Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Joni (berkah jadi sopir dadakan)

𝙆𝙖𝙥𝙖𝙣 𝙞𝙗𝙪 𝙒𝙖𝙧𝙪𝙣𝙜 𝙙𝙞 𝙚𝙭𝙨𝙚𝙠𝙪𝙨𝙞
 
"Aku mandi dulu ya?" Pamitnya.

"Emang udah pengen cabut, mbak?"

"Kalo nurutin pengen sih, pengennya besok aja. Tapi aku nggak enak sama mas. Aku nggak mau mas pusing ditanya macem-macem"

"Oh. Oke" jawabku.

Tapi disaat hendak mandi, tiba-tiba telpon shella berdering. Rupanya suaminya yang menelepon.

Dia beralasan sedang beristirahat di rest area. Rupanya sang sang suami merasa bersalah dan meminta maaf.

Hal yang mendadak dan membagongkan bagiku. Jangankan aku, shella aja bingung. Tapi aku acungi jempol padanya, sebagai isyarat dukunganku. Bukankah itu awal yang baik?

Suaminya shella bilang kalau dia ingin shella kembali ke rumahnya. Dia bilang ingin memperbaiki semuanya.

Tebakanku sih, dia lagi pusing karena kalah judi. Shella hanya mengiyakan saja. Bukannya girang, suaminya sudah menaruh perhatian padanya, shella malah memasang sikap waspada. Aku netral saja, tak mengomentari pendapatnya.

"Jadi, dianter kemana?" Tanyaku.

"Bentar" sahutnya.

Dia terlihat mengetikkan pesan singkat di ponselnya. Beberapa saat lamanya terjadi keheningan.

"Ke kotamu aja mas. Nanti dia mau jemput. Ketemu di pool aja"

"Kenapa nggak langsung ke rumah suami mbak?"

"Jangan dong!" Sahutnya sambil tersenyum.

"Kan dia tahunya aku pake travel resmi"

"Oh. Iya juga ya. Kalo sampe tahu, mbak shella pake fake travel, bisa geger" komentarku.

"Ha ha ha ha. Itu dia"

Dia berjalan mendekatiku, lalu membungkuk dan mengecup bibirku. Dia pagut bibirku beberapa saat. Sempat kubalas pagutan yang entah apa maksudnya itu. Lalu dia menjauh dengan tersenyum.

"Aku balikin mangkuk dulu ya?" Pamitku.

"Oh. Nggak sekalian pulang aja, mas?" Sahut shella.

"Ya, sambil nunggu embak mandi. Toh aku cuman bawa badan ini"

"Ya udah. Makasih ya, makan siangnya"

"Oke"

Aku keluar dari kamar setelah shella masuk ke dalam kamar mandi. Aku berjalan pelan.

Pandanganku tertuju pada kamar yang agak jauh di kananku. Bisa dibilang, tepat di belakang resepsionis. Ada pasangan yang sedang mengumbar birahi di luar kamar. Ada yang lebih gila, pikirku.

Walau jauh, aku masih bisa mengamati dengan jelas kedua sosok yang sedang mengadu kelamin itu. Bodinya semok sekali, ceweknya. Gamis dan kerudung lebarnya tak mampu menutupi kemontokan tokednya. Terlebih, bokongnya sedang terbuka karena dia lagi digenjot dari belakang.

Impian yang belum terwujud, menikmati selangkangan wanita berhijab. Tapi yang asli berhijab, bukan yang gaya-gayaan saja.

Nafsuku terpantik lagi melihat pasangan itu. Apalagi kini mereka seolah memamerkan persenggamaan mereka kepadaku. Sayangnya, mereka hanya pamer, namun tidak mengajakku.

Sempat terpikir untuk kembali ke kamar, dan memimjam kemaluan shella lagi, namun sudah kepalang tanggung. Ya sudah, aku lanjutkan dulu perjalananku ke warungnya bu ida.

Tampak warungnya sudah sepi. Hanya tinggal seorang laki-laki berumur yang nampak pamitan. Namun tak disambut oleh bu ida. Dia pura-pura sibuk membereskan peralatan makan.

"Kok cemberut, bu?" Tanyaku. Bu ida menoleh agak terkejut.

"Dia siapa, bu?" Lanjutku. Kuletakkan nampan yang kubawa ke atas meja.

"Suamiku, mas" jawab bu ida.

Seulas senyum tersungging untukku, walau wajah cemberutnya tak bisa dia sembunyikan.

"Kok dicemberutin? Belum dapet uang ya, bu?"

Bu ida tak langsung menjawab. Dia letakksn dulu mangkuk-mangkuk di tangannya ke tempat cucian.

"Bikin kesel, sih" jawabnya kemudian. Hanya suaranya, orangnya masih di belakang.

"Kalo bukan karena uang, bikin kesel gimana dong?" Tanyaku menyelidik. Dia keluar sambil mendelik padaku. Tapi bibirnya tersenyum kecut.

"Ya soal ngewek, mas" jawabnya.

Aku tercengang mendengar jawaban yang apa adanya itu.

"Dateng-dateng minta jatah. Awalnya seneng sih, mas. Secara, aku juga gatel, abis bantuin embaknya, tadi" lanjutnya. Dia tersenyum menggodaku, merujuk pada permainan sandiwaraku dengan shella.

"Terus?" Tanyaku.

"Ya gitu, deh. Emang dasarnya udah berumur, sih. Baru juga enak, udah keluar duluan" jawab bu ida, tanpa melihatku. Dia sibuk mengumpulkan mangkuk dan gelas.

"Oh. Ceritanya ada yang belum crot, nih" godaku. Bu ida menatap padaku. Aku tergelak.

"Iya, mas. Jadi iri aku, sama mbaknya. Sekali ngangkang dikasih tiga kali ngompol" jawabnya.

Aku terkejut mendengar jawabannya. Rupanya dia mengintip pertempuranku yang terakhir tadi.

"Mau dibantuin?" Godaku. Stw itu menatapku lagi.

"Ah. Mas sih ngeledek doang. Mana mungkin mas mau sama emak-emak kendor kaya aku. Istrinya aja cantik banget" kilahnya.

"Kata siapa kendor?" Tanyaku. Aku nekad meremas bokongnya.

"Tuh. Masih kenceng, bu" komentarku.

Bu ida terkejut melihat kelakuanku. Namun dia tidak marah. Dia malah menyebar pandangan ke seluruh penjuru, seolah memastikan bahwa kondisi aman.

"Tokednya juga kenceng"

"Mas!"

Dia mendelik, saat merasakan tokednya kena remas. Namun lagi-lagi, dia tidak marah.

"Tapi ya, aku sih nggak maksa. Cuman nawarin bantuan" kataku sambil beranjak.

"Mas mas"

Tangannya menahanku agar tak beranjak. Sedetik kemudian, ditariknya tubuhku masuk ke dalam warungnya. Aku tergelak tanpa suara.

"Tolong aku dong mas!" Pinta bu ida, setelah sampai di ruang belakang.

"Pelorotin aja, bu! Basahin dulu juga!" Jawabku.

Tanpa negosiasi lagi, bu ida langsung jongkok di depanku. Dia tarik turun celanaku dengan agak kasar.

Tuing

"Aww"

Dia terkejut karena hampir terpukul pentunganku.

"Hi hi hi" aku terkekeh melihat ekspresinya.

"Pantesan embaknya sampe ngompol bolak-balik. Kontolnya aja segede ini" komentarnya.

Aku tak menanggapi komentarnya. Dan bu idapun tak mau membuang waktu. Langsung saja dia kulum kontolku.

Lumayan juga sepongannya. Dia jilat seluruh permukaan kontolku sampai ke pelernya. Sampai basah kuyup kontolku oleh ludahnya.

"Dah, mas. Ewekin nonokku, dong!" Pinta bu ida.

Dia berdiri menaikkan roknya. Rupanya dia sudah tidak memakai sempak. Jembutnya lebat sekali. Aku jadi ikutan sange.

"Aww"

Dia memekik saat aku putar tubuhnya. Tanpa aku perintah, dia langsung membungkukkan badannya.

Sleeeepp

"Aahh... Pelan mas! Kontolmu gedee" pekik bu ida lirih.

"Uuuhh... Sempit banget bu, nonoknya?" Komentarku.

"Sssttt... Maaass... enak banget rasanya memekku, kesumpel kontolmu" komentarnya.

"Bu. Bapak udah loyo, ya?" Bisikku di telinganya.

"Ssstt"

Dia mendesah merasakan remasanku di tokednya.

"Uuhh... Iya, ngger. Bapakmu udah nggak kuat ngobok-ngobok nonok ibu" jawabnya. Aku tergelak, dia mengikuti sandiwaraku.

"Ibu sengaja ya, bikin anak cowok, biar bisa gantiin bapak ya, ngobokin nonoknya ibu?" Godaku lagi. Kutarik dan dorong tipis-tipis kontolku.

"Iya, ngger. Ibu emang pengen punya anak cowok, biar bisa ibu pake kontolnya"

"Kalo anak cewek kenapa, bu?"

"Nggak punya kontol, kan? Punyanya nonok" jawabnya.

Sleeppp

"Aaaahh" pekiknya tertahan.

Cukup dua kali, amblas sudah kontolku di memeknya. Masih sempit untuk ukuran stw. Mungkin ukuran kontol suaminya lebih kecil dari punyaku.

"Saatnya kamu tunjukkan baktimu sama ibu, ngger! Uuuh" ucapnya.

"Siap-siap ya bu. Joni akan enakin ibu" jawabku. Kumai menggoyang kontolku.

"Iya, ngger. Ooohhh... Kerasa banget kontolmu. Nggak sia-sia ibu gedein kamu"

"Nonok ibu masih peret bu. Joni akan terus berbakti buat ibu. Enak rasanya berbakti ngobok-ngobok nonok ibu"

"Oh oh oh oh"

Aku mulai genjot dengan tempo sedang. Tubuhnya berguncang. Tokednya juga ikut bergoyang walau sudah aku pegangi.

"Iya... Iya.... Iya... Terus ngger.... Hajar nonok ibu"

Plok plok plok plok

"Ooohhh.... Enak banget genjotannya anak lanang. Tahu gini aku bikin tiga"

"Wah bahaya dong bu. Kalo minta barengan, gimana?"

"Oh oh oh oh... Kan lubang ibu ada tiga, ngger. Masukin aja barengan" jawabnya.

"Wow. Ibu bisa dientod di silit?"

"Oh oh oh... Bisa"

Plok plok plok plok

"Emh emh emh emh... Kok makin kenceng, ngger? Kamu sange ngebayangin silit ibu, ya? Kamu pengen silit ibu, ngger?" Tanya bu ida.

"Iya bu" jawabku sambil terus menggenjot.

"Enakin nonok ibu dulu, ngger! Nanti ibu kasih silit ibu"

"Tapi joni nggak akan kualat kan bu? Kan ini lubang tempat bapak bikin joni? Lubang lahirnya joni juga"

"Enggak... Enggak... Enggak... enggak bakal kualat, ngger. Ini kaya kamu napak tilas sejarah kamu, ngger. Kaya gini dulu kamu dibikin. Dulu bapakmu tiap malem mejuhin nonok ibu, sampe jadi kamu"

"Kalo joni pengen napak tilas lagi, apa boleh, bu?"

"Napak tilasmu adalah baktimu ngger. Kamu tahu kan, jembut ibu lebat banget. Kamu tahu artinya?"

"Iya, bu. Ibu sangean. Nonoknya gatelan, pengen disumpel terus"

"Oh oh oh oh... Itu... itu... Kamu tahu itu"

Plok plok plok plok

Aku terbuai juga dengan empotannya. Sensasi menyumpal memek wanita yang seumuran ibuku, ternyata memabukkan juga.

Benar kata shella, asal tak gengsian, kenikmatan itu akan selalu aku dapatkan. Ini baru memeknya, sebentar lagi, silitnya juga akan aku nikmati.

"Kencengin... Kencengin ngger... ibu mau ngompol" lenguhnya, setelah lima menitan lebih.

Aku turuti kemauannya. Aku hentakkan lebih kencang lagi. Tak kupedulikan lagi sekitarku. Masa bodoh kalau ada warga yang tahu pergumulan ini. Aku senang melihatnya semakin liar.

"Ooh.... Oooh.... Ooooh... Nggeeeeer"

Nyuuut

Tubuh bu ida menegang dan kelojotan.

Seeerrr

"Nggeeer"

Seeerr

Bocor sudah memeknya. Lumayan banyak yang membuncah keluar.

Walau bukan squirt, tapi memeknya jadi licin dan kurang menggigit. Aku hentakkan kontolku sedalam-dalamnya dan aku tahan agar orgasme bu ida lebih maksimal.

"Uuuh... Enaknya punya anak lanang perkasa" komentarnya. Matanya masih merem.

"Ngger?"

Dia terkejut merasakan jariku di itilnya.

"Bentar ngger, jangan dikucek dulu!" Tolaknya.

Walaupun tangannya berusaha menyingkirkan tanganku, namun tenagaku lebih kuat darinya.

"Ngger, jangan dulu! Geli" tolaknya lagi. Tapi aku masih tak peduli.

Sret

Slep

"Aaahh"

Plok plok plok plok

Aku hujamkan lagi kontolku dengan tempo cepat.

"Ampun ngger, entar dulu!" Rengeknya.

Pinggulnya menggeliat-geliat seiring kobelan jariku di itilnya.

"Bangsaaaat... Dasar anak jaraaan"

Plok plok plok plok

Dia semakin berontak, namun aku masih bisa menahannya. Dia belum bisa lepas dari gempuranku.

Plok plok plok plok

"Edaaaaaaan.... Dasar bocah edaan... Nonok ibu bisa jebol kamu hajar begini ngger"

Plok plok plok plok

Clek clek clek

"Aduuuuh.... Aduuuuh.... Huuuu"

Rontaannya mulai mengendur, namun suaranya seperti orang menangis. Aku tak peduli.

"Uuuh... Enak banget bu, napak tilas sejarah joni. Nonok ibu enak banget" lenguhku mengompori.

"Aduuuh.... Aduuuuh... Ampuuun... Nonok ibu mau meledak, ngger. Ibu nggak kuat"

Plok plok plok plok

"Nggeeeeer.... Udaaaaah. Ibu nggak kuaaaatt"

Nyuuut

"Uh" lenguhku mendapat betotan.

Serrrr

"Aaaaaaaahhh" bu ida memekik kencang sekali.

"Wow, squirt" gumamku.

Plok plok plok

"Ampuuuunn"

Serrr

Plok plok plok plok

"Aduh nonokku jebol"

Serrrr

"Aduh udah ngger... Aduuuhh"

"Serrr"

Plok plok plok plok

Aku masih terus menghajarnya.

"Ampuuun"

"Seerrrr"

Plok plok plok plok

"Ampuuun"

Serrr

"Emh" aku cabut kontolku dari memeknya.

"Eeemmm"

Seerr

Bu ida kelojotan. Tubuhnya melunglai. Aku tahan agar tidak jatuh.

Serrr

Memeknya masih nyembur saat hendak aku bopong. Stw ini benar-benar kepayahan. Aku angkat dia ke dipan kecil di depan kamar mandi. Iseng aku colek itilnya.

"Aahhh"

Seerr

"Woww"

"Udah ngger. Ibu nggak kuat"

"Iya bu" jawabku.

"Emh"
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd