Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Joko Sembrani dari Sawojajar

Yang diharapkan dari akhir kisah Anakmas Joko Sembrani...?


  • Total voters
    631
  • Poll closed .

°°°°°°​

Hari minggu adalah hari ke tujuh atau terakhir dalam sepekan menurut kalender gregorian. Hari Minggu juga identik dengan tanggal merah menurut tanggalan nasional yang berlaku. Di mana pada hari itu secara umum kegiatan aktifitas perkantoran baik swasta maupun negeri diliburkan.

Menurut sejarah, hari Minggu dimulai pada tanggal 7 Maret tahun 321 masehi, dimana Kaisar Konstantinus I, menetapkan hari Minggu sebagai hari peristirahatan bangsa Romawi. Para reformator gereja, Luther dan Calvin memandang hari Minggu sebagai institusi sipil yang dibuat oleh manusia, yang menyediakan waktu bagi manusia untuk beristirahat dan beribadah.

Maka dengan demikian tidak mengherankan jika banyak warga yang memanfaatkan hari ini untuk merayakan sesuatu, rekreasi maupun kegiatan informal lain.

Tidak terkecuali bagi Aini dan keluarga.

Nampak kemeriahan di rumah Aini yang sederhana namun terlihat asri itu. Sebuah tratak / tenda kecil terpasang di serambi halaman dimana sejumlah tamu terlihat hadir di sana.

Ada Pakde Toyo, Bu Ginah, Pak Harsoyo Ketua Keamanan Desa, Bu Ani teman sekantor Aini dan beberapa lainnya.

Raut kegembiraan nampak jelas di wajah hadirin nampak dari gelak tawa dan canda mereka hingga terdengar cukup riuh.

Selingan musik pop dan campursari mengalun lembut silih berganti dari speaker stereo compo yang terpasang menjadikan suasana makin hangat.

Sementara sang tuan rumah nampak sibuk melayani tetamu yang hadir dibantu Utari yang sudah berdandan cantik dan anggun.

Aini terlihat begitu sumringah saat menerima ucapan selamat dari sejumlah tamu.. Raut mukanya yang jelita tertutup kerudung berseri-seri melayani candaan para tetangga.

Sementara Joko yang mengenakan hem batik lengan panjang nampak begitu tampan dan gagah turut menyambut tamu dan menyajikan hidangan khas berselera.

"Ngger, Pakde ucapkan selamat atas kelulusanmu. Tidak pakde sangka begitu cepat waktu berlalu. 18 tahun lewat rasanya seperti baru kemaren aku melihatmu bermain ayunan, sepeda mini dan dolanan lempung…hehehe…"ucap Pakde Toyo sambil menggenggam erat lengan kekar Joko. (Tanah liat)

Joko yang berdiri menundukkan badan lalu mencium tangan pakde sambil tersenyum lebar.

"Koko juga heran, sejak dulu hingga sekarang selama 18 tahun…pakde juga kelihatan sama saja alias tak bertambah tua. Masih kelihatan segar dan awet muda…."sahut Joko tersenyum manis.

Pakde Toyo yang mendengarnya hanya terkekeh lalu kembali meremas lengan Joko. Sementara Ginah yang ada di sampingnya nampak tersenyum geli sambil menutup mulutnya.

"Budhe…."sapa Joko ramah kepada Ginah yang nampak memandang Joko penuh haru. Samar terlihat matanya berkaca-kaca.

"Budhe juga sama dengan pakdemu, Ko…"
".......
"Bungah atine budhe melihatmu sekarang ini. Apalagi dengan segudang prestasimu, sungguh membuat budhe, pakde dan segenap warga Sawojajar merasa sangat bangga…"ucap Ginah sambil mengamit erat jemari tangan sang jejaka. (Senang hatiku.red)

Sejenak Ginah memandang Pakde Toyo seperti hendak memberi kode namun pakde sontak menggelengkan kepala.

"....jangan sekarang. Tunggu waktunya nanti…"ucap pakde lirih sembari menggenggam tangan Ginah lalu menariknya duduk meninggalkan Joko yang masih sibuk melayani ucapan selamat dari tamu-tamu yang hadir.

Semakin siang para tamu sepertinya telah hadir namun ada satu orang yang belum kelihatan hingga Aini sesekali celingak-celinguk sedikit cemas.

"Bi, hari sudah makin siang. Para tamu kayaknya sudah semuanya hadir. Apa tidak segera dimulai saja acaranya Bi ?
"Koko khawatir cuaca akan cepat berubah…"
"Apa ada lagi tamu yang kita tunggu Bi.. ? Ucap Joko sedikit mendongak melihat ke langit yang mulai muncul awan pekat mulai berjalan menutupi sang surya.

"Iyah Ko, sebentar lagi ya…"
"...segera setelah beliau tiba, acara kita mulai…"kata sang bibi sambil tersenyum meraih lengan Joko.

Tak lama sebuah mobil Toyota Fortuner warna putih muncul dengan diikuti sebuah mobil pick up bertuliskan Kawasaki berhenti di depan rumah Aini.

Puluhan pasang mata hadirin yang hadir maklum siapa yang datang kali ini.

Satu sosok laki-laki memakai jas gelap berpotongan cepak berpenampilan gagah turun dari dalam mobil putih itu.

Sejenak ia mendatangi si supir pick up lalu menyuruhnya beserta kernet menurunkan barang yang mereka bawa, yaitu sebuah motor.

"Assalamualaik*m…Sugeng siang Pakde…Budhe…"ucap pria perlente itu terdengar ramah dengan suaranya yang berat dan khas. Sejenak pria ini melepas kacamata hitamnya lalu menjabat tangan Pakde Toyo dan Ginah. Disusul beberapa tamu yang hadir.

Senyumnya kian lebar saat berjumpa dengan sang tuan rumah, Aini.

"Ai, aku datang sesuai janjiku. Sekalian kubawa kejutan untuk Joko…"katanya lalu melirik ke arah Joko Sembrani yang berdiri di samping Aini.

Aini tak langsung menjawab hanya tersenyum tipis.

"Terima kasih atas kedatangan Pak Kades…"
"....
"...Ko, beliau datang semata untuk memberikan ucapan selamat untukmu sekaligus membawa hadiah sebagai penghargaan dari beliau mewakili warga desa…."Kata Aini sambil menggenggam lembut tangan Joko.

Sesaat Joko seperti tak bergeming. Pandangan mata anak muda ini menyiratkan sorot yang kaku menatap Fadholi yang tersenyum memandangnya.

Ia berusaha tersenyum tapi bibirnya terasa sulit untuk melakukannya.

Dipaksanya untuk sekedar menyenangkan hati sang bibi terkasih meski dengan berat hati.

"Terima kasih Pak Fadholi…."katanya singkat sembari menjabat erat tangan Fadholi.

Fadholi yang bisa membaca gerak gerik pemuda ini hanya tersenyum penuh arti.

Entah mengapa Joko merasa kurang sreg dengan ayah Menik ini. Sejak Joko mengetahui gosip yang berkembang beberapa waktu belakangan ini tentang hubungan tak biasa antara Pak Kades dengan bibinya.

Semenjak saat itu ada rasa sungkan cenderung dingin kepada Fadholi.

Apalagi semenjak dia naik kelas ke bangku SMA, pria kaya nan terpandang di desanya ini acapkali ia pergoki datang ke rumahnya dengan alasan ingin bertamu.

Dulu ia tak menganggap serius pria ini dan menganggapnya sebagai hal biasa terlebih mengingat posisi sebagai kepala desa.

Namun seiring tumbuh kembang dirinya sebagai jejaka muda dan rasa sayangnya yang begitu besar kepada sang bibi. Timbul rasa lain yang entah mengapa menghinggapi dirinya. Sesuatu yang ia sendiri sulit untuk dimengerti. Rasa…cemburu.

Aini yang tak pernah terbuka soal Fadholi kepadanya membuat pemuda ini mencari sosok lain untuk bertanya lebih jauh. Sosok itu tak lain adalah, Utari.

Dari Utari-lah lambat laun Joko tahu hubungan antara bibinya dan Pak Kades tidak sekedar hubungan kerja antara bawahan dan atasan. Maupun sebagai warga dengan pamong desa. Namun lebih dalam dari itu. Hubungan pribadi alias personal.

Entah apa saja yang dikatakan Tari kepada Joko soal hubungan Aini dengan Fadholi serta apa maksud Utari sebenarnya, satu yang pasti semenjak itu Joko terlihat begitu protek dan posesif kepada sang bibi terutama kepada Pak Kades flamboyan itu.

Hal inilah yang membuat Aini merasa dimatai-matai dan "diawasi" oleh Joko terlebih saat Fadholi bertamu ke rumahnya. Tak jarang ia menegur sang jejaka dengan sedikit keras seakan tak berkenan dengan sikap sayang yang dirasa berlebihan ditunjukkan oleh ponakannya ini.

Sempat terlintas di kepala anak muda ini bahwa sang bibi bersikap berbeda soal Fadholi ketimbang berbincang soal lainnya. Dan itu terjadi mulai akhir-akhir ini terutama semenjak dia menginjak kelas tiga menjelang kelulusan SMA nya.

Termasuk hari ini.

Raut muka dan mata Joko tak bisa menyembunyikan perasaannya yang kurang senang dengan keberadaan Fadholi di rumahnya. Apalagi ini adalah syukuran atas kelulusannya sebagai siswa terbaik di SMA Negeri 1 Lohjinawi.

Bukan semata-mata keinginannya untuk merayakan namun rasa hormat dan sayangnya kepada sang bibi akhirnya ia menuruti kemauan Aini mengadakan kenduren hari ini.

Aini lalu menyilahkan Fadholi untuk duduk di depan berdampingan dengan Pakde Toyo dan sesepuh lainnya.

"Terima kasih sebesar-besarnya atas kehadiran sesepuh, Pak Kades serta segenap hadirin dan hadirot ke rumah kami yang sederhana ini…"

Aini membuka sambutan dengan hikmat dan penuh kegembiraan meski ia sempat menangkap gelagat kaku yang ditunjukkan Koko kepada Fadholi.

Pakde Toyo yang diberikan kehormatan memimpin doa berkenan memberikan sambutan sekaligus wejangan kepada Joko.

"... akhirnya dengan kelulusan Anakmas Joko Sembrani, Mugi Gusti Kang Moho Welas senantiasa memberikan perlindungan, bimbingan dan kurniaNya kepada Anakmas Joko dalam meraih cita-citanya di masa depan. Menjauhkannya dari segala keburukan dan menganugerahkan kepadanya hidup yang mulia dan diberkati…."

"Aamiinnnn…."

Serempak hadirin mengucapkan doa penutup seraya membasuh muka masing-masing.

Giliran Fadholi yang maju memberikan sambutan.

Setelah berwasiat tentang beberapa hal menyangkut Joko Sembrani, Fadholi menyilahkan tim logistik dari diler Kawasaki untuk masuk sambil membawa sebuah motor yang masih tertutup cover.

"Ko, motor ini adalah hadiah dari warga Sawojajar untukmu. Karena kamu banyak berjasa untuk desa kita. Sawojajar makin dikenal oleh banyak orang…"

"Sekalian selaku kepala desa saya memberitahukan bahwa Sawojajar terpilih mewakili Propinsi dalam lomba desa teladan tingkat nasional tahun ini…"ucap Fadholi dengan raut muka sumringah.

"Bulan depan Bapak Gubernur berkenan rawuh ke Sawojajar melihat desa kita. Untuk itu saya mohon partisipasi dari segenap warga menyambut beliau dengan baik sekaligus menyukseskan gawe besar demi kemajuan Desa Sawojajar tercinta ini…". (Datang.red)

Ucapannya tak ayal mengundang tepuk tangan dari segenap hadirin kecuali Joko.

"Dan ini semua salah satunya berkat prestasi Koko yang telah membawa nama harum desa kita hingga menjadi pemberitaan di banyak media tv maupun internet…hahahaha…."tambah Fadholi lalu merengkuh bahu tegap Joko.

Hadirin sontak tertawa bahagia mendengar penjelasan kepala desanya. Tepuk tangan terus terdengar saat Fadholi berusaha memeluk Joko yang lagi-lagi terlihat enggan.

Joko yang sedari awal kurang berselera terpaksa tersenyum namun lagi-lagi tubuhnya seakan dingin merespon dekapan Fadholi.

Aini yang ada di sampingnya tak begitu memperhatikan dan nampak tersenyum bahagia dengan mengenggam jemari jejaka tampan ini.

Joko sesaat mengerling ke arah bibinya yang nampak memandangnya dengan sorot bahagia lalu ganti menebarkan pandangan ke arah hadirin.

Tingkah Joko ini tak luput dari perhatian Pakde Toyo dan Ginah. Sebentar-sebentar keduanya saling bertatapan seolah meraba apa yang sebenarnya dirasakan dalam diri anak muda ini.

Aini meminta Joko untuk maju dan membuka selubung cover motor tersebut meski Joko awalnya terlihat malas.


Kawasaki Ninja ZX25R

Sebuah penampakan motor sport Kawasaki ZX25R terbaru nampak berdiri gagah bercorak kebanggaan khas pabrikan Genk Ijo.

Tepuk tangan kembali riuh terdengar sambil sejumlah hadirin memberikan ucapan selamat kepada Joko.

Joko yang semula merasa surprise hendak gembira akhirnya mengurungkan niatnya. Terlebih saat beberapa hari yang lalu ia bertemu Menik.

Gadis manis putri ke 2 Imam Fadholi itu memberitahukan bahwa ibunya Ratna Antika hendak menghadiahkan sebuah motor sport untuk Joko karena turut bahagia akan kelulusannya. Menik sendirilah yang memilihkan Kawasaki Ninja ini sebagai hadiah buat sang jejaka.

Tak seorangpun tahu tentang ini kecuali Joko dan tentunya Imam Fadholi.

Jadi apa yang dikatakan Imam Fadholi hanyalah lips service semata. Entah apa tujuannya.

Meski demikian Joko mengacuhkannya dan memilih untuk diam. Ia hanya berpikir supaya bibinya turut merasakan hari bahagia ini.

Joko yang sedari awal sudah bertanya-tanya kenapa Menik dan ibunya justru tak kelihatan.

Aini pun sebenarnya juga berpikiran sama namun Fadholi menjelaskan bahwa istri dan anaknya berhalangan karena ada acara luar kota. Benar tidaknya hanya Fadholi yang tahu.

Fadholi meminta Joko untuk naik mencoba motor barunya namun Joko terlihat enggan. Fadholi yang setengah jengkel mengenggam erat lengan Joko setengah meremasnya.

"Naiklah, Ko…kamu patut mendapatkannya…"kata Fadholi dengan raut muka mulai memerah.

Joko yang memandang sebentar seolah acuh tapi dilihatnya Aini tersenyum sambil menyilahkan dirinya untuk naik.

"Wuiihhh…gagahnya…."ucap banyak hadirin termasuk Aini dan Utari penuh kagum begitu Koko naik di atasnya.

Tubuhnya yang tinggi tegap sungguh pas di atas motor barunya ini. Jauh lebih gagah dan macho ketimbang motor lamanya, Satria FU.

Acara pemberian "hadiah" ini selesai sudah dan berlanjut dengan ramah tamah dengan sajian khas nan berselera yang sudah disediakan Aini.

Di sela-sela acara makan terlihat Aini berbincang akrab dengan Fadholi. Hal ini tak lepas dari perhatian Joko. Raut mukanya nampak memerah seakan menyimpan berjuta rasa tak nyaman di hatinya.

Terngiang di telinganya saat Utari mengatakan satu hal yang terus diingatnya hingga kini.

("Ko, Pak Fadholi itu memang suka dan cinta sama bibimu. Bahkan sebelum kamu lahir. Beliau bersabar menanti uluran hati bibimu selama sekian tahun. Katanya sih menunggu sampai kamu dewasa. Yang tahu ya bibimu. Apa dia tidak pernah memberitahu kamu…?

Joko hanya menggeleng sambil tersentak.

"Tidak pernah, Mbak…"balasnya dengan dada berdebar.)



Acara ramah tamah masih berlangsung. Sementara mendung mulai terlihat menggantung di atas sana.

Seperempat jam telah lewat terlihat Fadholi berdiri dan mulai berbicara yang membuat segenap hadirin termasuk Joko sontak terdiam.

"Terima kasih untuk para hadirin sekalian. Nah, kebetulan pada waktu yang diberkati ini sekaligus saya ingin menyampaikan sebuah kabar bahagia…"
".....
"...kabar ini sebenarnya sudah saya tunggu belasan tahun lamanya namun baru hari ini bisa kesampaian karena beberapa hal…"
........
"...kabar bahagia yang dimaksud adalah saya, Imam Fadholi akan mengadakan resepsi pertunangan dengan adik mendiang Sumini, yaitu Mbak Aini Komalasari pada Minggu depan…"
.........
"....pemberitahuan ini sekaligus merupakan undangan kepada segenap warga Sawojajar dan diharapkan kedatangannya…."
.......
"Demikian kabar bahagia yang saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini…"katanya dengan raut muka tersenyum lebar.

Suasana mendadak riuh oleh hadirin yang ada di situ.

"...Ai…."kata Fadholi sambil menoleh ke arah Aini.

Aini yang terlihat kaget dan tak siap terpaksa berdiri dan tersenyum memandang hadirin yang ramai bertepuk tangan.

Bagaimana dengan Koko….?

Anak muda ini bak disambar geledek saat ucapan ini masuk ke gendang telinganya lalu diolah oleh otak besarnya dalam jaringan syaraf yang kemudian menelusup ke dalam relung hatinya. Menimbulkan gejolak yang sulit untuk ditahannya.

Aini spontan memandang Joko yang nampak terhenyak lalu bergegas pergi meninggalkan acara.

Aini hendak mencegahnya namun tak enak hati kepada Fadholi dan tetamu yang hadir.

Ceshhhh….blaarrrr…..!

Sambaran kilat disusul suara geledek sontak menggetarkan bumi seakan merasakan gejolak hati sang jejaka.

Dibalik senyuman manisnya mata Aini nampak nanar melihat kepergian ponakan kesayangannya ini menembus rintik hujan yang kian deras dan cuaca yang makin gelap.

-------------



Joko masih berdiam di pojok gazebo mungil nan cantik berbahan kayu dan atap rumbia yang dirancangnya sendiri di halaman belakang rumahnya.

Sementara hujan kian deras tercurah dari langit yang pekat sesekali terangnya sinar kilat menerangi.

Cukup lama ia berada di sana dengan pandangan nanar bersandar punggung pada salah satu tiang yang terbuat dari bambu kuning.

Ia masih diam mematung meski satu sosok berjalan mendekat dan kini duduk di sebelahnya.

"Ko, kenapa kamu pergi begitu saja…? Pakde, budhe dan lainnya menanyakan itu sama Bibi sebelum pulang…"tanya Aini dengan lembut lalu duduk di sampingnya.

Koko masih diam dengan sorot terlihat dingin.

"Kenapa Bibi menyembunyikannya…? Kenapa Bibi tidak mengatakan terus terang sebelumnya sama Koko kalu bibi akan menikah dengan Pak Fadholi…?
.......
"....lagian apa maksud dia mengumumkannya di hari ini…hari yang khusus bibi adakan untukku…"ucap Joko sembari melirik ke arah Aini lalu memandang ke arah lain. Hujan masih turun cukup deras disertai api guntur sayup-sayup di kejauhan.

Aini tidak langsung menjawab hanya menunduk sebentar lalu memandang ponakan tercintanya ini dengan sorot kesedihan.

"Bibi sudah berjanji pada diri sendiri akan menceritakannya saat kamu lulus SMA, Ko.."
........
"Bibi sama sekali tidak bermaksud buruk…menyembunyikan hal ini termasuk apalagi dengan kamu. Yang sudah bersama-sama bibi sekian lama…"
.........
"Ini hanyalah soal waktu dan kondisi, sayang…."


'Lalu kenapa harus dengan Pak Kades, bibi akan menikah…?
.....
"....bukankah dia sudah beranak-istri…kenapa Bi…?

Aini lagi-lagi terdiam.

"Bibi sebenarnya tidak mau menceritakannya kepadamu….karena bagi bibi hal ini bikin Bibi bersedih lagi mengingat masa lalu…."
".....
"Beliau berjasa besar membantu Bibi saat meninggalnya mendiang ibumu sekaligus kakakku, Ko…."
..........
"....tanpa beliau Bibi yang kala itu seorang diri dan masih gadis remaja belum tentu bisa hidup mandiri apalagi Bibi bertanggungjawab atas dirimu…."

"Berarti bibi terpaksa melakukannya karena berutang budi dengan Fadholi sebagai imbal balik atas kebaikannya…? tanya Joko kali ini mulai menggeser tubuh ke arah sang Bibi.

"Bibi tidak ingin memungkiri dan mengelak karena memang demikian adanya, Ko "
.........
"Meski bibi tidak mencintai dirinya sepenuhnya laiknya seorang yang sedang jatuh cinta tapi dia telah banyak membantu keluarga kita termasuk dirimu…"
"....
"...soal istri dan keluarganya….bibi sudah berjumpa dan berbicara secara pribadi dengan Bu Ratna dan juga Menik soal ini. Keduanya tidak keberatan dengan keputusan suaminya. Apalagi bibi juga menjelaskan terus terang kepadanya bahwa bibi melakukannya karena budi baik beliau semata…dan bukan karena cinta…!
........
"...bibi rasa itu sudah menggambarkan perasaan bibi yang sebenarnya kepada keluarga Fadholi, yaitu istri dan anaknya…"
..........
"Yang kedua tentang apa yang dilakukan beliau mengumumkannya bertepatan perayaan kelulusanmu hari ini….aaahhh…"
...........
"...bibi…bibi minta maaf kepadamu, Ko…"
...........
*Bibi juga tak menduga ia nekad melakukannya tanpa sepengetahuan Bibi…"
......
"...bibi juga kaget sekaligus marah dengan tindakannya yang tidak etis…"
.......
"Bibi memang akan memberitahu kamu tapi nanti…pribadi dan hanya bersamamu, Ko…hik hik…"ucap Aini mulai sesegukkan.

Joko yang peka sesaat menatap haru sang bibi.

Sekian waktu keduanya terdiam. Hanya suara hujan yang perlahan kian mereda serta semilir angin dingin berhembus sepoi-sepoi.

"Koko tidak menyalahkan Bibi. Lagipula ini hak Bibi menikah dengan siapapun…"
"......
"....Koko tidak ingin turut campur…."
"......
"....Koko cuma ingin mengatakan bahwa Fadholi bukanlah lelaki yang terbaik untuk Bibi…."
"......
"Masih ada lelaki lain yang jauh lebih perhatian dan menyayangi Bibi meski dia hanyalah anak ingusan dan tidak berlimpah harta…"ucap Joko lirih setengah menunduk dengan suara serak seperti menyimpan penat yang terbelenggu.

Dibelainya lembut pipi Aini lalu bergegas pergi masuk kembali ke dalam rumah meninggalkan Aini yang memandang nanar ke arah sang jejaka.

"Duh Gusti…berikanlah hamba petunjuk dan bimbinganMu…hikhikhik…."desah Aini dengan raut kesedihan sembari menutup wajahnya sendiri lalu memandang awan kelabu di atas sana yang masih menjatuhkan sisa-sisa tirta sucinya.

Di kamarnya Joko yang telah berbaring di atas ranjang menatap langit-langit kamarnya dengan berjuta perasaan campur aduk.

{"Kenapa Ko…? Kenapa kamu bertingkah seperti anak kecil…? Bukankah kamu sudah cukup dewasa untuk memahami sebuah persoalan dengan pikiran yang jernih…? Tidak dengan emosi sesaat dan kekanak-kanakan…? } Bisik isi hatinya seakan memprotes tindakannya tadi siang.

Joko hanya mengeluh pendek berusaha menetralkan diri dari kegundahan hatinya.

Jauh di lubuk hatinya ia menyadari bahwa ia memiliki perasaan tersembunyi yang begitu dalam kepada sang bibi.

Ia sendiri sulit untuk mengakuinya terlebih dihadapan Aini bahwa ia menyayangi sang bibi lebih sebagai perempuan…seorang wanita.

Apakah ini yang dinamakan….cinta…!

"Hahhhh…."erang Joko sebelum menutup kedua matanya berharap besok dia kan mendapatkan jalan keluar dari kegelisahan hatinya hari ini.


=======


Siang hari ini Joko main ke rumah Topan, salah satu teman baiknya sekaligus mantan anggota tim bola voli sekolahnya.

Hanya tinggal menunggu seremoni penyerahan ijazah dan STTB (Surat Tanda Tamat Belajar) dari sekolah maka ia sudah bukan lagi anak SMA berseragam putih abu-abu.

Seringkali di berbagai kesempatan Aini menanyakan padanya kemana ia hendak melanjutkan sekolah. Tapi Joko hanya tersenyum penuh arti. Ia tak lantas menjawab karena semuanya butuh biaya yang tak sedikit.

Aini sebagai pegawai biasa tentu sulit untuk membiayai pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Joko juga tak menuntut lebih dan memilih untuk fokus berkarier di dunia musik.

Namun tak dinyana ada sebuah kabar baik yang mengejutkan selepas konsernya di Malang tempo hari.

Bahwasanya sudah ada orang yang berniat membiayai sekolahnya bahkan hingga ke luar negeri full akomodasi. Orang tersebut bukan lain adalah Tante Lisa.

Hai ini masih ia simpan rapat dan belum menceritakannya kepada siapapun terlebih Aini. Tante Lisa memang tidak membolehkannya memberitahu sang bibi karena beliau ingin dia sendiri yang akan menyampaikannya nanti.

Preview Kawasaki Ninja ZX25R

Topan hanya geleng-geleng kepala sambil garuk-garuk kepala melihat motor baru Joko yang gagah menawan hatinya.

"Ckckckck….kapan gue punya motor keren gini…yahhh…."katanya dengan muka memelas.

Joko hanya tersenyum lebar lalu menepuk bahunya.

"Maka cepetan cari kerja supaya bisa nabung buat beli nih motor…."katanya.

"Hahhh…nabung berapa lama Ko..? Seabad baru bisa kebeli nih motor…"keluh keluh Topan.

Menyadari kesedihan teman karibnya membuat Joko tak tega.

"Ok, Bro…"
.......
"...buat tombo ati….nih motor besok gue pinjemin ke elu buat test ride full day bareng sehari dua hari…"
.......
"....eehmmm….? Ucap sang jejaka sambil memandang Topan dengan senyum menyakinkan.

"Beneran Ko…???

Koko mengangguk lalu memberikan kunci motornya.

"Serius….swear…! Balas Koko sambil mengangkat tangannya.

"Sekarang lu cobain nih motor idaman lu…"
.........
"...cepetan…sebelum gue berubah pikiran…hehehe…"kata Koko setengah memaksa.

Topan yang kegirangan bukan main lantas naik ke atas ZX25R kepunyaan Joko Sembrani dan sekali gas langsung ngacir lah dia bersama derum suara buas dari knalpot Akrapovic si Kawasaki Ninja melengking tinggi.

Bruuummmm…..!!

Joko tersenyum lebar melihat kegembiraan Topan yang notabene anak dari keluarga kebanyakan seperti dirinya.

Sambil menunggu Topan kembali, Joko dijamu oleh Bu Endang ibunya Topan dengan panganan bikinan sendiri.

Keduanya asyik berbincang dengan sorot mata wanita paruh baya sepantaran Tante Lisa ini tak jemu memandangnya.


Bu Endang

Bu Endang, perempuan berusia sekitar 45 tahun ini terbilang cantik dan berkepribadian menarik. Orangnya grapyak dan sumeh. (Ramah & murah senyum).

Senang memakai kebaya dan jarik ketika di rumah maupun beraktivitas membuatnya berbeda dari kebanyakan perempuan terlebih di jaman sekarang.

Seperti hari ini beliau mengenakan jarik kebaya lengkap dengan rambut yang di sanggul model RA Kartini.

Kulit putih mulus dan body semok berisi sungguh mencerminkan perempuan yang pintar merawat diri terlebih menilik usianya.

Wajahnya nampak ceria dengan riasan cantik serta lipstik kemerahan mewarnai bibirnya yang tipis membuatnya kian menarik ditambah tubuhnya yang harum mewangi.

Joko betul-betul kagum dengan sosok Bu Endang yang seakan memegang teguh budaya tradisional leluhurnya.

Namun Joko tak menyadari bahwa penampilan Bu Endang sore ini yang begitu menawan lebih karena kehadirannya. Yah, betapa senang hati Bu Endang takkala Topan memberitahu bahwa Joko akan datang ke rumahnya.

Entah apa yang ada dipikirannya. Satu yang pasti ia akan berupaya tampil secantik dan semenarik mungkin di hadapan jejaka ganteng ini, Joko Sembrani.

Joko tak jenak dan mulai sungkan saat Bu Endang mulai dekat-dekat dirinya sambil jemarinya yang putih mulus meremas lembut tangan kekarnya.

Mata perempuan ini tak jemu-jemu menikmati paras indah Joko yang makin matang seiring seusianya.

"Ko, kamu sudah punya cewek belum , sayangg…?

Koko hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum kaku dan menahan nafas. Bukan apa-apa, beliau bertanya seperti itu sambil menggoyangkan tubuh semok dan pantat besarnya yang bahenol seakan memancing birahi anak muda ini.

Belahan kemben di dadanya terbilang pendek memperlihatkan sedikit lembah dada dan tonjolan payudaranya yang montok menggiurkan.

Disusul pemandangan mencengangkan saat beliau mengangkat sebelah kakinya lalu saling memangku dan begitu dekat. Sebatang paha padat gilig nampak dari kain jarik itu sampai betis putih mulusnya nampak nyata di pelupuk mata jejaka tampan ini.

Pinggul dan pantatnya yang besar sengaja ia geal-geolkan mengundang syahwat anak muda ini untuk bangkit.

Joko lagi-lagi terlihat menarik nafas. Sepasang matanya sesekali mencuri pandang keindahan tubuh wanita dewasa di depan hidungnya ini.

Joko sendiri tak mengerti sekarang betapa mudahnya ia terangsang melihat perempuan yang menarik terlebih pasca kejadian melihat Utari di dapur waktu itu. Betul-betul membuatnya seolah menjadi sosok yang lain dari biasanya.

Spontan, emosional dan mulai bandel.

"Saya belum ketemu yang cocok, Bu…"ucap Koko sambil mencuri pandang dada dan kaki indah Bu Endang.

"Kalu dengan wanita yang sudah berumur seperti Ibu…kamu suka ndak Ko…? Tanya beliau terus terang tanpa tedeng aling-aling sambil tersenyum malu namun menggoda.

Sudut matanya seolah memandang ke luar jaga-jaga bila ada orang lewat ataupun putranya telah kembali.

"Ehmm…."

Koko tak langsung menjawab hanya menahan nafas saat Bu Endang mendadak merapatkan tubuh semoknya sambil membelai wajah tampan Joko.

"Kamu tahu Ko,..."
........
"...kamu tuh ganteng bangeett, Sayanggg…"
........
"...banyak sekali wanita yang akan rela menyerahkan dirinya untukmu, Ko…."
" …..
"....termasuk ibu, ibu pengin…pengin…" Ucap beliau seakan hendak memeluk Joko.

"Ehh…KONTOOL…!!!! Pekik tertahan beliau terdengar merdu dan genit saat ujung jariknya tak sengaja tersangkut ujung meja membuatnya hampir terjerembab sebelum di tahan oleh sang jejaka.

Muka Joko nampak memerah sementara Bu Endang tanpa sungkan hanya tersenyum saja dalam jarak begitu dekat.

"Maaf ya Ko, ehmmmm….ibu memang latah kadang sampe keceplosan…hihihi…."ucapnya sambil kembali merapat dan sepertinya makin tak terkendali.

Untunglah suara derum motor Ninja miliknya yang dicoba Topan menghentikan aksi binal perempuan cantik ini untuk sementara.

Koko pun meninggalkan rumah Topan dengan perasaan campur aduk antara senang, malu dan birahi yang mulai muncul seiring godaan perempuan paruh baya ibu kandung Topan itu.

Joko tak mengetahui bahwa godaan lebih besar akan menantinya sebentar lagi.

Setelah memacu motor Ninja nya sekian menit dengan kecepatan sedang sampailah ia di sebuah pemukiman elit tengah kota.



Rumah milik Sari, salah satu teman karibnya juga yang mengundangnya datang ke rumahnya.

Sari mengatakan akan merayakan kelulusan mereka dengan beberapa kawan lain. Untuk itulah Koko bersedia untuk hadir memeriahkan.

Tawa canda riang suara gadis-gadis terdengar dari dalam rumah mewah itu menimpali sayup-sayup suara merdu Carly Rae Jepsen mendendangkan "Call Me Maybe" dari audio HiFi berharga belasan juta itu.


Carly Rae Jepsen "Call Me Maybe"

Di tengah ruang keluarga yang luas dan terasa mewah nampak 4 orang gadis muda nan cantik berpakaian seksi menggoda tengah mengelilingi sang jejaka kita ini sambil sesekali memeluknya.

Joko yang semula rada risih akhirnya tak mampu menolak saat tiba-tiba Sari mengecup bibirnya begitu saja.

"Koko…..kamu…kamu ganteng bangeett sore ini, Say….bikin mata gue melek terusss…hihihi…."



Joko hanya tersenyum saja dan justru kian berani membalas tingkah genit Sari dengan memeluk pinggang ramping si gadis lalu meremas pelan bokong padatnya.

"Aaauuuh…Kokoooo….eh..eehmmmm…"ucap Sari manja dengan gaya centilnya.


Sari

Sari sang pemilik rumah hanya mengenakan kaos pendek kasual bergambar doraemon plus celana hotpants pendek setengah paha. Gila…! Body remajanya yang putih molek begitu matang memperlihatkan pesona kewanitaannya yang beranjak dewasa.

Terutama buah dadanya, pinggul, bokong dan paha serta kakinya. Sungguh menggoda syahwat.

Koko yang sedari pulang dari rumah Bu Endang sudah terusik gairah kelelakiannya seakan makin terbuai dengan kehadiran 3 dara cantik lain tepat di depannya.


Ajeng


Rindu


Yuki

Tiga dara teman Sari yang notabene lain sekolah dan sama-sama tergabung di komunitas YarisKom alias Yaris Community.



Ajeng yang berhijab berusia 18 tahun. Cantik dan seksi dengan kaos ketat menonjolkan tonjolan payudaranya yang mengkal padat serta pantat montok di balik celana ketatnya.

Rindu dan Yuki tak kalah mempesona dengan rok pendek di atas lutut plus atasan terbuka memperlihatkan bahunya yang mungil berikut area dadanya.

Ke-empat dara ini seolah berebut perhatian menyentuh sosok macho nan gagah Joko Sembrani.

Belaian, usapan dan sesekali kecupan sayang mendarat di wajah anak muda ini yang membuatnya salah tingkah namun terangsang di waktu bersamaan.

*Ko, berhubung ini malam spesial alias prom night khusus buat kamu…kita berempat mau kasih surprise buat kamu…"ucap Sari genit sambil mengedipkan mata beningnya.

Seiring alunan musik syahdu dan romantis dari speaker nan mahal itu Sari dan Ajeng langsung mengambil posisi tepat selangkah di depan cowok ganteng ini.

Lalu terlihatlah sebuah pertunjukan yang menggetarkan jejaka tampan ini.

Sistar19 "Ma Boy"

Diiringi lagu hits girlband Korea Sistar19 berjudul "Ma Boy" kedua dara cantik nan molek ini menggoyangkan tubuh seksinya seiring lagu mengalun dengan bergaya ala Sistar19. Damn ! so hot...bro. Gerakan mereka makin lama makin merangsang disertai desah dan erangan manjanya.

"Sshhh…aaahhhh….ooohhhh…Kokooo….sshhhh….aaahhhh…Kokooo...aaahhh….yyyahhhhh…..oooohhhhh"

Edannn….!

Goyangan mereka makin hot seiring panas birahi mulai memenuhi sekujur urat syaraf mereka dan menyebar ke sekeliling dalam ruangan hingga merasuk ke diri pemuda gagah ini.

Buah dada mereka memantul-mantul bak bola bekel. Paha padat mereka sesekali mengangkang lebar dengan pantat bulatnya menggenjot bak tengah menggergaji.

Ajeng yang berhijab namun seksi tak segan-segan menampilkan goyangan pantat dan selangkangannya yang tak kalah hot dibanding Sari.

Mata genitnya memandang Joko dengan sorot nanar yang menyimpan birahi.

Pun demikian dengan Sari dan dua lainnya.

Joko yang awalnya terlihat kikuk akhirnya turut larut dalam pesona yang ditawarkan keempat gadis remaja itu.

Erangan keduanya makin keras disusul desah dua lainnya saat birahi telah menyelimuti relung kesadaran gadis-gadis itu

Lendir birahi mulai keluar dan terus mengalir dari relung rapat kemaluan gadis-gadis cantik ini. Payudara mengeras dengan puting susu mereka menegak kaku disertai bulu tubuh mereka meremang dilanda syahwatiah yang terus mendaki dan makin menuju puncak.

Hingga akhirnya….

"….Kokooo….!! Yyyaaahhhh….!!!

Ajeng menyerah lebih dulu. Dara manis berhijab ketat nan seksi ini langsung menubruk Joko lalu menciumnya penuh nafsu.

Bibir dan lidahnya menari liar di sekujur wajah rupawan itu. Sementara kedua tangannya yang putih mulus meraba-raba body kekar atletis Joko disertai erangan penuh birahi.

Paha padatnya mengangkang di atas paha kekar Joko sembari pangkal pahanya yang ciut dari balik celana jeans ketatnya digesek dan ditekan kuat-kuat ke selangkangan anak muda ganteng ini.

"Ooohhhh….Koko….cakeeep….ooohhhh….cakeepnya kamuuu….Kooo...akuuuhhh…cintaaaa….Ajenggg sayangggg sama Kokoooo….eehhmmmm….ehmmmmmm…."

"Eehhh….ehmmmm…."erang tertahan Joko yang tak kuasa menolak rangsangan cewek manis berhijab ini.

Apalagi Sari yang sontak menyusul histeris ikut mengeroyok dirinya dengan ciuman panas di leher dan bahu bidangnya.

Belum lagi jemari lentik Sari menggerayangi dada dan perut kokohnya terus turun ke area bawah menuju organ vitalnya.

Penis sang jejaka telah mengeras di balik celana ketat membuatnya "kesakitan" dan linu karena penis besarnya berontak hendak menatap cewek-cewek manis dan seksi ini.

Namun hanya sebentar Joko merasa "tersiksa" karena Rindu dan Yuki cepat melepaskan celana jeans Joko sehingga memudahkan kejantanannya melihat dunia.

Ke-empat dara cantik ini benar-benar berniat meng-gangbang Joko beramai-ramai.

Joko yang berusaha "sadar" seakan tak berdaya karena pengaruh itu begitu kuat mencengkram nalarnya membuatnya hanyut akan suntikan birahi yang ditawarkan para cewek cantik dan hot ini.

Bonggol penis Joko yang begitu besar menggembung dari balik cawetnya sontak membuat Ajeng histeris dan langsung menariknya kebawah dengan mata indahnya membelalak.

"Aaahhhh…KONTOLMUUUHH…Koooo…ehhmmmm..eehmmmmm…."

Sruup…sruuuppp….

Bibirnya yang merah basah dan lembut segera bergerak lincah mengulum penis besar Joko yang telah tegak ngaceng begitu gagahnya.

Mencuat ngaceng bak Tugu Muda Semarang yang kontan menjadi bahan bancakan bukan hanya Ajeng tapi Rindu dan Yuki.

Jemari lentik dan mulus mereka saling bergantian membelai dan mengocok penis kekar Joko. Sementara lidah mereka bertiga bergantian menjilati ujung gundul batang berurat Joko yang mekar menjulang gagah kaku setinggi 20 cm.

Dari ujung gundul yang terbelah indah itu mengalirlah cairan madzi sang jejaka tampan ini menandakan gairah kejantanannya makin deras terdesak nafsu.

Air liur mereka berlepotan meleleh di kulit batang kemaluan Joko membuatnya seakan berkilat begitu indah dan memukau para gadis tersebut.

Sementara ketiga kawannya tengah sibuk bermain dan menikmati kontol pemuda gagah ini, Sari menyibukkan diri memacu birahinya sendiri dengan saling mengadu bibir dan lidah bersama pemuda flamboyan ini.

Sari dan Joko saling melumat bibir membelit lidah bertukar liur saling merojok rongga mulut satu sama lain dengan mata terpejam. Keduanya seakan berlomba saling menarik simpul birahinya ke titik puncak.

Jemari kekar Joko cekatan melepas tank top yang dikenakan Sari yang tak mengenakan bra di dalamnya.

Pentil remaja payudara Sari begitu indah berwarna pink tegak ngaceng bergesekan puting dan dada bidang sang jejaka yang berotot macho.

Jemari kekar Joko terus menuruni perut rata sang dara terus ke pinggang lalu turun menelusup ke balik rok hotpants ketat dan minim yang dikenakannya.

Diremasnya pantat bulat Sari sambil berusaha membuka celana dalam sang gadis yang masih melekat.

Sari mendesah kuat sambil menggelinjangkan pinggul dan pantatnya memudahkan cowok ganteng ini menggusur hotpants pendek berikut cawet mungil berenda miliknya sampai lepas di ujung kaki hingga terbukalah aurat kewanitaannya yang terlarang.

"Sshhhhh….aahhhhh…Kokoooo….Kokooo…aaasshhhhhh….ooohhhhh…."erang Sari ketika jemari besar telunjuk dan jari tengah cowok ganteng itu menyusup ke celah bokongnya yang mulus telanjang. Beralih menyusuri liang sempit kemaluannya yang berjembut rapi dan kini makin membasah.

Sungguh pemandangan yang menggetarkan nampak jelas di ruang keluarga yang mewah itu.

Empat cewek remaja yang cantik dan seksi nyaris bugil tengah mencumbu jejaka tampan yang gagah perkasa.

Sari yang sudah telanjang bulat menindih mengangkang seksi di atas tubuh Joko yang hampir bugil dengan kontol gagahnya menjadi bintang utamanya.

Sari tiba-tiba mendorong ke 3 temannya yang masih asyik mengulum penis besar Joko.

Lalu ia sendiri memeluk erat leher jejaka tampan ini lalu menempatkan vaginanya yang rapat indah berjembut tepat di atas ujung gundul kontol kaku Joko yang mekrok bak jamur raksasa.

Pinggul seksi dan pantat padat nan mulus Sari segera bergerak ritmik mengayun bergerak maju mundur menggesekkan bibir memeknya yang rapat khas perawan ke bonggol kontol Joko Sembrani.

"Sshhhh…aaahhhh…Kokooo…Kokoooo….yyyahhhhh…."

"Eehmmmmm…KONTOL….eehmmmm…. KONTOL….nikmaat KONTOOOOOL….eehmmmmm…. KONTOOOOOL…..KONTOLMUUUHH…Sayangggg….ooouugghhh….."


Desah erangan liar Sari nan merdu terus terucap seiring ia menggesekkan pangkal kemaluannya ke batang zakar cowok ganteng ini yang telah tegak kaku mengacung gagah dikelilingi hutan jembutnya yang membelukar.

Bibir dan lidah basahnya terus menyapu kulit wajah Joko yang putih bersih semakin berkilat.

Kontol besar berurat Joko yang kokoh perkasa membelah bibir perawan Sari yang masih begitu rapat dan ciut. Lendir cintanya terus mengalir membasahi celah kegadisannya hingga menempel lengket di batang kejantanan Joko membuat celah sempitnya kembang kempis siap untuk dijimak.

"Oooohhhh….ooohhhh…..!!!!

Sari menjerit saat klimaksnya datang sekonyong-konyong. Diciumnya bibir Joko dengan kuat menyusul bongkah pantatnya menusuk menggenjot kuat kemaluan Joko.

"Yyyaaahhhh…..Kok…Kooooo…..!!!!"

Creeettt….serrrrr….."

Gadis perawan itu menjerit-jerit menyebut nama sang jejaka tampan dengan suara tersedak-sedak seiring ledakan orgasmenya yang dahsyat menerpanya secara simultan.

Joko yang makin tak terkendali langsung "membanting" tubuh seksi telanjang Sari lalu ditindihnya dengan tubuh kekarnya yang atletis.

Nafas Joko memburu dengan matanya yang biru indah menatap jalang penuh birahi.

Ditatapnya keindahan celah kemaluan Sari yang mulai membuka berlelehkan lendir kawinnya. Joko berpikir tiba saatnya menjimak vagina sempit cewek cantik ini sekuatnya dan menjebol keperawanannya selebar mungkin.

Pantat kekar Joko yang putih bersih terangkat tinggi dengan ujung tumpul kepala penisnya menempel ketat lubang ciut peranakan Sari yang dihiasi dengan sepetak jembut hitam bertengger cantik di pucuknya.

Paha padat nan putih mulus cewek cantik itu mengangkang ke atas dengan pantat bulatnya nan mulus diangkatnya tinggi.

"Sshhhh aaahhhh....masukinnn....masukiiiiinnn Kooooo....aaaahhhh....masukinnn .... kontolnya...,masukiiinnn.... KONTOLNYA.....ooohhhh...."

Sepertinya Sari betul-betul sudah tak mampu menahan diri supaya lubang selangkangannya segera dimasuki batang kemaluan pejantan tangguh yang begitu menawan ini.

Hanya sedetik Joko hendak menghunjamkan penis jantannya mengoyak liang keperawanan Sari.

Tiba-tiba ia seperti mendengar suara lembut sang bibi memanggilnya seolah begitu dekat di telinganya bahkan serasa berdengung di dalam otaknya.

{"Koko….."}

Koko yang semula menatap nanar penuh birahi sontak tersadar dan bangkit dengan tubuh gontai.

Sosoknya yang telanjang begitu macho dan gagah mempesona bersandar di dinding. Diremasnya erat rambut kepalanya sekuatnya disusul erangan tajamnya seolah histeris. Matanya terpejam erat sebelum bibir indahnya berseru memanggil sang bibi tercintanya.

Joko pun bergegas pergi meninggalkan begitu saja cewek-cewek bugil yang telah "kerasukan" nafsu birahi nan menggila itu.

Hujan cukup deras mengguyur jalanan sore menjelang petang yang mulai gelap seakan berusaha memadamkan api emosi yang tengah membara bercampur ethanol birahi di dalam diri jejaka tampan ini.

Joko membiarkan tubuh machonya basah kuyup hanya berlindung dibalik jaketnya yang terbuka. Kawasaki Ninja gagah itu itupun hanya berlari cepat membelah pekatnya malam seakan bingung akan kemana.

Perasaan campur aduk yang makin tak karuan menyeruak dalam dirinya tak ayal membuat Koko begitu emosional.

"Bibi…aahhh…Bibi Aini…."lirihnya dalam helm sport KYT yang membungkus rambut indahnya nan lebat sedikit gondrong.


Helmet KYT Sport R10 Philips Island Edition


Bulir-bulir air matanya tak tertahan lagi menetes di pipi nan kokoh itu menandakan gejolak kawula mudanya yang tengah menghadapi ujian terberatnya.

--------------


Sekian menit berpacu dengan waktu dan berjibaku bersama dinginnya udara gunung dari lereng Simongan, anak muda ini akhirnya masuk melewati gapura megah Desa Sawojajar menuju rumah tercintanya yang menyimpan berjuta kenangan manis.

Sewaktu di jalan dalam perjalanan pulang, Joko sudah membulatkan tekad meminta maaf kepada bibinya sekaligus mendukung keputusan bibinya untuk dinikahi oleh Kades Fadholi.

Itu semua ia lakukan demi kebahagiaan sang bibi terkasih.

Setibanya di depan halaman. Dada anak muda ini berdegup kencang saat sebuah SUV yang begitu dikenalnya terlihat terparkir di pekarangan rumahnya.

Namun Koko yang sudah menguatkan batinnya dengan percaya diri hendak mengetuk pintu tapi langkahnya sontak terhenti.

Samar dari balik korden ruang tamunya nampak pemandangan yang membuatnya tersentak dengan emosi perlahan kembali meluap.

Aini tengah berdiri dengan Fadholi terlihat mencumbunya.

Sungguh tak siap hatinya menerima kenyataan yang tergambar jelas di pelupuk matanya.

Dadanya serasa di hantam palu godam hingga kakinya serasa goyah.

Ingin rasanya dia mendobrak masuk dan menghajar pria yang telah berani melecehkan bibinya.

Tapi apa daya…hatinya sekejap mendua.

"Kaupun tidak lebih baik dari pria itu, Joko Sembrani…"
"Kau pikir…dirimu bisa memberikan segala yang dibutuhkan oleh bibimu…"
"Buat Bibimu…kau hanyalah anak ingusan yang masih belum mampu mengurus diri sendiri…"
.........
"...berkacalah…wahai dirimu, Joko Sembrani…."
Demikian terbersit pikiran liar di benaknya.

Koko pun langsung pergi bersama Ninja nya kali ini dengan memendam emosi yang makin menumpuk tinggi dan entah kapan akan meledaknya.

Mata birunya nampak nanar menatap gelapnya hari dari visor helm bening nan mahal itu.

Ia sendiri tak tahu apakah ia akan kembali ke rumah setelah ini.

Sepeninggal sang jejaka muda yang tengah dilanda dilema itu, mari mengulik Aini yang tadi sempat dilihat Joko tengah dicumbu oleh Fadholi.

Benarkah Aini seperti yang dibayangkan anak muda ini…?

"Hentikan Pak….hentikan….! Pekik Aini berusaha menahan sekuatnya tubuh tegap Fadholi yang hendak merangsek maju.

Aini yang setengah berontak membuat Fadholi menghentikan aksinya.

Digenggamnya erat pergelangan tangan Aini dengan jari kokohnya. Ditatapnya tajam mata bening Aini yang setengah sebal melihatnya. Fadholi lantas tersenyum menyeringai lalu membelai lembut dagu lancip Aini yang segera dienyahkan oleh sang jelita.

"Apa yang sudah terucap harus kau tepati, Ai…"
.......
"....jangan kau membuat malu dirimu sendiri di depan orang banyak…"
".... lagipula aku tak sudi dipermainkan.."
"...fatal akibatnya jika ada yang berani main-main dengan Imam Fadholi…"
........
"...aku tak mau menyakitimu terlebih Joko Sembrani…."
"....
"Aku paham dia mungkin tak setuju dengan rencana pernikahan kita atau apalah itu…."
"...buatku ndak masalah….dia cuma anak kemaren sore…."
".....
"....satu yang pasti acara pertunangan telah ku siapkan…."
"...kau dan ponakanmu ibarat datang cuma berpakaian saja tanpa repot-repot…."
"......
"Apa yang terjadi dengan Joko itu bukan urusanku…"
"...kau sebagai bule'nya yang harus memberinya pengertian…."ucap Fadholi dengan dingin sebelum meninggalkan rumah sederhana nan asri itu.

Lama Aini berdiam diri di atas sofa ruang tamu terduduk sembari menahan tangisnya.

Diusapnya perlahan pipi yang putih ranum itu dan dipandangnya jam dinding di atasnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, Koko belum juga pulang…."pikir Aini.

Menjelang dini hari barulah Koko pulang dalam kondisi basah kuyup.

Ia berusaha mengendap pelan. Didapatinya pintu rumah dalam kondisi tidak terkunci.

"Ah, Bibi…."desah Joko berharap sang bibi tidak marah dirinya pulang selarut ini. Tanpa mengabari pula.

Sesampainya di dalam, sang bibi ternyata telah menunggunya di ruangan tengah.

"Kamu kemana saja, Ko…? Bibi sangat mengkhawatirkanmu…sayangg…?

"Bibi tidak perlu memikirkan keadaan Koko. Koko cuma maen sebentar ke rumah teman…"ucap Koko berusaha tenang lalu bergegas masuk.

Aini lalu mengikuti Koko hingga dia masuk ke kamarnya.

"Bibi berusaha mengerti perasaanmu, Ko.."
"...namun bibi juga mohon hal yang sama terhadap kamu…."
........
"...bibi tidak mau kau salah memahami rencana bibi apalagi menganggap bibi hendak meninggalkanmu…."
"....
"...percayalah Bibi akan selalu ada di sampingmu…menyayangimu sampai kau betul-betul mandiri…"
"....dan akan terus begitu sampai kau menikah dan bibi semakin menua, sayang…"

Suasana sesaat hening sebelum Aini duduk di samping Joko lalu meremas lembut jemari jejaka ini.

"Bibi…"
.........
"...Koko…Koko masih belum siap menerima kenyataan bahwa wanita yang paling Koko sayangi akan menjadi milik pria lain…apalagi pria itu adalah Imam Fadholi…"
........
"...Koko…Koko…sangat menyayangi bibi…."
.........
"...Koko mencintai bibi lebih dari apapun…"
"....kalu perlu jiwa ragaku akan Koko persembahkan jika bibi memintanya…."

Aini nampak terdiam lalu membelai lembut pipi jejaka tampan ini.

"Cinta memang buta. Terkadang tidak pandang apa dan siapa…"
..........
"...bibi tidak ingin memperpanjang masalah ini karena bibi anggap kau sudah semakin dewasa…"
"...pertunangan bibi tinggal menghitung hari…"
.........
"Bibi harap kau tidak bertindak ceroboh dan kekanak-kanakan seperti kemarin, Ko…."
.........
"....sadarilah bahwa tidak ada sejarahnya seorang bibi dan keponakan saling terlibat cinta asmara…itu tabu namanya…terlarang dalam agama dan adat istiadat kita…"
"...
"Koko, kau paham sayanggg….? Ucap Aini mengakhiri kata-katanya. Mata beningnya nan indah menatap tajam Koko yang masih setengah menunduk.

Joko tak menyahut masih terlihat menunduk.

"Koko mencintai Bibi….bukan hanya sebatas hubungan Tante dan ponakan namun lebih dari itu…"
...........
"....Koko sangat mencintai bibi…sebagai seorang wanita. Layaknya seorang pria dewasa terhadap perempuan yang disayanginya…."
..........
"Mungkin....mungkin yang dikatakan bibi benar...Joko yang seharusnya tahu diri...."
"....tapi Koko hanya ingin mencurahkan isi hati yang selama Koko pendam...ke bibi...."
".......
"Koko belum sepenuhnya menerima kenyataan bahwa wanita yang dicintainya akan menjadi milik laki-laki lain…"kata Joko lirih dengan raut muka sayu dan terlihat emosional.

Diremasnya lembut jemari halus sang bibi yang masih berada di pipinya.
Aini yang mendengarnya nampak menunduk seperti menahan diri.

Lalu ia mendongak sambil memegang pipi macho sang jejaka. Sorot matanya nampak tajam menatap mata indah Koko sekaligus berkaca-kaca seolah menahan sesak hatinya.

"Bibi sudah menjelaskan apa yang sepatutnya bibi katakan padamu, Ko…"
"...bisa tidaknya kau menerima itu tergantung kedewasaan kamu…"
........
"...bibi tidak ingin memperkeruh suasana…"
"....bibi harapkan supaya kau memahami semua yang barusan kau dengar…"
......
"Camkan itu, Ko…."ucap Aini seraya berdiri hendak balik ke kamarnya.

"Bibi…."
".......
"Koko berusaha untuk bisa menerima keputusan Bibi untuk menikah. Tapi cinta Koko tetap tidak akan berubah….sekalipun bibi akan membunuhku…."
".........
"...jika kematian adalah jalan terbaik bagi Koko untuk bisa bersatu dengan bibi dalam sebuah ikatan cinta di kehidupan lain…Koko rela melakukannya…demi Bibi…."ucap Koko dengan lirih namun penuh keyakinan.

Aini menghentikan langkahnya sejenak. Kemudian ia pun membuka pintu dan menutupnya perlahan tanpa menoleh.

Koko terduduk di tepi ranjangnya dengan perasaan masgul. Entah yang diucapkannya barusan adalah sebuah keniscayaan ataukah hanya bentuk emosinya sesaat. Ia sendiri tak peduli.

Sementara dalam kamarnya. Aini tergolek di atas ranjangnya tengah menidurkan kepalanya dengan mahkota rambutnya indah tergerai lepas.

Butiran air matanya yang bening bak kristal nampak menetes dari pelupuk matanya. Beberapa kali mata berbulu lentik itu memejam membuat tebing kelopak matanya tak mampu menahan derasnya gelombang air matanya yang makin deras.

Seutas ucapan lirih samar terdengar dari bibir merah dan mungil yang terbuka itu seiring desah kesedihannya.

"Koko….kau tak tahu sayangku…."
".....
"....bibi pun sebenarnya punya perasaan yang sama denganmu, sayang…."
"....bibi sangat menyayangimu dan mencintaimu lebih dari seorang ponakan, Ko…"
"...bibi mencintaimu sebagai seorang pria, lebih dari siapapun…"
"......
"....namun apa daya bibi tidak mungkin melawan takdir…."
"....
"....bibi harap kau mau memaafkan bibi..."
".......
"Kelak kau akan menemukan belahan cintamu...tambatan hatimu. Seorang wanita yang lebih baik dari bibi sekaligus yang mencintaimu dengan sepenuh hati..."
".........
"Koko...sayanggkuu….hik..hik...hik…
."

Penuh haru tangannya yang putih mulus dan lembut mendekap erat bingkai foto di atas meja. Nampak Joko yang tengah memeluknya mesra dari belakang dengan saling melepas senyum.


Bersambung......
https://www.semprot.com/threads/joko-sembrani.1441724/page-89#post-1908220723
 
Terakhir diubah:
Bimabet
episode yang sungguh bikin mbrebes mili, sungguh kebanyakan irisan bawang sampe pedes ini mata huaaa
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd