Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Jessica Veranda's Graduation: The Story Behind (Update Feb 2023)

Lanjutin gak nih?

  • Cukup Gan! Bosen baca fiksi Ve melulu. Mending bikin cerita yg baru

    Votes: 187 13,4%
  • Lanjut Gan! Ve harus ML sama cowok jelek lain

    Votes: 573 41,0%
  • Lanjutin! Asiknya Ve main bertiga sama cewek cantik lain

    Votes: 637 45,6%

  • Total voters
    1.397
Bimabet
Hey guys.

Gue lagi ada proyek pribadi nih. Coba-coba konsep baru untuk menyajikan cerita fiksi yang lebih sedap. Cerita lama, kemasan baru.

Kalo ada yg mau jadi beta tester, tolong DM gue ya.

Thank you.
Udah hampir setahun 😭😭😭
 
CHAPTER 11A

This is war.

Kalau Abang memang ngajak perang, Ve tidak takut. Dan alasan Ve berani untuk mengkonfrontasi Abang adalah… Ve yakin dirinya sudah menang, bahkan sebelum harus pertempuran melawan Abang dimulai.

Sebab Ve punya strategi yang tidak akan Abang duga: mencari sekutu.

Siapa bilang ini akan menjadi pertempuran satu lawan satu? Dalam perang, semua cara diperbolehkan. Dan sekutu yang Ve mau, sudah menunggunya di pintu keluar bandara.

Ah, lupa cerita. Ve saat ini sudah kembali ke Indonesia. Tentunya tidak ada yang tahu soal ini karena Ve tidak bilang siapa-siapa, kecuali sekutunya. Begitu sampai bandara, Ve langsung mengabarkan sekutunya.




Gak pakai lama, Ve langsung masuk ke dalam Mini Cooper yang berhenti di luar gate kedatangan penerbangan internasional. Begitu Ve dan tas bawaannya sudah masuk semua, mobil mungil itu langsung meluncur ke luar bandara.

“Halo kak? Apa kabar?” sapa Ve.

“Baik. Kamu gimana?” tanya pria itu.

“Kabarku… yaa… masih sama kayak yang kemarin aku ceritain ke kakak”

“Kamu yakin dia yang ngerekam?”

Ve menatap pria berkulit hitam yang ada di kursi pengemudi. Orang ini rupanya tidak mau lama-lama berbasa-basi dengan Ve.

“Iya kak. Aku yakin dia yang ngerekam”

“Aku sih gak yakin”

Ve mendadak terdiam mendengar reaksi sekutunya. Ini di luar prediksi Ve, harusnya cowok ini ikut emosi. Kenapa cuek begini? Karirnya bisa terancam, lho!??

“Maksud kakak?”

“Gimana ya? Feeling aja sih Ve…”

Ve mencoba menyusun kata demi kata secara hati-hati, tapi otaknya seperti berhenti. Lebih parahnya lagi, mobil yang Ve tumpangi malah menepi di pinggir jalan tol.

“Lo jujur sama gue deh, Ve!”

“Aku udah jujur, kak!”

“Biar gue yakin…gue mau hipnotis lo. Bukan hipnotis macem-macem. Gue cuma akan bikin lo selalu ngomong jujur.”

Apakah Ve harus mengiyakan permintaan ini?

“Gue gak akan maksa lo, Ve. Kemampuan hipnotis gue bukan level dewa atau gimana kok. Orang yang bisa gue hipnotis, cuma orang yang dengan suka rela mau dihipnotis.”

Ve tahu itu. Sebab Ve sudah beberapa kali ikut shooting acara pria ini di televisi. Agar hipnotisnya berhasil, syaratnya ya memang seperti itu: kamu harus menyatakan mau dihipnotis. Lucunya, ternyata banyak orang yang mau-mau saja dihipnotis demi bisa tampil di TV.

Tapi… ya orang-orang itu masih lebih mending sih.
Ve sendiri mau-maunya jadi budak seks pria ini demi bisa tampil di TV.

“Heh!! Malah bengong!”

“Eh, maap kak Uya” Ve malu sendiri karena ketahuan melamun.

“Gini Ve. Kalo lo gak mau gue hipnotis untuk jujur, gapapa. Bukan berarti gue akan turunin lo di tengah jalan tol juga kok.”

Ve menunduk. Uya lanjut ceramah.

“Gue tetep akan anterin lo pulang. Gue ga akan musuhin lo. Tapi gue ga mau cari masalah. Gue ga akan mau komunikasi sama lo lagi dalam hal apapun. Selamanya.”

Mendengar ocehan Uya, Ve jadi merasa bersalah. Saat ini pihak yang membutuhkan bantuan adalah Ve. Tapi gadis cantik ini malah berusaha mengadu domba Uya dengan Abang demi keuntungan pribadinya.

“Gue siap bantu lo… Tapi… gimana ya Ve.. Gue ngerasa ini tuh lebih dari sekedar yang lo ceritain ke gue. Kalo lo emang butuh bantuan gue, lo harus cerita sedetil-detilnya biar gue bisa bantu lo sebaik-baiknya.”

Hhh… Ve menyerah. Dia tidak bisa memikirkan jalan lain. Akhirnya kepala Ve mengangguk, diiringi dengan ucapan “oke aku mau dihipnotis Kak Uya.”




Satu minggu kemudian, Ve duduk berdua Abang di sebuah restoran sushi di daerah Jakarta Pusat. Restoran itu sedang tidak ramai. Selain karena bukan jam makan siang, Ve memang membooking ruangan privat agar tidak diganggu pelanggan restoran yang lain.

“Ngapain pake booking ruangan mahal gini sih?” tanya Abang sambil menatap ke meja lain di ujung restoran yang ditempati oleh 3 orang pria berdarah Afrika.

“Soalnya kalo ga di ruang privat kayak gini, lo pasti maunya kita duduk di sebelah negro-negro itu kan Bang?” tanya Ve sinis sambil memilih sushi yang akan dia capit dengan sumpitnya.

“Hehehe…” Abang tertawa. “Bayangin Ve, lo duduk di sebelah mereka, curi-curi pandang gitu ke arah mereka… terus elo mendesah.”

“AAahhnggg..” desah Ve tiba-tiba. Sushi yang hendak dia masukan ke mulut jatuh ke atas meja karena jepitan sumpitnya kehilangan tenaga.

“Hahahaha…” Abang tertawa. “Kalo negro-negro itu tau lo sekarang lagi pake vibrator… mereka akan gimana ya Ve? Bakalan sange gak ya?”

Ve menunduk sambil pegangan ke tepi meja hingga akhirnya benda kecil yang menempel di clitorisnya berhenti bergetar.

“Bang lo inget kan perjanjian kita? Lo ga bole..AAhhhnngggg” Ve mendesah lagi sebelum sempat menyelesaikan ucapannya.

Abang tertawa geli sambil menunjukkan remote kecil di tangannya. “Gila ya, ternyata efeknya mantep juga. Padahal gue beli cuma berapa duit ini, tapi seru banget ternyata maininnya.”

Ve menutup mulut dengan kedua tangan untuk meredam suara desahannya. Meski di tempat privat, tapi ruangan ini tidak kedap suara. Tentu Ve harus berhati-hati agar pelayan dan pengunjung restoran lain tidak curiga.

Ve mencoba menahan sensasi nikmat di selangkangannya sekuat tenaga. Tapi percuma saja. Sekujur tubuhnya tetap berguncang cukup kencang saat orgasmenya melanda.

Sementara Abang cuek saja, dia tetap melahap satu sushi dengan santainya sebelum akhirnya dia menekan tombol stop di remote kecil tadi.

Ve berusaha mengatakan sesuatu tapi terhambat efek orgasme yang masih berlangsung. Rahangnya hanya bergetar dan menganga saja, tak mampu bersuara dengan normal.

Abang yang menatapnya cuma tersenyum sinis. “Iyaa… gue inget kok perjanjian kita. Pokoknya gue gak boleh macem-macemin lo di depan tamu-tamu kita. Tapi kan mereka belum pada dateng, hehehe…”

Ve menutup matanya sambil berusaha mengatur napas. Saat kondisi tubuhnya sudah mulai terkendali, dia coba menyuap sushinya sekali lagi. Tiba-tiba…

“Permisi..” seorang pelayan memasuki ruangan privat yang di sewa Ve. Di belakang pelayan tersebut ada 3 orang cowok berbaris rapi. “Tamunya sudah datang kak”

Berbekal ilmu acting yang dipelajarinya selama menjadi idol, Veranda langsung menyapa ketiganya dengan senyuman hangat. Seolah-olah 30 detik yang lalu dirinya tidak mengalami orgasme.

“Kita kenalan dulu kali ya?” tanya Veranda ke cowok yang pertama masuk.

“Iya kak Ve. Aku Alfi. Aku ngefans banget sama kak Ve dari jaman kak Ve masih di JKT48” jawab Alfi saat bersalaman.

“Halo Alfi… Aku Ve.. silakan duduk ya…” sapa Ve ramah. “Lalu kamu?”

“Halo Kak. Namaku Boni. Aku juga ngefans sama kak Ve udah lama banget.”

“Hai Boni, salam kenal. Aku Ve.. Silakan duduk…” sapa Ve saat berjabat tangan dengan cowok kedua yang bertubuh agak gemuk.

“Berarti kamu Rizki?” tanya Ve ke cowok yang terakhir. Usianya lebih tua dari Boni dan Alfi. Bahkan, mungkin lebih tua dari Ve dan Abang.

“Iya Ve, aku Rizki. Panggil aja aku Kiki”

“Oke. Salam kenal ya Kiki… Aku Ve.. silakan duduk..”

“Terima kasih. Eh, Ve aku bawa sesuatu buat kamu,” ujar Kiki sambil menyerahkan kantong belanja berisi kado.

“Waduh, kok repot-repot?” tanya Ve sambil menerima hadiah itu.

“Enggak repot kok, hehe..”

“Makasih ya Ki…aku seneng banget deh dapet hadiah. Nanti aku bukanya setelah kita makan ya? Kalian udah pada makan?”

“Udah sih tadi dari rumah..” jawab Alfi.

“Aku belum sih kak Ve,” jawab Boni.

“Kiki? Udah makan?” tanya Ve.

“Santai Ve. Kita bareng-bareng aja”

“Hmmm… aku udah pesenin sushi platter gitu sih buat kita makan bareng-bareng. Cuma kalau kalian mau pesen minum atau yang lain, panggil pelayan aja ya.”

“Iya kak,” jawab Boni malu-malu.

“Oiya, lupa. Kenalin, ini manajer aku..” ujar Ve sambil memperkenalkan Abang.

Ketiga fans Ve menyapa Abang dengan sopan. Abang membalasnya dengan senyuman ramah.

Tidak lama kemudian, pelayan yang tadi datang kembali sambil membawa 3 gelas berisi ocha dingin untuk fans-fans Ve. Setelah itu, mereka berlima kemudian makan sushi sambil ngobrol-ngobrol santai.




Saat hidangan sudah habis, Ve akhirnya buka pembicaraan atas agenda utama hari ini.

“Kita mulai aja kali ya…” sahut Ve. “Jadi…. aku mengundang kalian, 3 fans aku yang beruntung, buat aku mintain pendapat soal sesuatu.”

Saat Ve bicara seperti itu, Abang tampak mengeluarkan 3 lembar kertas dan pulpen.

Ketiga fans Ve melirik Abang, tapi kecurigaan mereka langsung Ve hilangkan.

“Ini surat non disclosure agreement atau NDA, surat perjanjian kerahasiaan gitu. Hari ini aku mau tunjukin karya baru aku spesial ke kalian bertiga doang, tapi kalian ga boleh bocorin ke yang lain dulu”

“Ooo… iya ngerti kak Ve,” jawab Boni.

“Emang bikin karya apa Ve? Kok sampai dirahasiain banget?” tanya Kiki.

“Hmmm….” Ve melirik Abang, bingung jawab apa.

“Hal baru sih, berkaitan sama audio tapi bukan lagu.” Abang berusaha menjelaskan. “Ini ASMR. Kalau kalian belum tahu, silakan googling dulu sekarang.

Ketiga fans Ve langsung mengeluarkan smartphone mereka masing-masing. Kiki tampaknya langsung paham dengan konsep ASMR. Tapi Boni dan Alfi sepertinya butuh penjelasan lebih lanjut.

“Aku coba jelasin versi yang aku pahamin ya…” kata Ve. “Jadi ASMR itu suara yang memberikan sensasi. Misalnya nih… pas kalian mau tidur aku bisikin ‘semoga mimpi indah ya sayang… I love you…’ pasti seneng kan?”

Dari ekspresinya, Boni dan Alfi tampaknya langsung mengerti.

“Berarti kamu mau bikin konten ASMR kayak gitu, Ve?” tanya Kiki.

“Kurang lebih gitu… Makanya aku butuh opini dan masukan dari kalian nih… Aku udah rekam audionya, nanti kalian dengerin masing-masing terus kasih masukan ke aku.. gitu…”

“Ooo.. seru kayaknya nih kak Ve!” Alfi tampak sumringah. Mungkin dia sudah membayangkan akan mendengarkan panggilan mesra dari Jessica Veranda di kupingnya.

“Iya kak Ve!” Boni ikut semangat. “Kayaknya belum ada orang Indonesia yang bikin kayak gini!”

“Nah makanya kita butuh kalian buat tanda tangan surat ini,” celetuk Abang sambil menyodorkan 3 kertas dan pulpen. “Biar idenya gak dicolong orang!”

Tanpa pikir panjang, Alfi, Boni, dan Kiki langsung membubuhkan tanda tangan mereka di atas materai. Kiki sempat tertegun sejenak membaca denda sebesar lima ratus juta rupiah bagi yang melanggar perjanjian tersebut. Tapi Kiki menganggap hal tersebut hanya formalitas saja.

Setelah ketiga surat perjanjian selesai ditandatangani, Ve langsung menjelaskan rencana kegiatan hari ini.

“Nanti kalian dengerin audionya bukan di sini, tapi di hotel sana”, jelas Ve sambil menunjuk bangunan di seberang restoran sushi. Boni, Alfi, dan Kiki menengok sebentar, lalu kembali menatap Ve.

“Aku udah sewa kamar superior suite gitu.. jadi di dalamnya ada ruang tengah dan 3 kamar tidur. Kalian akan dengerin audionya sendiri-sendiri di kamar. Aku sama Abang tunggu di ruang tengah,” Ve lanjut menjelaskan.

“Kita mau ke hotel sekarang atau ada yang masih mau makan?” tanya Abang dengan ramah.

Alfi, Kiki, dan Boni itu tentu saja lebih ingin segera pergi ke hotel. Sebagai fans setia Jessica Veranda, mereka bertiga tentu ingin cepat-cepat mendengarkan karya baru sang idola. Apalagi ini akan jadi karya perdana Ve setelah lulus dari JKT48, dan konsepnya pun menarik dan baru.

“Langsung ke hotel aja deh,” jawab Kiki dengan semangat. Alfi dan Boni pun setuju.




Sampai di kamar hotel, ketiga fans itu tampak tidak sabar. Bagi Alfi, Boni, dan Kiki, ini pertama kalinya mereka masuk kamar hotel semewah ini. Tapi yang bikin jantung mereka berdegup bukanlah kemewahan interior kamar tersebut, mereka ingin cepat-cepat mendengarkan karya terbaru Ve.

“Karena kayaknya udah gak pada sabar…” ledek Abang yang disambut tawa kecil ketiga fans Ve. “Gue jelasin peraturannya ya..”

“Satu. Kalian udah tandatangan NDA. Artinya kalian ga boleh bocorin apa yang kalian denger hari ini, dalam bentuk apapun.

“Gak ada yang boleh membocorkan dalam bentuk foto, video, audio, atau apapun. Artinya ga boleh insta story, bikin thread twit**ter, Whatsapp, dan sebagainya.

“Untuk itu, saya perlu meminta ke teman-teman sekalian untuk tinggalin tas dan jaket kalian di sini sebelum masuk kamar. Untuk mencegah kalian menyelundupkan kamera atau alat komunikasi apapun. Handphone kalian juga ditinggal di sini ya…”

Alfi, Kiki, dan Boni saling lirik, tampak tidak menyangka peraturannya akan seketat ini.

“Jika keberatan, silakan mengundurkan diri dari sekarang. Jika setuju, silakan kosongkan semua bawaan kalian dan tinggalkan di ruang ini. Jika kalian setuju tapi melanggar, silakan bayar lima ratus juta sesuai perjanjian yang sudah kalian tandatanganin.”

“Ga boleh cerita ke orang lainnya cuma berlaku sampai 3 hari dari sekarang, kan?” tanya Kiki. Mungkin karena dia punya pengalaman bisnis, dia lebih paham soal NDA ketimbang dua fans lainnya.

“Betul. Di surat NDA, ada poin yang menyebut perjanjian hanya berlaku untuk 7 hari ke depan” jawab Abang.

“Minggu depan kalian boleh kok cerita soal karya baru aku.. tapi tetep… hari ini ga boleh ngerekam konten dalam bentuk apapun ya…” Ve mencoba menjelaskan lebih detil.

Hmm.. karena tampaknya ga seberat itu pantangannya, ketiga fans Ve pun langsung menyerahkan tas dan handphone mereka.

“Dompet dan isi kantong kalian juga ditinggalin di sini ya…” pinta Ve dengan manja.

Meskipun dompet tidak bisa digunakan untuk merekam… cuma ya… dompet mereka ga ada isinya juga sih. Uang paling hanya beberapa ratus ribu. Lagian gak mungkin juga kan cewek sekelas Jessica Veranda nyopet duit dari dompet mereka?

Alfi, Boni, dan Kiki pun menyerahkan dompet mereka. Kiki bahkan menunjukkan bahwa kantong celananya sudah tidak ada isinya lagi. Aksi Kiki pun diikuti oleh Boni dan Alfi, keduanya menunjukkan kantong celana mereka sudah kosong. Kini barang yang melekat di badan ketiga fans Ve hanyalah baju, celana, dan sepatu.

“Kiki, sorry boleh gue lihat kacamata lo?” pinta Abang tiba-tiba.

Bukan hanya Kiki, bahkan Alfi dan Boni pun kaget mendengar permintaan Abang.

“Maaf ya, cuman jaman sekarang alat perekam kan bentuknya macem-macem. Gue cuma butuh jaga-jaga aja kok.

“Oh.. iya-iya ngerti kok. Ini bang, silakan dicek,” jawab Kiki sambil menyerahkan kacamatanya. “Itu kacamata beneran kok, bukan yang ada kameranya.”

Abang memeriksa kacamata Kiki dengan teliti. Tampaknya, apa yang cowok itu katakan memang benar. Tidak ada hal yang mencurigakan sama sekali dari kacamata itu.

“Aman,” kata Abang sambil mengembalikan kacamata Kiki. “Terima kasih ya…”

“Oke, kita mulai aja acaranya, ya?” ucap Ve sambil tersenyum. “Jadi di sini kan ada 3 kamar. Masing-masing silakan pilih kamar sendiri-sendiri ya…

“Di dalam kamar akan ada satu tablet Android sama earphone, gitu. Kalian bisa dengerin konten baru aku dari tablet itu… Di home screen ada aplikasi musik, kalian tinggal play aja.”

Alfi, Boni, dan Kiki kompak menganggukan kepala. Masuk kamar, dengerin konten, selesai. Itu saja yang perlu mereka lakukan.

“Ada yang mau ditanyakan?” tanya Abang saat melihat ekspresi ketiga orang di depannya tampak tegang.

“Ga usah tegang gitu… kontennya seru kok…” pancing Ve.

Ketiga fansnya tersenyum.

“Hmm… aku mau tanya, boleh?” Kiki mengangkat tangannya.

“Boleh banget dong Ki…” jawab Ve. “Kiki mau tanya apa?”

“Durasi kontennya berapa lama ya?” tanya Kiki. “Kalau belum selesai dengerin gitu boleh keluar kamar sebentar buat ke toilet kan?”

“Ih, kamu ke toilet mau ngapain hayooo?” goda Ve sambil menggigit bibir bawahnya.

Kiki yang salah tingkah berusaha menjelaskan maksud pertanyaannya. Tapi karena grogi melihat wajah sensual Veranda, pria itu malah terbata-bata.

“Engg…itu… bukan maksudnya kan misalnya… apa itu..”

“Hahahaha…. santai Ki. Boleh kok ke toilet. Bebas aja.” Ve tertawa gemas. “Di dalam masing-masing kamar udah ada kamar mandinya kok. Jadi bebas mau mandi apa mau pipis, tinggal langsung aja. Ga perlu keluar kamar.”

“Kalau soal durasi…” sambung Abang. “File konten di tiap kamar akan beda-beda, durasinya juga beda-beda sih.”

“Oh iya…” sahut Ve. “Durasinya cuma beda dikit sih. Ada yang 10 menit, ada yang 13 menit. Tapi ya.. gitu. Kontennya beda-beda. Jadi kalian nggak akan dengerin konten yang sama.”

Mendengar info baru itu, ketiganya malah semakin tegang. Di benak mereka, ada kemungkinan mereka akan mendapat konten yang lebih spesial ketimbang yang lain.

“Siapa mau pilih kamar depan?” tanya Ve.

Ketiga fansnya saling lirik satu sama lain, tidak ada yang menjawab. Mereka masih malu-malu.

“Kamu yang pilihin aja kali, Ve?” usul Abang.

Alfi, Boni, dan Kiki mengangguk tanda setuju.

“Eh, beneran?” tanya Ve. “Hmm.. yaudah kalo gitu aku yang pilihin ya..”

Ve melirik Alfi. “Alfi, tadi kamu cerita kalo rumahnya di Jatinegara ya?”

“Iya kak Ve,” jawab Alfi dengan tegang. Apa urusannya Ve pakai tanya-tanya rumahnya ada dimana?

Ve melirik Abang, yang dibalas dengan senyuman. Seolah keduanya tahu sama tahu konten seperti apa yang paling tepat untuk didengarkan oleh Alfi.

“Kalo gitu, Alfi ke kamar yang paling belakang ya?” ajak Ve. Gadis cantik itu membimbing fansnya ke dalam kamar. “Silakan masuk…”




Alfi menatap pintu yang baru saja ditutup oleh Jessica Veranda, idolanya. Pintunya tidak dikunci dari luar, kan? Harusnya sih tidak ya..

Jujur ini adalah pertama kalinya Alfi berkomunikasi langsung dengan Ve. Dia mengidolakan Ve sudah lama, tapi dia tidak pernah berani untuk ikut event handshake. Alasannya… ya… malu aja.

Entahlah. Bagi Alfi, sosok Veranda sangat istimewa. Jangankan bersalaman, membayangkan Ve saat masturbasi saja tidak pernah.

Ini alatnya ya? Alfi memandang sebuah tablet Android yang dilengkapi earphone. Tablet itu tidak dikunci dengan password, terbuka begitu saja dengan sekali swipe.
Di halaman utama hanya ada satu aplikasi, yang langsung dipencet oleh Alfi.

Alfi memasang kedua earphone lalu memutar file audio berjudul “Jatinegara, Oktober 2017”

Alfi mendengar suara… jalanan? Iya, ini suara jalan raya.
Suara desiran angin malam terdengar jelas. Begitu pun raungan knalpot motor yang beberapa kali lewat.

Hahaha… jangan-jangan ini beneran direkam di jalan Jatinegara?

“Hai!”

DEGH

Jantung Alfi serasa mau copot mendengar suara itu. Dia menoleh ke arah pintu kamar hotel, tapi pintu itu masih saja tertutup rapat. Berarti suara Jessica Veranda yang dia dengar barusan berasal dari… file audio ini.

“Aku… lagi di Jatinegara,” sambung Ve. “Lupa nama jalannya apa tapi intinya ini jalan raya gitu…”

Ve bicara dengan nada agak berbisik, tapi kualitas audionya cukup bagus sehingga Alfi bisa mendengar dengan jelas semua kata yang diucapkan idolanya itu.

“Saat ini aku lagi nyamar… Jadi aku iseng, jalan kaki malem-malem buat cari tau… kira-kira masih ada yang ngenalin aku gak ya? Hihihi...”

Ve menyamar? Hmm.. Alfi bertanya-tanya apakah ini konten prank seperti Ups Salah atau acara sejenis?

“Ini audionya aku rekam pakai Apple Watch. Biar ga ketahuan.”

Ah, bisa aja akalnya si Ve.

“Sekarang udah jam setengah 2 pagi. Dingin.”

Duh.. ngapain sih Ve dingin-dingin gini malah keluyuran?

“Mungkin karena aku cuma pakai kaos bola kali ya? Jadi anginnya gampang tembus gitu”

Ve pakai kaos bola?

“Sama banyak nyamuk… ih, sebel deh. paha aku digigitin nyamuk daritadi. Tahu gitu aku pakai celana panjang aja”

Hah? Emang Ve pakai apa untuk bawahannya? Rok? Hotpants?

Terdengar suara kereta api lewat. Dari volumenya, Alfi merasa Ve sedang berapa di dekat rel.

“Daritadi ada beberapa motor yang lewat sini sih… Cuma orang-orang kayak ngelirik aku doang. Kayaknya mereka enggak ngenalin aku sebagai mantan member JKT48 deh.”

Ah, Ve. Kalo aku yang lewat situ. Aku pasti ngenalin kamu.

“Eh tapi itu… di seberang ada motor yang berenti! Orangnya ngeliatin aku. Kayaknya dia mau nyamperin aku deh. Duh kalau dia ngenalin aku gimana ya?”

Jujur. Dengar Ve ngomong gitu, Alfi jadi ikut deg-degan.

“Tuh kan bener. Dia jalan lagi tapi langsung muter balik di lampu merah. Fix sih dia mau nyamperin aku.”

Alfi jadi penasaran. Kalau orang itu memang mengenali Ve sebagai mantan member, kira-kira Ve akan kasih alasan apa. Kok bisa dia keluyuran tengah malam di pinggir jalan?

Alfi mendengar suara sepeda motor mendekat, kemudian mesinnya dimatikan.

“Hai..” sapa Ve.

“Kamu cantik” sahut seorang pria.

“Ehh? Makasih hahaha…”

“Cantik-cantik kok sendirian malam-malam?”

Ah, rupanya cowok ini ga kenal siapa Jessica Veranda.

“Iya lagi nunggu teman…”

“Masa sih?”

“Iyaa…”

“Bukannya nungguin akuu..?”

“Hmm… emangnya kamu mau nemenin aku?”

“Mau dong… apa sih yang enggak buat cewek cantik kayak kamu…”

“Gombal ih!”

“Ikut gue yuk?”

“Kemana?”

“Temenin aku jalan-jalan aja”

“Hmm.. males ah. Dingin.”

“Ke tempat aku aja kalo gitu. Biar aku angetin?”

“Hnngg.. enggak deh. Aku di sini aja.”

“Oooh… paham sih gue…”

“Maksudnya?”

“Ya lo anak baru kan? Makanya ga boleh gue angkut. Cuma boleh main di sekitar sini aja?”

“Eh?”

“Ah-eh ah-eh aja lu! Yaudah berapa?”

“Apanya?”

“Udehh… yang cepet aja!”

“Apanya?”

“Hadeehh…. Bentar. Nih pegang!”

“Eh? Eh? Apaan nih?”

“Udehhh ambil…!!”

“Ini maksudnya apa?”

“Dapet apa tuh kalo segitu?”

“Ini? Uang? Dua puluh ribu?”

“Ya kagak usah disebutin! Kan gue yang kasih? Gue tau itu 20 ribu!”

“Tadi kan nanya dapet apa?”

“Ya guenya dapet apa dengan duit 20 ribu?”

“Hah?”

“Isep ya?! Sepong!”

“Enggak! Ini Gue balikin duitnya!”

“Eits ya ga bisa lah! Lo udah terima duitnya!”

“Ga mau! Apaan tau-tau ngasih 20 ribu terus nyuruh enggak-enggak!”

“Yaudah sini!”

“Nih duitnya.. eh? Kok ditambahin?”

“Iye gue tau lo barang baru makanya harganya beda. Itu udah gue tambahin jadi gocap! Sini”

“Bang, lepasin tangan saya…”

“Sini! Pake malu-malu. Ni liat kontol gue udah ngaceng!”

“HAH?? Bang ga malu apa buka retsleting di pinggir jalan??”

“Hahah… hoo.. pantesan. Paham gue sekarang. Lo malunya tuh karena di pinggir jalan? Sini-sini gue jelasin..”

“Lepasin dong, jangan ditarik. Ah!”

“Sini... temenin gue sebentar…”

“Bang, jangan deh kalo keliatan orang entar gimana?”

“Gue seminggu sekali main di sini… lo tenang aja! Di sini emang kayak gini mainnya. Gue duduk di motor, lo jongkok.”

“Tapi kalo ada orang lewat, nanti kita…”

“Udah pada ngerti! Ga bakal macem-macem mereka. Paling ngantri hahaha… Abis lo cakep banget sih. Paling cakep dibanding cewek-cewek yang pernah mangkal di sini.”

“Hah?”

“Duh.. tangan lo alus banget lagi… Udah pegang aja otong gue. Gapapa. Kagak galak kok dia hehehe…”

“Ih…”

“Ah-ih ah-ih tapi tetep megang juga lu! Bisa banget akting malu-malunya!”

“Saya beneran malu ini bang…”

“Hmm.. Belum pernah main di pinggir jalan sih, ya? Kalo nyepong tapi udah pernah kan?”

“Ih..”

“Jawab dong… abang jadi makin penasaran nih kalo kamu jual mahal kayak gini… udah pernah nyepong apa belum cantik?”

“Udah pernah…”

“Beuh….jangan-jangan jago nyepong nih? Makanya mahal tarifnya. Sekali nyepong sampe gocap?”

Mendengar percakapan itu, asam lambung Alfi langsung naik ke tenggorokan. Dia tidak menyangka konten audio yang dia dengar akan jadi vulgar seperti ini.

“Yaudah cepet sepongin kontol gue!”

“Jangan bang…”

“Udah ga usah malu… santai aja… Wangi banget sih lo.. Cupp.. Pipi lo mulus. Wangi lagi.”

“Iya bang.. mmhhhmmm”

“Gila mantep banget sih lo. Barang premium! Bibirnya aja kenyal banget. Sini cium gue lagi!”

“Mmhhhhmmm… Bangg….”

“Mmmhhhhhwah.. Gila. Pas gue remes-remes, tetek lo masih kenceng ya. Perek lain biasanya udah ngondoy hahaha…”

“Remesnya jangan kasar-kasar bang! Sakit…”

“Maap-maap. Abang gemes banget soalnya… Ya udah, mumpung lo juga udah jongkok... gih langsung isepin kontol gue. Udah nunggu itu dari tadi.”

“Sluurrppp…”

“Anjir… enak banget isepan lo sumpah… Lo siapa namanya?”

“Mmhh..sllurupp… Veranda bang.. mmhh”

“Vera? mantep banget sepongan lo Ver… kontol gue dikocokin juga sekalian dong cantik…”

“Kayak gini?”

“Aduuh… Emang beda ya dikocokin sambil ditatap sama cewek cantik dari bawah heheheh…”

“Emang aku cantik bang?”

“Cantik banget kayak artis!”

“Mmhhh… sllurrpphh…mmmmnngghhhhh!”

“Aaaggh! Dalem banget sepongan lo Ver…. Gila kontol gue ditelen sampe leher!”

PLOP!

“Enak bang?”

“Anjing enak banget. Sampe mau keluar gue pas lo sedot kayak gitu!”

“Sini keluarin bang..”

“Ahh… iya… lo munduran dikit. sip… aahhh… kocokin terus Ver…”

“Sini bang… keluarin.. siramin pejunya ke muka saya…”

“Anjing binal banget sih lo Ver…. ga tahan guee… Gue pejuhin muka cantik lo!!! Aaaaahhh”

Crott.. crottt Crrottt!!!

Sayup-sayup Alfi mendengar suara yang tidak asing lagi. Suara semprotan lendir yang mirip dengan bunyi semburan spermanya sendiri barusan. Dia sudah berada di toilet, tidak tahan untuk mengocok burungnya karena terlena konten audio yang sedang dia dengarkan saat ini.

Saking hotnya, penis Alfi sampai menyemburkan sperma dengan deras. Bahkan spermanya sampai terbang hingga melewati lubang toilet, dan menabrak tutup atas toilet duduk.

“WOI!”

Alfi kaget setengah mati mendengar suara pria lain. Lagi-lagi secara reflek dia menoleh ke arah pintu kamar hotel, tapi tidak ada siapa-siapa di sana.

“Siapa yang ngijinin lo main disini??”

“Lah? Bang? Ini bukan cewek baru abang?”

“Jangan belaga ga paham lu! Ini siapa? Kagak kenal!”

“Lah bukan salah gue ban…”

BUGGHH!!

Alfi mendengar suara wanita menjerit kecil barusan. Apakah Veranda kena pukul?

“Aduh! Ampun bang!”

“Pergi lu! Apa mau gue hajar lagi? Hah?”

“Iya-iya bang!”

Terdengar bunyi sepeda motor yang di-starter, langsung tancap gas hingga suaranya tak terdengar lagi.

“Siapa yang nyuruh lo mangkal di sini?”

“Enggak bang. Maap saya…”

“Sini lo!”

“Aww! Sakit bang!”

“Sini!”

“Iya ampun bang! Jangan jambak..”

“Bacot!”

PLAKK!!!

“AWW! Ampunnn banggg…”

“Nurut makanya! Kalo gue bilang ikut, lo ikut! Ngerti!”

“Saya mau dibawa kemana bang?”

“Sini… gue cuma bawa ke balik tembok sini doang takut amat sih lo!”

“Bang.. saya..”

Mendadak bunyi klakson kereta terdengar kencang sekali. Mungkin Ve dibawa seorang preman ke tepi rel. Sebab bunyi deru roda kereta api terdengar jelas sekali, mengalahkan jeritan dan erangan Ve.

Mungkin itu adalah kereta barang yang beroperasi di tengah malam. Sebab rangkaian gerbongnya panjang sekali. Suaranya tidak ada habis-habisnya, terus terdengar memekakakan telinga. Membuat Alfi penasaran dengan nasib gadis idolanya.

“Ahh.. ahh… engghhhh bangg.. ahhhh!”

“Gila memeklu enak banget! Mmhh!”

DEGH.

Benarkah apa yang Alfi dengar barusan?
Konten audio ini…. bohongan kan?
Tidak mungkin Jessica Veranda, gadis cantik mantan anggota idol grup yang dipuja banyak pria, dinikmati tubuhnya oleh preman kampung di pinggir rel Jatinegara?

Tapi… kalau pun ini konten bohongan.
Kalau pun ini hanya settingan, misalkan hanya rekayasa, sekedar akting belaka…

Tetap saja ini konten yang tidak bisa Alfi terima.
Dengan membuat konten seperti ini, artinya Ve telah memilih untuk menjadikan dirinya sebagai komoditi. Sebagai fantasi seksual para pria.

Walaupun model bisnis JKT48 yaa 11-12 juga sih. Sama-sama menjual fantasi gadis cantik dan suci sebagai kekasih bersama.

Tapi… ah… entahlah
Terlalu banyak hal yang ada di pikiran Alfi saat ini.

Hatinya mungkin menolak.
Tapi titinya kembali tegak.

Alfi kecewa, bukan kepada Veranda, tapi kepada dirinya sendiri.
Kenapa dia bisa ngaceng saat mendengar cewek idolanya diperkosa?

“Ahhhngg.. Ampun bangg….”

“Mampus lu! Mmhhh.. enak kan gue pake asal-asalan!”

“Ampunnn… ahhhgg… mmhhhh…”

“Enak ga?”

“Ampunn… AAAhhh! Jangan dijambak bang, ampun!”

“Jawab makanya! Kalo gue tanya, jawab!”

“Iya bang… angghh”

“Enak?”

“Enak bangg…. ahhh… ahhhh.. anggghhhhh”

“Hahahaha!!! Cantik-cantik doyan ngentod! Cuih!”

“Ahhh… mmmhhhmmm”

“Bang.. udah bang… takut…”

“Takut apa lu? Karena gue ga pake kondom?”

“Iya… bangg.. “

“Telat hahaha… udah kecoblos kontol gue juga lu! Udah lah nikmatin aja!”

“Tapi bang… ahhnggg… awhhh”

“Sini gue ajarin. Perek tuh harus ngelayanin customer dengan baik.. ya?”

“Saya bukannn.. anggghhh… mmhhhh…”

“Bukan apa? Bukan perek? Jelas-jelas lo ga pake beha! Masih ngaku bukan perek?”

“Tapi bang… anggghh”

“Mana celana lo juga pendek banget! Sekali plorotin langsung nongol memek gundul lo!”

“Tapi saya bukan perek bang…”

PLAKK!!

“AWW!!”

PLAKK!!

“AWWW!! Bang!”

“Jepitan memek lo makin mantep kalo pantat lo gue gamparin heheheh…”

“Sakit bang! Udah! Jangan dipukulll..”

“Eh? Kok ngelawan lu?”

“Bukan bang! Ampun! Saya mau ngelayanin abang tapi jangan dipukul lagi!”

“Beneran lo?”

“Beneran bang. Saya nurut apa kata abang. Tapi tolong jangan dipukul lagi.”

“Akhirnya nurut juga lo heheheh…”

“Lepasin dulu bang.. tolong.. awh”

“Udah gue cabut nih kontol gue. Lo mau ngapain sekarang?”

“Ke situ bang..”

“Di bawah tembok sana?”

“Iya Bang. Biar agak terang dikit.”

“Ngapain? Udah sini aja gelap-gelapan!”

“Situ aja yuk Bang… biar saya bisa liat muka ganteng abang…”

“Hahahahahaha… bisa ae lu ngerayu gue! Yaudah deh kali ini gue ikutin.”

“Aduh.. bang.. celana saya mana sih? Balikin dong! Aneh tau jalan ga pake celana!”

“Entar kalo gue balikin lo kabur! Layanin gue dulu, baru ge balikin!”

“Iyaaa abang sayang… saya ga bakal kabur kok… kan belum bikin puas abang…”

“Hmm.. manis banget nih omongannya nih pecun heheheh… Udah nih. kita udah di bawah lampu”

“Hah?”

“Heheheh.. kaget ya liat muka gue? Salah sendiri lo maunya maen di bawah lampu!”

“Siapa yang kaget? Abang kali yang kaget liat muka saya?”

“Heheheh… iya sih. Gue ga sadar muka lo cantik banget sumpah. Jadi ngences gue heheheh…”

“Iya kan? Makin napsu kan?”

“Mantep nih cewek. Woohooooo!!”

“Bang, ah! Jangan teriak-teriak! Nanti orang-orang pada dateng!”

“Biarin aja! Biar pada ngeliat gue ngentotin cewek cantik!”

“Dih, nanti yang lain pada kepingin juga lho!”

“Silakan! Tapi bayar dulu ke gue.. hehehehehhh”

“Dih saya kok dikasih-kasih ke orang sih? Ga mau buat abang sendiri aja? Nanti tetek saya kendor loh… memeknya dower lohh… abang rela?”

“Enggak sih heheheh… sayang banget kalo memek lo jebol. Empotannya enak banget soalnya tadi.”

“Ya kan… daripada dibago-bagi.. mending buat abang ganteng aja…”

“Iiihhh… bisaan banget sih lo daritadi ngerayu gue! Gemes banget gue, jadi pengen gue genjot asal-asalan!”

“Yaudah genjot mah genjot aja. Abang nunggu apalagi?”

“Eh? Langsung aja nih?”

“Terserah abang. Saya mah nurut aja… kan tadi saya cuma minta kita pindah jangan gelap-gelapan doang… sama jangan dipukul…”

“Boleh dong… pukul sekali pantat lo… gemes banget gue.. makin ngempot!”

“Tapi ga pake dipukul juga bisa ngempot kok…”

“Beneran? Heheheheheh…”

“Ga percaya? Cobain aja hihihi…”

“Kita posisinya gimana nih? Nungging lagi?”

“Jangan dong, nanti ga bis aliat muka abang…”

“Kenapa sih lu seneng banget liat muka ancur gue? Lu tau ga gara-gara muka gue kayak gini, gue diapnggil apa sama temen-temen gue?”

“Siapa bang?”

“Reptil! Semua orang dari kecil manggil gue Bang Reptil!”

“Reptil? Ih, kok lucu sih?”

“Lucu dari Hong Kong?”

“Beneran… ih.. abang ngambek… Beneran tau bang.. Reptil itu kayak kadal atau uler gitu kan?”

“Iya”

“Kan lucu tuh, lidahnya suka melet-melet. Jilat-jilat hihihi…”

“Jilat-jilat kayak gini? Sllurrrpp… Hmm?”

“Hihihihi… Muka saya jangan dijilatin ah bang!”

“Kenapa? Ga suka ya sama bau jigong gue?”

“Bukann… jilatinnya pentil saya aja…”

“Anjirrrrr…. pentil lo cakep banget! Merah gini kayak perawan!”

“Kan saya perawatan bang….anghhh.. enak bang..”

“Sluurpppp.. tetek lo bagus banget. Padet. Kaga kendor”

“Ahhh.. nikmatin bang…”

“Lo siapa namanya?”

“Ahh.. Veranda bang…”

“Veranda?”

“Iyaahhh…mhh..”

“Nama apaan itu? Aneh banget!”

“Kalo abang manggil Sayang juga boleh kok hihih…”

“Haduhh… daritadi dikodein mulu.. Udah lah, gas!”

“Awh… bentar, bang. Gini aja posisinya.. ah… gendong bang!”

“Wah bener-bener dah lu. Hup!”

“AAAHh! Bang! Langsung nancep!”

“Heheheheeh…. Udah ga tahan gue….”

“Saya disenderin aja bang. Biar abang ga cape gendongnya…”

“Bener juga…mhhh.. udah?”

“Bentar.. saya pegangan biar ga miring-miring..”

“Udah siap?”

“Bentar deh bang…”

“Ngapain lagi sih???”

“Sabar dulu…. nih…”

“Eh?”

“Berasa gak?”

“Anjirrr…. memeknya beneran ngempot bangsat!!!! Haahahahaha…”

“Enak bang?”

“Enak banget sayang?”

“Jangan enak sendirian dong… masa sayanya ga dibikin enak juga?”

“Oke sayang… gue genjot ya…”

“Awhhhh… ahhhh… iyassshhh… enak bangg…”

“Mmhhh… mmhhhh… ngggghhhh… mantapphh…”

“Iyahh banghh.. enakkk… Bang Reptil kontolnya gede… ahhh…. kontol Anakonda…. ahhh..”

“Heheheehh… mantep ya? mmhh.. mhhh…”

“Mantep banget banghhh… ga ngerti lagi…ahhh… enakkk… rasanya kayak mau meninggal”

“Jangan dong… asa abang ditinggal mati?”

“Biarin aja… abis Bang Reptilhhh.. jahathh… mau jual aku ke orangng-orangh…”

“Kan ga jadi…. hhh…”

“Beneran banghh?”

“Iyaa… mhh ngghh”

“Veranda cuma milik Bang Reptil seorang?”

“Iya dong sayang… Kan Bang Reptil sayang sama Veranda…”

“Tapi ahhh… kalo ada yanghhh mmmmau bayarinnnn 1 juta?”

“Abang tolak! Mhhh… mhhh!”

“2 jutahhhh? mmhh?”

“Abang tolak! Nggghhhh nggghhh”

“5 juta?”

“Abang tolak! Nggghhh!! Benerannhhh!! Lo bukan perek lagi! Lo permaisuri guehh…. mmmmhhh… Lo ga boleh mangkal-mangkal lagi”

“Tapi Banghh… Veranda butuh duit banghhh…?”

“Biar abang yang cari ya sayang? Mhhh…”

“Kalo Veranda minta emas?”

“Abang beliin emas berlian! mmhh… kalo perlu abang rampok semua toko emas”

“Jangan…. nanti abang dipenjara…”

“Emang kenapa kalo abang dipenjara?”

“Veranda ga mau pisah sama Bang Reptil… ahhhngggg…”

“Mmhhh… sayangnya abang… cium dulu sini? cupphh.. mhhhmmmm”

“Mmhhhhwahh… Mulut abang bau rokok hihihih…”

“Biarin! Nih… Sluuurrpppp… mhhhh… tetek lo jadi bau Garpit heheheh….”

“Nakal ih.. mhhhh…”

“Lebih nakal mana sama yang keluyuran malem-malem ga pake beha? Hmm..?”

“Ahhhh… tapi kanhh… butuh uang banghh….”

“Uang biar Bang reptil yang kasih….”

“Kalo butuhhh.. henpon?”

“Bang Reptil yang kasihh… nnggghh… nggmmhhhh…”

“Kalo butuh motor?”

“Abang Reptil siap kasih apa aja sayanghhhh… mhhh…cupphhh… mmhhh”

“Kalo butuh anak?”

“Hnngggghh….. Lo mau anak?”

“Mauu… mmhhh… ”

“Gue kasih sekarang juga ya? Gue pejuhin memek lu nih ya? Gue udah mau keluar nih! HHnnggghh?”

“He-ehhh… kasih Veranda anak bang! Aaahhh… Anak-anak Bang Reptillll…”

“Benerannnn? hnggg?”

“Iyaaasshh banggghhh”

“Gapapa anaknya kayak kadal? hhnggg?”

“Hnnggg… kan mamanya cantik… hihihih…”

“Bener…. mamanya cakep, anaknya pasti cakep…hnggghhh…”

“Cepetan bangghh… bikininn anakkkhh… ahhhh…”

“Lu yang minta ya! Hnggghhh hnggghhh mmhhhh…”

“Iya Banggghhhh!”

“Mau lu gue pejuhinnnnn????”

“Mauuwwwhh… pejuhin yang banyakkhhh…”

“Benerannnhhh?”

“Iyyyhhhaa… pake Veranda bang! Pake Veranda buat perbaiki keturunan Bang Reptillll!!”

“Siappp!!! Nih… terima pejuh gueeehhh…. Ngggggghhhh!!!!”

“Aaahhhh!!! Bangghhh… oww..hyashhhh… anget banget banghhh… mhhhmmmm… enakkhh….”

“Mampus lu gue buntingin! Heheheh… nih gue kecrotin lagi nggghhhh!”

“AhHH! Mentok bangethhh!”

“Ahahaha…. anjay badan lo ampe kejang-kejang gitu tadi heheheheheh… mata lo sampe putih! Gue kira kesurupan lo”

“Abisnya enak banget bang! Ahhh.. ini aja berasa masih nyetrumm.. ahhhh…”

“Eheheehh… kontol siapa dulu... Bang Repti!! Kalo udah dipatok kontol anakonda gue, cewek pasti melayang keenakan heheheheh….”

“Tolong turunin saya bang…”

“Oke…”

“Eh tapi jangan pegang jam tangan say…”

Piiip..

Dan konten audio itu pun berakhir.




 
Terakhir diubah:
SBB

1. Thank you buat uang udah support dan setia menunggu :D

2. Maaf jadi molor setahun. Sebagai gantinya, Chapter 11 akan terdiri dari 3 Part. 1 cerita untuk 1 fans Veranda

3. Kalo mau ngobrol langsung di twit**ter aja (at)SupremeSugoi
 
Akhirnya ada kelanjutan dari kisah ini
Aduh2 bikin nyut-nyutan ini updatenya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd