Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Nana, Muridku

Mbahghepenk

Semprot Kecil
Daftar
4 Jan 2020
Post
74
Like diterima
1.179
Lokasi
Tambun
Bimabet
Hai, salam kenal. Aku Elisa, adik perempuan si Mbah. Kali ini mbah akan membagikan salah satu karyaku.
Selamat menikmati.


Jumat, pukul 4 sore. Dering bel nyaring bergema di penjuru sekolah, menandakan berakhirnya seluruh kegiatan di sekolah menengah kejuruan islam terpadu (SMKIT) tempatku mengajar.

Sontak suasana kelas menjadi riuh oleh siswa-siswiku, yang dengan semangat 45 membereskan perlengkapan belajar mereka, bersiap pulang ke rumah masing-masing. Aku pun tersenyum melihat polah mereka yang banyak mengingatkan pada tingkahku sendiri saat seusia mereka.

Ya, seperti yang bisa kalian duga. Aku Tama, 24 tahun, memang seorang guru. Lebih tepatnya guru pengganti bagi salah satu pengajar yang telah memasuki masa pensiun. Itu juga hanya sampai akhir semester ini, sekitar 5 bulan lagi. Setelah itu, pihak sekolah akan menempatkan seorang guru tetap.

Sejujurnya, walau aku dibesarkan di keluarga berlatar belakang pendidik, aku tak pernah ingin jadi seorang guru, bahkan membayangkannya pun tidak. Bisa dibilang pekerjaanku sekarang ini, kurang lebih, karena terpaksa.

Setahun sudah aku menyandang gelar sarjana dengan nilai-nilai dan IPK yang terbilang cukup baik. Sayangnya itu tak menjamin akan mudah mendapat pekerjaan, terutama di Ibu Kota, tempatku berasal. Saat aku luntang-lantung mencari kerja itulah, pamanku muncul dengan sebuah penawaran, menjadi guru sementara di SMKIT, di bawah naungan yayasan milik keluarga kami, yang kebetulan beliau pimpin.

Awalnya aku menolak. Selain karena aku memang tak ingin menjadi seorang guru, aku juga tak mau dinilai memanfaatkan status keluarga, nepotisme. Namun setelah banyak bujuk rayu dari kekuargaku yang meyakinkan bahwa ini hanya sementara, aku pun setuju, dan di sinilah aku. Lucunya, setelah hampir sebulan menjalani, aku justru mulai menyukai profesi ini.

Aku bisa menyebutkan beberapa hal yang menjadi alasan perubahan sikapku, paling utama tentunya siswi-siswiku. Sebagai pria lajang yang cenderung mata keranjang, aku bisa puas jelalatan memandangi keseksian para ABG sekolah, tentunya diam-diam... Hehehe...

Di antara mereka ada satu yang paling menarik perhatianku. Namanya Nana. Siswi yang kuperkirakan berusia 18 tahunan. Dia bukanlah seorang gadis berparas cantik wah, aku sendiri lebih menilainya manis dan imut. Namun dia memiliki keseksian yang (menurutku) melebihi rekan sebayanya di sekolah.

Seperti seluruh siswi dan guru wanita di SMKIT ini, Nana senantiasa mengenakan hijab, yang memang merupakan diwajibkan oleh sekolah. Bicara mengenai hijab, kalian tentu cukup paham bagaimana (umumnya) model hijab sekarang. Istilahnya jilboobs.

Begitulah cara berpakaian mayoritas siswi-siswiku, termasuk Nana. Tak hanya cenderung ketat, bahan seragamnya yang agak tipis juga membuat lekuk tubuh gadis itu membayang indah. Aku yang awalnya hanya iseng, seiring waktu mulai sering mencari-cari kesempatan untuk sembunyi--sembunyi memperhatikan Nana, terutama saat mengajar di kelasnya.

Jumat sore. Seperti biasa suasana kelas langsung riuh oleh murid-muridku yang dengan semangat membereskan perlengkapan belajar mereka, usai aku menutup pelajaran. Jam mengajarku memang ada di penghujung waktu sekolah. Aku tersenyum melihat polah mereka, teringat aku dulu juga begitu.

Seperti mereka, aku ikut merapikan perlengkapanku sendiri, tak sepenuhnya memperhatikan saat tiga siswiku menghampiri, salah satunya Nana. "Ada apa?" tanyaku usai menjawab salam mereka.

Mereka (diwakili Nana) mengatakan bahwa ada yang tidak dimengerti dari materi, yang kusampaikan tadi, dan bertanya apa aku tak keberatan menjelaskan lagi. Aku sih tak masalah, hanya saja aku jadi bertanya-tanya sendiri kenapa tak nanya saat aku mengajar.

"Emang kalian nggak takut kesorean?" tanyaku, lalu menawarkan bagaimana jika senin saja sewaktu istirahat siang, atau jika ada jam kosong.

"Sekarang juga boleh pak," jawab Nana.

"Lagian cuma Nana koq pak. Kita bedua cuma nemenin nyamperin bapak," ujar salah satu dari mereka sembari senyum-senyum.

Lho, cuma Nana? Kuakui aku senang karena jadi punya kesempatan berduaan dengan gadis itu. Hanya saja saat aku menangkap senyuman mereka yang terkesan jail, aku kembali bertanya-tanya dalam hati, apa mereka sedang mengisengiku?

Tapi tak mungkin
, pikirku lagi. Mana mungkin mereka berani.

Singkat cerita, selama ½ jam berikutnya aku sibuk memberi 'kursus singkat' pada Nana. Duduk di sebelah gadis itu pada salah satu kursi murid.

Kuakui aku sedikit gugup dan jantungku agak berdebar-debar karena pertama kali aku bisa sedekat ini dengan siswiku, apalagi Nana orangnya. Entah dia sadar atau tidak, tak jarang kami terpaksa saling bersenggolan, yang tanpa kuniatkan membuat birahiku sedikit berdesir.

Aku lalu memberi beberapa soal pada Nana untuk dia pecahkan. Aku ingin melihat seberapa jauh dia mengerti penjelasanku. Sambil menunggu, aku kembali ke kursiku, kemudian menyalakan sebatang rokok (jangan ditiru. Bukan contoh guru yang baik. Hehehe), dan memperhatikan kesibukan gadis itu.

Karena sebelumnya duduk di sebelah Nana, juga sibuk menjelaskan, aku tak sadar jika kerudung yang gadis itu pakai telah terangkat hingga di atas dada, dengan ujungnya tersampir ke belakang pundak. Aku mungkin takkan terlalu terkesima andai saja saat itu dua kancing teratas seragamnya tidak terbuka. Aku bisa melihat jelas dua gundukan membusung sisiwiku itu dengan belahannya yang indah, di balik seragam putih.

28421414ff7c8da5ef93d573edec487568b2a626.jpg


Aku tahu sebagai seorang guru harusnya bisa menegur dan mengingatkan Nana. Tapi, hei, aku sudah bilang kan aku ini pria lajang yang mata keranjang, mana mungkin aku melewatkan kesempatan itu. Maka aku diam saja.

"Pak... Pak Tama..."

Aku begitu asik menikmati sampai-sampai tak sadar Nana telah selesai mengerjakan soal dan memanggil. Dia sendiri langsung menyadari aku tengah memandangi dadanya yang terbuka. Gugup dan salah tingkah, dia pun buru-buru merapikan pakaiannya, sedang aku hanya senyum-senyum.

Kebersamaan kami pun berakhir usai aku memeriksa pekerjaan Nana dan puas dengan hasilnya. Tak lama dia pamit dan kami berpisah, kembali ke kediaman masing-masing.​

***Ke Bagian 2***​

Catatan penulis:
Kisah ini adalah fiktif, karya imajinasi penulis. Kesamaan nama, tempat, dan peristiwa adalah kebetulan semata. Foto-foto yang ada dalan kisah hanyalah sekadar ilustrasi, yang didapat dari mesin pencari dan berbagai media sosial. Segala kreditasi dan hak milik ada pada pemilik aslinya.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd