- Daftar
- 1 Jun 2012
- Post
- 212
- Like diterima
- 1.023
Cerita ini hanya fiktif belaka, jadi hanya imaginasi saja ya...
Prolog...
Udara malam semakin dingin, hujan tak berhenti sedari pagi hingga tengah malam ini. aku duduk di teras rumah lantai 2 seperti biasa sambil menikmati hembusan rokok A mild ku yang tinggal 1 batang. kuhisap dalam-dalam dan kuhembuskan perlahan sambil memandang jalan desa yang sepi. Kuteguk kopiku yang masih panas sambil membuka file file dokumen dan email pada laptopku yang seharian belum sempat aku cek karena kesibukanku semakin padat akhir akhir ini.
Namaku Beni, di usiaku yang menjelang 45 karirku semakin cemerlang, aku ditempatkan sebagai kepala cabang di sebuah kota kecil di sebuah bank swasta terbesar di negeri ini. secara finansial , kehidupanku sudah lebih dari cukup, dengan berbagai fasilitas yang aku dapatkan termasuk rumah yang aku tempati saat ini. Entahlah kehidupanku tetap saja hambar sejak Vina istriku meninggal 3 tahun lalu karena sakit, suatu hal yang sangat memukul batinku dan membuatku terpuruk beberapa saat, hingga kulampiaskan dengan bekerja, dan bekerja keras sehingga di balik itu beberapa promosi jabatan aku dapatkan.
Pernikahanku dengan Vina, dikaruniai 2 orang anak, Indah anak pertamaku kini tumbuh menjadi gadis remaja menjelang 18 tahun, sementara adiknya vino adiknya berumur 14 tahun, Setelah lulus SD Vino melanjutkan bersekolah di sebuah pondok terkenal di jawa timur sehingga kini hanya aku dan indah tinggal berdua di rumah sebesar ini. hari hari kami lalui berdua meskipun sibuk aku tetap menyempatkan waktu untuk Indah agar tetap mendapatkan kasih sayang, untuk menemani dia sehari hari aku mempekerjakan seorang pembantu bernama mbak lastri, yaitu orang sekitar desa yang datang tiap pagi dan pulang setelah magrib.
Rumahku terdiri 2 lantai dimana lantai bawah hanya ada kamar tamu , dapur, dan ruang tamu yang cukup besar, sementara kamar utama ada di atas dan ada lagi 2 kamar lain yang dipakai masing masing oleh indah dan vino. Ruang keluarga kubuat nyaman dengan berbagai peralatan elektronik terkini sehingga terasa nyaman dimana kami sering bercengkarama dan nonton TV bersama.
Di Usianya yang menjelang 18 tahun, indah tumbuh menjadi gadis yang pendiam dan pemalu, kulitnya tidak terlalu putih, tapi bersih dan pandai merawat diri, keseharian dia tidak banyak bergaul dengan gadis seusianya. hanya ada beberapa teman yang kadang main ke rumah sehingga aku cukup mengenal beberapa temannya tersebut. Meskipun tidak terlalu terlihat cantik tapi Indah tetaplah gadis yang menarik. Seperti diriku, dia tumbuh tinggi semampai dan body juga cukup langsing walaupun sering tertutup jilbab kalau keluar rumah. Meskipun pendiam, Indah cukup dekat denganku, mungkin karena ibunya tidak ada jadi akulah satu satunya orang yang bisa diajak bicara di rumah, dan juga aku tipikal pendengar yang baik jadi dia cukup nyaman setiap bicara dengaku. Kami juga sering bercanda ataupun saling meledek di kala bersama di rumah atau kadang saling menggelitik kalau sedang bersendau gurau.
Satu lagi, Indah adalah anak yang cukup penakut, terkadang tengah malam ketika aku terbangun, kulihat dia tiba tiba dia sudah mendengkur di sebelahku, kukecup keningnya dan kubiarkan dia terlelap di sebelahku, dan kulanjutkan tidurku kembali.
Sekarang masih malam minggu, tapi aku harus segera menyiapkan materi presentasi untuk meeting di kantor Jakarta pada senin siang. Besok Sore aku harus segera bertolak ke jakarta agar senin pagi bisa ngantor di Jakarta. Aku berencana ke jakarta selama tiga hari, tetapi aku masih bingung bagaimana dengan indah bisa kutinggal sendiri di rumah sementara mbak lastri tidak bisa aku suruh menginap di rumah karena harus merawat ibunya yang sakit. Akhirnya aku punya ide untuk mengajak indah ke jakarta karena kebetulan masih liburan sekolah. sebaiknya besok aku bicarakan dengan indah tentang hal ini.
<bersambung>
Bagian 1 Perjalanan Ke jakarta
Bagian 2 Malam Nakal Di Hotel
Bagian 3 Leha Nikamatnya Jepitanmu
Bagian 4 Her Name is Tika
Prolog...
Udara malam semakin dingin, hujan tak berhenti sedari pagi hingga tengah malam ini. aku duduk di teras rumah lantai 2 seperti biasa sambil menikmati hembusan rokok A mild ku yang tinggal 1 batang. kuhisap dalam-dalam dan kuhembuskan perlahan sambil memandang jalan desa yang sepi. Kuteguk kopiku yang masih panas sambil membuka file file dokumen dan email pada laptopku yang seharian belum sempat aku cek karena kesibukanku semakin padat akhir akhir ini.
Namaku Beni, di usiaku yang menjelang 45 karirku semakin cemerlang, aku ditempatkan sebagai kepala cabang di sebuah kota kecil di sebuah bank swasta terbesar di negeri ini. secara finansial , kehidupanku sudah lebih dari cukup, dengan berbagai fasilitas yang aku dapatkan termasuk rumah yang aku tempati saat ini. Entahlah kehidupanku tetap saja hambar sejak Vina istriku meninggal 3 tahun lalu karena sakit, suatu hal yang sangat memukul batinku dan membuatku terpuruk beberapa saat, hingga kulampiaskan dengan bekerja, dan bekerja keras sehingga di balik itu beberapa promosi jabatan aku dapatkan.
Pernikahanku dengan Vina, dikaruniai 2 orang anak, Indah anak pertamaku kini tumbuh menjadi gadis remaja menjelang 18 tahun, sementara adiknya vino adiknya berumur 14 tahun, Setelah lulus SD Vino melanjutkan bersekolah di sebuah pondok terkenal di jawa timur sehingga kini hanya aku dan indah tinggal berdua di rumah sebesar ini. hari hari kami lalui berdua meskipun sibuk aku tetap menyempatkan waktu untuk Indah agar tetap mendapatkan kasih sayang, untuk menemani dia sehari hari aku mempekerjakan seorang pembantu bernama mbak lastri, yaitu orang sekitar desa yang datang tiap pagi dan pulang setelah magrib.
Rumahku terdiri 2 lantai dimana lantai bawah hanya ada kamar tamu , dapur, dan ruang tamu yang cukup besar, sementara kamar utama ada di atas dan ada lagi 2 kamar lain yang dipakai masing masing oleh indah dan vino. Ruang keluarga kubuat nyaman dengan berbagai peralatan elektronik terkini sehingga terasa nyaman dimana kami sering bercengkarama dan nonton TV bersama.
Di Usianya yang menjelang 18 tahun, indah tumbuh menjadi gadis yang pendiam dan pemalu, kulitnya tidak terlalu putih, tapi bersih dan pandai merawat diri, keseharian dia tidak banyak bergaul dengan gadis seusianya. hanya ada beberapa teman yang kadang main ke rumah sehingga aku cukup mengenal beberapa temannya tersebut. Meskipun tidak terlalu terlihat cantik tapi Indah tetaplah gadis yang menarik. Seperti diriku, dia tumbuh tinggi semampai dan body juga cukup langsing walaupun sering tertutup jilbab kalau keluar rumah. Meskipun pendiam, Indah cukup dekat denganku, mungkin karena ibunya tidak ada jadi akulah satu satunya orang yang bisa diajak bicara di rumah, dan juga aku tipikal pendengar yang baik jadi dia cukup nyaman setiap bicara dengaku. Kami juga sering bercanda ataupun saling meledek di kala bersama di rumah atau kadang saling menggelitik kalau sedang bersendau gurau.
Satu lagi, Indah adalah anak yang cukup penakut, terkadang tengah malam ketika aku terbangun, kulihat dia tiba tiba dia sudah mendengkur di sebelahku, kukecup keningnya dan kubiarkan dia terlelap di sebelahku, dan kulanjutkan tidurku kembali.
Sekarang masih malam minggu, tapi aku harus segera menyiapkan materi presentasi untuk meeting di kantor Jakarta pada senin siang. Besok Sore aku harus segera bertolak ke jakarta agar senin pagi bisa ngantor di Jakarta. Aku berencana ke jakarta selama tiga hari, tetapi aku masih bingung bagaimana dengan indah bisa kutinggal sendiri di rumah sementara mbak lastri tidak bisa aku suruh menginap di rumah karena harus merawat ibunya yang sakit. Akhirnya aku punya ide untuk mengajak indah ke jakarta karena kebetulan masih liburan sekolah. sebaiknya besok aku bicarakan dengan indah tentang hal ini.
<bersambung>
Bagian 1 Perjalanan Ke jakarta
Bagian 2 Malam Nakal Di Hotel
Bagian 3 Leha Nikamatnya Jepitanmu
Bagian 4 Her Name is Tika
Terakhir diubah:
