Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Joko Sembrani dari Sawojajar

Yang diharapkan dari akhir kisah Anakmas Joko Sembrani...?


  • Total voters
    631
  • Poll closed .
***​

Rumah Aini siang itu terlihat ramai dengan sejumlah tamu perempuan maupun laki-laki berpakaian rapi. Nuansa Jawa nampak kental di sana dengan busana batik maupun kebaya dikenakan oleh sebagian besar hadirin.

Sementara di bagian dalam sebagian tamu duduk mengelilingi area meja di mana dua sosok pria dan wanita duduk berdampingan menjadi pusat perhatian para tetamu.

Tak lama kemudian seorang pria setengah baya berpakaian batik berpeci berdiri seraya memegang mic sambil matanya berpendar menatap para hadirin.

"Assalamual*ikum warahm*tullahi wabarakatuh..."

"Yang saya hormati Bapak Sri Toyodiningrat selaku wali orang tua dari Mbak Aini Komalasari beserta keluarga besar.

"Yang saya hormati Ibu Siti Badriah Fadholi Ichsan selaku orang tua dari Bapak Imam Fadholi, MBA beserta keluarga besar."

"Serta yang saya hormati seluruh tamu undangan yang sudah berkenan hadir dalam acara lamaran Mbak Ani Komalasari dan Bapak Imam Fadholi, MBA…"

"Alh*mdulillahir*bbil alamin,..."

"Segala puji bagi Tuhan semesta alam. Kepada-Nya kami memohon pertolongan dalam urusan dunia dan agama. Shalawat dan salam atas nabi dan rasul yang paling mulia, dan atas keluarganya serta para sahabatnya, kita selaku umatnya akhir hingga akhir zaman."

"Atas izin Allah pada hari yang berbahagia ini, kita semua bisa menyaksikan secara langsung prosesi lamaran Mbak Aini Komalasari dan Bapak Imam Fadholi, MBA…"


…….

Setelah mukadimah berupa prakata dari pranatacara disambung oleh pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an.

Acara selanjutnya yaitu ada sambutan-sambutan yang akan diberikan oleh pihak keluarga laki-laki dan juga perempuan.

Pihak calon mempelai wanita diwakili oleh Pakde Toyo sedang calon mempelai pria diwakili Kapten (Pur) Harsoyo yang pensiunan tentara selaku ketua keamanan Desa Sawojajar

Setelah acara sambutan masing-masing mempelai dilanjutkan dengan prosesi tukar cincin dan seserahan antara kedua calon mempelai.



Aini terlihat begitu cantik dan amat mempesona dengan busana kebaya warna pink nan anggun serta rambut indahnya yang lebat tersanggul.

Kebaya cantik pemberian Fadholi ini menggunakan bahan tile sehingga memberikan kesan indah pada bahu. Detail bahan menggunakan brokat bordir dilengkapi full payet. Jelas bukan kain ecek-ecek alias mahal.

Wajahnya yang sebagian tertutup kerudungnya terlihat rada menunduk nyaris sepanjang acara. Jika diperhatikan sedari tadi tak nampak senyuman di wajah ayunya melainkan sedikit sekali.

Ia lebih banyak diam dengan tatapan seakan kosong ke muka. Bertolak belakang dengan calon mempelai pria yaitu Imam Fadholi.

Pria gagah yang juga Kades Sawojajar ini terlihat terus mengumbar senyum sumringah kepada seluruh tamu yang hadir di siang ini.

Dirinya yang mengenakan busana jas hitam mahal berikut peci tanpa sungkan terus mengumbar senyum. Berkebalikan dengan calon mempelai wanita yang lebih banyak diam nyaris tanpa ekspresi.

Di antara tetamu yang hadir sebagian kasak-kusuk sendiri seakan menyadari suasana kontras antar kedua calon tersebut.

Mereka hanya bisa menduga bahwa ada sesuatu yang mungkin dialami ataupun dirasakan oleh calon mempelai wanita. Apa itu ? Tentu hanya Aini yang tahu.

Satu yang pasti Pakde Toyo dan Ginah juga berpraduga serupa dengan keduanya sesekali saling berpandangan mata.

Fadholi tak pernah jemu melirik dan memandangi calon istrinya ini dengan sorot mata nanar. Oooww, betapa cantik dan mempesonanya seorang Aini Komalasari di siang hari ini.



Paras ayunya yang lembut tanpa cela sebagian tertutup kerudungnya ditambah pesona keindahan tubuhnya yamg harum mewangi dari balik kebaya bordir nan cantik warna pink sungguh menyiratkan aura sensualitas yang begitu sempurna.

Merangsang….sekaligus amat menggairahkannya.

Tak ayal hampir sepanjang acara Kades flamboyan ini acapkali terlihat menggerakkan kaki dan paha. Bukan apa-apa, sesuatu yang liat di balik celana dalamnya seakan hendak berontak melihat pemandangan yang memancing birahinya yaitu Aini Komalasari.

Jemari tangannya yang begitu lentik dan putih mulus terlihat ditumbuhi bulu-bulu halus begitu menggoda.

Sepasang payudaranya yang begitu menonjol padat terlihat jelas mengintip dari kebaya berbentuk off shoulder warna pink model kerah V yang dipakainya.

Oohhh...buah dada itu nampak sangat padat mengkal dan begitu menawan. Gatal sekali sekali Fadholi untuk meremas dan menyusu di puting yang ada dibaliknya.

Belum lagi bahu mungil dan pinggang rampingnya. Perut yang begitu rata berbanding terbalik dengan bongkahan pantatnya yang aduhai montoknya.

Bulat, pejal, keras menungging begitu seksi namun proposional. Begitu sedap dipandang. Sepasang kaki jenjang mulai dari paha padet, betis berisi serta telapak kaki mungil dan mulus begitu putih menyiratkan keindahan yang sungguh paripurna untuk seorang wanita dewasa.

Dalam hatinya Fadholi begitu sangat bersukacita sekaligus sangat bergairah untuk segera menikmati semua keindahan yang nampak nyata di depan hidungnya ini.

Keinginannya sejak dulu untuk bisa mengawini sang dara jelita si bunga desa ini sekiranya akan segera terwujud.

Demikian yang ada di benak Fadholi.

Sebagian besar tamu sesekali celingukan ke beberapa sudut tempat. Tak nampak sosok Ratna Antika di sana padahal acara sudah hampir berakhir.

Kuat dugaan mereka bahwa sang istri sejatinya tidak setuju dengan keputusan Fadholi. Namun tentu saja mereka tidak berani mengatakannya.

Kalu Ratna Antika tidak hadir berikut anaknya lalu bagaimana dengan keluarga Aini sendiri terutama Joko Sembrani ?

Ehmm, anak muda ini ternyata hadir di sana namun rada jauh di belakang Aini.

Sama halnya dengan sang bibi, pemuda ini juga nyaris tanpa ekspresi senyuman. Jauh berbalik dibanding perayaan kelulusannya tempo hari.

Dibalik sikapnya yang kaku terlihat kerapuhan di wajahnya terutama saat penyematan cincin pertunangan oleh Fadholi ke jari manis sang bibi terkasih.

Matanya berkaca-kaca takkala jari mungil nan lembut yang biasa membelai dan mengusap wajahnya dipegang tangan besar dan kasar Imam Fadholi.

Sebagian orang yang melihatnya mungkin akan mengira anak muda ini turut berbahagia akan pertunangan sang bibi. Namun sejatinya justru sebaliknya. Rasa sedih bercampur aduk dengan senang…kecewa…masgul…dan banyak lagi membuat jejaka ganteng ini tak sanggup menahan diri.

Tepat ketika pembawa acara selesai mengumumkan perkenalan keluarga masing-masing dimana Joko Sembrani turut diperkenalkan dia segera meninggalkan acara.

Aini nampak sedikit terhenyak dengan tatapan nanar. Mata beningnya yang berhias make up nan anggun seketika berkaca-kaca seraya menggigit bibirnya.

"Ooohh…Koko…."

Toyo dan Ginah yang sedari awal memperhatikan anak muda ini tak ayal turut terkesiap dengan reaksi yang ditunjukkan Joko.

Keduanya hanya saling berpandangan untuk sesaat.

Selain kedua orang tua itu nyatanya ada satu sosok lagi yang semenjak acara dimulai terus mengamati anak muda ini.

Dia bukan lain Siti Badriah, ibunda Imam Fadholi.

Dari balik kerudung lebar yang dipakainya serta kacamata hitamnya, matanya yang sayu menatap tajam ke arah Joko.

Lamat-lamat suara desahnya terdengar begitu lirih.

"....Joko Sembrani…."ucapnya nyaris tak terdengar.

Keningnya nampak mengerenyit pertanda ada yang ia pikirkan tentang anak muda ini. Apa itu tentu hanya Badriah yang tahu. Mungkinkah tentang ucapan Mbah Peot tentang Joko Sembrani beberapa waktu lalu…??? Ehmmmm…..

Matanya yang bersembunyi di balik kacamata bisa sekilas mengetahui bahwa Pakde Toyo beberapa kali ia pergoki memperhatikannya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu..

Lalu kemanakah Joko Sembrani….?

Dia ternyata ada cukup jauh di kebun halaman belakang rumahnya.

Buugh….!!

Terdengar suara berderak manakala tinju kerasnya menghantam sebatang pohon pisang dewasa sampai ndoyong. (Miring).

"Bibi…..Bibi…."ucap Joko dengan bibir gemeretak menahan luapan emosinya.

Matanya merah memandang nanar lalu setengah bersimpuh sambil menahan isaknya.

Joko berupaya menguatkan dirinya menghadapi kenyataan yang harus ia terima.

Waktu terus bergulir hingga si anak muda ini bangkit berdiri seraya menarik nafas dalam-dalam.

Matanya yang semula terpejam perlahan membuka.

Hanya ada dua orang saja tempatnya berkeluh kesah kini. Kepada merekalah jua Joko sering bertukar pikiran terutama tentang perasaannya yang ia pendam selama ini kepada bibinya, Aini.

------------

Beberapa hari pasca pertunangan Aini. Di suatu siang di kala sang bibi sudah berangkat ke kantor Joko terlihat berada di rumah Pakde Toyo.

Selain pakde nampak pula Budhe Ginah ikut menemani.

Beberapa kali Joko bercakap-cakap dengan suara gemetar seolah menahan tangis.

Puncaknya saat Pakde Toyo menggenggam lembut pundaknya, sang jejaka sontak menubruknya duduk bersimpuh.

Suara isaknya tak dapat ia tahan lagi.

Pakde dan Ginah tak ayal turut terharu dengan sikap spontan Joko.

Ditepuknya pelan bahu anak muda ini berulang kali seakan berusaha menghiburnya lalu dipeluknya erat anak muda ini. Menguatkan dan meneguhkan gejolak darah mudanya yang labil.

"Ngger Joko Sembrani…"
".......
"Apa yang dikatakan oleh bibimu memang benar adanya. Kau harus bisa berpikir jernih dan dewasa menyikapi yang telah terjadi khususnya perihal perjodohan bibimu dan Pak Fadholi…"
"....kita tidak boleh menghalangi niat seseorang yang hendak berumah tangga apalagi dia adalah bibimu…"
"Lepas daripada kau setuju atau tidak soal lelaki pilihannya….itu pun juga termasuk…"
".........
"Jangan menuruti prasangka yang berlebihan apalagi karena terbawa emosi…akibatnya kita tidak menilai secara benar dan sewajarnya…"
".........
"Beliau, Pak Fadholi juga bukan orang lain bagi Aini dan juga engkau…."
"..........
"....sikap sayangmu yang begitu besar kepada Bibi Aini seyogyanya bisa berperan sebaliknya yaitu memberikan dukungan support kepada bibimu supaya dia bisa menjalankan kehidupan barunya kelak setelah berumah tangga…"
"....toh, dia juga telah berjanji akan tetap memperhatikanmu, Ngger…"

Joko yang masih duduk bersimpuh sebentar mengangkat wajahnya.

Wajah tampannya yang berkulit putih bersih dan halus nampak memerah.

"Joko pun paham Pakde…tapi…tapi rasanya masih sulit untuk Joko terima dengan lapang dada…."
".....Joko khawatir bibi tidak akan bahagia…."
........
"Joko paham sekali betapa bibi lama hidup melajang demi mengasuh Joko…"kata sang pemuda lalu mengamit tangan Pakde Toyo yang mulai berkeriput.

Toyo sesaat tersenyum simpul sambil menatap lembut sang jejaka tampan ini. Diusapnya kepala Joko dengan penuh kasih sayang.

"Pakde mengerti Ngger….".
".......
"....kau pasti berpikiran bahwa bagimu bibimu selama ini nampak bahagia hidup bersamamu…."
"......
"Tapi kau juga jangan lupa Ngger….manusia juga butuh pendamping untuk menjalani kehidupan ini termasuk memiliki keturunan…"
"Itu harus kau sadari sungguh-sungguh…"
".......
"...jangan karena kita egois lantas kita mengharamkan orang yang kita kasihi untuk hidup bahagia sesuai pilihan hatinya…"
".........
"...kita juga tidak mau diperlakukan seperti itu…betul tidak Ngger ?

Ginah yang sejak awal hanya berdiam diri lantas ikut bersuara memberi wejangan kepada anak muda ini.

Perempuan yang ikut membantu persalinan sang jejaka ini turut duduk di depan Joko.

Dipegangnya lembut wajah anak muda lalu diangkatnya seraya saling bertatapan penuh kasih.

"Apa yang dikatakan Pakde, Betul…Ko.."
".........
"....semua orang berhak untuk bahagia…sesuai dengan kehendaknya…meski mungkin kurang sesuai dengan keinginan diri kita…"
"Belajar menghargai itu adalah proses pendewasaan diri agar kita makin sadar bahwa hidup tidaklah betul-betul sempurna 100%...seperti bayangan kita..."
".........
"Bibimu bukan benda mati…bukan boneka yang bisa kita perlakukan seenak hati…"
"....dia juga punya perasaan dan juga pikiran…."
"...bibimu tentu telah memperhitungkan semuanya terutama saat menerima lamaran Pak Kades Fadholi…."
".....
"....percayalah dengan Budhe, itu semua hanya bentuk emosionalmu sesaat dan bukan berasal dari hati kecilmu…."
"....
"Hati kecilmu tentu akan berpikir bagaimana supaya dia bisa bahagia dengan pilihannya…dan itu harus kita tunjukkan dengan sungguh-sungguh bukan dengan mengendorkan semangatnya…."
".........
"....budhe pikir kau sudah dewasa sayang dan bisa mencerna semuanya ini dengan baik….Budhe percayaaa betul…" kata Ginah sambil membelai lembut kedua pipi sang jejaka.

Joko memandang Ginah dengan tatapan haru lalu mencium tangannya dengan erat.

Joko lalu ganti memeluk Pakde Toyo hingga keduanya berdiri berhadapan.

Sekian saat termenung jejaka tampan ini membuka matanya sembari menarik nafas panjang.

Joko nampak tersenyum tipis sambil memandang kedua orang tua ini.

Sepertinya wejangan keduanya setelah sekian waktu sedikit demi sedikit mampu membuat anak muda kian menyadari posisinya dan membuatnya tegar menghadapi apa yang telah maupun akan terjadi terhadap perempuan yang amat ia kasihi, Bibinya tercinta.

"Koko…Koko…sangat berterimakasih atas nasehat Pakde dan Budhe…."
"...Dari sini Koko akan mulai bersikap lebih terbuka dan dewasa kepada diri sendiri… "
"...Koko…Koko harus lebih tegar dan….betul apa yang diucapkan Pakde sama Budhe…Koko seharusnya mendukung keinginan orang yang kita kasihi bukan malah sebaliknya…."
".......
"...mulai hari ini…dan seterusnya…Koko akan mencoba merubah sikap dan pandangan Koko soal perjodohan Bibi…"
"........
".....terima kasih Pakde…Budhe….."

Joko langsung memeluk keduanya dengan perasaan haru yang kental.

Toyo dan Ginah pun turut hanyut akan suasana yang tercipta.

"Jangan sungkan-sungkan, Ngger…."
".......
"...jika engkau punya masalah ataupun beban pikiran yang membutuhkan tempat curhat untuk berbagi mencari jalan keluar….pakde dan budhe akan dengan senang hati membantunu, Ngger…."
"....bukankah selain bibimu, aku dan budhe sudah kau anggap keluarga sendiri…iya toh…hehehehe…."ujar Pakde Toyo seraya terkekeh kecil.

Joko yang mendengarnya sontak turut tersenyum lebar.

Hatinya pun kini semakin lapang seiring kepergiannya dari rumah Pakde Toyo.

Jejaka muda ini telah berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia akan mendukung sang bibi apapun yang telah menjadi keputusannya.

Namun dalam relung sanubarinya, Joko pun berjanji akan terus ada dekat di sisi sang bibi terkasih. Melindunginya dari bahaya apapun yang hendak mengancam keselamatan dan kebahagiaan sang bibi tercinta. Tak peduli sekalipun ia harus mengorbankan nyawanya.


========


Siang ini tak terlihat kesibukan berarti di rumah Aini.

Hanya Joko yang terlihat asyik memandikan motor barunya sementara Aini seperti biasa sudah berangkat ke kantornya.

Hanya tinggal Utari yang tak kelihatan. Kemana wanita yang telah tergila-gila dengan sang jejaka kita ini ?

Sorot matanya yang bening menandang Joko dari balik jendela.

Sekelumit senyum simpulnya nampak menghiasi bibir merahnya yang penuh sensual bak artis Jessica Iskandar.



Ia pun berlalu cepat saat dilihatnya sang jejaka berbalik kembali ke dalam rumah.

"Mbak…Mbak Utari…."
.........
"....sabun cairnya di mana ya Mbak…? Mau aku pake buat nyuci…"ucap Koko begitu sampai di pintu.

Anak muda ini sesaat melihat di atas meja sudah tersaji minuman hangat secangkir kopi susu yang tadi sebelumnya sudah di siapkan Utari untuknya.

"Ehmmm….mungkin dia masih di kamar mandi atau di belakang…."ujar Joko lalu meneguknya pelan sampai nyaris habis.

Setelah meminumnya tuntas Joko lalu masuk ke dalam hendak mencari Utari.

Namun baru beberapa langkah masuk ke ruang tengah mendadak kepalanya serasa pening. Rasa pusing yang mendadak menghinggapinya membuatnya terasa berputar-putar hingga membuatnya gontai lalu rebah di atas kursi sofa.

"Aaahhhh…."Joko mengerang lirih sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing.

Ia pun spontan duduk di atas sofa panjang sambil memegang kepalanya.

Anehnya rasa pusing ini bukanlah sakit kepala melainkan justru membuat tubuhnya makin menghangat dan entah darimana birahinya seketika terlecut bangkit tanpa ia kendalikan.

Joko mengeluh pendek sambil memejam mata dan menggigit bibirnya sendiri.

Rasa "ingin" itu makin kuat dirasakannya sampai membuat anak muda ini tak mampu berpikir jernih.

"Ssshhhh….aaahhhhh….."suara desahannya terdengar macho bersamaan tangannya meraba alat vitalnya yang masih bersembunyi dibalik celana hawai yang dikenakannya.

Nampak terlihat sebatang "mentimun" besar tercetak jelas dari balik celana Joko.

Saking besar dan panjangnya, ujung gundul kemaluannya mencuat besar dan gagah dari balik tepi cawetnya bak helm baja pasukan Nazi Jerman.

"Yyyahhhh…..aaahhhhh….."

Erangan merdunya terus terdengar manakala jemari kekarnya menelusup ke balik celana dalamnya sendiri lalu mengocoknya keras.

Sementara tanpa ia sadari satu sosok perempuan telanjang tanpa busana telah mendekat ke arahnya dan…semakin dekat.

"Koko….Sayangggkuuu…."ucap sosok wanita itu terdengar merdu mendayu.

Seutas senyum manis nampak di bibir merah nan sensual itu.

Mata beningnya sontak membelalak berikut senyum kagetnya saat melihat penis besar sang jejaka nampak jelas tercetak di balik celana tipis Joko.

Sementara Joko yang mendengar suara itu sontak menoleh dan dilihatnya satu sosok yang begitu familiar terlihat jelas di pelupuk matanya.

Satu sosok perempuan jelita yang amat ia kasihi sekaligus ia cintai tengah berdiri di dekatnya dalam keadaan telanjang bulat tanpa busana. Dia sang bibi tercinta !

Joko sontak berdiri dengan pandangan yang seolah lain.

Sorot matanya nanar dan seakan hampa dengan aura birahi terlihat jelas di sana.

'Sang bibi' nampak begitu cantik dan begitu seksi menggairahkan di matanya.

Dibelainya lembut paras jelita yang tengah tersenyum kepadanya sambil matanya menelusuri keindahan lekuk wajah nan ayu itu dengan seksama bagaikan mengamati sebuah karya seni nan agung.

"Bibiii Aiiiii…bi..biii...cantikkk sekaliiiihhhh....Aaakhhh….!!!"

Tak lama Joko mengerang kuat disusul bibirnya langsung mencaplok puting susu susu yang begitu indah terang kecoklatan mengacung kaku. Dihisapnya lembut dan makin kuat disertai jemari tangannya memeluk pinggang ramping sang 'bibi'.

"Sshhhh…aahhhhh…."

Sang bibi lantas mendesah kuat serta merintih keras saat putingnya yang menegak kaku dihisap-hisap dan dikunyah begitu rupa dengan liar oleh Joko.

Jemari lentiknya meremas rambut Joko seakan berusaha menahan pemuda gagah ini agar tak terlalu kuat merangsang buah dadanya.

Joko terus memgemut pentil cantik itu dengan keras dan kini diselingi gigitan kecil di bagian pucuknya. Pemuda ini seakan hendak menyedot ASI segar yang tersimpan di dalamnya untuk ia nikmati.

Sementara sang 'bibi' terus mengerang kuat sambil memejamkan matanya tak kuasa menolak rangsangan tajam anak muda ini di area sensitifnya.

Ia terus menggeliat dalam dekapan erat tangan kekar Joko. Sementara Joko yang telah setengah bugil sudah melepaskan kaosnya hingga tubuhnya yang begitu macho atletis nampak begitu sempurna berlekuk enam serta dada yang bidang berotot.

Wowww….begitu gagah sang jejaka ini sekarang.

Sementara batang penisnya yang mengintip samar nampak mencuat dari tengah selangkangannya di antara sepasang paha kekarnya yang berbulu.

Panjang tegak menjulang mengangguk-angguk nyaris menyentuh pusarnya.

Tertutup cawetnya...ujung penisnya yang tersunat telah mengeluarkan lendir rangsang mengalir kian jelas menandakan gairah seksualnya makin memuncak.

"Biiiii….bibiiiii….Kokkoooo cintaaaa bibiiiii….Kokooo sayanggg…Bibiiiii….ssshhhhhh….aaahhhhh…."
.....
"....ehhmmmmm….ehhmmmmmm….."
"......
"Kokooo…sayanggggg…..ehmmm….ehmmmm…."
pekik bibinya terpotong saat Joko beralih ke atas lalu memagut dan melumat bibirnya dengan buasnya.

Berusaha Joko menarik lidah sang bibi untuk saling membelit dan mengulum bertukar ludah.

Sang bibi yang tak mampu menahan rangsangan yang disodorkan sang jejaka turut meladeni tak kalah panas.

Joko yang diombang-ambingkan birahi yang makin liar langsung menindih tubuh indah telanjang itu..

Dibukanya lebar sepasang paha padat nan mulus itu dengan sorot mata nanar.

Dilihatnya sebuah pemandangan memukau dari segaris lubang ciut yang ditumbuhi bulu jembut nan lebat tertata di pangkal paha sang bibi terlihat mengeluarkan lendir bening dan membuka kembang kempis seakan memanggil gairah sang perjaka.

"Ehmmm….ehmmmm…."

Sruuuppp….sruupppp…

"Aaakhhhh….aakhhhhh…. Kokkoooo…Sayangggg…..ooouugghhh…!!!"

Pekik merdu sang bibi tak ayal melengking tinggi ketika lidah Joko yang panjang dan begitu liat menjilati bibir kemaluannya yang membuka. Menyusup ke balik bibir vagina lalu menelusuri hingga makin jauh ke dalam daging kemerahan nan sensitif miliknya.

Sang 'bibi' hanya meraung keras dengan pantat bulatnya yang besar dan mulus diangkatnya tinggi. Membantu Joko menikmati celah kewanitaannya yang begitu indah terbelah dengan belukar jembutnya menambah pesona kecantikannya.

"Kokooo….akuuuhh KELLUUAARRR….yyyaaaahhhhhh….!!!!!"

Cruuuttt….serrrrr…..

Luar biasa apa yang dilakukan anak muda ini.

Hanya sekian menit saja cumbuannya di area genital sang bibi membuat bidadari jelita ini memekik keras sambil pantat montoknya yang putih mulus mengayun mengejat-ngejat memuncratkan mani perempuannya.

Tak butuh waktu lama, Joko yang menyadari sang bibi telah mencapai klimaksnya lalu menindih sosok yang amat dikasihinya ini.

Dibentangkannya paha indah sang bibi selebar-lebarnya dengan sedikit ditekuk ke atas. Menyusul ia menempatkan diri di antaranya. Sang pemuda telah menyiapkan batang penisnya yang masih berbalut ketatnya celana dalamnya dari balik Hawai yang cukup tipis itu.

Batangnya telah sedemikian keras tepat di depan mulut gua kenikmatan sang bibi terkasih.

Digeseknya pelan…pelan terus makin lama makin kuar.

Meski masih dipisahkan oleh selembar kain tak urung kepala zakarnya yang besar begitu gagah masih mampu menyibak celah sempit lubang vagina itu.

Terbersit di benaknya apakah cukup liang sempit itu menerima sodokan zakarnya yang demikian mengintimidasi.

Mata bening sang 'bibi' menatap nanar antara nafsu, takut dan penasaran yang memuncak.

Tapi nafsunya jelas mengalahkan semuanya.

Bibir seksinya terbuka saat celah surganya perlahan terus bergesekan dengan batang kekar kemaluan Joko Sembrani.

Ia menggigit bibirnya sendiri sembari memejamkan mata sesekali mengintip dari balik selimut birahinya manakala sebentar lagi zakar perkasa dari lelaki idamannya ini bakal keluar dari sarangnya dan menusuk lubang rahasianya.

Menghunjam menembus liang kewanitaannya untuk melakukan prosesi perkawinan yang sangat ia tunggu-tunggu sejak dulu.

"Ssshhh…aaahhh…Ya aloh…besaaarrr sekaliiiihhhh kontolnya….ooohhh….

"...kontolnya sangat besaaarrr…. panjangg…kerasssss…."

"...ya aloh…muatkah memekku menerima kontolnya…."


".....jebol…jeboool….aaaahhhh…."

Bibir seksi itu terus menceracau sendiri dengan liar seiring gesekan nikmat yang makin kuat dirasakan di area intimnya.

Sesaat Joko seperti hendak melepaskan kain celana Hawai yang masih melekat. Pantat kekarnya yang putih bersih berbaur cawet riders sporty ikut mengangkat bersamaan.

Mata sang 'bibi' terbuka nyalang menatap ke bawah. Ia sadar sebentar lagi sang pemuda akan mencoblos kemaluannya dengan penis kekarnya dan menjimak vaginanya sekuat-kuatnya.

Untuk sekejap sang 'bibi' mengerang dengan mata membelalak saat Joko akan mengayunkan bokongnya, mendadak sang bibi kuat mendorong Joko lalu ganti menindih sang jejaka.

Jemari lentiknya yang putih mulus sigap hendak menarik celana Joko dan menelanjanginya.

Sang bibi sepertinya yang akan mengambil kendali permainan.

Namun, tiba-tiba....

"Kokoooo….!!!!"

"Mbak Tariiii…..!!!!"

Tiba-tiba terdengar jerit seseorang seakan memecah ombak birahi yang sebentar lagi menghantam tebing kenikmatan keduanya.

Disusul satu sosok perempuan sekonyong-konyong berlari sambil mendorong tubuh bugil sang Bibi yang tengah menindih Joko.

Sang bibi pun terguling hingga nampak di mata beningnya sosok sang 'bibi' terbaring bugil mengangkang.

Sang 'bibi' yang sontak tersadar terkesiap bak ketemu hantu. Matanya yang semula memandang nanar berubah seketika dengan raut muka pucat menatap perempuan cantik berkerudung yang kini berdiri tegak di hadapannya.

"Aini…."desis sang 'bibi' begitu sadar siapa yang barusan tiba.

"Ah, siaaal.….pikirnya.

Sorot wanita berkerudung yang bukan lain Aini menatap nanar dan tajam dengan dengus memburu kembang kempis. Raut jelita berkulit putih mulus itu terlihat merah padam seolah menahan amarah yang meluap.

Entah apa yang membuatnya tiba-tiba ingin pulang ke rumahnya. Tak dinyana ternyata ia mendapati ponakannya tengah bergumul mesra dengan Utari.

"Mbak Tari….!"
"......
"....ternyata kau selama ini berani bermain-main di belakangku untuk menggoda Joko…"
"......
"Tak kusangka….tak kusangka dirimu tega berbuat nista di belakangku…."
"....
".....aku…aku….yaaahhhh!!!."ucapnya berseru lalu menubruk sosok sang bibi yang ternyata adalah Utari.

Tangannya mengayun…menampar…menabok dan setengah mencakar disertai pekik histerisnya.

Sementara Utari tak kalah histeris. Memekik dan menjerit mencoba mengelak dan melindungi diri dari amukan

"Aahhhhh...adduuhhh Ai…aaiiiii…aahhhh…!!!"

Kedua wanita itu bergumul di atas lantai. Yang satu telanjang bulat yang lain berbusana PNS dengan kerudungnya terlepas memperlihatkan rambut indahnya yang tergerai lepas seiring polah tingkahnya yang beringas.

Hingga akhirnya Utari berhasil melepaskan diri dari terjangan liar Aini yang seperti kerasukan.

Utari berdiri dalam kondisi telanjang bulat menatapnya dengan tatapan serba salah. Sebaliknya Aini mencorong tajam dengan amarah yang masih memuncak.

"Mbak Tari….sekarang juga kau kupecat sebagai pembantu di rumahku…!"
"Aku tak mau melihatmu lagi di sini…."
......
"....bawa semua pakaianmu dan pergilah dari rumahku…."
.......
"....kepercayaanku selama bertahun-tahun telah kau salah gunakan untuk menyakiti hatiku…."
.......
"...pergilah mbakk…dan jangan kembali ke sini…!"

Ucapan Aini yang semula keras perlahan kian lirih seiring isak tangis mulai menghinggapi relung batinnya.

Matanya yang memerah nampak berkaca-kaca lalu ia bersandar sambil menutup wajahnya.

Utari yang telah mengenakan pakaiannya kembali hanya berujar pendek sebelum berlalu pergi.

"Aku…aku minta maaf atas apa yang terjadi, Ai…"
".........
"...aku tak bisa memungkiri perasaanku kepada Koko…"
"Bahwa aku menyayanginya…mencintainya sekaligus menginginkan dia seutuhnya sebagai seorang laki-laki…"
".....
"....kuharap kau mau memaafkan aku…"

Sepeninggal Tari, Aini yang telah duduk di atas sofa sambil sesenggukan menahan tangis sontak teringat dengan Joko.

Ia mencari Joko di kamar tidurnya dan dilihatnya anak muda ini terbaring lemah.

Dibelainya lembut wajah anak muda ini penuh kasih sayang.

Joko yang berbaring antara sadar dan tidak mendadak langsung memeluk lalu bersimpuh memeluk kaki sang bibi.

Jejaka ini tak mampu menahan diri untuk tidak menangis.

Ia sempat melihat adegan ketika bibinya bergumul dengan Utari. Tapi entah mengapa ia seakan begitu berat untuk melerai keduanya dan memilih pergi ke kamarnya dengan pening di kepala serta pikirannya yang kacau balau. Belum lagi birahi anehnya yang masih mencoba menggoda dirinya terlebih saat sosok menawan Aini telah berada di sampingnya.

Joko berusaha menguatkan diri semampunya lalu bersimpuh memohon maaf atas perilakunya yang tidak senonoh dan telah menyakiti perasaan bibinya yang terkasih.

"Bi..bibi…bibi Ai…aaaahhhh…. Koko…Koko tidak bermaksud menyakiti Bibi…maafkan Koko…Bi…"ucap sang jejaka dengan pilu masih memeluk kaki Aini dengan erat.

Aini yang sudah kembali tenang terenyuh dengan sikap ponakannya ini. Diamitnya lengan kekar Joko lalu diraihnya kepala sang jejaka tampan ini dalam pangkuan serta pelukan hangatnya.

Diusapnya lembut rambut indah Koko yang tebal sedikit bergelombang dan gondrong itu penuh kasih sayang bak seorang ibu kepada anaknya.

Dibelainya mesra sambil menghibur hati sang jejaka ini.

Sekilas muncul pesan Pakde Toyo saat ia hendak mengambil Tari sebagai pengasuh Joko kala itu.

{.."kau hendak mengambil Tari sebagai pengasuh Joko Sembrani….? Hati-hati lho Nduk, Tari itu terkenal wedok'an ganjen dan genit. Majikan perempuannya dulu memecatnya karena si Tari kepergok selingkuh dengan suaminya. Pakde sarankan…kau untuk berpikir sekali lagi, Nduk…"kata Pakde kala itu. Aini yang mendengarnya hanya tersenyum.
"Ah…Mbak Utari tega berbuat mesum sama Joko yang masih berusia balita…hehehehe…"pikir Aini..}.


Bayangan belasan tahun silam itu perlahan sirna dari benaknya. Saat sepasang mata bening nan biru Joko menatapnya dengan penuh haru. Aini pun membalasnya tak kalah mesra. Dikecupnya kening Joko lembut sambil berusaha menghibur anak muda ini.

"Apapun itu bukan salahmu, sayanggg…."
"...bibilah yang kurang awas memperhatikan kamu…"
.........
"Mulai sekarang bibi sendiri yang akan mengurus semua kebutuhanmu, Ko…ehmmm…"tutur Aini dengan lemah lembut.

Seutas senyuman manisnya seolah menjadi oase pelipur lara hati sang jejaka primadona ini.

Joko ganti meraih lengan Aini lalu bersama keduanya berdiri berhadapan. Didekapnya erat tubuh indah sang bibi terkasih dalam pelukannya seakan tak ingin ia lepaskan.

Getar birahi aneh yang tertinggal manakala bercumbu dengan Utari mendadak muncul begitu saja menggodanya kembali.

Entah pikiran darimana, sekejap terlintas pikiran liar di benaknya untuk menelanjangi dan menindih perempuan jelita yang kini didekapnya erat. Terus menjimak lubang alat vitalnya sekuat-kuatnya. Wanita itu tak lain bibinya sendiri, Aini Komalasari.

"Aakhh..."
Joko sontak mengerang pendek mencoba mengenyahkan pikiran jahat itu.

Sementara kedua bibi dan ponakan itu larut dalam samudera perasaan yang mengharu biru, Utari telah kembali ke rumahnya tanpa seorangpun tahu alasannya.

Utari memilih diam dan berkata bahwa ia pun acapkali pulang dan menginap di rumahnya sendiri. Tetangga dan orang-orang terdekatnya tak tahu bahwa kini ia pulang untuk seterusnya dan takkan kembali ke rumah Aini.

Di kamarnya Utari berbaring menelungkup sambil membayangkan kejadian siang tadi.

Sungguh ia tak mengira semuanya bakalan seperti ini. Ah, nasi sudah menjadi bubur. Tak mungkin mundur kembali.

Seutas senyuman pelan-pelan nampak di bibir seksinya saat menatap sebuah botol mungil berisi darah haid miliknya. Sementara di sebelahnya beberapa pil hitam pemberian Ambarwati nampak terbungkus rapi.

"Biarkan yang telah terjadi…terjadilah…"
"...hari ini sebenernya kesempatan terbaik aku bisa ngentot dengan bocah ganteng itu. Sayangnya….Aini keburu datang…"
".........
"....tapi aku tak menyerah begitu saja. Apalagi Joko sudah meminum semua ramuan yang disarankan Ambar…. "
...........
"Selangkah lagi dia akan jadi milikku….dan tak bisa lagi perempuan manapun di dunia ini bisa menyentuhnya kecuali aku….hehehe…."ucapnya sembari tersenyum telentang menghadap langit kamarnya. Dipejamkan matanya erat sambil meremas sebatang dildo berukuran besar yang kini telah berada di tangannya.

Tak lama kemudian terlihat Utari menari lincah mengangkang setengah berdiri di atas kursi tanpa sehelai benang menutupi tubuh bugilnya yang seksi bahenol.

Sebatang dildo nampak menancap kuat di tengah kursi yang tengah dikangkanginya.


Utari

Rambut panjangnya yang tergerai menjelai punggung kian menambah aura seksi yang muncul dari sosok telanjangnya.

"Ooohhh KONTOL….ooohhhh KONTOL…KONTOL…yaaahhhh…KONTOL….nikmaat KONTOOOOOL….ooohhh…."

Erangan merdunya begitu seksi mendayu seiring pantat besarnya yang mulus telanjang menukik turun sampai batang dildo itu amblas membelah celah rapat kemaluannya. Menyodok habis liang kenikmatannya yang berjembut lebat dan telah berlumur lendir cintanya.

Pantat bahenol Tari yang putih mulus menari lincah menguleg-uleg begitu aduhai bersama remasan tangannya sendiri di kedua buah dada berikut sepasang pentilnya yang mengacung kaku.

"Iyyahhh…iyyaahhh….terussss…terussss….Kooooo…Kokkoooo Sayangggg…"

"...aahhhhhh….ooohhhh…. entoott…entoott terusss memekku pake manuk kepunyaan kamuuuhhh…ooouugghhh…manukmuuhhh yang besaaaarr Sayanggggkuuu….yyyahhhhh…."


Sleep…bless….sleepp…blesss….

"Aaahhhhhh...Mbakkkk….Mbakkkk mau dapeeet Sayangggg…Mbakkk mau dapeeet…Kooooo….aaahhhh…."

Lalu sekejap bersamaan pantat besarnya amblas hingga mentok ditariknya cepat pinggulnya ke atas. Dicabutnya liang vaginanya yang semula tersumpal batang dildo disusul pekik kenikmatan Tari yang syahdu membahana di puncak klimaksnya.

"Yyyyaaahhhhh….KELUAAAR…..!!!!!"

Cruuuttt...serrrrr...cruuuttt...serrrrr…..

"Aaaakhhhhh…..Jokoooo Sembraniiiiii……!!!!"

"Yyyaaahhhh…..!!!"


Cruuuttt....serrrrr……

Sungguh Utari betul-betul seakan telah hilang kesadarannya sebagai wanita terhormat.

Utari yang dulunya gadis yang pemalu terlebih soal seks kini seolah telah menemukan "jati dirinya". Yah, Utari yang seorang hyperseks alias pecinta seks sejati.

Nafsu dan cintanya yang menggila kepada sosok jejaka tampan ponakan Aini itu telah menjadikannya sosok maniak seks yang tak pernah puas menggali kenikmatan berselimut birahi nan panas membara.

Joko Sembrani adalah target terakhirnya kini. Sekarang atau tidak sama sekali….Now or Never….


=========




Jauh di lereng Gunung Simongan yang terpencil dan tak pernah dirambah manusia terlihat dua sosok saling duduk berhadapan dengan ruangan bercahaya samar dan bau pengap di sekelilingnya.

Fadholi berulang kali mencoba mengatur nafas dengan raut muka membesi menatap satu sosok perempuan renta si depannya.

Ingin dia membanting sosok bungkuk menyebalkan ini lalu melemparkannya ke dalam jurang, namun apa daya sosok perempuan renta ini bukanlah sembarang orang.

Fadholi memandang tajam dengan tubuh tak bergeming di hadapan Mbah Peot. Sudah satu purnama lewat semenjak terakhir kalinya ia bersua Mbah Peot saat bersama ibunya, Siti Badriah. Kini ia menanti apa yang hendak di sampaikan nenek bungkuk satu ini kepadanya.

"Cah bagus, purnama kedua telah datang. Seperti yang pernah ku ucapkan dulu bahwa menjelang purnama ke tiga, anak bernama Joko Sembrani itu harus benar-benar siap untuk kita bawa ke hadapan Nyai Dewi…"
.........
"...mulai sekarang adalah menjadi tugasmu melaksanakan rencana yang kita susun sesuai dawuh dan petunjuk Nyai Dewi…"ucap Mbah Peot sambil asyik mengunyah inang.

Sorot matanya yang cekung nampak berkilat dalam ruangan samar itu membuat Fadholi sejenak merinding.

Entah mengapa semenjak pertama kali jumpa ia merasa sosok Mbah Peot ini seperti bukan manusia.

Ia sendiri tak sempat bertanya lebih lanjut tentang Mbah Peot ini kepada ibunya. Satu yang ia tahu sejauh ini, beliau adalah perantara atau mediator antara alm. ayahnya dan Nyai Dewi Gelang-gelang ketika itu.

"Lalu apa yang harus kulakukan Mbah ?" Tanya pria gagah ini.

Mbah Peot tak langsung menjawab hanya terbatuk-batuk kecil lalu meludah seenaknya.

"Anak itu biar nanti aku yang urus. Sedang kau…tugasmu adalah segera mengawini perempuan bernama Aini itu…"
.........
"...jangan buang-buang waktu…"
........
"Karena perempuan itu bisa menjadi batu sandungan aral rintangan bagi Nyai Dewi untuk mendapatkan Pusaka Dewi Laksmi, Kemenyan Cakrakembang yang berada di dalam tubuh ponakannya itu…"
"....
"...kau harus segera memperawani perempuan bernama Aini itu.
"...senggamai dia…kenthuu kemaluannya sampai sobek menganga…kontoli tempik cah wadon kae…entoott memeknya sekuatmu sampai sementok-mentoknya…"
"....lalu tumpahkan pejuhmuu di dalam rahim sucinya…hingga dia hamil benihmu.
........
"....maka dia bukan lagi ancaman bagi Nyai Dewi…"
........
"Kalu kau tak bisa mengambil kegadisannya dengan cara menikahinya, perkosa dia…paksa dia agar menyerahkan kesuciannya…."
"....
"Kalu aku lebih suka kau langsung saja memperkosanya. Maka otomatis dengan kondisinya yang begitu hina ia pasti mau kau nikahi…."
.........
"Buatku itu lebih gampang dan tidak bertele-tele. Tapi kalu kau mau bersusah-susah menikahinya dengan bejibun acara yang bikin ndasku cekot-cekot…itu urusanmu..."
"Yang penting semuanya harus sudah beres begitu kau datang lagi ke sini purnama esok…"
".......
"Kau paham Cah Bagus…. hehehehe…."kekeh Mbah Peot terdengar begitu menyebalkan.

Fadholi yang terbiasa dihormati kini bak seorang jongos tak urung pedas telinganya.

"Ingin aku menguliti si tua bangka ini hidup-hidup. Tulang tengkoraknya kupajang sebagai memedi sawah. Sedang kulitnya kujadikan bahan pembuat bedug masjid….setan alas…."
"........
"Baru kali ini Imam Fadholi yang begitu dihormati diperlakukan bak anjing pasar
… "batin Fadholi geram sambil menahan diri.

Ia tahu nekad melawan perintah apalagi menyerang nenek ini sama saja tindakan tolol bin bahlul. Bisa-bisa nyawanya melayang sebelum niatnya kesampaian meniduri perempuan idaman nafsunya pujaan kontolnya, Aini Komalasari.

"Mengulitiku hidup-hidup dan memajangku di tengah sawah….hehehehe…."
......
"Nyalimu betul-betul sundul langit cah bagus sama seperti bapakmu….tapi sayang…"
.......
"....bacot dan gayamu tak seperti otakmu…."
......
"Kuwi podho wae kegeden empyak kurang cagak….nafsune gede tapi manuke loyo…hehehehe….."

Fadholi sontak berubah pucat. Tak diduga perempuan renta ini bisa membaca pikirannya.

Untuk sesaat Fadholi hanya diam terpaku dengan rasa was-was dalam hati.

"Untung Nyai Dewi tengah membutuhkanmu Cah Bagus…."
......
"Kalu tidak sudah sejak dulu kulit, daging dan jeroan perutmu kubedeh…kujadikan santapan ular-ularku….hehehehe….."sahut Mbah Peot lalu bergegas berdiri dan berjalan dengan tertatih-tatih. (Bedah.red).

Mendengarnya gantian Fadholi yang berdebar keras dan berkeringat dingin.

Melihat Fadholi yang masih duduk terpaku membuat Mbah Peot menegurnya keras.

"Kau tunggu apalagi bocah gemblung…cepat kau minggat dari sini….!

"Hehehehe….hehehehe….."

Fadholi yang segera tersadar lalu menjura sebentar di depan Mbah Peot lalu ia pun segera berlalu pergi meninggalkan gubug seram ini.

Saat sudah berada di dalam mobilnya masih terbayang ucapan Mbah Peot ketika memberikan ajimat pengasihan kepadanya untuk menguasai Aini.

{"Ambil sehelai rambutnya lalu berikan jampi-jampi berikut….niscaya perempuan itu akan tergila-gila kepadamu dan mudah kau perdaya…"}

Fadholi pun bergegas menancap gas mobil Fortuner nya kembali ke Sawojajar membelah keremangan malam.

Sorot mata lelaki gagah ini menatap tajam ke muka dengan berjuta pikiran berkecamuk dalam batinnya. Ia menyadari waktunya sudah semakin dekat. Ia musti melakukannya secara cepat dan tepat.

Bukan semata menuruti keinginannya saja tapi ia juga ingin mengembalikan kondisi kesehatan ibunya sendiri, Siti Badriah yang kini tersiksa hidup segan mati pun tak mau.

"Aku harus berhasil…."ucapnya sambil menyeringai tajam.

Sepeninggal Fadholi, Mbah Peot tengah duduk terpekur sambil menundukkan muka. Samar beberapa burung gagak berkelebat menyambangi seantero lembah perawan yang kini terselimuti pekatnya gulita sambil mengeluarkan suara angkernya. Kaoook….kaoook…!

"Begitu wanita yang ia cintai sudah menjadi milik orang lain…bocah ganteng itu pasti akan kacau pikirannya dan makin mudah dipengaruhi…hehh…"
"......
"...Nyai Dewi Gelang-Gelang…seribu tahun lebih kau hidup sengsara dalam kutukan jahanam itu. Sebentar lagi penantianmu akan berakhir…"
".......
"...saatnya kau akan menguasai dunia seisinya. Para Dewa sekalipun takkan sanggup menghalangi…"
".......
"....hehehehe…hihihihi….!!!!"ucap Mbah Peot diiringi kekeh tawanya yang melengking tinggi menyeramkan hingga ke menyebar berbagai penjuru hutan. Terus bergaung seakan tak berujung menimpali suara burung-burung gagak yang semakin riuh.


Bersambung......
https://www.semprot.com/threads/joko-sembrani.1441724/page-93
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd