Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Joko Sembrani dari Sawojajar

Yang diharapkan dari akhir kisah Anakmas Joko Sembrani...?


  • Total voters
    631
  • Poll closed .
Bimabet

°°°°°

{{{...."Bibi…?

Bibir tipis berkumis samar itu berkata lirih sambil memandang satu sosok wanita yang tengah duduk tepat di samping ranjang tempatnya berbaring.

Sejenak anak muda tampan ini terdiam menanti. Lalu nampak bibirnya melempar senyum manakala sosok ayu nan jelita di sisinya tersungging begitu manisnya sembari mengusap lembut rambut lebatnya di kepala.

Aini yang tidak memakai hijab dan hanya mengenakan daster pendek tipis di atas lutut yang biasa ia pakai saat tidur kembali duduk mendekat ke arah Joko yang masih terlentang.

Rambut panjangnya yang lurus hitam lebat dan sehat terawat tergerai begitu indah menjela sampai sepinggang rampingnya.

Setelah begitu dekat dengan Joko di tepian peraduannya jemarinya pelan mengarah ke dada bidang dan kokoh anak muda ini yang kian berbentuk seiring usianya.

Joko yang sering tidur hanya memakai kaos oblong bahkan acapkali tanpa baju ini hanya diam saja saat jemari halus bibinya meraba dada bidang itu.

Sorot mata bening Aini nampak berbinar sayu ketika jari-jari lentik itu menelusuri lekuk demi lekuk aurat machonya.

Sejenak Joko hanya bisa memejamkan mata merasakan kulit halus tangan Aini, bibinya ini bersentuhan dengan kulit dadanya.

Ouwww, terasa begitu halus dan lembut jari-jarinya. Membuatnya seakan terbuai oleh kelembutannya.

"Bi…tangan bibi halus…lembut sekali…joko..ehhmmmm…"

Pemuda tampan ini tak bisa melanjutkan kata-katanya ketika telunjuk mungil berkuku lentik cantik terawat bibinya mendadak hinggap di bibirnya menutup mulutnya.

Memberinya kode untuk "diam" jangan banyak bicara sambil melempar senyum manis ke arahnya.

Joko hanya memandang dengan perasaan yang campur aduk. Antara bingung, malu dan birahi.

Celakanya, birahinya justru makin membesar tak terkendali apalagi saat Aini tanpa aba-aba mengecup bibirnya dengan begitu hangat dan mesra.

Sungguh seumur-umur baru kali ini Joko dicium oleh perempuan. Lebih-lebih bibinya sendiri yang melakukannya.

Panas darah anak muda ini kian bergejolak bak letupan magma Merapi saat jemari lembut bibinya kembali menelusuri area dada dan perutnya yang berlekuk enam.

"...bibi, apa yang…."

Kembali bibirnya tertahan jemari lentik Aini yang diam tak bersuara. Hanya sebuah gelengan pelan yang ia tunjukkan dengan sebuah senyuman yang begitu manis menggoda di bibir indahnya.

Aini perlahan menyingkap dan melepas kaos yang dikenakan Joko yang segera saja dituruti oleh sang jejaka tampan.

Joko yang masih terlentang tak bisa segera bernafas lega karena sedetik kemudian Aini langsung merangkak di atas tubuhnya lalu mengangkang tepat di atas selangkangannya.

Rambut bibinya yang panjang tergerai seketika menjuntai hingga menyentuh sebagian wajah dan dada bidang berotot Joko.

Aroma wangi lembut segera saja terpancar dari sosok jelita sang bibi yang sontak membangkitkan rangsang seksual sang pemuda.

….makin kuat dan mendesak darah muda kelelakiannya ke titik yang belum pernah ia alami sebelumnya….

Tangan lentik itu kian turun dan tanpa permisi dengan beraninya menarik celana pendek boxer Joko Sembrani ke bawah.

Menampilkan seraut penampakan celana dalam berlabell Riders Sport membungkus sesuatu yang menggembung besar di dalamnya.

Aini yang melihatnya nampak terkaget lucu lalu tersenyum manis sambil mengelus-elus tonjolan sebesar mentimun pasar yang masih malu-malu bersembunyi di balik cawet mahal berukuran XL itu.

Tangan Joko yang kekar berisi nampak bergetar saat menyentuh kulit halus lengan bibinya yang masih menekan dadanya.

Halus, mulus, kencang dan…sedikit berbulu.

Ouwww…sungguh menggetarkan syahwat sang pemuda tampan ini.

Pemandangan berikutnya yang membuat Joko melotot tak berkedip ialah sepetak area intim sang bibi di bagian dada yang terekspos jelas dan vulgar.

Terlihat sepasang buah dada putih dan mulus sang bibi yang menggantung tepat di atas wajahnya.

Begitu menonjol…jelas terlihat oleh mata tajam sang perjaka.

Payudara yang begitu bulat, mengkal, padat dan kencang tanpa ditutupi bra. Menampakkan puting susu Aini yang begitu lancip tegak mengacung menandakan gairah sang bibi telah bangkit.

Joko merasakan tubuhnya bak kesetrum listrik melihat pemandangan seronok yang baru kali ini dilihatnya secara langsung.

Kedua jemari lembut Aini kembali beraksi.

Kali ini ditangkapnya kedua lengan kekar sang jejaka lalu ditaruhnya jari-jari besar Joko tepat di atas buah dadanya yang membusung !!

Aini pelan-pelan mengerang seiring remasan tangan Joko yang hinggap di payudara montoknya.

Joko yang menurut bak kerbau dicucuk hidungnya mendengus keras lalu segera saja meremas kuat kedua bongkahan susu bibinya ini penuh nafsu menggelegak.

"Ssshhh…ooohhhh…ooohhhhh…ooohhh…"

Aini terus merintih dan mengeluh saat susunya diremas oleh ponakannya ini kian keras .

Sepuluh jemari besar dan panjang Joko ternyata mampu menangkup keseluruhan sepasang gunung kembar milik bibinya yang membuat sang perjaka kian liar beraksi.

Dengus nafas Joko kian kuat bersamaan detak jantungnya semakin cepat.

"Hahhh…hahhh….hahhh…"

"Ooohhh…oohhhh…."

Aini hanya merintih dan mengerang keras sambil ikut menahan jemari kekar Joko yang meremas-remas sepasang susunya dengan jari mungilnya yang lentik indah.

Pinggul besarnya tiba-tiba ikut beraksi dengan menggoyang pangkal paha si pemuda tampan membuat Joko ikut mengerang merasakan birahi yang makin mendesaknya ke titik red line.

Hingga akhirnya….

"Bibi…bibi Aini….!!!

"Ssshhhh…hahhhh….!

Joko mengerang kuat lalu mendadak membalik tubuh seksi Aini hingga berganti Joko menindih sang bibi dengan tubuh kekarnya.

Ditahannya kedua lengan mungil sang bibi di samping kanan kiri kepalanya sambil dipandanginya seraut paras ayu nan jelita itu.

Nafas Joko kembang kempis menatap sepasang mata bening dan indah wanita dewasa di bawahnya ini.

Sungguh sebuah kecantikan yang begitu menawan dan begitu merangsang.

"Hahhh…ehmmm…hmmmm…ehmmmm…"

Joko langsung melumat bibir indah Aini dengan liarnya.

Kedua bibir itu saling menari lincah saling melumat sampai kedua pipi mereka kempot kian kemari berusaha menarik keluar syahwat yang kian mendesak.

Sreett….

"Ahhhhhhh…."

Tangan Joko sontak menarik lepas kain daster tipis yang membungkus aurat indah itu berusaha menelanjangi sang bibi sampai tak bersisa sehelai benangpun.

Daster tipis yang dikenakan Aini jelas tak mampu menahan tangan kekar Joko yang perkasa.

Maka sekian detik saja tubuh indah Aini dengan segala lekak lekuk keindahan raga kewanitaannya tergambar jelas di pelupuk mata sang jejaka ganteng ini, Joko Sembrani.

Disusul sehelai cawet mungil berenda warna pink melayang ke udara lalu jatuh ke lantai yang dingin disertai pekik merdu sang bidadari jelita ini.

"Auuuwwww…."

"Biiii…bibi Aini…..hooohhhh…"

Erang Joko yang gantian melepaskan celana boxer berikut CD Riders Sport miliknya dengan terburu-buru.

Sebatang kemaluan pria segera saja muncul menjulang begitu gagah.

Tegak ngaceng perkasa bak cagak radio tepat di depan mata jernih dan besar Aini yang memandang sayu penuh birahi diiringi senyum manisnya.
(Tiang.red)

Batang kemaluan Joko begitu masif. Besar, panjang, keras dan begitu indah.

Begitu bersih berwarna coklat terang kemerahan dikelilingi tonjolan urat-urat liat bak kabel listrik trafo PLN menandakan begitu kokohnya kadar ke-ngacengan kemaluan pemuda tampan ini.

Kontol itu tegak ngaceng mengangguk-angguk dalam kondisi siaga 1 siap untuk menjebol lubang kemaluan para wanita.

Dan saat ini wanita yang ada didekatnya bukan lain adalah sang bibi tercintanya, Aini.

Aini lagi-lagi hanya diam membisu. Hanya sebuah senyuman manis dan desah erang merdunya yang terasa begitu legit di telinga Joko Sembrani.

"Hahhhh….Biiikkkk…!!

"Auuuwwww…..!!

Lenguh Joko keras terdengar disusul pekik tertahan Aini saat perjaka tampan ini membentangkan sepasang paha jenjang Aini yang mulus indah padat berisi.

Pandangan Joko nanar tak berkedip menatap taman surgawi yang nampak jelas di pelupuk matanya.

Taman surga dunia impian para pria yang berada di kemaluan setiap wanita alias memek.

Yah, taman surga itu akan semakin indah manakala berada di dalam sosok wanita yang sempurna jasmaninya.

Aini, salah satunya.

Dengan jari gemetar, Joko membelai lembut taman surga di kemaluan bibinya itu perlahan sekali.

Disingkapnya perlahan belukar jembut Aini yang lembut tertata berusaha melihat lebih jelas.

"Ssshhh…ahhhhhhh…."

Seiring rintihan merdu sang bibi…Joko melotot tak berkedip menatap keindahan taman surga yang hanya berjarak sekian centi di depan matanya.

Lubang kemaluan Aini itu nampak ciut, begitu rapat dan berlapis-lapis

Berwarna merah muda kecoklatan begitu bersih dengan aroma khas yang begitu luar biasa menohok indera penciuman hingga tembus ke otak sang pejantan tangguh.

Disingkapnya perlahan bibir rapat kemaluan bibinya dan nampaklah celah sempit dan ciut berwarna merah segar itu mengeluarkan lendir bening dan kental membasahi hingga ke celah silitnya yang bersih mulus.

Dada Joko berdebum keras tak terkendali manakala celah indah itu perlahan namun pasti bergerak membuka statis kembang kempis menampakkan secuil lubang hitam nun jauh di dalam sana.

Lubang hitam bak black hole antar galaksi di ruang hampa yang akan menghisap dan melumat apa saja yang "nekad" memasukinya.



Black Hole - Illustrasi

Sedetik Joko terpaku dalam kehampaan menikmati keindahannya. Lalu sekejap kemudian ia melenguh keras dan….

"Oohhhhh…ooohhhh…."

Aini memekik keras dengan tubuh bugilnya menggeletar keras manakala Joko mencium alat kelaminnya disertai jilatan lidahnya yang panjang dan liat.

Lidah Joko yang hangat dan liat terus menusuk dan menjilat celah sempit vagina Aini yang makin merekah begitu indah menampakkan pesonanya.

Lendir kawin Aini terus mengalir seiring rangsangan kuat Joko di lubang selangkangannya.

"Aaakhhh…aaakhhhh…."

Sruuppp…sruuppp…sruuppp…

"Ehmmm….ehmmmm…."

Aini terus mengerang begitu merdunya sambil paha mulusnya terkangkang seakan memudahkan Joko menikmati memeknya dengan permainan lidah yang aduhai.

Hingga…Joko Sembrani pun akhirnya tak kuat menahan birahi.

Dibentangkannya paha mulus bibinya tercinta dan diarahkannya rudal kemaluannya sendiri yang telah mengeras maksimal tepat di celah sempit kemaluan sang bidadari.

"AHAGGHH….oookkkhhh….!!!

"Aaaauughhhh…Biiibbiii…enakkkkk….."

Aini memekik tertahan disusul lenguhan kenikmatan dari bibir tipis Joko manakala kepala penisnya berhasil menembus rapatnya liang cinta sang bibi terkasih.

Joko Sembrani terus mendesak menekan batang kemaluannya semakin dalam menembus ketatnya liang senggama Aini.

Batang pejal kemaluan Joko yang kokoh perkasa mudah saja menjebol pertahanan rapat bibir kemaluan Aini.

Penis kekar berotot itu terlihat begitu gagahnya menembus lubang seks Aini yang dipaksa meregang penuh menerima besarnya kejantanan sang ponakan kesayangannya ini.

"Ooohhhh…oohhh…ooohhhhh…"

Aini terus mengerang dengan merdunya saat merasakan liangnya penuh tersumbat daging kontol kekar berurat milik Joko.

Kedua telapak mungilnya meraba-raba lembut perut sixpack Joko yang terus langsam bergerak maju mundur memompa kemaluannya hingga bulu jembut keduanya saling menyatu dan bergesekan rapat.

"Hooohhhh…hooohhhh…. hoohhh…."

"Ahaghh…. aaakhhhh….aaakhhhh…."

Sreett…blessss….sreeettt…blesssss…

Alunan musik surgawi itu terus terdengar seiring suara desahan dan erangan nikmat keluar dari bibir Joko dan Aini.

Sementara laju penis keras dan besar milik Joko terus bergerak amblas keluar masuk ke dalam lubang sempit kepunyaan Aini.

Kedua alat kawin itu terus saling merangsang memberikan rasa nikmat yang tiada tara bagi kedua pasangan pria wanita itu.

Lendir rangsang bening nan kental sedikit berbusa nampak jelas keluar dari sela-sela lubang vagina Aini. Membasahi kedua kemaluan tersebut. Memudahkan penis besar dan kaku Joko Sembrani menusuk kian kuat semakin cepat ke dalam liang kenikmatan itu

Tangan kekar Joko meremasi bokong bulat dan seksi bibinya yang telanjang begitu mulus kencang menonjol.

Sedang tangan lembut Aini memeluk punggung Joko dengan sesekali balas meremas pantat kokoh sang perjaka tampan itu yang terus mengayun naik turun di atas selangkangannya.

Joko menatap nanar wajah ayu nan jelita bibinya ini yang begitu luar biasa mempesona dengan paras kemerahan berbalut birahi.

Bibir tipis dan indah Aini terkatup setengah terbuka. Sesekali nampak ia menggigit bibirnya sendiri dengan mata lentiknya terpejam-pejam dan kepala menggeleng ke kiri ke kanan.

Nampak sekali ia begitu menikmati sodokan penis besar Joko yang keras dan kaku terus tanpa henti menembusi celah rapat kemaluannya sampai menyentuh sisi terdalam lubang kelaminnya.

Sekian saat berlalu….

Lenguh dan erangan Joko dan Aini makin keras terdengar bersamaan laju bokong kekar Joko memompa pangkal paha sang bibi yang turut disemangati dengan mendesakkan pantat bulatnya ke arah selangkangan Joko.

"Ooohhhh…. akhhhhh…."

"...ooohhhhh…akhhhhh…"

Suara keduanya yang asyik masyuk dalam samudera birahi…terus terdengar begitu menggetarkan gendang telinga bagi siapapun yang mendengarnya.

Joko merasakan kenikmatan ini makin mendekat ke titik puncak.

Aliran mani telah berjalan menuju garis finis letupan klimaksnya. Pun sama halnya dengan Aini.

Rasa geli ini tak tertahankan lagi sehingga tak mungkin ia tahan-tahan lagi.

"Bibi Aiiiii….Jok..kooo…tak kuaaat laggiii…"

"... aakhhh…keluaarrr….oouugghh….!!!

CROT…crooott….CROOT….}}}


Semburan demi semburan mani kental Joko Sembrani sang perjaka tulen ini keluar begitu dahsyat dari lubang kencingnya bersamaan rasa nikmat yang membuncah begitu hebat di dalam jiwa dan raganya.

Bokong pejal Joko terus mengejat berkali-kali mendesak selangkangan Aini yang mengangkang lebar memompa cairan jantannya masuk kian deras memenuhi liang rahim perempuan yang sangat disayangnya ini pun sebaliknya amat mengasihinya pula.

Sekian saat puncak kenikmatan itu pun berlalu.

Lama sosok Joko terdiam dalam hening setelah klimaks yang ditandai ejakulasi luar biasa dan baru pertama kalinya ia alami.

Sepasang mata sang jejaka yang semula terpejam perlahan membuka disertai erangan lirih dari bibir tipis dengan bulu kumis dan telah tumbuh samar membayang itu.

Joko menggeliat dan sontak tangannya menggenggam area bawah tubuhnya tepatnya di selangkangannya.

Ia sejenak terdiam lalu segera bangun setengah duduk berbaring di atas ranjangnya.

"Bibi…?" katanya sedikit cemas sambil melihat sekeliling kamarnya yang remang.

Tak ada siapa-siapa di situ. Pintu kamarnya pun masih terlihat terkunci. Cuma dirinya yang terbaring tanpa baju.

Hanya mengenakan sehelai celana boxer yang kini basah kuyup, lengket dan mengeluarkan aroma khas yang terasa asing untuknya.

"...ehmmm…celanaku basah…dan…bau…bau ini…."

"...bukan bau pesing tapi bau asing…kayak daun pandan…"

Ucap lirih Joko sambil mengendus-endus tangannya yang sempat mampir di celananya.

Sejenak Joko termenung lalu seutas senyum simpul nampak di bibir tipisnya.

"Apa ini yang namanya mimpi basah…"

"...cairan lengket ini…jelas bukan pipisku. Berarti air ini…air mani laki-laki…spermaku yang keluar bersamaan mimpiku barusan…"ucap Joko seakan memastikan sendiri.

"Oya…mimpi…mimpiku….akhhhh…!"pekik Joko tiba-tiba sambil mengeremus rambutnya sendiri.

"Kenapa harus bibi yang muncul di mimpiku….akhh…bibi…bibi Aini…" erang Joko seakan merasa bersalah kepada bibinya.

Kembali ia terdiam.

Mimpi "aneh" yang barusan pertama kali ini ia alami. Yah, ia makin yakin ini adalah mimpi basah. Mimpinya para jejaka tulen yang telah masuk akil baligh.

Sejenak Joko merenung. Ia merasakan betul mimpi erotis nya bersama sang bibi ini beneran nyata adanya.

Joko mengeluh pendek lalu kembali merebahkan tubuhnya kembali. Diliriknya jam dinding di atas kamarnya.

Sudah jam 4 pagi. Sebentar lagi adzan subuh.

Joko berbaring dengan sesekali tersenyum sendiri mengingat mimpi "indah" bersama Aini, bibinya.

"Akhhh….Bi, maafkan Joko…ehmmm…"
…..
"Ini semua diluar keinginan Joko…"
…..
"Joko tidak ada maksud buruk sama bibi…sungguh. Sungguh ini semua datang dari bawah sadarku…"

"Joko sangat menghormati bibi sebagai orang yang telah merawat Joko semenjak ibu meninggal…"
.......
"…. akhhh…."

Kembali Joko mengeluarkan desahan berat dari dalam dadanya. Mencoba mengeluarkan penat karena rasa tak nyaman telah bermimpi vulgar bersama sang bibi yang amat ia kasihi ini.

Joko lama terdiam dengan mata membuka. Sebagai pemuda tanggung pikirannya masih saja terbayang akan mimpinya barusan.

Ia nampak tak jenak dengan sesekali membolak-balik tubuhnya. Sampai akhirnya kembali seutas senyum simpul malu-malu nampak di bibirnya yang berkumis samar itu.

"Bibi…bibi Aini cantik sekali…dan begitu…aakhhh…"

"...apa aku telah…telah jatuh hati kepada bibiku sendiri ya…"Joko seakan bertanya pada dirinya sendiri.

Lama ia terdiam lalu mendadak bangun sambil memgambil celana dari dalam almarinya.

"Ast*ghfirullah…Joko…Joko…."

"...kamu jangan berpikiran ngawur sembarangan...AHHH…."erang Joko lagi sambil menepuk jidatnya sendiri lalu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Byurr..byurrr…

Tak lama kemudian sayup-sayup terdengar suara muadzin di kejauhan menandakan waktu subuh telah tiba.

=======

"Tumben waktu subuh kamu sudah mandi, Ko…"
"...kamu nggak ngerasa kedinginan…?"

"Bibi saja yang lama di sini aja ggak berani kok…"ucap Aini sambil menyiapkan sarapan pagi bareng sang ponakan tercinta, Joko Sembrani.

Seutas senyuman manisnya terkembang melihat Joko hanya memandangnya sebentar lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan raut muka menunduk malu.

Anak muda yang kini terlihat begitu tampan, dewasa dan begitu gagah dengan seragam SMA-nya ini seakan tak berani menatap bibinya yang pagi itu seperti biasa…terlihat begitu ayu mempesona dengan hijab dan seragam coklat ketat khas PNS nya membungkus tubuhnya yang indah padat berisi.



Harum parfum mewangi memancar lembut dari tubuh semlohai berbalut rok ketat berikut hijab itu. Lalu singgah ke hidung perjaka gagah ini.

"Anu Bi, ehmmm…."

Sejenak omongan Joko terputus. Ia seperti enggan dan malu menceritakan ikhwal yang sebenarnya.

"Kenapa sayang…?
"...bilang saja terus terang ke bibi bila memang kamu butuh sharing…"

"Bibi sudah pernah ngomong ke kamu sedari dulu…"
.......
"...curhatin aja semua yang sekiranya kamu butuh pertimbangan Bibi…"
….
"...ndak perlu malu, Ko…"
.......
"Bibi khan…bukan orang lain. Iya tho…? Ucap bibinya sambil melempar senyum manis kembali kepada pemuda tampan ini.

Joko yang mendapatkan senyuman manis itu justru tambah malu. Mukanya memerah manakala bibinya memandangnya dengan matanya yang bening berbinar itu.

Dilihatnya sang bibi berjalan ke arahnya dengan langkah gemulai yang begitu mempesona.

Pinggul besarnya yang mekar indah seolah saling berlomba dengan bokong pejalnya yang membulat begitu seksi sempurna menampilkan aura sensual luar biasa yang pelan mulai menggoda relung kejantanannya sebagai seorang perjaka dewasa.

"Katakan saja, sayang…."
….
"Percaya sama bibi…"

"Bibi akan menyimpan rahasiamu rapat-rapat jika memang itu yang kamu mau.."
.......
"...ehmmm…gimana sayang..?" Ucap Aini yang kali ini sudah duduk berdiri tepat di samping Joko.

Ia lalu setengah berjongkok di depan anak muda ini sambil jemari halusnya menggenggam lembut pipi Joko.

Pinggul besar Aini berikut bokong montoknya terpampang jelas begitu indah dari balik rok ketat yang dipakainya saat sang bibi menunduk di hadapannya.

Sejenak Joko yang betul-betul malu memandang sorot bibinya yang indah bersinar itu.

"Ehmmm, tadi malam…Joko…Joko mimpi basah Bi…"katanya lirih nyaris tak kedengaran.

Aini sejenak terdiam lalu tak lama pecahlah tawanya.

Dipeluknya erat tubuh perjaka tulen ini dengan perasaan bungah dan suka cita.

"Hihihi…Joko…Joko…."

"Itu tho yang pengin kamu ceritakan ke bibi…"
….
"Selamat ya, buat bocah kesayangan bibi…ponakan bibi paling cakep..and paling pinter…paling baik…yang sekarang telah tumbuh dewasa menjadi seorang pria sejati…hehehehe…"ucap Aini lalu mengajak Joko ikut berdiri saling berhadapan.

Aini yang sebenarnya berpostur cukup semampai ternyata hanya sebahu Joko sekarang..

Aini mendongakkan kepala menatap wajah tampan Joko sambil membelai kedua pipinya. Senyum sumringah nampak tersungging di paras ayunya.

"Berapa usia kamu, Ko…?

"...bulan depan 17 tahun Bi…"jawab Joko.

"Begitu ya…"
.........
"Perlu kamu tahu sayang, mimpi basah itu bukan kelainan, Ko…"
…..
"Itu sesuatu yang normal dialami anak laki-laki yang sudah baligh seperti kamu, Ko…"
......
"Sebuah pertanda bahwa seorang anak laki-laki sudah memasuki usia pubertas alias dewasa…'
........
"...jadi sudah saatnya kamu berpikir dan bertindak bukan lagi seperti anak kemaren sore…bukan lagi bergaya seperti anak kecil…"
"...
"...bibi juga tidak begitu tahu detailnya seperti apa…"
........
"Garis besarnya kurang lebih kayak begitu…"

"Lebih jelasnya kamu bisa tanya ke guru BP kamu ya…"
......
"Beliau pasti punya penjelasan yang lebih detail ketimbang bibi…"

"Bibi hanya pengin ucapin selamat sekali lagi ke kamu, Ko…"
.........
"...bibi senang sekali, akhirnya bayi kecil yang imut menggemaskan itu kini telah tumbuh besar menjadi pria seutuhnya…"kata Aini sambil tersenyum sumringah memandang Joko.

Dicubitnya gemes pipi Joko yang memiliki struktur tulang yang terlihat tirus dan kokoh menambah kesan gagah serta macho di wajah gantengnya.

"Ah, bibi…Joko jadi malu ah…"
Sahut Joko sambil tersenyum setengah nyengir lalu garuk-garuk kepalanya sendiri yang tidak gatal.

Aini hanya tertawa kecil melihat tingkah Joko yang nampak malu-malu itu.

Joko pun nampak melepas senyum lega mendengar penjelasan singkat bibinya.

Aini memegang lembut kepala Joko lalu dikecupnya kening Joko sambil jinjit kedua kakinya sedangkan Joko nampak menunduk. Setelahnya sepasang mata mereka pun saling bertatapan penuh kasih.

Seutas senyum nampak di bibir sang bibi dan keponakannya itu.

"Terima kasih Bi…"
….
"Ntar di sekolah, Joko akan coba tanyakan lebih jelas ke guru BP sekolah…Bu Sofiatun…"ucap Joko hendak berpamitan ke sekolah.

"Oya, sayang…."
……
"...ehmmm…bibi khan perempuan jadi ndak pernah ngalamin yang namanya mimpi basah…"

"...bibi juga penasaran nih…"
.......
"...waktu kamu mengalami mimpi basah itu, apa…apa kamu mimpi sesuatu gitu, sayang….?" Tanya Aini yang setengah ragu setengah malu menanyakan itu ke Joko.

Joko yang terkejut nampak kikuk mendapat pertanyaan itu lalu segera sadar. Ia pun menggelengkan kepala sambil tersenyum lebar.

"Ya sudah…hati2 ya di jalan…"

"Oya, sayang…"
".....
"Tolong kamu sempatin mampir dulu ke rumah Eyang Toyo ya…kasihkan rantang berisi makan siang ini buat beliau, Ko…"

"Ya Bi…"

"...Joko berangkat dulu ya Bi…."

"Assalamu*laikum…."

"Waal*ikum salam…
"

Sebentar Joko meraih tangan mulus Aini hendak menciumnya.

Namun Joko sejenak terpaku ketika mata tajamnya melihat sesuatu di kulit bagian dalam pergelangan bibinya. Seperti tato tapi sebenarnya bukan.

Sebuah ruam kulit berukuran mungil yang muncul keluar bak dari dalam membentuk semacam "cetakan" sepintas mirip bunga lotus.

Sesuatu yang anehnya baru ia sadari setelah sekian lama tinggal bersama bibinya terkasih.



"Bi, ehmmm…ini..?

Aini hanya tersenyum tipis lalu balas menggenggam lembut tangan kekar Joko.

"Ooww, ini cuma tanda lahir biasa kok, Sayang…"
......
"...biasa, setiap orang kadang punya tanda berbeda-beda…."

Joko balas tersenyum lalu mengecup lembut jemari halus dan putih bibinya ini sambil matanya tak lepas memandangi tanda lahir unik yang seolah terpatri di kulit Aini.

Selepas Joko berangkat sekolah dengan sepeda motornya. Aini menuju teras belakang menemui Utari.

"Mbak Ut, jangan lupa ya kalu pesananku datang…."

"Ok Say,…beres..."
"Don't worry Ai…"balas Utari yang terlihat sibuk menjemur pakaian.

==========


"Lare Gunung"
Cipt. Manthous , vocal. Mus Mulyadi


Kula niki lare nggunung
Adoh kutha manggene ten kampung
Cedak alas, cedak nggrumbul
Gung liwang-liwung
Dede margi nanging lurung

Slendang klambi jarike kawung
Pakne kuncung, mung bebetan sarung
Adoh ratu caket watu
Sak gunung-gunung
Kirang gaul alias srawung

Nanging kula lare nggunung
Ampun supe, ampun lali petung
Niat nulung nopo mentung?
Kula wong bingung
Ra nduwe bapak, ra nduwe biyung

Nora udan, nora mendung
Kok jamane poro piyayi bingung
Mbiyen pripun kok ra di etung
N'rima nasib kula lare nggunung


Nyanyian merdu alm. Mus Mulyadi mendendangkan lagu campursari berjudul "Lare Gunung" terdengar lembut dari sebuah compo jadul merek Polytron di teras depan rumah joglo sederhana namun asri berhalaman lapang itu milik Pakde Toyo.



Sesekali riuh suara burung kutilang kesayangannya menimpali menambah suasana pagi itu kian semarak.



Sebuah sepeda motor Honda Supra lawas nampak terparkir di luar pagar kayu berhias tanaman bunga melati tumbuh subur menebarkan aroma wangi yang memikat.

Pakde Toyo nampak bercakap-cakap dengan Joko sambil sesekali menepuk lengan pemuda gagah ini.

Sekepul asap putih dari rokok lintingan kesukaannya berhembus seiring mata yang mulai nampak cekung keriput itu mengerjap begitu menikmati aroma wangi tembakau.

Senyumannya di pipi yang mulai kempot itu tak habis-habisnya tersungging menatap kagum sosok ganteng di hadapannya.

"Walah…Saiki awakmu wis gede tenan, Ngger.."
.......
"...aku betul-betul bangga dan bahagia melihatmu sekarang tumbuh begitu gagah perkasa koyo Bimo…ganteng koyok Janoko…"
"...weleh-weleh…hahaha…"ucapnya.

Joko nampak menunduk tersipu lalu mencium kedua telapak tangan Pakde Toyo penuh hormat.

"Ini semua berkat asuhan Bibi, dan juga eyanggg…"

Tiba-tiba Joko berhenti saat pria sepuh ini dadah-dadah ke arahnya.

"Husssh…Ngger Joko Sembrani…cucuku…cah bagusss…"
.......
"...sudah berapa kali aku ngomong…mosok arep tak ulang-ulang terusss…"
….
"Nek kowe karo sopo wae arep ngundang aku…Ojo nganggo celukan eyang opo maneh simbah…"
.....
"...aku ora doyan…ora ikhlas…"
….
"Memang ulun wis tuwo mekekek…ameh buyuten…tapi aku wegah nek diundang koyok kuwi…"

"...aku luwih seneng nek diundang Pakde…"
.......
"Maksute ben kethok enom…ngono lho Ngger…"
.......
"...mudeng ora cah bagus…
hehehe…"kekeh Pakde Toyo yang kini sudah menginjak usia hampir 80 tahun namun terlihat bugar penuh semangat meski sedikit kurus.

Joko lagi-lagi tersenyum lebar lalu manggut-manggut mengiyakan ucapan pria sepuh ini.

"Injih Ey…eh, Pakde…Pakde Toyo…."ucap Joko terbata lalu tertawa geli sendiri bersamaan tawa Pakde Toyo.

Pakde menepuk bahu tegap Joko lalu mengajaknya masuk ke dalam.



Joko menaruh rantang nasi berisi lauk pauk di atas meja makan.

Sebentar pandang matanya menatap ruangan di dalam rumah Pakde Toyo yang berlantaikan ubin sederhana.

Terlihat minimalis hanya terlihat sebuah TV kecil 14", meja, kursi, almari dan rak piring seadanya. Tanpa kulkas, dispenser apalagi komputer.

Hanya sebuah kendi kecil di atas meja berisi air putih dan termos jadul berisi air panas.

Semua perabot itu tertata rapi dan bersih menandaskan beliau sosok yang sregep lan nastiti.
(Rajin dan teliti.red)

"Bibimu Aini memang sangat perhatian…"

"Aku bola-bali wis ngomong…ora usah repot-repot…tapi bibimu kekeh wae masak kanggo wong tuwo elek iki…"ucap beliau kembali tersenyum simpul.

"Bibi memang sangat peduli dan sayang sama Pakde…"
......
"...buat bibi Ai, pakde sudah seperti ayahnya sendiri…"
.......
"Berulang kali bibi selalu mengatakan sama Koko…betapa besar jasa Pakde di saat bibi sendirian mengasuh Koko…"

Pakde Toyo tersenyum lebar lalu diam membisu.

Matanya yang sedikit cekung nampak berkaca-kaca lalu memeluk erat Joko Sembrani penuh keharuan.

"Kamu dan Aini sudah menjadi anak yatim piatu, Ngger…"

"Sudah kewajibanku menolong mereka yang membutuhkan meski dengan bantuan ala kadarnya…"
…..
"Aku sendiri hidup melajang hingga sekarang…"

"Sebuah kebahagiaan tak terkira buat pakde bisa memiliki hubungan emosional dengan orang lain layaknya keluarga sendiri…"
…..
"Sama seperti bibimu, Ngger…"

"Pakde sudah menganggap kalian berdua seperti anak dan cucuku sendiri…"kata Pakde Toyo sambil menatap haru ke arah Joko.

Joko yang larut akan nuansa haru ini tak ayal ikut mbrebes mili berempati akan apa yang dirasakan lelaki berusia lanjut tersebut.
(Menitikkan air mata.red)

"Oalah, kok malah jadi cengeng begini ahhh…hehehe…"kata Pakde Toyo lalu mengusap matanya yang semula sembab.

"Yo wis nek ngono, Ngger…"
…..
"Kowe arep mangkat ning sekolah tho..?
.....
"...ndang gelis, cepet…mengko terlambat lho…"
.......
"Pakdemu wegah nek mengko diseneni bibimu kae goro-goro awakmu kesuwen ning omahe Pakde…"


"Ndang kono…." Ucap Pakde Toyo setengah khawatir masih sempat nyengir lucu ke arah Joko.
(Cepat sana.red)

"Ehmm, masih setengah jam lagi kok, Pakde…"
......
"Masih cukup waktu…"

"Oya Pakde…omong-omong kemaren dulu itu Pakde sempat cerita kalu Pakde punya senjata-senjata mustika keraton peninggalan leluhur Pakde…"

"Joko penasaran banget pengin lihat koleksinya Pakde…"

"Kebetulan besok ada tugas kesenian membuat kliping dan artikel tentang pusaka keraton…"

"...boleh ya Pakde…?
….
"Sebentar saja kok Pakde…"rayu Joko sambil menjura hormat ke arah pria ini.

Sejenak Pakde Toyo tak menjawab. Hanya diam seolah-olah ada yang ia pikirkan.

Namun sesaat kemudian Pakde Toyo nampak melepas senyum lalu mengajak Joko menuju ruangan pribadinya.

Sampailah mereka di sebuah ruangan cukup kecil di bagian belakang rumah Pakde Toyo.

Dibukanya pintu kamar itu yang terlihat gelap tanpa penerangan.

Pakde lalu menyalakan lampu teplok dan dupa.



Mata Joko membesar saat melihat aneka rupa barang-barang kuno yang menyerupai perkakas keraton jaman dulu tergeletak rapi.

Panci periuk, tombak, payung kertas dan masih banyak benda-benda kuno terlihat tertata rapi.

Sekian waktu sepasang mata tajam beralis tebal melengkung dan bersorot jernih itu mengitari seluk beluk ruangan.

Pandangannya lalu terpaku menatap sejumlah benda menyerupai keris serta tombak di atas sebuah altar meja terbuat dari kayu jati nan kokoh.

"Eh, Ngger Joko…hati-hati.."
….
"Angger boleh lihat tapi sementara jangan dipegang dulu ya…"kata Pakde buru-buru mengingatkan.

"Keris dan tombak itu belum Pakde mandikan…"tambah Pakde lagi.

Joko yang cepat tanggap lalu menarik lagi tangannya yang hendak meraih sebilah tombak di dekatnya sambil mengangguk dan tersenyum mematuhi ucapan Pakde Toyo.

"Pakde tinggal ke belakang dulu ya, Ngger…"

"Njih, Pakde…"

Aura kamar pusaka milik Pakde Toyo ini seakan mengeluarkan aura magis yang sulit dicerna.

Bukan dalam arti menyeramkan melainkan lebih kepada aura mistis yang misterius sekaligus artistik.

Aura mistis ini pelan tapi pasti seolah berusaha menarik batin anak muda ini untuk mendekat dan menyentuhnya.

Sepasang mata bening Joko melebar saat jemari tangan kanannya perlahan mengarah ke salah satu pusaka mirip tombak yang tergeletak di atas altar.

Tangannya terlihat gemetar saat jari jemarinya sedikit lagi menyentuh gagang tombak.

Lalu entah kekuatan darimana membuat Joko "lancang" memberanikan diri memegang tombak tersebut.

Dan….

"...akhhhh…!"
Seru Joko cukup keras hingga terdengar ke ruang tengah.

"Angger….Ngger Joko Sembrani…!!
........
"...ada apa Ngger….??!!
Ucap Pakde Toyo yang tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar pusaka saat mendengar seruan Joko.

Mata tua itu sontak mendelik tak berkesip memandang ke muka.

Kedua kakinya seakan terpantek ke bumi.

Nafasnya terlihat memburu dengan detak jantungnya bergetar kuat diiringi keringat dingin mendadak muncul di sudut keningnya yang mulai berkeriput.

Apa yang dilihat beliau sebenarnya sampai membuat Pakde Toyo seperti diam membeku…?

Tepat di hadapannya berjarak hanya beberapa langkah. Di depan altar kayu jati dimana sejumlah pusakanya tertata rapi, terlihat satu sosok berdiri membelakanginya persis di posisi Joko Sembrani terakhir kali berdiri.

Sosok itu menampakkan seorang pria bertubuh tinggi tegap kekar berisi.

Tubuh bagian atas pria itu nampak terbuka tanpa baju hanya berhiaskan manik-manik dan gelang di sekujur tubuhnya memantulkan sinar keemasan dari nyala lampu teplok di dinding.

Kilau perhiasan di tubuh tegap itu kian nampak moncer manakala mahkota emas dan batu mulia di atas kepalanya turut memancarkan pamor yang begitu menggetarkan dada Pakde Toyo.



Matanya tak berkedip memandang punggung sosok asing tersebut terlebih saat pria itu memutar badan saling berhadapan dengan Pakde Toyo.

Meski dalam cahaya remang terlihat cukup jelas seraut wajah pria tampan yang bisa dibilang begitu sempurna tanpa cela.

Beralis tebal melengkung tajam. Hidung mancung begitu serasi dengan bibir tipisnya yang indah bentuknya. Berona merah dan basah.

Dagu lancip mengotak dengan belahan kecil di tengahnya serta garis tarikan tulang pipi yang tegas menambah aura wibawa sekaligus sensualitas semakin kentara.

Namun ada satu yang membuat siapapun bakalan terpana menatap keindahan paras pemuda ini. Tidak lain adalah sepasang matanya yang sulit digambarkan saking indahnya.



Mata Biru - Ilustrasi

Mata itu begitu bening, berwarna biru cerah cemerlang. Sorotnya tajam seakan memancarkan kilatan sinar komala yang menakjubkan.
Sorot mata yang seolah mampu membius siapapun yang bertatapan langsung dengannya.
(Permata.red)

Tidak terkecuali bagi seorang pria lanjut seperti Pakde Toyo.

Namun sebagai pria sepuh yang biasa tirakat dan tergembleng batinnya, Pakde Toyo segera sadar lalu mencoba menyapa lembut sosok pemuda itu.

"Sopo siro, Ngger…??

(Siapa kamu ? red)

Sosok pria misterius tak langsung menjawab lalu hanya balas tersenyum dan merapatkan tangan di depan dada. Menjura hormat ke arah Pakde Toyo.

Sebuah benda seperti tombak nampak membelit bagian belakang punggungnya yang telanjang dan kekar berisi dengan hanya berhiaskan manik-manik berwarna perak dan emas.

Pakde Toyo spontan mengusap-usap matanya sesekali terpejam melihat sosok penampakan asing yang sungguh tak lazim ini.

Namun hanya sekejap ia memejamkan mata hendak kembali bertanya sosok itu menghilang dan berganti sosok lain yang sangat dikenalnya…Joko Sembrani !

Joko tersenyum kepada pakde yang berdiri mematung lalu memegang pundaknya lembut.

"Ah, Pakde…kok diam saja..."
"Hampir Joko tinggal pergi karena nungguin Pakde kelamaan, hehehe…"katanya lalu mengajak Pakde Toyo keluar kamar.

Pakde Toyo memandangi Joko dengan mimik serius masih kondisi setengah sadar sambil mengusap-usap wajah anak muda ini dengan tangan sedikit gemetar.

Joko tersenyum lalu mengecup tangan pria sepuh ini.

"Joko berangkat ke sekolah dulu njih Pakde…"

"Kapan-kapan…Joko mau ngobrol banyak lagi soal pusaka koleksi Pakde…."

"Ass*lamu*laikum…."

Pakde Toyo tak langsung menjawab.

Dreeemm…dreemmmmmmm….

Setelah Suzuki Satria FU yang ditunggangi Joko menjauh barulah bibir Pakde membalas salam Joko.

"Wass*lamu'al*ikum…Ngger…"
Ucapnya sambil memandang tajam tak berkesip seolah mengawal kepergian anak muda itu.

Pakde segera menutup pintu.

Sejenak perasaannya yang peka seakan membisikkan sesuatu bahwa ia harus kembali ke kamar penyimpanan pusakanya.

Benar saja, sesampainya di dalam mata pakde melihat sesuatu di atas altar.

Diraihnya benda yang ternyata adalah sebuah tombak cundrik bersepuh keemasan.
(Tombak kecil. Red)

Benda asing yang jelas bukan kepunyaannya...!




Hawa hangat seketika menjalar hingga ke seluruh anggota tubuhnya saat Pakde Toyo menggenggamnya erat.

Mata tua itu terpejam sesaat lalu perlahan terbuka disertai ucapan lirihnya.

"Sopo sejatining awakmu, Ngger...???"

(Siapa sebenarnya dirimu, Nak...?)


========

l-images-26384121b3f3483c55952a8da4a24d290c20200623233910-bimacms-2.jpg


Siang harinya sewaktu jam istirahat di ruang BP, SMA Negeri 1 Lohjinawi.

(BP: Bimbingan & Penyuluhan, istilah lama / BK : Bimbingan & Konseling, istilah baru)

"Mimpi basah merupakan peristiwa ejakulasi saat seorang laki-laki sedang tidur, Ko…"
….
"Ejakulasi berarti mengeluarkan air mani yaitu cairan yang mengandung sperma dari dalam penis…"
…..
"Seseorang akan mengalami mimpi basah jika sudah melewati masa pubertas dan testis mampu menghasilkan sperma…"
…..
"..itu bahasa secara medisnya…"
….
"Sampai di sini kamu paham, Ko..? ucap Bu Hj. Sofiatun Ulya, S.Psi, M.Pd, sang guru BP yang disegani para siswa karena terkenal tegas tanpa kompromi.

Joko yang menyimak serius nampak manggut-manggut mendengar penjelasan dari gurunya ini.

"Saya paham Bu…"
…..
"...terus apa hubungannya dengan agama, moral dan norma Bu…? Tanya Joko lagi.

Bu Sofiatun nampak tersenyum manis.

Sejenak ia melirik ke kiri ke kanan seolah mengawasi apakah ada orang lain di situ selain mereka berdua.

Sebentar kemudian Bu guru BP yang cantik berhijab ini perlahan merubah posisi duduknya.

Dari yang semula saling berhadapan kini beliau memilih posisi duduk bersebelahan dengan Joko.

Joko yang tak menyangka tingkah ibu muda ini nampak rikuh didekati Bu Sofiatun dalam jarak begitu dekat.

"Dalam kacamata agama, mimpi basah disebut Ihtilam.
"Artinya sama yaitu keluarnya air mani saat tidur melalui mimpi erotis hingga ia atau laki-laki itu mengalami ejakulasi…"
"....
"Agama beranggapan bahwa setiap pria yang telah mengalami Ihtilam ini sudah memiliki kewajiban untuk menjalankan aturan agama yang dianutnya…"
....
"...misal sholat…puasa..dll.."
….
"Secara norma sosial maupun psikologis…berarti pria tersebut sudah diharuskan memiliki tanggung jawab moral.."

"...terus apa itu tanggung jawab moral…?

"Tanggungjawab moral itu diantaranya bersikaplah jujur kepada orang lain, menjalin hubungan yang baik dengan orangtua, saudara, teman dst...
.......
"Perlakukan orang lain seperti kita sendiri ingin diperlakukan. ...
.....
"...belajarlah dengan tekun…dan yang tak kalah penting…"
......
"...bersikap dewasa dan berani memikul resiko dari segala perbuatan, sikap dan tutur katanya…"

Joko terus mendengarkan penuturan dari Bu Sofiatun, guru BP dengan seksama.

Guru BP yang kata teman-temannya selalu ketus dan "garang" kepada semua siswa.

Namun anehnya hal itu sama sekali tak berlaku kepada dirinya.

Joko merasakan ibu guru cantik bertubuh tinggi bahenol yang senantiasa mengenakan hijab dengan rok ketatnya ini memperlakukannya laiknya bibinya.

Lembut, penuh kasih sayang bahkan cenderung mesra.

Kalu bibi Aini, Joko bisa memaklumi dan tidak mempersoalkannya namun lain halnya kalu yang melakukannya orang lain seperti Bu Sofiatun ini.

Mata bening Bu guru muda berusia sepantaran Aini ini terus menatap wajah dan mata Joko dengan pandangan kagum dan begitu dalam.

Seringkali senyuman manisnya nampak tersungging di parasnya yang cukup cantik meski rada menor itu.

Sesekali lidahnya bermain-main di bibir merahnya yang sedikit terbuka seakan mencoba menarik simpul kejantanan dalam diri sang perjaka tampan ini.

Joko yang mulai jengah akan sikap berlebihan Bu Sofiatun ini hendak memutus percakapan sekalian hendak kembali ke kelas.

Namun niatnya tertahan.

Tangan lembut Bu Sofiatun yang putih mulus berhias cincin dan jam mahal gemerlap ini telah hinggap di paha kekarnya yang berbalut celana abu-abu ketat.

"Kooo…."
katanya begitu lembut mendayu.

"Kamu tanya ke ibu soal mimpi basah…"
….
"Apa kamu mengalaminya sayanggg…?

"...ehmmm…maksud ibu, kamu keluar sperma…gitu Ko…??


Pertanyaan yang terlalu pribadi ini membuat Joko terhenyak.

Joko semakin kikuk saat guru BP cantik yang sudah bergelar Hajjah sekaligus S2 ini kian dekat sampai paha montoknya yang berbalut rok ketat seksi menampilkan bokong besarnya yang padat semok mendesak tubuh Joko.



Ibu Hj. Sofiatun Ulya, S.Psi, M.Pd


Wangi parfumnya menyengat di hidung perjaka ini membuatnya gelagapan.

Mata wanita cantik ini terus menyoroti seluk beluk wajah tampan Joko dengan pandangan mesra lalu turun perlahan hingga ke pangkal pahanya.

Tanpa Joko sadari, Bu Sofiatun menggigit bibirnya sendiri sambil mendesah lirih saat mata beningnya mengerling manja menatap tonjolan besar di selangkangan anak muda ini.

"Anu…Ehmmm….maaf Bu…"

"Joko…Joko mau kembali ke kelas…karena sebentar lagi jam pelajaran akan mulai…"

"...saya..saya permisi dulu Bu…".

"Terima kasih atas penjelasan ibu barusan…"ucap Joko hendak berdiri.

"Sayaaaa…"

Bruuughh….

Tiba-tiba Bu Sofiatun yang setengah ikut berdiri entah sengaja atau tidak jatuh menubruk Joko hingga tubuh semoknya menindih anak muda ini di atas kursi sofa panjang di ruangan itu.

"Akhhh…Ibuuu…"
kata Joko terkaget.

Joko bisa merasakan dengus nafas Bu Sofiatun yang hangat di kulit wajahnya.

"Ssshhhh….hahhhh…Joko…kamuuu…"ucap Bu Sofiatun sembari jemari tangannya yang putih mulus dengan cepat menggenggam sesuatu yang besar di pangkal paha di balik celana abu-abu milik Joko lalu diremasnya lembut nakal sambil mendesah kuat.

Joko yang makin tak enak hati alias tak karu-karuan sontak menahan pergelangan ibu yang kian bergerak membabi-buta di area intimnya.

Joko pun lantas bergegas bangun.

Joko menoleh sebentar, menjura hormat lalu cepat bergegas membuka pintu ruangan. Meninggalkan sosok cantik berbodi aduhai terbungkus hijab dan rok ketat seragam PNS nya yang nampak terpaku di atas sofa.

"Ahhhh….Joko….kamu…kamu…"katanya lirih dengan sorot mata sayu memandang kepergian Joko.

Di dalam kelas….

Joko nampak termenung.

Dia betul-betul tak habis pikir dengan apa yang barusan terjadi di ruangan BK.

"Apa beliau…kerasukan demit yah…? Begitu pikir Joko selintas.

Dua tahun sudah Joko menginjak bangku SMA. Dan selama itu pula banyak hal-hal yang Joko alami terutama terkait dengan para wanita yang membuatnya malu sendiri.

Bukan sekedar banyak…malah bisa dibilang terlampau banyak untuk diceritakan.

Mulai dari kegatelan teman-teman perempuannya apalagi saat tidak ada lelaki di sana.

Terus…mbak-mbak dan ibu-ibu yang bahkan sama sekali tak dikenalnya sampai tega berlaku "tidak senonoh" terhadapnya.

Berani pegang-pegang bagian pribadinya, percakapan intim disertai ucapan vulgar bernada seksual, kiriman pesan pendek via WA ke nomer hape nya, tautan video porno di Facebooknya disertai video bugil mereka.

Bahkan seringkali ia mendapat telpon dari banyak wanita-wanita yang entah siapa itu dan dari mana mereka, teruuusss saja…terang-terangan mengajaknya indehoy alias ngamar alias tidur bareng.

(Sukarela - bahkan mereka yg menyediakan tempatnya - gratis pula + akomodasi lengkap....ckckck, bener-bener edan...)

Semua itu membuatnya sempat berpikir, "Lelaki sehebat dan setampan Arjuna sekalipun tidak pernah mengalami hal aneh macam beginian".

Joko betul-betul dibuat "pening" memikirkannya.

Ada terbersit niatnya untuk sharing kepada bibinya soal ini. Namun ia sendiri masih ragu dan akhirnya memutuskan untuk menunda membicarakannya entah sampai kapan…ia sendiri pun tak tahu.

Sementara pemuda tanggung ini masih disibukkan dengan romantika kehidupan dalam bab awal kedewasaannya, Aini…bibinya tercinta juga menghadapi problematika tak kalah rumitnya.

Pada hari yang sama di kantor kepala desa.

Sore itu seharusnya seluruh pegawai sudah meninggalkan kantor dan pulang ke rumah masing-masing.

Terlihat satu sosok perempuan muda berkerudung nampak masih sibuk membereskan pekerjaannya.

Sekian saat kemudian pemilik paras ayu nan mempesona itu nampak tersenyum setelah semuanya selesai ia bereskan.

Namun ketika hendak beranjak pulang barulah ia ingat akan pesan Bu Mar, salah seorang rekan kantornya.

"Dik Ai, sore nanti Pak Kades mau ngobrol penting sama kamu soal proyek jembatan itu…"
.....
"...tapi sekarang beliau masih ada acara penting di kantor bupati…"
.....
"Kamu diminta menunggu sampai beliau kembali…"


"Oohh…Injih Bu Mar…."sahut Aini rada terkejut setengah mangkel.

Ia sudah mempunyai jadwal rutin bahwa sepulangnya dari kantor ia akan menyiapkan hidangan makan malam terutama untuk Joko-nya tersayang.

Namun apa boleh buat, ini semua keinginan Pak Bos, pikirnya.

Tak ingin berlarut-larut, Aini memutuskan untuk menunggu sambil membersihkan yang tersisa.

Sebentar nampaklah sebuah Toyota Fortuner gagah warna putih memasuki halaman balai desa.



Imam Fadholi

Fadholi bergegas turun lalu masuk ke dalam kantor. Sejenak ia memandang Aini yang tengah membereskan meja membelakanginya.

Imam Fadholi menarik nafas dalam-dalam sambil tersenyum penuh arti saat sepasang matanya menatap keindahan seorang Aini Komalasari.

Postur padat semampai. Bahu mungil, punggung tegak, perut singset beserta pinggang ramping berarak ke pinggulnya yang mekar indah lalu berhenti ke bongkahan pantat bulatnya yang kencang menungging begitu seksi.

Keindahan bokong pejal nan istimewa kepunyaan Aini nampak jelas kelihatan berikut belahan pantat yang mencetak samar garis celana dalamnya membuat jantung pria paruh baya namun masih terlihat gagah ini berdegup keras.

Pangkal pahanya langsung terasa sesak saat si junior di selangkangannya mendadak meronta hendak berdiri namun tercekik cawet GT-Man miliknya.

"Ai, masuk ke ruanganku…"

"...ada yang ingin aku omongkan ke kamu…"

Aini tak menjawab hanya sedikit mengangguk sambil menahan sebal karena rutinitasnya terganggu pria ini.

Sejenak dada Aini seperti berdebar-debar.

Entah apa yang hendak pria ini omongkan. Sampai-sampai musti menunggu semuanya pulang terlebih dahulu.

"Duduklah Ai…"
Kata Fadholi sambil tersenyum penuh arti.

Direbahkannya tubuh tegapnya yang berisi menyandar ke kursi Ottoman nan mahal itu.


Kursi Ottoman + fitur massage

Setelah Aini duduk Fadholi tidak lekas memulai pembicaraan.

Dia seolah hanya memandang Aini mulai ujung kepala hingga tepi kakinya yang mungil dan putih mulus berbalut sepatunya.

Ia seakan menikmati betul keindahan ragawi dari sosok perempuan ayu nan mempesona di hadapannya ini.

Sesekali bibirnya nampak menyunggingkan senyuman yang di satu sisi justru membuat Aini serasa muak.

"Apa yang mau Bapak sampaikan ke saya…"

"Saya…saya tidak bisa lama-lama karena harus bersih-bersih rumah dan menyiapkan makan untuk Joko…"kata Aini terdengar datar.

Sesaat Fadholi tak lekas menjawab.

"Kau tentu paham apa yang akan kubicarakan denganmu, Ai…"
….
"Yaitu tentang masalah perjodohan kita…"

Degh... benerrr apa yang diduga Aini.

Pria ini pasti membicarakan niatnya untuk mengawininya.

"Kau tentu ingat apa yang kau katakan ketika itu…setelah anak Sumini yang kau asuh itu, si Joko berulang tahun yang pertama…".

Aini nampak terdiam. Ia terlihat tenang meski sebenarnya ketegangan dan kegundahan mulai menghinggapi perasaannya.

"Aini tidak bakalan lupa Pak…"

"Aini sangat berterimakasih atas semua bantuan Bapak selaku kepala desa.."
......
"...lebih-lebih karena budi baik Bapak, saya bisa diangkat sebagai PNS di Sawojajar ini…"
.......
"Ini semua bermanfaat besar karena dengan begitu sekaligus untuk menafkahi bukan hanya saya, melainkan yang terpenting bagi...Joko Sembrani…"

Aini nampak berusaha tegar meski hatinya kian merasa tak nyaman. Apalagi saat Fadholi berdiri mendekat ke arahnya lalu duduk di atas meja di samping tempat duduknya.

"Lalu apa jawabanmu…?

"...aku pengin tahu setelah hampir 15 tahun berlalu kau tak juga merespon niatku…"

"Perlu kau tahu Ai…"
.....
"Aku…aku sangat menyayangimu dan juga anak Sumini itu…"

"Kalau untuk menghidupi kalian berdua, bagiku sesuatu yang teramat sepele, podo karo sak upilku.."
….
"Lantas apa lagi yang kau tunggu lagi heh…? kata Fadholi mulai terdengar tak sabar.

Jemari kekarnya spontan memegang dagu lancip Aini yang indah menggantung lalu sedikit keras menolehkannya sampai keduanya saling bertatapan.

Aini makin tak nyaman namun tetap berusaha tenang.

"Waktu itu saya belum mengatakan setuju atau tidak untuk menerima pinangan Bapak, karena…"
......
"….karena saya fokus mengasuh Joko yang masih membutuhkan perhatian khusus dari saya…"

"Saya…saya hanya butuh waktu lagi untuk memikirkan itu lebih dalam dan lebih masak…"
.......
"...bukan hanya untuk kebaikan saya pribadi melainkan terutama…untuk kebahagiaan Joko...masa depannya.."sahut Aini terdengar mulai tegas seraya bangun berdiri sambil tangannya menepis lembut jemari kekar Fadholi yang semula memegang dagunya.

"Lalu sampai kapan Ai…?!"
….
"Apa aku harus menunggu sampai kau jadi perawan tua dan aku menderita lemah syahwat seperti Mbah Toyo itu…hahhh…!
.......
"...jawab aku, Ai…?!! kata Fadholi terdengar keras kali ini sambil merengkuh pinggang ramping Aini dan memutarnya hingga menghadapnya.

Aini yang nampak kaget bukan main tak mengira Fadholi nekad "menjamah" tubuhnya berusaha memalingkan muka.

Kedua tubuh mereka sudah saling mendekat dalam jarak begitu tipis.

Meski terbilang tinggi namun postur Fadholi masih sedikit di bawah Joko.

Fadholi masih memegang pinggang ramping Aini hendak mendekapnya. Tapi Aini seperti berusaha menjauh dengan menahan kedua telapak tangannya di dada bidang sang kepala desa.

Nafas Fadholi nampak memburu. Aroma lembut mewangi terpancar dari lekuk indah tubuh perempuan ayu tersebut yang membuat birahinya bangkit seketika.

Buah dada Aini yang bulat membusung indah kini hanya berjarak sekian centi saja dari dada kekar Fadholi.

"Aasshhh…jangannn Pak…tolong lepaskan saya…"
......
"...lepassss…"kata Aini setengah memekik berusaha menghindar dari pelukan kasar sang kades flamboyan ini.

Bersamaan dengan itu suara raungan kasar mesin diesel Isuzu Panther terdengar jelas dari arah depan membuat Fadholi sontak melepas dekapannya terhadap Aini.

Beberapa suara pria nampak berbincang di depan teras mengarah masuk ke dalam lobi.

"Kita akan lanjutkan pembicaraan ini lain waktu, Ai…"

"...tapi ingat, saat itu kau harus memberikan jawaban yang memuaskan aku…"
"….
"Kalau tidak, kau harus siap menanggung semua resikonya…hahhh…"

Selesai berucap dengan nada mengancam, Imam Fadholi segera merapikan diri lalu bergegas menuju teras depan menyambut tetamu yang hadir.

Sebentar kemudian dua deru mobil terdengar dari teras depan kantor balai desa yang megah itu. Meninggalkan sosok perempuan ayu yang terlihat larut dalam bimbang dan kepiluan hatinya.

Aini yang merasa tubuhnya sedikit lemas karena syok langsung merebahkan diri ke atas kursi.

Diusapnya wajahnya sendiri dengan jemari lembutnya.

Pundak mungilnya nampak tersentak-sentak halus disusul suara isak tangisnya terdengar mengalun lirih samar keluar dari sosok yang tengah terduduk lunglai tersebut.

Bibir indah berwarna kemerahan itu nampak bergetar.

Seiring untaian bulir bening air matanya jatuh menetes membasahi pipinya, Aini perlahan mengangkat wajahnya yang terlihat sembab dan sayu.

"Duh Gusti, hamba mohon pertolongan dan petunjuk-Mu…"
….
"Bimbinglah dan selamatkan hamba dan terutama keponakan hamba yang sangat kusayangi, Joko Sembrani…"

"Jauhkan kami dari orang-orang yang hendak berbuat jahat kepada kami…"
.....
"....dekatkan hamba dan ponakan hamba, Joko Sembrani ke dalam keridhoan-Mu, Gusti.."
ucapnya lirih sambil mengangkat kedua tangannya ke muka.

Kedua mata indahnya yang basah menatap langit-langit ruangan. Berusaha menembus hingga ke langit jingga yang kian berangkat senja di atas sana.

Berharap hari esok kan lebih baik untuknya dan terutama bagi anak lelaki putra tunggal almh. Kakaknya, Sumini.

Anak laki-laki yang telah ia asuh sedari bayi dengan setulus hati sepenuh jiwanya sekaligus menemani hari-harinya yang membahagiakan semenjak dulu hingga sekarang.

Anak lelaki lucu dan imut menggemaskan yang kini telah beranjak tumbuh dewasa menjadi sosok pria gagah dengan berjuta pesonanya, Joko Sembrani.

--------------

Bersambung....
https://www.semprot.com/threads/joko-sembrani.1441724/page-49#post-1907183646
 
Terakhir diubah:
menarik ceritanya
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd