan kadang ke wajah & tubuh Intan.
Pokoknya Intan tak ubahnya seperti tong sperma bagi mereka. Intan begitu senang melayani ketiga nelayan tua itu, dia sangat menikmati digagahi mereka. Bidadari eksibisionis itu rindu dengan kejantanan & keperkasaan Jaka, Supri, dan Untung.
Setelah puas dan senjata mereka juga sudah tidak kuat lagi untuk menggempur Intan, Untung & Supri pun pulang ke rumah masing-masing.
Jaka tidur di bawah karena di tempat tidur, Intan tidur dengan bergelimangan sperma di tubuhnya.




Intan Mandi Habis Dinodai Semalaman



Pagi menjelang, Intan bangun dengan tubuh yang luar biasa pegal & lengket seperti habis lari marathon 50 km lalu tidur disiram madu. Jaka tak terlihat lagi.
Intan mandi untuk membersihkan tubuhnya dan merapikan medan pertempurannya tadi malam yakni tempat tidur Jaka.
Baru saja selesai beres-beres, ada yang mengetuk pintu. Karena dipikirnya itu Jaka yang pulang, Intan membuka pintu tanpa mengenakan pakaian terlebih dulu, tapi ternyata orang lain.
Gino yang mengetuk pintu, pria tonggos itu terbengong-bengong, dan menelan ludah. Di depannya, berdiri mahasiswi manis yang waktu itu ia lihat tanpa mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya.
Masih ragu mimpi atau bukan, Gino hanya diam terpaku dan menjelajah tubuh telanjang Intan dengan matanya, memandangi payudara & daerah intim dara manis itu. Intan terkejut dan menutup pintu.

Tapi, Gino langsung menahannya dan merangsek masuk.
"akh !!".
Gino mendorong Intan sampai terjungkang jatuh ke belakang. Dia langsung menomplok Intan, menahan kedua tangan gadis manis itu.
"lepasin !!! tolong !!", Intan berusaha melepaskan diri sekuat tenaga.
"sshh !! neng Intan jangan berisik. neng Intan mau orang-orang pada ngeliat neng telanjang di rumah Jaka?".
Meski si dara manis adalah seorang eksibisionis, tapi cukup logis juga perkataan Gino tadi.
Intan tak mau jadi masalah nantinya, tapi tetap saja ia tak rela kalau sampai diperkosa Gino.
Kecanduan sex memang, namun tak membuat Intan jadi mau digauli siapa saja, apalagi dipaksa seperti sekarang.
"nggak nyangka, mau nanya si Jaka, eh malah disambut neng Intan. hehehe...telanjang lagi...".
"pleaase, Pak...jangan...", pinta Intan memelas.
"jangan apa neng? jangan lama-lama? udah pengen disodok? hehe...", ejek Gino.
"buk !!".
Gino mental ke samping. Jaka telah pulang dan menendang Gino.

"sialan lo, Jak...", ucap Gino sambil berdiri kesakitan.
"ngapain lo ?!!", nada Jaka tinggi.
"gue mau make neng Intan...".
Tanpa basa-basi, Jaka meninju kencang perut Gino, namun dibalas pukulan keras ke wajah Jaka oleh Gino. Mereka saling baku hantam. Intan berdiri di pojok ruangan, dia ketakutan melihat Gino & Jaka yang saling berkelahi.
Bagai 2 pejantan yang sedang memperebutkan hak untuk dapat mendapatkan sang betina, Jaka & Gino berkelahi. Satu sisi, Jaka yang telah mencicipi tubuh Intan ingin mempertahankan Intan. Sementara Gino menjadi penantang yang ingin memenangkan hak untuk menikmati tubuh Intan.
"kenapa lo mau perkosa neng Intan?", tanya Jaka dengan nafas tersengal-sengal.
"karena dia buka pintu...telanjang...".
Jaka langsung terdiam. Mereka berdua mengatur nafas. Tak sampai berdarah, tapi kelihatan agak lebam-lebam pada wajah mereka.
"selama bini lo nggak ada di rumah, pasti lo ngentot sama neng Intan...".
Jaka terdiam. Merasa telah memojokkan Jaka, Gino tersenyum.

"bener kan? neng Intan telanjang karena abis lo entot?", pertegas Gino untuk semakin memojokkan Jaka.
"terus? emang kenape?! nggak ada urusannya kan ama lo?!", Jaka ngotot.
"ya ada lah, lo ngentot sama neng Intan, gak bilang-bilang gue. untung yang ngeliat gue. coba bini lo atau warga sini yang ngeliat. pasti lo diusir dari sini. mau tinggal dimane lo?".
Tak diduga, wajahnya jelek & pendidikannya hanya sampai SD, tapi Gino pandai berkilah bagai politikus yang jago memojokkan politikus lainnya padahal sama saja, sama-sama bejat.
"terus ape mau lo?!!".
"gue mau minjem neng Intan barang 3 hari buat nemenin gue nganter barang".
"kagak, enak aje lo".
"kalo lo gak mau, ya gue lapor ke warga...".
"....".
"gimana?".
Jaka tak menjawab, dia beralih pandangan ke Intan yang masih berdiri kebingungan.
Seolah buah dada & zona-V Intan yang terekspos tak membangkitkan gairah Jaka seperti biasanya.
Intan memilih berjalan ke arah kamar, agar tak memperkeruh keadaan. Jaka mengikutinya, sementara Gino memandangi pantat Intan yang bergoyang-goyang seiring dia berjalan.
Pantat bidadari manis itu memang sungguh bulat & padat. Gino sudah tak sabar ingin menghantam pantat Intan dengan selangkangannya dan juga menabuh-nabuh pantat yang sungguh montok itu.
"gimana ini, neng?".
Kepala Jaka pusing & mumet, jalan pikirannya buntu.
"Intan juga bingung".
Lama juga mereka di kamar, Gino sudah tidak sabar.
"woi, buruan ! gue mau berangkat nih !!".
Tak lama, Intan keluar dari dalam kamar.
"gimana?".
"i..iya, Pak. saya mau nemenin Bapak...", jawab Intan.
"wahaha...bagus-bagus...ayo. Jak, gue minjem neng Intan dulu yee hahaha !!".
Jaka hanya bisa memandangi Intan dibawa pergi oleh Gino.
Gadis muda tempat penyaluran nafsunya pergi dengan pria lain meski dalam keadaan terpaksa tetap saja membuat Jaka dongkol setengah hati.
Kalau saja dia berani, pasti dia akan menikam Gino dengan pisau sampai mati. Tangan Gino senantiasa menggenggam pantat Intan, meremas-remasnya dengan kencang.
"montok banget sih neng, pantatnya. POKK !!".

"....".
"neng Intan udah lama kenal sama Jaka?".
"be..belum lama...".
Aura Gino membuat Intan yang biasa menggoda pria menjadi canggung.
"terus kenalnya dari pas kapan?".
"bulan lalu".
"neng kenalnya dari mana?".
"dari Pak Supri...".
"Supri? neng kenal juga sama Supri?".
"iyaa...".
"jangan-jangan neng Intan pernah di pake juga sama Supri...".
"....".
"berarti bener? sialan tuh tua bangka. punya simpenan yang bohai gini nggak bilang-bilang".
Mereka sampai di dekat truk Gino, truk yang biasa untuk mengangkut pasir, bebatuan, dan sejenisnya. Terlihat Adul sedang mengunci bagian belakang truk yang kelihatan sudah ada barangnya.
"eh neng Intan...", sapa Adul.
"Pak Adul...".
"gimana, Dul? udah beres?".
"udah, bang. tinggal berangkat..".
"sip lah. ayo, neng, kita berangkat...".
"lho? neng Intan ikut, bang?".
"iya, neng Intan mau ikut, sekalian jalan-jalan katanya..."
"tapi kan kita nganter ke Malang, jauh...bisa 3 harian baru sampe sini lagi...".
"iya, neng Intan emang mau jalan jauh. ya nggak, neng?", tanya Gino sambil nyengir.

"iya, Pak".
"ayo, dah. kita berangkat".
"neng Intan duduk di tengah", perintah Gino.
"iyaa, Pak..".
"oh iye, bang. ada yang kelupaan?".
"apaan?".
"surat-suratnye..".
"yaudeh, sono ambil dulu...". Adul bergegas pergi. Sementara Gino mendekati Intan yang bersender di dekat pintu truk.
"ayo, neng, buka bajunya...".
"ha? buka baju disini?".
"iya, ayo buka...".
"nanti keliatan orang...", keluh Intan dengan nada pelan.
Hati Intan memang berdegup kencang saat Gino menyuruhnya untuk melucuti pakaian, itu memacu adrenalinnya. Intan memang gemar tak mengenakan busana, tapi dia enggan kalau nanti ada warga desa lainnya yang melihat tubuh bugilnya.
"neng mau buka sendiri atau mau dibuka sama Bapak? kalo Bapak yang buka, baju neng Intan bakal robek. neng mau bugil terus?".
"ngg....". Intan menggenggam bagian bawah kaosnya, mulai menarik ke atas.
Pandangan Gino terpaku pada perut Intan yang mulai kelihatan seiring kaosnya yang semakin naik ke atas.

Secara teknis, dia memang telah menyaksikan keindahan lekuk tubuh Intan, tapi untuk bisa memandangi gadis muda yang begitu manis & seksi menelanjangi dirinya sendiri di tempat terbuka adalah hal lain.
Gino tak berkedip, agak sedikit menganga dan jantungnya berdegup kencang.
"Pak, please, jangan di sini...".
Intan telah mengalah pada kebiasannya. Bodo amat kalau ada orang yang liat, gue nggak rugi juga, pikir Intan untuk pembenaran kelakuannya yang menyimpang.
Sekarang dia ingin menggoda nafsu pria jelek yang mesum di depannya. Intan sengaja pura-pura malu untuk membuka pakaiannya.
"udah, neng. buruan buka".
Gino langsung menarik kaos Intan ke atas secara paksa.
"jangan, Paak...", tapi gadis manis itu malah dengan sengaja memudahkan Gino. Payudara bidadari berparas manis itu berguncang.
"tuh kan, neng Intan emang demen bugil kan? buktinya nggak pake bh...hehehe...", ejek Gino. Intan menutupi kedua buah payudaranya.
"belum pernah ngerasain nyusu ama mahasiswi, cobain ah..".

Gino memindahkan kedua tangan Intan yang menyilang di dadanya sendiri dan langsung mencemot puting kanan Intan.
"mmm...jaangann, Paakk...", tangan Intan mendorong kepala Gino.
Tentu hanya aktingnya saja. Seperti orang kesetanan, Gino mengenyam kedua pucuk susu Intan dengan buasnya. Dikenyot & dikunyah habis-habisan.
"aahhh...Paakhh...stophh...".
Tentu Gino tak akan berhenti. Kapan lagi bisa ngenyot payudara gadis muda?.
"ini bekas cupang dimana-mana, pasti ini dibikin sama Jaka & Supri ya, neng?", komentar Gino yang melihat banyak sekali bekas cupangan yang sudah menghitam di sekujur perut & payudara Intan.
"berarti tadi malem neng Intan abis pesta ngewe sama Jaka n' Supri ya?".
"tampangnya manis, tapi sukanya ma kontol bapak-bapak tua. hahaha !!!".
Belum sempat Intan berkata, Gino langsung mencaplok 'bakpau' milik Intan lagi. Intan melirih pelan, menikmati putingnya yang sudah mengeras & menjadi sangat sensitif diemut Gino.
Pria tua bergigi tonggos itu kelihatan serakah sekali dengan menggenggam kedua buah payudara Intan dan mengulumnya bergantian.

Tangan Gino begitu aktif mencengkram, meremas, dan memencet-mencet buntalan daging kembar Intan yang begitu empuk.
Desahan pelan Intan semakin melecut nafsu Gino. Dia yakin kalau dara manis ini sebenarnya hanya pura-pura menolak saja.
Puas bermain dengan kemasan susu milik Intan, Gino tentu ingin mencicipi kemaluan sang bidadari.
"ayo buka celananya..".
"ja...jangan..Pak...".
"udah neng, jangan pura-pura nggak mau..ayo buka...", jawab Gino seraya berusaha menarik celana Intan ke bawah.
Tau aja lagi, pikir Intan. Celananya pun lepas dari tubuh seksi Intan.
Dara berparas manis tersebut kini hanya tinggal memakai sandal saja, sementara tubuhnya yang sensual terbuka tanpa terhalang apapun dan menjadi pemandangan indah bagi Gino yang ada di depannya.
Gino berjongkok, memperhatikan dengan seksama daerah paling intim yang ada di tubuh Intan.
"ckck...jadi gini memek mahasiswi gedongan..bagus..wangi lagi...", puji Gino yang mendekatkan hidungnya ke belahan kemaluan Intan yang menyebarkan aroma wangi khas.

"berarti nih memek neng udah di geragotin sama Jaka n' Supri ya?", tanya Gino cabul.
"Pak Untung juga...", Intan menjawab jujur karena sudah tak ada artinya lagi dia berpura-pura.
"ha?! neng juga gituan sama Untung?". Intan mengangguk.
"ckck, neng Intan emang demen di entot sama bapak-bapak tua ya?". Intan mengulum bibir bawahnya dan mengangguk perlahan.
"kalo gitu, Bapak nggak mau ketinggalan".
"emmm....aahh aahhh pelan...pelan....Paaakhhh...", eluh Intan dengan lembut, dia gelagapan karena Gino mencecar vaginanya sampai dia terdesak ke belakang. Gila, nih bandot tua napsu bener ama V gue, bakal di geber abis-abisan nih, pikir Intan.
"aaahh mm mmhhh ooohhh....".
Fakta bahwa dia telanjang bulat dan kemaluannya sedang digeragoti oleh Gino di tempat terbuka yang mudah terlihat orang, sudah tak dipikirkan Intan lagi.
Lidah Gino yang begitu liar menggelitiki alat kelaminnya, membuat Intan menjadi lupa daratan, lupa segalanya.

Gino mengangkat kaki kiri Intan dan menaruhnya di pundak kanannya sehingga dia jadi leluasa & lebih mudah menguwek-uwek vagina Intan yang begitu harum & terawat.
Intan menggelinjang berkali-kali dan mendesah keenakan, dia tak akan bisa menghentikan Gino di saat seperti ini. Dia hanya bisa pasrah dan membiarkan alat kelaminnya disantap sesuka hati oleh Gino.
Dara muda cantik itu berkedut-kedut seketika merasa klitorisnya disentil-sentil Gino dengan lidahnya.
"ayo, bang. kita berang......kat", Adul diam tanpa kata melihat pemandangan yang ada di depan matanya.
Intan tak berbusana, kakinya menyantel di pundak Gino yang sedang jongkok, dan bisa terlihat kalau kepala Gino pas berada di selangkangan Intan.
Apalagi gadis muda nan manis itu mendesah pelan dan ekspresi wajahnya sayup-sayup keenakan, jelas sekali kalau seniornya itu sedang menggeragoti daerah selangkangan Intan.
Mata Adul tak berkedip sekalipun.
"eh, Dul. udah beres?", tanya Gino, kepalanya yang tadinya ketutupan paha kiri Intan kini kelihatan.

"u...udeh, bang....".
"yaudeh, tunggu bentar nih, nanggung. ssllrrrpppp....". Gino melanjutkan aktivitasnya. Spontan, Intan mulai mendesah & menggelinjang lagi.
"EMMMMHHHH !!! PAAAKKHHH !!! UUUMMMHHHH !!!!", Intan mengejang hebat, dia menekan kepala Gino ke arah selangkangannya. Sesudahnya, mulai terdengar suara seruputan yang cukup kencang.
"srrrppp slluurrrrpppp !!".
Intan membebankan semua berat tubuhnya ke truk karena meski sudah berdiri dengan kedua kakinya, dia masih tak sanggup menopang tubuhnya sebab kedua kakinya gemetaran.
"memeknya neng Intan gurih...hehehehe...maknyuss !!". Gino pun jongkok sebentar hanya untuk sekedar menyapu belahan vagina Intan dengan lidahnya.
"mane surat-suratnye?".
"abang abis ngapain ama neng Intan?".
"masa lo nggak tau? ya gue abis jilmek lah".
"kok?".
"neng Intannya mau, yaudeh gue jilatin memeknya...yok ah berangkat...".
Gino menarik tangan Intan dan menyuruhnya naik.
"ayok, Dul...".
Adul masih terheran-heran, tapi dia mengikuti naik ke atas mobil.

Intan sudah duduk di samping Gino, tetap telanjang bulat. Tangan Gino sudah berada di antara kedua paha Intan.
Wajah gadis manis itu terlihat sayu, bukti kalau Gino mengisenginya. Begitu Adul sudah menutup pintu dan duduk di sebelah Intan, Gino menyalakan mesin dan mulai menekan pedal gas.
Adul memandangi tubuh Intan. Sungguh indah & montok. Baru kesempatan ini, Adul bisa menontoni tubuh mengkal seorang gadis manis yang masih muda dengan sepuasnya.
"kenape lu pelototin doang? pegang aje", Gino menarik tangan Adul dan meletakkannya di payudara kiri Intan.
"gak apa-apa nih, bang?".
Adul malah bertanya kepada Gino seakan pemilik 'kantung susu' yang sedang digenggamnya hanyalah sebuah patung yang tak memiliki perasaan.
"kagak pape, gunanya neng Intan ikut kan biar bisa kita pake n' grepein...hahahaha...".
"bener, neng?".
"iya...", jawab Intan pelan untuk menyenangkan kedua pria jelek itu karena secara perjanjian, 3 hari ke depan, Gino & Adul adalah tuannya yang harus dibuat 'senang' setiap saat.

Adul mulai meremas susu Intan dengan kasar. Intan cuma tersenyum dan menghadap ke Adul.
Payudara bulat Intan dimain-mainkan sesukanya oleh Adul. Pucuk susu si gadis manis dipilin-pilin kencang bahkan dipelintir hampir 360 derajat, membuat Intan sedikit menginyis ngilu.




Adul 'Petik' Buah



"heph ccppphhh ccpphhh mmhhhh mmhhhh". Adul melumat bibir Intan yang tipis nan lembut itu, mengulum & mengemut-emutnya.
Gino melecehkan Intan yang kelihatan pasrah dicumbu & digrepei oleh Adul dengan kata-kata jorok. Menyaksikan perempuan bugil yang pasrah digerayangi pria yang masih berpakaian lengkap sungguh memicu rasa tersendiri.
Lidah Adul mengejar-ngejar lidah Intan. Sang dewi eksibisionis melayani ciuman nakal Adul dengan bergairah. Tangan Adul bergerak naik-turun untuk merasakan bentuk tubuh Intan yang sempurna.
Nampak sekali kalau Adul begitu bernafsu mencumbu Intan. Kapan lagi bisa nyipok mahasiswi semok?, pikir Adul yang sudah gelap mata dan tidak ingat lagi anak & istrinya di rumah.

Gino terkekeh-kekeh melihat Adul yang sangat bernafsu seperti hewan liar sementara Intan begitu pasrah dicipok dan didekap begitu erat oleh Adul, namun pria bergigi mancung itu tak mau kalah, tangan kirinya sedang bebas karena truk terkena lampu merah yang lama.
Dia melebarkan kedua paha Intan dan langsung mencolok celah sempit di antara selangkangan sang gadis manis dengan jari tengah & jari telunjuknya.
Jadilah Intan dicumbu Adul sambil payudaranya diremas-remas dan kemaluannya dikobel oleh Gino.
"emmmpppp....", desahan Intan yang tertahan kian terdengar, gumaman keenakan dari seorang gadis yang sedang dicabuli 2 pria tua.
Tentu beginilah yang akan dialami Intan, berkendara dengan bugil ditemani 2 jejaka 'usang' yang mesum.
Beberapa kali, Intan meneguk ludahnya sebab mulutnya penuh dengan air liur Adul. Jadi secara tak langsung, Intan meneguk ludah Adul berkali-kali karena bibirnya tak dilepaskan sama sekali oleh Adul.
Belum lagi, kemaluannya yang dikilik-kilik dengan nakalnya oleh Gino.

"enak ya neng? memeknya dikobel gini?", tanya Gino untuk melecehkan.
"emmmm....", gumam Intan seraya menggerakkan kepalanya sedikit untuk mengangguk.
"hehehe...". Gino mencabut jarinya dan menjilatnya.
"emang maknyus....".
Intan merapatkan pahanya, dia merasa tidak nyaman karena Gino tidak mengorek-ngorek vaginanya lagi. Intan menarik tangan kiri Adul dan meletakkannya di selangkangannya. Bagai sudah kontak batin, Adul mulai mengelus-elus daerah intim Intan.
"hhmmm....".
Intan menggeliat pelan dan menunjukkan ekspresi bergairah & senang. Adul mengobel-ngobel vagina Intan dengan bersemangat.
"ummmmmmmHHHH !!!!!", Intan mengejang hebat, dia mempererat pelukannya selagi meraih puncak kenikmatannya.
Adul mendiamkan jarinya disiram dengan kuah vagina Intan sampai benar-benar tidak menyembur lagi. Adul mengeluarkan dan mengendus jarinya.
"memeknya wangi....".
"iye kan? gue bilang juga ape...coba lu jilat, Dul....".
Tanpa berpikir, Adul mengulum jarinya.
"iye, Bang. gurih banget...asiik...".

Intan tersenyum dan menatap ke bawah, dia memang sering tersipu malu kalau ada orang yang menyanjung betapa wangi & nikmat alat kelaminnya.
"neng Intan, manis banget....", ujar Adul memandangi wajah Intan.
"makasih, Pak...", balas Intan seraya tersenyum.
"neng, sepongin dong", pinta Gino.
"nanti bahaya, Pak....".
"bahaya kenapa ?".
"Bapak nyupirnya...".
"oh, tenang aja, neng. Bapak mah udah jago nyetirnya. ayo dong, neng....".
"iyaa, Pak", jawab Intan dengan senyum manisnya.
Intan mendekatkan wajahnya ke bagian bawah Gino. Dengan perlahan, Intan membuka resleting dan kancing celana Gino.
Si pejantan tonggos mengangkat pantatnya untuk memudahkan Intan. Di depan mata Intan terpampang 'sosis' besar yang setengah terbangun.
Sang dara manis menjulurkan lidahnya dan mulai membelai 'cacing' besar yang ada di hadapannya.
"beeuuhh....mantaaapphh !!".
Gino bergidik nikmat merasakan lidah Intan yang melata di batang kejantanannya dengan amat perlahan sehingga memberikan sensasi nikmat yang begitu pelan & menggelitik nafsunya sedikit demi sedikit.

"ccuuupp cuupphhh".
Seluruh pelosok 'toya' sakti milik Gino diciumi Intan dengan lembut & mesra padahal bau apek selangkangan Gino benar-benar menyengat, tapi Intan nampak sangat menikmatinya.
Gino geleng-geleng kepala, istrinya saja agak enggan kalau disuruh mengulum kemaluannya, tapi gadis muda & manis seperti Intan malah kelihatan begitu asik menjilati penisnya.
"neng doyan banget yaa ngemut kontol?", ejek Gino.
"mmm....", jawab Intan dengan sedikit bergumam.
Lidah Intan bergerak mengelilingi diameter penis Gino yang besar sambil sesekali mengurut si 'cacing' naik-turun dengan lidahnya.
"ooohhhh...maknyuussss.....sedeeeppphhh....iyaaa, neng, disitu.....enak....teruss neng....", komentar Gino bergidik keenakan saat Intan menggunakan lidahnya untuk mencuil-cuil lubang pipis si supir tua bergigi tonggos itu.
Bibir Intan mendekap erat kepala penis Gino dan mulai mengenyamnya seperti mengemut permen.
"mmm nnyymmm....", tangan kanan Intan mengocok 'gagang pistol' Gino dengan perlahan.

"ooohhh....".
Rasa hangat luar biasa menyelimuti senjata Gino saat bibir Intan menyentuh rambut kemaluannya, dengan kata lain, Intan menelan penis super Gino secara bulat-bulat.
Rongga mulutnya penuh sesak dengan ketebalan senapan berkaliber besar milik Gino dan dia bahkan bisa merasakan ujung dari alat kelamin Gino menyentuh pangkal kerongkongannya.
Lidah Intan memberikan belaian-belaian lembut, membuat Gino semakin terbuai dalam kenikmatan dan rasanya bagai di surga tanpa batas.
"UUUOOHHHHH", erang Gino merasa sungguh nikmat luar biasa.
Rongga mulut Intan mengecil dan menjepit penis Gino yang ada di dalamnya. Kemudian Intan menaikkan kepalanya, menurunkannya kembali.
Dengan bibirnya yang mengatup begitu rapat, Intan seperti sedang mengurut penis Gino dengan mulutnya. Rasa nikmatnya tak bisa dilukiskan Gino dengan kata-kata. Baru kali ini, otongnya dikulum sedemikian rupa oleh seorang perempuan.

Bukan sembarang perempuan, melainkan perempuan berparas manis & bertubuh sintal sempurna yang umurnya 1/2 kali dari umur si supir tonggos.
Andai Intan istrinya, pasti dia akan berada seperti di surga setiap harinya, pikir Gino. Dan jika dilihat dari betapa menikmatinya saat dia mengulum penis, Gino berpikir akan mudah merawat bidadari manis ini.
Tinggal 'disuapi' dengan sperma yang penuh nutrisi setiap harinya sebagai makanan pasti cukup membuat Intan kenyang, khayalan Gino yang cabul.
Tak henti-hentinya lidah Intan membelai perkakas keras itu, menciuminya penuh kemesraan, menghangatkannya di dalam rongga mulut, dan mengulik lubang pipis Gino.
Tentu saja Intan begitu lihai mengulum kemaluan pria, dia bersama Moniq diajari oleh ahlinya, Lina. Hanya Riri yang tidak diajari.
Well, sebab Riri sudah diajari bagaimana cara menggunakan lidah secara intens saat menjalin hubungan intim dengan kakek tirinya. Intan & Moniq berlatih dengan seorang pengemis yang memang sengaja didatangkan Lina.




Belaian Sayang Intan ke Gino



"clkk clkkk", bunyi decak air mengiringi gerakan kepala Intan yang turun-naik.
Penis Gino yang berlumuran air liur Intan lah yang membuat suara decak air. Gino merem-melek keenakan apalagi saat Intan mengenyam 'helm' bajanya dan mengelilingi diameter leher penisnya, terutama saat lubang kencingnya dicolok-colok oleh Intan dengan menggunakan lidah.
"neng, sepongin kontol gue juga dong...", pinta Adul yang sudah menarik tangan kiri Intan ke penisnya.
Intan mengangkat kepalanya dan menatap Adul. Intan tersenyum dengan mulutnya yang terlihat basah, terlihat sensual sekali. Intan menghadap Adul dan menundukkan kepalanya. Saatnya 'memanjakan' pria yang satunya.
Seketika Adul mendesah keenakan saat lidah Intan mulai menari-nari di batang kejantanannya. Giliran penis Gino yang dikocok oleh Intan.
Sibuk sekali Intan, beberapa menit dia mengulum alat kelamin Adul sambil mengocok penis Gino, dan beberapa menit setelah itu, Intan berkaraoke dengan 'mic' milik Gino sambil memainkan 'tuas' Adul.

Gino & Adul mengobrol biasa saja tentang barang yang akan dikirim seolah tak mengindahkan keberadaan Intan yang sedang memanjakan selangkangan mereka.
"dikit lagi, neng. ummmhh !!! OOOKKKHHHH !!!".
Gino menekan kepala Intan sesaat sebelum spermanya memuncrat keluar 'selang'nya. Intan kelolodan, kerongkongannya ditembaki sperma berkali-kali membuatnya hampir tersedak.
Mau tidak mau, Intan menelan semua pejuh yang masuk ke dalam mulutnya sampai tak bersisa. Intan bisa merasakan rasa amis sperma Gino yang menuruni kerongkongannya.
"oohhh".
Puas bukan kepalang rasanya telah membuat gadis cantik seperti Intan menelan air maninya. Seperti sudah kewajibannya, Intan membersihkan penis Gino bahkan sampai mencuil-cuil lubang kencing Gino dengan lidahnya untuk mengais sisa sperma yang mungkin ada di sana.
"enak ya neng, peju Bapak?".
"mm...", Intan hanya tersenyum.
"neng, sekarang nyang eni ya hehehe...", Adul menunjuk batang kejantannya yang basah & berdenyut-denyut. Bagai tersihir, Intan langsung mengemut-emut 'permen asin' itu.

Adul pun berejakulasi sepuas-puasnya ke dalam mulut sang bidadari eksibisionis. Selesai 'tugas'nya untuk saat ini, Intan mengelap mulut & tangannya dengan tisu dan menenggak air mineral.
Tapi, tetap saja aroma sperma yang amis kental sekali tercium dari sekitar mulut dan juga nafasnya. Tenggorokan Intan masih terasa cita rasa sperma yang khas. Perjalanan yang sangat jauh, sama sekali tak terasa oleh Gino & Adul.
Meski pertamanya Intan ikut karena dipaksa Gino, Intan asik saja mengobrol dengan mereka. Sepanjang perjalanan, tangan kedua pria tua cabul itu tak henti-hentinya menggerayangi tubuh telanjang Intan.
Tentu sang dara manis sama sekali tak berusaha menyingkirkan tangan mereka berdua, dia membiarkan tubuhnya dijamah oleh Adul & Gino dengan seenaknya.
Bahkan Intan melebarkan kedua kakinya demi memberi keleluasaan bagi 2 jejaka tua itu untuk merabai daerah pribadinya. Benar-benar perjalanan yang 'panjang' bagi Intan. Payudara & daerah intimnya tak pernah dibiarkan 'kosong'.

"bang, laper gue, makan dulu nyok ah".
"gue juga laper nih. ntar kita berenti di warteg".
"neng Intan laper juga?".
"nggak lah, Dul, tadi kan udah kita kasih peju, pasti neng Intan udah kenyang...".
"enak aja, Intan juga laper", nada suara Intan agak manja ngambek.
Intan sudah tak merasa enggan lagi. Ngobrol-ngobrol barusan membuat Intan merasa jadi lebih dekat, lagipula dia memang orang yang supel, ditambah sepanjang perjalanan tadi kan, Gino & Adul terus menggrepeinya, tak mungkin Intan tak merasa 'dekat'.
"nah di sana aja noh, bang".
"beres...".
"nah ayo neng, turun...".
"e eh...tunggu, Pak. baju Intan mana ?".
"lho? udah gitu aja, neng...hehe...".
"ah, Bapak. mana baju Intan?".
"iya, iya, nggak usah manyun, neng. ini bajunya...".
Intan menutup pintu truk dan tak lama kemudian keluar dengan pakaian yang sudah menutupi tubuhnya.
Warung makan itu sepertinya memang biasa dijadikan supir-supir truk luar kota untuk istirihat sejenak dan makan. Seketika, kawanan Adul, Gino, dan Intan pun jadi pusat perhatian.




Intan Mengenakan Pakaiannya Lagi


 
Terakhir diubah:
Daerah sekitar itu penuh dengan kaum pria, kalau ada wanita, hanya si penjaga warung makan, itu pun seorang ibu tua & anak perempuannya yang tak begitu cantik.
Jadi, tak heran, Intan yang berparas manis, bertubuh seksi, bercelana hotpants & kaos langsung menjadi pusat perhatian. Apalagi, tangan Gino yang iseng meremasi pantat sang dara manis.
Gino sadar betul kalau supir-supir truk memperhatikan kedatangan mereka. Dia merasa menang & bangga dalam hatinya karena pasti mereka semua iri melihatnya yang bisa meremas-remas pantat bidadari yang menjadi pusat perhatian itu.
Intan bukannya tak berusaha menyingkirkan tangan Gino, tapi 'pendekar tua' itu tetap memaksa. Akhirnya, Intan pun membiarkan saja. Mereka bertiga makan di warung itu.
Agak kaget juga Gino & Adul. Padahal Intan anak orang kaya tapi dia tak segan-segan makan ikan goreng dengan sambal terasi & sayur asem serta dengan asiknya menggunakan tangannya untuk melucuti daging dari tulang ikan.
"neng Intan doyan makan ikan ya?".
"iya, Pak. suka banget dari dulu".
"oh, kirain neng Intan demennya pizza, ayam goreng, makanan gedongan gitu....".
"kurang suka, Pak. enakan juga gini, pake sayur asem. hehehe".
Senyuman Intan sungguh manis. Dia tetap bersikap hangat & ramah meski dari tadi dilecehkan sedemikian rupa. Gino jadi merasa tak enak sendiri.
"berapa semuanya ?".
"jadi 39 ribu".
"nggak usah, Pak. biar Intan aja yang bayar".
"lho? jangan, neng. biarin Bapak aja yang bayar...".
"udah, Pak. nih, tanggung...".
Dengan agak tak enak hati, Adul membayar dengan uang Intan. Usai memenuhi perut mereka dengan makanan, mereka bertiga menuju truk.
"Dul, lo yang nyetir gantian, pegel badan gue !".
"oke, bang !".
Truk mulai bergerak, perjalanan mereka masih jauh. Gino tak menyuruh Intan melepaskan pakaiannya. Dia tak lagi ingin melecehkan Intan.
"ini, Pak Gino sama Pak Adul sering nganter sampe jauh gini ?", tanya Intan membuka obrolan.
"iya, neng, malah sering sampe antar pulau...".
"wah, jauh banget yaa?".

"ya tergantung orderan aja, neng".
"terus pernah ke mana aja?".
"ya Sumatra pernah, Kalimantan juga pernah".
"terus keluarga Pak Adul sama Pak Gino gimana ?".
"ya ditinggal, neng. mereka udah ngerti".
"oh. seru juga ya berarti".
"ya kadang-kadang males juga neng. kalo lagi betah-betahnya di rumah, dapet yang jauh-jauh".
"iya juga sih".
"tapi sekarang mah nggak males, neng".
"kenapa emangnya, Pak ?".
"kan ada neng Intan hehehe...".
Intan menatap Gino seraya tersenyum sementara tangan Gino mengelus-elus paha Intan.
"oh iya, kalau tidur, dimana ?".
"ya biasanya kita nepi, terus tidur ajah".
"tidur di sini gitu ?".
"iya, neng. kenapa ? neng nggak mau ?".
"nngg...gimana kalau nyewa penginapan aja ?".
"tapi mahal, neng".
"biar Intan yang bayar, Pak".
"nggak apa-apa, neng ?".
"nggak apa-apa kok, Pak...".
"oke deh, daripada ntar neng Intan nggak bisa tidur...".
Tentu ini solusi yang sangat memihak kedua srigala mesum itu. Bisa tidur di tempat yang nyaman, tidak keluar uang pula, dan paling penting, mereka tentu bisa meniduri gadis manis ini jika tidur di penginapan.

Mereka menyewa kamar di penginapan kelas melati.
"aah capeek !!".
Intan langsung menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur tanpa khawatir dengan Gino & Adul di dekatnya.
Dia tahu apa yang akan terjadi pada dirinya sebab sangat jelas kalau kedua supir itu sudah ngebet ingin menikmati tubuhnya.
"neng Intan tau aja, langsung telentang. hehehe...".
"eh, emangnya mau ngapain ?", Intan menutupi payudara dan vaginanya dengan kedua tangannya, hanya pura-pura, sekedar untuk menggoda kedua supir truk itu.
"alah, neng, jangan pura-pura ah", ujar Gino dengan mencubit paha Intan. Bidadari nakal itu pun tersenyum menggoda dan bangun dari tempat tidur.
"Pak Gino sama Pak Adul emangnya nggak capek ?".
"justru itu, neng. kimpoi sama neng Intan, biar capek kita ilang. tul gak, Dul ?".
"yoyoi...".
"iya, bentar ya, Pak Gino sama Pak Adul tunggu sebentar yaa....".
Senyuman manis Intan tergambar di wajahnya sebelum dia berbalik badan menuju kamar mandi.

Intan menutup matanya, meresapi kucuran air dari shower kamar mandi.
Dia balurkan sabun mandi ke seluruh tubuhnya hingga mengkilat & berkemilauan, membuatnya semakin terlihat seksi.
Dia gunakan tangannya yang berlumuran sabun kewanitaan miliknya, mengusap-usap daerah intimnya & juga bagian dalamnya, ingin membuat daerah itu segar nan harum.
Garis pembelah yang memisahkan kedua buah pantat bulatnya itu juga ia gosok-gosok dengan sabun, berjaga-jaga kalau salah satu dari pria yang sudah menunggunya ingin membenamkan wajahnya di situ.
Intan membersihkan tubuhnya dengan teliti seolah sebentar lagi, dia akan mempersembahkan tubuhnya ke pria yang sangat dicintainya padahal hanyalah 2 orang jejaka tua yang bahkan baru dikenalnya.
Seketika Intan berhenti bergerak, memikirkan fakta yang melintas di pikirannya barusan. Kenapa gue jadi begini ?. apa gue pelacur ?. apa mungkin gue lebih rendah dari pecun ?, pertanyaan kritis datang dari pikirannya sendiri.




Intan Merenung



Dia bersandar pada tembok, pandangan matanya kosong menatap ke depan. Apa ini jalan hidup gue ?. apa mungkin, gue bisa ngerubah segalanya ?. semuanya gara-gara guru sialan itu !!.
Intan memukul tembok yang ada di belakangnya. Teringat akan masa lalunya yang begitu kelam karena ketidakadaan peran keluarga. Waktu masih SMP, dia diperkosa oleh guru olahraganya sendiri bahkan dijadikan budak seks.
Ah, sudahlah, itu masa lalu, gue juga udah terlanjur jadi kayak begini, nggak akan bisa berubah lagi !.
Pengalaman hidup Intan yang kelam itu tak pernah diketahui orang lain bahkan keluarga & ketiga sahabatnya sampai saat ini. Dia menguburnya dalam-dalam.




Intan Handukan



"tok ! tok ! tok ! neng Intan !! nggak apa-apa ??!!".
"nggak apa-apa, Pak !!", Intan tersadar dari lamunannya.
"kok lama banget, neng ?".
"iya, Pak. maaf, bentar lagi udahan nih....".
Intan membilas tubuhnya dengan air sebelum mengambil handuk untuk mengeringkan tubuhnya. Dia keluar kamar mandi, tangannya tersilang di depan daerah pribadinya, senyuman manis terlukis di wajahnya.
Gino & Adul terpana melihat Intan yang keluar dari kamar mandi. Benar-benar nampak bagai bidadari yang datang untuk mereka, apalagi senyuman Intan yang sangat manis, jadi terlihat semakin anggun namun sensual.
Ditambah aroma harum yang menyebar begitu Intan keluar kamar mandi.
Semakin memperkuat khayalan Gino & Adul kalau ada seorang bidadari manis yang datang kepada mereka untuk mengabulkan 'permintaan' mereka.
Dengan perlahan, Intan berjalan menuju tempat tidur. Gino & Adul nyengir seperti kuda, akhirnya sebentar lagi mereka akan bisa mendulang kenikmatan dari tubuh sang mahasiswi manis yang sangat menggiurkan itu.
Intan duduk menyamping di pinggir ranjang, dia kelihatan begitu sensual dengan posisi seperti itu. Sangat menggoda bagi Adul & Gino yang memandangi lekukan tubuh Intan yang begitu sempurna dari belakang.
Intan mengangkat kedua kakinya dan tidur terlentang dengan kaki membujur lurus, tapi sengaja tetap menutupi tubuh eksotisnya dengan handuk.
Bidadari sensual nan manis itu seolah sudah pasrah ingin menyajikan tubuh indahnya sebagai santapan bagi kedua serigala tua yang memang sedari tadi memandangnya dengan tatapan 'lapar'.
Adul & Gino kompak langsung tidur menyamping menghimpit Intan di tengah-tengah, dan kompak menyingkirkan ‘pelindung’ terakhir di tubuh Intan yakni handuk.
Tangan kasar sang kedua supir tua mulai menjelajah jengkal demi jengkal tubuh ranum Intan.




Intan Siap Jadi Mainan 2 Supir Tua



Adul mengelus-elus perut Intan sementara Gino mengelus-elus paha Intan bagian dalam. Sungguh harum aroma tubuh gadis manis yang ada di samping mereka. Beginikah wangi dari tubuh seorang perempuan yang berparas cantik ?.
Maklum, Gino & Adul tak pernah mencicipi gadis cantik sekalipun. Kedua puting Intan langsung dikenyot-kenyot. Buntalan susunya yang membulat dicupangi bertubi-tubi. Pangkal paha Intan juga mulai dibelai oleh Adul & Gino.
Tentu mereka ingin merangsang Intan dan membuat temperatur gadis manis itu menjadi 'panas' sehingga Intan akan lebih bergairah saat melayani nafsu birahi mereka.
Kemaluan Intan tak henti-hentinya dielus-elus. Mereka berdua sudah tak sabar ingin menggarap Intan sepuas-puasnya.
Namun, saat Adul & Gino melihat ke arah wajah Intan. Ada bulir air mata yang menetes keluar dari mata Intan membasahi pipi halusnya.
Seketika Adul & Gino yang tadinya asik mengenyot susu & mengelus-elus daerah intim Intan langsung berhenti.
"neng Intan kenapa ?".
"....".
Intan menyeka air mata dari kedua mata & pipinya. Dia tersenyum.
"nggak apa-apa, Pak. maaf yaa....".
Sekejap nafsu Gino & Adul yang tadi menggebu-gebu langsung hilang. Entah karena senyuman manis yang kelihatan sekali dipaksakan oleh Intan atau karena air mata Intan, pokoknya hawa nafsu Gino & Adul langsung sirna begitu saja.
"Intan udah nggak apa-apa kok, Pak. beneran deh...".
Intan mengaku seperti itu seolah menyuruh Gino & Adul untuk melanjutkan aktivitasnya.
"neng Intan lagi ada masalah ? lagi sedih ?".
"nggak kok, Pak...".
"apa gara-gara kita ?".
"nggak, Pak. nggak, beneran....".
Intan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"kita tau kok, neng. maaf kalo bikin neng Intan sedih".
".....".
Intan sendiri bingung dengan perasaannya saat ini. Tentu ia bukan menangis karena Adul & Gino meraba-raba tubuhnya, tapi karena lanjutan dari lamunannya di kamar mandi.
Dia sedih dengan nasibnya. Saudara-saudaranya, sepupunya, dan teman-temannya sudah banyak yang jadi pengacara, dokter, pengusaha, dan lain-lain, tapi dirinya ?.

Kesana kemari memamerkan tubuh moleknya hanya untuk diintimi pria-pria tua pada akhirnya yang bahkan tidak terlalu dikenalnya.
Semua karena masa lalunya yang kelam sehingga nasibnya menjadi seperti sekarang.
"Bapak minta maaf udah maksa neng Intan ikut terus kita grepe-grepe seharian", permohonan maaf Gino.
"iya, kita ngerti kalau neng jadi benci sama kita...kita minta maaf neng...".
"maaf udah bikin neng Intan jadi sedih...".
Adul & Gino bangun dari tempat tidur. Meski nafsu mereka tadi tak bisa dibendung, tapi sekarang mereka merasa bersalah.
Mereka pergi ke luar dan tidur di dalam truk, meninggalkan Intan tidur di kamar sendirian.
"tok ! tok ! tok !!".
"eng !!".
Merasa terganggu dengan suara ketukan di pintu truk, Gino terbangun dan membuka pintu.
"pagi Pak Gino !", sapa Intan dengan senyuman manisnya.
"eh neng Intan. pagi, neng. pagi banget bangunnya, neng".
"pagi ? nih liat dong, Pak", Intan menunjukkan jam tangannya.
"hehe, udah jam 9 toh...".
"itu Pak Adul juga belum bangun ?".
"eh Dul, bangun, Dul !! woii !!!!".
"haaa ?? hooaahhhmm !!".
"kenape, Bang ?".
"ayo Pak Adul bangun, pules banget tidurnya....", nada suara Intan begitu manja.
"eh, neng Intan....maklum neng, namanya juga supir truk".
"iya, iya...oh iya, Pak Adul sama Pak Gino mandi gih...biar seger...".
"neng Intan udah mandi ?".
"ya udah dong, masa belum mandi...".
"lo mau mandi duluan, Dul ?".
"iya, Bang...".
"yaudeh sono...". Adul masuk ke dalam kamar.
"Pak Gino, kita cari sarapan dulu yuk...".
"ayo, neng. boleh".
Mereka makan nasi uduk di warung yang tidak jauh dari tempat singgah mereka. Intan membelikan nasi uduk juga untuk Adul setelah selesai makan.
"neng Intan, semalem sedih ?".
"ng...".
"Bapak minta maaf banget kalau udah bikin neng Intan sedih dan maksa neng ikut pake di paksa".
"bukan, Pak. bukan karena itu...".
"terus ?".
"maaf, Pak. Intan nggak bisa bilang...".
"oh yaudah, neng. maaf yaa...".
"Pak Gino nggak usah minta maaf. Intan nggak merasa keberatan nemenin Pak Adul sama Pak Gino...".

Gino merasa lega sekali.
"darimana, neng ?", tanya Adul yang sepertinya baru selesai mandi.
"abis makan nasi uduk, Pak..".
"yah, kok duluan sih ?".
"tenang aja, Pak. Intan beliin juga kok...".
"asiik...".
Gino gantian masuk ke dalam kamar. Intan menemani Adul makan.
"Pak Adul, maaf yaa tadi malem...".
"kenapa neng yang minta maaf ? justru Bapak yang minta maaf udah megang-megang badan neng Intan...".
"nggak apa-apa kok, Pak. yaudah abisin nasi uduknya", ujar Intan seraya tersenyum.
Inilah yang membuat Adul & Gino jadi enggan untuk berbuat semaunya, dara manis ini sangat murah senyum dan lagi senyumannya benar-benar tulus, siapa yang tega untuk memaksanya bersetubuh saat dia sedang sedih.
"ayok dah, kita berangkat sekarang...".
"oke".
Intan, Adul, dan Gino melanjutkan perjalanan. Sama sekali berbeda dengan yang kemarin, Adul & Gino tak menyentuh tubuh Intan sekali pun.
Mereka hanya bersenda gurau, mengobrol, bahkan bernyanyi dangdut mengikuti alunan musik dari radio seolah 3 kawan karib sedang bersenang-senang di jalan bersama.
Intan merasa seperti sedang jalan-jalan bersama keluarga yang sudah lama tak ia rasakan. Rasanya Adul & Gino seperti abangnya saja, berbeda 180 derajat dari kemarin.
Meski kemarin, mereka hanya mementingkan nafsunya, tapi sekarang berbeda, Intan merasa seperti punya keluarga baru.
Wajah-wajah jelek mereka tak langsung membuat prilaku mereka menjadi jelek juga. Malah lebih baik dari pria-pria tampan yang kerjanya hanya bisa memainkan perasaan wanita.
Jaka, Untung, Supri, Adul, dan Gino, pria-pria tua berwajah jelek yang dikenalnya. Intan bisa maklum kalau di pikiran 5 pria tua itu sering dipenuhi pikiran mesum akan tubuhnya, mungkin karena mereka berlima tak pernah punya kesempatan untuk berhubungan atau bahkan dekat dengan gadis muda yang sepertinya.
Yang Intan pikirkan adalah rasa hangat seperti keluarga yang bisa mereka berikan padanya, dan itu sangat berarti bagi Intan, menyadarkannya kalau dia tak sendirian di dunia ini.

Beberapa kali mereka berhenti untuk beristirahat dan makan. Intan pun kadang minta berhenti kalau melihat pemandangan bagus, hanya untuk berfoto bersama.
Maklum, Intan tak pernah pergi sejauh ini. Sepanjang perjalanan, tak ada yang menyenggol tubuh Intan sama sekali. Malam menjelang, mereka mencari tempat singgah lagi.
"lho ? Pak Adul, Pak Gino mau kemana ?".
"ya tidur di truk, neng. takut ganggu neng Intan...".
"Pak Adul sama Pak Gino nggak mau nemenin Intan bobo.....?", bisik Intan di dekat kedua kuping mereka dengan nada suara yang manja nan menggoda.
Mereka menatap Intan dengan bingung. Kemarin nangis, tapi sekarang malah ngajak ?.
"nggak apa-apa, neng ?", Adul masih ragu, takut membuat Intan menangis lagi.
Intan mengulum bibir bawahnya dan mengangguk perlahan. Gino dan Adul langsung sumringah mendengarnya. Segera mereka mengikuti Intan masuk ke dalam kamar.
"tunggu yaa...".
Intan mengajak Gino & Adul duduk di pinggir tempat tidur. Dia berdiri di depan mereka.
Senyuman menawan nan indah diberikan Intan seraya mulai menarik kaosnya ke atas. Buntalan daging kembar sang dara manis yang begitu membulat sempurna sungguh memancing nafsu.
Adul & Gino langsung menggenggam buah dada Intan masing-masing satu. Mereka mencengkram payudara Intan dengan kasar.
Meremas-remasnya tanpa perasaan sedikitpun. Intan membiarkan mereka memainkan payudaranya sesuka mereka. Kedua pria tua itu sedang bersenang-senang dengan kemasan susu si bidadari manis.
Mereka meremas-remasnya, memencet-memencet, mencubit-cubit, memilin, dan memelintir pucuk susu Intan dengan asyiknya.
"hmmmm....".
Intan mengulum bibir bawahnya, mendesah lembut saat puncak kedua susunya dikulum Adul & Gino bersamaan.
Bagai bayi yang sedang ngempeng, Adul & Gino kelihatan asik sekali mengenyot payudara Intan.
Lidah mereka berdua terus mengelilingi aerola payudara dara manis, mengemut-emut kuncup payudara Intan yang sudah mengeras sambil sesekali mengunyahnya dengan gemas.
"mmmm hmmmm....", Intan mendesah lembut merasakan aliran rasa nikmat menggelitik tubuhnya.




Intan Memamerkan Tubuhnya

Bidadari jelita itu membelai kepala Adul & Gino, membiarkan kedua pucuk susunya dikempeng oleh kedua jejaka tua selama lebih dari 5 menit.
Seolah Intan tak mau mengganggu keasyikan Gino & Adul yang menyusu padanya sembari meremas-remas pantatnya.
"paasss susunya neng !!!", ujar Gino.
"iih, emangnya Intan bisa ngeluarin susu ?".
"nggak sih, tapi enak aja dikenyot hehehe....".
Intan tersenyum saja. Kali ini, Adul & Gino menciumi & mencupangi seluruh permukaan payudara Intan.
Tentu mereka ingin membuat 'cinderamata' pada gumpalan daging kembar Intan yang sangat membulat nan indah itu.
"bentar yaa, Pak...".
Intan menurunkan celananya yang sangat ngepas pada bagian bawah tubuhnya dengan cara perlahan nan sensual.
Kedua pria tua itu terbengong menikmati pemandangan segar yang memacu gairah di depan mereka.
Seumur-umur, baru ini mereka menyaksikan gadis manis menelanjangi dirinya sendiri di depan mata. Intan berdiri dengan kaki rapat, semakin menyempurnakan postur tubuhnya.
Lekukan tubuh Intan begitu indah & sempurna. Terutama, bagian yang membentuk huruf V pada tubuh Intan. Tak usah dijelaskan, Adul & Gino tahu kalau Intan sangat memperhatikan & merawat daerah intimnya sehingga terlihat bersih, rapih, dan tentu sangat menggiurkan.
Tak dapat disangka, tubuh dan vagina yang terawat nan indah itu sebentar lagi bisa mereka rasakan & nikmati semalam suntuk.
"lho ? neng mau ke mana ?".
"mau mandi dulu, biar wangi....", jawab Intan dihiasi senyuman.
"nggak usah deh, neng. udah nggak tahan nih....".
"Intan mau bikin Pak Adul sama Pak Gino betah lama-lama ama Intan....", jawaban si dara manis sebelum menutup pintu kamar mandi benar-benar membuat imajinasi Adul & Gino terbang tinggi.
Mereka berdua tinggal memakai kolor saat Intan keluar kamar mandi. Aroma segar dan harum mewangi langsung memenuhi kamar penginapan yang sederhana itu.
Tak biasanya degupan jantung & nafas Adul & Gino menjadi lebih cepat seperti ini. Intan mendekati tempat tidur dengan gerakan yang begitu sensual.

Berjalan bak model tapi dengan sangat perlahan dan dihiasi senyuman sensual.
Senjata mereka berdua sudah mengeras seperti kayu melihat tubuh sempurna Intan yang semakin mendekati mereka.
Intan naik ke atas tempat tidur. Adul & Gino langsung mendekatinya.
"mmmm cccppphhh ccuuppphhhh mmmm".
Bibir Intan dipagut lembut oleh Gino, dilumat habis oleh si tua itu. Tipis nan lembut sekali bibir gadis manis itu. Intan membuka mulutnya dan membiarkan lidah Gino menggeliat masuk ke dalamnya.
"sllpp ssllpp...".
Bibir mereka berdua menempel begitu eratnya, saling lumat & emut, dan lidah mereka terus saling adu & belit.
Nafas bau Gino yang memenuhi rongga mulut Intan sama sekali tak membuat perempuan manis itu jijik. Nampak keduanya begitu menikmati & meresapi ciuman mereka. Tangan Intan melingkar di leher Gino.
Sementara Intan & Gino asik bercumbu mesra, Adul menggenggam payudara Intan dan memain-mainkan susu kenyal itu dengan tangannya seraya menciumi tengkuk leher Intan.

Hawa malam yang dingin semakin terasa menghangat seiring suhu tubuh mereka yang semakin memanas.
Aroma tubuh Intan yang segar nan harum bercampur dengan bau keringat dari badan Adul & Gino menimbulkan aroma tersendiri yang semakin menggairahkan mereka bertiga. Intan berbalik badan, kini giliran dia mencium supir truk yang satu lagi.
Rongga mulutnya diobok-obok lidah Adul, sampai-sampai air liurnya menetes keluar dari pinggir mulutnya. Gino sendiri asyik memilin-milin kedua puting dan menjilati tengkuk leher serta belakang telinga Intan.
Kapan lagi dia bisa mencabuli & merangsang gadis muda yang manis seperti ini ?.
"aaahh, udaahh, Paakhh...geliii....", keluh Intan manja, kedua kupingnya dijilati Adul & Gino bersamaan.
Mereka berdua tak mengindahkan keluhan Intan, mereka malah berebutan merogoh selangkangan Intan. Dara manis itu dirangsang dan dicabuli habis-habisan oleh Adul & Gino.
Setiap jengkal tubuh indahnya dijilati Adul dan Gino. Kening, wajah, leher, pundak, lengan, payudara, perut, paha, betis, kaki, punggung, bongkahan pantat, bahkan ketiak Intan yang mulus tak luput dari sapuan lidah kedua jejaka tua itu.




'Santapan' 2 Supir Tua



Intan merasa begitu seksi & dipuja saat dia hanya terlentang pasrah sementara seluruh tubuhnya dijilati Adul & Gino dari kepala hingga ujung kaki.
Sensual, geli, nikmat, menggairahkan, semua itu dirasakan Intan sekarang. Tubuh Intan basah kuyup berlumuran air liur Gino & Adul.
Tangan mereka mengelus-elus pangkal paha Intan, sengaja untuk semakin menggoda birahi sang bidadari tersebut. Mereka menyusu lagi pada payudara Intan yang membuntal itu.
"bang, gue duluan ye nyosor memeknya neng Intan...".
"nggak bisa, gue duluan...".
"kalo gitu, ntar gantian, gue duluan yang ngewein memek neng Intan...".
"enak aja lu".
"udaaah, jangan berantemm....", Intan berusaha melerai dengan suara paraunya.
"Pak Adul duluan...nanti Pak Gino yang duluan....".
"tuh kan, gue duluan...".
"iya deh, neng...".
Adul mengambil posisi di antara kedua paha Intan yang sudah tertekuk & terbuka membentuk huruf M untuknya.
Adul mengendus-endus daerah intim Intan yang mempunyai wangi khas.
"mmm !! memek neng Intan wangii bangeet. pasti semua cowok bakalan betah sama neng. hehehe", puji Adul sedikit mesum.
Tanpa ragu, dia mengubur wajahnya ke selangkangan Intan dan menghirup nafas sedalam-dalamnya. Baru kali ini, pria jelek itu bisa mencium daerah kewanitaan seorang perempuan yang begitu wangi.
"neng Intan emang wangi....", bisik Gino di telinga Intan sebelum menjulurkan lidahnya.
"makasiii...hhhhh.....", jawab Intan mendesah karena tengah merasakan gelisah, geli-geli basah.
Tangan Gino senantiasa memainkan kedua gumpalan daging kembar Intan yang kenyal itu bagai tukang roti sedang mengolah adonan roti. Kemasan susunya dimainkan sesuka hati oleh Gino.
Tapi, payudaranya seakan tidak jadi masalah sebab Intan sedang asik mengadu lidah dan bertukar air liur dengan Gino. Tubuh Intan menggelinjang seketika saat di bawah sana, Adul mulai menggeragoti vaginanya. Tubuh indah Intan tengah dinikmati oleh kedua pria paruh baya.

"aaaahhhh uummmmhhh.....teruuusshhh Paaakkhh....", tubuh Intan berkedut-kedut dan menggeliat ke sana kemari.
Adul bagai kesurupan melahap vagina sang biduan manis. Si Gino asik mengempeng puting Intan sambil memainkan klitorisnya. Nampak Intan benar-benar tengah dilanda kenikmatan yang luar biasa.
Desahannya sangat lepas dan menggeliat-geliat bagai cacing kepanasan. Sang bidadari jelita begitu bergairah digerayangi kedua pria paruh baya.
Bagi Intan, kondisi ini sudah sering terjadi. Jaka, Untung, dan Supri sering mengeroyoknya. Tubuhnya sudah sering digrepe-grepe, diciumi, dijilati, dan dicupangi oleh ketiga pria tua mesum itu.
Intan jadi berkhayal kalau mereka bertiga juga ada di sini, pasti habislah ia diuwek-uwek dari malam sampai pagi.
"AAAAHHHHHH !!!!", erang Intan lepas, pantatnya sedikit terangkat.
Dia sedang mengalirkan 'sirup manis'nya untuk Adul melalui kemaluannya yang legit itu. Dengan senang hati, Adul menyeruput hingga habis tak bersisa.

"ssllrrrppp !!! aah ! mantap, neng. manis banget. hehehe...". Adul menjilat sekali lagi dari bagian bawah bibir vagina Intan sampai mengulas 'jendolan' kecil gadis manis itu.
"mmmmmhh......", lirih Intan dengan tubuhnya menjadi berkedut dan gemetar karena keenakan.
Selangkangan Intan tentu jadi basah.
"neng, sekarang giliran Bapak ngemut memeknya neng Intan yaa hehe...".
"iya, Pak...", senyuman Intan sungguh manis.
"aduh, tapi belepotan begini...".
"ini, Pak....".
Gino mengelap daerah intim Intan dengan tisu basah. Harum kembali, Gino langsung menyantapnya dengan rakus hingga Intan menggelinjang kesana kemari.
Serbuan lidah Gino begitu liar & sangat dahsyat, Intan sampai menggelepar-gelepar tak karuan.
"OOOUUHH PAAAKKHH AAAHHH TERUUSSHHH. IYAAA AAAHHHH. JANGAAAN BERHENTIII !!!", teriak Intan kesetanan.
Vaginanya diserbu habis-habisan oleh Gino. Rupanya, pria tua itu sudah ngiler dari tadi ingin melahap kemaluan sang dara jelita dari kemarin-kemarin, tak heran Gino menggrogoti vagina Intan bagai kesetanan.

"PAAAKKHHH GINOOOO TEERUUSSHHHH !!!! ENAAAKKHHH !!".
Intan menekan wajah Gino ke selangkangannya sendiri dengan sekuat-kuatnya. Adul tak perlu diundang, dia langsung mencipok Intan dan mencengkram payudara mahasiswi penghangat pria tua itu.
Desahan, lenguhan, dan erangan kenikmatan Intan begitu lepas memenuhi kamar tersebut bahkan sampai terdengar sayup-sayup ke depan.
Ditambah bunyi kecupan, seruputan, dan cipokan yang juga cukup kencang. Rumah singgah kelas melati tersebut tentu sudah tak heran dengan suara-suara seperti itu, bahkan penerima tamu yang sekaligus pemiliknya beraktivitas seperti biasa seakan-akan tak ada suara apapun karena di kamar lain juga terdengar suara yang hampir sama.
Bedanya, di kamar lain, mungkin pria bercinta dengan wanita panggilan, atau mungkin sepasang muda mudi yang bermesraan. Sedangkan, di kamar nomor 5 tersebut, tubuh seorang gadis muda berwajah manis dan kaya sedang tergolek pasrah karena digeluti oleh 2 pria tua yang bahkan sangat amat jauh dari kata tampan atau kaya.
Penyerangan Gino terhadap alat kelamin Intan benar-benar 'brutal', Intan sampai kewalahan, belum lagi Adul yang menyusu padanya seperti bayi kelaparan.
"AAA AAAA AAAKKHHHHH !!!", pantat Intan terangkat tinggi, orgasmenya benar-benar luar biasa.
Gino agak tersentak kaget karena vagina Intan langsung memancarkan airnya dengan semburan kuat, tapi dia langsung sigap 'menangkap' semburan vagina Intan hingga habis tak bersisa.
"hhh...hhh...hhhh...", Intan mengatur nafasnya, dia tersenyum lega, sungguh orgasme yang luar biasa.
Gino masih berada di selangkangan Intan, dia kelihatan sangat betah di antara kedua paha gadis manis tersebut seakan wajahnya menjadi ‘bagian’ dari selangkangan Intan.
Wajah jeleknya terkubur dalam-dalam di daerah intim Intan. Intan mengelus-elus kepala Gino & Adul.
"enak ya neng ?".
"banget....", jawab Intan seraya tersenyum.
"hehehe...".
Gino & Adul melepaskan kolornya. Intan dibantu bangun sampai duduk bersimpuh di atas tempat tidur.

Dia langsung menggenggam perkakas kedua pria tua itu. Genggamannya erat dan mulai mengocok perlahan kedua batang kejantanan Adul & Gino.
Intan mendekatkan wajahnya ke penis Gino, dia kecup sekujur tongkat sakti Gino beserta kantung zakarnya dengan lembut. Lidahnya mulai menjulur keluar, membelai topi berwarna pink milik Gino.
"ooohh...enaakkhh neengghh....", seketika Gino bergidik keenakan.
Lubang kencingnya dikilik-kilik oleh Intan, leher penisnya pun dijilati. Lidah sang dara cantik terus melata naik-turun di alat kelamin Gino layaknya eskrim batangan yang begitu lezat, tak jarang lidah Intan berkeliling diameter penis Gino.
Lipatan antara batang dengan kantung kemaluan Gino yang amis itu tak luput dari sapuan lidah Intan. Sesekali gadis cantik itu mengemut kepala penis dan kedua 'kacang' milik Gino.
Selangkangan Gino yang apek tak ubahnya seperti 'tempat bermain' bagi Intan, dia tak enggan menenggelamkan wajahnya ke sana, dan mengelus-eluskan batang kejantanan Gino ke pipinya sendiri.
Berhasil membuat 'perkakas' Gino menjadi ereksi sepenuhnya dan sekeras batu, Intan mengalihkan fokusnya.
Mulut & lidahnya yang ahli memainkan kemaluan pria berpindah ke alat kelamin Adul. Sekejap, Adul merinding dan melirih keenakan saat sang bidadari manis mulai mengolah pentungannya dengan mulut & lidah.
Kecupan, hisapan, jilatan, emutan diterima 'otong' Adul yang membuat pemiliknya menjadi bahagia.
Bagaimana mungkin kalau tak sampai merinding keenakan seperti Gino & Adul sekarang. Soalnya yang sedang mengemut kemaluan mereka adalah seorang gadis muda yang begitu cantik, montok, dan sangat ahli memainkan lidah.
Kepala Intan terus bolak-balik menghadap ke kanan dan ke kiri, menjalankan tugasnya untuk memanjakan 'cacing' raksasa milik kedua supir tua yang 'menculik'nya.
Adul & Gino bergantian menjejali mulut Intan dengan penis mereka.
Intan diam saja saat mereka menyodok-nyodokkan senjata mereka dengan agak kasar ke dalam mulutnya sampai beberapa kali ia jadi tersedak. Dia sudah biasa diperlakukan seperti itu oleh Jaka, Supri, dan Untung.
Intan mengelap mulutnya yang belepotan air liurnya sendiri.
"ayo neng, udah nggak sabar pengen ngenjus nih...", ucap Gino cabul.
"sabar dong, Pak..", jawab Intan seraya tersenyum genit.
Mahasiswi berwajah cantik khas Indonesia itu kembali tidur terbujur pasrah di tempat tidur.




2 sekawan mendekat 'mainan' mereka



Gino segera naik merayap ke atas tubuh sensual Intan dan melumat bibir sang gadis manis.
Adul sebenarnya juga ngebet tingkat kelurahan ingin menggenjot vagina si cantik itu, tapi memang sesuai perjanjian sebelumnya, karena dia duluan yang tadi mencucup vagina Intan, sekarang dia harus menunggu giliran setelah Gino.
Si pria tua yang lebih senior telah puas mencipok Intan, dia memegangi 'senapan laras panjang'nya karena sang gadis memang sudah melebarkan kedua pahanya dan menyiapkan alat kelaminnya sebagai 'sarung' bagi senjata Gino.
"mmmm....", lenguhan pelan Intan mulai terdengar saat 'ular' Gino mulai melata masuk ke dalam 'gua' yang ada di depannya.

"eekkhhhh....sempiit beneerrr !!", erang Gino sambil berusaha menekan penisnya untuk masuk lebih dalam ke vagina Intan.
Cukup susah menyelipkan batang kejantanannya ke dalam celah yang begitu sempit di antara kedua pangkal paha Intan.
"emmm....".
Nafas Intan jadi agak terengah-engah karena merasa terganjal benda besar di daerah selangkangannya.
"neng..masih sempit banget...".
Dengan wajah yang terangsang, Intan berusaha tersenyum.
Tak habis pikir, pasti Intan sudah berkali-kali digenjot Jaka, Untung, dan Supri, tapi kenapa masih sangat sempit ? istrinya saja sudah terasa longgar, pikir Gino.
Dia menikmati cengkraman dinding vagina Intan yang begitu kencang 'memeluk' batangnya. Penisnya serasa sedang terapi pijat di dalam liang kemaluan Intan.
Belum lagi, rasa hangat yang menyelimuti otongnya.
"ccpphhh....".
Gino mengulum bibir Intan lagi sebelum mulai menggerakkan bagian paling maju dari tubuhnya selain giginya.
"aaahhh hmmmm uummmhhhhh....".
Penis Gino mulai bergesek-gesekkan dengan dinding kewanitaan Intan.
Ngilu, nikmat, geli, bersatu padu di tubuh Intan terutama di daerah intimnya.
Sang dara manis membiarkan rongga mulutnya diobok-obok Gino dengan lidah, tak ayal beberapa kali Intan menelan air liur Gino yang membanjiri kerongkongannya.
Adul bisa melihat batang kejantanan Gino yang senantiasa menumbuk kemaluan Intan terus menerus.
"aaahhhh....", Intan nampak begitu bergairah, apalagi Gino melakukan rangsangan dengan menciumi leher sehingga pergumulan itu makin terlihat panas, sensual, dan bergairah meski masih tahap 'perlahan'.
Melihat seniornya kelihatan begitu asik mencabuli gadis muda, Adul ngaceng berat. Akhirnya dia mendekat dan menuntun satu tangan Intan yang tadinya mengelus-elus punggung Gino ke senjatanya.
"neng, kontol Bapak dikocokkin donk, neng...".
Intan menengok ke kiri, matanya sayup-sayup cenderung merem-melek, tapi dia tetap bisa memberikan senyuman sebelum mulai mengocok penis Adul.
Mahasiswi penganut eksibisionisme itu tentu tak kerepotan dengan 2 pria, sebab sudah sering direpotkan Jaka, Untung, dan Supri sekaligus.

Intan terbiasa digenjot sambil mengocok 2 penis, atau disodomi sambil harus mengkaraoke 2 'mic' bergantian, atau bahkan ketiga lubangnya diintimi berbarengan, jadi tak mungkin ia kerepotan dengan hanya 2 pria.
Desahan dan lenguhan pelan nan sensual berkicau dari mulut Intan sementara tangannya tetap mengurut penis Adul.
"ckk ckk ck ck...". Suara cipak air mengiringi 'piston' Gino yang terus memompa vagina Intan dengan nafsunya.
"okhh mantaabb !! memeknya mantaabbb !!!", erang Gino seperti kesurupan.
Nikmat sekali bisa merasakan jepitan dari kemaluan seorang gadis muda berparas manis.
Meski sudah sering 'dipakai', tapi rasanya seperti sedang menggenjot liang kewanitaan dari seorang perawan.
"hmmpphh uummpphhh....", desahan Intan tertahan karena mulutnya tengah dijejali penis oleh Adul.
Gadis penyuka makanan laut khususnya ikan itu sudah bermandikan keringat, tubuhnya berkemilauan cahaya karena bulir-bulir keringat di sekujur tubuhnya.
Tidak hanya keringatnya sendiri, tapi keringat Gino yang mengucur dan menetes ke wajah atau tubuh dari si bidadari eksibisionis.
Kadang Gino menggenggam erat kedua tangan Intan layaknya memberi semangat, kadang dia gunakan kedua tangannya untuk memain-mainkan gumpalan daging kembar milik Intan.
Sementara Adul asik menggenjot mulut Intan dan kadang mendorong penisnya masuk ke dalam mulut Intan hingga gadis muda itu kelolodan dan terbatuk-batuk.
Tapi, setelah bisa mengatur nafasnya, Intan langsung menelan penis Adul lagi. Irama pompaan tongkat Gino semakin cepat, kenikmatan yang dirasakan Intan juga semakin cepat mendekati puncaknya.
"emmpphhh mmmhhh".
Adul mencabut penisnya supaya Intan bisa menikmati proses pendakian menuju klimaksnya.
"aahh aahh mmhhh eehhh teruusshh Paakkhh dikiit lagiiii mmmm uummmhhh !!! AAAAHHHHH !!!!", Intan memeluk Gino dengan erat bahkan kukunya sampai menancap di punggung Gino.
Untung kukunya tidak terlalu panjang, sehingga hanya sekedar membuat bekas kuku tak sampai menusuk ke dalam kulit punggung Gino.

"hhhh....", Intan mengatur nafasnya setelah puncak kenikmatannya baru saja berlalu.
Dengan batang kejantanan pria-pria berwajah hancur seperti Adul, Gino, Jaka, Untung, dan Supri, gadis muda yang cantik seperti Intan malah bisa mendapatkan orgasme yang sangat luar biasa.
Tapi dengan pria tampan / kaya yang seumuran dengannya, Intan malah tak bisa mendapatkan puncak kenikmatan yang sesungguhnya.
Nampaknya, dia memang diciptakan untuk melayani lelaki yang lebih tua & kurang beruntung dalam masalah hidup dengan tubuhnya.
Gino tentu masih kuat menggasak kemaluan Intan lagi, tapi dia membiarkan Intan mendapatkan 'momen' setelah orgasmenya.
Dengan nafas yang masih agak tersengal-sengal, Intan tersenyum.
"Paaak....Intan mau..di atas....", bisik Intan dengan suara lembut nan menggoda.
"bereeshh neng !", jawab Gino.
Tangan Gino menyelip ke bawah punggung Intan.
"hap !". Dengan sekali angkat, tubuh Intan terangkat dan spontan langsung melingkarkan tangannya di leher Gino.




Intan Bermanuver



Seolah guyuran 'kuah' vagina Intan yang hangat pada penisnya membuat tenaga Gino menjadi kembali muda.
Gadis seksi seperti Intan 'nemplok' di pria tua seperti Gino dengan disanggah penis pada bagian bawah tubuhnya benar-benar pemandangan yang sensual dan jarang terlihat.
Perlahan, Gino sudah duduk tanpa sedikitpun memisahkan penisnya dengan vagina mahasiswi yang sedang dikaitnya itu. Gino duduk berselonjor sementara Intan duduk di atas pahanya.
Intan sengaja membekap wajah Gino dengan payudaranya sebelum mendorong Gino agar benar-benar tidur terlentang. Pemandangan sempurna dari makhluk indah yang sedang 'mengerami' burungnya.
Lekukan tubuh yang sangat sempurna, kapan lagi bisa menikmati tubuh indah seperti ini, pikir Gino yang sedang mengagumi keindahan di depannya dengan mengikuti lekukan tubuh Intan menggunakan kedua tangannya.
Intan menuntun kedua tangan Gino untuk menggenggam kedua payudaranya. Tanpa perlu disuruh, tangan Gino mulai mencengkram & meremas-remas kemasan susu yang membuntal itu.
Intan merebah ke depan, Gino langsung monyong saja.
"siapa yang mau nyium ?", ledek Intan.
"eh kirain neng..hehe...emang mau ngapain ?".
Intan menengok ke Adul seraya kedua tangannya membuka kedua bongkahan pantatnya.
"Pak Adul...udah nggak tahan kan ?", goda Intan.
"ah yang bener neng ? boleh maen bool ??".
Intan cuma tersenyum mendengar pertanyaan norak nan jorok itu, kemudian mengangguk. Adul langsung mendekat.
Intan sudah merebah serendah mungkin, sehingga lubang pantatnya terekspos dan bisa terlihat jelas.
Tanpa buang waktu, Adul mengecupkan pucuk penisnya dengan lubang pantat Intan.
"eemmmmmmhhhh.....", Intan melenguh pelan seketika liang anusnya mulai ditusuk benda tumpul Adul.
Gino memperhatikan ekspresi wajah Intan yang kelihatan keenakkan tapi menahan sedikit ngilu.
Intan mengulum bibir bawahnya, dia kelihatan sangat meresapi setiap senti penis Adul yang masuk semakin ke dalam anusnya. Adul berhenti saat sudah tak bisa maju lagi, sepertinya sudah sampai pangkal rectumnya.

"sekarang neng Intan nggak bisa kemana-mana...hehehe...", canda Adul yang melihat kondisi Intan yang memang sudah 'terpaku'.
Dara manis itu memang tak akan bisa kemana-mana karena 2 penis besar sudah mengait bagian bawah tubuhnya.
Terlihat hot sekali ketika seorang gadis muda nan sexy terhimpit diantara 2 pria tua berwajah jelek dengan masing-masing penis yang menancap kokoh di dalam tubuh sang gadis muda sehingga sang gadis muda seperti 'tersangkut' dan tak bisa kemana-mana.
"aaaaaahhhh.....".
Adul mulai menarik penisnya perlahan dan kemudian mengulur lagi masuk ke dalam. Gino juga mulai beraksi, saat Adul menusuk masuk, Gino menarik keluar. Perbedaan aksi tersebut membuat Intan menjadi semakin keenakan.
Apalagi kalau kedua supir truk itu menyamakan aksinya, sama-sama menarik atau sama-sama mendorong. Sensasi kenikmatannya sungguh membuat Intan seperti melayang-layang dan kehilangan kesadaran karena terbuai dalam rasa nikmat luar biasa.
"aaahhh yeeessshhhhh OOUUUHHHH !!!", erang Intan yang mendapat orgasme dalam waktu yang singkat.
Dua pentungan milik dua lelaki jelek itu benar-benar membuat Intan merasa penuh sesak di bagian bawah tubuhnya bahkan Intan hampir bisa merasakan ujung benda tumpul yang mentok di liang vaginanya dengan benda tumpul yang mentok di liang anusnya saling bertemu, serasa hanya ada selaput tipis di antara kedua senjata itu yang memisahkan mereka.
Mata Intan terbuka lebar-lebar, mendesah sekeras-kerasnya sepanjang waktu. Rasanya sungguh luar biasa, disodok dari depan dan disodomi dari belakang membuat kenikmatan seolah menjadi berlipat dua dan mengumpul di tengah.
Sesekali Intan melumat bibir Gino, sesekali Intan menengok ke belakang untuk memberikan bibirnya diemut-emut Adul. Gadis belia itu sudah benar-benar 'terpatri' akan 2 batang kejantanan yang sedang bergerak seperti piston pada kedua lubang di bagian bawah tubuhnya.
Tak akan ada satu perempuan pun yang bisa menolak kenikmatan ini, tak terkecuali Intan.

Semenjak jadi pelayan nafsu the three old sailors, Intan jadi terbiasa dan ketagihan bermain sex 'one to many'.
Tak mengenakan busana di luar ruangan memang hobi Intan untuk memacu adrenalin & birahinya dalam waktu yang bersamaan, tapi untuk lebih bergairah, Intan kini harus diintimi lebih dari satu laki-laki.
Adul & Gino tersenyum senang, gadis muda ini bisa mereka manipulasi sesuka hati karena posisinya sudah 'terkunci'.
Mereka bisa seenaknya berhenti sampai Intan frustasi dan berteriak sambil memohon untuk lanjut menyodoknya lagi.
Kadang mereka menghentakkan penis mereka dengan sekuat-kuatnya hingga Intan mengaduh karena ngilu.
Tentu mereka bertiga sudah berpeluh keringat, aroma sex begitu kental di kamar itu. Banyak di kamar lain dari penginapan kelas melati tersebut juga terdengar suara ranjang bergoyang.
Bedanya di kamar 6 ini, ada dua orang supir tua yang jelek dan bau sedang asik mengintimi seorang dara manis yang masih belia, selalu wangi, dan juga kaya. Tak kan ada yang menduga apa yang terjadi di dalam kamar nomor 6.
Intan tak peduli lagi sudah berapa kali orgasme, dan sudah berapa lama dia 'ditunggangi' oleh Adul & Gino.
Rasanya dia ingin begini selamanya, meskipun dia sudah lemas karena berkali-kali orgasme.
"uukkhh bentar lagii neng !!! ooohhhh...".
"keluariinn...ajaahh, Paakkhh".
"di dalem neng?".
"iyaaaa....".
Angin segar bagi Gino, bisa berhubungan badan dengan gadis muda nan manis seperti Intan saja sudah seperti mimpi, sekarang dibolehkan menyiramkan air maninya di dalam ? mimpi yang terlalu indah untuk menjadi kenyataan.
"ck..ck..ck..ck..ck...", irama hentakan alat kelamin Gino semakin cepat.
"aahh aahh OOKKHHHH !!!!".
"AAAHHHHHH !!".
Intan & Gino sama-sama mengerang lepas saat hentakan kuat yang terakhir sebelum penis Gino meletupkan isinya.
Intan menghela nafas dan memejamkan mata selagi tubuhnya berkedut-kedut setiap merasa semburan sperma Gino mengenai pangkal liang vaginanya. Mahasiswi cantik itu seperti ingin meresapi setiap sel sperma Gino yang disuntikkan ke dalam rahimnya.

Adul diam sejenak, membiarkan Intan mendapatkan 'momen'nya.
Secara sadar & atas kemauannya sendiri, Intan meminta Gino menyebar benih di rahimnya padahal sebelumnya ia tak meminum obat anti hamil yang biasa ia minum.
Intan sudah menetapkan hatinya dan mengambil keputusan bahwa 'kegilaan'nya harus berakhir.
Dan satu-satunya cara adalah dengan mempunyai anak. Ya, Intan sudah mempunyai solusi akhir dari semua sifat gilanya dengan jawaban yang paling gila.
Gadis cantik lainnya mungkin akan berpikir puluhan kali untuk mengandung anak dari pria jelek yang umurnya 2x lipat darinya, bahkan untuk disentuh pun, mereka mungkin tak akan sudi kecuali terpaksa.
Tapi, Intan, dengan keputusan sendiri tanpa ada paksaan, ingin mempunyai anak dari Adul & Gino. Bidadari itu ingin Adul & Gino menghamilinya tanpa ada ikatan resmi.
Gila memang, tapi Intan rasa itu yang paling benar. Dia ingin membesarkan anak dari rahimnya meskipun itu keturunan jejaka tua nan jelek seperti Gino & Adul.

"ccpphh cuupphhh....", Intan & Gino bercumbu sambil menunggu 'hidran' sperma Gino selesai memuncratkan isinya.
Intan sudah lemas namun masih bisa tersenyum. Sementara penis Adul senantiasa masih mengail lubang pantat Intan. Beberapa menit berlalu, Intan masih lemas namun sudah agak kembali staminanya.
Meski penampilannya manis & ayu, stamina sexnya jangan ditanya. Intan yang sudah biasa di 'tukangi' oleh Jaka, Untung, dan Supri lebih dari 3x dalam sehari tentu membuat tubuhnya jadi memproduksi tenaga yang cukup besar dalam sehari.
Jadi, tak heran sekarang Intan tak bisa 'dikalahkan' dengan mudah.
"neng, Bapak juga mau dong ngencrot di memek neng....", bisik Adul.
Senyuman manis Intan mengiringi anggukan kepalanya. Adul mencabut penisnya dan bersiap mencolok lubang yang satunya yang ada lelehan sperma di sekitar bibirnya.
"bentar, Pak...".
Intan menggulingkan tubuhnya ke samping kanan Gino, dia tidur terlentang. Adul sumringah, posisi begini membuatnya bisa sambil mencumbu dan mengenyot susu gadis manis itu.
Adul mengarahkan rudalnya ke sasaran.
"emmhhhh....", tubuh Intan agak melengkung ke atas saat penis Adul mulai mendongkrak liang kewanitaannya untuk menyesuaikan dengan diameternya.
Padahal baru dirojoki batang Gino yang berdiameter tak main-main, tapi kelihatannya tidak terlalu pengaruh, sepertinya vagina Intan benar-benar elastis.
Intan melenguh nikmat dengan suara pelan. Relung vaginanya sudah dijejali lagi dengan benda tumpul yang panjang & besar.
Vagina Intan yang sudah becek kembali dipompa. Adul menggenjot Intan dengan sangat bernafsu, cumbuannya membuat Intan agak kewalahan.
Ganas sekali Adul menyerang bidadari yang sudah agak lemas itu. Sodokan demi sodokan Adul yang cepat & bertenaga membuat Intan tenggelam ke dalam kenikmatan lagi.
"mmmhhhh uummhhh...aaahhhh.....". Intan melolong keenakan menerima tusukan-tusukan benda tumpul Adul.
Gino menontoni juniornya yang begitu bernafsu menggeluti tubuh sang perempuan muda.




Adul 'Setor' Air Mani ke Intan



Rahim Intan kembali dibanjiri air mani yang kental dari penis Adul. Semakin becek liang kewanitaan dara manis itu, lelehan sperma yang keluar mengalir seperti sungai saja.
Adul menindih Intan sambil menunggu burungnya benar-benar menciut. Dia menciumi wajah Intan.
Kenikmatan yang begitu maksimal bisa bersetubuh bahkan bisa menyuntikkan air maninya ke dalam kemaluan dari seorang gadis belia yang cantik dan kaya. Sesuatu hal yang selama ini hanya bisa diimpikan Gino & Adul.
Malam itu, Intan bercinta dengan Gino & Adul terus menerus. Dia melayani nafsu kedua supir itu semalaman sampai akhirnya Gino & Adul puas melampiaskan nafsu binatangnya pada Intan.
Vagina Intan menampung 3x buangan air mani Gino dan 4x semprotan pejuh Adul, seakan menjadi ‘torrent’ untuk air mani 2 supir tua nan jelek itu.
Intan tertidur, membiarkan daerah intimnya belepotan & banjir sperma.
Adul & Gino tidur sambil memeluk tubuh yang telah mereka geluti & nikmati semalaman.
Mereka bertiga tidur dalam keadaan telanjang bulat. Mungkin kalau ada yang masuk ke dalam kamar, pasti akan langsung tercengang.
Seorang gadis muda tidur telanjang bulat bersama 2 pria jelek & dekil.
"Pak..ayo bangun..Pak Gino...Pak Adul...bangun...", Intan menggusrak-gusrak tempat tidur agar mereka berdua bangun.
"kenapa sih neng....masih ngantuk nih....", jawab Adul setengah sadar.
Padahal seharusnya Intan yang lemas karena digempur semalaman, tapi malah Adul & Gino yang masih mengantuk.
"eh ayo dong bangun....", suara Intan begitu manja.
"emm...masih ngantuk, neng...".
"yaudah, kalo gitu, Intan mandi sendirian aja...". Mata keduanya langsung terbuka lebar.
"eh, tunggu neng. bareng dong. hehe".
"giliran mandi bareng aja langsung bangun...", ledek Intan nakal.
"hehe. kapan lagi bisa mandi bareng bidadari..", rayuan gombal Gino.
"bisa aja gombalnya. ayuk Pak...", Intan menarik tangan Adul & Gino.
Habislah Intan diuwek-uwek di kamar mandi. Gino & Adul sengaja menggosok-gosok muka Intan dengan alat kelamin mereka.
Intan membiarkan kedua pria tua itu berlaku seenaknya, dia malah tertawa-tawa.

Baru pagi hari, tapi Intan sudah disetubuhi lagi oleh Adul & Gino.
Intan tak bisa membayangkan kalau dia tinggal bersama Jaka, Adul, Supri, Gino, dan Untung.
Pasti dia tak akan bisa melakukan apa-apa karena akan dicabuli terus menerus oleh kelima pria tua mesum itu. Mereka bertiga melanjutkan perjalanan.
Selama perjalanan, tak perlu dipaksa seperti saat pertama kali, Intan tak mengenakan apa-apa sehingga dia benar-benar jadi pelipur lara bagi Gino & Adul yang menyetir secara bergantian.
Dengan adanya Intan, perjalanan sama sekali tak terasa. Tahu-tahu sudah sampai tujuan.
"lu olang emang bagus kerjanya...tepat waktu..bisa owe andelin...ini bonus buat lu olang bedua....".
"wah makasih Koh Acong...sering-sering aja Koh...hehehe...".
"tenang aja, selagi lu olang tepat waktu, owe kasih bonus".
"sip Koh....".
"oh iya, owe kasih bonus lagi kalo lu olang bedua anter barang ke Jepara hari ini...".
"kita harus balik dulu Koh..soalnya ada urusan, nanti kita balik lagi ke sini...".
"kalo lu olang pake balik dulu, kelamaan. hayyahh..bisa amsyong owe..".

Sebenarnya Gino & Adul mau saja menerima tawaran itu karena dekat & juga ongkosnya lumayan mahal, tapi mereka takut Intan mau pulang.
Kalau bilang alasan sebenarnya, mereka takut Koh Acong akan minta macam-macam ke Intan.
Pria manapun tentu akan tergoda dengan wajah Intan yang manis dan tubuhnya yang seksi.
Adul kembali mendekati truk yang diparkir agak jauh.
"neng Intan...".
"iya, Pak ?", jawab Intan seraya membuka pintu.
"gini neng. Koh Acong nawarin nganter barang ke Jepara, berani bayar mahal soalnya dia pengen barangnya nyampe hari ini atau besok...".
"terus ?".
"ya kalau kita ambil, kita nggak bisa pulang, harus langsung berangkat....".
"yaudah, Pak, ambil aja orderannya...".
"lho ? neng nggak apa-apa, nggak pulang ?".
"nggak apa-apa, Pak. Intan malah mau ikut terus. asik, Pak. Intan jarang jalan-jalan sampe sejauh ini".
"bener nih neng ?".
Tentu Adul merasa girang. Kalau Intan tidak keberatan ikut berarti nafsu mereka tetap disalurkan sepuasnya ke dara manis tersebut di perjalanan berikutnya.

"he emh...", jawab Intan tersenyum.
Adul kembali mendekati Gino dan membisikkan kalau Intan tak keberatan untuk ikut.
"okeh Koh, kita ambil...".
"bagus, bagus. ayo cepat barang-barangnya dinaikin...".
Adul menyuruh Intan untuk bersembunyi, takut Koh Acong atau orang-orangnya melihat Intan.
Bisa-bisa nanti Intan malah dijadikan 'tahanan'. Barang sudah dinaikkan ke truk, mereka pun berangkat.
Dan dari saat itulah, Intan sering menemani kemana Adul & Gino pergi.
Dia melanglang buana bersama kedua supir truk itu sesuai order antaran barang.
Intan sudah tak peduli dengan kuliahnya, dia hanya ingin bersama Adul & Gino. Dia menemani kedua jejaka tua itu dan melakukan tugasnya sebagai pelipur lara dengan sangat baik.
Intan melayani nafsu Gino & Adul dengan sebaik-baiknya dan membiarkan mereka menyirami rahim miliknya dengan benih mereka setiap ada kesempatan.
Kapanpun dan dimanapun, Intan tak pernah menolak hawa nafsu Gino & Adul untuk mendulang kenikmatan dari tubuhnya.

Saat sedang tak membawa barang, Intan tak menolak digagahi di bak truk dan tidur di sana.
Pokoknya bidadari manis itu benar-benar memanjakan 'ular kadut' milik Gino & Adul. Setiap hari bisa deposit sperma ke dalam tubuh gadis belia, sungguh seperti mimpi bagi dua lelaki tua itu.
Sementara Jaka, Untung, dan Supri selalu mencari informasi tentang dimana keberadaan Gino & Adul karena sudah 4 bulan lebih mereka membawa Intan. Mereka bertiga tentu khawatir, Intan dibawa paksa dengan ancaman.
Pikiran mereka sudah tidak-tidak, mereka berpikir, Gino & Adul membuang Intan setelah puas memakai tubuh gadis manis itu lalu kabur begitu saja. Sedih juga mereka.
Meski, kegiatan yang mereka lakukan bersama Intan selalu berhubungan dengan hal-hal mesum, tapi mereka merasa kehilangan juga, kehilangan orang yang disayang.
"tok tok tok !!". Jaka membuka pintu.
"lu !! BUUKKK !!", hantaman telak mendarat di pipi Gino sampai pria tonggos itu terjengkang ke belakang.
"sabar, Jak.", Adul berusaha menahan Jaka.

"mana neng Intan ?!!".
"sabar, Jak. sabar. dengerin gue dulu...".
"ah banyak omong lu !! BUUKK !!".
Sekali lagi, Gino terkena pukulan keras di pipi kanannya.
"neng Intan ada, nunggu di truk !", teriak Adul sambil menahan amukan Jaka. Seketika, amarah Jaka teredam.
"maaf kalo sebelumnye gue ngancem lo supaya neng Intan ikut gue. tapi neng Intan nggak apa-apa..".
"jangan boong lu !!", mata Jaka mendelik keluar.
"bener, neng Intan ada, nunggu di truk gue. kalo lo nggak percaya, ikut gue sekarang".
"oke, tapi gue panggil Untung sama Supri dulu. jangan kabur lo !".
"tenang, nih lo pegang kunci truk gue kalo lo takut gue kabur...".
Jaka memanggil Untung & Supri. Hampir terjadi perkelahian karena Untung & Supri sama geramnya seperti Jaka.
Tapi, karena sudah penasaran ingin melihat Intan, mereka pun bergegas ke tempat dimana truk Gino diparkir.
"neng Intan ?!".
Jaka, Untung, dan Supri terkejut setengah mati melihat Intan yang turun dari truk dengan dibantu oleh Adul.

"eh Pak Jaka, Pak Untung, Pak Supri...".
Intan memeluk mereka satu per satu. Yang membuat ketiga nelayan tua itu terkejut bukan karena senang melihat Intan baik-baik saja, tapi karena Intan berbadan dua, tidak terlalu besar tapi cukup nampak berbeda di bagian perut.
"apa kabar Pak Jaka, Pak Untung, Pak Supri ? maaf banget Intan nggak ngasih kabar...".
"neng...hamil ?".
"iyaa, Pak Supri...".
"lu bikin neng Intan hamil ?!", Untung menarik baju Gino.
"jangan berantem, Paak...", ujar Intan berusaha melerai.
"ini kemauan Intan, Pak...".
Mereka berempat terdiam melihat Intan. Saat keadaan sudah tenang, Intan mulai bercerita kepada 3 pejantannya yang terdahulu.
Mulai dari pengalamannya bersama Adul & Gino sampai alasan mengapa ia ingin mengandung anak dari kedua supir tua itu.
"jadi gitu Pak, ceritanya...".
"terus keluarga neng Intan sama kuliah neng Intan gimana ?".
"itu biar Intan yang ngatur, Pak. pokoknya sekarang Intan mau ngerawat bayi ini sampai lahir...", ujar Intan seraya mengelus-elus perutnya.
"terus neng mau pulang ?".
"iya, Intan mau pulang dulu, tapi ntar Intan balik lagi...".
"balik lagi ?".
"iya, Pak Gino udah dapet rumah deket sini. jadi Intan bisa tinggal di daerah sini...".
"neng Intan mau tinggal di sini ?".
"iya, Pak. biar bisa gampang ketemu Bapak semua...".
Tak bisa disembunyikan, Untung, Jaka, dan Supri iri dengan Gino & Adul.
Padahal mereka duluan yang kenal dengan Intan, tapi malah kedua supir itu yang menghamili Intan duluan.
"Pak Supri, Pak Untung, sama Pak Jaka tenang aja. kalau bayi Pak Gino n' Pak Adul udah lahir. Intan juga mau punya bayi dari Pak Supri, Pak Jaka, sama Pak Untung".
"yang bener neng ?".
"bener, Pak...", jawab Intan dengan anggukan pasti dan tersenyum manis.
Akhirnya, Intan benar-benar pindah ke daerah dekat situ. Dia dirawat oleh kelima pejantan tuanya dengan baik sampai akhirnya ia melahirkan.
Intan melaksanakan janjinya, dia mendedikasikan rahimnya untuk Jaka, Untung, dan Supri.
Sementara Adul & Gino masih boleh mengintiminya asal tidak menyuntikkan sperma mereka ke dalam rahimnya.

Dengan senang hati dan nafsu yang tak pernah surut, Jaka, Untung, dan Supri menunaikan tugasnya untuk menyirami rahim Intan setiap hari di rumah sederhana yang dibeli Intan.
Dengan 3 pria menyirami rahimnya setiap hari, tak butuh waktu lama bagi Intan untuk hamil.
2 bayi sudah dilahirkan dari rahim Intan, dan orang tua Intan sampai sekarang belum tahu kalau anak mereka sudah bercinta dengan lima pria tua hingga mempunyai 2 bayi.
Sementara Intan dengan sukarela menjadi simpanan kelima pria tua yang selalu menikmati tubuhnya, dia sama sekali tak memaksa mereka untuk menjadikannya istri karena ia hanya ingin mempunyai keluarga sendiri.
Setiap hari, mereka berlima selalu datang untuk membantu Intan merawat kedua bayinya.
Tapi, tentu tak hanya untuk membantu Intan untuk mengasuh bayi hasil perbuatan mesum mereka saja, mereka juga sekalian meminta jatah kepada sang ibu dari mereka yang tetap cantik & sexy seperti dulu.
Sebuah mobil dihentikan polisi setelah balik arah pada putaran yang dilarang untuk balik arah.
"tok tok". Kaca jendela mobil mewah itu turun.
"selamat siang, Pak", sapa polisi dengan suara agak berwibawa.
"iya, Pak...".
"Bapak tahu kalau Bapak puter balik di tempat yang tidak boleh untuk puter balik ?".
"maaf, Pak. saya tidak tahu, saya kira boleh puter balik di sini".
"tolong tunjukkan sim & stnknya...".
Polisi agak kaget juga melihat pengemudi mobil mewah itu.
Tampang miskin, tapi mengemudikan mobil mewah. Mungkin, dia supir, majikannya ada di belakang, tapi kaca jendela mobilnya jenis film kadar 75% sehingga tidak kelihatan.
Pengemudi mengobrol dengan orang di kursi belakang. Polisi hanya bisa melihat orang di kursi penumpang dari sedan mewah tersebut. Sama, tampang orang miskin.
"ini, Pak. maaf, Pak. damai saja, Pak..". Polisi tidak menjawab, dia mengecek surat-surat kendaraan tersebut.
"di sini tertulis nama Intannia Savitri".
"iya, Pak. mobil ini memang milik istri saya".
"istri saya ada di belakang, Pak...", timpal si pengemudi yang melihat polisi tidak percaya.
"coba buka kaca belakang...".




Intan di Kursi Penumpang



Polisi menunduk untuk melihat bagian belakang. Terbelalak mata sang polisi, ada seorang laki-laki yang sama jeleknya dengan pengemudi dan juga sudah tua dengan gadis muda yang tak mengenakan sehelai benangpun yang sedang memangku & bermain dengan bayinya.
"bilang halo ke Pak Polisi...", ujar Intan seraya melambai-lambaikan tangan buah hatinya ke polisi tersebut. Tentu saja polisi itu kaget, seorang gadis muda nan manis bugil di dalam mobil dengan 3 lelaki tua yang berpakaian lengkap.
"ayolah, Pak. damai saja. ini, Pak...".
Penumpang di kursi belakang menyodorkan 100 ribu. Polisi itu tak memalingkan matanya dari sang dara, tapi tangannya bergerak mengambil uang dan mengembalikan SIM & STNKnya.
"bilang makasih sama Pak Polisi..", Intan berbicara ke bayinya sambil tersenyum ke polisi itu.
"sa..sa..sama-sama...".
Mereka langsung pergi sementara sang polisi masih terbengong.
Itu adalah gadis yang sama yang menyetir mobil mewah tanpa memakai apapun dan menanyakan jalan TB Simatupang waktu itu.
Intan memang tidak ingat, tapi tentu polisi itu mengingat pemandangan yang seindah itu seumur hidupnya.
Mobil Intan melanjutkan perjalanannya, dia memang ingin berekreasi bersama Sonya, bayi perempuannya yang merupakan hasil perbuatan mesum Jaka, Untung, dan Supri terhadapnya.
Sementara Satria, bayi laki-lakinya yang buah dari percintaannya dengan Adul & Gino, sedang dijaga oleh kedua ayahnya di rumah.
"eh lo kenape ! woi, Jo...".
"ah nggak nape-nape...".
Surojo, polisi itu akhirnya tersadar juga setelah ditepok temannya.
Dia kembali bertugas dengan ingatan suatu pemandangan yang tidak akan pernah bisa ia lupakan seumur hidupnya.

Intan sudah memilih hidup untuk menjadi ‘pabrik bayi’ bagi kelima suami nya itu dan tidak akan mengenakan seheleai benang pun lagi kemana-mana meski pergi ke tempat umum dikarenakan lima lelaki tua itu bersepakat untuk melarang Intan memakai apapun lagi kecuali alas kaki di tubuhnya untuk memperlihatkan tubuhnya yang sangat indah nan eksotis itu.
Selain jadi tempat pembuangan sperma bagi kelima lelaki itu, Intan pun tak keberatan ‘dipinjamkan’ ke para supir & nelayan kenalan kelima suaminya.
Dikarenakan para supir sering pergi jauh dari rumah berhari-hari, tentu mereka membutuhkan penghangat tubuh di malam hari, daripada asal menyewa PSK, lebih baik melampiaskannya ke Intan, gadis manis yang dijamin ‘kesehatannya’ ditambah Intan yang tidak pernah mengenakan sehelai benang lagi di tubuhnya sehingga mereka bisa kapan saja mengerjai Intan dan menjadikannya ‘piala bergilir’ kebanggaan mereka jika sedang berkumpul dengan supir dari daerah lain sehingga tak jarang Intan bisa melayani 5 – 10 pria sekaligus dalam satu malam.
Sementara para nelayan tidak akan kebosanan lagi selama menunggu memanen ikan, mereka bisa ‘mengail’ Intan sesuka hati.
Dan jika mereka sedang ingin buang air kecil, mereka tidak perlu lagi menampung di botol atau mengotori laut, mereka bisa menggunakan ‘Intan’ sebagai toilet portable mereka karena Intan akan menenggak habis air seni yang dicekoki ke mulutnya bahkan kadang gadis manis itu mengurut batang, meremas pelan kantung zakar, dan mengilik lubang kencing milik orang yang kencing di mulutnya agar tidak ada yang tersisa.
Tentu, kelima jejaka itu mendapatkan ‘biaya sewa’ yang lumayan besar kalau istri mereka itu dipinjam.
Dan bagi Intan yang memang tidak perlu memikirkan masalah uang, ini adalah bentuk baktinya kepada lima suaminya itu.
Seakan, tidak masalah tubuhnya dijadikan bisnis oleh para lelaki tuanya itu yang penting mereka tetap merawat anak-anaknya.
Tak jarang juga Intan harus ****** karena banyak ‘penyewa’ yang iseng menyebar benih mereka di rahim gadis manis itu.
Intan pun selalu berkata kepada penyewanya untuk bebas melakukan apa saja kepada tubuhnya dan menganggapnya seperti istri selama masa ‘sewa’.
Begitulah keadaan Intan sekarang, dia sepertinya mengidap ‘Husband Complex” dimana dia terlalu sayang kepada 5 lelaki tua sehingga merasa tubuhnya bukan miliknya lagi melainkan milik 5 pria tua beruntung itu dan bebas diperlakukan apa saja.
Rahimnya benar-benar menjadi milik bersama dan menjadi ‘barang sewaan’ saja bagi para supir & nelayan dekat situ.
Tak jarang juga, diadakan pesta gangbang jika hasil panen ikan bagus sehingga Intan harus melayani 30 – 50 orang sekaligus campuran supir & nelayan.




Keluarga Baru Intan Mengambil Foto Keluarga Mereka







'Celengan' Intan Jadi Sumber Pendapatan Utama




Tragic Ending (Commodity Pussy) Ending

Tamat….

Halaman Indeks (Homepage)
 
Terakhir diubah:
Sori baru update guys

Mesti edit ending nya biar gk good ending
Masa Moniq doang yang bad ending

Btw, baru sadar itu Intan kenapa banyak adegan mandinya ya?
Apa nggak sadar otak gw selalu fantasi cewek eksotis makin seksi kalau kena air?

Hmmm....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd