Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Joni (berkah jadi sopir dadakan)

Tubuh lek Vita bergetar dan menegang. Aku biarkan saja dia menduduki mulutku, menikmati orgasmenya. Sampai beberapa saat lamanya lek Vita tidak bergerak. Baru setelah orgasmenya mereda, dia turun dari mulutku.

Sejenak terjadi keheningan. Aku duduk dan bersandar ke ranjang. Dengan pelan aku bertanya pada mereka, mengapa mereka bisa seganas ini. Ternyata, ada sejarah yang membuat mereka trauma sekaligus penasaran.

"Simbahmu kakung, ternyata pernah mempelajari ilmu kejawen agar kebal dan awet muda. Makanya simbahmu kakung masih hidup dan terlihat muda meskipun sudah pernah ikut perang diponegoro" kata lek Tika.

"Ha?" Aku melongo.

"Kamu pasti nggak percaya. Aku aja yang anaknya nggak percaya, awalnya"

"Terus?" Tanyaku.

"Seiring waktu, namanya tubuh nggak bisa diboongin. Sskalipun rangkanya awet muda, tapi organ dalamnya nggak sependapat. Ternyata organ dalamnya nggak sanggup bertahan selama raga luarnya. Jadinya simbahmu kakung sakit-sakitan"

"Hubungannya sama ini?"

"Ada satu hal yang simbahmu lupa mempelajari, yaitu gimana ngelepas ilmu itu"

"Lah kok?"

"Iya. Sebenernya, udah dari aku belum lahir, simbah pernah sekarat. Tapi nggak bisa meninggal gara-gara ketahan sama ilmu itu. Tapi nggak ada yang tahu. Simbahmu putri juga nggak tahu"

"Terus?"

"Tiap sakit dan sekarat, simbahmu kakung selalu minta dilayani sama simbahmu putri. Abis dilayani, sembuh. Makanya anaknya ampe tujuh"

"Lha terus, bisa meninggal, gimana caranya?"

"Merawanin kita berdua" jawab lek Tika"

"Apa?" Tanyaku kaget tak percaya.

"Ya. Mbak Vita yang pertama diperawani. Saat simbahmu putri lagi panen di kecamatan sebelah. Simbahmu kakung sakit lagi sampe sekarat. Bulekmu Vita, yang tahu caranya bikin simbahmu kakung sembuh, nawarin diri"

"Langsung?"

"Enggak. Pertama cuman dikocok. Walaupun sampe muncrat, tapi simbah masih sekarat. Terus diklacupi. Sampe muncrat juga masih sekarat. Akhirnya, bulekmu Vita mutusin buat pake cara terakhir. Toh dia sendiri udah sange. Secara, ngelacupin kontol bapaknya sendiri. Mana bapak masih gagah walaupun tua"

"Wow. Nggak sakit emang?"

"Ya sakit, lah" sahut lek Vita.

"Tapi buat orang tua, apapun pasti aku lakuin" lanjut pek Vita.

"Sembuh?"

"Sembuh" jawab lek Vita.

"Terus?"

"Ya aku jadi kebayang sama rasanya, lah. Abis sakit itu, nikmatnya nggak ketulungan, jon. Pengen ngulangin, tapi aku takut. Takut dimarahin. Tapi makin lama, makin nggak tahan"

"Kan tinggal minta ke cowoknya"

"Nggak tahu, jon. Kemarin-kemarin bawaannya takut mulu. Tapi pas liat kamu, aku jadi kaya kesurupan tahu. Berasa greget banget buat ngulangin"

"Nggak pernah minta ke mbah kakung, lek?" Godaku.

"Mana berani, Joni. Mbahmu kakung juga kaya sedih banget, tahu aku udah nggak perawan demi dia"

"Tapi simbah kakung juga nggak bilang sama simbah Putri?"

"Nggak tahu. Kayaknya sih enggak. Orang mamak biasa aja"

"Oke" responku pendek.

"Lek Tika, sama?"

"Ya, tahun lalu, ya abis lebaran, simbahmu kakung kumat lagi. Pas banget bulekmu Vita udah kerja. Simbahmu Putri masih di sawah, tapi bukan sawah yang belakang itu. Yang di kecamatan sebelah. Cuman ku yang di rumah. Ya aku lakuin yang bulekmu Vita ceritain"

"Dan ngerasain efek yang sama, pengen lagi?"

"Iyalah. Banyak kok temen-temenku yang abis diperawanin, pengen lagi dan pengen lagi. Sampe hamil juga nggak peduli" jawsb lek tika. Aku manggut-manggut mengerti.

"Tunggu-tunggu. Terus, simbah kakung bisa meninggal, siapa yang nyopot ajiannya?" Tanyaku menyelidik.

"Nggak ngerti, Jon" sahut lek Tika.

"Abis sama aku, simbahmu kakung kan sembuh. Tapi sebulan kemudian sakit lagi. Dan ya itu, sekalinya sekarat, bablas" lanjut lek Tika.

Aku tertegun mendengar cerita itu. Entah, apakah cerita itu benar apa hanya karangan mereka saja.

"Ya udah. Kalo emang bulek butuh banget, aku bantuin. Tapi jangan bilang-bilang!"

"Ya iya, lah. Gila apa, abis ngentod bilang-bilang. Bisa dicangkul kepalaku ama simbahmu putri" sahut lek Tika.

"Ha ha ha" aku tertawa melihat ekspresinya.

"Ya udah, maafin aku ya lek!" Kataku sambil salim ke lek Vita.

"Aku cuman takut dianggap kurang ajar aja" lanjutku.

"Terus, gimana nih? Aku belum crot nih" tanya lek Tika, sambil memainkan memeknya dengan jari.

"Eem" aku punya sebuah ide.

"Lek. Bisa pake seragam sekolahmu nggak?" Tanyaku ke lek Tika.

"Putih abu-abu?"

"Iya"

"Ish. Nakal juga ponakan kita ini, mbak" komentarnya.

"Aku pake apa?" Tanya lek Vita. Dia tampak antusias.

"Pake seragam guru ih, kalo ada"

"Ada, lah. Kan sama aja sama seragam perangkat desa" sahut lek Tika.

"Bener juga" komentar lek Vita.

"Ya udah. Gosok gigi dulu gih, di
belakang! Udah aku siapin tuh" saran lek Tika.

"Oke" jawabku.

Merekapun keluar dari kamar ini. Aku mengikuti tari belakang. Tapi pastinya tujuan kita berbeda.

Aku langsung berputar ke arah irigasi. Benar, sudah ada sikat dan pasta gigi di sana. Aku langsung mengambilnya dan turun ke irigasi. Jernih sekali airnya. Aku cuci muka dan gosok gigi. Sehabis itu, aku naik lagi ke atas. Kunikmati semilirnya angin sepoi-sepoi pagi ini. Banyak bayangan berkelebat di pikiranku. Banyak ingatan tentang perjalananku selama enam bulan terakhir yang muncul. Sampai aku tak sadar, sudah seberapa lama aku duduk termenung.
"Joni"
Sebuah seruan mengejutkanku.
"Udah waktunya masuk kelas juga, malah bengong di sini"
Tenyata bulek Vita yang berseru. Rupanya dia sedang bermain peran sebagai guru. Tapi aku malah terpesona dengan pakaian yang dia kenakan. Setelan itu tampak kekecilan, bahkan di tubuhnya yang langsing.
Tokednya jadi terlihat membusung dan pentilnya nyeplak. Tanda dia tidak pakai kutang. Belum lagi dua kancing atas dia biarkan terbuka. Bagian atas tokednya mengintip malu-malu.
Paha jenjangnya hanya setengah yang terbalut rok, dan stengahnya lagi terlihat jelas siluetnya. Bahkan sempaknyapun terlihat jelas tercetak di rok super ketatnya. Sepatu high heelsnya membuat posturnya terliat temakin tinggi.
"Eeeh. Bukannya berdiri, malah bengong lagi"
Lek Vita berseru lagi sambil menghampiriku.
"Aduuh"
Kupingku kena jeweran.
"Masuk kelas!" Perintahnya sambil balik kanan.
Plaakk
"Aww"
"Sakit bu"
Lek Vita memekik aku tampar bokongnya.
"Ya makanya buruan! Kebanyakan bengong, sih..."
"Sssttt"
Ucapan lek Vita terpotong desisannya sendiri. Itu karena aku raba paha kanannya. Paha mulus yang dipamerkan di depan mataku, membuat nafsuku kembali bangkit. Bulu-bulu halusnya, menggelitik syahwatku.
"Emh"
Lek Vita melenguh merasakan usapan tanganku semakin naik menuju pangkal pahanya.
Takk
"Buruan!" Seru lek Vita setelah menyentil jidatku.
"Pelajaran biologi mau dimuali. Pake grepe-grepe paha ibu lagi. Mulus ya, paha ibu?" Lanjut lek Tika.
"Iya, bu. Mulus banget" jawabku dengan suara kubuat seolah grogi.
"Buruan bangun ih!" Seru lek Vita seperti orang jengkel. Akupun menurut. Aku berjalan di belakangnya. Bokong itu, semakin memperlihatkan bentuknya saat pemiliknya berjalan.
"Wow. Cuman saya sama Tika, bu?" Seruku saat tiba di dalam kamar.
"Iya. Yang lain bolos" jawab lek Vita.
"Heran. Di pelajaran biologi malah pada bolos" lanjutnya.
Akupun duduk lesehan di sebelah lek Tika. Sedangkan pek Vita duduk di pinggiran ranjang. Cara duduknya yang mengangkang, membuat paha mulusnya terlihat seluruhnya. Bahkan sempak yang dia kenakan juga terlihat jelas. Warnanya pink. Semakin menantang gairahku.
"Ngeliatin apa jon?"
Suara lek Vita mengejutkanku.
"Eem eee enggak bu" jawabku sok gelagapan.
"Kamu tahu, apa nama bagian yang ibu tutupi dengan kain berwarna pink ini?" Tanya lek Vita, sambil mengangkangkan kakinya lebih lebar, seolah ingin menunjuk ke arah selangkangannya.
"Eee. Belum tahu, bu" jawabku berlagak jadi siswa polos.
"Oke. Kalo gitu, kita mulai aja pelajaran biologi hari ini. Tentang anatomi tubuh" kata lek vita.
"Coba kalian berdua berdiri di depan ibu! Berhadapan!" Perintah lek Vita.
Akulek vita.
"Coba kalian berdua berdiri di depan ibu! Berhadapan!" Perintah lek Vita.
Aku dan lek Tika berdiri dan menghampiri lek Vita. Lalu kita berhadap-hadapan.
"Kalian harus tahu, di dalam kandungan, semua janin, awalnya berkelamin perempuan" kata lek Vita.
"Hem?" Aku benar-benar terkejut.
"Ya. Cek aja! Mulai dari kepala, ada nggak yang berbeda antara kamu jon, sebagai laki-laki, dan Tika, sebagai perempuan!"
"Ada bu" jawabku.
"Hem? Apa?" Tanya bu guru Vita.
"Dia cantik bu" jawabku.
Kulihat lek Tika terkejut dengan jawabanku. Dia tampak tersipu malu kupuji cantik.
"Joni, malah ngegombal" tegur bu guru Vita.
"Hi hi hi" aku terkekeh.
"Coba liat agak ke bawah, ada yang berbeda nggak, di dada kalian?"
"Eeemmm"
Aku menatap toked lek Tika. Semakin montok berbalut seragam putih yang sangat ketat. Sepertinya itu seragam bekas lek Vita. Aku tak melihat ada siluet kutang di baliknya, justru kaos dalam pria. Dan sepasang pentil yang menghiasi seragam putih itu.
"Coba kamu raba Tik, dadanya Joni. Apa persamaan dan perbedaannya dengan dadamu?" Perintah bu guru Vita.
Suer, aku berasa seperti jadi anak sma beneran. Aku merasa ser-seran saat lek Tika mengulurkan tangannya, masuk ke dalam kaosku lewat bawah.
"Eemm"
Aku menggelinjang kegelian, saat tangan lek Tika sampai di dadaku.
"Persamaannya, joni juga punya pentil, bu. Cuman kalo cowok dadanya rata" jawab lek Tika.
"Dada bu guru juga rata" kilahku.
"Yee, masih ngantuk lu?" Seru lek Tika.
"Nah. Coba Joni juga raba dada Tika! Apa persamaan dan perbedaannya?" Perintah bu guru Vita.
Dengan tersenyum menggoda, aku mengulurkan tanganku ke tubuh lek Tika. Aku tarik bagian bawah bajunya, hingga terbebas dari himpitan roknya. Celah yang tercipta aku pakai untuk menelusupkan tanganku.
"Eemmh. Joon!" Tegur lek Tika. Rupanya dia geli kusentuh perutnya.Aku sapukan tanganku ke atas.
"Sssttt... eemmh"
Benar, tak da kutang di sana. Lek tika langsung melenguh dan merem-melek, saat ku remas tokednya. Kuremasi bergantian kiri dan kanan.
"Ah ah ah ah"
Pentilnya tak lupa aku pilin-pilin, membuat lek Tika melenguh keenakan.
"Jon!" Tegur bu guru.
"He he" aku nyengir.
"Apa persamaan dan perbedaannya?"
"Persamaannya sama-sama ada pentilnya. Tapi dada cewek ada yang jadi gede begini ya bu" jawabku pura-pura bego.
"Itu namanya toked. Bahasa resminya, payudara" jawab bu guru Vita.
"Dalamannya toked, beda dengan dada pria. Isinya kelenjar susu. Akan aktif ketika seorang wanita sedang mengandung"
"Oh"
"Dalemannya pentil wanita juga beda. Isinya saraf kenikmatan. Makanya cewek suka banget dimainin pentilnya" lanjut hu guru.
"Ah ah ah ah"
Lek Tika melenguh lagi aku pilin tokednya gak cepat.
"Nah, bener kan? Gimana rasanya Tik?"
"Enak, bu" jawab lek Tika.
"Tapi kok punya ibu rata?" Tanyaku sok usil.
"Ih, si joni. Mana ada? Cewek tuh semua punya toked" sergah lek Tika.
"Oke. Daripada penasaran, siniin tanganmu!" Perintah bu guru.
Akh menjulukan tangan kiriku ke arah bu guru Vita. Dia memberiku kesempatan untuk memasukkan tanganku ke dalam bajunya. Agak sulit memasukkannya, karena bajunya ketat.
"Eessstt.. emh" bu guru Vita melenguh.
"Oh iya" gumamku.
"Ada kan? Dibilangin juga. Pasti ada tokednya" seru lek Tika.
"Tapi gedean punyamu, Tik" pujiku.
"Montok, ya? Hi hi" sahutnya.
"Ah ah ah ah ah ah" mereka melenguh bersamaan. Kupilin pentil mereka bersamaan.
"Joni, udah dulu! Pelajaran baru awal, nih" tegur bu guru. Akupun menghentikan aksiku. Aku tarik kedua tanganku keluar.
"Nah, sekarang lepas kaosmu jon!" Perintah bu guru.
"Buat apa bu?" Tanyaku.
"Biar Tika liat dadanya cowok" jawab bu guru.
"Tika juga. Lepas tuh kancing bajunya! Biar joni liat gimana tokednya cewek" perintah bu guru Vita pada lek Tika.
"Baik bu" jawab lek Tika.
Dia mulai melepas kancing bajunya, tapi matanya tak lepas dariku. Karena hanya kaos, sekali tarik ke atas, terlepas sudah. Dan dada bidangku terlihat jelas tanpa penutup. Ada bulu-bulu halus di dadaku. Menambahi daya tarik tubuhku, selain perutku yang rata.
Aku juga ikut terpana, saat kancing baju seragam lek Tika sudah terlepas semuanya. Kaos dalam cowok yang dia pakai rupanya melar di bagian tokednya. Membuatnya lebih tipis. Sehingga lebih menerawang. Indah sekali.
"Angkat kaos dalemmu sekalian Tik!" Perintah bu guru Vita. Lek Tika melakukannya.
"Woww"
Sepasang gunung bulat nan montok terpampang di mataku. Toked abg delapan belas tahun, toked anak sma. Sesuai dengan rasanya saat aku remas, masih mengkal. Mungkin jarang dijamah.
"Nah. Perhatiin Jon!" Tegur bu guru.
"Ini namanya aerola. Sama kaya punyamu. Tapi punya cewek lebih lebar" kata bu guru Vita, merujuk pada toked lek Tika.
"Kok pentilnya masih kecil gitu bu?" Tanyaku.
"Karena masih remaja. Entar kalo udah dewasa, pasti nambah gede" jawab bu guru Vita.
"Oh"
"Udah paham?"
"Udah bu"
"Good" komentar bu guru.
"Nah, sejatinya, pentil ini adalah jalan keluarnya susu, buat diminum bayi. Tapi agar bisa bikin bayi, si bapak juga harus ngenyot pentil ini juga"
"Biar apa bu?" Tanyaku.
"Coba kenyot!" Perintahnya. Akupun memajukan kepalaku.
"Aaah... Aduh aduh aduh... Jooon" lek Tika melenguh keenakan merasakan kenyotanku.
"Sambil diremes yang satunya! Pelintir pentilnya!"
"Aaaahh... bu guru...."
"Gimana rasanya Tik?"
"Ah ah ah ah ah... Enak buuu" jawabnya sambil melenguh.
"Udah tahu kan, Jon?"
"Eemm" jawabku tak jelas. Mulutku masih tersumpal toked lek Tika.
"Itu permulaan kalau mau bikin anak. Pastiin kamu kenyotin dulu toked istrimu!"
"Emm" jawabku singkat.
"Aduh aduh aduh... Udah dulu joon!" Rengek lek Tika.
"Aaah" aku lepas tokednya dari mulutku.
"Kamu kanapa, Tik?" Tanyaku pura-pura bego.
"Merinding tahu. Gatel anuku" jawab lek Tika.
"Anu apa?"
"Hayo. Anunya cewek kamu tahu nggak?" Tanya bu guru Vita.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd