Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Innocent Seductress

Bimabet
Kok malah jd incest begini sih alurnya
Anak tiri sama bapak tiri tetep incest ya jatuhnya?
Hmm sensasi "deg-degan takut ketahuan" sekarang hilang. Sekedar pendapat pribadi, kalau menurut ane sih terlalu cepat. Semoga suhu ts bisa menghadirkan sensasi lainnya sebagai pengganti, atau bahkan lebih. Saran ane sih tetap eksplorasi ide segila-gilanya tapi ingat kata "innocent" sesuai judul sebagai batasan. Semangat nulisnya, suhu, dan makasih updatenya. 🔥🔥🔥
Perkembangan kan ga mungkin innocent selamanya ya hu kalo udh kenal kontol? Jadi lama-lama binal juga, tapi tetep ada batasannya.
 
Menurut saya pribadi terlalu cepat langsung berubah gini... tapi so far ku menikmati... lanjut suhu siapa tahu bisa memasukan teman nya atau saudara lain yang masih polos lagi...
 
Selamat pagi siang malam para pembaca, tulisan kali ini akan menceritakan pengalaman Cindy di sekolah, beberapa hari setelah kepergok klimaks didepan pintu.


Sixth Encounter: Ugly-naughty boyfriend-wannabe


Sejak malam itu, saat aku kepergok ngintip dan mencapai klimaks oleh papahku dan pingsan, aku belum bertemu lagi dengan papah dan ci Velyn. Papahku ada sesi foto di labuan bajo selama 1 bulan full, sedangkan ciciku sudah kembali lagi ke Salatiga melanjutkan kuliahnya. Sehingga kini hidupku sedikit lebih aman, karena masih ada mamah yang masih rajin menggodaku. Tapi semenjak kenal dengan kegiatan mesum dan mendapat ijin dari mamahku, aku jadi suka mengeksplor kehidupan seksual ku. Aku juga berhasil meyakinkan Gaby dan Ailin mengenai suara-suara yang mereka dengar saat meneleponku malam-malam hanyalah suara Mang Udin yang sedang membantuku mengangkat masuk paket milik papahku yang cukup berat. Hari-hari ku di sekolah kini ku jalani dengan riang gembira. Fiuhh, aku bisa hidup agak tenang sepertinya, tapi entah kenapa nampaknya tidak.
Wajahku yang cantik dan tubuhku yang ranum membuatku sangat mudah untuk mencari teman, baik cewek dan tentu saja cowok. Bukannya sombong, tapi aku termasuk dari beberapa cewek cantik yang menjadi incaran cowok-cowok seangkatan, juga kakak kelas. Dan tentu saja, semua jenis cowok berusaha mendekatiku, mulai yang tampangnya seperti Varrel Bramasta, sampai yang seperti Bang Bopak, hehehehe.
Siang itu di jam istirahat kedua saat aku sedang enak-enak jajan dikantin dengan 2 sahabatku, tiba-tiba sesosok tubuh gempal dengan seragam dekil mendekati kami.
“Cin, kamu mau gak jadi pacar aku?"
"Cieee!!!! Cindy di tembak Bara cieeeee!!!!" Sosok yang bernama Bara dengan suara keras menyatakan sebuah tembakan cinta, membuat semua mata kini tertuju pada kami sambil berteriak-teriak menggodaku, bikin aku dan 2 sahabatku malu. Kalau ganteng sih bikin malu gapapa, masalahnya sudah begitu, kalau melihat sosoknya siapapun juga pasti bakal langsung nolak dia.
"Emmh aduh maaf ya Bara, kayanya kita temenan aja ya? Gpp ya? Maapin..“ tolakku sehalus mungkin supaya dia tidak sakit hati kepadaku. Wajahnya yang sudah jelek jadi tambah jelek begitu mendengar kalimat penolakanku, tapi sepertinya dia menerima penolakanku.
"Yaa udah deh, gak apa-apa..” ujarnya lesu sambil melangkahkan kakinya beranjak pergi dari hadapan kami. Seperti yang aku bilang sebelumnya, bahwa sudah banyak macam cowok yang mendekatiku, yang ganteng kaya Varrel Bramasta aja aku tolak, eh ini versi gedenya Dede Sunandar pengen jadi pacar aku, jelas aku tolak mentah-mentah.
“Yaelah Cin, kenapa gak lu terima aja sih? Kan ganteng” kata Gaby sambil ketawa cekikikan menggodaku.
"Iya gatau tuh Cindy, kan enak nanti kalo jadi pacar Bara, ga butuh kasur." Ujar Ailin menimpali Gaby, makin pecahlah tawa mereka.
“Yang kaya gini nih, punya temen pada ga punya akhlak, pada tega bener ngatain temen sendiri, seneng lu pada ya!" Ujarku protes.
“Lagian, mau yang kaya gimana sih sebenernya? Semua aja lu gamau." Ailin mendebatku.
“Cewek berkualitas harus dapet pria berkualitas juga dong.” ujarku sombong sambil mengibaskan rambutku.
"Anjiiiiirrrr si paling berkualitas!" Gaby tidak terima pernyataanku sambil menjambak rambutku pelan.
“Wooohhhh!!!! Gue tau, gue tau Lin!" Seru Gaby.
"Tau apa Gab?"
"Gue tau tipe cowok yang dipengenin si Cindy!"
"Itu loh …. Kang ojek tercinta, mang Udin?!!! Hahahahhahaha" dengan telak Gaby menebak.
"Idih, najis tralala, yang bener aja masa iya sama Mang Udin, buat lu aja tuh ambil!" Balasku sewot pada Gaby.
"Yang waktu malem gue telpon lu kan lu hah heh hoh sama mang Udin ngapain coba?" Tembak Gaby.
"Gue kan udah bilang, dia lagi bantuin gue ngangkat paket papah ke dalem. Masih ga percaya aja!" Seruku bete. Masa iya aku ngaku lagi asyik-asyikan sama mang Udin.
"Wahahahha, santai dong santaiii, gitu aja ngambek." Gaby menggodaku sambil tangannya mencolek-colek daguku.
Akhirnya setelah 3 jam pelajaran terakhir hari ini dihabiskan dengan pelajaran fisika yang aduh alamak jang! Aku bersyukur masih bisa melewatinya tanpa mengalami brain dead. Hehe. Setelah berkemas kami pun bersiap pulang.
--

-bgm mario bros-
Akhirnya bel mario Bros disekolah kami berbunyi, menandakan waktunya untuk pulang sekolah!
"Gab, Lin, bareng dong." Pintaku
"Siap cewek berkualitas!" Jawab mereka kompak.
"Tapi gue mau ke WC dulu, hehe."
"Makanya kalo makan sambel kira-kira basonya." Kata Ailin. Sengaja dia membalikkan sambel dan baso karena memang kalau makan baso lebih banyak sambel daripada basonya. Sambil berjalan cepat dan menahan rasa mules di perut ku aku menuju toilet siswa yang berada di lantai 2.
"Aishhh! Pake penuh lagi!" Seruku melihat semua pintu WC tertutup rapat. Segera dengan berlari aku menaiki tangga menuju lantai 3. Karena sudah pulang, keadaan lantai 3 sekarang sangat sepi, horor lagi. Segera ku masuk ke bilik paling pertama yang terbuka, dengan segera ku angkat rok seragamku dan menurunkan celana dalamku. Saat akan mengunci pintu, baru kusadari selotnya rusak. Ah sepi ini, sepanjang di lantai 3 juga aku ga liat orang.
Srrssssshhhhhh……. Suara air kencing yang menabrak keramik toilet duduk nyaring terdengar, saat tiba tiba pintu terbuka dan “Byuuuurr” guyuran air kotor membasahi tubuhku, membuat seluruh seragamku dari atas sampai bawah basah kuyup.
“Aaaaaahhh…!!!!!” aku teriak tertahan.
"Alah siah anjing! goblog reuwas aing anjing! Eh!! Maap maap!" Terdengar makian kaget sekaligus permintaan maaf dari suara seorang laki-laki.
"Puahhh!! Cuh cuh!! iiihhhhhhh!" Aku masih berusaha menyeka air yang ada di mukaku dan sedikit masuk mulutku. Begitu ku buka mataku, sosok Bara sudah ada di depanku.
“Bara!! Lu ngapain anjiiiiirrrrrr!!!!! Basah semua kan jadinya badan gue!!!!” teriakku bete. Posisiku masih duduk diatas toilet dengan cd menggantung di betisku. Tanganku menarik dan menahan rokku ke depan pahaku agar vaginaku aman tak terlihat Bara.
"Maap banget Cindy! Asli aing ga liat maneh, lagian pintunya ga dikunci jadi aing masuk aja." Sekali lagi bara meminta maaf sekaligus membela diri.
"Lagian lu ngapain sih anjirrrr!!!! Huaaaaaa!!! Basah semua ini gue Bara! Huaaa!!" Aku meneriakinya, menahan rasa marah karena badanku basah semua.
"Aing lagi dihukum suruh bersihin WC lantai 3, jadi aing siramin 1-1 bilik kamar mandi, aing ga tau maneh di dalem Cin! Asli, maafin gatau, asli!"
“Terus gimana nih gue?!!..” kataku bete. Bukannya sadar diri salah eh manusia buluk ini matanya malah jelalatan liatin aku yang basah kuyup, sialnya lagi pahaku masih terekspos dan celana dalamku masih menempel dibetisku jadi sasaran mata nakalnya.
"Woi matanya, jaga matanya! Tutup dulu gih!" Hardikku menghentikan matanya yang jelalatan. Segera dia menutup pintu bilik.
"Basah semua gak bajunya Cin?!" Katanya dari balik pintu.

"Lu pikir aja sendiri! Air seember emang ga bikin basah!?" Jawabku sarkas.

“Ehhh iiiyaa basah Cin.." balasnya lemas.

"Nah tuh tau."

"Be…bentar aing cariin sesuatu buat maneh keringin badan!" Teriaknya sambil segera berlari. Sambil menunggu dia mencari pengering badan, aku membenahi rok ku, aku bimbang, apakah akan kupakai CD ku yang basah, akhirnya ku lepas sekalian dan ku kantongi di saku celanaku. Cukup lama, baru terdengar suara derap langkah. Tok tok tok, kali ini Bara mengetuk pintu bilik. Kubuka pintunya. Terlihat dia sepertinya sekalian mengambil tas dan jaketnya.

"Adanya baju olahraga aing, gapapa kan?" Ujarnya sambil menyorongkan baju olahraganya ke arahku. Tidak ada pilihan lain, mau tidak mau ku ambil juga baju olahraga dari tangannya. Ku handuki tubuhku sebisanya dengan baju olahraganya, mana bau keringat dan bau matahari pula. Bara diam mematung didepanku yang sedang mengeringkan badan, matanya lekat-lekat memandangi tubuhku. Ada perasaan senang dan bangga melihat Bara seperti terhipnotis melihatku. Bahkan rasa mulesku sampai hilang.

"Heh, mata, mata! Liatin apaan sih?" kataku sambil masih mengelap seragamku.

“Demen ya ngeliat gue basah kuyup gini. Freak dasar!" kataku sambil melemparkan baju olahraganya balik.

"Eh maap, maneh cantik banget soalnya Cin. Apalagi basah-basahan gini, jadi sexy.." ucapnya pelan.

"Anjir nih anak mesum! Dah ah takut gue!"

“Eh, bentar! Maneh mau kemana? Mmm, ga enak bilangnya, tapi itu, eeuu, seragam maneh nyeplak, bh maneh keliatan Cin, ga malu?” ujar Bara sambil menghalangi pintu utama WC. Iya juga sih, ku lihat cermin ternyata memang karena basah jadi seragamku transparan, bh hitamku jadi terlihat jelas nyeplak.

“Ya udah, gue pinjam jaket lu deh..” kataku padanya. Ku renggut jaket dari genggaman tangannya. Lalu aku masuk ke dalam bilik lagi.

"Lu tunggu situ dulu!"

"Siap!"
Akupun segera melepas seragam dan bh ku yang basah. Ku bentangkan jaketnya, ternyata itu adalah sebuah jaket kulit berwarna hitam. Kucium aroma apek keringat dari jaket kulitnya. Ah perduli setan, daripada aku jadi tontonan dijalan. Jadi dibalik jaket kulitnya aku hanya memakai rok seragam, tanpa baju, bh bahkan CD. Jaketnya jelas besar untuk ukuran tubuhku, bahkan jadi kedombrongan saat ku pakai. Bagian bawahnya menutupi pahaku sampai setengahnya. Tadinya aku mau melepas rok juga, tapi mengingat aku tidak pakai CD bisa bahaya nanti. Tapi aku sengaja tidak menarik sampai atas resletingnya, kusisakan sedikit agar belahan dadaku bisa mengintip sedikit.
Akupun segera keluar sambil menenteng baju seragam dan bh yang masih basah. Ku lihat dia sempat terkejut melihat penampilanku. Aku kembali jadi bulan-bulanan mata mesumnya, dan dari situ muncul perasaan bangga dan senang.
" Heh, Napa lu? Kesambet?“ kataku menyadarkannya dari lamunan joroknya.
"Weh! Enggak enggak, gapapa!" Serunya cepat.
"Kenapa sih? Gitu banget liatnya!"
"Eh, euuuhhh….itu, maneh seksi pakai kaya gitu." Akhirnya Bara jujur. Melihatku menenteng baju dan bh hitamku, maka pasti dia bisa menyimpulkan kalo dibalik jaket kulitnya kini menempel langsung kulit mulusku. Rasa-rasanya aku jadi ingin menggodanya, lebih jauh. Rasa ini juga pernah muncul saat aku menggoda mang Udin. Aku sudah tidak ingat lagi dengan Gaby dan Ailin, mungkin mereka sudah menungguku cukup lama.
"Daripada lu diem doang ngeliatin gue, tanggungjawab nih! Bersihin baju seragam gue nih!" Ku sorongkan baju seragamku serta bh nya sekalian.
"I..ii.iya dikucek sama aing sini." Tangannya segera mengambil baju seragam dari tanganku. Bara segera melangkah menuju WC cowok yang letaknya berseberangan cukup jauh. Aku mengikutinya masuk ke dalam WC cowok. Aku pastikan ia tidak kabur membawa seragam dan bh ku. Sampai di WC, ia segera memasuki satu-satunya bilik toilet di WC cowok itu. Memang WC cowok di sekolahku hanya menyediakan 1 bilik berisi toilet duduk, sedangkan urinoir diletakkan tanpa bilik. Mau tidak mau aku ikut masuk ke sana untuk melihat pekerjaannya. Terlihat cukup canggung karena ada bhku yang mesti dia bersihkan juga, dengan agak hati-hati dia coba menguceknya, aku hanya tertawa dalam hati melihat caranya itu. Cukup lama dia fokus mengucek bh ku, kini ia malah senyum-senyum.
"Mulai lagi nih, ngapain lu senyum-senyum sendiri? Buruan nguceknya! Baju gue belum lu kucek!"
"Enggak, ini, bh nya aja segini gedenya, gimana isinya. Hehehe." Komentarnya mesum sambil mengangkat bh nya ke arahku.
“Rese lu ah!" Jawabku singkat. Bibirku malah tersenyum simpul mendapat komentar mesum seperti itu. Terdengar seperti pujian daripada melecehkan bagiku.
“Roknya sekalian sini Cin, tadi kan kebanjur juga, kotor juga itu pasti. Hehehe" tawarnya sambil tertawa mesum.
“Enak aja, gue bisa sendiri ntar." Tolakku.
"Asli gpp Cin, aing ga repot kok." Ujarnya berusaha meyakinkanku.
"Ogah! Udah baju gue kucek yang bener aja tuh!" Kataku sambil menunjuk baju seragamku.
"Iya nih gue kucek baju lu, tuh bersih kan?" Katanya sambil mengucek baju seragamku.
"Mana kok belum dilepas rok nya, sekalian sini aing tanggung jawab." Tekadnya kuat ingin agar rok ku terlepas dari badanku. Niat mesumnya jelas sekali, tapi kepalang tanggung memang, jadi ku iyakan tawarannya.
“Hmmm..gimana ya….. ya udah, bentar” kataku sambil beranjak keluar bilik.
"Sini aja, aing gakan liat kok." Katanya sambil pura-pura fokus mengucek seragamku.
"Yeeee, enak di lu rugi di gue!" Seruku sambil keluar bilik dan menutup biliknya supaya dia tidak bisa mengintip. Jadi kini aku melepas rok seragamku diantara urinoir. Akupun melepaskan pertahanan terakhir pakaianku, rok abu-abuku kini sudah berada ditanganku. Akibatnya, badanku kini polos tanpa apapun dibalik jaket kulitnya, paha mulusku yang putih terekspos dengan bebas. Paha putih mulusku terpampang bebas, yang pastinya bakal membuatnya makin panas dingin. Aku yakin Bara pasti blingsatan liat aku kaya gini. Lalu akupun kembali ke bilik tempat Bara sedang membersihkan seragamku. Ku lemparkan rok seragamku ke kepalanya.

“Tuh rok seragam gue, bersihin yang bener."

"Anjir, ga ke kepala juga sih Cin.” katanya sambil mengambil rok ku dari kepalanya. Diperiksanya rok ku barangkali ada sesuatu di dalamnya.

"Eh ini apa Cin?" Katanya sambil merogoh saku rok ku.

"Celdam gue, sekalian ya!" Ujarku cepat, menahan malu. Tangannya menjembreng CD putih berenda ku yang agak mini. Cukup lama Bara memandangi CD ku, ku lihat tangannya bergerak mendekatkan CD ku ke arah mukanya.

"Woy! Ga usah aneh-aneh lu Bar, cuci aja yang bener!" Seruku. Bara kaget karena aku tahu niatnya yang ingin mengendus CD ku. Segera ia kucek CD dan rok seragamku.

"Berarti maneh gapake apa-apa dong sekarang Cin?"

"Iya, puas kan lu?"

"Hehehe, maneh tambah seksi pake jaket kulit gitu sambil marah-marah." Tiba-tiba ia berkomentar, matanya melirik-lirik melihatku berdiri disampingnya.

"Senyum-senyum aja lu, mesum dasar." 10 menit akhirnya selesai juga dia membersihkan seragamku dan dalemanku.
"Beres nih, bersih bening, seperti tanpa kaca!" Ujarnya menirukan iklan di tv.
"Bersih emang, tapi kan basah. Gimana pakainya?" Kataku.
"Lah iya juga ya, bersih iya tapi ga bisa dipake, jemur aja ya Cin!" Dengan sigap dia langsung pergi keluar WC untuk menjemur seragamku. Baru kusadari kini aku sendirian di dalam WC cowok dalam keadaan hanya memakai sebuah jaket kulit kebesaran. Apa jadinya kalau ada orang yang masuk dan mendapati aku, Cindy, incaran para siswa sedang dalam keadaan seperti ini disini? Bisa gempar seluruh sekolah!
"Bar! Bara! Gak usah deh, ga jadi aja. Ga usah dijemur! Sini aja balik!" Teriakku didepan pintu WC.
"Gapapa udah, nanti maneh pake pakaian basah malah masuk angin! Bentar aja dijemur nya!" Ujar Bara sambil melanjutkan langkahnya cepat dan menghilang dari pandangan ku. Sekarang aku beneran takut kalau ada yang datang, apalagi ini WC cowok, posisiku yang hanya memakai jaket saja menjadi sebuah kerugian besar. Salah ini.
Cukup lama Bara keluar, entah dimana dia menjemur seragamku. Sambil menunggu, ku perhatikan pantulanku sendiri di cermin WC. Kulitku yang putih mulus terlihat kontras dengan jaket kulit hitam yang menyelimuti tubuhku saat ini. Terlihat sungguh sexy dan menggoda sekali. "Apa jadinya kalau kuturunkan resleting jaket ini sebatas perut ya?" Jariku bermain di kepala resleting, menimbang-nimbang untuk mencoba menurunkan resleting. Pikiran intrusive ku akhirnya menang, kuturunkan resleting ke batas perut, dan astaga, memang ternyata aku seksi sekali dengan keadaan begini. :p Aku membayangkan, apa jadinya bila tiba-tiba serombongan siswa masuk ke sini, atau OB sekolah tiba-tiba datang, pasti aku akan diperkosa oleh mereka. Waduh, rasanya tegang sekali, dadaku berdegup kencang membayangkannya. Tapi aku juga terangsang membayangkan bila aku diperkosa oleh OB atau di perkosa ramai-ramai oleh serombongan siswa. Vaginaku lembap membayangkannya.
Akhirnya Bara kembali juga, dengan tergopoh-gopoh dia kembali ke WC cowok.
"Lu jemur dimana seragamnya? Kan tadi gue bilang ga usah. Main ngibrit aja sih ah!" Kataku sambil manyun.
“Hehe.. gak papa lah.. masa basah-basah gitu maneh pake” katanya mencari alasan.
“Weh anjir, resletingnya makin turun tuh, makin seksi aja.. duh..mmmhh” katanya memandang tubuhku dari ujung kaki hingga kepala dengan gemas.
“Rese lu ah.. mesum” kataku bete.

Tiba-tiba samar-samar terdengar suara langkah kaki dan obrolan menuju kemari. Yang aku takutkan terjadi, sepertinya ada beberapa cowok dan cewek yang menuju kemari. Aku panik bukan main.
"Bar! Ada orang Bar! Aduh gimana nih?" Aku panik.
"Sini buruan, masuk ke toilet!" Ujarnya sambil menarik ku masuk ke dalam satu-satunya bilik toilet cowok. Jadi kini kami berdua berada di dalam kamar mandi yang sempit. Badanku dan Bara berhimpitan karena ruangan yang cukup sempit membuat tangannya sempat bergesekan dengan pahaku yang mulus. Dia juga pasti dapat mencium aroma parfumku yang pastinya juga makin membangkitkan nafsunya saja.
"Jangan mepet gini dong!" Protesku sambil berbisik pelan, mendorongnya menjauh tapi tidak bisa, karena memang bilik toiletnya sempit, hanya 1,5x1,5 meter.
"Ya ga bisa juga Cindy. Aing mau gimana?" Dia berusaha menggeser badannya, berharap bisa menjauh, tapi malah kami saling bergesekan, membuat jaket yang kupakai sedikit terangkat, makin memperlihatkan pahaku yang mulus.
Suara langkah kaki makin dekat, suara obrolan mereka juga makin jelas. Suara 2 laki-laki dewasa membahas hukuman si Bara, bisa dipastikan ini suara Pa Trisno guru galak itu dan salah satu OB sekolah yang sedang mencari Bara. Aku sungguh berharap agar mereka tidak masuk kesini. Aku berusaha menahan suara dan nafasku sebisa mungkin sambil berdoa agar mereka tidak masuk ke dalam WC. Sungguh sensasi yang luar biasa dengan dada berdebar karena takut ketahuan plus horni gini.
Posisi Bara berada di depanku berdiri membelakangi toilet duduk, sedangkan aku sendiri berdiri menghadap pintu membelakangi Bara. Bagian depan tubuhnya yang gempal menempel lekat-lekat dengan bagian belakang tubuhku. Aku bahkan bisa merasakan ada yang mendesak pantatku. Pinggulnya bergoyang-goyang, menggesek-gesekan penisnya yang masih tertutup celana ke pantatku. Aku menyikut perutnya, memberi kode agar dia menghentikan apa yang sedang dia lakukan, tapi bukannya berhenti, dia malah sengaja menekan-nekan pantatku.
“Hehe.. maneh seksi banget Cindy, aing ga tahan. Ssshhhhhhh……Mana wangi banget lagi badan maneh Cin." Katanya berbisik pelan ditelingaku, sambil menarik nafas dalam-dalam. Ku balas dengan cubitan pelan di perutnya. Bara makin semangat menggesek-gesekan penisnya ke pantatku, membuat keseimbangan badannya hilang.
“Aaah..” pekikku tertahan sambil memegang paha Bara, mencoba menahan diri karena efek seperti akan terjatuh, dia menarik pinggangku sehingga kamu jatuh terduduk di atas toilet
“Nah itu Bara Pak!” terdengar suara dari luar WC. Sepertinya itu suara OB yang melapor pada Pak Trisno.
"Kamu ngapain di dalem Bara?!"
“Eh, lagi buang air Pak! Gak kuat” teriak Bara dari dalam.
“Tapi kayanya tadi yang teriak suara cewek Pak." Ujar pak OB. Aku dan Bara saling pandang, tentu saja yang paling ketakutan adalah aku. Jantungku berdebar dengan kencangnya. Kami berdua bingung mau ngapain. Kalau sampai mereka menemukanku dalam kondisi begini entah apa yang akan terjadi padaku. Apakah aku akan dikeluarkan sekolah, atau aku menjadi budak seks bulan-bulanan Pak Trisno dan Pak OB? "Sempat-sempatnya aku malah mikir jorok di saat genting seperti ini!" Kataku dalam hati sambil memukul-mukul ringan kepalaku sendiri.
“Masa sih cewek? Gak mungkin ah” Pak Trisno tidak percaya dengan Pak OB
“Tok tok tok..” pintu bilik tempat kami berada diketuk. Aku ketakutan bukan main, aku akhirnya pasrah apa yang akan terjadi. Tanganku meremas-remas ujung jake, aku siapkan mental bila akhirnya mereka mendapatiku dalam kondisi seperti ini, di dalam kamar mandi cowok bersama seorang cowok di dalamnya. Gagang pintu mulai bergerak naik turun, berusaha dibuka.
"Pak Trisno, Pak Amin, tolong segera ke lapangan basket! Ada anak yang berkelahi disana, tolong dilerai Pak!" Tiba-tiba terdengar suara wanita dari luar WC. Suara Bu Tina yang panik meminta tolong pada Pak Trisno dan Pak Amin, OB.
"Baik Bu, mari segera kita ke lapang basket!" Akhirnya Pak Trisno dan Pak Amin pergi bersama Bu Tina. Kami berdua akhirnya bernafas lega, Fiiuuuhhh…
“Gelo maneh Cin, sedikit lagi kepergok anjir! Pake teriak segala sih!" Ujar Bara menyalahkanku.
"Lu juga sih.. pake narik gue, kan kaget jadinya." Kataku membela diri. Kejadian tadi bener-bener bikin sport jantung, tapi tambahan nikmatnya sensasi takut ketahuan membuatku horny.
"Mereka kan udah pergi Cin, kagok banget nih…hehehe" ucap bara. Pinggulnya bergerak-gerak agar penisnya tetap bergesekan dalam posisi duduk ini.
“Lanjutin apaan jir?” tanyaku, sambil sedikit mengangkat pantat ku agar tidak bergesekan dengan tonjolan penisnya.
“Iya ini, aing benar-benar udah gak tahan nih.. masa maneh tega sih..” katanya mengiba.
“ih, nggak ah, apaan anjir! emang lu pikir gue cewek apaan?” tolakku.
“Pliiss, aing cuman pingin coli sambil ngeliatin maneh aja, gak lebih..” pintanya lagi. Aku berpikir sejenak, aku penasaran juga gimana rasanya dijadiin objek coli cowok seumuranku, soalnya kalo sama yang lebih tua kan udah pernah sama Mang Udin. ;p secara langsung lagi.
"Mmmmhhhhh…ngaco lu ya, minta beginian ke cewek. Kalo mintanya bukan ke gue, mungkin lu udah di tabok dari tadi." Kataku memberi kode.
"Maksudnya gimana? Aing ga ngerti.." Bara bingung, tidak mengerti kode ku.
"Hahhh lemot lu….asal lu janji cuma liat doang ya.. jangan macam-macam, oke!?” ujarku mengabulkan keinginannya. Wajahnya sumringah, senang bukan main, bahkan dalam keadaan senang pun dia tetap jelek. Dengan tergopoh-gopoh dia mengangkatku untuk berdiri dan dengan tergesa-gesa dia segera membuka ikat pinggangnya. Aku geli melihatnya kesulitan saat akan membuka celananya karena mentok kesana kemari.
"Santai aja santai, hahaha, semangat banget giliran begianan." Kataku sambil mengulum tawa.
“Gak tahan sih.. maneh seksi pisan, hehe..” katanya sambil masih berusaha melepas celananya.
“Sini sini, gue bantu bukain, ribet banget liatnya ah elah." Ujarku menawarkan bantuan. Wajahnya melongo tak percaya mendengar tawaranku. Melihat dia hanya berdiri diam, aku bergerak memutar posisi, kini Bara yang berdiri membelakangi pintu bilik dan aku duduk di toilet. Dengan cekatan ku buka kait celananya dan dengan perlahan menurunkan resleting celananya. Sambil melihat wajahnya ku buka celananya dan kuturunkan celananya sampai lututnya. Sehingga sekarang dia berdiri di hadapanku dengan celana dalam yang sudah seperti tenda.
"Lu lepas sendiri sisanya, gue kan susah sambil duduk gini." Kataku.
"Eh.., iya bentar." Dengan terburu-buru dia melepas celana dari lututnya, satu persatu kakinya diangkat untuk meloloskan celananya. Setelah berhasil lepas, dia angkat salah satu kakinya yang terkait celana dan mengambilnya, lalu menggantungkannya di kapstok. Wajahnya terlihat memerah setelah melepas celananya entah karena capek atau karena menahan nafsu.
"Katanya mau coli, emang bisa kalo pake kolor?" Kataku geregetan juga akhirnya karena dia seperti setengah-setengah niatnya. Sepertinya perlu disemangati.
“Kolornya mau gue bukain?" tanyaku sambil tersenyum padanya.
"Anjir! Jelas banget boleh, nih."
"Weis, santai bos, ga tahan sih ga tahan tapi santai. Dasar mesum lu!" Kataku kaget, karena dia tiba-tiba memaju-majukan pinggulnya, membuat tonjolan penis di kolornya hampir mengenai wajahku. Tanganku reflek maju, berusaha menahan badannya, tapi telapak tanganku malah telak memegang tonjolan penisnya. Kubiarkan tanganku sebentar disana, menggodanya, pastinya membuatnya dia makin blingsatan. Tanganku lalu bergerak ke samping kolornya, menyusupkan jariku ke sela-sela kolornya yang berwarna krem buluk. Pelan-pelan ku tarik turun kolornya sambil menatap lekat-lekat matanya, kubuat adegan menurunkan kolor ini jadi seerotis mungkin agar dia makin tinggi nafsu nya.
Penisnya tersangkut oleh kolornya sendiri saat prosesi penurunan kolor, sehingga kepala penisnya ikut tertarik turun memperlihatkan jembut tebalnya. Lalu tiba-tiba “Plop!” penisnya yang panjang mencuat keluar dengan cepat dari jepitan kolornya. Penisnya tegak menegang sejadi-jadinya di hadapanku. Aku terpana melihat ukuran penisnya yang cukup besar. Ini adalah penis kedua yang kulihat secara langsung didepan kedua mataku dalam jarak dekat, setelah penis Mang Udin tentu saja.
“Jir.. udah tegang poll gini..” kataku keceplosan.
"Kan gara-gara maneh juga Cin." Ujarnya cepat, sepertinya nafsunya sudah di ubun-ubun kepala. Aku senyum saja mendengarnya, anggap saja itu pujian. Kulanjutkan meloloskan kolornya sampai ke lututnya. Sisanya dia sudah paham dan menurunkannya sendiri. Setelah menggantungkannya di kapstok, dia diam, bingung apa yang harus dilakukannya dalam keadaan tak bercelana dan penisnya tergantung bebas didepan cewek yang tadi pagi baru aja ditembaknya.
"Anjir, bau banget ih! Ga pernah lu bersihin ya!" Kataku setelah mendekatkan hidungku dan mengendus-endus penisnya. Aku tersenyum dan meliriknya saat kukatakan hal tadi. Dia terlihat grogi, malu, senang, bingung, horny, semuanya pasti bercampur aduk jadi satu mendengar dan melihatku mengomentari penisnya.
“Katanya mau coli.. ayo buruan..” kataku.
"Eh, iya iya! Anjir mimpi apa aing semalem!" Katanya seraya mulai mengocok penisnya sendiri. Posisiku sendiri masih duduk di hadapan penisnya. Aku masih belum terbiasa melihat cowok coli, apalagi aku tidak terlalu kenal juga dengan cowoknya, ditambah lagi aku dijadikan objek colinya secara langsung.
"Maneh sering kaya gini ya?” tanya Bara.
"Maksud lu apa?" Aku memasang tampang galak.
"Iya ini, ngeliat cowok ngocok kontol. Hehe." Jawab Bara sambil cengengesan.
“Ngocok Kontol? Apaan tuh?” tanyaku pura-pura gatau.
“Ya ini, penis, burung, titit, kontol.. sama aja.. hehe..” jawabnya menjelaskan sambil memegang pangkal penisnya dan membuat penisnya mengangguk-angguk di depanku.
“Paling liat di film bokep..” kataku berbohong. Sambil kami mengobrol, mataku menatap bergantian ke arah mata dan penisnya.
“Gimana menurut maneh? Kontol aing gede gak? Mau pegang ga nih? Hehe..” tanyanya sambil melepaskan kocokannya dan mendekatkan penisnya ke arahku.
“Najis, jijik gue..” tolakku sambil menatap penisnya yang sudah mulai mengeluarkan lendir bening.
“Lu sendiri sering coli gini ya?” kataku balik nanya.
“Gak juga sih, paling kalo aing lagi gak tahan doang” jawabnya.
"Dan maneh adalah cewek yang paling sering di jadiin bacol. Hehehe." Sambungnya.
“Bacol apaan?" Aku tidak mengerti istilah-istilah mesum.
"Bahan coli. Hehehe" jawabnya cepat.
"Yeee…! Sembarangan aja jadiin gue bacol lu!" Seruku sambil mencubit perutnya. Dia hanya tertawa menanggapi cubitanku, membuatku jadi ikut tertawa. Beberapa detik kemudian kami hanya terdiam tanpa ada yang diobrolkan, namun tangannya tetap bergerak mengocok penisnya sendiri.
"Cin!!!! Cindy!!!" Suara teriakan Gaby dan Ailin memanggil-manggil namaku dari kejauhan. Sepertinya mereka ada di depan toilet cewek. Aku sampai lupa kalau aku minta mereka nunggu aku buat pulang bareng. Mana mungkin aku menyahut panggilan mereka juga dengan kondisi kaya gini.
"Cin, maneh dicariin tuh.." ujar Bara.
“Ssst.. diem lu. Jangan sampe mereka tau gue lagi sama lu disini. Dimana muka gue kalo sampe kegep lagi mesum-mesuman sama lu disini!" kataku sambil bangkit lalu menempelkan telunjukku ke bibirnya. Dia memang jadi diam, tapi nakal, bibirnya berusaha mengulum jari telunjukku, setelah berhasil memasukkan jariku ke mulutnya dia lalu mengemut-ngemut seperti permen sambil tangannya tetap mengocok penisnya sendiri. Aku biarkan saja, yang penting dia diam. Terdengar suara ringtone hp dari dalam tasku, untungnya sebelumnya sudah kukecilkan volume deringnya. Terpaksa aku harus mencari alasan besok pada mereka. Setelah dirasa aman, aku kembali duduk diatas toilet. Jariku otomatis terlepas dari mulutnya. Dia cengengesan saat kutunjukkan jariku yang belepotan air liurnya.
"Main emut aja, emang permen jari gue hah?!" Kataku ketus, tapi kini kumasukkan juga jariku yang belepotan liurnya kedalam mulutku sendiri, sambil tetap menatap matanya. Sudah pasti dia makin horny sekarang. Hehehe. Sekali lagi dia menunjukkan wajah kagetnya melihatku melakukan itu.
"Emmh Cin, bisa dibuka aja ga resletingnya?" Ujarnya berharap.
"Telanjang dong gue? Gak gak, ntar lu malah nekat lagi kalo liat gue telanjang!" Kataku cepat menolak permintaannya.
"Yaudah, sedikit lagi dong turunin resletingnya. Ya ya ya?" Tawarnya dengan muka yang udah horny abis.
"Mau segimana sih?!" Kataku dengan nada keberatan tapi jariku sudah memegang kepala resleting dan menurunkannya lagi, melewati pusarku hingga hampir menunjukkan permukaan vaginaku. Jembut tipisku pasti sudah terlihat dari posisinya yang sedang berdiri.
“Udah ya segini aja.” kataku.
"Anjing emang! maneh seksi banget Cindy!!" Serunya. Tangannya bertambah cepat mengocok penisnya
"Anjing madep pisan Cin…. Kagok Cin, aing bisa liat jembut maneh, lepas aja lepas!" Emang dasar cowok, gak pernah puas.
"Kan, telanjang juga gue kalo gini caranya!" Dia hanya cengengesan mendengar ku protes. Tapi lagi-lagi aku mau saja mengikuti kemauannya. Jariku kembali menurunkan kepala resleting sampai akhirnya terlepas sudah resleting jaketnya, memperlihatkan bagian depan tubuhku. Pahaku kurapatkan supaya vaginaku terlindung, sambil tanganku juga menutupi bagian atas vaginaku dalam posisi duduk, sedangkan kedua puting payudaraku masih tertutup kedua sisi jaket yang menggantung di tubuhku.
"Wah anjiiiiinnnnggggg!!!! Seksi banget!!!!" katanya meracau sambil mempercepat kocokan penisnya. Siapa juga yang tahan liat gadis cantik putih mulus bunga sekolah berpose seperti ini, hihi..
“Gimana? Kamu suka kan?” kataku menggodanya dengan menggunakan aku-kamu supaya dia merasa lebih dekat denganku.
“Suka! Suka banget malah! uhhh..” erangnya. Aku balas dengan senyuman manis.
“Kamu udah sange banget ya pasti? Sampai keringatan gitu??” godaku lagi. Ku sekarang keringat di dahinya dengan satu tanganku.
“Kalau udah gak tahan, keluarin aja, aku pengen liat kamu ejakulasi hihi..” kataku dengan suara mendesah. Ku lihat wajahnya makin gak karuan, makin buruk saja dengan tampang sangenya itu. Tapi sepertinya dia masih berusaha untuk menahan spermanya. Kalo gini terus kapan aku pulang? Ah!
Kemudian aku mulai melepas jaket kulitnya, satu tanganku menurunkan bagian kanan jaketnya dari bahu kananku, kemudian dengan pelan sambil melindungi payudaraku ku lepas juga bagian kiri dengan cara yang sama. Jaketnya jatuh tersangkut ke toilet dibelakang punggungku. Kini aku benar-benar telanjang dihadapannya, tangan kananku menutupi kedua payudara ku sedang tangan kiri melindungi vaginaku.
"Kalau kaya gini kamu masih bisa tahan ga?? hihi.." godaku memperlihatkan tubuhku yang sudah polos di depannya, sambil agak bersender pada penampung air toilet. Kocokannya makin cepat.
“Oughh.. gak tahaaaan.. mau keluar Cin.. nghhhhh..” erangnya sambil melihat tubuhku yang sudah polos.
“Keluarin aja pejunya yang banyak ya...” ujarku seerotis mungkin. melihat ku yang kini duduk didepannya telanjang polos di hadapannya tapi masih ada bagian yang tidak bisa dia lihat membuatnya benar-benar sudah tidak tahan lagi. Tangan kanannya melepaskan penisnya lalu menarik tangan kananku, sehingga perlindungan terakhir dari payudaraku akhirnya terlepas. Matanya nanar melihat puting payudara ku yang berwarna coklat muda kemerah mudaan yang kini terpampang jelas. Tangan kirinya segera mengocok kembali penisnya dengan sangat cepat.
“Arrrrgghhhh… anjing!!!!....Croot…croot..crottt…” spermanya akhirnya menyemprot berkali-kali ke arahku, berhamburan mengotori paha mulusku. Sedikit lagi bahkan bisa mencapai payudaraku. Aku cukup terpana melihat ejakulasinya yang hebat, semprotan cukup jauh sampai ke paha bagian atasku. Pasti dia ejakulasi hebat karena habis onani dengan aku sebagai objeknya.
“Oughh… ngghhh….” Erangnya menikmati proses ejakulasinya itu. Lantai kamar mandi pun ikut belepotan spermanya yang kental.
“Enak gak? Hihi.. udah puas kan? Liat nih, aku sampai belepotan sama Peju kamu.” tanyaku pada Bara yang masih terlihat ngos-ngosan, mungkin merupakan onaninya yang paling nikmat sejauh ini. Sambil ku angkat sedikit pahaku, menunjukkan spermanya di pahaku.
“Enak banget gila.. makasih ya Cin, biasanya aku cuma bisa coli sambil ngebayangin kamu. Tapi kali ini malah langsung ditemenin kamu.. duh, beruntung banget..” ujarnya terbawa suasana sehingga pakai aku kamu juga, terdengar norak jadinya bukan romantis.
“Iya masamaa. udah kan? lu ambilin seragam gue lagi dong.. masa gue telanjang terus kaya gini?” aku segera menyadarkannya.
“Hehehe. gak papa atuh, lebih seksi kaya gini loh.” katanya.
" Maunya! Entar lu nafsu, bisa-bisa gue diperkosa sama lu!" kataku seraya menyilangkan tanganku ke payudaraku agar dia berhenti melihat payudaraku terus-menerus.
“Lah, kok lu gue lagi Cin, enakan aku kamu biar romantis!" Protesnya mendengar aku memanggil dia dengan lu gue lagi.
“Ye.. lu jangan geer gitu. Tadi kan biar lu ga kelamaan ngocok nya, biar gue juga cepet pulang ini! Hahaha" Kataku sambil menertawakan kepolosan nya.
“Hehe.. gak papa deh, makasih ya. Eh, boleh dong aing liat memek maneh Cin..” pintanya ngelunjak.
"Kan udah ngecrot lu teh barusan, ngapain juga ah!" Aku berusaha menolak keinginannya.
“Cuma pengen liat aja, penasaran pengen liat yang asli..” katanya lagi berharap aku mau.
“Hmm.. gimana yah.. lu ambilin dulu lah seragam gue. Ntar gue pikirin dulu sambil lu ambil” kataku padanya.
“Ya udah, aing ambilin seragam maneh dulu, mudah-udahan udah lumayan kering” Dia kemudian mengenakan kembali celananya. Meninggalkanku dengan keadaan bugil. Sialnya dia malah membiarkan saja ceceran spermanya di pahaku, terpaksa aku yang harus membersihkannya karena ga mungkin juga dia bersihin, yang ada malah horny lagi dia. Dengan bidet ku guyur pahaku, menyingkirkan ceceran spermanya hingga bersih. Cukup lama juga aku disini menunggunya. Aku cukup takut kalau dia meninggalkanku disini membawa kabur pakaianku. Belum lagi sekarang udah makin sore, bisa-bisa keburu gerbang sekolah di kunciin. Tapi akhirnya dia datang juga sambil membawa seragamku.
“Kemana aja sih lu? Lama amat..” kataku sambil berusaha mengambil seragamku dari tangannya.
“Eitt.. liat dulu! hehe..” ujarnya mesum.
“Nghhh… iya-iya..” aku pun membuka tanganku dan memperlihatkannya vaginaku yang mulus dengan jembut tipis. Mungkin dia adalah cowok di sekolah yang paling beruntung karena jadi yang pertama melihat vaginaku.
“Puas? Udah ya!?” kataku sambil menutupinya lagi dengan tanganku lima detik kemudian.
“Ah elah... bentar amat sih.. lagi dong..jangan pelit-pelit Cin..” pintanya.
“Gak mau.. udah cukup, ntar lu makin ngelunjak..” tolakku padanya. Tapi dasar bandel, dianya gak mau buang kesempatan.
“Buka dong ayo sebentar lagi aja, ya ya ya
..” katanya menggenggam tanganku berusaha menariknya agar tidak menutupi vaginaku.
“Ah.. rese lu, iyaaa… kali ini aja gue kasih” akhirnya aku membiarkan saja tangannya menarik lenganku sehingga kini vaginaku kembali terpampang bebas.
“Jangan lama-lama.. malu gue juga!” kataku yang walaupun malu tapi merasa sensasi nikmat juga diperhatikan gini.
" Ga keliatan Cin, ngangkang dikit dong." Kubuka pahaku, agar dia bisa melihat lebih jelas.
"Anjir, ternyata aslinya lebih mantep ya, imut banget Cin, ga kaya yang dibokep udah pada melar! Yang ini pasti lebih enak! Merah mudah lagi!" Komentarnya sambil mengamati lekat-lekat vaginaku.
“Enak ngapain? Dasar porno..” kataku menutup kembali pahaku dan menutupi bagian atas vaginaku dengan tangan. Namun dia kembali menarik tanganku.
“Udahan..” kataku manja sambil masih tertawa sambil menutup lagi vaginaku.
“Belum..” katanya juga tertawa menarik lagi tanganku. Kami tertawa karena ulah kami ini. Kami lakukan beberapa kali hingga akhirnya aku kecapekan sendiri.
“Duh, kayanya aing tegang lagi nih.. boleh coliin aing ga?..” pintanya.
“Nah kan! Kata gue juga apa, ngelunjak kan jadinya!" Aku memasang tampang marah dan menggembungkan pipiku.
“Yah.. nanggung nih.. pliss boleh yah..” katanya memelas.
“Hmm.. besok-besok aja deh ya.. hari ini cukup, ntar gue kasih lebih deh dari yang tadi.. oke?” kataku memberi angan. Kalau diterusin bisa sampai jam berapa pula ini.
“Huuh.. iya deh.. tanggung padahal. Gue tunggu besok jam yang sama ya?”
"Iya-iya..bawel amat jadi cowok.” jawabku asal agar cepat menyudahi rengekan Bara, sambil mengenakan seragamku lengkap. Masih agak lembab terasa, namun ku biarkan saja.
“Makasih yah Cin.. muach..” katanya lalu mencium bibir ku kemudian lari kabur duluan.
“Rese lu!” kataku pura-pura kesal.

Akhirnya aku pulang tidak lama kemudian, saat melewati lantai 1 dekat ruang guru aku berpapasan dengan pak Trisno. Ku lihat ada Bara dalam ruang guru, menunduk, sepertinya habis dimarahi. Mata pak Trisno melihatku dengan tatapan yang tidak dapat ku mengerti.
--
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd