Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Joko Sembrani dari Sawojajar

Yang diharapkan dari akhir kisah Anakmas Joko Sembrani...?


  • Total voters
    631
  • Poll closed .
Sug3ng siang…

Salam bahagia kepada para sedulur semuanya, khususnya penikmat setia cerita anakmas "Joko Sembrani" di mana saja berada :ceria:

Mugi tansah pinaringan sehat, seger waras lan paring berkahipun Gusti Ingkang Murbeng Dumados :hati:🙏

Terima kasih sebesar-besarnya dihaturkan kepada sedulur semua atas atensi yang diberikan kepada anakmas kami tercinta, Joko Sembrani :asyik:.

Mungkin terhitung cukup lama anakmas Joko belum terlihat di serambi rumah dikarenakan kesibukannya menjelang tes ujian kelulusan sekolahnya.

Oleh karenanya kami selaku yang diberikan tanggung jawab mengurus Anakmas Joko dengan berbagai pertimbangan untuk sementara waktu akan menutup dulu thread cerita anakmas Joko sampai dia lulus ujian nanti.

Kami mohon maaf bila hal ini mungkin mengecewakan para sedulur semua yang menantikan kiprah Anakmas Joko selanjutnya.

Namun sebagaimana yang pernah kami sampaikan melalui Podcast-nya Roy K…alias Roy Kemaki bahwasannya Anakmas Joko Sembrani akan datang kembali jika waktunya tiba.

Mengenai kapan waktunya, kami tidak bisa memastikan. Mudah-mudahan tidak akan lama karena kamipun juga berkeinginan Anakmas Joko Sembrani bisa menghibur dan menemani waktu luang para sedulur semua dengan segala sepak terjangnya :pesawat:.

Demikian yang bisa kami sampaikan pada kesempatan yang baik ini.

Salam sukses. Semoga senantiasa berbahagia untuk sedulur semuanya :halo:🙏.
 
Hari itu terlihat dua orang pemuda berjalan pelan beriringan di jalan setapak kecil pinggiran sebuah hutan yang lebat.



Matahari sebenarnya belum terlalu sore. Namun lebat dan rimbunnya pepohonan yang tumbuh liar di hutan perawan itu seakan membuat suasana di sekitarnya menjadi lebih gelap.

Awan berarak sedikit mendung nampak menggantung di atas sana hingga sinar matahari kian kesulitan menyinari kedua pemuda yang makin dalam memasuki hutan tersebut.

Kedua pemuda sebaya itu terus merangsek masuk menyusuri jalan setapak yang kini tak nampak lagi ditelan lebatnya ilalang dan semak belukar.

"Lik…kayaknya jalan ini sudah lama sekali nggak diinjak orang…nggak kelihatan lagi kanan kirinya…"keluh seorang di antaranya yang berjalan paling belakang mengenakan kopiah.

"Sepertinya begitu…"
........
"...tapi menurutku ini justru sebuah keuntungan Yok…"
"Berarti cuma kita berdua yang memasuki alas Lesanpuro ini…"
"Kita akan untung besar…"kata pemuda di depannya yang memakai ikat kepala sambil menyeringai lalu menggosokkan kedua tangannya.

Makin lama semakin dalam mereka masuk hingga mentari sore sudah tak mampu lagi menjangkau keadaan sekitarnya.

"Nyalakan sentir, Yok…"ucap pemuda berikat kepala.



Sejenak mengutak-atik akhirnya seberkas sinar api kecil dari sebuah lampu minyak sedikit menerangi jalan di hadapan mereka.

Keduanya sontak mengerenyitkan dahi melihat bagaimana lebatnya ilalang dan semak belukar di depan mereka.

Pemuda itu lantas mengeluarkan sebilah golok dari pinggangnya lalu ditebasnya semak-semak tersebut seraya merangsek masuk.

Temannya di belakang yang berkopiah nampak sedikit gentar namun ia terpaksa memberanikan diri mengikuti temannya sambil matanya celingak-celinguk ke sana kemari.

"Ssshhh…aaahhh…Toyo…Toyo…jan kakeane tenan…kenapa kamu mau saja dibawa ke tempat angker begini…"
"...kupikir hanya di pinggir sungai, bawah pohon atau kuburan…ternyata alas setan seperti ini…"

.......
"...ckckck…ngeri..ngeri…"keluh si pemuda berkopiah menggerutu pada dirinya sendiri lalu memandang ke muka menghadap punggung temannya yang masih sibuk melangkah sambil membabat ilalang sedang tangan lainnya membawa sentir minyak.

Ia harus mengakui teman karibnya semenjak kecil bernama Fadholi Ichsan yang akrab dipanggilnya Dholik ini memang sosok pemberani sekaligus jagoan.

Besar nyalinya sekaligus kuat dan pintar. Tidak seperti dirinya yang rada jembet (Jawa. Penakut) plus sedikit telmi alias telat mikir.

Entah berapa lama mereka berjalan hingga keduanya tiba di sebuah tebing bebatuan di tengah hutan membentuk gua alami yang cukup besar dan asri.

Keduanya saling bertatapan sebelum Dholik mengajak Toyo masuk ke dalam gua.

"Ini tempat yang cocok untuk kita semedi, Yok…"
"...siapkan sesajen dan perlengkapan…"ujar Dholik.

Toyo menurunkan tas keranjang yang semula dipanggulnya.

Petok…petok…!

Suara ayam berkotek langsung terdengar memecah keheningan saat Toyo mengambil seekor ayam cemani



Sementara Fadholi menyiapkan ubo rampe berupa kembang setaman, menyalakan kemenyan dan lampu minyak sentir.

Tak lama kemudian bau harum kemenyan menyeruak di sekitarnya membuat suasana semakin mistis dan terkesan angker.

Beberapa saat menunggu hingga mendekati waktu tengah malam.

Fadholi dengan dibantu Toyo menyembelih ayam cemani tersebut dan menaruhnya di antara sesaji yang telah siap di dasar gua menyerupai sebuah altar dolmen.

"Yok, ikuti mantra yang kubaca terus duduk bersila di sebelahku…"
"...dan ingat…bila nanti ada yang datang apapun itu kau tidak perlu takut…"
.......
"...semuanya akan baik-baik saja…karena kita datang bukan untuk membuat onar…"pesan Fadholi yang segera diiyakan Toyo.

Waktu terus bergulir.

Kedua pemuda itu nampak khusyuk dalam semedinya. Raut muka Fadholi nampak tenang dan kukuh. Sepertinya dia telah larut dalam keheningan hutan ini. Bagaimana dengan Toyo…?

Wajahnya sekilas nampak tenang tapi bila diperhatikan alis matanya bergerak-gerak berikut kelopak matanya. Ini menandakan bahwa Toyo belum sepenuhnya larut dalam semedinya.

Sekilas ujung matanya sedikit terbuka seakan mengintip.

Rasa takut pelan-pelan kian menggelayuti pikirannya membuat dirinya tak jenak duduk bersila sekian lama.

Suara jangkrik dan kodok yang sedari tadi sempat terdengar tiba-tiba berhenti. Suasana seketika berubah menyebarkan hawa yang singup (angker) di sekitaran gua di mana kedua anak muda itu bersemedi.

Toyo yang makin gelisah semenjak pertengahan semedinya kian tak nyaman dibuatnya.

Sampai kemudian Toyo merasakan bulu kuduknya merinding disko disusul bulu tangannya ikut meremang. Dadanya berdegup kencang terlebih saat sebuah suara asing mendesis mendekat ke arahnya.

Toyo benar-benar tak bisa menahan diri untuk tidak membuka mata melihat apa yang terjadi.

Betul saja,...

Tepat di hadapannya di bibir gua dalam jarak sepuluh langkah satu sosok penampakan menyerupai ular kobra berukuran cukup besar berdiri tegak mengeluarkan desis yang menggetarkan jantung Toyo.

Matanya melebar dengan keringat dingin mengalir membasahi pelipisnya saat betapa ular kobra tersebut semakin dekat ke arahnya dan Fadholi. Akhirnya sosok hewan melata nan buas itu sudah tepat berada di samping sesaji di mana terdapat ayam Cemani segar yang baru di potongnya.

Fadholi masih khusuk bersemedi dengan mata terpejam. Lain dengan Toyo yang memandang pemandangan seram yang hanya sekian jengkal saja dari dirinya.

Mata anak muda ini terlihat memancarkan sinar ketakutan yang kian merasuki badannya. Tubuhnya nampak gemetar dengan mulut terbuka. Nafasnya seperti tertahan menahan rasa gentar di sekujur tubuhnya.

Ular tersebut terlihat mendekat dan semakin nampak jelas di pelupuk matanya.

Sedikit berbeda dari ular kobra yang pernah dilihatnya.

Ular kobra ini ukurannya lebih besar dan panjang. Kulitnya nampak bersisik tebal dan seakan berkilat dalam timpaan lampu minyak di tengah sesaji.

Satu yang membuat Toyo makin terperangah yaitu ular kobra besar tersebut ternyata memiliki sesuatu benda unik yang menempel di kepalanya. Persisnya di samping sisi kiri dan kanan kepalanya atau sisi bagian telinga ular itu.

Matanya memincing berusaha melihat lebih jelas benda apa yang menggantung tersebut.

Ternyata….

Toyo merasa takjub sekaligus takut bersamaan saat menyadari benda yang menggantung itu adalah sebuah benda seperti anting bermata batu merah delima !



Ilustrasi

Anting itu berkilau dalam gelap memancarkan sinar kemerahan yang memukau sekaligus menimbulkan aura mistis luar biasa pada ular tersebut.

Jantung Toyo makin berdetak kencang dan mencapai puncaknya saat kepala ular itu sudah sangat dekat.

Dan…

haapppp…!!!


Darah di kepala dan tubuh Toyo seketika tersirap. Nyawanya serasa terbang saat kepala ular itu meliuk dan langsung menerkam Ayam Cemani segar yang tersaji di hadapannya.

Ditelannya ayam cemani itu sedikit demi sedikit dengan lahapnya sampai tak bersisa.

Toyo masih mematung dengan mata membuka nyalang. Sementara Fadholi lagi-lagi masih diam tak bereaksi atas apa yang terjadi saat itu.

Setelah tertelan semua ular tersebut kembali berdiri tegak lalu menoleh ke samping seolah memandangi kedua anak muda itu dengan sorot matanya yang angker.

Toyo tak mampu menahan diri saat sang ular mendekat ke arahnya.

Hampir saja ia mencelat mundur saat ular tersebut lewat hanya sekian cm di bawah kakinya.

Sampai kemudian si ular yang terkenal karena bisa dan keindahannya itu diam mematung di hadapan Fadholi.

Mulutnya membuka dan mendesis keras lalu melata di kaki Fadholi terus naik menggerayangi sekujur tubuh pemuda berikat kepala itu.

Luar biasanya, Fadholi Ichsan masih tenang terlihat tak bergeming sama sekali.

Kejadian yang begitu seram dan nyata itu berlangsung selama sekian menit. Sebelum kemudian si ular turun dari tubuh Fadholi lalu kembali melata menjauh menuju mulut gua.

Sontak hal itu membuat Toyo lega luar biasa. Diusapnya peluh yang membanjiri sekujur tubuhnya sambil geleng-geleng kepala atas ketenangan teman karibnya. Nyatalah baginya Fadholi benar-benar pria sejati yang membuatnya kagum akan keberaniannya.

Fajar pun menyeruak membuat Fadholi akhirnya membuka mata.

"Ahhh…tak terasa akhirnya pagi datang.."
…..
"Sekarang akan kulihat apa ada sesuatu di dalam sesaji…"ujarnya sambil mengangkat lengannya ke atas.

Dilihatnya sekilas Toyo masih duduk terpekur dalam posisi bersemedi.

"Ah, kau betul-betul Istiqomah, Yok…"
.......
"...kupikir kau ini lelaki penakut dan cuma bacot doang…"
"...tak salah aku mengajakmu kemari…"ucap Fadholi sambil tersenyum tipis.

Setelah sesaat merapikan baju, mata Fadholi mengarah ke tengah sesaji. Matanya membuka dan seketika keluar pekik dari bibirnya.

"Aakkhhh…!
......
"....Yok…Yok…bangun Yok…!"

"Yok….lihat ini…!! ucapnya begitu antusiasnya sambil membangunkan Toyo.

"Hoaaahhh….yah…"
".....
"...piye Lik…???" Katanya menyahuti Fadholi yang menggoyangkan tubuhnya cukup keras.

Toyo yang "terbangun" terlihat menguap sambil mengucek-ucek matanya lalu ikut memperhatikan tingkah karibnya.

"...berhasil…!!...kita berhasil, Yok...!!!
"... sesaji kita diambilnya…!!!
"….
"Itu berarti Nyai Ratu berkenan menyambut kedatangan kita…"
.......
"...sebentar lagi kita akan kaya raya, Yok…hahahaha….!!!"ucap Fadholi dengan begitu gembira dan bersemangat.

Di raihnya sesaji yang nampak "porak poranda" dengan sisik-sisik menyerupai kulit ular yang berkilau bertebaran di sekitarnya.

Toyo yang melihatnya pun seolah ikut "gembira" merayakannya meski dalam hatinya ia justru merasa makin tak nyaman. Tapi ia pendam dalam hatinya.

Purnama berikutnya Toyo masih setia mengikuti perjalanan Fadholi bertapa di Alas Lesanpuro.

Hingga akhirnya di purnama ke 3, Toyo menyaksikan kengerian yang luar biasa. Ribuan ular berbagai jenis menyemut di sekitar gua tempatnya dan Fadholi bertapa.

Mereka berkumpul, bergumul dan beriak satu sama lain layaknya ikan-ikan yang tengah di panen dalam tambak seperti saat dia kecil dulu.

Lalu bergelayut di tubuhnya dan Fadholi menimbulkan rasa geli dan takut luar biasa bercampur aduk menjadi satu.

Lagi-lagi Fadholi terlihat tenang tak bergeming.

Toyo bahkan sampai terkencing-kencing tak kuasa menahan rasa takutnya.

Hingga puncaknya, Toyo terpaksa mengundurkan diri tidak sanggup untuk melakoni tapa Brata di Alas Lesanpuro. Ia beralasan akan merantau kerja ke Bali mengikuti pamannya di sana.

Fadholi yang sebenarnya sangat menyesalkan keputusan teman karibnya semenjak masih ingusan ini tak bisa berbuat banyak untuk memaksakan kehendaknya. Terlebih Toyo nampak kekeh akan keputusannya ini.

"Kita sudah melangkah jauh, Yok…"
"...hanya tinggal 2 purnama lagi…apa yang pengin kita dapatkan sedari dulu akan tercapai…wanita , harta, derajat…semuanya…!
.......
"...aku…aku sangat menyesalkan keputusanmu ini…"
"......
"...pengin aku menghajarmu sampai mampus karena kita telah berusaha payah bahkan bertaruh nyawa untuk ini…"
"Tapi aku tak tega melakukannya.."
"....…
"Kuharap kau bisa merubah niatmu untuk yang terakhir kali…"ujar Fadholi saat mengantar Toyo menunggu angkot yang akan membawanya ke pelabuhan.

Toyo sejenak menunduk. Ia sebenarnya tidak mau membuyarkan impian sobat karibnya ini bahkan menyakiti perasaannya.

Ia sadar dan ingat betul sewaktu remaja dulu pernah memimpikan hidup kaya raya dan berlimpah harta serta dihormati banyak orang. Tapi entah mengapa semenjak malam pertama itu ia merasa tak nyaman hampir di setiap malam.

Gelisah, takut dan beragam rasa tak enak serta mimpi buruk justru kian menghantuinya.

Hingga akhirnya Ginah Lestari yang sudah ia anggap adiknya sendiri menasehati supaya kakak angkatnya ini bertafakur untuk memilih jalan terbaik agar tidak menerus hidup dalam kebimbangan dan kekalutan pikir.

Yah, aku harus menghentikan semua ini…biarpun nanti Dholik tega hendak membunuhku aku ikhlas…kuharap ia mau mengerti…ucap Toyo dalam hati saat ia selesai bertafakur di masjid pada tengah malam hari ke 10

Fadholi hanya menghela nafas dalam lalu menepuk bahu sobat karibnya ini.

"Kasih kabar setelah sampai ke Denpasar…"kata Dholik yang kontan diiyakan Toyo sambil melepas senyum yang terasa berat.

"Kelak jika aku sukses nanti kau akan kuhubungi…"
......
"Jadilah orang kepercayaanku, Yok…"
"...bagaimanapun kita berdua pernah sama-sama hidup susah…aku takkan melupakan kawan seperjuangan…"tambah Fadholi tersenyum penuh keyakinan.

Toyo tak menyahuti ucapan terakhir kawannya ini. Lalu berbalik setelah sebelumnya saling berpelukan erat.

Sepeninggal Toyo pergi dari Sawojajar merantau ke Bali Fadholi Ichsan meneruskan tapanya di Alas Lesanpuro seorang diri.

Ketekunan dan keteguhan niatnya berujung manis. Tepat pada malam purnama ke 7, akhirnya yang ia tunggu-tunggu menampakkan diri.

"Wahai Anak manusia, aku datang untuk memenuhi takdirmu…bukalah matamu…"

Suara itu jelas suara perempuan. Terdengar merdu mendayu dan bergaung merasuk ke dalam telinga hingga memenuhi otaknya.

Fadholi membuka matanya dan kini terlihat satu sosok penampilan ganjil di hadapannya.

Seekor ular besar bersisik putih berkilauan dengan mahkota indah di kepalanya setengah tegak berdiri menatap tajam ke arahnya dengan sorot mata bersinar kehijauan.

Sungguh penampakan yang sangat mengguncang dada dan membelalakkan pandangan.

Tapi Fadholi terlihat tenang. Ia tahu dengan siapa ia berhadapan. Benarlah, sosok yang telah dinantinya selama ini telah muncul di depan matanya.

Sambil menarik nafas dalam ia berdiri dari duduk silanya lantas bersimpuh menjura ke hadapan ular misterius nan menggetarkan itu.

"Matur sembah nuwun atas kehadiran Nyai Ratu yang sangat saya nantikan kedatangannya…"
......
".... saya, Fadholi Ichsan siap menerima dawuh
…"ucapnya masih dalam posisi menunduk seraya menjura hormat. (Perintah.red)

"Aku sudah mengetahui niatmu, anak manusia…"
.....
"Dengan datang kemari dan memanggilku kuanggap kau siap dengan sungguh-sungguh untuk menerima segala syarat dan resiko yang akan kau tanggung…"

Fadholi masih menunduk dalam posisi bersimpuh memberi hormat.

"Saya siap dan bersedia sungguh-sungguh menjalankan semua titah Dewi…"ucap Fadholi dengan mantap.

Mendengar perkataan Fadholi Ular bersuara perempuan nan merdu itu hanya tertawa renyah lalu kemudian diam dalam hening.

Fadholi yang mulai sedikit gentar sekaligus penasaran hendak mengangkat wajahnya sebelum suara merdu itu kembali terdengar.

"Kemarilah, anak muda…."

Fadholi pun mengangkat kepalanya dan terkejutlah ia.

Kali ini sebuah penampakan lain terpampang jelas di pelupuk matanya.

Seorang wanita muda cantik jelita berpakaian indah gemerlap laiknya seorang dewi kahyangan berdiri tegak di hadapannya.



Fadholi yang terkesima sekaligus terpesona akan kecantikannya terlihat terpaku membuat perempuan itu tertawa renyah.

"Aku akan mewujudkan semua yang menjadi keinginanmu, bocah bagus…hihihi…"
.......
"...dengarlah syaratku yang harus kau penuhi…"

"Saya, Nyai Dewi…."ujar Fadholi seakan terhipnotis.

Maka mengalirlah semua syarat dan lelaku yang harus Fadholi jalankan.

"Kau sudah mendengarnya semua…"
........
"...kau sanggup, anakku…?

Fadholi sejenak terdiam. Untuk sesaat dadanya serasa berdebar keras.

"Ah, sudah kepalang tanggung…pikir keri…"ucapnya membatin sambil menguatkan batinnya (Pikir belakangan.red)

"Saya sanggup, Nyai Dewi..."ucapnya dengan mantap.

Nyai Dewi nampak tersenyum penuh kepuasan. Ia tahu anak manusia ini bisa ia manfaatkan untuk memenuhi ambisinya karena dia sendiri juga memiliki niatan tersembunyi.

Apa itu…? Entahlah, tak seorangpun tahu. Terlebih seorang Fadholi Ichsan.

"Sebelum kau pergi, kau harus melakukan satu tugas pertama sebagai pra syaratnya…"kata Nyai Dewi.

"Apakah itu, Dewi…?

"Kau harus bersenggama terlebih dahulu dengan pelayan kepercayaanku…"katanya sambil menunjuk ke sisi kanannya.

Sebentar kemudian muncullah seekor ular kobra berukuran relatif besar dan panjang. Anehnya kepala ular kobra itu seakan mengenakan anting di kiri kanannya.

Anting berwarna merah delima yang terlihat berkilau indah dalam gelap.

Melihat kenyataan ini, Fadholi hanya meringis mengerenyitkan dahi seakan tak percaya bahwa ia diminta untuk melakukan hubungan badan dengan hewan melata ini.

Melihat penampilan ular aneh beranting merah delima itu ingatan orang langsung merujuk kepada sosok serupa yang pernah dilihat Toyo malam itu ketika bertapa di malam pertama bersama Fadholi dalam gua.

"Maaf, Kanjeng Dewi…,"
.......
"...ba..bagaimana…cara saya melakukannya dengan..iitt.itttuuuu..? Ucap Fadholi dengan suara tercekat dan muka tegang seraya menunjuk pelan ke muka.

Nyai Dewi kembali tertawa mendengar perkataan dan raut muka si pemuda.

"Aku tahu maksudmu…"
......
"...liat lagi baik-baik…adakah yang berubah…anakku…?" Kata Nyai.

Mata Fadholi kembali mengarah ke sosok ular tadi dan terkejutlah ia…

Kini yang nampak di depannya bukan lagi seekor ular melainkan seorang gadis berpakaian indah laiknya Sang Dewi berambut panjang tergerai berdiri dengan muka menunduk.

Pelan namun pasti gadis misterius itu mengangkat wajahnya dan kembali si pemuda dibuat terkesima.

Seraut wajah gadis nan cantik rupawan nampak jelas menyunggingkan senyum ke arahnya.

Dada Fadholi makin bergemuruh manakala sang gadis dengan lemah gemulai dan senyuman genitnya melepaskan busana yang dikenakannya satu persatu. Hingga tanggal seluruhnya tergolek begitu saja di ujung kakinya yang begitu putih dan mulus bak pualam.

Tak ayal gejolak darah mudanya kian bergelora. Pesona tubuh sang gadis yang begitu indah tanpa sehelai benang menutupi ketelanjangannya sontak membuat anak muda ini meradang.

Ia perlahan berjalan mendekati sang gadis dengan tatapan nanar menyimpan birahi yang kian mendaki.

Nafasnya memburu dengan batang kemaluannya sudah menegak kaku ngaceng maksimal siap untuk melakukan tugasnya.

"Iyyyaaahhh….!!!

"..ssshhh…aaaahhhh…."


Dengan teriakannya yang parau penuh nafsu Fadholi menubruk si gadis yang mengerang manja.

Fadholi menindihnya…menggerayanginya…menciuminya dengan berjuta kadar testoteron yang memuncak hingga ia pun telanjang bulat seperti halnya sang gadis.

Melihat keduanya asyik masyuk dalam samudera birahi, Sang Dewi hanya tersenyum penuh arti.

"Beratus tahun menanti, seribu tahun lebih menunggu…"
......
"...saat yang paling istimewa akan segera tiba…"
.......
"...dan aku…Dewi Gelang-gelang akan menjadi raja Diraja atas seluruh manusia dan seluruh alam gaib…"
.......
"...semuanya akan bertekuk lutut di telapak kakiku…"
.......

"...patuh dan tunduk di bawah kekuasaan Nyai Ratu Dewi Gelang-gelang…hahahaha….!!...

-----------

Selang sekian waktu kemudian terjadi perubahan yang begitu luar biasa dari diri Fadholi dan keluarganya.

Fadholi dan keluarganya yang semula hidup susah dengan hanya mengharap belas kasih orang kini mempunyai usaha sendiri.

Meski kecil tapi perkembangannya begitu pesat luar biasa.

Dari hanya berjualan pasir kali dan batu ala kadarnya sekarang sudah memiliki karyawan bahkan armada truk sendiri dan terus makin menanjak.

Tambang pasir seantero desa sawojajar yang terkenal berkualitas tinggi kini ia kuasai. Namanya pun diakui sebagai pengusaha pasir dan batu gunung kelas kakap hingga terkenal ke pelosok daerah dan propinsi.

Bukan hanya hasil tambang, hasil bumi pertanian pun dirambahnya hingga ia mampu memiliki produk beras dalam kemasan dengan mereknya sendiri.

Para orang tua yang dulu menolak anak perempuannya dipinang Fadholi berubah sekarang mengemis-ngemis supaya ia nikahi.

Orang-orang pun banyak memujanya bahkan rela "menjilat bokongnya" demi berharap mendapat limpahan hartanya yang menggunung.

Banyak yang memujanya tapi tidak sedikit orang yang iri akan kesuksesannya yang dinilai tak masuk akal.

Sebagian orang-orang tertentu khususnya kompetitor bisnisnya mulai curiga akan usaha Fadholi yang dianggapnya tak wajar.

Kasak kusuk mulai dihembuskan bahwasanya Fadholi Ichsan menggunakan jasa penglaris bahkan ilmu hitam untuk berdagang.

Namun Fadholi pintar berolah sikap. Sekian ratus juta bahkan milyaran tak segan ia gelontorkan setiap tahun untuk membangun fasilitas umum dan sosial termasuk donasi fakir miskin serta tempat ibadah.

Ia pun yakin mereka yang iri dan curiga kepada dirinya tak bakal bernasib baik dan akan jatuh satu persatu.

Toh, ia memiliki pawang yang ia agung-agungkan. Siapa lagi kalu bukan Nyai Ratu Dewi Gelang-gelang, penguasa Alas Lesanpuro yang sakti bertuah dan tak pandang bulu.

Lewatlah sekian tahun berlalu.

Bagaimana dengan janji yang pernah ia ucapkan kepada teman karibnya, Toyo kala mengantar kepergiannya waktu itu…?

Fadholi seakan tak mengingatnya atau mungkin telah melupakannya. Yang pasti di saat yang sama, Toyo juga tak pernah memberi kabar ataupun mengirim surat kepada sahabatnya ini.

Meski orang lain masih menduga-duga bagaimana Fadholi Ichsan mendapat semua "anugrah" yang demikian berlimpah ini tentu saja ada orang terdekat yang tahu persis perihal rahasia yang disembunyikannya.

Selain Sri Toyodiningrat, teman karibnya yang puluhan tahun tak ada kabar beritanya satu orang lagi yang mengetahuinya bukan lain istrinya sendiri, Siti Badriah.

Namun Siti Badriah pun menutup mulutnya rapat-rapat dan memilih diplomatis bahwasannya semua karena hasil kerja keras suaminya dan dirinya.

Fadholi tentu bahagia memiliki istri yang perhatian dan paham soal rahasia "tabu" suaminya.

Meski demikian sebagai pria kaya yang dihormati kebiasaannya yang seringkali kawin siri tidak dipermasalahkan oleh Badriah. Yang penting ia dan anaknya nanti tetaplah pemegang kuasa yang sah sebagai ahli waris tunggal semua hartanya.

Lima tahun menikah Fadholi Ichsan dan Siti Badriah dikaruniai anak laki-laki dan satu-satunya yang mereka beri nama, Imam Fadholi.

Kepadanyalah tongkat estafet gurita bisnis keluarga Fadholi akan diteruskan.

Namun untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak.

Entah karena sebab apa mendadak Fadholi Ichsan terkena wabah penyakit ganas nan misterius yang menggerogoti tubuhnya perlahan-lahan.

Anggota tubuhnya mulai dari kulit sampai dagingnya, dari kepala sampai ujung kaki seakan seperti mengelupas dan mengeluarkan bau busuk.

Dibawa berobat kemana-mana hingga ke LN hasilnya sia-sia.

Badriah dan anaknya, Imam Fadholi yang ketika itu baru saja mendapat gelar M.B.A dari sebuah universitas terkenal di Melbourne Australia sangat bersedih dan berusaha menutup rapat apa yang telah menimpa suami dan ayah mereka.

Namun demikian bau bangkai tetap saja akan terendus.

Sebagian warga pun makin yakin bahwa ada yang tidak beres dengan keluarga Fadholi namun mereka tidak berani menuduh secara terang-terangan.

Bukan semata takut melainkan memang sulit mencari bukti kebenaran dugaan soal praktek culas keluarga Fadholi.

Di samping itu grup usaha keluarga Fadholi nyata-nyata telah menjadi tulang punggung perekonomian segenap warga Sawojajar dan sekitarnya sampai turut menyumbang PAD (Pendapatan Asli Daerah) kabupaten setempat.

Sepeninggal Fadholi Ichsan, putranya meneruskan usaha ayahnya dan terbukti makin berkembang pesat dan kian moncer.

Siti Badriah turut gembira dan bangga akan keberhasilan putranya ini.

Namun jauh di lubuk hatinya ia menyimpan perasaan takut dan khawatir bukan main hal serupa yang terjadi pada alm. Suaminya akan menimpa putra kesayangannya.

Badriah pun teringat pesan suaminya di kala sekaratnya untuk memberitahukan kejadian sesungguhnya kepada anaknya nanti agar hal serupa tidak terulang.

Hingga berlalu sekian tahun Imam Fadholi sudah betul-betul dewasa dan memiliki keluarga Badriah masih menyimpan rahasia itu.

Satu yang ia pegang teguh. Ia akan menceritakan semuanya kepada Fadholi tentang pesan ayahnya dan rahasia dibalik itu semua jika nanti saatnya datang

Dan sepertinya waktunya telah tiba.

===========

Mengenang masa puluhan tahun silam itu membuat pria tua yang mengenakan blangkon lusuh dalam posisi bersila itu menghela nafas.

Alis dan kumisnya yang telah memutih ditambah kerutan usia di wajahnya masih sekilas memperlihatkan sisa-sisa kegantengan di masa mudanya.

Pakde Toyo membuka mata lalu kembali menarik nafas dalam. Kedua tangannya yang bersedekap menandakan dirinya tengah melakukan meditasi alias semedi.

Kamarnya yang redup nampak hanya diterangi sekelumit cahaya yang berasal dari sebuah lampu teplok kecil menempel di dinding ruangan.

Waktu sudah melewati dinihari menjelang subuh kala beliau menyelesaikan ritual semedi yang rutin ia lakukan di pertengahan bulan.

Namun berbeda kali ini. Pakde Toyo melakukannya setiap hari dan sudah berlangsung lebih dari sebulan ini.

Entah apa maksudnya, yang pasti Pakde Toyo merasakan ada gelagat tak enak tengah menyambangi Desa Sawojajar yang ia cintai ini. Ia berharap bisa menemukan jawabannya dan mencegah hal-hal buruk yang mungkin saja akan menimpa desa ini dan juga dirinya.

Seperti biasa kala menjalani ritual semedi beliau berpakaian sorjan lengkap laiknya busana abdi keraton termasuk dengan blangkonnya.



Beliau tak langsung bangun dari duduk silanya tapi mengambil sesuatu dari dalam sakunya lalu ditaruhnya di atas pangkuannya.

Komat-kamit bibirnya yang mulai keriput membaca doa atau mantra.

Sebentar kemudian mata itu terbuka lalu memandang lekat benda yang masih tergolek di pangkuannya.

"Aku punya firasat bakal ada geger geden di desa ini…"
"......
"...entah mengapa perasaanku semakin tidak enak…"
"...atau malah sepertinya ajalku akan tiba tak lama lagi..…"
".......
"Aaahhh...Gusti Kang Moho Agung…Kulo pasrahaken sedoyo urip lan pati Kulo wonten ngersanipun panjenengan…"
"Kupasrahkan hidup dan matiku kepadaMu…Ya Rabb…"desah Pakde seraya memandang ke atas langit-langit kamarnya yang samar.

Dipandangnya kembali lekat benda itu lalu diraihnya perlahan dalam genggamannya.

"Cucuku, Anakmas Joko Sembrani…sepertinya memang kaulah yang menjadi pangkal bahalanya…"desah pakde lalu memejamkan mata.
"......
"Aku tidak bisa tinggal diam begitu saja…"kembali beliau berkata lirih.

"Aku harus menemui Ginah…"ucapnya dengan sorot tajam seraya meremas benda ditangannya yang ternyata sebuah cundrik bersepuh keemasan.



Cundrik pusaka yang mengeluarkan hawa magis yang didapatkannya secara tiba-tiba kala Joko menyambanginya waktu itu. Berbarengan dengan penampakan satu sosok gaib pemuda yang sangat misterius.

=========

Sorak sorai penonton di aula indoor gedung olahraga yang megah dan luas itu makin histeris manakala cowok ganteng atletis bertubuh tinggi itu melakukan jumping spike tinggi, tajam dan keras ke arah jantung pertahanan lawan…masuk !

Whaaaa….!!!!

Tepuk tangan dan pekik riuh penonton yang jumlahnya mencapai ratusan dan mayoritas di dominasi oleh anak-anak berseragam SMA itu terus terdengar seakan-akan tak ada habisnya.

Sementara raut muka cowok cakep ini tersenyum lebar sambil membalas salam TOSss dari rekan-rekannya dengan berlarian kecil.

Kedudukan match poin alias butuh satu poin saja untuk kemenangan tim bola voli sekolahnya.

Giliran dia sekarang yang akan melakukan serve.

Bersiap sejenak tubuh jangkung atletis setinggi 187 cm itu meloncat tinggi melakukan jump serve dan…Desshh..!!!

Jump Serve - Ilustrasi

Ace…!!!

(Servis maut yang langsung menghasilkan poin - masuk ke area lawan tanpa tertepis)

"Whoooaaaa….menanggg…!!

Pekik seluruh rekan satu timnya sontak terdengar keras membahana sambil melompat kegirangan.

Mereka lantas memeluk dan spontan memondong sosok gagah itu beramai-ramai diiringi sorak sorai kegembiraan dari arah tribun penonton khususnya suporter tim cowok ganteng tersebut.

"Koko... Koko... Koko.....!!!!!"

Riuh rendah para suporter menyebut nama akrab cowok ganteng yang menjadi bintang lapangan sore itu.

Pekik sorak sorai penuh suka cita saling menimpali meliputi seluruh tim yang terlibat.

Peluk bahagia dan jabat erat silih berganti terutama terarah kepada sosok jangkung atletis tersebut yang membuat cowok ganteng itu kewalahan melayani.

Apalagi saat gerombolan gadis-gadis yang jumlahnya ndak ketulungan mulai mengerubunginya.

Di tengah "kepungan" para fans beratnya, mata awas Joko menatap ke tribun utama di mana terlihat bibinya, Aini melihatnya melambaikan tangan dari kejauhan

Setelah bersusah payah lepas keluar dari kerumunan keduanya saling berhadapan dan langsung saling berpelukan penuh kebahagiaan.

"Maaf Bi, Joko masih keringatan ini…takutnya bikin bibi nggak nyaman…"ucap sang perjaka ganteng ini sambil tersenyum lebar.

Aini balas tersenyum lalu kembali memeluk Joko. Kali ini malah makin erat.

"Bibi nggak peduli, Ko…"
"...bibi cuma ngerasa senang sekali akhirnya kamu bisa membawa tim sekolah menjadi juara di final…"

Joko pun tak bisa berkata-kata lagi dan membiarkan Aini memeluk tubuhnya yang berkeringat.

Satu yang tak begitu disadari oleh Joko. Keringatnya bukan seperti kebanyakan orang. Hal ini tak luput dari perhatian Aini yang sempat keheranan karenanya.

Tidak berbau, tidak lengket, berbentuk cair bening seperti air biasa.

Sejenak mereka berpelukan Joko turut merasakan kebahagiaan yang teramat sangat. Bukan tanpa alasan, karena di tengah kesibukan bibinya yang seyogianya harus dinas keluar kota menemani Pak Kades, sang bibi justru memilih hadir menonton serta memberikan support.

Kehadiran Aini jualah sebenarnya faktor utama Joko kian bersemangat dan sangat termotivasi dalam pertandingan untuk menang demi menyenangkan sang bibi terkasih.

"Apa Pak Fadholi tidak apa-apa bibi berhalangan ikut menemaninya gara-gara Joko….? Tanya Joko kemudian sambil berjalan beriringan menuju luar arena GOR besar itu.

Aini sejenak tak menjawab hanya menunduk lalu dipandangnya wajah tampan itu. Senyuman manis terkembang di bibir nan cantik itu.

"Ah, jangankan cuma dia…"
"Pak Pesiden sekalipun Bibi beranikan menolak demi melihat ponakan bibi bertanding di final untuk menjadi juara…"balasnya sambil meraba lembut pipi macho Joko Sembrani.

"Hihihi...bercanda, Ko…
"...bibi tentu sudah minta ijin sama kantor…"Ucap Aini buru-buru menambahkan seraya tersenyum manis.

"Untuk sekian kalinya bibi merasa begitu bahagia…"
........
"....dulu sewaktu lahirnya kamu…terus saat ultah pertama kamu…terus saat masuk TK…lulus SD sebagai siswa terbaik…dan masih banyak lagi lainnya…"
"Bibi betul-betul bersyukur kepada Gusti Allah akan anugrah kebahagiaan ini, Ko…"
"Biarpun bibi sekarang sudah tidak punya orang tua maupun saudara kandung…"
"... kehadiran kamu di sisi Bibi bikin bibi optimis dan ceria melewati hari demi hari, …"ucap Aini sambil memandang penuh rasa kasih kepada Joko.

Jemari lentiknya nan putih dan lembut masih memegang lembut pipi macho itu.

Sesaat Joko memejamkan mata lalu menatap sang bibi tak kalah syahdunya.

Dipegangnya telapak halus itu lalu dikecupnya lembut dan mesra. Seutas senyum manis tersungging di wajah tampannya.

"Koko…Koko juga sangat bersyukur dan senang sekali bahwa Bibi tetap setia mendampingi di samping Koko…"
"…Meski Koko seringkali bikin repot Bibi…"
".......
"...satu yang pasti Koko ingin katakan sama bibi…"
"Bibi Aini adalah anugrah terindah yang pernah Koko miliki....sekarang...dan sampai kapanpun.
"Bidadari tercantik…terhebat…termulia dan terbaik yang diturunkan oleh Dewata di kahyangan sana spesial buat Koko seorang, bukan untuk yang lain… "
"....
"...Koko rela berkorban apapun demi kebahagiaan bibi…"ujar sang pemuda begitu tulus suci dari lubuk hatinya yang terdalam. Ditatapnya lembut sepasang mata bening Aini dengan sorot mata birunya yang teduh dan begitu menawan.



Joko Sembrani ❤️♂️

Aini yang mendengar itu sontak hatinya berbunga-bunga tak terkira. Senyum malu-malu tak mampu ditahannya hingga nampak jelas di pelupuk mata sang ponakan tercinta.

Aini

Parasnya yang lembut ayu mempesona nampak merah merona menambah kejelitaannya terlihat jelas di kulit putihnya nan halus mulus.

Joko hampir tak mampu menahan perasaannya lalu hendak mengecup pipi putih sang bibi yang terlihat begitu lembut menggemaskan.

"Iii..iihhhh…Kokooo….lebay ah…ntar diliat orang atuuuhh…"ucap Aini dengan nada kenes seraya agak menjauhkan mukanya saat sang perjaka hendak menciumnya.

Joko yang seketika tersadar hanya tersenyum lebar lalu nyengir sembari celingak-celinguk melihat sekelilingnya.

Aini pun balas melepas senyum sambil menahan tawa melihat tingkah ponakannya ini.

"Oya Bi, sehabis Maghrib Koko diminta Bu Zirah guru olahraga Koko supaya datang ke rumahnya…"
"...sepertinya ada yang ingin beliau sampaikan secara pribadi sama Koko, Bi.."
"....mungkin soal pertandingan hari ini…"
".....
"...kalu bibi mengijinkan, Koko akan datang ke rumah beliau. Namun kalu bibi melarang, Koko pun tidak memaksa…"ujar Joko saat mengantar Aini menuju mobil carteran yang disewanya rame-rame bersama sejumlah tetangganya.

Aini yang tidak berpikir macam-macam hanya mengiyakan sambil berpesan supaya Joko bisa menjaga sikap dan tutur kata selama bertamu di rumah gurunya itu.

Joko lantas tersenyum mendengar Aini mengijinkannya.

Seiring doa dan kecup sayang dari sang bibi terkasih singgah di kening dan pipi Joko Sembrani, pemuda tampan dan gagah ini pun memacu motor Suzuki Satria Fu kesayangannya melaju membelah jalanan pusat kota Kecamatan Lohjinawi menuju kediaman guru OR-nya Bu Zirahtul Hikmah.


=======




Zirahtul Hikmah, S.Go.

Siapa yang tak tahu guru wanita satu ini. Salah satu dari 3 guru wanita yang dianggap "trio maut" alias tiga serangkai guru paling "killer" di SMA Negeri 1 Lohjinawi.

Killer bukan dalam arti sesungguhnya alias galak, judes dan semacamnya. Melainkan guru wanita paling cantik sekaligus paling menggoda dalam hal ini bagi siswa laki-laki tentunya.

Dua lainnya adalah Sang Guru BP, Hj.Sofiatun Ulya, M.Pd dan Arum Kinanti, S. Pd sang guru biologi.


Hj. Sofiatun Ulya, M.Pd


Arum Kinanti, S.Pd.

Ketiganya memiliki penampilan sama tapi serupa. Lho terus maksudnya 😁…??! Maksudnya, sama-sama cantik mempesona, kalem dan lemah lembut. Namun di saat bersamaan mampu membangkitkan nafsu para cowok melalui penampilan fisiknya yang aduhai. Menggiring fantasi liar para remaja tanggung itu untuk berimajinasi apa dan bagaimana tingkah ketiga guru wanita alim itu saat mereka tengah memuncak birahinya terlebih ketika bercinta.

Para siswa laki-laki pun memberi julukan ketiganya dengan nama Trio Macan

------------

Kira-kira hampir setengah jam berkendara sampailah pemuda ini di sebuah kompleks perumahan bermodel cluster.

Gerbang utama yang cukup megah dan mentereng menyiratkan sebuah pemukiman yang terbilang elit.

"Malem Pak, saya ijin masuk mau ke rumah guru saya yang tinggal di sini. Namanya Bu Zirah, Guru SMA 1. rumahnya di sebelah mana ya pak ? Tanyanya ramah kepada petugas jaga.

Setelah meninggalkan identitas Joko pun diarahkan oleh petugas tsb.

Tak lama anak ini pun tiba di rumah yang dimaksud.

Sebuah rumah berukuran sedang tapi modern dan minimalis khas perumahan jaman sekarang.

Terlihat sepi. Carport yang biasanya untuk parkir mobil pun kosong.

"Beliau belum pulang kayaknya…"pikir Joko.

Yah, ia tahu beliau selalu memakai Honda Brio untuk aktifitasnya sehari-hari termasuk datang mengajar di sekolah.

Rumah di kiri dan kanan serta depan kediaman Bu Zirah terlihat kosong melompong..

Rumah tetangga sebelah kiri terlihat belum ditempati sedang sebelah kanan tertulis "disewakan '

Bagian depan masih berupa kavling tanah yang ditumbuhi semak-semak. Joko heran wanita single seperti Bu Zirahtul betah dan berani tinggal di lingkungan seperti ini.

Joko memutuskan untuk menunggu di beranda rumah.

Iseng membuka hapenya ribuan notif telah masuk di kolom WA, Facebook, channel YouTube serta IG-nya.

Semuanya perempuan. Mulai dari teman-teman yang dikenalnya sampai orang-orang yang tak jelas asal-usulnya. Dari remaja sekolah, anak kuliahan, karyawati, ibu-ibu muda sampai STW pun ada. Dari produk dalam negeri alias SNI sampai bikinan impor seperti bule, Arab sampai ras kuning bermata sipit seperti Chinese, Japanese dan sejenisnya.

Pokoknya palu gada dehhh alias...apa lu mau gua ada. Ckckck…weleh-weleh kalau kata si Komo dulu…!!!!


Si Komo

Isinya…adduuuhhh…duuhhh…bikin anak muda ini pusing 7 keliling.

Ada yang ngajak kenalanlah….hang out barenglah sampai banyak sekali yang ngajak tidur bersama alias berhubungan intim. Paling ekstrim banyak diantara para "penggemarnya" yang terus terang minta dihamili Joko gegara ingin punya anak seperti dirinya. Gratis akomodasi alias dibayarin, bro ! Plus satu lagi, free commitmen !....Edannn….!!

Tak terhitung berapa banyak foto bugil dan video hot mereka mencoba merayu Joko Sembrani. Tapi sampai sekarang, anak muda ini tak menggubrisnya dan memilih cuek.

Entah Aini tahu apa tidak. Yang pasti sampai dengan hari inipun Joko tak pernah menceritakannya kepada sang bibi kecuali kepada beberapa teman karibnya, cowok tentunya.

Seperempat jam menunggu muncul dari ujung gang sebuah Brio warna merah maroon berjalan pelan lalu berhenti tepat di depan rumah.



Joko yang mengetahuinya segera beranjak berdiri dan menyadari bahwa orang yang ia tunggu sudah datang.

Satu sosok perempuan mengenakan baju spandek ketat khas senam terlihat buru-buru mendatangi.

Demikian ketatnya baju itu hingga memperlihatkan lekak lekuk serta tonjolan kewanitaannya yang begitu menggoda.

Yah, dia sang guru OR Joko…Bu Zirah.


Zirahtul Hikmah

"Ehhh…kamu Ko…"
"...sudah lama yah ? Maafin bunda yah…barusan nge-gym sama ngajar BL di sanggar kepunyaan Bunda…"
"...masuk yuk, Ko…"katanya
".......
"O ya, Kamu pengin minum apa, sayang…?

Segala perlakuan, ucapan dan tutur kata nan lembut mesra keluar bak senapan otomatis dari bibir seksi nan merah itu membuat jejaka tampan ini justru malu sendiri dan merasa sungkan.

Bu Zirah lantas menyilahkan Joko duduk sambil menyodorkan minuman sembari bilang akan bersih-bersih badan sebentar.

Entah apa yang dilakukannya…hampir setengah jam Joko menunggu beliau selesai mandi sampai akhirnya beliau muncul dengan penampilan yang membuat dada anak muda ini berdebar keras.

Tubuhnya meremang dan gelisah. Bukan karena takut melainkan godaan syahwat yang sontak menohok kelelakiannya…darah mudanya.

Bu Zirah berjalan dengan gemulai sambil membawa senampan cemilan berisi roti dan juga sebungkus kondom !!

(Apa…??!!!!...KONDOM…!!!!..apa maksudnya beliau menyajikan Kondom…?????.....
.....what's Fuck Man....??!!! :adek::D)



Joko terhenyak melihat kenyataan yang ada di hadapannya.

Penampilan Bu Zirah sendiri, sungguh sulit dipercaya.

Penampilan alim salehah yang biasa beliau perlihatkan kala mengajar di depan kelas pupus sudah berganti aura panas sensual yang begitu menggoda.

Gaun tidur panjang mirip lingerie nan tipis menerawang yang ia kenakan saat ini jelas memperlihatkan pesona keindahan tubuhnya nan seksi dan merangsang.

Tak ada hijab tak ada kerudung melainkan sebentuk gelombang rambut yang panjang indah tergerai berwarna kecoklatan hingga menjela punggung.

Riasan wajahnya begitu sensual dan mencolok. Sapuan blush on, eye liner, alis serta lipstiknya seolah menyiratkan betapa besar pesona yang ingin ia tampilkan kepada sang jejaka ganteng ini.

Bra dan celana dalamnya nampak samar mengintip berwarna merah menyala seakan memacu gejolak birahi lelaki yang melihatnya.

Seutas senyuman manis nan memikat terlontar dari bibir basah memerah yang sedikit terbuka mengundang kaum Adam untuk menjamahnya.

"Ko, diminum dulu sayangg…bunda temenin yahh…"ucapnya lembut mesra penuh keibuan.

Joko yang perasaannya semakin tak karuan menurut saja saat teh hangat berwarna pekat itu meluncur turun di tenggorokannya yang mendadak kering.

Dari sudut matanya yang biru cemerlang ia tahu Bu Zirah terus memandanginya dengan tatapan syahdu dan begitu mesra.

Jemari lentiknya singgah di paha kekar Joko yang berbalut jeans dan sebentar menari nakal di atasnya dengan beraninya.

Yah, Joko dipaksa harus mengakui sungguh cantik dan menggoda penampilan beliau malam ini.

Jauh sekali berbeda dengan biasanya yang anggun dan elegan.

Ada rasa sedikit pahit ketika Joko meminum teh yang beliau hidangkan. Apa sebenarnya yang beliau masukkan…? Entahlah. Yang pasti nggak pake lama Joko merasa tubuhnya menghangat. Getaran-getaran tak wajar pelan namun pasti mengusik kejantanannya.

Ditambah pemandangan langka tapi nyata yang tergelar vulgar di depan hidungnya kian membuat pemuda tampan ini sulit mengendalikan diri.

Sejenak bercakap-cakap sorot bening Zirah menatap keelokan paras sang pemuda terus turun dan berhenti di selangkangannya.

Zirah sontak memejamkan mata sambil menggigit bibirnya.

Erangan lirih mendadak keluar dari bibir tipis dan seksi itu.

Disusul suara erangan terlontar dari mulutnya.

"Yyyaaahhhh…Kokoooo…Bunda pengin kamuuuhhh…"
"...KONTOL kamu…Sayangggg…aaakhhhh…!!


Bruughh…

Pyarrrr….

Joko terkejut bukan main saat tanpa aba-aba beliau langsung menubruk Joko hingga ia tak sempat mengelak dan terjengkang ke belakang.

Gelas dan toples Snack tertendang Joko lalu pecah berantakan di lantai.

"Ssshhhh...Aaahhh….aaahhhh…. aahhhhh…eehmmmm…!!!
".....
"....Koko…kokkoooo…
"...bunda…bunda harus bisa ngentot sama kamu , sayyaaangg…!!
"...bundaa..bundaaa tak tahannn pengin ngeseks sama kamuuuhhh….eehhmmmm….."

"Iibb..ibuuu…jangannn…hentikan…eehhmmmm….eehmmmm" balas Joko


Zirah yang telah menindih Joko terus menciumi wajah dan bibir anak muda ini.

Diciumnya bibir Joko penuh nafsu disertai jilatan lidah basahnya menari-nari lincah menyusuri seluk beluk wajah tampan nan mempesona itu.

Tangannya pun turut bergerak begitu aktif dan lincah menggerayangi body tegap sang jejaka.

Breettt….!

Suara robek tiba-tiba terdengar kala jemari lembut berkuku lentik itu menyobek kaos ketat yang semula dikenakan Joko.

Nampaklah body macho atletis yang begitu menawan terlihat jelas di pelupuk mata Zirah yang seakan kerasukan jin melihat kegagahan dan keelokan seorang Joko Sembrani.


Joko Sembrani ❤️♂️

Erangan "memilukan" kian deras manakala jemari lembut sang guru OR menyentuh selangkangan Joko yang nampak menggembung.

Jemari lentik itu bergerak meremas-remas lalu dengan nakalnya berusaha menelusup ke balik jeans Joko untuk menggapai sesuatu yang hanya bisa menghantui Zirah dalam mimpi.

Yah, batang kejantanan sang jejaka yang memang ia gilai sedari awal, Joko Sembrani.

Joko mengeluh pendek saat jemari lentik nan halus itu berhasil menyentuh batang kemaluannya.

Merabanya dan membelainya penuh kemesraan. Sebelum kemudian berubah menggila meremas -remas berusaha melepaskannya dari sangkar celana dalam sang jejaka.

"Uuughhh…Koko…Sayangggg…"
.......
"...KONTOL….KONTOOOL…kontolmu Sayangggg…yahhhhhh…"
"....
"....besaaaarr sekaliiiihhhh…Kooo…"
"...ngacenggg bangeeet…aaakhhhh…."


Ratapan beliau smakin buas saat jemari lembutnya berhasil menyatroni sesuatu yang bersembunyi di balik celana dalam sang pemuda tampan ini.

"Uuughhh….yaaahhhhhh…."Koko mengerang seketika merasakan batang penisnya yang telah mengeras kaku dijepit oleh jari-jari nan putih mulus bercincin indah itu.

Diurut-urut…diremas-remas maju mundur sedemikian rupa hingga membuat Joko seakan melayang-layang di udara.

Sungguh baru pertama kalinya Joko mengalaminya dan ia seolah sulit sekali untuk menolak. Berbeda sewaktu dahulu bersama Menik saat mencumbunya semasa SMP dulu selepas berenang bersama.

Joko makin terangsang dan tak mampu mengendalikan tubuhnya terlebih pengaruh teh yang diminumnya kian memperlemah pertahannya.

Maka ia pun "membiarkan" ketika Zirah melucuti celana jeans-nya, menarik ke bawah celana dalamnya sehingga batang kejantanannya seketika terlontar bak busur panah…mengayun gagah….tegak menjulang bak Monas…begitu gagah perkasa dengan segala keindahannya.

"Ooouugghhh….!!!!
.......
"...Sayangggg…iitt..tuuuu…kontol kamu…kontol kamuuuhhh…
"mata bening Zirah membelalak menyaksikan keindahan batang kemaluan pria yang kini tersaji di hadapannya.

Penis Joko memang berukuran masif. Panjang dan kekar namun proposional. Tegak kaku menjulang. Mantap mengangguk-angguk seakan menggoda syahwat Zirahtul Hikmah menuju pelampiasan birahinya seiring darah syahwat mengalir di segenap urat jantannya.

Begitu bersih berwarna merah terang kecoklatan dengan lingkar urat mengelilinginya. Kepala zakarnya begitu besar. Membonggol padat tersunat dengan lendir bening mulai nampak di lubang kencingnya. Ooouuw…sungguh sebuah kemaluan pria yang mempesona.

Telurnya menggantung besar menandakan besarnya persediaan air mani yang disimpan Joko sedari remaja dimana ia memang masihlah perjaka ting-ting.

Zirah yang tak kuasa lagi membendung birahinya sontak histeris lalu bergegas melepaskan busana yang masih melekat di tubuh seksinya.

Kain lingerie, bra dan celana dalamnya yang begitu minim model thong berwarna merah menyala seketika terlepas dari tubuhnya hingga ia pun telanjang bulat di hadapan sang Joko Sembrani.



Zirahtul Hikmah


Sungguh indah dan moleknya tubuh telanjang sang guru olahraga ini.

Padat dan meliuk seksi dengan buah dada yang menggantung besar dan kencang berikut puting coklatnya yang kini telah mengacung keras.

Pinggang dan perut ramping mencerminkan dirinya yang memang hobi olah fisik.

Bongkahan pantat mulusnya yang besar, bulat dan padat semok seakan memancing kaum lelaki untuk menusuk tubuh seksinya dengan posisi doggy.

Belukar jembutnya berwarna hitam lebat nampak rapi tertata mengelilingi celah liang kemaluannya yang masih terlihat rapat.

Kilauan lendir cintanya nampak jelas keluar dari celah rapat itu sedikit membukanya seolah siap menyambut batang zakar nan ngaceng kaum lelaki.

Dan sepertinya batang kekar kepunyaan Joko yang beruntung pertama kali menembusnya

"Bunda…bunda…bunda tak tahannn Sayangggg…."
".....ooouugghhh….bunda pengin peniss…peniss kamuuuhhh, Koooo….!
"

"Ehmmmm…srupppp…eehmmm…sruupppp…."

"Ssshhh…aaahhhh….."


Zirah yang kini telah menjadi "gila" karena pesona Joko Sembrani langsung menubruk sang pemuda.

Dihisapnya batang ngaceng Joko dengan buas. Diisedot-sedot…dikulum-kulum zakar kaku itu dengan bibirnya yang seksi.

Mata lentik Zirahtul terpejam erat seolah-olah merasakan nikmatnya mengulum batang kejantanan pemuda gagah ini.

Sementara Joko terus mengerang dan merintih sambil jemari tangannya meremasi rambut indah sang guru cantik ini.

Sungguh nikmat apa yangi ia rasakan di batang penisnya sekarang ini.

Kedua insan berbeda jenis itu saling memejamkan mata begitu menikmati aktifitas percumbuan yang tengah mereka lakukan.

Hanya tinggal selangkah mereka akan memasuki proses inti yaitu pertautan organ vital kelamin masing-masing.

Zirah mengerang keras lalu buru-buru merangkak, menindih dan kemudian mengangkangi Joko.

Paha indahnya melebar sambil sedikit mengangkat pinggul.

Nafasnya memburu dan sorot nanar melihat betapa indah batang zakar pemuda ini.

Digenggamnya erat batang kokoh itu hingga ujung kepalanya yang besar terbelah mekar tersunat menempel ketat bibir vaginanya.

Kepala penis Joko terampil menyibak rimbunnya jembut Zirahtul…membuatnya mudah melihat lubang sempit sang guru seksi yang sebentar akan ia masuki.

"Oooohhhh…Sayangggg…Joko Sembrani…Sayangggg…"
.......
"....kontoli tempik Bunda….kontoli tempik bundaa Zirah pake KONTOL besaaarrr kamuuuhhh…Aaakhhh…."
"......
"...kawini bunda sepuassmu…kawini memek bundaaa…sampai bundaaa klimaksss…ssshhhh…aaahhhh…."
"…
"Hamili bundaa dengan pejuhmuu…"
.........
"...buat bunda hamil anak kamu…Sayangggg…yaaahhhh…."


Zirahtul betul-betul menggila. Tubuh bugilnya meliuk-liuk seksi merasakan sentuhan batang keras kelamin Joko di bibir alat vitalnya.

Pinggul indahnya mengayun pantat besarnya memggenjot. Alat vital saling bergesekan menimbulkan rasa geli-geli nikmat yang makin membuai bukan hanya Zirahtul tapi juga Joko Sembrani.

Jemari kokohnya perlahan hinggap mulai meraba paha padat dan putih mulus Zirahtul. Terus naik ke pinggul montok gurunya dan akhirnya meremas pantat bulat Zirahtul yang masih menguleg-uleg begitu merangsang. Menjepit dan menggesek-gesek batang kaku berurat Joko ke celah bibir kemaluannya yang telah basah kuyup karena lendir birahinya sendiri.

Kelopak liang kawinnya yang indah rapat berjembut perlahan merekah siap untuk dimasuki kejantanan si pemuda.

Suara yang ditimbulkannya sungguh sedap menggugah selera.

Cepok...Cepok...cepokkk....

"Ssshhh...aahhh...Bundaaa...bundaa..Zirah…Bunda Zirahtuuullll…aahhhh.."ucap Joko penuh nikmat sambil mendesis halus.

Jemari kekarnya sontak mencengkram pantat mulus nan montok Zirahtul dan menariknya lebih keras seiring genjotan sang guru seksi itu.

"Yaaahhhh…Kokk..kooo…Sayangggg…
........
"...ennnaakkk…ennaakk bangeeet Ko…digesek penissssss..."

"...penismuuu Sayangggkuuu…. Ooouuuughhhpenissss..."erang Zirahtul tak mau kalah.

Gesekan demi gesekan…sentuhan demi sentuhan...desakan dan tekanan kelamin Joko di organ intimnya membuatnya tak tahan dan akhirnya…begitu dirasakan kepala penis sang pemuda sudah menempel tepat mulut liang kemaluannya….Zirah pun memekik keras seiring ucapan vulgar dari bibir tipisnya.

"Yyaaahhh…NGENTOOOTTT..!!!!"

Zirahtul mengayunkan pantat besarnya ke bawah hendak menancapkan vaginanya ke batang tegak milik Joko Sembrani.

Sepertinya Joko gagal mempertahankan "kesuciannya".

Namun hanya sepersekian detik takkala Zirah mengayunkan pinggul montoknya hendak menyenggamai Joko.

Sepasang jemari kekar sang pemuda dengan kecepatan kilat menahan pinggul besar guru cantik bahenol itu.

Sebuah erangan lirih mendadak mengalir begitu saja dari bibir indah Joko.

"Bibi…bibi Aini….???"

Seakan waktu berhenti.

Mata pemuda itu yang semula terpejam-pejam menikmati cumbuan guru Zirah seketika terbuka nyalang.

Bagaikan sebuah gambar siluet yang terang benderang di pelupuk matanya nampaklah wajah ayu sang bibi tersenyum sambil mengingatkan Joko saat dia hendak berangkat ke rumah Bu Zirah.

{{..."Ko, jangan lupa jaga sikap dan tutur kata saat bertamu ke rumah gurumu…"
"...apalagi beliau seorang perempuan…"
..,...
"...jadilah pria yang menjaga norma dan susila…"
"....
"...ingat pesan Bibi yah.."katanya sambil mengecup kening Joko.

"Iyah, Bi…Koko akan ingat pesan bibi…"balasnya…}}


Begitu gambar itu menghilang Joko langsung sadar dan sontak berdiri membuat Bu Zirah yang semula menindihnya terjengkang.

Joko segera saja merapikan celana lalu menoleh ke samping.

"Aakhhhh…astaghfirull*h…!
........
"...apa yang kuperbuat…"
"....
"....ibu…ibu Zirahtul, saya…saya minta maaf yang sebesar-besarnya…Koko sangat menyesal…"
.......
"...saya mohon pamit…"ucap Joko hanya memandang sekejap gurunya yang tergolek di lantai tanpa mengenakan apa-apa lagi menutupi tubuhnya.

Joko segera berbalik membuka pintu dan segera menutupnya disusul derum suara motor Satria-nya menyalak cepat lalu menghilang meninggalkan tubuh telanjang yang sayup-sayup merintih memanggil namanya.

Klekkk…bleeegghhh…

Druuummmm….druuummmm…

"Kok..Koooo…"


========




Sore itu Fadholi nampak termenung sendirian di kamar kerjanya.

Sebuah ruangan yang kurang pas sebenarnya untuk dirinya yang seorang kepala desa karena saking mewahnya. Lebih cocok kalu ruangan itu untuk sekelas kepala daerah seperti bupati ataupun walikota.

Namun demikianlah seorang Imam Fadholi. Pria kaya raya yang memiliki harta berlimpah ruah bergaya hidup hedon dan memiliki gengsi yang tinggi.

Ditunjang dengan kemampuan sebagai teknokrat ulung bergelar Master S2 lulusan Australi semakin lengkaplah segala nilai prestisius yang disandangnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore menjelang Maghrib.

Sejenak ia menyandarkan punggungnya yang tegap berisi ke sofa mahalnya.

Matanya yang tajam menyipit dengan kumis dan janggut tipis menambah kesan gagah terlihat bergerak-gerak seakan ikut merasakan kerisauan hatinya.

Yah, tidak biasanya dia seperti ini. Apalagi dengan uangnya yang segudang seharusnya dia sudah santai di kamar mewahnya yang berlantai marmer sambil dilayani para pembantu dan pelayan menyediakan segala keperluannya.

"Simbok minta aku menemuinya secara pribadi selepas Isyak…"
.......
"..katanya ada hal yang sangat penting ingin dia sampaikan kepadaku…"
"...
"Hal penting menyangkut hidup mati keluarga Fadholi…hahhh…


"....Apa...jangan-jangan…"
……
"...jangan-jangan soal wasiat rahasia mendiang bapak…!!"

Berpikir demikian membuat Fadholi kontan menegakkan badannya yang kekar dan gempal sambil matanya memandang nyalang berapi-api.

Dibukanya laci mejanya lalu diambilnya sebuah benda menyerupai badik dan sehelai rambut nan panjang.



"Aku bersumpah akan menumpas siapa saja yang hendak mencelakakan simbok maupun keluargaku…"ucapnya lirih sambil menggenggam erat sebilah badik indah yang kini terhunus di genggaman tangannya.
….
"...kedua, Aini akan segera menjadi milikku..."

"...Aini Komalasari…kegadisanmu adalah milikku. Akan kunikmati setiap jengkal tubuh indahmu setiap malam sepuas hatiku…."ucapnya penuh percaya diri seraya menyeringai tajam. Dikecupnya sehelai rambut yang turut diambilnya tadi. Yah, rambut kepala kepunyaan Aini.

Seiring tawanya kian samar menyusul derum suara Toyota Fortuner diesel nan gagah miliknya terdengar kian menjauh. Meninggalkan kemegahan kantor Balai Desa Sawojajar dalam keheningan.

..........

Bersambung.....
https://www.semprot.com/threads/joko-sembrani.1441724/page-70#post-1908060740
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd