Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Istri yang Tak Setia (rewrite)

Bimabet
Ayo lanjuti ....!!!
Sedikit masukan, kalau kita ada niat apapun harus dilakukan tuntas tidak setengah-setegah apapun alasan dan hambatan harus tuntas, kalau tidak jangan berkarya mengarang lagi, ambil karya lain yang menurut anda berguna bagi anda dan orang lain.
 
Bimabet
Selamat siang suhu-suhu semprot semua, gak nyangka ternyata yang nunggu banyak juga..
:((:((:((:((

Jadi terharu ane, beberapa pesan dari temen-temen pembaca yang meminta agar diteruskan juga ada beberapa yang belum bisa saya baca, mumpung agak longgar ini ane coba lanjutkan perjalanan kisah Devi, semoga bisa menghibur dan memuaskan hasrat dari para suhu-suhu pembaca setia thread ini..
:ampun::ampun::ampun::ampun::ampun::ampun::ampun:
Hormat sungkem untuk suhu-suhu pembaca semua..

Beberapa hari berikutnya ketika selesai bersiap untuk pergi ke kantor, Devi melihat Toni sudah bersama dengan Pak Topo melihat-lihat bagian kamar yang akan direhab.

“loh mas sudah mulai dikerjakan, kapan rencananya???”, tanya Devi sambil mengampiri suaminya.

“eh cantik udah bangun.. rencana sih mulai besok, ini Pak Topo aku ajak lihat-lihat dulu kamr yang nanti mau d rehab”, kata Toni menjelaskan

“Pagi bu Devi”, sapa Pak Topo, tampak wajah Pak Topo dengan senyumnya yang penuh nafsu menatap tubuh Devi dengan tajam, Devi yang menyadarinya segera berpamitan kepada Toni dan segera bergegas menuju kantor.

Sesampainya di kantor Devi segera menuju ke meja kerjanya, tak berselang lama Ratih datang mengetuk pintu ruangan Devi.

*Tok tok tok, “pagi bu Devi..”, sapa Ratih dari balik pintu

Devi segera mempersilahkan Ratih masuk ke ruang kerjanya, di dalam Ratih menyerahkan beberapa berkas kepada Devi dan menyampaikan pesan dari atasanya Pak Dimas agar Devi segera menemuinya sambil membawa hasil koreksi berkas yang diserahkan Ratih padanya.

Devi tahu betul, bahwa sebenarnya tujuan dari atasannya meminta Devi untuk menemuinya tak lain pasti lah tentang SEX, padahal baru beberapa hari lalu Pak Dimas dan juga koleganya Dokter Herman telah menyetubuhinya dengan ganas. Meskipun dia menyadari itu adalah perbuatan yang salah, seakan rangsangan demi rangsangan seiring bertambahnya usia kehamilan membuatnya tidak bisa menolak setiap ajakan, terlebih saat ini suaminya juga lebih jarang menyentuhnya, Toni terkadang takut karena terlalu seringnya berhubungan dengan Devi dapat menyebabkan gangguan pada kehamilannya, padahal kenyataannya nafsu Devi semakin hari semakin menjadi.

Meskipun berat dan enggan melangkahkan kakinya, tapi vaginanya mulai menghangat membayangkan kont*l besar atasannya yang akan segera mengisi penuh bagian dalam vaginanya, setelah menyelesaikan hasil koreksinya Devi segera bergegas menuju ke ruang kerja atasannya.

Sesampainya di depan ruang kerja atasannya Devi sempat terhenti dan bertanya pada Ratih apakah atasannya ada di dalam ruangan.

“Ratih, bapak ada di dalam??”, tanya Devi

“Ada kok bu, masuk saja”, jawab Ratih sambil berdiri dan membukakan pintu ruangan atasannya itu.

“Kok gelap banget ruangannya Tih??”, tanya Devi heran

“Eh iya bu, ada proyektor di dalam.. Kayanya habis ini Pak Arif mau paparan terkait objek pajak”, jawab Ratih sambil mempersilahkan Devi masuk ke ruangan

Devi segera masuk dan menutup pintu ruangan, di dalam ruanga yang sedikit gelap itu Devi melihat sosok atasannya sedang duduk di belakang mejanya sambil menelpon seseorang, Devi segera mendekat ke meja dan menyerahkan beberapa berkas yang tadi sudah dikoreksinya.

Menyadari pujaan hatinya datang Pak Dimas segera menutup sambungan teleponnya dan segera menyambut kedatngan Devi, dia segera mengecek dan memeriksa berkas yang dibawa oleh Devi, sementara Devi masih berdiri menunggu atasannya memeriksa berkas pekerjaannya.

“Oiya Dev, ini hasil laporan yang bulan Mei, Juni, yang Juli belum ya??”, tanya Pak Dimas, karena suasana ruangan agak gelap Devi pun mencondongkan tubuhnya untuk melihat tulisan pada laporannya lebih jelas. Ketika Devi berusaha mendekat dan mencondongkan badannya untuk melihat tulisan itu, Pak Dimas dengan cepat segera menggapai buah dada Devi yang menggantung di depannya..

“hmppp.. pak??!!”, kata Devi terkejut, dia pun segera bangkit dari posisinya, tapi apa daya tangan atasannya itu segera menarik badannya sehingga Devi pun terjatuh di pangkuan atasannya. “bapak… jangan, nanti ada ratih…bukannya bap….ummmhh mmppph”, belum sempat Devi melanjutkan kata-katanya, Pak Dimas langsung menyambar mulut Devi sehingga membuatnya gelagapan. Sambil terus memangku Devi di atas kursi kerjanya, Pak Dimas terus meremas kedua gundukan tetek jumbo Devi sambil terus melumat habis bibir Devi.

Devi yang awalnya menolak mulai terbawa suasana, terlebih di ruangan yang sedikit gelap itu hanya ada mereka berdua, sambil terus mencium bibir Devi tangan Pak Dimas mulai bergreliya kedalam pakaian kerja Devi membuka kancing bajunya satu persatu sambil terus berusaha menyusupkan satu tangannya kedalam isi BH Devi, akhirnya setelah beberapa kancing terbuka, tangan kekar Pak Dimas berhasil menyentuh kulit payudara jumbo Devi yang mulus, semakin hari payudara itu semakin besar, jelas karena usia kandungannya sudah memasuki trimester ke 2, atau di usia 4 bulan, sebentar lagi payudara itu akan memproduksi asi yang sangat nikmat dan bergisi untuk calon buah hatinya.

Sambil terus mencium bibir Devi, tangan Pak Dimas juga semakin aktif meremas dan memilin putin susu Devi membuat desahan-desahan lembut keluar dari bibir manisnya, hijabnya pun sedikit berantakan karena pergumulan itu dilakukan tanpa ada persiapan.

Puas saling mencumbu, kini Pak Dimas memposisikan Devi duduk di salah satu kakinya dan mengarahkan kedua belahan dadanya kearah wajahnya, wajah Devi tampak memerah, meskipun dia enggan melanjutkan, tetapi keinginannya untuk terus dijamah sungguh tak tertahankan. Setelah membenarkan posisi duduknya, Pak Dimas segera mencoba mencari celah dengan membuka beberapa kancing blowse dan pakaian Devi di bagian dada, setelah kancingnya hampir semua terbuka, segera dengan ganas Pak Dimas membenamkan wajahnya diantara lipatan payudara Devi yang mulai sedikit berkeringan, dijulurkan lidahnya menjilati beberapa tetes keringat yang berada di antara lipatan payudaranya.

“uoooh sayang, nikmat sekali aroma keringatmu…”, kata Pak Dimas sambil menjilati bagian payudara Devi yang mulai berkeringat. Meskipun jijik, Devi seolah tak mampu berbuat banyak, dia hanya berusaha menikmati dan mengikhlaskan bagian sensitifnya itu menjadi objek nafsu atasannya.

Puas menjilat bagian payudara Devi yang berkeringat, kini bibir liar atasannya itu mulai beralih ke putting payudara Devi yang mulai mengeras..

“ummhh.. ohhhh..”, desah Devi tak kuasa menahan kenikmatan dan rasa geli ketika bibir atasannya itu mulai menghisap perlahan putting susunya secara bergiliran, semakin lama hisapan itu tampak semakin keras, sambil diselingi gigitan-gigitan manja di putingnya, Pak Dimas dengan telaten menghisap kedua putting Devi dengan intens.

Nikmat sekali, hal itulah yang selalu dirasakan oleh Devi, mengapa Mas Toni tidak pernah seliar ini ketika bermain dengannya, padahal usianya dengan atasannya terpaut hampir 20 tahun, tapi dari segi ukuran pen*s, gaya bermain dan juga staminanya, Devi akui hanya atasan biadabnya ini yang paling unggul diantara semua mantan maupun suami tercintanya.

Hampir 15 menit Pak Dimas secara bergantian menyusu ke Devi, menghisap kedua putingnya secara bergiliran dan sesekali mengigit manja putting susunya, semakin lama rangsangan ini membuat pertahanan Devi runtuh juga, perlahan dia mulai mendesah dan menggeliat memeluk kepala atasannya itu dengan mesra, seolah tak mempedulikan keadaan sekitar, hingga tiba-tiba..

*tok..tok..tok…

Mendengar ada suara pintu diketok, Devi pun langsung bangkit dari duduknya, bingung dan gugup untuk segera membetulkan seragamnya tapi dengan cepat Pak Dimas segera menarik tangannya dan mengarahkannya untuk sembunyi di bawah meja kerjanya, kebetulan meja kerja Pak Dimas cukup besar sehingga memudahkan Devi untuk menyelip masuk kedalamnya, terlebih diruangan juga sedikit gelap karena akan digunakan untuk paparan.

“Selamat siang bapak… “, sapa seseorang dari balik pintu

“Siang juga Pak Arif, silahkan masuk..”, jawab Pak Dimas

Rupanya yang datang adalah Pak Arif, salah satu kepala divisi di perusahaan ini, di belakangnya juga ikut bersamanya seorang wanita yang mungkin sudah kita kenal semua.

“Selamat siang bapak..”, sapa wanita tersebut

“Selamat siang Mbak Tika, silahkan masuk…”, jawab Pak Dimas, sementara itu Devi yang berada dibawah meja kerjanya mulai gugup karena sahabatnya juga ada di ruangan itu.

“Silahkan duduk… gimana kita mulai sekarang ya pemaparannya”, kata Pak Dimas sambil mempersilahkan kedua tamunya duduk didepan meja kerjanya.

“Siap bapak, ini materinya, saya siapkan dulu ya pak laptopnya”, kata Tika sambil menyerahkan berkas dilanjutkan menuju meja rapat untuk membuka laptopnya.

“Pak Arif bisa mendampingi Mbak Tikanya, saya duduk di sini saja”, kata Pak Dimas sambil mempersilahkan Pak Arif untuk menuju ke meja rapat juga.

Devi yang masih bersembunyi di bawah meja kerja Pak Dimas dapat mengambil sedikit nafas lega, cuman yang masih dia heran mengapa Pak Dimas tidak ikut bergeser ke meja rapat bersama mereka berdua.

Ketika Tika sudah memulai paparannya, Devi merasa tangan atasannya itu kembali meraba-raba bagian tubuhnya, mulai dari pipinya, turun ke lehernya dan akhirnya kembali menyentuh payudaranya, dengan kasar tangan itu pun mulai meremas-remas kembali payudara Devi, tak bisa melakukan perlawanan, Devi pun pasrah dan berusaha menahan kenikmatan yang menyebabkan desahannya terdengar oleh kedua orang lain yang berada di ruangan itu.

Puas bermain-main dengan kedua payudara Devi, Pak Dimas segera membenarkan posisi duduknya, perlahan dia membuka resleting celananya, dan tiba-tiba sebuah benda cukup padat dibentur-benturkan ke atas hijabnya. Devi seketika terkejut mengetahui bahwa benda itu adalah pen*s jumbo milik atasannya yang sudah tegang berada tepat didepan kedua matanya, dan dengan perlahan tangan atasannya mulai menarik hijabnya, memaksa benda itu semakin mendekat kearah bibir mngilnya, tanpa pikir panjang Devi segera membuka bibirnya dan memasrahkan pen*s jumbo itu mendesak masuk kemulutnya, sementara disisi lain Tika dengan penuh semangat masih memacakan hasil paparannya.

Dengan perlahan Pak Dimas menahan kepala Devi sambil terus mengarahkan pen*s jumbunya mengobok-obok mulut Devi dengan gagahnya, sementara itu Devi hanya bisa pasrah dan berusaha untuk tidak tersedak karena besarnya pen*s itu menutup rongga-rongga yang ada di mulutnya, 15 menit berlalu dan paparan Tika pun berkakhir, sementara itu pen*s jumbo itu masih saja belum menunjukkan tanda-tandan mau memuntahkan spermanya.

“baik sekian pak hasil paparan kami, mungkin ada masukan bapak”, kata Tika mengakhiri paparannya

“baik saya rasa sudah cukup mbak Tika dan Pak Arif terima kasih untuk laporannya, saya minta segera dibuatkan surat ke kantor pusat untuk melaporkan hasil progres pendapatan dari sektor pajak kita di Bulan kemarin”, jawab Pak Dimas mangakhiri pertemuan tersebut, setelah membereskan Laptop dan berkasnya, Tika dan Pak Arif segera meninggalkan ruangan Pak Dimas, bersamaan dengan itu Pak Dimas segera berdiri dan menarik Devi yang bersembunyi dibawah kolong mejanya dan menariknya kesamping meja rapat, dengen cepat dan terampil tangan Pak Dimas mulai membuka dan menurunkan celana Devi yang memang longgar, setelah itu Pak Dimas mengarahkan Devi untuk naik keatas meja rapat.

Dibukanya lebar-lebar kaki Devi dan mulai dihirupnya dalam-dalam aroma khas vagina Devi yang masih terbungkus oleh CD berwarna cream, dibalik gelap ruangan tersebut sayup-sayup mulai terdengar erangan dan desahan dari Devi ketika lidah liar Pak Dimas mulai membasuh permukaan vaginanya yang masih terbungkus oleh CD.

Tak puas hanya mendapat oral dari Devi, sekarang giliran Pak Dimas yang mulai mengerjai vagina lawan mainnya, setelah membuat basah CD Devi, kini Pak Dimas mulai membuka CDnya dan kembali menjilat dan mencium vagina Devi yang mulai banjir oleh cairan kenikmatan bercampur dengan air liur atasannya.

*Mulustrasi


Semakin hari jemb*tnya pun semakin lebat, sudah beberapa bulan ini Devi tidak pernah mencukur maupun merapikannya, tapi bagi Pak Dimas itu bukanlah masalah, justru karena rimbunnya jemb*t yang menghiasi vagina Devi membuatnya semakin bersemangat untuk melumat habis isi vaginanya.

“ummmhhhh… ahh.. sudah pak…. Ahhhhh..umh..”, desah Devi tak karuan, mengetahui lawannya sudah tak mampu berkutik, Pak Dimas segera berdiri, dijatuhkan celana dan CDnya sehingga pen*s jumbonya berdiri tegak tepat dihadapan vagina Devi yang tengah terduduk di atas meja rapat. Perlahan Pak Dimas mulai mendorong masuk pen*s jumbo itu, Devi yang awalnya dalam posisi duduk sambil melebarkan kedua kakinya kini terjatuh dalam posisi terlentang, tak kuat menahan kenikmatan bersamaan dengan masuknya pen*s jumbo atasannya itu kedalam lubang peranakannya.

“ummmhhhh..ahhhh…”, kembali Devi mendesah merasakan kenikmatan mengalir di sekujur tubuhnya.

“ahhh.. memekmu terbaik memang sayang…ohhh…, hahaha dasar liar juga kamu sayang… sudah tau ini kantor, masih keras aja mendesahnya.. hahaha”, kata Pak Dimas sambil terus menggoyang penis jumbonya keluar masuk vagina Devi.

“ahh.. ummmh… ini salah bapak… ummhh..”, jawab Devi malu sambil langsung menutup mulutnya berharap desahannya tak terdengar sampai keluar ruangan

“hahaha… ooh, salahku ya.. maaf ya sayang, salahku karena tidak bisa berhenti memikirkan kamu…”, jawab Pak Dimas sambil terus menyodok vagina Devi semakin keras. Pak Dimas kini mulai naik ke atas meja rapat juga, sambil terus menyodok vagina Devi dengan liar, dia juga mencium dan kembali melumat bibir Devi, semakin lama goyangan mereka pun semakin intens sehingga membuat sedikit suara gaduh didalam ruangan, hingga akhirnya..

“ooh sayang… aq mau keluar…”, kata Pak Dimas

“ummhh…..aah ..saya…juga pak..uumhh”, balas Devi, dan tak berapa lama… *crooot crooot….., sebuah lelehan sperma meledak didalam vagina Devi dibarengi dengan erangan nikmat dan orgasme hebat yang Devi rasakan.

Setelah itu Pak Dimas segera bangkit meninggalkan Devi yang masih tergeletak tak berdaya di atas meja rapat yang terbuat dari kayu ukir tersebut, mungkin karena ukurannya yang cukup besar sehingga menyebabkan meja itu tidak terlalu banyak bergerak ketika ada dua insan memadu kasih di atasnya.

Pak Dimas segera menuju ke kamar mandi yang terletak masih dalam satu ruang kerja tersebut, sementara Devi masih berusaha bangkit dan mengumpulkan tenaga setelah mendapatkan serangan dahsyat dari atasannya, beberapa saat Devi tampak diam mematung terduduk diatas meja rapat tersebut, diraihnya beberapa tissue dan mulai disekanya bagian vaginanya yang tampak merah dan penuh dengan cairan sperma.

“mau makan siang cantik..”, tanya Pak Dimas ketika keluar dari kamar mandi kepada Devi yang masih terduduk di atas meja sambil membersihkan sisa-sisa sperma yang tercecer di atas meja.

*Mulustrasi..


“umhh.. ndak pak.. terimakasih, saya masih kenyang..”, jawab Devi segera

Sambil membereskan pakaiannya dan memakai kembali celananya, Pak Dimas berjalan menuju kea rah Devi, diraihnya dengan lembut tubuh Devi dan dibantunya berdiri dari atas meja rapat. “kamu harus makan, kasian si calon adek bayi nanti kalau sampai sakit.., yaudah aq minta tmn2 OB belikan makan”, rayu Pak Dimas kepada Devi.

“…. (Menggangguk)”, Devi hanya terdiam dan mengangguk permintaan dari atasannya itu, dia seperti gadis lugu yang patuh pada perintah orang tuanya, yah mengingat selisih usia diantara mereka sekitar 20 tahun, mungkin memang sepantasnya Devi memanggil atasannya itu dengan sebutan ayah.

Setelah membantu memungut beberapa pakaian milik Devi, Pak Dimas segera menuju ke meja kerjanya, sementara Devi berjalan perlahan menuju kamar mandi, tak lama berselang Devi pun keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju kea rah kaca untuk merapikan kerudungnya. Seolah tak terjadi apa-apa, Devi pun segera pamit dan meninggalkan ruang kerja atasannya itu, tiba-tiba saja ketika membuka pintu.

*Brukk… (Devi menabrak seseorang yang juga kebetulan akan masuk ke ruang kerja atasannya itu)

“Aduh… maaf… maaf………. Loh, Devi???”, tanya wanita yang tak sengaja tertabrak Devi ketika akan keluar dari ruangan Pak Dimas.

“eh.. maaf… Mbak Tika??”, jawab Devi kaget. Sementara itu dari kejauhan tampak Ratih juga berjalan menuju kearah mereka.

“Loh Bu Devi masih d sini??, saya kira sudah balik keruangan, Devi berusaha agar tidak panik dan menjelaskan kepada mereka berdua bahwa dia baru saja tiba untuk mengambil berkas dan akan kembali keruangan.

“eh apa ya ini kok ibu-ibu pada rumpi di sini…”, tiba-tiba sebuah suara mengagetkan mereka bertiga yang sedang asik mengobrol di depan ruang kerja Pak Dimas, tentu saja tak lain dan tak bukan adalah Pak Dimas itu sendiri.

“eh bapak, maaf…hehehe..”, jawab Tika

“kenapa Mbak Tika??, ini kok jadi pada rumpik didepan ruangan gini, hahaha”, tanya Pak Dimas

“eh ngga pak, ini lo. Saya tadi cari Devi keruangan kok g ada, pas saya mau anter materi rapat tadi kok Devinya nongol di sini..”, jawab Tika

“oh iya ini tadi saya minta dia ambil berkas yang saya minta sama Ratih antar tadi”, jawab Pak Dimas

“oh iya pak..”, jawab Tika, “dasar emang tadi lewat mana sih.. kok g papas an sama aku”, bisik Tika ke Devi. Belum sempat Devi menjawab Pak Dimas yang mendengarnya langsung menjawab pertanyaan Tika

“ya dari pintu sini to mbak Tika, memangnya ada lagi pintu rahasia di ruangan saya, hahahaha”, kata Pak Dimas sambil tertawa dan kembali ke mejanya

“eh iya pak, hehehehe”, jawab Tika sambil mencubit lengat sahabatnya Devi.

Akhirnya mereka pun kembali ke ruang kerjanya masing-masing.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 sore, Devi segera merapikan barang bawaannya dan berlalu menuju tempat parkir kendaraan. Dalam perjalanan pulang Toni sempat menelponnya, menyampaikan bahwa dia pulang agak terlambat malam ini dan saat ini ada Pak Topo yang masih menyeket dan menggambar denah kamarnya.

Sesampainya di depan rumah, Devi segera membuka pintu garasi dan memarkirkan mobilnya, dia berjalan menuju kearah ruang tamu, dan sesampainya disana dilihatnya ada sebuah tas kumal berada di atas kursi tamunya, “oh rupanya pria tua yang tatapannya agak cabul itu masih belum pulang ya”, gumamnya dalam hati.

Memasuki rumah dia melihat Pak Topo sedang mengobrol dengan asisten rumah tangganya yang sedang bermain bersama Thalia.

“eh ibu sudah pulang”, kata Pak Topo sambil tersenyum

“iya pak.. masih belum selesai ya pak menggambarnya??”, tanya Devi menghampiri

“sudah bu tinggal sedikit, habis ini selesai..”, jawab Pak Topo.

“ish orang ini matanya jelalatan sekalih sih..”, gumam Devi dalam hati, dia pun segera menuju ke kamarnya dan mengganti pakaian kerjanya , awalnya Devi berniat menggunakan kamar mandi yang ada di dalam kamar, tapi karena sabun wajahnya ada di kamar mandi yang diluar, dia pun segera membawa handuk dan salin pakaiannya.

Kebetulan lokasi kamar mandinya berdekatan dengan lokasi kamar yang akan direhab oleh Pak Topo. Tentu hal itu langsung mengundang perhatiannya, terlebih wanita yang sangat anggun dengan perut buncitnya ini berjalan melewatinya.

“mau mandi ya bu..”, goda Pak Topo

“iya..”, jawab Devi tanpa menolehnya, tapi dia sadar betul bahwa Pak Topo ini sangat memperhatikan segala lekuk tubuhnya dengan tatapan cabul.

Didalam kamar mandi Devi segera melepas pakaiannya dan memulai aktifitasnya, dia pun berendam di atas bathub sambil menggosok bagian tubuhnya, hingga pada suatu momen dia merasa ada seseorang yang memperhatikannya dari lubang angin-angin kamar mandinya. Sekelebat dia melihat ada bayangan orang yang mengintip dari atas angin-angin yang berada di kamar mandi.

Devi pun segera bangkit dan mengenakan pakaiannya, keluar dari kamar dia sadar, bahwa Pak Topo ini lah orang yang tadi mengintipnya di balik angin-angin kamar mandinya.

“Bapak tadi mengintip saya ya??!!!”, tanya Devi dengan kasar

“Hehehe… ibu jangan galak-galak”, kata Pak Topo menenangkan

“Saya tau, itu bayangan bapak!!, awas saya laporkan sama suami saya nanti”, kata Devi dengan sedikit kasar

“Hahahaha… oke laporkan saja bu cantik, saya juga mau laporin ini ke suami ibu loh..”, kata Topo sambil menunjukkan sebuah video kepada Devi. Meskipun resolisi kameranya kurang jernih, tapi Devi tau betul bahwa itu adalah video persetubuhan dua orang di sebuah semak-semak yang diambil secara diam-diam. Lama-lama Devi memperhatikan dia semakin sadar bahwa itu adalah suaranya, Devi segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya, hatinya hancur berkeping-keping mengetahui ada seorang yang memergokinya melakukan hal gila dengan seseorang yang bukan suaminya..

“hahahaha.. g usah kaget gitu bu… hayo ibu maen sama siapa itu”, kata Pak Topo menggoda Devi.

Sementara itu wajah Devi langsung memucat, kakinya seolah kehilangan tenaganya dan hampir ambruk, dia tau betul bahwa itu adalah kejadian bersama atasannya beberapa waktu yang lalu, yah awal-awal dia terjerumus kedalam lembah kenistaan bersama atasannya. Mengapa dia bodoh sekali sampai tidak memperhatikan sekitar, dan aibnya kini telah diketahui oleh seorang pria yang kebetulan kini menjadi tukang di rumahnya..

Bersambung……………..

Wah makin berani nih tukang.. kita liat saja bagaimana kelanjutannya, bagi yang penasaran kisah selanjutnya silahkan untuk pantau terus thread ini, jangan lupa like dan komentar dari para suhu semprot semua sebagai bentuk apresiasi terhadap cerita ini..
:ampun::ampun:

#sehatselalu
#dirumahaja
 
Terakhir diubah:

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd