Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY IMMORTAL GIRL

Ceritanya bagus, menarik petualangannya. Tapi ane merasa bosan karena pemain utama terasa overpowered, ngga pernah kalah 😅
 
Ceritanya bagus, menarik petualangannya. Tapi ane merasa bosan karena pemain utama terasa overpowered, ngga pernah kalah 😅
ngga pernah kalah? dari 6x battle, 4x kalah, cuma 2x menangnya...

battle 1 kalah sampai pindah alam
battle 2 kalah sampai keluar ooki
battle 3 menang di sungai
battle 4 kalah di goa homosk
battle 5 kalah pindah dari goa
battle 6 menang lawan veejay
 
Selamat tahun baru suhu semua.. Semoga suhu TS masih berkenan melanjutkan petualangan nana..
 
Author lagi semedi mau nerusin yang immortal, h-virus atau bikin baru
hebat memang, harap sabar nunggu updatean
 
SEMUA ORANG DI GUA PANAS BERKUMPUL DI DEPAN PINTU MASUK, DI LAPANGAN YANG LUAS. Nana disertai Risi melangkah keluar dari Gua, dan saat mereka melihat seorang berambut hitam berjalan dengan anggun, semua terus membungkuk memberi hormat. Nana melihat ada beberapa Blendosk yang pirang berdiri paling dekat dengan pintu masuk, mereka juga menunduk dalam-dalam, walau tidak membungkuk.

Nana memperhatikan orang-orang yang semula menjadi bawahan Veejay. Orang-orang Blendosk ini rupanya bukan para pencari cakra tingkat lanjut, aura mereka hanya menunjukkan tingkat dasar. Jauh berbeda dengan Lambas yang dikenalnya. Haaahhh.... apa ya yang terjadi dengan Lambas?

"Tuan Putri, hamba bernama Respira," kata seorang Blendosk yang wajahnya penuh kerutan dan rambutnya berwarna putih, tidak pirang. Ia menyebut nama sambil menunduk dalam-dalam. Nana membalas sedikit membungkukkan tubuh, memberi hormat pada orang tua itu. Melihat Nana membalas hormat, ia nampak terkejut, sekaligus senang. Setidaknya Homosk yang satu ini bukan seorang yang sombong.

"Nama saya Nana, Tuan Respira," jawab Nana. "Apakah Tuan yang mengatur di Gua Panas?"

"Ahh... Yang mengatur seluruhnya adalah Tuan Veejay. Tapi, sebenarnya selama ini kami semua dikuasai oleh Veejay dengan Ikatan Sukma. Kami tidak bisa melakukan kehendak yang lain, selain yang diperintahkan oleh Veejay. Seluruh Gua Panas ini berada di bawah kendalinya, walau saya yang lebih banyak mengatur segala sesuatu di Gua Panas. Sebenarnya, dari semula Gua Panas adalah bagian dari Prefektur Ooki. Hamba beserta banyak kaum Blendosk lain dikirimkan dari pusat Prefektur Ooki, untuk mengawasi Gua Panas.

Namun setiba kami di sini, semua dijebak dan terikat oleh Ikatan Sukma dari Veejay, sejak itu kami dikuasai sepenuhnya. Untung Tuan Putri datang, dan membebaskan kami."

"Ooohh... Begitu... Ya, kalau begitu, ini ada berita penting dari Lambas, di Lembah Kesuburan!" kata Nana lagi.

"Berita apa, Tuan Putri?"

"Tuan Lambas meminta saya untuk menyampaikan pesan ke Prefektur Ooki, bahwa Lembah Kesuburan kini telah dikuasai mahluk jahat! Demikian juga mahluk jahat sudah memasuki Rimba Hijau! Lamba memberikan plakat ini dan minta saya terus mengabarkan, namun terjadi beberapa masalah sehingga lewat beberapa bulan, baru sekarang saya dapat menyampaikan," tutur Nana dengan kikuk. Habis bagaimana lagi, ia merasa bersalah telah menelantarkan tugas penting ini. Ia mengacungkan plakat tanda penguasa ke depan Respira. Blendosk itu langsung membungkuk dalam-dalam memberi hormat. Tetapi wajahnya menunjukkan kekhawatiran, berkerut-kerut.

"Wah, ini sangat gawat sekali, Tuan Putri. Lembah Kesuburan merupakan sumber makanan bagi semua. Gua Panas merupakan sumber persenjataan. Mengingat masalah ini sangat besar, sebaiknya Tuan Putri segera berangkat ke Kota Tinggi, ibukota Prefektur Ooki, dan menyampaikan berita ini segera kepada Tuan Rajamoorpha, penguasa Prefektur Ooki," tutur Respira.

"Kota Tinggi? Di mana itu? Dan siapakah Tuan Rajamoorpha?"

"Tuanku Rajamoorpha adalah Yang Mulia Homosk dari klan Srilarak, yang sudah puluhan tahun mengatur Prefektur Ooki," jawab Respira dengan khidmat. "Kota Tinggi, ibukota Prefektur Ooki ada di sebelah Selatan dari Gua Panas, kurang lebih tiga bulan perjalanan. Kami akan segera mempersiapkan kereta dan perbekalan untuk Tuanku Putri berangkat ke Kota Tinggi," katanya lagi. Nana mengangguk. Lagipula, apalagi yang mau dikerjakannya di sini?

Ia mengingat Naskah Kehidupan Bumi yang diterimanya dari Veejay, merupakan ilmu yang mengolah cakra kehidupan. Ilmu yang baru diperolehnya ini nampak menarik. Mungkin selama perjalanan, ia bisa mempelajarinya, bukan?

"Mari silakan beristirahat dulu, Tuan Putri. Pemuda Blendosk yang perjaka akan menemani Tuan Putri," kata Respira lagi dengan hormat.

"Eh, ya terima kasih. Umm... Apa maksudnya Pemuda Blendosk?" tanya Nana
"Tuan Putri tentu tahu, bukan?"
"Maafkan saya, Tuan Respira, saya belum tahu"
"Itu... Sejak dahulu, setiap pemuda Blendosk yang perjaka merupakan sumber kekuatan dan kesehatan bagi perempuan yang.... berhubungan dengannya," jawab Respira dengan kikuk. Orang tua ini nampaknya tidak enak bicara soal bersetubuh anak-anak muda. Melihat itu, Nana tidak berkomentar, ia hanya mengangguk dan melangkah mengikuti seorang perempuan Blendosk yang mengantarnya masuk ke dalam struktur di dalam Gua Panas. Risi mengikutinya di belakang.

Melewati beberapa tangga di sisi lain, mereka sampai di muka sebuah pintu kayu yang nampak mewah, berukiran halus. Nana dan Risi masuk dan menemukan kamar mewah dengan ranjang besar dan empuk. Dua meja besar ada di dinding sebelah, dengan kaca yang besar. Nana melihat dirinya nampak berantakan dan penuh darah.

Haah? Jadi dari tadi penampilanku seperti ini? Mengerikan... Nana melihat ada pintu lain di dinding, nampaknya pintu ke kamar mandi. Ia melangkah ke sana, menemukan bak mandi di lantai yang sepertinya terisi air hangat, karena beruap. Nana memutar pandangan ke seluruh kamar mandi. Dindingnya berpendar menyala, membuat terang berwarna kekuningan merata. Di antara semua benda yang nampaknya terbuat dari batu marmer yang mewah ada cermin bulat besar. Nana melihat dirinya yang penuh percikan darah dan tanah, dari rambut sampai ujung kaki, nampak seperti mahluk yang baru keluar dari hutan.

Ya tidak salah sih, memang baru keluar dari hutan! Maka ia pun melepas kain yang menutup dada dan selangkangannya, terus bertelanjang bulat ia masuk ke dalam bak mandi besar. Aahhhh..... Setelah segala ketegangan dan pertarungan, mandi menjadi sumber kenikmatan.

Risi turut melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Melihat Nana bertelanjang di dalam bak mandi, ia juga melepas seluruh zirah dan bajunya, juga bertelanjang bulat masuk ke bak mandi yang besar beruap. Nana terkesima melihat tubuh yang seksi dengan dada yang bulat besar, pantat yang bulat besar, dan pinggang yang ramping, sedang Risi benar-benar cantik dengan rambut merahnya.

Akirosk itu masuk terus mengambil sabun dan mulai menggosok punggung Nana. Aaaahhhhh.... Luar biasa rasanya. Risi nampaknya sudah biasa dengan kamar mandi itu, karena ia tahu bagian mana dari bak mandi yang bisa diputar, sehingga seluruh air yang keruh oleh kotoran mengalir keluar. Ada sebuah bangku batu di tengah bak mandi, Nana bertelanjang bulat duduk di sana sedang Risi mengambil cairan bening lalu mulai membersihkan rambut Nana yang hitam.

Eh, rupanya ada shampoo juga di sini? Pikir Nana. Rambut di kepalanya sangat gimbal, sangat kotor, dan kini Nana merem melek menikmati gosokan dan pijatan jemari Risi di kepalanya. Uuhhhh.... Sudah berapa lama ia tidak keramas?

Sambil duduk memejamkan mata, Nana tiba-tiba merasakan ada sepasang tangan memijat kaki kanannya. Siapa itu?

Nana membuka mata, menemukan seorang pemuda Blendosk berjongkok di bawah dan dengan telaten memijat kakinya. Ahli refleksi! Pijatannya di telapak kaki terasa sangat nikmat! Tetapi ketika Nana membuka matanya lebih lebar, ia melihat pemuda itu juga sepenuhnya bertelanjang bulat.

Dan kontolnya besar, kekar. Tidak terlalu panjang, tapi kekar dengan warna merah muda. Sentuhan tangan pemuda di betisnya terasa semakin menggairahkan, merangsang. Ini rupanya pemuda Blendosk yang tadi disebut Respira.

Pemuda apa itu tadi, istilahnya? Pemuda Perjaka? Hmm.... Dia tidak pernah bersetubuh dengan perempuan? Tapi nampaknya ia pandai sekali memijat kaki.... Pemuda itu memijat dari kaki kanan naik ke betis. Lalu ganti kaki kiri, juga dari telapak, terus naik ke betis. Ia terus mulai memijat paha.

Terangsang, Nana merenggangkan pahanya. Memeknya yang basah nampak berkilat basah merah muda. Pemuda itu tertegun sejenak, terus memijit lagi paha Nana, dari dengkul hingga paha dalam. Hingga hampir menyentuh bibir memek Nana, tapi ia terus memijat yang lain lagi. Nana semakin panas dan penasaran.

"Kamu siapa?" tanya Nana menahan nafsu
"Hamba Lupras," jawab pemuda itu
"Lupras, kamu... Perjaka?" tanya Nana lagi
"Ya, hamba masih Perjaka, Tuan Putri," katanya lirih
"Pernah melihat memek?"
"Pernah, Tuan Putri"
"Bisa menjilat memek?"
"Bisa, Tuan Putri"
"Kok bisa? Tahu dari mana?"
"Hamba melihat para Glosk melakukannya, Tuan Putri. Mereka melakukannya sejak Hamba masih kecil, suka melihatnya"
"Tapi kamu tidak pernah mencobanya?"
"Tidak pernah, Tuan Putri"
"Kamu ingin, Lupras?" tanya Nana merenggangkan pahanya lebih lebar.
Lupras mengangguk, lalu ia berlutut di depan selangkangan Nana. Dengan ragu-ragu ia mendekatkan mulutnya ke memek Nana, lalu menggunakan lidahnya menjilati memek yang merah muda itu.
Nana menahan nafas dan lenguhannya. Bibir pemuda itu terasa mendatangkan sengatan listrik yang mendorongnya ke alam kenikmatan yang tinggi.

Risi yang melihat kegiatan Lupras, menurunkan kedua tangan dan mulai meremas kedua tetek Nana yang bulat. Ini juga memberikan rangsangan kenikmatan, sehingga akhirnya Nana mengerang keras diikuti orgasme hebat, padahal belum lima menit ia dijilat memeknya.

Kini Nana sangat menginginkan kontol di memeknya. Ia mengangkat kedua kakinya ke atas. Memeknya ternganga lebar.

"Sini Lupras, masukkan kontolmu ke memekku," perintah Nana. Pemuda itu bangkit berdiri. Kontolnya nampak keras berdenyut-denyut, karena ia sendiri juga dipenuhi birahi besar. Untuk pertama kalinya, kontol itu masuk ke memek perempuan. Dan ini memek seorang Homosk! Kehormatan besar!

Lupras mengarahkan ujung kontolnya ke bibir yang mungil. Ia menekan.... Bless... Kontol itu seperti masuk dalam jepitan daging yang lembut dan panas. Sempit! Untungnya, jalan masuk sudah sangat licin, sehingga ketika Lupras menekan dengan sekuat tenaga, seluruh kontolnya bisa terbenam dalam-dalam di memek Nana.

Nana merintih keras merasakan aliran kenikmatan hebat datang dari kontol yang tertancap di memeknya. Ini jauh lebih kuat daripada kontol yang dihisap oleh Mutu Manikam, karena kontol itu sendiri seperti menyemburkan energi cakra kehidupan yang kuat, mengalir ke seluruh tubuh dan memperkuat dan memulihkan segala bagian tubuh Nana. Otomatis Nana juga mengerahkan Mutu Manikam untuk menerima energi yang besar itu, sekaligus menghisap semua yang diberikan, tidak ada yang tersisa.

Aaaarrrrhhhhh..... Lupras mengejang kuat. Ia ejakulasi di dalam memek yang sempit. Nana dengan Mutu Manikamnya menerima gelombang cakra lagi, beriringan dengan setiap semprotan keras di dalam, yang terus dihisap, diputar, dibawa ke dalam tiang energi, menguatkannya. Nana tidak bisa melihat apapun, ia hanya berfokus pada kenikmatan dan pusaran Mutu Manikam yang terus mengendalikan cakra kehidupan.

"Tuan Putri... Tuan Putri!" seru Risi

Mendengar seruan itu, Nana membuka matanya. Ia melihat Lupras wajahnya pucat pasi seperti kertas, matanya membalik. Nana segera mendorong pemuda itu keluar dari dirinya, terus menurunkan kedua kakinya. Pemuda itu terus jatuh terlentang, seluruh tubuhnya nampak seperti terhisap darahnya. Ia tidak sadarkan diri, tergeletak di pinggir bak mandi. Kontolnya layu dan kecil melemah.

Waduhh... Kenapa ini? Pikir Nana panik.

"Tak apa, Tuan Putri, nampaknya ia baru saja kehilangan keperjakaannya," kata Risi. Dengan tenang akirosk itu berjalan dan mengangkat tubuh Lupras yang lunglai keluar kamar mandi. Ia terus kembali ke dalam, menekan tombol lain. Air hangat kembali memancar, mengisi bak mandi itu. Risi seperti tidak menganggap telah terjadi sesuatu di sana.

Nana bergidik, memikirkan ia baru saja menghisap seorang manusia... Dan naskah kehidupan bumi terus diingatnya. Begitulah kehidupan di bumi: menghisap orang yang memberikan, suatu bentuk keserakahan yang mengambil tanpa menyisakan.

Nana memejamkan matanya. Ia mendapat penegasan lain, bahwa di sini yang kuat mengambil segala-galanya.
 
LUPRAS PERLAHAN-LAHAN BANGUN dan mengucek matanya. Seluruh tubuhnya sakit dan lemah dan ia merasa sangat lapar. Memandang di sisinya ada satu baki berisi makanan berupa potongan daging besar-besar, Lupras terus menyerbu makanan itu dengan lahap. Risi memandang pemuda itu mengembalikan vitalitasnya, sambil memperhatikan Nana yang mencoba baju para bangsawan Kriloga, dibantu dua orang Edisk, yang satu merapikan rambut dan yang lain merapikan lipatan kain.

Nana memandang cermin, mendapati dirinya kini telah bersanggul dan memakai kebaya. Kainnya bagus dan halus, terasa enak di kulit sekaligus indah di mata. Baju kebayanya berwarna hijau tua, dengan jalinan benang emas. Ia nampak bersih, anggun, bahkan Nana tidak ingat kapan ia pernah tampil secantik ini. Dulu waktu wisuda SMA ia memakai kebaya, tetapi jauh sekali bedanya.

Setelah mandi dan berdandan, Nana merasa menjadi perempuan seutuhnya. Siapa bilang perempuan menjadi utuh dengan cara ngentot lelaki? Salah besar! Perempuan menjadi utuh setelah ia selesai keramas dan mandi dan berdandan serta berpakaian seindah ini. Lagipula, di Kriloga tidak dikenal benda bernama beha. Kedua tetek bulat besar Nana mengintip dari balik renda kebaya, terlihat misterius seksi, sekaligus memancarkan aura yang kuat. Lihat saja si Risi yang terus menganga memandang orang cantik di kamar ini.

Tak lama kemudian, Respira masuk. Blendosk tua itu membungkuk hormat terus berkata, "Tuan Putri, kereta sudah siap, demikian juga perbekalannya." Lupras memandang Respira, membungkuk hormat kepada Nana dan berjalan di belakang Blendosk tua itu. Mungkin ia adalah salah seorang keturunannya.

Nana mengangguk. Ia melangkah keluar diikuti Risi yang sudah kembali mengenakan zirah perak-hijaunya yang cemerlang. Selayaknya Putri Raja yang diikuti oleh pengawalnya yang sakti dan setia, Nana berjalan keluar dari Gua, terus ke pelataran. Di sana sebuah kereta beroda empat besar-besar dari kayu, diikat oleh tali ke dua belas orang Akirosk bertubuh besar.

Haaah?! Oh ya, di Kriloga tidak ada binatang peliharaan! Tidak ada kuda di sini, semua mahluk itu jahat terhadap manusia! Tapi membayangkan manusia menggantikan kuda menarik kereta, tak urung membuat Nana bergidik.

"Jangan kuatir, Tuan Putri, mereka semua sangat menguasai cakra bumi," kata Respira yang melihat wajah Nana mengernyit memandang dua belas orang Akirosk. Ia salah paham menanggapi perubahan raut wajah Nana, disangkanya Nana meragukan kekuatan para Akirosk itu. Padahal, Nana canggung sekali mengetahui keretanya ditarik oleh manusia!

Terserahlah, pikir Nana. Ia terus memasuki kereta, diikuti oleh Risi yang terus duduk di hadapannya. Mereka menutup pintu, dan kedua belas orang itu pun mengerahkan tenaga cakra buminya. Kerja sama mereka rapi sekali, kekuatan akirosk dalam cakra bumi sudah terlatih bersama-sama berlari dengan serempak. Kekuatan tiap orang lebih besar daripada kuda manapun juga, dengan ringan mereka menarik kereta bersama gandengan di belakang yang penuh berisi bahan perbekalan. Mereka berlari cepat, bahkan lebih cepat daripada kuda!

Menyadari hal itu, Nana mengagumi kedua belas orang Akirosk yang berlari di depan. Tapi hanya beberapa saat saja, Nana segera mengalihkan perhatian ke cincin di tangannya. Nana menyentuh lengan Risi yang duduk dengan mata terpejam di depannya. Gadis itu membuka mata. "Ya, Tuanku Putri?"

"Risi, kamu duduk diam saja ya di sini, jangan bersuara," kata Nana
"Tentu saja, memangnya kenapa?" tanya Risi. Nana tersenyum manis, sambil menaruh jari telunjuk di mulut. Risi memandang dan membentuk huruf O dengan bibirnya.

Nana memusatkan pikirannya ke cincin. Dalam sekejap, dirinya menghilang dari hadapan Risi, terus masuk dalam dimensi cincin, sedang cincin itu sendiri berubah menjadi cahaya kebiruan yang melayang halus di kursi kereta. Risi membelalakkan matanya, dan hampir berteriak. Tetapi ia ingat pesan dari Nana, lantas duduk diam kembali di kursi, merasa kesal bukan main. Tapi bisa apa? Risi kembali memejamkan matanya, mengatur nafasnya.

Sementara itu, Nana telah berada di dalam ruangan yang batunya menyala terang biru kehijauan, seperti ada lampu neon. Blackie senang melihat Nana muncul, terus ia menghampiri Nana yang berbaju kebaya. Binatang itu kini telah berukuran dua kali lebih besar! Nana mengelus kepala Blackie dengan kebayanya, terasa susah bergerak. Merasa kagok dengan baju ini, Nana ingin mencoba baju lainnya.

"Zirah Dendra!" serunya dalam hati. Segera saja, Nana seketika bertelanjang bulat, kemudian kepingan baju zirah melayang dan menutupi tubuhnya. Nana merasa lebih leluasa sekarang, seperti bertelanjang bulat walau tubuhnya tertutup sempurna. Enak bisa bergerak dengan bebas! Ia terus duduk di lantai, bersila.

Apa saja yang sudah dikuasainya? Menjawab pertanyaan itu, serangkaian tulisan keluar di pandangan matanya:

Naskah Air Langit
Naskah Air Bumi
Naskah Api Mentari
Naskah Mutu Manikam
Naskah Bumi Bergerak
Naskah Air Suci
Naskah Halimun Cakrawala
Naskah Kehidupan Bumi
Naskah Pemakaian Dendra
Jurus Naga Air
Jurus Sembilan Mentari
Jurus Peri Air
Jurus Raksasa Bumi
Jurus Penarik Kehidupan
Jurus Pedang Bintang
Jurus Pedang Pembunuh Naga

LEVEL PENGATASAN 4
Cakra air tingkat pengatasan 4 136342 / 600000
Cakra api tingkat pengatasan 1 93578 / 100000
Cakra bumi tingkat pengatasan 3 137484 / 400000
Cakra kehidupan tingkat dasar 2 4148 / 10000
Kekuatan 3896049
Ketangguhan 589067
Kelenturan 265904
Daya Serang 729835
Daya Tahan 638576

Wuah! Nana belakangan jarang memperhatikan seperti apa pencapaiannya, namun nampaknya seluruh cakra yang dimilikinya bertambah dengan pesat tanpa disadarinya. Nana memikirkan bahwa ia tidak banyak menyerap gelembung, melainkan ngentot dengan banyak lelaki. Huh... Ngentot ya?

Ia meraba selangkangannya yang tertutup zirah Dendra. Mengerahkan cakra menurut Air Suci menutupi memek, Nana merasakan memeknya kembali ke bentuk asalnya, seperti ketika masih perawan. Hmm... Mungkin akan terasa sakit kalau nanti kontol memasukinya lagi. Tapi, entah bagaimana Nana merasa lebih nyaman dengan memek yang masih rapat, walau ia tidak lagi menumbuhkan selaput dara.

Siapa yang mau mengulangi rasa sakit karena selaput dara dirobek?

Nana terus bersila dan mengingat kembali naskah kehidupan bumi untuk mengatur cakra kehidupan. Cakra kehidupan mengisi intisari dalam laut sukma, menjadi pengendali dari air, bumi, dan api. Jurus penarik kehidupan seperti mengikuti Naskah Mutu Manikam, tapi khusus menarik cakra kehidupan, berarti menarik kehidupan mahluk lain. Tetapi secara keseluruhan, juga bisa digunakan untuk menarik cakra air, bumi, dan api.

Air memulihkan, sekaligus memotong. Bumi bertahan, sekaligus menekan. Api menyerang, sekaligus memurnikan. Tetapi keseluruhannya menjadi bermakna karena kehidupan ada di dalamnya. Tanpa kehidupan, air hanyalah air, bumi hanyalah bumi, api hanyalah api.

Dengan cakra kehidupan, maka api menjadi hidup, bumi menjadi hidup, air menjadi hidup. Tetapi kehidupan tidak cukup sendiri, maka menarik kehidupan mahluk lain menjadi suatu hal yang tidak terelakkan. Mahluk lain hilang hidupnya demi manusia. Bukankah manusia dari jaman dahulu menyembelih binatang, lalu memakan dagingnya, demi mempertahankan kehidupan? Jurus penarik kehidupan melakukan hal serupa.

Tadinya Nana ingin mencela jurus ini, tetapi kemudian ia menyadari betapa kemanusiaan sudah biasa dengan saling membunuh. Orang jahat harus dibunuh, bukan? Supaya ia tidak lagi berbuat jahat kepada sesama manusia. Namun, mengapa kehidupan harus hilang begitu saja? Bukankah lebih baik kehidupannya dihisap untuk menguatkan dan melanjutkan kehidupan yang lain?

Maka, tidak ada naskah yang buruk, tidak ada jurus yang jahat. Yang ada hanyalah manusia: manusialah yang bersikap buruk, manusialah yang berkelakuan jahat.

Nana melatih Naskah Kehidupan Bumi dan mengulangi berkali-kali hingga menguasai sepenuhnya. Ia juga mengambil pedang dan berlatih jurus-jurus pedang. Pedang bintang membuat seperti ada bintang-bintang di sekelilingnya, membentuk lingkaran yang melindungi dari segala arah. Pedang pembunuh naga menjadi jurus yang kuat menyerang dan gerakan yang tegas dan mematikan, bahkan membunuh naga. Tanpa keraguan. Tanpa penyesalan.

Setiap beberapa waktu, Nana mengalihkan kesadarannya ke luar ruangan, melihat perjalanan kereta membawa mereka menuju Kota Tinggi. Ketika kereta berhenti, Nana keluar dari ruangannya, kembali ke dalam kereta lalu keluar untuk makan bersama, istirahat malam bersama. Ketika kereta melanjutkan perjalanan, ia kembali masuk ke dalam dimensi dan berlatih.

Risi dari kesal lama-lama tidak peduli lagi dengan Nana yang muncul dan menghilang begitu saja. Ia terus saja duduk dan melatih pernafasannya sambil memejamkan mata.

Dua bulan berlalu dan perjalanan mereka sudah menempuh jarak yang jauh. Para akirosk yang menarik kereta itu mulai menjadi lebih lambat, karena kini perjalanan mendaki gunung yang terjal. Udara semakin dingin dan keras di gunung berbatu dan berpasir, sedikit sekali ada tumbuhan di sini. Kelelahan, para akirosk memilih berhenti setiap tiga jam untuk memulihkan cakra bumi, istirahat satu jam, baru kemudian melanjutkan perjalanan dengan perlahan.

Risi tiba-tiba membuka matanya, dan bangun dari tempat duduknya. Di saat itu juga kereta terguncang hebat, tahu-tahu terangkat lantas terbanting miring! Tapi Risi dengan sigap telah keluar dari pintu kereta, baju zirah perak hijaunya berkilauan ditimpa sinar matahari di tengah siang bolong. Kedua belas akirosk berdiri membentuk lingkaran, membangun dinding tanah.

Tak lama, keluar segerombolan orang berambut merah, membawa senjata tajam mengepung kereta.

"Siapa lewat sini, kalau masih mau hidup tinggalkan semua harta kalian!" seru kepala gerombolan. Wajah Risi menjadi keras dan kejam.

"Siapa mau hilang nyawanya, sini ambil harta yang ada!" seru Risi. Ia sama sekali tidak takut kepada gerombolan perampok. Mereka terus berteriak dan menyerang. Risi berdiri di atas kereta yang terguling, lantas melontarkan pukulan jarak jauh dengan pedang pendek cakranya. Pedangnya mengeluarkan cahaya berkerlipan, seperti bintang yang meluncur menghantam dada salah seorang perampok dan membuat lubang persis di jantungnya! Perampok itupun terbanting dan kehilangan nyawa.

Melihat itu, para perampok menjadi marah dan ganas, menyerang dinding tanah yang dibuat. Risi dengan gerakan berputar melontarkan cahaya cakra ke berbagai penjuru dengan dua pedang pendeknya. Para perampok itu bertumbangan, tetapi jumlah mereka sangat banyak dan pelan-pelan berhasil menerobos dinding batu yang dibuat.

Tak lama kemudian akirosk penarik kereta terbunuh satu per satu. Kini perampok bisa naik ke atas kereta dan mulai menyerang Risi jarak dekat. Para akirosk rampok itu nampaknya punya ilmu lumayan tinggi, sehingga membuat Risi sangat kerepotan dikeroyok beberapa orang.

Dalam ruangan dimensi cincin, Nana baru saja menyelesaikan latihan Halimun Cakrawalanya yang kini diisi oleh cakra kehidupan. Baru saja ia membuka mata, ia menyadari ada yang salah di luar. Ada apa ini? Kereta sudah terguling dan di atas nampaknya ada perkelahian sengit.

Tanpa menunda waktu, Nana terus keluar dari ruangan dimensi cincin, kali ini lengkap berbaju zirah Dendra dan memegang pedang yang bersarung hitam. Begitu keluar ia melompat dan menghantam seorang perampok yang sangat terkejut ketika seseorang muncul begitu saja dari bawahnya. BRUAAKKK, orang itu terpelanting dan terbanting ke tanah.

"Risi!" seru Nana melihat pengikutnya berlumuran darah. Perampok berhasil menusuk leher Risi, yang membuatnya lemah dan sebelah tangan harus menutupi lubang yang mengucurkan banyak darah. Untungnya bukan tusukan yang fatal! Tetapi keduabelas akirosk bumi di bawah sudah mati semuanya, sedang masih ada belasan perampok yang nampak sangat ganas, karena puluhan perampok lain telah mati oleh Risi.

Mereka yang masih hidup nampaknya adalah perampok yang paling kuat dan tinggi ilmunya, sehingga Risi sangat kewalahan. Nana terus menarik pedang dari sarung dan menyerang dengan jurus pembunuh naga. Para perampok terkejut, tapi mereka dengan sigap menangkis. TRAANNG! Bunga api berpijaran. Belum sempat si perampok memperbaiki posisinya yang miring karena tekanan hebat, Nana menggerakkan jurus kedua pembunuh naga dengan tangan kanannya dan pedang itu membentuk lengkungan dari bawah ke atas, langsung membelah dada!

Perampok lain segera mengeroyok dan menyerang untuk menyelamatkan temannya. Melihat itu, Nana memakai tangan kirinya tiba-tiba mencengkram dada penyerang dan memakai jurus penarik kehidupan. Serangannya tak terduga dan tak tertahan, tiba-tiba saja kehidupan lenyap dari si perampok, berpindah ke tubuh Nana, membuatnya menjadi seperti memiliki kekuatan hebat!

Nana melancarkan jurus pedang bintang dan membentuk sembilan bintang yang menyerang ke sembilan penjuru di sekitarnya, menghantam setiap perampok dengan keras dan membuat mereka terpental. Jurus pembunuh naga terus dilontarkan dan menebas leher dua perampok lain yang masih ada di dekat Nana. CRAASSHHH!! Mereka tidak bisa menghindar tebasan kuat dan dua kepala berambut merah melayang tinggi ke udara!

Rupanya yang terpenggal adalah kepala perampok, sehingga anak buahnya yang lain menjadi sangat ketakutan! Mereka pun berlarian menyelamatkan diri. Nana menangkap salah seorang di antaranya, lantas mencengkram dada dan kembali mengerahkan jurus penarik kehidupan. Orang itupun terus lenyap hidupnya, berpindah ke tubuh Nana! Ia melemparkan tubuh tak bernyawa itu ke samping, lantas bergegas menghampiri Risi yang megap-megap karena luka berat.

Nana memakai jurus Peri Air dan dengan Air Suci mengalirkan cakra kehidupan yang baru diambilnya, lantas seluruhnya dialirkan ke tubuh Risi. Luka di lehernya segera menutup kembali, dan kehidupan kembali memenuhi gadis cantik perkasa yang sudah pucat pasi itu.

"Tuan Putri... Terima kasih," kata Risi dengan lirih. Ia sempat merasakan nyawanya setengah meninggalkan tubuhnya, tapi kemudian Nana menariknya kembali hidup! Bagi seorang akirosk, hal ini lebih dari bersetubuh, ia menjadi sepenuhnya memberi diri sebagai budak Nana, seumur hidupnya. Apalagi aliran kekuatan itu bukan saja memulihkan, bahkan membuat tubuhnya menjadi semakin kuat dan naik satu tingkat di tingkat pengatasan!

Risi terus duduk bersila dan mengatur pernafasan, mengolah cakra di tubuhnya, sementara Nana menguburkan keduabelas akirosk bumi yang telah mati. Ia merasa sedih, karena tadinya berharap bisa menjamu kedua belas orang ini yang sudah berlelah menarik kereta hingga sejauh ini selama dua bulan. Haaaahhhhh.....

Nana dan Risi mengambil segala perbekalan yang bisa mereka bawa, yang terus Nana masukkan dalam ruang dimensinya. Setelah Risi menjadi lebih kuat, mereka berdua melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki menuju Kota Tinggi. Untungnya mereka mendapati peta di tubuh salah seorang akirosk bumi, sehingga memberi petunjuk arah perjalanan:

Mereka harus turun gunung, melintasi sungai, kemudian naik lagi gunung di sebelah kanan, ke Kota Tinggi yang menghadap ke lautan luas. Satu bulan perjalanan lagi dari sini...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd