Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY IMMORTAL GIRL

Boleh jadi Calon HT nih....asikkk keknya ide cerita nya.....seorang gadis perawan, tangguh, cantik....calon sakti........bahsa oke....biarkan imajinasi yg bermain hu @Duckkler ...tetep dinanti sampe tamat hu
 
CAHAYA MATAHARI PAGI jatuh tepat di wajah cantik Nana. Gadis itu mengejap-ngejapkan matanya. Silau. Uhh... tubuhnya terasa dingin. Di mana ini?

Nana baru menyadari dirinya sedang berbaring di atas dipan, tertutup oleh selimut, tapi nampaknya ini bukan kasur springbed. Bukan busa juga. Tangannya memegang permukaan ranjang, empuk, halus, tapi dia tidak tahu apa. Dan bajunya.... Nana agak panik, menyadari bahwa di bawah selimut itu ia tidak mengenakan baju sama sekali! Pantas terasa dingin. Tangannya meraba di bagian ulu hatinya, ada sesuatu yang menempel di sana. Eh, di paha juga. Apa ini?

Perlahan-lahan, Nana mengingat terakhir berada di lapangan dengan kolam aneh, dan seluruh tubuhnya sakit dan terluka. Tapi sekarang, ia tidak merasa sakit sama sekali. Apakah lukanya hanya bayangan saja?

Duh, bodohnya. Ini pasti obat menutup luka, makanya ia tidak lagi merasa sakit. Nana merasa dirinya lebih bodoh. Mungkin semburan air itu membuat kepalanya terbentur dan menurunkan IQ-nya yang biasa superior... hah! Pikiran macam apa itu!

Setidaknya, Nana merasa seluruh tubuhnya utuh. Ia menggerak-gerakkan kedua kaki, menekuk jari jemari kaki, lalu tangan. Semua masih ada di sana. Ia berusaha bangun, namun badannya seperti tidak mau bekerjasama dengan kepalanya. Terasa berat sekali. Seperti... Nana mengeluh. Ini persis seperti orang yang dibius. Pantas dirinya sama sekali tidak merasa sakit, pasti karena ada semacam obat bius yang diberikan padanya. Tidak terasa sakit, tapi juga menjadi tidak mampu bergerak, itu ciri-ciri obat anestesi, bukan?

Masalahnya sinar matahari dari atas ini jatuh persis di wajahnya, membuatnya silau dan tidak bisa membuka mata. Dan ia tidak bisa bergerak menghindar dari sinar yang menyilaukan ini. Sialan! Kenapa taruh ranjang persis di bawah sinar matahari?

Selagi mengeluh, Nana mendengar suara perempuan berbicara di sebelahnya. Terdengar jelas, itu adalah.... sebentar, Nana tidak pernah mendengar bahasa seperti itu! Bahasa apa itu? Jelas bukan Inggris, bukan Mandarin, bukan Perancis, bukan.... apa itu bahasa Thailand? Hah.... Nana hanya tahu "suwatdhi kha" dan "arunsawat kha" -- itu untuk halo dan selamat pagi dalam bahasa Thai. Tapi kalau didengar lagi, suara perempuan itu juga bukan bahasa Thai.

Wait. Wait... Aku ada di mana?? -- Nana merasa panik. Ia yakin terakhir berada di villanya Anggia, bertengkar dengan siapa itu cowok brengsek -- Nana tidak terlalu jelas siapa namanya. Lalu ada benda aneh, dan peristiwa aneh, dan kini ia tidak mengerti apa omongan perempuan bersuara merdu di sebelahnya. Sepertinya perempuan itu bertanya sesuatu, dan semakin tidak sabar. Sedangkan Nana masih tidak bisa mengangkat tangan atau kaki atau badannya, menghindar dari sinar menyilaukan!

Akhirnya, perempuan itu mendorong ranjang Nana ke samping. Sorot sinar matahari dari langit-langit itu terus jatuh ke lantai. Hah, akhirnya! Nana bisa membuka matanya dan melihat siapa yang ada di depannya.

Pandangan pertama di depannya membuat Nana tidak bisa berkata-kata. Ia hanya membelalakkan matanya yang indah.
Perempuan di depannya berwajah oriental, Asian. Seperti orang Korea, hanya mata mereka lebih besar. Ya seperti wajah yang biasa dilihat di Korea atau Singapura, hanya matanya belo. Yang mengagetkan adalah rambutnya sebahu berwarna ungu. Ya, ungu!

Tubuh perempuan di depannya nampak indah. Tegap, dengan dada yang besar, payudara bulat, dengan hanya ditutup oleh kain kecil, mungkin selebar lima centi, melingkari dada menutupi puting. Sisanya seluruh buah dada bulat putih itu nampak membusung. Nana juga melihat perut yang rata, indah.

Mereka berada di ruangan yang sebagian besar nampaknya terbuat dari kayu, kecuali di pojok sebelah sana jelas tersusun dari batu, ada tempat api dan cerobong, seperti dapur jaman dahulu. Tidak terlihat ada lampu atau sesuatu benda yang memakai tenaga listrik. Nana memutar matanya menyapu seluruh ruangan seperti di film-film Jepang berabad-abad lalu, hingga akhirnya kembali berhenti kembali memandang wajah perempuan yang masih berusaha bercakap-cakap dengannya.

Nana setengah mati berusaha menggerakkan tangan kanannya, mengulurkan ke arah perempuan itu. Menyadari apa yang sedang diusahakan oleh Nana, perempuan itu berhenti berbicara, terus meraih tangan Nana. Ketika telapak tangan Nana menyentuh tangan perempuan itu, suatu sinar mendadak muncul di bidang penglihatan Nana.

Tahu seperti apa orang yang mengenakan Google Glass atau peralatan sejenis, seperti kacamata dengan proyektor mini yang langsung menyorotkan gambar ke depan mata? Nana pernah mencobanya sekali, dahulu, di rumah Anggia. Memakai kacamata pintar itu, ia bisa membaca dan melihat tulisan persis di depan matanya, hanya bisa dilihat olehnya, entah itu gambar atau tulisan atau bahkan video.

Begitulah terjadi persis di depan pandangan Nana.

MENDETEKSI PERJUMPAAN DENGAN ORANG ASING....
MENDETEKSI BAHASA KRILOGA....
ASIMILASI PENERJEMAH BAHASA KRILOGA....
ASIMILASI SELESAI.
KOMUNIKASI LEVEL 1 TERSEDIA.

Nana mengejap-ngejapkan matanya. Jelasnya, pastinya, ia tidak sedang memakai Google Glass atau apapun juga! Mengapa ada tulisan itu di depan penglihatannya?

"Jadi kamu itu sudah tidur tiga hari, dan kita semua tidak tahu bagaimana kamu bisa sehat lagi, apalagi kamu itu muncul di Padang Terlarang, bagaimana kami harus menanggung? Apa kamu tahu apa yang kamu perbuat?" tanya perempuan itu nyerocos terus, berbicara tanpa henti. Takjub, kini Nana mengerti apa yang dikatakannya!
"Saya tidur selama tiga hari?" tanya Nana.
"Whoa! Kamu bisa ngomong!" kini giliran perempuan itu yang sangat terkejut.
"Ya, tentu saja saya bisa bicara," jawab Nana.
"Maaf... maaf, maafkan saya, maafkan saya! Sungguh... maafkan saya!" Perempuan muda itu terus berlutut di pinggir ranjang, menundukkan kepalanya ke tanah. Ia gemetar ketakutan.

"Eh... hei... Hei.... HEI... SUDAH, SUDAH!" suara Nana makin keras. Perempuan itu mengangkat wajahnya memandang Nana.
"Sini, berdiri," Nana makin berani. Perempuan itu berdiri sambil tertunduk di pinggir ranjang.
"Err... nama kamu siapa?" tanya Nana.
"Saya... nama saya Tonya..."

Tonya? Nama perempuan dari mana itu?

"Tonya, jangan takut. Tolong jelaskan, saya sekarang ada di mana?" tanya Nana lagi.
Tonya nampak bingung. Tapi dia terus menjawab juga,
"Sekarang kita ada di rumah tuanku Lambas. Ia membawa tuan Putri yang tidak sadarkan diri ke sini. Tempat ini adalah Lembah Kesuburan, di wilayah Prefektur Ooki, bagian Negara Tengah Kiri."

Nana mengernyitkan dahinya. Negara Tengah Kiri? Prefektur Ooki? Lembah Kesuburan?
Di mana di dunia ada tempat begini? Ia yakin dahulu sudah belajar ilmu bumi lumayan banyak. Toh Nana dari dulu bermimpi mau keliling dunia, jadi mempelajari berbagai negara di planet bumi. Ia yakin, tidak ada Negara Tengah Kiri.

Wait... Negara Tengah? Tiong... Tiongkok? Jadi ini adalah Tiongkok, negeri Cina?
Tapi jelas kalau Tiongkok tidak seperti ini. Orang Tionghoa juga tidak serupa mereka.
Dan pasti rambutnya tidak ungu!

"Tonya.... kenapa rambut kamu berwarna ungu?" tanya Nana penasaran.
"Tuan... tuan Putri kok tanya begitu?"
"Ya memang, saya heran, kenapa begitu?"
"ini... dari lahir memang saya berambut ungu"
"ha? Kamu lahir berambut ungu?"

"Tuan Putri... maksudnya bagaimana?"
"Rasanya tidak ada orang yang lahir berambut ungu."
"Ah? Tidak... Tuan Putri sungguh, jangan bercanda! Tuan Putri tahu kan, kalau yang paling rendah adalah yang berambut Biru, mereka kaum Glosk. Kemudian ada saya dan keluarga yang berambut ungu, kaum Edisk. Lebih tinggi ada yang berambut merah, Akirosk. Kemudian rambut kuning pirang, Blendosk. Tertinggi, para bangsawan berambut hitam seperti tuanku Putri, kaum Homosk.

Tuanku Homosk dari klan mana? Sekarang ada tiga klan besar, Arteria, Gonad, dan Srilarak. Tuanku yang mana...? Ah, maafkan hamba lancang bertanya!" Tonya terus menyadari kesembronoan pertanyaannya, terus mau kembali berlutut.

"Eehhh... jangan, jangan berlutut... Apa sih... kamu nggak salah, saya memang tidak tahu! Kalau tuan Lambas, yang membawa saya ke sini, itu siapa?"
"ohh, Tuanku Lambas adalah seorang Blendosk, tapi ia sudah level tinggi sehingga rambutnya putih, tidak lagi kuning."

"Level tinggi? Maksud kamu, dia pejabat tinggi?"
"Eh, bukan, bukan! Tuanku Lambas benci dengan pejabat! Dia adalah seorang, apa ya sebutannya, dia sudah terlahir kembali, renatal," jawab Tonya. Tapi Nana jadi makin bingung.

"Renatal itu apa?"
"Eh ya itu adalah, itu adalah... ya nama level para pencari cakra," jawab Tonya lagi. Nana mengeluh dalam hati. Semua makin memusingkan.

"Sebentar. Jadi, Lambas adalah pencari cakra, dan dia sudah terlahir kembali, renatal, begitu?"
"iya, iya, itu maksudnya!"
"Pencari cakra itu apa?"

"Pencari cakra adalah mencari jati diri manusia," terdengar jawaban seorang laki-laki di belakang Tonya. Gadis itu nampak terkejut, dan kembali menunjukkan wajah takut.
"Tuan... tuanku Lambas.... ini tuan Putri sudah siuman..." kata Tonya terbata-bata.
"Ya, siapkan obat penawar raga. Tuan Putri pasti ingin disegarkan kembali," kata Lambas. Gadis itu segera bergegas ke pojok dan mempersiapkan sesuatu. Nana mengamati dengan sudut matanya, lantas kembali memandang kepada pria di depannya, berjanggut putih, bahkan alisnya juga putih dan panjang, seperti orang tua. Namun seluruh kulit wajahnya, tangan dan lehernya, semua masih kencang seperti anak muda.

"Tuan Putri jangan heran. Kami pencari cakra memang tidak banyak dipahami, apalagi oleh putri-putri Homosk seperti Tuanku Putri. Pencari cakra berusaha sepanjang waktu untuk menyerap energi dari semesta dan menguatkan apa yang ada di dalam diri seperti yang ada di dalam alam semesta. Cakra api, air, bumi, dan kehidupan -- inilah yang ada di alam, dan kita menjadi satu dengannya," kata Lambas menerangkan.

Nana mengernyitkan dahi. Ini seperti apa ya. Cerita-cerita avatar Aang? Empat elemen dasar, air, api, tanah, dan angin? Terus ada cowok botak dengan tato panah besar yang bisa berputaran... Shit, itu film kartun Nickelodeon! Tapi ini.... Nana memutar matanya, berhenti memandang tubuh Tonya yang seksi bukan main di sana. Pastinya, tidak ada penampilan seseksi ini di kartun Avatar.

"Dan tuanku Lambas adalah... seorang terlahir kembali?" tanya Nana lagi.
"Ah, jangan panggil dengan istilah Tuan seperti itu, Tuan Putri. Cukup panggil nama saja, nama saya Lambas. Ya, saya seorang yang terlahir kembali," kata Lambas lagi.

"Apa maksudnya, terlahir kembali?"
"Para pencari cakra menempuh banyak latihan dan meditasi, untuk melewati tahapan-tahapan. Ada tingkat primatama, kemudian tingkat dasar, tingkat pengukuhan, tingkat pengatasan, tingkat pembukaan, dan tingkat renatal, terlahir kembali. Setelah inipun masih ada tingkat pelepasan, tingkat buana.... dan entah apa lagi di atasnya," jawab Lambas. "ini menjadi cara pencari cakra untuk menyatu dengan alam dan menguasainya, tuan Putri. Dengan tujuan, akhirnya menjadi alam yang tidak berkesudahan. Tidak pernah mati, immortal. Tapi itu bukan sesuatu yang berjalan sendiri, semua harus dalam keseimbangan."

Tonya datang membawa segelas minuman, dengan gelas dari kayu. Ia menyuapkan minuman itu ke mulut Nana. Cairan hangat itu mengalir turun dan suatu perasaan hangat menjalar, berangsur-angsur membuat Nana merasa semakin kuat. Tonya dengan telaten membungkuk untuk menyuapi Nana sampai seluruh cairan di gelas habis. Lambas mengelus pantat gadis itu yang membulat, tidak tertutup apapun juga.

"Kita semua ada dalam keseimbangan, Tuanku Putri. Ada tingkatan, dan ada pemenuhan kebutuhan. Alam memberi tanda misalnya melalui rambut, supaya manusia tahu di mana tempatnya. Kita semua mencari cakra untuk memenuhinya. Misalnya saja Tonya seorang Edisk, sudah lama ya aku tidak menyetubuhimu?" tanya Lambas.

Tonya mengigit bibirnya, mengangguk. Ia meraih ke belakang, melepaskan kait penutup pinggulnya. Kain itu terlepas begitu saja, menampilkan pantat yang bulat dan halus, indah. Memeknya tembem, rambutnya halus dan jarang.

"Tonya baru berumur delapan belas musim, tapi sudah sangat membutuhkan persetubuhan," kata Lambas lagi. Ia berdiri di belakang Tonya, melepaskan kain yang membelit pinggangnya. Segera saja kain -- rupanya itu bukan celana tapi seperti sarung -- jatuh ke lantai. Nana terkesiap melihat kemaluan Lambas sudah menegang keras, kepalanya merah tua dan basah, lubangnya mengeluarkan lendir yang perlahan menetes.

Lambas terus menempelkan batang kemaluannya tepat di bibir kemaluan Tonya, yang masih membungkuk dan berpegangan pada pinggir ranjang. Gadis itu memejamkan matanya erat-erat, mulutnya terbuka, merasakan benda bulat persis di memeknya. Lambas mendorong ke depan. Batang keras itu terus terhujam dalam.

"Ehhhkkkk.... aahhh... Tuan.. Tuanku Lambas..... teruss...." desis Tonya mengerang nikmat.
Nana kini bisa mengangkat tangannya, mengelus kepala gadis yang sedang dientoti dari belakang. Rambut berwarna ungu itu terasa halus di tangan.
Diam-diam di balik selimut, tangan kiri Nana mengelus selangkangannya yang tidak tertutup apa-apa. Ia menggesek-gesek itilnya, merasakan kenikmatan menjalar juga dari sana.

Tonya mengerang semakin keras, seiring sodokan Lambas yang juga menjadi semakin dalam berirama masuk ke dalam memeknya. Apa boleh buat, Tonya hanya gadis biasa, tak lama kemudian ia dilanda orgasme hebat. Hampir bersamaan, Nana menggerakkan tangan kirinya makin cepat menggosok itil dan bibir memeknya, juga mencapai orgasme. Ia mengerang dilanda kenikmatan hebat di tempat yang asing itu.

Tapi kali ini, Nana ingin lebih. Dengan nanar ia menatap pada Lambas, yang belum mencapai ejakulasinya. Nana yang sudah lebih kuat, terus menyibakkan selimut yang menutupi diri. Tubuh telanjangnya terpampang penuh. Nana merenggangkan kedua pahanya.

"Lambas, ke sini juga..." desisnya perlahan. Ia tidak percaya dirinya mengatakan hal-hal seperti itu kepada orang asing yang baru dilihatnya.

Lambas tertegun melihat kecantikan dan kemolekan gadis berambut hitam yang telanjang bulat, mengangkang, mengajaknya bercinta. Tidak pernah terjadi sebelumnya! Semua hal yang dimimpikan setiap lelaki di Negara Tengah Kiri!

Perlahan, Lambas menghampiri ranjang. Tonya yang sudah mencapai puncaknya, terus menggelosor ke bawah, terengah-engah berbaring dilantai.
Lambas terus berlutut di depan selangkangan Nana. Ia menatap memek yang merah dan rapat, yang tidak pernah disentuh pria.

"Homosk yang murni....?" desisnya lirih. Lambas terus mencium memek harum itu dengan mata terpejam, seperti berdoa. Nana merasa dirinya seperti disengat listrik, menjadi kejang. Padahal, ia baru saja orgasme, tetapi satu kecupan kecil itu membuatnya kembali sangat terangsang. Apalagi ketika Lambas mulai mengulurkan lidahnya menjilat kemaluan mungkil itu dari bawah ke atas, kemudian dengan lembut menyedot itil Nana yang mengeras.

"AAaaaaahhhh......" seru Nana, tidak bisa menahan suaranya. Ia bahkan terangsang mendengar suaranya sendiri! Lambas seperti mendapat lampu hijau, terus menjadi lebih cepat menjilat, mencium, dan merenggangkan memek perawan milik Nana, hingga terpentang seperti putik bunga yang mekar. Merah merona, basah, licin.

Masa bodoh, Nana kini sangat menginginkan sebatang kontol memasuki memeknya.

Lambas terus naik ke atas tubuh gadis itu, yang merenggangkan kedua kaki lebar-lebar, dengkulnya diangkat tinggi. Kontol lelaki itu menghujam persis di lubang mungil, menyibakkannya, membukanya.
"Eugghh.... besar...." desah Nana
Pantat lelaki itu menyorong ke depan, mendorong. Nana memejamkan matanya, merasakan sensasi sakit yang nikmat. Perih, tapi diinginkan. Pertama kali merasakan sebatang kontol menerobos masuk, merasakan kepalanya yang bulat bertopi lembut, terdorong masuk ke dalam, menggesek bagian yang tidak pernah tersentuh. Bagian yang sangat nikmat kalau digesek. Lambas menggerakkan pinggulnya ke depan dan belakang. Kontolnya yang kekar keluar masuk memek Nana.

Nana memandang langit-langit di antara kenikmatan hebat yang pertama kali dirasakannya. Sinar matahari yang menyorot dari atap terlihat lebih indah.

Lalu, tulisan-tulisan muncul di depannya:

Cakra air +50
Cakra air +25
Cakra air +45
Cakra air +60

Naskah air langit diterima
Naskah air bumi diterima

Cakra air +110
Cakra air +125

Lambas semakin cepat menggerakkan kontolnya, ia merasakan kenikmatan hebat diberikan oleh memek murni yang memberikan jepitan licin luar biasa. Ia menggerung keras.

Cakra air +180
Cakra air +210
Cakra...
tulisan itu mengalir makin cepat, sehingga Nana tidak lagi bisa membacanya. Ia juga tidak sanggup, karena dirinya dilanda kenikmatan hebat dari persetubuhan yang pertama ini.
Sepuluh menit kemudian, Lambas menghujamkan kontolnya dalam-dalam di memek Nana, terus ejakulasi di sana. Gadis itu juga turut mengalami orgasme kuat, sehingga menjerit keras-keras memenuhi kesunyian ruangan itu.

Cakra air +1210
Level Primatama 1 ...pass
Level Primatama 2 ...pass
Level Primatama 3 ...pass
Level Primatama 4 ...pass
Level Primatama 5 ...pass

Masuk tingkat dasar air 1
Cakra air tingkat dasar 27/5000
Jurus naga air diterima
....
Proses asimilasi dimulai....
ASIMILASI SELESAI

Lambas mencopot kontolnya yang masih mengeras dari memek Nana, yang kini nampak berlubang. Darah mengalir disertai lendir putih.
Nana tertegun.
Tiba-tiba saja ia kini memahami apa itu cakra air dan bagaimana naskah -- itu adalah ilmu untuk mengolah cakra -- dari elemen air. Dan ia kini mengerti jurus-jurus naga air.
Nana kini telah menjadi pencari cakra juga.

Ia kini lebih kuat untuk duduk. Lendir membasahi ranjang di bawahnya, tetapi Nana tidak peduli.
Ia mulai menggerakkan energi yang masuk dari vaginanya, naik ke pusar, berputaran, membuka jalan ke seluruh tubuhnya.
Cakra air adalah pembawa kesehatan, pemulihan. Seluruh luka di tubuhnya kembali menutup, kulitnya menjadi halus kembali.

Lambas tertegun melihat tuan Putri di depannya. Ia tahu ketika seseorang baru saja menembus batas. Tetapi bagaimana mungkin? Bertahun-tahun orang belajar mencari cakra, baru bisa mencapai tahap dasar!

Ia menggelengkan kepalanya. Dunia memang penuh misteri, bahkan bagi dirinya yang telah terlahir kembali dan menjadi pencari cakra ternama. Lelaki itu terus turun dari ranjang, mengambil celana, mengenakannya, dan melangkah keluar. Tonya juga mengenakan penutupnya kembali, membereskan segala sesuatu, dan melangkah keluar.

Nana masih bermeditasi, merasakan untuk pertama kalinya bagaimana cakra air, dibawa oleh air mani lelaki itu, mengalir dan membuka seluruh jalur energi di tubuhnya, yang kini bisa ia ketahui dan rasakan.
Langit menjadi gelap, dan langit menjadi terang kembali.
Nana masih bermeditasi dengan bertelanjang, tubuhnya semakin berisi, kulitnya halus, dadanya bulat membusung indah, dengan puting berwarna merah muda. Begitu juga bibirnya merah, dan pipinya berona, tetapi matanya terpejam erat, merasakan dan mengendalikan aliran energi semakin lancar di seluruh tubuh.

Nana membuka matanya.
Baru merasakan kalau memeknya gatal sekali.
Ia menyentuh selangkangan, jari telunjuknya mengecek lubang memeknya.

Eh, kok tidak berlubang? Memeknya kembali menjadi seperti perawan?

---disambung lagi nanti, jika berkenan dengan cerita seperti begini---
 
Terakhir diubah:
LANGIT BERWARNA VANILLA, seperti sedikit warna merah pastel dicampurkan dengan warna kuning -- Nana mengingat warna seperti ini di kala senja, satu jam menjelang matahari terbenam. Itu adalah masa-masa favorit untuk berlatih di lantai teratas atap ruko Sasana Sinar Mutiara, tempatnya berlatih wushu. Namun di tempat ini, di pagi hari, langit berwarna vanilla juga. Awan-awan berwarna kemerahan, seperti permen kapas merah, putih, dan juga abu-abu.

Pepohonan berwarna hijau kebiruan, menutupi tanah di seluruh lembah berbentuk segitiga -- dua sisi hutan dan satu sisi batu-batuan. Rumah tempat tinggalnya menempel di sisi bebatuan, persis di sebelah aliran air deras yang keluar dari dinding batu. Satu-satunya yang terasa normal adalah rumput hijau, dengan bunga rumput berwarna ungu muda yang menghiasi seluruh bagian Lembah Kesuburan. Lebih ke tengah lembah, beberapa ratus meter dari sana nampak rumah-rumah kayu lain, di sisi ladang pertanian.

Nana menarik nafasnya. Udara terasa... asing. Wanginya berbeda, rasanya berbeda. Tetapi, setiap hirupan nafas membuatnya merasa lebih kuat, seperti bisa menghirup kekuatan dari udara. Ia juga merasa lebih bergairah, lebih aktif.... lebih terangsang. Memeknya begitu saja mulai berdenyut-denyut. Basah.

Haah, di mana si Lambas? Nana mengingat bagaimana untuk pertama kalinya sebatang kontol memasuki memeknya. Gila enaknya! Pantesan si Anggia begitu ketagihan kontol! Semakin ia menarik nafas, semakin kuat rasanya. Semakin bergairah, membuat gelisah... Nana menggaruk selangkangannya perlahan-lahan. Bagaimanapun, ia ingat bahwa dirinya hanya mengenakan selembar kain yang dibelitkan di pinggang, menutupi hanya sampai sejengkal di atas dengkul. Kemudian selembar kain lagi membelit di leher memutar dada, menutupi hanya sedikit bagian puting payudaranya yang kini menonjol keras. Betapa nikmat rasanya kalau sekarang ada yang bisa meremas teteknya... Nana mengeluh dalam hati, kenapa dia begini ya?

Gelisah, Nana mengingat naskah air bumi dan mulai mengatur pernafasannya. Ia terus duduk di atas rumput di depan rumah, memejamkan mata dan mulai menjalankan perputaran hawa yang ia hirup, perlahan-lahan. Memutarkannya menjauh dari selangkangan yang basah dan gatal, dan berangsur-angsur rangsangan itu menghilang. Sebaliknya, Nana merasa tingkat energinya bertambah, seolah ia kini mampu mengangkat benda yang lebih berat.

Ketika ia membuka mata dan memikirkan tentang kekuatan yang dimilikinya, begitu saja muncul tulisan di dalam bidang penglihatannya

LEVEL DASAR
Cakra air tingkat dasar 101/5000
Kekuatan 108
Ketangguhan 94
Kelenturan 98
Daya Serang 147
Daya Tahan 138

Nana mengernyitkan dahinya. Terakhir ia bertemu keterangan seperti ini, waktu memainkan RPG dan membuka Character Sheet. Apa-apaan ini?

Tak jauh dari tempatnya duduk, ada beberapa batu besar yang tersusun seperti meja dan kursi taman. Hanya, setiap kursi adalah batu yang dipahat berbentuk kotak, setinggi kursi biasa. Sangat berat, sehingga nampak tanah melesak masuk menahan beratnya. Pasti puluhan kilogram.... mungkin 50 kg? Nana menaksir dengan canggung. Seumur hidup ia tidak pernah melakukan penaksiran macam begini. Biasanya hanya menimbang terigu di dapur, memakai timbangan digital... ah, sudahlah. Nana terus berdiri dan menghampiri bangku batu berat itu. Ia berdiri menurut kuda-kuda jurus naga air, mengatur nafas, mengalirkan energi ke kedua tangan, lantas berusaha mengangkat batu yang sepertinya mustahil di angkat itu.

Oops.
Pernah mencoba mengangkat batu ringan dengan sekuat tenaga? Sampai, justru terjengkang oleh tenaga sendiri?
Demikianlah Nana jatuh terjengkang ke belakang, sementara batu besar itu terlontar tinggi ke atas. Beberapa saat kemudian, batu itu jatuh kembali dengan keras dan suara berdebum.

Tonya berlari-lari keluar dari rumah.
"Ada apa? Ada apa?" serunya
"Ehhh... nggak... nggak ada apa-apa. Hanya tersandung batu saja," jawab Nana sambil meringis. Ia terus berdiri dan melangkah ke batu yang kini terbenam di tanah. Ia mencoba menggerakkan batu itu tanpa mengerahkan tenaga, batu itu benar-benar berat dan tidak bisa digerakkan oleh otot-ototnya yang mungil, tangan yang cantik dan imut ini bukan otot binaragawati, bukan?

"Tonya, kamu lagi ngapain?"
"Eh... hanya bersih-bersih saja, Tuan Putri"
"Bisa temani jalan-jalan? Ini... Lembah Kesuburan, katamu?"
"Tentu, Tuan Putri. Dan di kampung tengah juga ada yang sediakan makanan, Tuan Putri mau makan pagi apa?"

Nana tersenyum manis. Ah, ia lupa pagi ini waktunya sarapan. Makanan aneh apa yang akan dia dapatkan?

Kedua gadis itu berjalan menurun ke arah tengah, melintasi ladang-ladang pertanian dan tanah lapang berumput. Ada orang-orang yang mengerjakan ladang, para lelaki bertubuh kekar yang berkulit kuning langsat, berambut biru dan mereka hanya memakai... cawat. Ya, hanya sepotong kain menutupi selangkangan. Bahkan ada yang tidak memakai apapun, telanjang bulat, bekerja mengangkat cangkul menggemburkan sepetak ladang. Nana mengangkat alisnya. Dulu ia membayangkan binaragawan yang kekar berkilat, nyaris telanjang. Bayangkan, kini binarawagan itu memakai wig biru dan bekerja telanjang? Huhhff....

Melewati ladang-ladang, ada deretan pohon di depan. Persis di bawah pohon ada dua orang sedang beraktivitas. Nana hampir tidak mempercayai apa yang dilihatnya.
Seorang lelaki berambut ungu berdiri persis di belakang perempuan berambut biru. yang membungkuk ke depan sambil berpegangan ke batang pohon. Keduanya telanjang bulat. Kontol lelaki itu menusuk memek perempuan yang nampak masih muda dan mengerang-ngerang setiap kali kontol menghujam dalam.

"hihihi.... begini biasa pagi-pagi, orang melepaskan mana," kata Tonya melihat Nana yang mematung melihat aktivitas seks di pagi hari itu.

Namun yang dilihat Nana lebih dari itu. Setiap kali lelaki itu menghujamkan kontolnya, ada gelembung keluar dari memek yang basah, gelembung berwarna warni: hijau, biru, merah... kebanyakan hijau sih. Gelembung-gelembung itu tidak terbang ditiup angin, melainkan seperti bola terpantul-pantul di tanah, mengalir mengarah pada dirinya. Ketika gelembung itu menyentuh tubuhnya, gelembung itu terus pecah. Tulisan terus nampak di depannya:

Kekuatan +1

Kekuatan +1
Kekuatan +2

Kekuatan +1
Ketangguhan +1
Kekuatan +3
Kelenturan +2

Kekuatan +1
Kekuatan +3
Ketangguhan +1
Ketangguhan +1
Kelenturan +4
...
Demikianlah Nana terpaku karena ingin mengambil semua gelembung yang muncul. Lelaki itu bergerak makin cepat. Perempuan itu mulai menjerit-jerit didera rasa nikmat. Mukanya tengadah ke atas, rambut birunya tergerai ke bawah, bergoyang-goyang seiring gerakan kontol menusuk dalam, ditarik, ditusukkan lagi dengan ritme semakin cepat. Sampai akhirnya, lelaki itu menusuk dalam dan tidak menarik lagi, berkejang-kejang hingga mendongakkan kepalanya dan menggeram keras. Nana membayangkan betapa kerasnya semprotan ejakulasi di dalam sana, betapa enak rasanya.... Begitulah perempuan itu juga melolong dalam orgasme hebat.

Dan Nana memungut gelembung-gelembung besar
Ketangguhan +12
Kekuatan +3
Kelenturan +9

Ia merasa dirinya sedikit lebih kuat. Sambil mengejap-ngejapkan mata, Nana memikirkan tentang atribut dirinya. Jawaban terus muncul:

LEVEL DASAR
Cakra air tingkat dasar 101/5000
Kekuatan 284
Ketangguhan 198
Kelenturan 148
Daya Serang 147
Daya Tahan 138

Mereka berdiri di sana tidak lebih dari 10 menit, menyaksikan live show ngentot, dan Nana merasa senang dengan hasil yang diperolehnya. Sayangnya, ia hanya melihat orang biasa yang ngentot. Bagaimana kalau itu adalah para pencari cakra...?

Kedua gadis itu terus berjalan lagi dan akhirnya tiba di kampung tengah. Ada pasar di sana, juga ada tempat penjual makanan. Praktis semua orang berambut biru dan ungu, dan hanya Nana yang berambut hitam. Begitu mereka melihatnya, semua terus membungkuk dalam-dalam 90 derajat. Tonya nampak sangat bangga bisa berjalan di sisi Tuan Putri-nya. Mendadak jadi orang yang penting, karena kini orang-orang juga membungkuk ke arah Tonya.

"Yuk makan di sana," kata Tonya lagi. Ada pelataran kayu dengan banyak meja-kursi kayu di sekitarnya. Di sisi luar ada dapur yang mengepul, entah apa yang mereka buat, seperti masakan dari kacang merah dengan saus berwarna putih. Wanginya sih menggugah selera, membuat Nana semakin lapar. Mereka terus duduk di meja yang kosong, dan Tonya memesan dua mangkuk Kuil. Itu nama makanannya: Kuil. Oh well... Tak lama, dua mangkok kuil yang panas mengepul enak terhidang, dan keduanya mulai makan dengan lahap. Rasanya gurih, asin, dengan wangi yang asing tapi enak. Keduanya makan tanpa bercakap-cakap, segera menghabiskan kuil mereka.

Baru saja mereka selesai makan, kehebohan terjadi di tengah pelataran kayu.
"Wah, ada inisiasi," kata Tonya
"Apa itu?"
"Kalau ada seorang gadis Glosk, itu yang berambut biru, menjaga dirinya sampai umur 18 demi persembahan kepada seorang lelaki Edisk, yang rambutnya ungu sepertiku, itu namanya inisiasi," jelas Tonya
"Mempersembahkan?"
"Iya, itu lelaki Edisk sebentar lagi mau kawin dengan sesama Edisk. Sebagai mas kawinnya, persembahannya adalah gadis Glosk yang tidak pernah terjamah sampai usia 18 tahun"
"Oh ya? Dan dilakukan di tengah keramaian?"
"Tentu saja! Inisiasi harus dilakukan di tengah, untuk menunjukkan kesungguhan. Tuh lihat, perempuan Glosk sudah dibawa ke tengah."

Benar saja, tak lama seorang perempuan muda berambut biru, 18 tahun, di bawa ke tengah. Wajahnya cantik, tubuhnya sepenuhnya indah. Kulitnya putih, seperti kulit orang bule, buah dadanya besar dengan puting mancung. Kedua kakinya panjang jenjang, dengan sedikit jembut berwarna biru di selangkangan, memek yang nampak berwarna merah tua. Mereka menaruh semacam matras di tengah, lantas perempuan itu tidur terlentang, sambil mengangkang. Tangannya direntangkan ke kiri dan kanan. Ia kini bersiap, menunggu.

Beberapa saat kemudian, seorang lelaki berambut ungu datang. Ia juga telanjang bulat, kontolnya sudah mengacung keras. Pertama-tama ia mengelilingi perempuan yang tidur terlentang itu, melangkah berputar tiga kali. Kemudian ia berlutut di antara kedua paha langsung menuju ke memek yang terpentang dan mulai mencium dan menjilat memek perempuan perawan itu. Karuan saja, si perempuan membelalakkan matanya dan mengerang

"OOOHHHHHHHH....." keras-keras, berjuang tetap mengangkang. Sementara itu, sambil terus menjilati itil gadis itu, si lelaki mengulurkan kedua tangannya dan meraih tetek gadis yang bulat membusung. Ia memilin putingnya, lantas meremas buah dada yang kenyal bulat. Semua itu membuat perempuan menjerit-jerit lebih keras. Orang-orang di sekitar mulai bersorak dan bersuit-suit. Lima menit kemudian, tubuh perempuan itu mengejang-ngejang sambil merintih-rintih orgasmik.

Lelaki itu terus bangkit dan menaruh kontolnya persis di depan memek yang sudah basah mengkilap. Ia mendorong kedua kaki jenjang itu mengangkang lebih lebar. Tubuh perempuan itu nampak menegang. Lelaki itu terus menusukkan kontolnya kuat-kuat, langsung menghujam masuk semua.

"AAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH......!!!" jerit perempuan itu sangat keras melengking. Orang-orang di sekitar terus bertepuk tangan dan bersorak sorai. Inisiasi sudah dilakukan.

Selanjutnya, seperti biasa lelaki itu mulai bergerak maju mundur, kontolnya tidak terlalu panjang maka hanya menggerakkan pinggulnya saja. Kedua kaki perempuan itu menjepit lelaki di atasnya, menekan agar kontol tidak terlepas dari memek. Posisi ini bertahan tiga menit, setelah si lelaki bosan terus mencopot dan membalik badan si perempuan, gaya doggy dengan bertumpu pada kedua tangan dan dengkul di lantai. Perempuan itu menurunkan kepalanya, membuat memeknya yang merah berdarah menghadap ke atas, yang terus disambut kontol kembali menghujam masuk keluar.

Jeritan kedua orang yang ngentot itu tanpa malu-malu terdengar makin keras dan membuat semua yang ada di sekitarnya bersorak, termasuk Tonya, hingga si lelaki menggeram sambil ejakulasi dalam. Semua penonton terus bertepuk tangan meriah, menenggelamkan suara rintihan perempuan Glosk yang ditekan kuat-kuat oleh kontol Edisk di belakangnya.

Nana tidak bersorak, ia hanya membiarkan semua gelembung yang muncul terus mengalir ke arah dirinya dan menambah atribut. Benar-benar sarapan pagi yang istimewa...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd