Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT PPKM (Perempuan Pelayan Kakek & Mamang)

TheGreatMag

Adik Semprot
Daftar
6 May 2020
Post
122
Like diterima
1.167
Bimabet
Hi para penghuni Semprot,

Gue member lama rasa baru karena baru kali ini coba bikin cerita
Lebih ke tema Beauty and The Beast dimana karakter ceweknya cantik bergumul dengan lelaki uzur, lelaki paruh baya, lelaki jelek, remaja tanggung, atau yang punya kekurangan. Pokoknya intinya cewek cantik lawan cowok kurang menarik lah biar tercipta keseimbangan gitu di dunia per-cerita dewasa-an

Penulis favorit gue dulu itu Andani Citra & dina_nakal, jadi mungkin stylenya mirip-mirip

Mohon masukkan, kritikan, bahkan hinaan juga boleh yang penting dibaca :alamak::alamak:

Kamus istilah:
Geronthopilia : Perilaku seksual menyimpang dimana lebih bergairah jika pasangannya sudah tua renta
Exbihitionism : Perilaku seksual menyimpang dimana individu tersebut bergairah jika bugil di tempat umum
BDSM (Bondage, Discipline, Sadism, and Masochism) : Perilaku seksual menyimpang dimana individu tersebut bergairah jika terdapat kekerasan yang masih dapat di tolerir saat berhubungan intim.
Water Sport : Perilaku seksual menyimpang dimana individu tersebut tidak keberatan jika pasangannya buang air kecil ke wajah, tubuh, bahkan ke dalam mulutnya.
Rape : Karakter wanita dipaksa secara kejam untuk melayani nafsu pasangannya, cenderung dilukai secara fisik alias diperkosa
Coercion : Karakter wanitanya dipaksa dan diancam baik secara verbal, fisik, maupun gaib sehingga harus melayani nafsu pasangannya secara terpaksa
Reluctance : Karakter wanitanya terdapat penolakan di awal namun akhirnya luluh dan merasa ketagihan dengan pasangannya
Consensual : Karakter wanitanya dengan senang hati melayani nafsu pasangannya tanpa paksaan dari awal
Hyper Sex : Karakter wanitanya mempunyai nafsu tinggi dan tak segan dan tak malu untuk memancing nafsu pasangannya serta kurang jika hanya 1 ronde atau bahkan kurang jika hanya 1 laki-laki sebagai pasangannya

Ini halaman indeksnya ya (update 2 minggu sekali, episode masih dikit soalnya. Maklumin yee) :
Episode 0 : Kebangkitan Perilaku Menyimpang (Terkena Batasan Umur Jadi Di Delete)
Episode 1 : Registrasi Pemilik Baru Tubuhku
Episode 2 : Hidupku Sebagai Budak Seks Lansia
Episode 3a : Keisengan Lansia Penikmat Tubuhku
Episode 3b : Jenis Baru Pelanggan Tubuhku
Episode 4 : Susu Dibalas Air Susu
Intermezzo : Games Luar untuk Android Bertema KBB
Episode 5 : Pengamanan Daun Muda
Episode 6 : Silsilah Keturunan Mesum
Intermezzo : Vania, The Bride Of The Dog
Episode 7a : Patungan Air Mani
Episode 7b : Buah Cinta & Kehidupan Baru (The End)
 
Terakhir diubah:
A

Hana Si Supel​
Namaku Hana, Hana seperti kata dari bahasa Jepang yaitu Bunga. Tidak, itu bukan berarti aku adalah keturunan Jepang, aku cuma suka dengan bahasa Jepang yang terdengar rumit namun lucu. Bahasa asing lainnya yang agak asik menurutku itu bahasa Prancis, begitu sulit diucapkan namun terdengar indah seperti orang yang membaca puisi. Mengapa aku jadi bercerita tentang bahasa ?. Bukan itu tujuanku. Aku mau menceritakan bagaimana kisahku, seorang Hana. Gadis yang terkenal supel dan gampang bergaul di mata orang-orang, namun ada rahasia di balik seorang Hana. Ya seperti perempuan lainnya, aku mulai puber saat aku mulai masuk SMP. Masih kuingat sekali haid pertamaku, panik bukan kepalang, sampai aku menelpon orang tuaku untuk datang ke sekolah karena melihat darah keluar dari bagian bawah tubuhku, bagian yang biasa mengeluarkan air seni saat aku buang air kecil. Ternyata itu memang proses alamiah dari seorang perempuan. Beralih dari cerita haid pertamaku yang pasti tidak penting dan tidak perlu kuceritakan. Aku lebih ingin mencurahkan pengalaman cintaku lewat kisah ini. Pertama-tama, aku ingin memberi tahu bahwa aku ini sedikit berbeda, bukan dari hal fisik atau mental. Aku sehat lahir & bathin, dan aku sangat mensyukuri hal itu. Bahkan, aku diberi kelebihan yakni berupa tubuh yang proporsional, kulit putih mulus, dan wajah yang sangat cantik. Yang terakhir, mungkin lebih ke pendapat pribadiku sih. Hehehe. Tapi memang, teman-teman & juga keluargaku menyarankanku untuk ikut-ikut sekolah model, manajemen artis, atau segala macamnya yang berhubungan dengan kecantikan fisik. Namun, aku tidak tertarik dan tidak punya ambisi untuk jadi seorang artis. Dan karena wajahku juga, buanyak sekali teman-teman pria di SMP waktu itu berebut mendekatiku. Aku bukannya senang memberi harapan palsu pada teman-teman pria, tapi aku memang orang yang suka jalan-jalan. Jadi, aku iya-iyakan saja ajakan teman-teman cowok yang mengajakku nonton atau makan. Tapi, yaa aku lihat-lihat juga status cowok tersebut, sebab banyak juga, biarpun sudah punya pacar di SMP yang sama, masih pada berani mendekatiku. Kalau ada yang begitu, pasti sudah aku tolak dari awal, takut urusan jadi runyam. Dari pertama, teman-teman cowok yang memang single dan mendekatiku, aku beritahu kalau aku tidak berniat punya pacar dan cuma ingin sering jalan-jalan saja, tapi tetap saja banyak yang menembakku, mungkin mereka pikir, aku bilang seperti itu agar mereka berusaha semaksimal mungkin untuk menarik perhatianku. Karena aku memang tidak minat, jadi semua 'tembakan' teman-teman cowok aku tolak, dan akhirnya gelar 'kehormatan' sebagai playgirl pun kusandang saat aku duduk di kelas 3 SMP.

Ah, aku ngelantur lagi. Ok, back to the main ideas. Sebenarnya, melalui kisah ini, aku mau menceritakan kenapa aku jadi seperti sekarang, punya kebiasaan aneh atau lebih tepatnya perilaku yang menyimpang dari seorang Hana. Awal mula itu terjadi, saat aku masih kelas 3 SMP, setelah aku jadi miss playgirl di sekolahku dan sebelum UAN. Awal cerita dimulai saat aku menyadari bahwa ada kelainan pada diriku. Sekarang baru aku serius cerita, jadi begini.....
"Hana, jadi kan kita nonton konser boyband itu ?".
"Ah, nggak jadi deh, Lin".
"Lho kok? Kenapa? Kan boyband dari Korea ini yang lagi famous banget".
"Nggak jadi deh gue, kayaknya cuma buang duit aja. Kenal juga nggak, tapi beli tiketnya ngabisin jajan gue dua bulan langsung".
"Ah, nggak asik lo Na".
"Biarin aja, mending, buat gue jalan-jalan, puas gue".
"Ah payah lo". Yah begitulah Lina, seperti cewek-cewek ABG lainnya yang sedang demam korea, dia begitu terobsesi dengan mereka. Sedangkan aku, tidak terlalu ngefans, biasa saja. Aku lebih memikirkan UN ku nanti. Memang masih agak jauh, cuma aku khawatir karena aku akui, aku tidak pintar seperti Lina. Pasti nanti aku kesusahan. Saat aku sedang melamun, kudengar suara sreek sreek.
"Eh neng..kenapa belum pulang ?". Aku kenal orang ini, dia adalah penjaga sekolahku.
"Oh iyaa, Pak Karso. Sebentar lagi, aku ngerasa pusing".
"Pusing kenapa ?", raut wajah tuanya memperhatikanku agak cemas.
"Mau Bapak anter ke rumah?".
"Oh nggak apa-apa kok, Pak. Nggak usah, Pak. Makasiih", jawabku manis.
"Oh iyaa, neng..neng Hana kan yaa ?".
"Iyaa, Pak. Bapak tahu nama aku ?".
"Bapak cuma tahu aja. Soalnya kan Bapak sering denger dari anak-anak cowok ngomongin neng Hana".
"Ngomongin apa, Pak ?".
"Ya itu, neng. Katanya neng Hana cakep banget, katanya rela deh ngapain aja biar bisa jadi pacarnya neng Hana".
"Nah lho ? Kok ?", jawabku sedikit bercanda.
"Iya, tau tuh neng, kecil-kecil udah mau pacaran".
"Iya, Pak. Anak kecil sekarang emang kecepetan gedenya", timpalku.
"Kan neng Hana anak kecil juga ?".


Pak Karso​
"Iyaa juga ya, Pak", tampangku serius pura-pura bego supaya Pak Karso tertawa.
"Hahahaha, si neng ini bagaimana toh ?".
"Hihihi, aku kan udah gede, Pak".
"Hahaha, iya, neng".
"Ternyata neng Hana emang supel ya, pantes banyak temennya. Ngobrol sebentar aja, neng Hana bisa bikin Bapak ketawa", tambah Pak Karso.
"Hihi, bakat alami, Pak". Aku memang sudah terbiasa bercengkrama dengan orang yang lebih tua, sebab di keluargaku, ibu, dan ayahku memang senang bercanda & mengobrol, jadi tak heran kalau aku tak canggung berbicara dengan orang yang lebih tua.
"Jadi kenapa neng Hana pusing ?".
"Ini, Pak. Sebentar lagi UN, aku nggak yakin bisa".
"Kenapa, neng ? Pasti neng Hana bisa".
"Aku nggak pinter, Pak".
"Lho? Kalau Bapak denger-denger dari guru-guru, nilai-nilai neng Hana bagus-bagus kok".
"Guru-guru?".
"Iya, Bu Rina, wali kelas neng Hana yang cerita".
"Bu Rina cerita tentang aku, Pak ?".
"Iya, awalnya sih Bapak nanya neng Hana itu yang mana orangnya soalnya hampir semua murid cowok di sini, ngomongin neng Hana".
"Ya ampun, aku udah kayak artis aja ya, Pak. Hihihi".
"Iya, neng. Masa neng nggak sadar sih, neng Hana bunga sekolah ini, dari tiga angkatan lho".
"Ha ? Apaan sih Pak Karso. Bisa aja nih, nggak ah".
"Si neng Hana, mukanya jadi merah gitu. Cieee", ledek Pak Karso.
"Apaan sih, Pak", kataku sambil mencubit gemas Pak Karso.
"Oh iya, neng. Udah jam segini nih, nggak pulang ?".
"Oh iya ya. Yaudah, Pak. Aku mau pulang dulu ya. Makasih ya, Pak. Udah nemenin ngobrol, jadi nggak kepikiran lagi".
"Iya, neng. Sama-sama".
"Daaah, Pak Karso", salamku.
"Eh eh neng Hana. Tunggu".
"Kenapa, Pak ?".
"Kayaknya Bapak deg-degan kalau neng Hana pulang sendiri. Mau Bapak anter nggak pake motor ?".
"Mm..nggak usah deh Pak, makasih Pak. Aku nggak mau ngerepotin Bapak. Pasti Bapak mau istirahatkan ?".
"Nggak apa-apa, neng. Bapak anterin ya ?".
"Nggak, Pak. Beneran deh, aku nggak apa-apa kok".
"Bener neng ?".
"Iyaa, nggak apa-apa kok. Makasih yaa Pak. Kalau udah malem banget, baru deh aku yang paksa Bapak buat nganterin aku. Hehehehe. Kalo sore begini mah aku masih berani", jawabku karena takut menyinggung perasaan Pak Karso karena sebenarnya aku takut penjaga sekolahku ini mau menjahati diriku di tengah jalan nanti.
"Oh yaudah deh neng, ati-ati ya di jalan".
"Iya, Pak. Makasih. Aku pulang dulu". Aku berpamitan dan berjalan ke luar area sekolahku. Memang karena letak sekolahku yang agak jauh dari jalan raya, aku harus berjalan agak jauh dulu ke depan.
"Ssstt", kudengar ada suara.
"Siut siuut", kali ini siulan kudengar dari belakang.
"Beh, bening amat".
"Cakep bray, mantep nih kalo kita angkut". Aku mendengar jelas perkataan orang-orang di belakangku, aku tidak berani menengok, aku menambah kecepatan jalanku seraya terus berharap ada orang dari ujung gang. Aku benar-benar takut setengah mati, doa kupanjatkan agar orang-orang yang di belakangku tidak macam-macam.
"Brrmmm..brrmm". Jantungku berdegup kencang, aku keringat dingin mendengar suara motor itu semakin mendekatiku. Tidaak !!!, gue nggak mau diperkosa !!, teriakku dalam hati. Tapi entah kenapa, aku tak berani lari, aku hanya semakin mempercepat jalanku.
"Neng Hana ?".

Suara itu familiar.
"Pak Karso ?!", sungguh leganya aku melihat wajah Pak Karso yang ternyata pengendara motor yang mendekatiku. Aku kira tadi yang mengendarai motor itu salah satu teman dua orang yang ada di belakangku dan berniat mencegahku sebelum sampai ujung gang.
"Kok pulang sendirian, neng? Ayo sekalian Bapak anter ke depan".
"Iyaa, Pak. Makasiii", jawabku lega namun masih ada deg-degan dalam hatiku.
Aku buru-buru membonceng motor agak butut milik Pak Karso.
"Pegangan, neng".
"Iya, Pak". Setelah jalan, barulah aku berani menengok ke belakang. Ternyata aku salah, justru ada tiga orang. Semuanya kurus dan kelihatan wajahnya begitu jelek & butek, seperti orang yang sudah 3 hari tidak mandi. Aku benar-benar merasa lega melihat 3 orang itu kesal dan berbalik badan menuju arah sebaliknya.
"Pak, makasih banyak, Pak", ucapku benar-benar berterima kasih pada Pak Karso.
"Iya, neng. Ati-ati neng. Neng Hana nggak tau kalau udah sore gini, banyak orang-orang nggak jelas gitu nongkrong deket gang ini kan?".
"Iya, Pak, aku nggak pernah lihat mereka. Emang siapa sih mereka ?".
"Nggak tau, ada aja di deket sini".
"Kenapa nggak di usir aja sih, Pak ?".
"Ya mau gimana, neng ? Mereka kan nongkrongnya disini, bukan deket sekolah kita. Jadi Bapak nggak berhak juga ngusir mereka".
"hmmm...", aku cuma mengangguk saja, yang penting aku sudah lega sekarang. Tapi tunggu dulu...
"Oh iya, neng Hana rumahnya dimana ?".
"Di jalan .....". Sempat ada was-was di hatiku karena aku takut kalau aku baru saja keluar dari kandang macan, malah masuk ke jangkauan 'buaya ganas'. Tapi untunglah, ternyata aku benar-benar diantar sampai depan rumahku oleh Pak Karso.
"Pak, aku bener-bener makasih banget yaa. Kalau nggak ada Bapak, aku nggak tau, gimana nasib aku tadi".
"Iya, neng sama-sama. Yaudah neng, lain kali, kalau pulang sore dan nggak ada barengan, bapak siap nganterin kok".
"Makasiih banyak, Pak".
"Yaudah, neng. Bapak permisi dulu".
"Iya, Pak. Ati-ati, sekali lagi makasiih Pak". Peristiwa itu yang membuatku jadi mengenal Pak Karso. Benar-benar beruntung aku, Pak Karso bukan orang jahat. Sebab aku trauma, aku sudah tidak bisa menghitung berapa kali aku digoda oleh cowok yang jauh lebih dewasa dariku, dan seperti tadi, hampir beberapa kali aku juga nyaris diperkosa, tapi ada saja keberuntungan menimpa diriku. Pernah aku sedang diikuti juga di jalan sepi, dan bahkan tanganku sudah dipegang. Untung tiba-tiba ada mobil polisi datang dan berhenti di sebuah rumah di jalan itu yang sepertinya adalah rumahnya. Polisi itu keluar dari mobil dan memperhatikanku juga. Tentu orang yang hendak 'menjarah' diriku itu langsung mengurungkan niatnya dan berbalik badan, karena memang aku melakukan perlawanan.

"Eh Pak Karso...", sapaku yang baru keluar dari toilet sekolah.
"Eh neng Hana...dari wc, neng ?".
"Iyaa, Pak. Bapak dari mana ?".
"Bapak habis beli makanan, neng".
"Lho ? Bapak emang nggak dapet makanan dari kantin kayak guru-guru ?".
"Dapet sih, neng. Tapi Bapak lagi pengen gado-gado aja".
"Ooh, terus Bapak kalau makan dimana ?".
"Yaa di sebelah, neng".
"Sebelah mana, Pak ?".
"Yaa itu rumah samping sekolah".
"Ooh, itu rumah Bapak ?".
"Ya selama Bapak masih kerja di sini, itu rumah Bapak, neng".
"Ooh begitu, sendirian, Pak?".
"Iya, neng. Cuma bapak sendiri aja yang tinggal".
"Oh..ya udah, Pak. Kalau begitu, aku permisi dulu ya ke kelas".
"Oh iya, neng. Silahkan". Sambil ke kelas, aku kasihan juga. Umurnya sudah lanjut, pekerjaannya bisa dibilang berat, sudah begitu tinggal sendirian lagi.

Satu hari, ada acara OSIS di sekolahku, sampai malam hari. Aku sudah bilang ke orang tuaku kalau aku pulang malam, tapi karena kebetulan ayahku sedang banyak kerjaan di kantor, dan ibuku juga tak mungkin meninggalkan warungnya, tidak ada yang menjemputku.
"Na, ayo pulang bareng gue aja", ajak Kamal yang sudah 2x jalan denganku.
"Ah nggak ah, ntar lo macem-macemin gue lagi", elakku.
"Nggak percaya banget sih ama gue. Kan gue udah pernah nganterin lo sampe pulang".
"Nggak ah, orang gue dijemput kok".
"Mana ? Belum ada-ada yang jemput lo ?".
"Bentar lagiii".
"Udah ayoo gue anterin", Kamal memaksa.
"Nggak, tuh tuuh ama Mona aja. Dia juga belum dijemput. Ya kan, Mon?".
"Iya, udah, mending lo anterin gue aja. Ayoo". Mona menarik tas Kamal. Fiuuh. Aku lega. Meski Kamal pernah jalan 2x denganku, aku takut kalau sudah malam begini, 'niat'nya akan berubah. Di umur kami yang puber ini pasti lah kami 'penasaran'. Aku tahu karena dinasihati oleh ibuku. Untung saja ada Mona. Yes, she's my guardian angel jika di sekolah. Badannya besar, gemuk dan dia memang ikut beladiri karena ayahnya memang pelatih karate. Aku tidak pernah sekelas dengannya, tapi aku bisa kenal dengannya karena kejadian di kantin saat aku masih kelas 2. Waktu itu dia sedang jajan di kantin, mungkin karena badannya memang besar, dia jajan banyak. Dan ternyata dia lupa membawa uang jajan hari itu. Aku melihatnya sedang diomeli oleh ibu kantin. Ya tentu saja ibu kantin ngomel. Dia sudah capek-capek bikin banyak, tapi ternyata Mona tidak bisa membayarnya. Kebetulan aku sedang diberikan uang lebih oleh ibu, ya sudah aku pura-pura kenal dan membayarkan makanan Mona. Dia berterima kasih sekali padaku dan sejak saat itu, kami pun berteman baik. Jika ada teman cowok yang kurasa mulai cukup 'menganggu' atau ada teman wanita yang ingin melabrakku pasti Mona langsung melindungiku. Adu bacot atau adu jotos, Mona tidak takut baik cewek atau cowok. Memang preman si Mona ini. Tapi aku benar-benar berterima kasih padanya. Aku tidak bisa apa-apa karena memang aku siswi 'sasaran' di sekolahku.

Tinggal lah aku sendiri. Agak seram juga suasana sekolah di malam hari.
"Neeeeeng".
"Aaaaaa". Spontan aku teriak mendengar suara.
"Neng, ini Bapak, neng".
"Ya ampun, Pak Karsooo", jantungku berdegup kencang. Aku kira tadi suara hantu, kan aku tahunya sendirian.
"Maaf, neng. Ngagetin ya?".
"Iyaa, Pak. Aku kira tadi yang lain....".
"Maaf yaa, neng. hehe. Neng Hana sudah malam begini kok belum pulang ?".
"Oh iya, Pak. Tadi ada acara OSIS, saya perwakilan PASKIBRAnya, Pak".
"Terus yang lain mana?".
"Udah pada dijemput, Pak".
"Oh, terus neng Hana gak dijemput?".
"Nggak ada yang jemput, Pak. Bapak saya lagi banyak kerjaan, ibu saya jaga warung".
"Oh kalau begitu, bapak antar pulang. Boleh?".
"Beneran nih, Pak? Nggak ngerepotin?".
"Kan Bapak bilang, kalau neng Hana pulang sore atau malem, Bapak anterin".
"Okeee deeh, Pak, boleeeh kalau gituu", jawabku senang. Entah kenapa, aku lebih percaya ke Pak Karso dibandingkan Kamal yang notabene adalah teman sekelasku sendiri. Aku pun sampai rumah diantarkan Pak Karso. Sekali lagi aku berterima kasih padanya. Jadi semakin dekat saja aku dengan Pak Karso. Satu hari, kami butuh kunci gudang. Ya sudah, aku saja langsung ke rumah Pak Karso karena sekalian ingin tahu dalamnya rumah Pak Karso seperti apa.
"Pak Karso !! Pak Karso !!", panggilku sambil beberapa kali mengetuk pintu. Karena tidak ada jawaban, aku cuma membukanya ternyata pintunya tak terkunci.
"Pak..Pak...aku mau minjem kunci gudaang", teriakku setelah di dalam rumah. Oh jadi begini toh ternyata rumah Pak Karso, ujarku dalam hati. Tetap tak ada jawaban. Mungkin lagi keluar. Aku pun mencari sendiri kuncinya. Kucari-cari tapi belum ketemu. Saat aku ingin mengecek di lemari kecil dekat sebuah pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka.
"Aaahhhhh !!!!", teriakku spontan seraya berpaling dan menutupi wajahku dengan kedua tanganku.
"Ma...maaf, neng. Brak !!!".
"Ada...apa, neng ?", ucap Pak Karso terbata-bata.
"Kunci gudang....", jawabku singkat.
"Ii..nii, neng". Aku langsung menyambar kunci yang diberikan Pak Karso dan langsung keluar rumahnya. Jantungku berdebar kencang sekali, aku langsung berlari ke dalam sekolah.
"Haah...haah...haah...", kuatur nafasku sambil menenangkan diri.
"Lo kenapa, Na ?".
"Muka lo merah banget gitu ?".
"Ah, ng...nggak, Lin".
"Lo kepanasan ?".
"Ii..iyaa nihh, kepanasan gue".
"Yaudah lo ke uks gih, daripada lo pingsan".
"Nggak, gue ke kelas aja, gue mau istirahat bentar, nih kuncinya".
"Beneran? Lo nggak apa-apa ?".
"Iyaa, udah, duluan aja Lin".
"Oke deeh".

Aku kembali ke kelas dan duduk. Aku tenangkan pikiranku. Kata Lina barusan, wajahku merah. Pasti ini karena kejadian tadi. Masih teringat jelas, bagaimana bentuk dan ukuran benda menggantung yang ada di antara kedua paha Pak Karso tadi. Meski aku sering didekati cowok, tapi baru kali ini aku melihat kemaluan seorang pria secara langsung, sudah gitu, ini adalah kemaluan seorang pria yang sudah dewasa. Jantungku benar-benar beraktifitas seperti aku habis berolahraga berat. Pengalaman pertamaku melihat alat kelamin laki-laki yang selama ini hanya kulihat dalam buku biologi benar-benar menguasai pikiranku. Setelah kejadian itu, setiap aku berpapasan dengan Pak Karso, aku pura-pura tak melihatnya dan langsung pergi begitu saja padahal sepertinya ada yang ingin dibicarakan oleh Pak Karso, tapi aku selalu jadi deg-degan dan langsung terngiang dengan pemandangan waktu itu tiap melihat Pak Karso. Sampai suatu hari, aku terbayang lagi dengan 'kepunyaan' Pak Karso, aku lupa kalau aku pulang sudah lumayan sore dan sendirian pula.
"Naah ini dia nih yang kemaren".

3 Preman​

"Ha?! Minggiiir !!", aku langsung tersadar dari lamunanku begitu ada yang mencegat di depanku.
"Eh mau kemana lu ? Temenin kita dulu".
"Awaas !!! Uughhh !!! Lepasin nggak !!! Kalau nggak gue teriaaak !!!!!". Aku meronta-ronta ketika salah satu dari mereka sudah memegang pergelangan tanganku.
"Teriak aja, gak bakal ada yang denger".
"Sialaan looo !!! Lepasiiin gueee !!!".
"Anjirr, nih bocah berisik banget ! Untung cakep lo ! Kalo nggak, udah gue pukulin lo".
"Udeeh, bawa aje, bray ke base camp. Kita jadiin lonte kita. Soalnya nih bocah cakep banget kayak Nabilah JKT48".
"Yoii, bener juga lo. Jadi ada yang bisa di entotin tiap ke base camp".
"Udeh, lo jangan berisik pada. Langsung kita angkut aja nih bocah".
"Eh bocah, lo tenang aje, nggak usah ngelawan, simpen tenaga lo. Soalnya base camp kita ada 7 orang".
"Bangke loo !!! Lepasiiin !!!!".
"Cakep-cakep galak juga nih bocah".
"Iye, jadi makin bikin kontol gue ngaceng nih. Nggak sabar pengen ngobrak-ngabrik mekinye. Pasti masih sempit banget". Aku sudah gemetaran, tenagaku sudah mulai hilang. Tak ada gunanya, aku, perempuan, mereka laki-laki dan bertiga pula. Daya juangku seakan semakin melemah.
"Eh !!!".
"Aaawwwkhhhh !! Sakiiit !!", pekikku ketika rambutku dijambak.
"Lo denger nih baek-baik".
"Mulai hari ini, lo bakal jadi jablay gue sama temen-temen gue seumur hidup lo. Kerjaan lo cuma nyediain badan lo buat kita entotin tiap hari".
"Iye, mulai hari ini sampe lo mati, badan lo bakal kita isi peju tiap hari. Dan makanan ama minuman lo cuma peju kita. Jadi lo mesti baek-baekin kita kalo lo masih pengen idup".
"Nggaaaak....jangaaaan !!!! Pleaaseeeee", pintaku memelas, air mataku sudah mengeluarkan air mata.
"Ahh, tadi aja lo galak, sekarang malah mewek. Udeh bawa aje langsung. Ntar juga malah dia yang nagih pengen dientot".
"Ayooo".
"Plaaaak !!!!". Tiba-tiba salah seorang dari mereka ada yang digampar hingga terjatuh ke samping.
"Anjriit !!! Eh kakek-kakek ngapain lo gampar temen gue ?! Ta*k lo ye !!!".
"BUUGGHH !!!", dia jatuh tersungkur.
"Anjii*ng lo yee !!!!!". Aku terlepas tapi terlalu lemas untuk kabur, aku malah duduk dan menangis semakin deras.
"Neng..nggak apa-apa ?".
".....". Aku melihat sosok orang itu, ternyata dia adalah Pak Karso.
"Udah, neng..udah nggak apa-apa". Pak Karso menenangkanku sambil memakaikan jaketnya padaku. Aku tak melihat, tapi kudengar ada beberapa suara lagi. Sepertinya warga berdatangan, mungkin karena teriakanku sebelumnya.
"Udah, neng, jangan nangis lagi. Udah nggak apa-apa...udah". Pak Karso mengusap-usap kepalaku.
"Udah, ayo Bapak anter pulang". Aku masih syok luar biasa jadi aku ikut-ikut saja. Aku diantarkan pulang. Pihak guru mendengar kabar dari warga. Mereka mengizinkanku untuk istirahat di rumah, menenangkan diri selama 3 hari. Aku tak nafsu makan, dan tak bisa tidur. Aku merasa begitu ketakutan, pikiranku membayangkan kalau sampai Pak Karso tidak datang dan aku sampai dibawa ke base camp para preman sialan itu. Aku tidak tahu nasibku akan jadi bagaimana nanti jika sampai terjadi seperti itu. Terima kasih, Pak Karso. Ucapku dalam hati kecilku. Aku bisa mengembalikan pikiran dan sedikit demi sedikit menghilangkan traumaku karena orang tuaku memperhatikanku terus sehingga 3 hari, aku bisa masuk kembali.


Hana Merenung​

Rupanya kejadianku tidak disebar oleh pihak guru. Pasti untuk menjaga image sekolah. Aku juga ikut lega, kalau sampai tersebar, aku pasti merasa malu dan akan menjadi bahan olok-olokan. Aku sekolah seperti biasanya. Memang cara yang paling ampuh mengobati syok pemerkosaan adalah dengan cara menganggap seperti tidak terjadi apa-apa. Aku sudah kembali seperti biasa. Jam istirahat, aku langsung keluar kelas. Tadinya Mona ingin ikut, tapi kubilang ada urusan. Aku sedang mencari-cari Pak Karso, dari kemarin, sejak aku masuk lagi, aku belum melihatnya. Pulang sekolah langsung saja, aku ke rumahnya.
"Eh, neng Hana. Mari, masuk".
"Pak Karso sakit ?".
"Ah nggak, neng. Cuma demam biasa. Ini udah enakan kok, besok bapak, masuk".
"Bener Pak Karso nggak apa-apa ?".
"Iyaa, neng. Nih udah sehat kok", ucapnya sambil bergerak-gerak.
"Jangan gerak-gerak, Pak. Nanti copot lhoo", candaku.
"Nah gitu dong, neng. Neng Hana udah kembali lagi kayak dulu".
"Iyaa, Pak", jawabku tersenyum.
"Oh iya, neng. Mau minum apa? Sampe lupa nih, bapak".
"Apa aja boleh, Pak".
"Yaudah, bapak bikinin sirup ya?". Aku mengangguk.
"Oh iya, Pak". Boleh aku pake wcnya?".
"Oh iya boleh, silahkan neng". Setelah menggunakan wc, aku bersiap-siap. Jantungku berdebar-debar. Aku siap menjalankan resolusi keputusanku yang sudah kupikirkan matang-matang sejak kemarin.
"Cklk", kubuka pintu.
"Oh iya, neng...ada apa....". Pak Karso langsung berhenti dan matanya terpaku padaku.
"Kekeke....kenapa, neng...". Tak kubiarkan Pak Karso menyelesaikan kalimatnya, aku langsung membuka lilitan handukku dan memeluknya. Di dalam tadi, aku membuka seluruh pakaianku dan hanya mengenakan handuk yang kubawa, jadi ya sekarang aku memeluk Pak Karso dalam keadaan bugil.
"Aku kesini mau ngucapin terima kasih ke Pak Karso. Kalau nggak ada bapak waktu itu, aku nggak tau nasib aku sekarang gimana".
"Ta..taa..pi, neng.....". Aku tahu aku bertindak agresif, tidak harusnya aku seperti ini, aku merasa malu luar biasa. Sekujur tubuhku terasa panas.
"Aku nggak tahu harus bagaimana lagi ngebalas kebaikan bapak. Jadi aku cuma bisa ngelakuin ini". Aku selalu dekat jadi yang namanya korban pemerkosaan, jadi daripada kehormatanku direnggut paksa, lebih baik kuberikan pada Pak Karso sebagai ucapan terima kasih.


Tubuh Mulus Hana​

Aku tak tahu pemikiran ini datang darimana, datang begitu saja. Mungkinkah, cinta pertamaku adalah Pak Karso ? Sehingga aku tak merasa ragu untuk memberikan tubuhku padanya ?".
"Ta..tapi, neng...bapak nggak minta apa-apa....".
"Aku..tau, Pak. Ta...piii. Aku mau pertama kali.....sama Pak Karso...", aku tahu pasti pipiku memerah. Jelas sekali tadi aku mengatakan bahwa akulah yang kepingin disenggamai oleh Pak Karso. Sungguh kata-kata yang pasti tidak akan terucap oleh gadis lainnya yang seumuran denganku. Aku benar-benar merasa malu luar biasa. Tak pernah aku merasa seperti ini.
"Neng Hana...cantik sekali..apa neng Hana yakin ?", tanyanya memastikan. Aku mengangguk dan tersenyum untuk memberikan sinyal pada Pak Karso kalau aku sudah benar-benar yakin untuk memberikan kehormatan tubuhku yang sangat berharga padanya. Pak Karso langsung membalas pelukanku, dia mendekati bibirku. Aku pun menutup mata.
"Cccpphh...cuuuppphh....", kami berdua mulai berciuman.
"mmmmhhhh...ccpphhhh...". Aku meresapi betapa mesra dan lembutnya ciuman Pak Karso terhadap bibirku. Oohh, ciuman pertamaku. Ya benar, ini adalah ciuman pertamaku, dan aku melakukannya dengan seorang pria yang lebih pantas menjadi kakekku. Namun, aku tidak merasa terpaksa, malahan benar-benar menikmatinya. Begitu basah namun terasa 'menyegarkan'. Aku bisa merasakan bibirku dihisap dan diemut-emut oleh Pak Karso. Perlahan aku mempelajarinya dan aku membalas pagutannya. Aku agak sedikit terkejut saat lidah Pak Karso mulai membelit lidahku, namun aku mengikut instingku dan mulai belajar mengikutinya. Dan lama kelamaan, ciuman kami semakin memanas. Kini kami saling bergantian melumat bibir dan mentautkan lidah satu sama lain. Kadang aku mengikuti Pak Karso menghisap dan mengemut-emut lidah juga. Dalam keadaan telanjang, aku bercumbu panas dengan seorang pria lansia. Pasti tak akan ada yang bisa menyangka, melihatku seperti sekarang karena aku sendiri pun tak pernah membayangkan hal ini.

Begitu kami memisahkan bibir kami, terbentuk benang air liur antara kedua bibir kami. Tanpa jijik, Pak Karso menelannya. Lalu dia tersenyum. Aku merasa malu, jadi aku langsung memeluknya, menyembunyikan wajahku yang tersipu. Jantungku berdebar dari awal sampai sekarang. Aku terus memikirkan bahwa aku menghadapi detik-detik dimana aku akan kehilangan hartaku yang paling berharga. Jantungku berdebar karena aku tidak tahu harus bagaimana dan melakukan apa, bukan karena aku takut kehilangan keperawananku. Hatiku sudah bulat dan pasti bahwa secara sukarela, aku akan memberikan kemurnian dan kesucian tubuhku untuk Pak Karso. Akan kuberikan harta karunku yang paling berharga pada penjaga sekolahku yang sudah renta ini. Tiada lelaki lain yang pantas mendapatkannya selain Pak Karso, pikirku dalam hati. Tiba-tiba tubuhku diangkat oleh Pak Karso, diletakkannyalah aku di atas kasurnya. Kini aku sudah terlentang pasrah di atas kasur Pak Karso, tanpa mengenakan apapun. Pak Karso melucuti pakaiannya sendiri. Aku bisa melihat lagi benda menggantung itu. Namun, sekarang beda, lebih besar dari waktu itu. Pak Karso naik ke atas kasur dan tidur menyamping menghadapku. Kami jadi saling berhadap-hadapan.
"Neng Hana...emang bener-bener cantik", pujinya sambil menyibak poni dari keningku.
"Hmmm....". Kami pun bercumbu lagi, kurasakan tangannya mengelus-elus pinggangku. Kaki kananku diangkat dan ditaruhnya di atas kaki kirinya sehingga aku seperti sedang memeluk guling. Tubuh kami menempel sangat erat. Bibir kami melekat kuat seakan ada lem yang menahan bibir kami.
"Geliiii, Pak. Udaaaah, Paaakhhh", lirihku manja. Aku merinding kegelian karena Pak Karso yang terus-terusan menggelitik telingaku dengan lidahnya. Rasa basah & geli ini malah memberikan sensasi tersendiri yang membuat sekujur tubuhku seperti tersengat listrik-listrik kecil. Rasa gelisah namun nikmat ini semakin menjadi-jadi saat Pak Karso menurunkan ciumannya ke leherku. Rasanya luar biasa, aku tak tahu kalau leherku diciumi, aku bisa merasa seperti ini.
"Aaakhh...", aku memekik pelan.
"Sakit ya, neng ?".
"Pelan-pelan, Pak".
"Maaf, neng.....". Pak Karso melanjutkan lagi aktifitasnya, dia meremas-remas lagi payudaraku. Namun sekarang lebih lembut. Payudaraku yang masih tumbuh agak merasa sakit karena remasan-remasan Pak Karso tadi cukup kencang.

Lidah Pak Karso bergerak melingkari 'kuncup' payudaraku secara bergantian membuatku menggelinjang ke sana kemari, tak kuat menahan sensasi geli nikmat luar biasa yang baru kali ini kurasakan. Apalagi saat Pak Karso mulai mengenyot-ngenyot kedua putingku yang semakin mengeras sehingga membuat bagian itu menjadi semakin sensitif saja. Lidah Pak Karso begitu nakal menjalari buah dadaku, membuatku menggeliat terus menerus menahan rasa geli di sekujur tubuhku. Rasa yang teramat geli mengenakkan, tak pernah sekalipun kubayangkan kalau sensasinya akan seperti ini jika kedua putingku dihisap dan diemut-emut.
"Pak Karsooohhhh.....mmmmm", tanpa sadar lirihan seperti itu keluar dari mulutku. Pak Karso melihatku sebentar seraya tersenyum, sebelum mulai menciumi permukaan perutku dengan lembut. Kurasakan cumbuan-cumbuannya mulai turun. Hatiku semakin deg-degan. Penjaga sekolahku yang sudah renta ini semakin dekat dengan daerahku yang amat pribadi.
"Jaa...ngaan, Pak", pintaku. Aku berkata jangan karena kulihat dia mendekatkan wajahnya ke selangkanganku. Dia tersenyum.
"Neng Hana...tutup matanya aja...", sarannya. Aku mengikuti sarannya, kututup mataku. Tak lama, kurasakan hembusan nafas pada daerah intimku. Kejutan listrik seketika menjalari tubuhku, aku langsung bergetar hebat. Benda hangat nan lunak menyentuh dan menyapu belahan kemaluanku dari atas ke bawah.
"Hhhhhmmmmm......", lenguhku, tubuhku meliuk ke sana kemari menahan rasa luar biasa yang bersumber dari tengah-tengah pahaku. Rasa yang tadi tidak apa-apanya dibandingkan dengan yang sekarang. Tentu aku membuka mata, ingin melihat apa yang dilakukan Pak Karso. Ternyata wajahnya tepat di depan selangkanganku, dia sedang menjilati daerah intimku !. Aku tidak bisa berpikir apa-apa lagi, rasa ini ohh sungguh nikmat luar biasa !!. Tanpa sadar, kupegangi kepala Pak Karso dan menekannya semakin ke pangkal pahaku.
"Eeemmhhhh....teruuusssshhh, Paaakhhh.....mmmmmhhhhhh.......uuuuhhhhhmmmmmm !!!!!", desahku keblingsatan menikmati sapuan lidah Pak Karso di sekitar bibir kemaluanku. Rasa nikmat itu semakin menjadi saat lidah Pak Karso mulai menggelitik bagian dalam liang kewanitaanku. Dan sepertinya ia tahu bahwa itu menambah kenikmatan yang kurasakan karena dia semakin intens menjilati bagian dalam liang vaginaku. Racauku semakin tak bisa kukendalikan, tubuhku juga menggeliat-geliat tak menentu. Tak kusangka, ternyata sebegini nikmatnya, sebegini luar biasanya yang kurasakan jika kemaluanku dijilati. Tapi tunggu...aku merasakan ada sesuatu ingin keluar dari dalam tubuhku. Rasa seperti ingin buang air kecil dan semakin lama semakin terasa.
"Paaakhhh...stooop, Pakhhhh....Hana mau pipisss", teriakku polos. Mendengar lirihanku itu, bukannya berhenti, Pak Karso malah semakin gencar mengilik kemaluanku dengan lidahnya.

"Paakhh..Paakhh Karsoo....hhhhh....aku nggak kuaaat lagiiiiii", akhirnya kulepaskan juga sesuatu yang mendesak ingin keluar sedari tadi.
"Aaaaaahhhhhmmmmmmmmm !!!!!!", kulepaskan eranganku bersamaan keluarnya sesuatu dari dalam liang kewanitaanku. Tubuhku berkedut-kedut, serasa seperti melayang, nikmatnya tiada tara. Fisika, Biologi, Matematika, Kimia, semua itu sirna seketika dari pikiranku. Yang ada di otakku hanyalah, aku sedang bugil dan kemaluanku sedang dijilati oleh penjaga sekolahku yang sudah tua renta.
"Sssrrrrrppphhhh....", kudengar bunyi seruput dari selangkanganku. Nampaknya, Pak Karso malah menyeruput habis cairan yang kukeluarkan dari liang kewanitaanku itu. Tubuhku terlalu lemas dari kejutan-kejutan listrik yang menjalari tubuhku barusan, jadi aku tidak menghentikan Pak Karso yang tengah asik mengkokop alat kelaminku.
"Ma..maaf..Pak...Hana..tadi....pipis....", ungkapku polos.
"Neng Hana nggak pipis, tadi namanya orgasme", jawab Pak Karso. Orgasme ? Kata apa itu ? Ah masa bodoh, otakku tak mau berpikir. Aku hanya bisa mengatur nafas, merasakan tubuhku yang lemas namun terasa begitu 'plong', enteng sekali, seperti sedang tidur di kasur yang terbentuk dari awan. Kulihat Pak Karso tersenyum padaku seraya meninggalkanku.
"Ini, neng..minum dulu". Pak Karso kembali dengan segelas air putih. Dibantu olehnya, aku pun bisa bangun dari tempat tidur. Ahh !! Sungguh menyegarkan, air putih dingin yang baru kuminum. Nafasku pun sudah mulai teratur. Kami pun saling pandang. Pasti wajahku memerah karena aku tahu kalau Pak Karso memandangi tubuhku yang tak tertutup apapun ini secara keseluruhan. Aku, yang masih belia, bugil di dalam rumah pria tua yang masih berpakaian lengkap. Gadis macam apa aku ini. Tapi itu sirna ketika Pak Karso mulai melumat bibirku lagi, tangannya meremas lembut kedua payudaraku yang sedang tumbuh. Sebentar lagi, kemurnian tubuhku akan diambil oleh Pak Karso. Silahkan nodai tubuhku sepuasmu, Pak. Berwisatalah di tubuhku sampai kau lelah, ucapku dalam hati. Aku tak tahu kata-kata itu muncul dari mana, sekejap saja melintas dari hatiku menuju otakku. Aku nikmat sekaligus geli habis-habisan ketika Pak Karso mulai lagi menciumi dan menjilati seluruh bagian tubuhku tanpa terkecuali, dan tidak memberikanku waktu untuk beristirahat sampai aku pun merasakan lagi apa yang dibilang Pak Karso sebelumnya, yakni orgasme. Kulihat Pak Karso mulai membuka pakaiannya hingga akhirnya dapat kulihat benda tumpul yang mengacung tegak ke arahku di tengah-tengah selangkangannya itu. Benda inilah yang terngiang-ngiang di pikiranku sejak pertama kali aku melihatnya. Tentu aku tahu kalau itu adalah alat kelamin Pak Karso yang mengacung tegak ke arahku seakan tubuhku adalah magnet yang menariknya untuk menempel pada tubuhku. Jantungku berdegup kencang seraya mengatur nafasku.
"Neng Hana...Bapak bener-bener....boleh...?", tanyanya seakan ingin mempertegas keinginanku untuk menyerahkan kesucian tubuhku padanya. Aku pun mengangguk malu-malu, tak berani menatap mata Pak Karso langsung.
"Tahan ya, Neng....", Pak Karso seakan menasihatiku.
"Pelan-pelan...Pak", jawaban yang keluar dari mulutku. Kurasakan betul, benda membulat menempel di 'pintu masuk' liang kewanitaanku.
"Heeeggfffhhh......", aku menggigit bibir bawahku sendiri menahan rasa sesak sekaligus ngilu di bagian bawah tubuhku. Ngilu luar biasa kurasakan di selangkanganku, tak bisa kugambarkan dengan kata-kata karena memang baru kali ini, aku merasakannya. Kurasakan tusukan di selangkanganku berhenti, nampaknya Pak Karso membiarkanku untuk beradaptasi sejenak dan mengatur nafas. Begitu kurasa sudah sedikit menghilang rasa ngilunya, aku pun mengangguk pelan, dan Pak Karso kembali mempenetrasi liang kewanitaanku lagi. Kurasakan ada sesuatu yang seperti robek di dalam kewanitaanku. Di sudut picingan mataku yang sedang menahan ngilu, aku bisa melihat Pak Karso 'menjenguk' sebentar ke arah kelamin kami yang sedang berusaha dipersatukan.
"Maaf, neng Hana.....", tiba-tiba Pak Karso mengucapkan itu dengan raut muka yang agak iba kepadaku. Aku berusaha tersenyum di kala rasa ngiluku.
"Nggak...apa-apa.....", jawabku sebisa mungkin. Kesucian tubuhku sudah dipecahkan olehnya, mungkin itu sebabnya dia tiba-tiba meminta maaf. Mungkin dia memikirkan masa depanku nanti. Padahal, dia tidak tahu, aku sangat menginginkan hal ini, tidak ada rasa terpaksa di dalam hatiku melakukan hal ini. Aku memang sangat ingin Pak Karso, penjaga sekolahku yang sudah tua dan sebenarnya lebih pantas menjadi kakekku, mengambil keperawananku. Aku ingin batang kejantanannya menjadi pertama dan kuharap yang terakhir, yang masuk dan mengaduk-aduk liang vaginaku sesukanya dan mungkin mengisi relung rahimku dengan benih-benihnya. Apa ??!!. Aku tidak sadar berpikir seperti itu, dengan kata lain, aku yang baru kelas 3 SMP ini, berharap kalau aku menjadi istri Pak Karso dan hamil olehnya. Benar-benar sudah gila aku !!!. Tapi, bodo lah. Yang penting, sekarang, aku benar-benar ingin diintimi oleh Pak Karso sebagai pria pertama yang mengenalkanku pada surga duniawi. Aku mengatur nafas sebisaku, ngilu luar biasa kurasakan di selangkanganku. Penuh sesak, tak ada ruang di liang vaginaku.
"Ccpphh...mmmmmhhhh...mmpphhhh". Pak Karso mulai melumat lembut bibirku sampai beberapa kali keluar bunyi decitan karena dia juga kadang mengemut bibirku. Lidah kami pun sudah saling adu tak karuan.
"Hheemmgggg", kurasakan ngilu kembali saat 'benda' di vaginaku semakin masuk ke dalam. Rupanya Pak Karso mencumbuku agar aku bisa melupakan sejenak rasa ngilu dari kemaluanku dan juga membuatku tak sadar kalau dia sedang menanam 'pohon'nya agar bisa menancap dengan kokoh di dalam 'taman surga' milikku.

Tentu aku mengikut maunya, aku membalas pagutannya tak kalah mesra dan berhasrat. Tanpa kusadari, penis Pak Karso telah masuk seutuhnya ke dalam liang kewanitaanku meski memang terasa ngilu, namun, rasanya hangat, keras, dan aku bisa merasakan benda tumpul yang sudah 'mengait' vaginaku ini berdenyut-denyut. Sensasi yang luar biasa yang baru kurasakan saat ini. Apa ini yang namanya bercinta ?, tanyaku dalam hati. Sangat luar biasa !!!. Teriakku dalam pikiranku.
"Udaah, mentok, neng", lapor Pak Karso. Pertama aku tak sadar apa yang dimaksudnya, namun sebentar aku bisa merasakan kalau rasanya pangkal kemaluanku sudah tersentuh ujung tumpul batang kejantanan Pak Karso. Aku pun cuma tersenyum dan kembali menarik bibirnya untuk melumat bibirku. Entah kusadari atau tidak, aku melingkarkan kakiku di pinggang Pak Karso seolah tak membiarkan si penjaga sekolahku yang sudah tua ini untuk mencabut 'tongkat kuasa'nya dari kemaluanku.
"Pelan...pelanhh, Pakhhh", pintaku.
"Iyaa, Neng". Pak Karso pun mulai menarik perlahan penisnya.
"Eeennggghhhhh", ngilu kurasakan lagi ditambah perasaan bagian dalam vaginaku yang seperti ikut tertarik keluar secara perlahan. Pelukanku semakin erat saat penis Pak Karso mulai dipaksa masuk lagi ke dalam liang kewanitaanku.
"Heeeggghhhmmm.....".
"Seeempiiiitthhh....bangeeettthhh, Neeenghhh", racaunya. Aku tak tau yang aku rasakan hanya ngilu, namun ada sedikit rasa, rasa baru, seperti rasa gatal yang sedang digaruk, enak dan ingin ditambah. Ditarik lagi keluar, lalu dimasukkan lagi, dan setiap itu pula aku mengeluarkan desahan dan lirihan karena ngilu namun ada rasa enak yang nampaknya semakin dominan.
"Aaaahhhmmmm......eeeemmmhhhh.....mmmmccccpphhhhhh.....ccccuuupphhhh", desahan mulutku tertahan karena bibirku kembali dilumat oleh Pak Karso. Sumpah, vaginaku serasa seperti sedang ditumbuk pelan berkali-kali terus menerus layaknya tukang rujak bebek yang sedang menghancurkan buah-buahan di dalam mangkuk khususnya itu, bedanya, mangkuknya itu adalah liang vaginaku, dan tongkat penumbuknya adalah penis Pak Karso. Apa ini ??!! Rasa ngilu yang dari tadi kurasakan hampir sama sekali tak terasa lagi, hilang seiring gesekan kejantanan Pak Karso yang terus menerus dengan dinding vaginaku. Malah berganti rasa enak dan nikmat yang begitu amat terasa.
"Mmmmhhhhh.....Paaaakkkhhhh....iyaaaahhh....teeerussshhhhh.....uuuuummmmmhhhhhhhh", racauku yang tanpa sadar kukeluarkan dari mulutku. Benar-benar luar biasa sensasi ini, nikmat tiada dua. Oohh, inikah yang namanya disetubuhi ???, tanyaku dalam hati. Benar-benar gilaa !!.
"Ooooohhhh....eeeehhhhhmmmm.....lebih kenceengghhhh......Paaaakkkkhhhh....teruuusssshhhhhh". Pak Karso yang pasti sudah mengerti keadaanku yang menikmati gesekan antara kelamin kami mulai mempercepat hujaman-hujaman penisnya pada kemaluanku.
"Aaahhh...aahhhh....aaahhhh......mmmhhhh....". Ada sesuatu yang ingin kurasakan dari dalam tubuhku, rasa nikmat ini benar-benar tak bisa kubendung lagi. Sekarang muncul sensasi saat Pak Karso menjilati alat kelaminku tadi.
"Aaaaahhhhh.....aaahhhhhh......AAAHHHHH.....EEEEENNNNHHHH.....PAAAKKKHHH KARSOOOOO !!!!!!!", teriakku seraya ada pelepasan dari dalam tubuhku. Tubuhku kejang-kejang, kaku, dan ada rasa hangat yang memancar keluar dari dalam liang kewanitaanku.
"OOOOUUUKKKHHHH!!!!!", aku melepaskan rasa nikmat yang sudah tak bisa kutahan lagi. Pak Karso mencabut penisnya, dan aku bisa merasakan cairan hangat yang tadi tertahan, terasa menyemprot keluar dengan cukup deras. Tubuhku berkedut-kedut seraya kemaluanku tetap menyemprotkan suatu cairan yang tentu semakin melemah. Dengan mata sayu-sayu, aku melihat Pak Karso yang tersenyum memandangiku.
"Hhhh....hhhhhhh.....", nafasku tersengal-sengal. Namun tubuhku serasa luar biasa ringan, enteng, plong, seperti tidur di atas kasur yang sangat empuk. Sungguh rasa yang baru kali ini kudapati, sensasi sebelumnya sama sekali tidak ada yang senikmat ini. Kata surga duniawi kurasa memang sungguh cocok dengan sensasi yang kurasakan saat ini. Pak Karso terus memandangi tubuhku sambil tetap tersenyum, namun penisnya masih mengacung dengan gagahnya ke arahku.
"Paakhh..masukkinhh....lagii...hhh", lirihku tanpa sadar. Tentu mendengarku, Pak Karso langsung menghampiriku dan menyiapkan lagi penisnya, tanpa buang waktu, dia segera 'menusuk' selangkanganku lagi.
"Eeeemmmhh", lirihku pelan saat Pak Karso mulai 'menyelipkan' lagi batang kejantanannya itu ke dalam celah sempitku. Dalam waktu sekejap, alat kelamin kami pun sudah bersatu kembali, sudah siap sedia lagi untuk digunakan masing-masing pemilik secara bersamaan demi mendapatkan kepuasan seksual untuk keduanya. Sang maestro pun mulai 'menggesek' lagi 'biola'nya, yang tak lain adalah aku.
"Ckkckckckck", bunyi decak air terdengar setiap kali Pak Karso memompa penisnya masuk ke dalam vaginaku. Dan nampaknya batang keperkasaan Pak Karso lebih mudah bergerak keluar masuk dan lebih lancar bergesekkan dengan dinding rahimku dibanding sebelumnya. Kali ini, Pak Karso tak hanya melumat bibirku, dia juga menjilati wajahku dan entahlah, dia mencium kencang hampir seperti menyedot pada leherku yang membuatku merinding geli namun menambah kenikmatan dari aktivitas kami saat ini.



Penetrasi Pertama Hana​

Terus, Pak Karso. Genjot gue terus, eluhku dalam hati merasakan nikmat tiada tara pertama kalinya ini.
"Aaakkhhh....eeemmmnngggg....hhhhhh.....uuuuhhhhmmm, Paaakkhhh....aaaaahhhhhh", erangku tak karuan karena Pak Karso semakin mempercepat dan memperkuat hujaman penisnya terhadap vaginaku. Aku keblingsatan, mungkin aku sampai menancapkan kuku di punggung Pak Karso tanpa sadar. Aku benar-benar tak kuat menahan esktasi kenikmatan luar biasa ini.
"Dikit...hhh..lagiihh......neenghhh....oohhhh....", bisik Pak Karso di telingaku.
"Ooohhhh aaaaahhhhhh.....hhheeemmmmhhh....hhuuuummmmmmm", desahanku kami pun jadi bersahut-sahutan sebelum akhirnya, Pak Karso mendorong sekuat tenaga hingga aku tersentak ke atas.
"OOOUUUUMMMHHHH !!!!!", gara-gara disentak tadi, aku melepaskan puncak kenikmatanku lagi. Saat aku sedang menggelinjang-gelinjang keenakan, tiba-tiba Pak Karso menarik keluar batangnya dari kemaluanku, lalu mengocoknya dengan cepat, ujung penisnya diarahkan ke perutku.
"AAAAKKHHHHH !!!!!", teriak Pak Karso. Ada cairan putih keluar muncrat dari ujung penis Pak Karso. Kutahu itu adalah sperma dari pelajaran biologi. Sperma Pak Karso pun jatuh ke perutku. hmmm, permukaan perutku terasa hangat seperti ada air hangat yang tumpah ke atas perutku.
"Crrrtt...crrrttthhh". Cukup banyak juga yang muncrat keluar dari ujung penis Pak Karso yang 'tumpah' ke atas perutku.


'Kuah' Pertama Hana​

"Hhhh.....", kulihat Pak Karso mengatur nafas, dia nampak begitu puas dan tersenyum lebar ke arahku sambil tetap memegangi batang kejantanannya itu.
"Terima kasih, neng Hana". Dia mengecup keningku, aku tak bisa membalas apa-apa, aku cuma bisa membalas senyumannya karena aku merasa begitu lemas tak berdaya, bahkan tak lama, aku merasa ngantuk berat dan akhirnya aku tertidur. Oohhh, sungguh plong dan nikmaat rasanya tubuhku, ringan, tiada beban, benar-benar perasaan luar biasa yang baru kurasakan. Apakah ini yang namanya sex ? Apakah ini yang disebut proses reproduksi seksual manusia yang ada di dalam buku biologiku ? Mengapa di buku, tak disebutkan bahwa sex ini benar-benar hal yang luar biasa yang bisa dirasakan oleh perempuan ?. Pikiran-pikiranku yang melanglang buana sebelum aku benar-benar tertidur.
Aku membuka mataku, kulihat jam menunjukkan pukul 16.00. Tubuhku terasa pegal dimana-mana. Dan saat kugerakkan kakiku, aku merasa ngilu dan pedih di selangkanganku. Oh ya benar, tadi aku habis di 'sengat' berkali-kali oleh 'lebah tak berduri' kepunyaan Pak Karso. Kupegang perutku yang terasa kering. Ada seperti kerak di atas permukaan kulit perutku. Ini pasti sperma Pak Karso yang sudah mengering dan menjadi kerak. Aneh rasanya, terasa seperti bekas nasi yang telah mengering namun lebih lengket. Mungkin lebih tepat seperti ingus yang mengering. Yeiks !!!. Aku berusaha duduk dalam keadaan telanjang dan serba ngilu di sana-sini. Aku memperhatikan daerah pribadiku, ada bercak-bercak merah di sana. Pastilah itu darah perawanku yang telah mengering. Terambillah sudah keperawananku. Pak Karso telah menjadikanku perempuan dewasa sekarang. Aku mengerti, harusnya keperawananku kuserahkan hanya pada suamiku nanti di malam pertamaku, namun entahlah, aku malah merasa lega sekarang. Mungkin karena aku selalu hampir jadi korban pemerkosaan, aku merasa ada beban yang terlepas karena milikku yang paling berharga bukan direnggut paksa oleh orang asing melainkan kuberi pada pria yang kukagumi, yah meskipun pria itu sangat jauh umurnya di atasku bahkan lebih cocok jadi kakekku, tapi yang penting aku rela dan senang hati memberikannya. Aku bergerak ingin turun dari tempat tidur, kugerakkan kaki perlahan karena setiap ada pergerakan, bagian bawahku terasa ngilu. Akhirnya, aku bisa turun dan berdiri meski kakiku terasa gemetar hebat. Aku berpegangan pada benda apa saja untuk bisa berjalan ke arah kamar mandi meski dengan cara merembet. Aku mandi untuk membersihkan sekaligus menyegarkan tubuhku yang habis 'dipakai' Pak Karso ini. Aku mereka ulang kejadian diintimi Pak Karso tadi selagi mandi. Memang tak kusangka, ternyata alat kemaluanku ini jika disatukan dengan alat kelamin beda jenis bisa menimbulkan sensasi nikmat yang luar biasa dahsyat. Selama ini, aku hanya belajar tentang alat reproduksi manusia saja dari buku biologi, tidak pernah tahu cara menggunakannya dan rasa yang bisa ditimbulkannya ketika digunakan. Tahu gini, sudah dari dulu, aku melakukannya, pikirku. Usai mandi, aku keluar dengan hanya berbalut handuk karena tadi aku tidak menemukan secuilpun pakaianku. Mungkin dibereskan dan entah ditaruh dimana oleh Pak Karso.
"Eh neng Hana, udah bangun ?", sapa Pak Karso saat aku keluar dari kamar mandi.

"Iya, Pak. Pak Karso dari mana ?", tanyaku.
"Dari sekolah, neng. Ngecek apa ada kelas yang bocor apa nggak, soalnya hujannya gede banget".
"Ha ? Hujan, Pak ? Masaa ??".
"Bener, liat aja, neng". Dia membuka hordeng jendelanya.
"Yaah, beneraan hujaan. Aduuuh, gimana niih aku pulangnya, Pak". Aku sama sekali tak kelihatan habis disenggamai oleh Pak Karso, nampak biasa saja, malah lebih mengkhawatirkan hujan.
"Yah, mau gimana, neng. Terpaksa nunggu. Hujannya gede banget soalnya tuuh".
"Iya yaa, hmmm...yaudah deh, terpaksa nunggu dulu".
"Oh iya, Pak. Baju aku, dimana ?", lanjutku bertanya.
"Oh Bapak simpen di lemari, neng. Sebentar".
"Ini, neng".
"Makasiih, Pak". Aku kembali masuk kamar mandi, dan keluar lagi setelah mengenakan kaos dalam ganti yang kubawa dan rokku.
"Hmmm, ujannya kayaknya bakalan lama ya nih, Pak".
"Iya, neng". Aku duduk sambil melihat keluar jendela, aku tak mau menyinggung soal barusan, aku takut malah jadi aneh nantinya. Tiba-tiba Pak Karso berlutut di depanku.
"Neng Hana.....terima kasih.....".
"Iih, Bapak....ngapain siiih ??!". Aku pun berusaha membuatnya berdiri.
"Neng Hana udah.....".
"Sssssttt....aku udah jelasin....nggak perlu makasih, Pak....". Aku tau memang tak sopan memotong pembicaraan orang yang lebih tua. Tapi ya mau gimana lagi. Dia memelukku dengan erat. Dia nampak begitu terpukul, iba, dan merasa sangat menyesal telah mengambil keperawananku. Padahal aku yang dalam posisi 'kehilangan' malah biasa saja. Sungguh jadi terasa sangat aneh. Tapi memang pelukannya terasa hangat sekali. Handphoneku berbunyi.
"Halo, Ma".
"Halo, Hana ? Kamu dimana ?!".
"Ini, Mah, tadi ada ekskul dadakan, ada latian, jadinya pulang sore, eh, malah ujan, Hana lagi nunggu hujan berhenti dulu ini".
"Ooh, kenapa kamu nggak kabarin ?".
"Maaf, Mah. Tadi Hana lupa".
"Uh dasar kamu. Yaudah, kamu mau dijemput Bapak ?".
"Nggak, Mah, nanti bapak juga basah. Hana nunggu aja, ini ada barengan kok pulangnya".
"Oh yaudah, kalau hujannya berhenti langsung pulang ya".
"Iyaa, Mah. Bereesss siiip".
"Hati-hati ya...".
"Iyaa, Mah".
"Neng Hana bohong ke mamanya".
"Ya abisnya mau bilang apa dong, Pak?". Ya masa, gue bilang habis diperawanin Pak Karso, dalam hatiku.
"Iya juga sih, neng. Maaf ya, neng...".
"Iya, nggak apa-apa....btw, ini hujannya bakalan lama banget kayaknya ya, Pak ?". Tiba-tiba Pak Karso mendekapku dan berbisik di telingaku.
"Sambil nunggu ujan....boleh nggak, Bapak kayak tadi lagi ???", tanyanya nakal padaku. Sepertinya perasaan tidak enak dalam hatinya terhadapku sudah berubah jadi nafsu akan tubuhku. Mungkin udara dingin yang mempengaruhinya. Aku mengigit bibir bawahku dan mengangguk malu-malu, setuju untuk bersenggama lagi dengan penjaga sekolahku yang sudah tua itu karena memang aku ingin merasakan sensasi nikmat itu lagi. Secepat kilat, aku sudah ditelanjangi oleh Pak Karso, dia pun tak lama langsung menelanjangi diri sendiri sehingga kami berdua kembali bugil. Dia langsung menggendongku ke atas kasur dan langsung mencumbuiku penuh gairah dan nafsu. Di tengah derasnya hujan hari itu, kami pun bercinta lagi dengan sangat bergairah. Sementara teman-temanku mungkin sudah di rumah dan tidur di kamar, bercengkrama dengan keluarga, atau sedang sms/telpon dengan pacarnya, di sini aku malah sibuk disenggamai oleh penjaga sekolahku yang sudah tua. Masa bodohlah, yang penting aku juga suka melakukannya. Tanpa sadar, selama hujan, kami melakukannya lagi......lagi......dan lagi. Di tengah derasnya hujan, kami bersahut-sahutan dalam desahan. Peluh keringat dan panas nafsu kami berdua membuat hawa dingin hujan sama sekali tak berasa. Kami malah berkeringat dan kepanasan. Ah, benar-benar luar biasa. Kami terus bersenggama layaknya sepasang suami istri yang baru menikah, padahal umur kami terpaut jauh. Tak lama kami selesai berhubungan untuk yang entah keberapa kalinya, hujan pun sudah berhenti. Pak Karso dan aku pun mandi bersama, saling membersihkan dan menyegarkan tubuh. Tentu di kamar mandi, Pak Karso iseng menggrayangi tubuhku lagi. Tidak terasa keanehan dan kejanggalan lagi di antara kami berdua. Yang ada hanyalah cinta dicampur dengan hawa nafsu yang mulai tumbuh diantara aku dan Pak Karso. Dan untuk terakhir kalinya hari itu, Pak Karso menumpahkan spermanya ke wajahku. Dengan senang hati, aku meratakan spermanya ke seluruh permukaan wajahku sebelum kubasuh dengan air. Kami pun berpakaian, waktu sudah menunjukkan jam 18.00. Waw, secara total, kami bersetubuh dari jam 13.00 sampai jam 18.00, berarti sekitar 5 jam. Tentu tak 5 jam full kami bersenggama. Aku benar-benar merasa luar biasa lega dan tentu tak akan bisa melupakan kejadian hari ini seumur hidupku, aku pun memeluk erat Pak Karso dari belakang yang sedang memboncengku dengan motor. Pria tua ini yang sudah memerawaniku, dia adalah cinta pertamaku, dan dengan Pak Karso pula, aku diperkenalkan dengan kenikmatan surga duniawi yang sungguh membuatku ketagihan. Sebelum pulang, Pak Karso pun mengajakku untuk makan mie ayam dulu karena aku memang belum makan dari siang tadi. Begitu sampai dekat rumah, aku turun dari motor.
"Pak Karso, makasih yaaa".
"Nggak, neng. Bapak yang makasih banget sama neng Hana, hari ini....". Aku tersenyum dan langsung saja kucium Pak Karso. Pak Karso pun pertama kaget tapi langsung membalas pagutanku. Mungkin dia kaget karena aku menciumnya di mulut padahal dekat dengan rumahku. Aku berani mencium Pak Karso karena memang aku tak bisa menahan perasaanku dan juga sekaligus mengucapkan terima kasih juga untuk hari ini. Aku pun pulang dengan membawa pengalaman baru, pengalaman yang luar biasa yang bisa dirasakan gadis seumurku. Begitu berganti pakaian, aku langsung tidur, mengistirahatkan tubuhku. Ibuku menyuruhku makan, tapi aku menjawab sudah makan, jadi ibuku langsung menyuruhku tidur karena aku kelihatan lelah sekali. Yang ibu tahu, aku lelah karena pulang ekskul dan menunggu hujan sampai malam, dia sama sekali tidak tahu kalau aku habis 'dipakai' oleh seorang pria tua selama hampir 5 jam di lingkungan sekolahku sendiri. Pria tua yang kurasakan cinta kepadanya. Ah tahu lah, aku tidak tahu masa depanku nanti.....

Keesokan harinya, aku pun melihat Pak Karso sedang menyapu halaman belakang sekolah. Ketika tatapan mata kami saling bertemu, dia tersenyum padaku, aku langsung merasa malu-malu, dan kuyakin wajahku agak sedikit memerah. Wajahku memerah karena langsung teringat kejadian kemarin, dan tatapan mata Pak Karso seolah membuatku merasa sedang bugil. Waktu jam pelajaran, aku izin ke kamar mandi, dan kulihat Pak Karso sedang membersihkan kaca ruang lab komputer. Karena tidak ada siapa-siapa, aku memberanikan diri mendekatinya.
"Pak....", kuberikan secarik kertas yang sudah kusiapkan dari istirahat tadi. Aku langsung meloyor pergi, takut ada yang melihat. Setelah keluar dari wc, aku sengaja lewat depan ruang lab lagi.
"Neng Hana....". Pak Karso memberikan lagi kertas yang tadi kuberikan. Kami berdua sama-sama tersenyum, aku langsung meninggalkannya, takut ada yang melihat. Aku berhenti sejenak di sudut lorong yang sepi. Aku baca tulisanku dan balasan Pak Karso. Aku menulis, "Pak, aku mau main ke rumah Bapak lagi, boleh ?". Balasan dari Pak Karso, "boleh, malah Bapak tunggu banget neng Hana main lagi...". Entah kenapa, aku jadi bersemangat setelah membacanya. Sepertinya memang ada kelainan pada diriku. Mana ada seorang gadis belia yang seumurku merasa jatuh cinta pada seorang pria yang umurnya sudah sangat uzur. Haduuh, aku sendiri pun tak mengerti. Usai sekolah dan ekskul sekitar jam 14.00, aku langsung bergegas.
"Tok tok tok !!", kuketuk pintu.
"Eh neng Hana...udah bapak tunggu...ayo masuuk", sambut Pak Karso dengan sumringah, aku pun membalas dengan senyuman hangat. Selanjutnya, yang terdengar hanyalah eluhan dan desahan nikmat kami berdua yang kembali memadu kasih antara sepasang manusia yang sangat beda generasi ini. Begitu datang, aku langsung diserbu membabi buta oleh Pak Karso, nampaknya dia sudah sangat bernafsu ingin mengulangi kejadian kemarin dan kembali 'menambang' kenikmatan dari tubuh beliaku sampai-sampai aku tak sempat untuk mandi sekedar untuk membuat tubuhku segar dan harum karena sudah seharian + ekskul, pasti aku tercium bau keringat. Tapi dengan begitu bernafsunya, Pak Karso bilang kalau tubuhku mengeluarkan aroma wangi yang sangat memancing birahi meski berkeringat dan habis terkena paparan sinar matahari berjam-jam.


Tubuh Berkeringat Hana​

Dibilang seperti itu, aku semakin semangat memberikan pelayananku secara maksimal ke Pak Karso. Dan mulai saat itu, aku dan penjaga sekolahku yang sudah uzur selalu rutin melakukan hubungan badan beda generasi. Mungkin hampir tiap hari kami saling mengadu kemaluan, antara vaginaku yang masih belia dan masa pertumbuhan dengan penis Pak Karso yang sudah 'veteran' itu. Tidak butuh waktu lama bagiku untuk memberikan akses ke Pak Karso dalam hal 'mencolok'ku dari belakang. Akhirnya 'peliharaan kebanggaan' Pak Karso pun bisa masuk ke dalam tubuhku lewat 'pintu depan', 'jendela atas', maupun 'pintu belakang'. Aku sama sekali tidak keberatan, yang manapun aku suka asalkan aku bisa merasakan 'pentungan lembek' Pak Karso itu mengisi relung tubuhku setiap harinya. Ya tentu kalau aku sedang merasa benar-benar lelah atau sedang ada kesibukan lain, terpaksa kami harus menahan birahi kami masing-masing, tapi setelah bisa lagi, kami pun langsung berhubungan intim layaknya tidak ada hari esok, bisa sampai malam sekitar jam 18.00. Benar-benar gila, kami saling ketagihan memuaskan nafsu birahi satu sama lain. Mungkin hanya aku, gadis belia, yang sangat bernafsu dan puas ketika disetubuhi pria tua seperti Pak Karso. Bahkan saat aku sedang masa haid, kami tetap melakukannya, tapi tentu agar terhindar dari penyakit, kuberikan jalan masuk lain bagi 'tongkat' Pak Karso, yakni lubang pantatku atau mulutku untuk menghindari penyakit seksual yang tak diinginkan. Btw, Pak Karso yang menjelaskannya padaku. Kami tak perlu saling bertukar kertas seperti dulu, aku tinggal datang seperti biasa lalu Pak Karso langsung mengunci pintu dan jendela, kemudian dia langsung mencumbuku penuh nafsu sambil melucuti seragam sekolahku hingga aku bugil sepenuhnya, dan selanjutnya kami meluapkan nafsu birahi kami sampai kami berdua kelelahan dan tidak kuat lagi untuk melanjutkan, begitu seterusnya. Kami sama sekali tidak merasa bosan.

Dan lama kelamaan, tidak hanya pulang sekolah saja, Aku jadi selalu berangkat lebih pagi dari biasanya sekarang. Ibuku pernah menanyakan kenapa aku jadi lebih pagi berangkat ke sekolah, aku bilang kalau aku lebih segar kalau datang pagi sekolah. Tentu ibuku senang, melihat aku semakin rajin sekolah. Padahal ia tidak tahu kalau aku merasa 'segar' karena berbuat mesum dengan penjaga sekolah yang sudah bangkotan.
"Eh neng Hana. Ayo, neng masuk", sapa Pak Karso dengan sangat sumringah. Aku meletakkan tasku di meja kecil Pak Karso.
"Udah sarapan belum, Pak?", tanyaku menggoda.
"Ini baru mau sarapan, neng. Hehehehe". Tanpa basa-basi, dia langsung mengangkat rokku dan menyelinap ke dalamnya. Celana dalamku langsung dipelorotkan dengan cepat, si penjaga sekolah tua ini pun langsung menyantap isi celana dalamku sehingga aku pun seketika mendesah manja. Aku memang 'mengepak' kemaluanku secara rapi dan bersih dari rumah untuk 'mengirimnya' ke Pak Karso untuk dibongkar dengan lidahnya setiap pagi. Ya, ini yang kita maksud sebagai 'Sarapan Pagi'. Kode bagi aku dan Pak Karso untuk melakukan oral sex pada kemaluan satu sama lain setiap pagi. Rutinitas mesum yang seharusnya tidak dilakukan gadis belia yang masih SMP sepertiku dengan seorang pria dewasa yang berumur 4x lipat lebih dari umurku sendiri. Tapi, mau bagaimana lagi, aku tidak bisa melewatkan sensasi luar biasa yang menjalari di sekujur tubuhku saat Pak Karso menjilati selangkanganku. Memang sungguh sensasi yang sangat luar biasa. Dan seperti biasa, saat Pak Karso sedang menggragoti vaginaku, aku biarkan rok biruku menutupinya sebab aku merasa lebih nakal karena tak tahu apa yang dilakukan penjaga sekolah tua ini terhadap bagian bawah tubuhku sekaligus memberikan 'privasi' bagi Pak Karso yang tengah mengusik daerah privat milikku. Tak hanya liang kewanitaanku yang diserang lidahnya, tapi juga liang anusku. Pak Karso ini memang benar-benar tahu cara 'menyemangati'ku di pagi hari. Dan biasa setelah aku memberinya 'Sarapan Pagi', sekarang gilirannya untuk membuatku 'kenyang'. Aku sedot, hisap, dan emut batang kejantanan yang telah mengambil keperawanan vagina, anus, dan juga mulutku sekaligus. Betapa nikmatnya 'tongkat sodok' yang sudah menjajahku dan menjadikanku budaknya. Bukan budak seks karena terpaksa tapi lebih kepada budak cinta. Pak Karso sudah memenangi hatiku dengan kelembutan dan kesopanannya, tentu sudah sewajarnya aku memberikan akses penuh kepadanya atas tubuhku sesuka hatinya. Akhirnya, yang kutunggu-tunggu datang juga. 'Ular' Pak Karso pun mulai meludah di dalam mulutku. Tanpa pikir panjang, aku tentu langsung menelan habis air mani Pak Karso, 'sumber gizi' yang selalu kuminum setiap pagi semenjak rutinitas ini kami jalani. Sejak aku mulai sarapan sperma Pak Karso setiap pagi, aku merasa lebih segar, tidak mudah capek atau ngantuk saat sekolah, dan juga lebih cepat menangkap pelajaran, aku tak tahu apakah memang berpengaruh atau tidak, entahlah. Aku hanya menduga-duga dari pelajaran biologi yang kudapat, yaitu sperma mengandung protein yang sangat tinggi. Ya setidaknya, aku memang suka meneguk lahar putih Pak Karso yang kental ini karena rasanya yang gurih, asin, dan ada sedikit rasa manis saat pertama kali kurasakan, dan semenjak itu aku jadi keranjingan sperma Pak Karso.
"Neng, nggak dilap dulu itunya ?".
"Nggak usah, Pak. Enakan gini, basah-basah gimana gitu..", ujarku nakal.
"Ih si neng..ntar nggak enak lho".
"Nggak, Pak. Tenang aja". Memang biasanya aku melap kering daerah intimku karena basah oleh liur Pak Karso, tapi entahlah hari ini aku ingin merasakan selangkanganku yang lembap karena ludah Pak Karso. Saat istirahat sekolah, temanku mencium aroma mulutku yang agak bau amis. Aku lupa tadi aku tidak makan permen setelah aku mengoral kemaluan Pak Karso seperti biasanya, pasti aroma khas sperma Pak Karso membekas di rongga mulutku. Aku bilang saja, aku tadi habis makan ikan saat sarapan jadi temanku tidak curiga. Sore pun menjelang, aku pun mengikuti ekskul paskibra seperti biasa. Dan yap, setelah pulang eksul dan aku yakin sekolah sudah sepi, aku pun diam-diam ke tempat istirahat Pak Karso. Meski kadang dia sedang tidak ada, aku tetap bisa masuk ke dalam karena aku sudah membuat duplikat kuncinya. Dan biasanya, kalau Pak Karso sedang tidak ada di, aku menunggunya dengan bertelanjang ria di dalam, dan pasti dia akan kaget melihatku yang sudah bugil. Bukan kenapa-kenapa, dia takut orang lain yang masuk ke dalam dan melihatku telanjang. Memang sih harusnya aku tak melepaskan pakaian begitu saja, tapi rasanya aku selalu senang melihat ekspresi wajah Pak Karso yang kaget melihatku sudah menunggunya dalam keadaan bugil, seperti yang kulakukan saat ini. Aku memandangi cermin besar yang ada di dalam dan memandangi tubuhku sendiri. Takkan ada yang menyangka tubuh putih mulusku yang masih dalam masa 'perkembangan' ini telah dijamah dan bahkan telah memberi kehangatan pada Pak Karso, pria tua yang lebih pantas jadi kakekku. Tapi, aku sama sekali tidak merasa menyesal sedikitpun, bahkan aku merasa ada sedikit terima kasih pada Pak Karso yang telah memperkenalkanku pada kenikmatan duniawi yang sangat membuat ketagihan. Ya memang, umurku masih sangat belia dan aku memang tidak pacaran, tapi aku malah sudah bersenggama dengan seorang pria yang sangat jauh lebih tua dariku. Hmmm, tak tahulah masa depanku nanti, yang penting aku menikmati momen-momen saat ini. Dan aku sadar betul ada yang sangat tidak biasa dan tidak wajar di psikologis / kejiwaanku tentang hal-hal kenikmatan duniawi ini. Aku hanya berharap tidak ada yang tahu hubungan intimku dengan Pak Karso. Mengingat perkataan Pak Karso kalau cowok-cowok bahkan petugas sekolah lainnya sering membayangkanku yang tidak-tidak, bisa-bisa aku dijadikan jablay sekolah nanti. Mudah-mudahan tidak ada yang tahu. Ok, back to the story. Selain rutinitas pagi, kami juga mempunyai rutinitas sore, agak beda dari yang sebelumnya. Setiap sore, usai kami menuntaskan hasrat seksual kami, Pak Karso biasanya memintaku untuk tidur di kasur dan melap tubuhku dengan handuk basah untuk membersihkan air maninya yang dipeperkan di tubuhku.

Setelah itu, Pak Karso selalu memijatku. Tidak hanya asal pijat karena kurasakan pijatannya benar-benar enak. Dia tahu teknik memijat pastinya. Semua bagian tubuhku dipijatnya. Yang paling kunikmati ya tentu saja saat tangan keriputnya mulai menyentuh 'onderdil' berhargaku. Saat tangannya mulai beralih ke buah dadaku yang sedang tumbuh, itulah saat yang paling kunanti, rasanya benar-benar enak sekali. Namun memang beda, gerakan tangannya saat memijatku dengan tangannya saat bermain-main dengan buah dadaku. Beda halnya dengan pantatku, dia selalu menepuk-nepuk pantatku berkali-kali sebelum mulai memijatnya dengan gerakan mendorong ke atas. Kutanya kenapa dia memukul-mukul pantatku, pasti dia jawab, 'nggak apa-apa kok, neng'. Ya begitulah, sore hari aku selalu dipijat oleh Pak Karso. Setiap hari tanpa satu hari pun terlewat, kami berdua selalu melakukan rutinitas itu, kecuali kalau aku tidak masuk karena sakit, kelelahan, atau sibuk. Kalau Pak Karso yang sakit, aku akan datang ke tempatnya untuk merawatnya dan sedikit melakukan hal 'nakal' untuk membuatnya cepat sembuh seperti merawatnya seharian tanpa memakai baju, menyuapinya dengan payudaraku sebagai 'sendok', dan lainnya. Pokoknya hal-hal mesum yang pasti tak akan terpikir oleh gadis lainnya yang seumuran denganku. Kalau dipikir-pikir entah sudah berapa puluh kali kami, sepasang kekasih beda generasi ini, melakukan hubungan intim tanpa ketahuan oleh siapapun. Dan entah sudah berapa puluh liter sperma yang kutenggak dari 'pipa' Pak Karso. Bukannya aku serius belajar untuk mempersiapkan diriku menghadapi UN, aku malah asik melampiaskan nafsu bersama Pak Karso. Penjaga sekolahku yang sudah tua ini sering melarangku untuk datang ke tempatnya, bukannya dia bosan denganku tapi dia memikirkan masa depanku, dia menyuruhku untuk belajar dengan keras, namun akunya saja yang bandel, aku terus mendatanginya seakan-akan kalau aku yang meminta 'jatah' padanya. Harus kuakui, aku sekarang 'gila' dengan yang namanya seks. Sehari tanpa disetubuhi Pak Karso membuat badanku serasa tidak nyaman, dan jika setelah digauli Pak Karso, aku merasa 'plong' sekali dan jadi lebih mudah belajar. Hari ujian kian dekat, Pak Karso semakin bawel dan melarangku untuk bertemu. Terpaksa aku menurutinya.

Aku belajar tekun sebisaku. Semua cara aku jalani karena aku tahu, aku tidak pintar. Belajar bareng dan ikut pelajaran tambahan. Aku mau ikut bimbel tapi uang dari mana aku?. Untung ada teman-temanku yang pintar seperti Lina, Bima, dan Andien masih mau berbagi ilmu. Kata mereka, mereka malah senang melihatku yang rajin belajar. Aku tidak tahu sih, tapi aku jujur kepada mereka kalau aku tidak pintar jadi mungkin aku agak susah diajari. Tapi mereka malah makin bersemangat. Bersukur juga aku memiliki teman seperti mereka. Hari UN pun datang, setelah belajar gila-gilaan dan tanpa mendapat 'sentuhan kasih sayang' Pak Karso sehari pun, aku rasa aku siap. Dan benar, lancar aku mengerjakan semua UNnya. Benar-benar plong rasanya, ini semua berkat bantuan teman-teman yang mengajariku, keluargaku, dan tak ketinggalan juga Pak Karso. Yeeeee, betapa senangnya aku. Aku, Lina, Andien, Bima, dan Mona pun meluapkan kegembiraan kami dengan menonton sore itu juga, dan makan-makan. Bukannya aku melupakan Pak Karso, tapi aku ingin menghabiskan waktu dengan teman-temanku yang sudah membantuku melewati UN ini. Lina, Andien, Mona, Bima, terima kasih sekali, sampai saat ini, aku tidak bisa mengungkapkan betapa berterima kasihku pada kalian. Terutama Bima, si pria culun namun sangat pintar itu mengajari trik-trik mengerjakan soal matematika yang sangat sulit dengan metodenya sendiri. Lina si bule mengajariku bahasa inggris, dia memang lancar sekali berbahasa inggris karena keluarganya biasa berbicara dengan bahasa Inggris di rumahnya. Andien dan Mona membantuku mempelajari hal-hal lain yang aku lupa dan tidak mengerti. Kalian sungguh luar biasa !!. Sabtu usai UN, aku berpakaian secantik mungkin dan mengetuk sebuah pintu. Muncullah wajah keriput yang sudah tak asing lagi bagiku. Aku tersenyum manis, sang pria tua pun membalas dengan wajah sumringah. Pintu rumah kecil dan sederhana itu pun tertutup, menutupi kami berdua di dalam rumah. Dan selanjutnya.....hanya kami berdua dan tentu para pembaca yang tau apa yang terjadi di dalam.....


Kunjungan Hana​
sikkkk.asiiikkk nih suhhuh
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Oh hana lanjut
Gw kra lo ngetik Oh haha, bro. Hahaha
Nice story :ampun:
Thanks, Suhu
Cuma sesama penggemar dinanakal yg bisa bikin cerita kyk gini. Bikin nostalgia kbb 😀
Iya nh, bro. Fans garis keras dina_nakal guw wkwkwkwk
jangan lama2 gan tapa nya
2 mingguan, Om. Biar keliatannya panjang gitu hehehe
Lanjutttt kannnn
Siaaap, Suhu
Ahh favorit nih. Lanjutkan hu
Okeh, Suhu. Jgn lupa sering" mampir thread nya
Mantap ....
Okeeeh, bro
Cerita nya om kapan d lanjut
1 atau 2 minggu lah, Om hehehe. Biar keliatan panjang ceritanya
 
Waduh ceritanya sih menjanjikan hu, namun cara suhu menulis terlalu rapat tanpa spasi, dan menurut ane gak perlu di quote juga nambah sempit ruangan jadinya..

Saran ane next lebih di atur spasi dan tanda bacanya hu, jadi saat pembaca buka cerita dia fokus ke cerita dan terhanyut, jangan pas buka cerita dah pusing liat tulisan rapet2 kaya gt

Sekedar saran
 
Bimabet
Waduh ceritanya sih menjanjikan hu, namun cara suhu menulis terlalu rapat tanpa spasi, dan menurut ane gak perlu di quote juga nambah sempit ruangan jadinya..

Saran ane next lebih di atur spasi dan tanda bacanya hu, jadi saat pembaca buka cerita dia fokus ke cerita dan terhanyut, jangan pas buka cerita dah pusing liat tulisan rapet2 kaya gt

Sekedar saran
Gw bkinnya pake hape, bro hahaha
Kadang suka gk keliatan spasinya wkwkwk
Thanks bro sarannya

Btw, mungkin jg krn di dalem spoiler, bro, jdnya acak"an hehehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd