Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Innocent Seductress

Sambil berlibur, sedikit sajian untuk dibaca para suhu sekalian.

Selina Side Story 2
How to Train Your Daughter Part 2



Saking seringnya aku tidak melayani nafsunya, membuat suamiku sekarang menjadi lebih memanjakan anak-anaknya, baik Cindy, terlebih pada Jevelyn. Kegiatan dia beronani sendiri juga sering dia lakukan tanpa persetujuanku, akibatnya hampir tiap malam tubuh dan wajah Jevelyn semakin sering bersimbah sperma papahnya sendiri. Suatu waktu Jevelyn mengeluh, katanya badan dia sering lengket kalau habis tidur dengan kami, padahal malamnya cuaca tidak panas. Suamiku hanya bilang bahwa dia bakal lebih hati-hati. Dia bilang bahwa dia akan berhati-hati! Bukan berhenti beronani, atau memaksaku untuk melayani nafsunya. Artinya kini suamiku memang sengaja ingin terus melakukannya pada Velyn! Dan benar saja, dia tetap beronani pada tubuh Velyn, dan memuntahkan spermanya pada wajah Velyn. Aku semakin yakin kalau suamiku makin tertarik dan bernafsu pada anak gadis kami Jevelyn.


Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan terjatuh juga. Suatu malam akhirnya terjadi juga apa yang aku wanti-wanti. Velyn bangun saat wajahnya di semprot Peju oleh papahnya sendiri.

Crttt!!...crttttt!!...crttttt!!!

"Ihh!!!! Papaaaah…mmhhhhh!!!! Uhuk uhuk!? Cuh cuh!.. apaan ini!!" Velyn berteriak cukup histeris. Velyn bangun tepat saat suamiku berejakulasi diwajahnya, bahkan saat berteriak, cukup banyak sperma yang muncrat memasuki mulutnya. Suamiku yang kaget tidak sempat mengalihkan penisnya dari wajah cantik Velyn, justru malah terdiam dan menembakkan spermanya pada wajah Velyn sampai selesai.

"Masa aku dipipisin sih papah!!" Suara Velyn bergetar menahan tangis. Segera dia berlari ke kamar mandi dalam kamar kami untuk membasuh mukanya dan berkumur. Begitu keluar kamar mandi, dia terlihat ngambek. Langkahnya cepat meninggalkan kamar kami. Kami berdua hanya terdiam melihatnya pergi.

"Nah kan, kejadian juga. Aku udah bilang papah hati-hati." Ujarku serius. Kulihat suamiku mati kutu, serba salah. Aku berpura-pura menyesali kejadian yang baru terjadi itu, padahal hatiku sangat amat senang, akhirnya Velyn tahu apa yang sering papahnya lakukan di malam hari sehingga tubuhnya terasa lengket di pagi hari. Kita lihat apa yang akan terjadi!


—----


Besoknya Velyn masih terlihat ngambek. Pagi-pagi dia minta dianterin mamahnya, siang saat pulang sekolah juga dia minta aku, mamahnya, untuk menjemputnya. Suamiku di silent treatment oleh anaknya sendiri. Hihihi. Sore hari saat Velyn sedang belajar bersama Adiknya, aku memyuruh suamiku untuk ngobrol dengan Velyn tentang kejadian semalam agar tidak terus ngambek.

"Mamah gamau nemenin papah? Sendirian nih papah?" Kata suamiku agak takut dan bingung.

"Yang ngocok papah, yang nyemprot muka Velyn pakai sperma ya papah juga, yang NYUAPIN SPERMA ya papahnya juga, jadi ya udah seharusnya papah yang ngobrol sendiri dong sama Velyn."

"Kan gara-gara mamah juga ini…" jawab suamiku putus asa.

"Kamu yang berbuat, kamu juga dong yang tanggung jawab, mamah atur Cindy aja biar papah sama Velyn bisa ngobrol berdua." Aku tetap pada pendirian ku. Pastinya itu cuma alasan saja biar merek tetap berduaan dengan bebas, aku juga penasaran, bagaimana suamiku menyelesaikan masalah ini. Hehehe.


"Cindy, kamu belajar apa sayang?"

"Ini mah, perkalian sama pembagian pecahan."

"Ayok sama mamah aja ya, papah mau ngobrol sama Ci Velyn. Kita belajar dikamar kamu ya." Aku pun mengajak Cindy untuk masuk ke kamarnya sendiri. Memberi ruang pada suamiku dan Velyn untuk ngobrol. Baru 30 menit ku ajari, Cindy sudah mengerti, dan dia sudah mengantuk, jadi sekalian aku kutidurkan.

Setelah tidur, dengan cepat aku menuju kamar Velyn untuk menguping apa yang sedang mereka bicarakan. Lama ku tunggu sampai akhirnya suamiku membuka suara.

"Mmh.. Velyn masih marah sama papah?" Tanya suamiku.

"Papah pikir??" Jawab Velyn ketus.

"Siapa yang gak marah kalau mukanya di pipisin coba?!!" Suara Velyn terdengar cukup keras.

"Iiii…itu bukan pipis sayang…" suamiku terdengar ragu-ragu.

"Kalo bukan pipis, apa dong Pah?" Terdengar nada bertanya dari jawaban Velyn.

"Emmmhh, itu…itu..namanya Peju sayang.." ujar suamiku menjelaskan.

"Peju?? Sama aja kan kaya dipipisin itu, sama-sama keluar dari punya papah! Masa muka Velyn di kasih Peju papah!"

"Beda Velyn, Peju itu sperma.. iya papah minta maaf papah udah bikin muka Velyn kotor sama Peju papah. Soalnya papah nafsu sama Velyn!" Duarrr!!!!! Suamiku mengaku pada anaknya sendiri kalau dia bernafsu!

"Nafsu Pah?" Tanya Velyn menyelidik.

"Iya, soalnya tertarik sama kamu Velyn!" Suamiku menekankan jawabannya.

"Tertarik sama Velyn? Maksudnya papah suka sama Velyn?" Suara Velyn kini lebih lembut.

"Iya tertarik, soalnya papah cinta sama Velyn!" Sebuah pengakuan fantastis dari mulut papahnya sendiri membuat Velyn terdiam cukup lama.

"Jadi papah cinta Velyn, terus nafsu, terus karena nafsu papah ngasih muka aku Peju papah, gitu Pah??" Velyn menyimpulkan sendiri penjelasan papahnya.

"Iya kurang lebih gitu sayang. Maafin papah yah.." Suamiku dengan cepat mengiyakan kesimpulan Velyn. Suamiku cari aman.

"Iya papah, aku maafin, Velyn paham." Ujar Velyn dengan nada riang. Ya ampun, Velyn sepertinya salah memahami persoalan ini!

"Ehh…iii…iyaa sayang. Makasih sayang.." suamiku terbata-bata, cukup kaget Velyn memaafkan dirinya dengan cepat.

"Iya sama-sama papah hihihi. Emang apa yang bikin papah nafsu sama Velyn?" Kini anakku malah menanyai papahnya.

"Aaa..aa..anu, kamu cantik kaya mamah kamu soalnya, kulit kamu juga mulus sayang, ditambah kamu ngegemesin banget pake baju-baju yang mamah beliin. Jadi papah nafsu sama Velyn.." Suamiku cukup lancar ditembak pertanyaan yang harusnya tidak pernah terlontar dari anak gadisnya sendiri.

"Berarti sekarang papah nafsu dong sama Velyn?" Ujar Velyn terdengar bahagia, menganggap bahwa apa yang dikatakan papahnya tadi adalah sebuah pujian.

Kulihat dari celah pintu, Velyn terlihat bahagia dan sedang berdiri berpose didepan papahnya sendiri. Saat ini Velyn memakai spaghetti strap-cropped tanktop, atau simpelnya tanktop mini bertali tipis berwarna biru muda tanpa bra dan celana gemes Korea senada.

"Ii..iyaa nafsu" suamiku menjawab singkat.

"Kalo gitu papah boleh ngasih pejunya ke Velyn lagi. Velyn ga bakal ngambek lagi kok." Kata Velyn sambil tersenyum manis pada papahnya. Ya ampun, darahku berdesir mendengar apa yang dikatakan oleh anakku! Sebuah pernyataan kesediaan seorang anak untuk disemprot Peju oleh papahnya sendiri secara sukarela!


"Heeeh?? Ka…kamu serius sayang!? Papah ga salah denger??" Suamiku tidak percaya mendengar perkataan anaknya sendiri.

"Iya, papah boleeehhhh ngasih Peju ke aku lagi." Ujarnya manja.

"Kan itu tanda papah suka n cinta sama Velyn.. mmhhh… kalo mau sekarang juga boleh." Velyn menawarkan pada suamiku bahwa dia mau dipejuin sekarang juga!

"T…ta…tapi kan.. itu tuh…." Suamiku terlihat bingung menjawab sebuah tawaran menggiurkan dari anak gadisnya sendiri. "Ayo Antoni, apa yang mau kau katakan pada anakmu itu Antoni! Anak gadismu sendiri meminta mu untuk menyemprot sperma mu ke tubuhnya. Itu kan mau kamu Antoni?!" Aku berkata dalam hatiku, dadaku berdegup kencang menanti jawaban Antoni, suamiku.

"Kenapa Pah?" Tanya Velyn, melihat suamiku seperti gelisah.

"Papah mau! Papah mau banget ngasih Peju papah ke Velyn, tapi jangan sekarang ya, ntar mamah tau.." jawab suamiku menyetujui dengan bersemangat! Tapi suaranya kecil takut terdengar olehku.

"Emang mamah ga boleh tau Pah?" Velyn terlihat bingung.

"Iya, kamu jangan kasih tau mamah ya, nanti mamah cemburu cintanya papah kebagi sama Velyn. Jangan sampe mamah tau obrolan kita berdua ya. Bilang aja Velyn udah maafin papah ya." Jawab suamiku yang sudah hitam matanya oleh nafsu birahi.

"Oh gitu Pah? Mamah ntar cemburu ya sama aku kalo papah cinta aku juga? Hihihi lucu yah papah ma mamah! Tenang Pah, mamah ga bakal tau kalo papah cinta sampe nafsu sama Velyn!"

"Iya dong, pinter anak papah satu ini." Suamiku puas mendengar jawaban Jevelyn.


Aneh tapi ini terjadi, aku yang membuat mereka jadi seperti ini, tapi mereka juga berusaha menyembunyikan hal ini dariku! Tapi aku juga mengetahui hal ini. Ah makin aneh aja ini yang terjadi pada keluargaku.

"Terus kapan papah mau ngasih aku Peju lagi?" Velyn masih menuntut untuk tau kapan dia akan dipejuin oleh papahnya lagi.

"Nanti malem aja ya, papah nanti nunggu mamah tidur dulu, baru papah ke kamar Velyn. Gapapa kan sayang?" Suamiku memastikan kesediaan Velyn.

"Wah jadi bisa tiap malem dong Velyn di kasih Peju papah." Velyn balik bertanya.

"Iya hehe, gapapa kan beneran Velyn nya?" Suamiku memastikan.

"Bentar Pah, berarti kulit Velyn lengket- lengket kalo abis tidur bareng tuh ulahnya papah?! Gitu toh cara mainnya…" akhirnya Velyn sadar penyebab dia bangun dalam keadaan lengket setiap tidur bareng kami. Suamiku hanya tertawa sambil menggaruk kepalanya yang jelas tidak gatal.

"Nanti ga usah diem-diem Pah, pokoknya nanti malem masuk aja ke kamar, gakan Velyn kunci. Velyn bantu papah malah kalo butuh pah!" Kembali Velyn meyakinkan papahnya yang dibalas anggukan oleh suamiku. Sepertinya aku sudah cukup mendengar obrolan mereka, dengan hati-hati aku menutup pintu kamar Velyn dan setengah berlari menuju kamarku untuk berbaring, berpura-pura bersiap tidur. Tidak lama suamiku pun masuk ke kamar dengan wajah berseri-seri.

"Lama banget Pah ngobrolnya? Velyn marah ga ke papah?" Aku pura-pura tidak tahu menahu soal obrolan mereka tadi.

"Iya mah lama, soalnya aku jelasin Velyn kronologinya kenapa bisa kejadian semalem. Untungnya Velyn ngerti dan ga ngambek lagi." Suamiku jelas berbohong.

"Ya syukurlah Pah, awas jangan diulangi lagi." Kataku singkat.

"Udah yah, mamah mau bobo, ngantuk, papah ga usah minta jatah ya malem ini. Capek mamah nganter jemput Cindy sama Velyn. Gara-gara papah juga ini." Rentetku sambil menarik selimut untuk berpura-pura tidur.

"Iya mah iya, papah ga minta kok. hihihi" jawab suamiku mendengar omelanku. Ku dengar sedikit ia tertawa kecil diakhir kalimatnya. Aku tentu tau apa arti tawa kecilnya itu, jelas suamiku akan menyemprot anak gadisnya dengan spermanya malam ini! Aku jadi tidak sabar menunggu untuk segera tengah malam.


Benar saja, tengah malam setelah dia yakin aku tidur dengan memanggil dan mengguncang-guncangkan bahuku, dia segera bangkit dari ranjang dan mengendap-endap meninggalkan kamar menuju kamar Velyn. Setelah kupastikan suamiku sudah masuk ke kamar Velyn, aku pun segera menyusul suamiku, ku intip mereka melalui celah pintu yang kubuka sedikit. Sayup-sayup ku dengar suamiku mencoba membangunkan Velyn dari tidurnya.

"Velyn sayang, bangun nak.." katanya sambil mengusap pipi mulus Velyn.

"Ngggghhh…..eh papah, mau ngasih Peju sekarang?" Tanya Velyn.

"Pssssttttttttt!!!... Pelan-pelan ngomongnya, takut Cindy sama mamah bangun!" Suamiku segera menahan bibir Velyn dengan jarinya.

"Ee...eeh iya Pah lupa, hihihi. Papah mau ngasih Peju sekarang?" Kembali Vely menanyakan maksud papahnya tengah malam masuk ke kamarnya, kali ini dengan berbisik.

"Iya dong, malem ini papah mau ngasih Peju ke anak gadis papah yang paling cantik! Boleh kan?" Suamiku membalas dengan berbisik juga.

"Boleh banget dong Pah!" Anakku menyetujuinya. Dari sela-sela pintu dapat ku lihat suamiku kini bergerak naik ke atas ranjang, berlutut disamping Velyn yang masih berbaring. Suamiku lalu menurunkan kolor piyamanya. Dengan bersemangat ia mengocok penisnya sendiri disaksikan oleh anak gadisnya sendiri! Dengan polos, Velyn hanya diam berbaring di ranjangnya, matanya memperhatikan bagaimana papahnya mengocok penisnya. Mungkin dia bingung juga harus bagaimana menghadapi pemandangan yang baru dilihatnya seumur hidup nya. Setelah beberapa menit mengocok penisnya sendiri sepertinya suamiku akan mengalami ejakulasi, kocoknnya makin cepat dan badannya bergetar-getar.

"Papah kenapa?" Velyn bertanya dengan polos.

"Peju papah mau keluar nih… arrrghhhh…mau keluarin dimana ini paeju papah?' suamiku menjawab sambil menahan agar spermanya tidak cepat keluar.
"Terserah papah dimana papah suka aja." Velyn menjawab dengan lembut dan tersenyum manis. Segera setelah mendengar jawaban itu, suamiku bergerak mengangkangi dada anaknya sendiri, sehingga kini penisnya tepat berada di atas dagu Velyn, sudah pasti di akan membukkake anak gadisnya lagi. Kini Velyn dapat melihat jelas penis dan proses bagaimana Peju dikeluarkan oleh laki-laki.

"Sayang, bentar lagi papah keluarin pejunya…. arrrgghh….." suamiku kini cepat mengocok dan mendengus-dengud keras.

"Keluarin aja Pah…." Velyn sudah pasrah.

"Velyn sayang……arrrgghh…..crot…crottt….crottt….!!!!"

Terlihat suamiku menyemprotkan sperma dengan kencang ke arah wajah cantik Velyn lagi. Bedanya kali ini Velyn melihat dengan jelas penis dan proses bagaimana Peju kental keluar dari penis papahnya sendiri, Peju yang membuat badannya lengket itu! Pemandangan yang sungguh membuatku tercengang-cengang, membuat jantungku seperti mau pecah karena berdegup sangat kencang.

Saat suamiku menyemprotkan pejunya pertama kali, Velyn cukup kaget karena kencangnya semprotan Peju papahnya yang mencapai dahi dan rambutnya. Semprotan kedua dan ketiga mengenai kelopak mata yang sudah tertutup rapat karena kaget oleh semprotan yang pertama. Sisanya jatuh di bibir dan dagu Velyn. Perlahan Velyn membuka matanya setelah dirasa tidak ada lagi semprotan-semprotan Peju yang menerpa wajah cantiknya.


"Ihh papah banyak banget keluarnya, geli banget, bau aneh lagi.." ujar Velyn pelan sambil mengelap Peju yang bersarang di kelopak mata dan bibirnya dengan punggung tangannya.

"Maafin papah yah Sayang." Ujar suamiku risau melihat muka anak gadis yang bersimbah pejunya sendiri.

"Hihihi gapapa kok Pah, pasti ini karena papah nafsu banget sama Velyn kan saking sayang n cintanya?!" Velyn tertawa kecil sambil tetap berusaha membersihkan sperma dengan kedua tangannya.

"Iya…. Sini papah bantu bersihin muka Velyn." Suamiku menawarkan bantuan dan segera mengambil tisu untuk membersihkan ceceran sperma di muka Velyn.

"Papah pernah pejuin muka mamah juga gak?" Tanya Velyn sambil tetap membiarkan papahnya membersihkan Peju dimukanya.

"Pernah dong sayang, kan papah cinta mamah juga." Jawab suamiku.

"Mmmhhhh iya yah, kalo Cindy pernah?" Velyn lanjut bertanya.

"Eh oh, belum sih…emmh mungkin nanti…. Kenapa Velyn tiba-tiba nanya gitu?" Suamiku terlihat bingung menjawabnya, dan mengalihkan topik dengan balik bertanya.

"Penasaran aja Pah.. papah suka mana, pejuin muka mamah atau Velyn?" Tanya Velyn penasaran.

"Velyn dong, soalnya Velyn kan anak gadis papah yang paling cantik." Jawab suamiku.

"Cindy ga cantik Pah?" Tukas Velyn.

"Kan Velyn masih anak kecil, belum jadi gadis kaya Velyn." Suamiku dengan pintar berkelit.

"Oh iya ya.. hihihi. Terus aku mamah sama Cindy cantikan siapa?" Velyn masih saja butuh pengakuan dari papahnya.

"Cantik Velyn, pokoknya saking cantiknya bikin papah cinta sama Velyn!" Seru suamiku membuat Velyn tertawa-tawa riang.

"Saking cintanya sampe nafsu ya Pah? Hihihi makasih ya Pah…." Velyn kembali tersenyum manis.

"Iya sayang, muah… sama-sama sayang. Papah makasih juga ya, soalnya Velyn ngertiin papah. Eh udah malem banget ini, Velyn bobo ya, takut besok kesiangan bangunnya. Kan mesti sekolah besok pagi." Kata suamiku melihat Velyn yang sudah mulai menguap.

"Okeh Pah! Met bobo." Kemudian mereka berpelukan.

Batinku seperti dibolak-balik mendengar pertanyaan-pertanyaan polos Jevelyn pada papahnya dan mungkin papahnya menjawab dengan jawaban yang ingin Velyn dengar. Tapi rasa cemburu akibat dibanding-bandingkan oleh putriku sendiri ternyata membuat hatiku rasanya terbakar, tapi memang inilah yang aku ingin rasakan.

—-------

Setelah malam itu, mereka menjadi terlihat lebih sering bersama untuk mengulangi apa yang mereka lakukan sebelumnya. Sepertinya setiap sudut tubuh molek Velyn sudah pernah terbasahi Peju papahnya dengan kesediaan Velyn sendiri. Bahkan di siang hari mereka sudah berani melakukan secara diam-diam di belakang ku.

Awalnya aku tidak tahu, tapi kemudian aku pernah memergoki mereka berdua sedang melakukannya saat Velyn masih menggunakan seragamnya olahraganya yang berupa kaus putih dan celana training pendek yang mempertontonkan paha mulusnya.

"Velyn, kamu cantik banget pakai seragam olahraga ini sayang." Kata suamiku sambil tersenyum penuh arti ke arah anak gadisnya sendiri.

"Kenapa Pah? Pengen pejuin aku sambil pake seragam ini?" Tanya Velyn blak-blakan.

"Emang gapapa? ntar mamah tau gimana?" Tanya suamiku seperti takut-takut tapi tangannya bergerak menurunkan celananya.

"Gapapa kok kalo papah emang mau…" kembali Velyn mengijinkan papahnya untuk menyemprotkan Peju dalam kondisi berseragam olahraga. Dengan cepat suamiku mengeluarkan penisnya dari celana dalamnya sendiri lalu mulai mengocok didepan Velyn, sedangkan Velyn sendiri kemudian duduk bersimpuh didepan papahnya. Caranya duduk membuat celana pendeknya makin tertarik dan paha putih mulusnya terekspos lebih banyak. Mata mereka bertemu dan Velyn memberikan senyumannya yang paling manis untuk papahnya yang sedang mengocok penisnya didepan mukanya.


Setelah sekian lama onani, akhirnya suamiku berejakulasi dengan hebat, pejunya menyemprot membasahi rambut, muka, baju, celana dan paha Velyn.

"Gimana Pah suka? Liat nih, seragam Velyn sampe kotor gini kena Peju papah. Hihihi." Dengan senang hati Velyn menerima kalau baju seragamnya dikotori Peju papahnya.

"Suka banget sayang! Udah, Velyn bersih-bersih terus ganti baju ya, takut ketahuan mamah!" Kata suamiku sambil terhuyung duduk menikmati sisa ejakulasinya.

"Iya Pah, eh Pah, mamah kan mau anterin Cindy Les, papah boleh bebas milih mau pejuin Velyn pakai baju apa aja." Ucap Velyn menawarkan sebuah opsi yang tidak mungkin ditolak oleh papahnya sendiri.

"Oke deh, kita tunggu mamah pergi ya." Suamiku mengiyakan tawaran Velyn. Setelah aku pulang dari mengantar Cindy les, benar saja, kutemukan seragam olahraga serta seragam kemeja putih dan kaus kaki putih panjang yang terbasahi sperma ditempat baju kotor.


Semakin sering aku membuat kesempatan mereka untuk berduaan saja, semakin menjadi-jadi kelakuan mereka. Rasa cemburu dan marah yang menyatu dengan birahi membuatku serasa terpuaskan. Bila ada kesempatan kami untuk bersetubuh, maka aku bisa mendapatkan kepuasan berkali kali lipat dengan membayangkan apa yang suami dan anakku lakukan dibelakangku. Suamiku juga jadi lebih ganas di ranjang, dan aku yakin dia sedang membayangkan bersetubuh dengan anak gadisnya, bukan aku istrinya sendiri. Pernah suatu kali, kulihat ada sedikit Peju yang tertinggal rambut Velyn dan setelah ku perhatikan lebih seksama, ternyata di sudut bibirnya juga ada sedikit sperma yang tertinggal. Astaga! Apakah suamiku sudah cukup jauh sampai menyemprotkan pejunya ke dalam mulut Velyn? Tapi rasa penasaranku langsung terjawab saat ku cium aroma Peju dari nafas putriku. Aku berusaha untuk tidak menunjukkan kecurigaanku, bahkan aku bantu Velyn membersihkan Peju yang menempel di sudut bibirnya.


"Velyn kan udah gede, masa makan belepotan begini. Kan malu kalo orang liat sayang.." kataku sambil bercanda.

"Hihihi iya mah, papah sih! Eh!?" Seru Velyn keceplosan.

"Papah kenapa sayang?" Tanyaku sekalem mungkin.

"Enggak mah, tadi papah ngasih aku eskrim." Jawab Velyn membohongiku. Aku hanya tersenyum dan mengusap keningnya mendengar jawabannya.

"Papah baik banget ya?! Mamah sama Cindy aja ga dapet eskrim dari papah loh!? Pasti Velyn seneng banget ya?" Kataku sedikit menyudutkannya.

"Iya mah seneng banget, ntar aku bilang papah biar mamah sama Cindy dikasih eskrim juga, biar kita makan eskrim papah bareng ya!" Jawab Velyn. Sebuah obrolan yang ganjil terjadi, objeknya sama yaitu penis dan Peju Antoni, suamiku dan papahnya, tapi kami saling berpura-pura bukan itu! Dugaanku semakin terbukti saat beberapa hari berikutnya, sepulang sekolah di dapur kulihat suamiku berdiri, dan didepannya ku lihat Velyn sedang menerima Peju dimulutnya!

"Papah..hanyak hanget pejunya…" suara Velyn terdengar tidak jelas karena sambil mengulum Peju papahnya.

"Mana coba liat, aaaaa.." suamiku ingin melihat mulut Velyn yang menampung pejunya, lalu setelah melihatnya, dia menekan rahang Velyn.

"Ditelen semua ya sayang, buat tambahan protein biar Velyn tambah pinter." Suamiku menyuruh anaknya sendiri untuk menelan bakal calon adik-adiknya!

"Glek….glek….ah…aaaaaaa, aku telen semua tuh pah." Velyn membuktikan dengan membuka mulutnya, mengangkat dan memutar lidahnya untuk memastikan tidak ada sperma yang tersisa dimulutnya. Aku semakin bernafsu membayangkan bahwa kini Velyn sudah menjadi tempat pembuangan Peju papahnya sendiri. Tidak lagi di pakaian dan tubuhnya, bahkan sekarang mulutnya menjadi tempat pembuangan Peju favorit papahnya.


Tapi rasanya ini belum cukup, tujuan utamaku adalah membuat suamiku dan anaknya bersetubuh, aku ingin mereka saling menikmati kelamin masing-masing, bertukar dan menggabungkan cairan tubuh mereka berdua. Aku sudah 2 bulan tidak mau diajak bersenggama oleh suamiku, tapi suamiku sepertinya tidak ada masalah dengan hal tersebut. Apa jangan-jangan Velyn dan suamiku sudah bersetubuh?? Malam hari aku mendapati Velyn dan Cindy sedang nonton tv bersama, lalu suamiku ikut bergabung. Velyn sekarang sedang memakai piyama satin berjenis terusan yang cukup pendek. Lalu Velyn meminta ayahnya untuk memangku nya, sambil celingukan suamiku dengan cepat mengeluarkan penisnya dan menyelipkan dengan cepat dibalik piyama Velyn, rapih sekali permainan mereka sampai Cindy yang duduk disampingnya tidak menyadari bahwa kini penis papahnya sudah beradu dengan vagina cicinya sendiri.

"Papah ngapain sih?" Tanya Cindy melihat ayahnya tidak bisa diam. Apa yang sebenarnya dilakukan papahnya adalah dia sedang menggesek-gesekkan penisnya pada vagina Velyn.

"Ehh, enggak ini Cici kamu tambah berat, mana minta pangku papah lagi." Ujar suamiku.

"Hihihi, Cindy juga mau dipangku papah? Sini dipangku Cici aja!" Velyn menawarkan pahanya untuk diduduki Cindy dengan menepuk-nepuk pahanya. Cindy hanya melengos menolak tawaran cicinya. Ku lihat Velyn ikut menikmati permainan papahnya dengan menggerakkan pinggulnya maju mundur.

"Fara, Cindy udah malem, ayo tidur!" Dengan tiba-tiba aku masuk ke ruang tv mengagetkan mereka semua, terutama Velyn dan suamiku yang sedang bermesum ria.

"Iya mah bentar lagi." jawab mereka kompak.

"Ayo Cindy, tidur bareng mamah aja, kita manja-manjaan biar ga kalah sama Cici dan papah!" Aku mengajak Cindy tidur bersama, menciptakan kesempatan mereka untuk tidur berduaan secara bebas.

"Eh, papah tidur sama Velyn dikamarnya?" Tanya suamiku sedikit tidak percaya.

"Kenapa? Velynnya gamau? Ntar mamah juga tidur di kamar Cindy." Aku menjawabnya.

"Dih mamah, Velyn mau kok bobo sama papah!" Velyn tidak terima dibilang menolak tidur bareng papahnya.

"Yaudah sana tidur, mamah sama Cindy juga mau tidur." Kataku sambil beranjak ke kamar Cindy. Kamar mereka saling berseberangan, tapi kamar Velyn punya akses langsung ke balkon utama rumah kami, dan dari situlah aku biasa mengintip mereka. Saat ku menidurkan Cindy, ku dengar mereka ketawa-ketiwi dan terdengar sampai ke kamar Cindy. Aku lalu beranjak untuk mengingatkan kalau suara mereka terlalu kencang.

Tok tok tok.. "Velyn ayo tidur, jangan nakal, kasian papah juga ntar ga bisa tidur itu." Aku menasihati nya.

"Mana ada, yang nakal papah nih mah! Hihihi" jawab Velyn sambil cekikikan.

"Ssstt…udah ah mamah mau bobo sama Cindy, met malem!" Kataku sambil berpura-pura pergi, tapi sebenarnya tetap menguping di balik pintu kamar Velyn. Aku tidak lagi mendengar suara mereka tertawa-tawa, berganti dengan suara gesekan badan dan ranjang diselingi suara derak ranjang.

"Geli Pah, hihi jangan digituin dong!" Terdengar jelas suara Velyn.

"Heh..Ssssstttt jangan kenceng-kenceng, ntar mamah sama Cindy denger." Protes suamiku.

"Eh iya, lagian papah sih, puting aku pake di puntir-puntir, kan geli banget Pah!" Rajuk Velyn dengan manja.

"Papah gemes soalnya." Jawab suamiku lirih.

"Papah ih! Gantian aku puntir-puntir burung papah loh biar Peju papah cepet keluar." Ujar Velyn tidak mau kalah.

"Eh eh nakal yah, kan tadi kata mamah juga jangan nakal." Kata suamiku.

"Kan mamah gatau Pah, berarti gapapa." Ujar Velyn mulai nekat.

"Berarti kamu mau nakal-nakalan sekarang nih?" Tanya suamiku.

"Aku sih mau, emang papah gamau?" Dengan tengil Velyn menggoda papahnya.

"Nantangin papah ceritanya? Oke gaskeun!" Kata suamiku bersemangat.

Segera aku bergerak tanpa suara menuju balkon untuk melihat apa yang mereka lakukan. Dari balik gorden dapat ku lihat mereka sedang berdiri dengan posisi suamiku dibelakang Velyn sudah tanpa busana!

"Papah ngapain? Ih ih geli Pah, hihihi masa burungnya diselipin disitu? Hihihi" ujar Velyn kegelian melihat apa yang dilakukan oleh papahnya.

"Iya sayang, papah mau ngocok pake sela-sela paha Velyn." Jawab suamiku.

Kini yang terdengar hanya suara tertahan dari erangan suamiku dan desahan Velyn. Akhirnya ku dengar suamiku melenguh panjang, ku lihat badannya bergetar-getar menyemprotkan pejunya. Kulihat samar-samar pejunya berceceran di kaki, paha, betis dan karpet kamar Velyn. Setelah itu suamiku duduk dan berbaring di ranjang Velyn, disusul Velyn tidur memeluk papahnya dengan tanpa baju.
 
Yg pas cerita Evelyn n papa nya sama persis kaya cerita jadul yah..beda nya di sini ada Cindy aja klo yg dlu anak nya tunggal..ini penulis yg sama kah atau terinspirasi aja..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd