Joni Kroco
Guru Besar Semprot
- Daftar
- 17 May 2014
- Post
- 2.059
- Like diterima
- 2.492
22. Joni Kroco dan Aliansi Mematikan
Elang menyodorkan sebuah gulungan emas.
“Gori bilang Pimpinan Klan Naga Hitam setuju untuk melakukan pertemuan ”
Gw sama Sheila lihat-lihatan.
“Hoaks lagi nggak neh? Dijebak lagi jangan-jangan,” jujur gw agak sangsi.
“Nggak mungkin, lah. Naga bisa dipercaya orangnya,” tukas Sheila.
“Gua juga percaya sama Naga,” Elang menengahi. “Sekarang tinggal keluarga besarnya. Kita semua tahu Klan Naga Hitam hanya berpihak kepada yang menguntungkan. Kejadian dua tahun lalu adalah buktinya.”
Pandangan Elang dan Sheila tertuju pada gw.
“Gimana menurut lu, Jon?”
“Lah. Kok tanya gua?”
“Kan elu Red Queen yang baru.”
Gw diem. “Kalo aku sih iyes.”
|XII|
Gw sampe di tempat tujuan. Gori gw tinggal di markas, takut kesurupannya kumat, sekalian gw suruh nyari stock persenjataan. Berdasarkan ancer-ancer yang dikasih Gori gw harus jalan ke deketnya hotel plus-plus di mana pertemuan akan dilakukan.
Gw, Sheila, Elang, dan Gori membaur di kerumunan orang-orang yang menyeberang serentak di jalan zebra cross. Melewati orang-orang yang baru pulang Cosplay pake kostim Doraemon. Gw agak tergoda nyobain pijet plus-plus benernya sebelum gw melihat orang-orang pake jas hitam-hitam berbaris di depan sebuah klub besar.
The Crazy 88. Pasukan Yakuza keluarga Hayabusa. Beberapa bawa katana dan pentungan. Beberapa ngunyah brutu di depan gw yang cuma datang berbekal iman dan takwa.
Kaki gw mendadak kejer. Benernya gw agak sangsi juga diajakin ketemuan gini, secara gw udah berkali-kali dikhianati kaya Musdalifah.
Gw takut aja gw dijebak, terus gw dipaksa jadi Artis JAV sama keluarga Yakuza-nya Naga. Idih. Jangan lah. Tar memek gw jadi kotak-kotak mozaik.
Seorang Yakuza bekepala botak dan berwajah seram ngelihatin gw dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pandangannya terhenti di dada gw yang cuma ketutup Coat Merah darah khas Red Queen. Mampos sob, feeling gw di akhir episode ini gw bakal digangbang Yakuza.
Kaki gw makin kejer.
Ia bergerak mendekati gw.
“Sugeng Rawuh. Panjenengan sedoyo sampun dipun rantos….” (Selamat datang, anda semua sudah ditunggu)
Bhaaaa… ternyata orangnya sopan. Ngomong pakai bahasa Jepang halus dialek Kanto. Ia tersenyum sendu dan menunjuk dengan ibu jari ke arah Warung Jamu Godhok yang terletak di pinggir jalan.
Para pengawal bertampang seram serempak membuka jalan
Djamoe Njonja Meneer. Terlihat logo sponsor ketika kami memasuki warung sederhana itu.
Ternyata pertemuannya dilakukan di tempat ini.
Seorang laki-laki tua berkepala botak dan berbrewok tebal sedang menyesap jamu Beras Kecur, tersenyum sinis ketika melihat gw memasuki ruangan. Jas mahalnya digantung di atas kursi, sementara kemeja putih lengan panjangnya dilipat sampai siku untuk mengkompensasi udara panas. Badannya terlihat tegap dan kekar untuk seorang berusia 50 tahunan.
Gw langsung inget sama sepasang pedang Katana panjang Muramasa dan Murasame yang bersandar di samping meja. Beliau adalah Sidi Supari, Ketua Klan Naga Hitam, sekaligus pencipta aliran dua pedang Hitenmitsurugi.
“Lek Sidi, Mlekum Lek,” canggung, gw memberi salam.
“Hmmmh.”
Lek Sidi menyambut sinis uluran tangan gw, mempersilahkan gw duduk tanpa bicara.
Seorang pelayang menyodorkan menu.
“Jamu Kunir Asem. Elu apa, Shel?” bisik gw.
Sheila kelihatan agak tegang. Kemampuannya membaca pikiran membuatnya lebih terbebani ketimbang yang lain.
Sheila berdehem dan membuka suara. “Begini, Lek Sidi, tujuan kami kemari,─”
“DIAM!” Lek Sidi menggebrak meja. “Sapah se nyoro kakeh ngocak? Tan undangan ken gebei Red Queen? (Siapa yang menyuruh kamu bicara undangan saya hanya untuk Red Queen)” Lek Sidi Supari membentak dalam bahasa Jepang dialek Okinawa.
Berasa dimarahin guru BK, gw, Elang, dan Sheila langsung nunduk.
“Jon ngomong Jon, ente sekarang boss-nya,” bisik Elang kejer.
“Diem, bangsad! Ane takud!” bisik gw nggak kalah kejer.
Gw diem. Beneran. Gw takut banget dijebak terus dijadiin Jugun Ianfu.
Untungnya Jamu pesenan gw datang. Seorang Geisha dengan riasan bedak tebal dalam balutan Kimono datang membawa nampan dan beberapa gelas Jamu.
Gw minum buat ngilangin grogi.
Jamu Kunir Asem….
Segar….
Alami….
Tanpa sadar gw ngiklan….. “Suwe ora Jamu….”
Lek Sidi melotot gahar. Tapi bibirnya nyautin. “Jamu Godhong telo….”
“Suwe ora ketemu….” sambung gw
“Ketemu pisan… ora suwe….” tutup kami bersama-sama.
Lek Sidi manggut-manggut. Menepuk pundak gw.
“Jadi ini yang namanya Mandala 12 Rasi Bintang yang telah mengalahkan kami. Pribadi yang menarik.”
Gw cuma nyengir.
“Sebelumnya, kami turut berduka cita atas kepergian Nyonya Besar Liliana. Bagaimanapun juga beliau pernah menjadi mitra kerja kami yang paling berharga.”
“Mator Seklangkong, Lek, (terima kasih)” jawab gw sopan pakai bahasa Jepang dialek Okinawa.
Lek Sidi Supari tertawa kecil.
“Saya mengerti situasinya. Mandala 12 Rasi Bintang yang baru. Atau siapapun yang berada di belakangnya sangat berbahaya. Terlebih bagi Organisasi Kriminal seperti kami.”
Gak ada dialog. Gw pesen telor setengah matang biar nggak cenggur.
“Mandala 12 Rasi Bintang berusaha menciptakan dunia Dystopia tanpa kejahatan. Indonesia, Brunei, Malaysia, dan Singapura sekarang berada di bawah kekuasaannya. Memiliki bekingan dari The Patriot, tinggal menunggu waktu hingga pengaruhnya sampai ke tempat ini.”
Terdengar suara berdehem pelan. Lek Sidi Supari melanjutkan kata-katanya.
“Kita dulu pernah bersekutu. Lalu berselisih paham. Tapi kali ini kita menghadapi musuh yang sama, maka kali ini dengan senang hati kami akan menerima tawaran anda. Kita akan melakukan asasinasi terhadap Mandala 12 Rasi Bintang.”
Sheila tersenyum lega.
“Tapi tentu saja, bantuan dari kami memiliki harga.”
Mampos. Ini dia….
“Kita harus mengikat pernikahan Politik seperti dulu.”
“Boleh, Lek. Mau pilih siapa mempelainya? Sheila? Tara? ambil aja yang mana. Dua-duanya juga ana kasih. Istri ana sudah ada dua.”
“Anda sendiri. Red Queen.”
|XII|
“Elu kok nikung gua sih, mbek?!”
“Ya mana tahu gua kalau mau dijodohin sama Naga!”
“DIEM LU! TUKANG TIKUNG LAKI ORANG! KAKAK MACAM APA YANG JADIAN SAMA MANTAN SUAMI ADIKNYA SENDIRI.”
“Ya kali aja turun ranjang. Kan banyak cerita turun ranjang di Wattpad! Lagian elu kira gua suka cowok-cowok cantik kaya Naga! Gua lebih suka yang macho kaya Wagimin atau berbulu lebat kaya Elang.”
“DIEM BANGSAD!” jerit Elang kesel. “Kenapa ceritanya jadi rumit gini?!!”
“JANGAN TANYA GUA ANJENK! TANYA PENULISNYA YANG KEBANYAKAN MENGHIRUP ASAP KNALPOT!" jerit gw kesel
waktu seorang Geisha berkimono datang membawa semangkuk tahu Mie Ayam Wong Kyoto.
“Elu pesen Mie Ayam, Shel?” Elang mengernyitkan dahi.
“Kagak, Joni kali?”
"Ap- kyaaaaaaaaah!!!!!!"
Mungkin kesel karena kami ribut-ribut, tiba-tiba aja Geisha itu menyiramkan kuah Panas ke kepala gundul Lek Sidi Supari!!!
“JANCOOOK!!!! MATAKU!!!! MATAKU KELILIPAN LOMBOK COOOOOOK!!!!!” Pendekar itu mengaduh kesakitan memegangi wajahnya yang melepuh tersiram kuah mendidih. Serangan itu terlalu tiba-tiba, termasuk sebilah senjata rahasia yang muncul dari ujung jari. Berkelebat cepat dan terbenam di perut Lek Sidi.
─JLEBH
“LEK SIDI!!!!!” refleks gw nabokin botol sambel yang ada di deket gw ke kepala Si Geisha pembunuh.
Menghantam batok kepala, botol kaca berisi cairan pedas itu pecah berhamburan, tapi musuh gw bahkan nggak merasa kesakitan. Sepasang matanya yang berlumuran saos sambel melotot seram ke arah gw kek Sadako baru keluar sumur.
“BANGSAD!” Elang mendecih kesal, menyusul menyerang dengan tendangan yang bersarang dari sudut buta.
Penyerang misterius itu menangkis serangan Elang dengan sebelah tangan. Bahkan tanpa perlu menolehkan kepala seolah tahu dari mana tendangan itu berasal.
Bukan musuh sembarangan. Si Arab Kribo melompat mundur. Mengambil kuda-kuda waspada.
Mendengar keributan, anak Buah Klan Naga Hitam menghambur memasuki Warung Jamu dengan katana terhunus. Sheila memapah Lek Sidi Supari yang meringis kesakitan memegangi perutnya yang berdarah.
“Bajingan betul,” dengus Elang geram. “Shel. Kenapa elu nggak bisa mendeteksi niat jahatnya?!!”
“G-gua ng-nggak tahu! g-gua bahkan nggak bisa memasuki pikirannya!” Sheila membeliak horor begitu. “D-dia…. M-makhluk itu…. MAKHLUK ITU BUKAN MANUSIA!!!!!”
|XII|
─Terlambat.
Tak ada satupun orang di tempat itu yang sempat bereaksi ketika wajah Geisha itu terbelah dan menampakkan laras senapan mesin yang memberondongkan timah panas pada pasukan Yakuza yang hanya bersenjatakan pedang Katana.
Sistem mekanis di kedua lengannya bergerak menampakkan sepasang lengan besi dan ujung tajam pedang yang mencuat dari tempat yang dulunya pergelangan dan dibacokkan di kepala Mbok Jamu yang nggak tahu apa-apa.
“Kyaaaaaaaah!!!” gw ngejerit imut sambil melayangkan jurus tapak yang seharusnya bisa melumpuhkan aliran Prana dan saraf motorik.
Tapi musuh gw nggak terpegaruh ma serangan gw cyin!
Akhirnya gw cuma bisa ngelempari botol-botol jamu beras kencur dengan manjah.
Sheila menggunakan kesempatan itu untuk membekukan gerakan Droid misterus itu dengan telekinesis, disusul Elang yang menerjang dengan kekuatan Animus Phoenix-nya. Tendangan Elemen Api mementalkan makhluk artifisial itu ke jalanan hingga menghantam mobil parkir dan menimbulkan ledakan besar.
Bunyi sirine tanda bahaya…. Pecahan kaca…. Warga sipil berlarian menjauhi tempat kejadian…
Tapi gw tahu, ini baru adegan pembuka…
“Waspada, Jon,” Elang mengeluarkan sepasang Katar dari balik jas.
Sesosok bukan manusia m elangkah keluar dari kobaran api.
Lelehan silikon menampakkan rangka logam yang dipenuhi berbagai macam senjata tajam dan keluar lengan-lengannya yang berjumlah empat laksana Dewi Durga….
Wajahnya yang cantik menyeringai di bawah reklame neon warna-warni kota Neo Tokyo…..
Dari tempat yang seharusnya adalah pita suara mengalun suara elektrik mengerikan….
“Automata… Android tempur buatan Hayabusha Inc…” bisik Sheila waspada.
Merunduk, makhluk yang terbuat dari kerangka metal dan sirkuit elektrik itu mengeluarkan uap panas dari se4tiap persendiannya. Keempat lengannya terangkat, seolah sedang mengambil ancang-ancang untuk menyerang.
Menghadapi musuh yang bukan manusia, kekuatan Telepati Sheila nyaris nggak berguna. Sementara Celurit of Chaos gw ogah diajak berantem melawan musuh yang nggak berjiwa. Otomatis Elang, Si Pendekar Kribo penguasa Elemen Api adalah satu-satunya orang yang masih bisa berdiri. Mengambil kuda-kuda siaga, pemuda Arab itu bersiap menghadang dengan sepasang katar yang diliputi nyala api kebiruan.
Terdengar bunyi elektrik dari leher musuh kami. Disusul sorot mata yang seolah memindai pergerakan kami. Elang merunduk waspada. Tapi tidak ada satupun naluri yang bisa mengira pergerakan sesosok makhluk yang bukan manusia. Tanpa aba-aba, ledakan roket pada tumitnya membuat Automata itu melesat dalam kecepatan yang tak bisa ditangkap dengan mata telanjang.
“JON! AWAS!!!!!” jerit Elang.
Terlambat... Droid tempur itu terlanjur menerjang ke arah gw dan Sheila.
“PAKAI INI!!!!” Lek Sidi melemparkan pedang Katana panjangnya ke arah gw yang segera gw hunus.
Melompat binal, Automata itu menyarangkan keempat pedang dari empat lengannya sekaligus. Gw bahkan nggak sempat berpikir, melindungi Sheila adalah satu-satunya naluri yang menggerakkan setiap otot tubuh gw dengan sendirinya.
Bunga api berpijar ketika keempat pedangnya bersambutan dengan ujung tajam Katana gw. Semburan darah segar terlihat dari luka bacok di toket gw, tapi serangan gw juga berhasil membuntungi salah satu lengannya.
“JANGAN GANGGU ADIK GUA, BANGSAD!!!” gw ngejerit emosi terus ngebacokin pedang panjang itu tepat di dagu musuh gw dan menembus sirkuit pusatnya yang terletak pada tengkorak titanium. Naluri melindungi membuat badan gw bergerak dengan kekuatan yang melampaui akal sehat. Kilatan listrik konslet. Dalam satu tebasan, gw menghempas rangka besinya yang terpotong separuh pada aspal keras.
Rusak parah, ia masih mencoba melarikan diri dan merangkak, tapi ujung pedang gw keburu menghujam kepala kalengnya. Injakan sepatu hak tinggi gw pada kepalanya menghamburkan isi kepala berikut segala sirkuit yang terbenam di dalamnya. Suara elektroniknya terdengar untuk terakhir kali…
“Mu-mu-mu… su-su-su…. Susu Murni Nasional…..”
|XII|
Rasanya gw bisa mendengar lagu openingnya Ghost in The Shell yang diputer entah dari mana. Setelah Zombie. Pasukan Klon. Sekarang Robot Terminator. Gw nggak heran kalo habis ini gw disuruh ngelawan Incik Adudu dan Prob dari planet Ata Ta Tiga.
“Automata. Android Tempur buatan Hayabusha Corporation?” desis Sheila waspada sambil memapah Lek Sidi ke tempat aman. “Bagaimana bisa?!”
“Ada… yang tidak ingin… aliansi ini terjadi…,” Lek Sidi berkata lemah, matanya menatap nanar pada tubuh para anak buahnya yang menjadi korban.
“Siapa?”
“A… D… C… U-U….” Lek Sidi termegap sekarat.
“Apaan tuh, Lek?”
“Ada… Deh… Cyin… uhuk-uhuk….” sebelum pingsan.
|XII|
Suara sirine mendekat dari kejauhan ketika aparat dan bantuan dari Klan Yakuza keluarga Hayabusa datang memberi bantuan. Anggota yang terluka segera dievakuasi ke Rumah Sakit termasuk Lek Sidi. Luka-luka gw diperban, dan gw cuma bisa bengong di mobil Ambulans.
Musuh dalam selimut? Lagi? Gw bahkan nggak bisa berpikir saking pusingnya. Ada sesuatu yang salah. Intuisi gw menangkap keganjilan yang berasal bukan dari material. Sesuatu yang bersemayam di dalam pedang Lek Sidi. Sesuatu yang mencoba berkomunikasi dengan gw….
Sesuatu yang….
─Gelap?
“Mbek? elu nggak apa-apa? Mbek!” Sheila melambai di depan mata gw yang masih menatap kosong.
“Mbek!!!” Sheila menggoyang-goyang pundak gw.
“Eh, apa? Nggak apa-apa… gua… mabok kali…?”
Gw masih ngelamun waktu dari kejauhan terlihat dua motor sport besar mendekat. Honda CBR warna hitam dan putih. Gw langsung mengenali pedang Katana panjang yang tersandang di punggung keduanya.
Seorang pria berwajah tampan membuka helm. Berdiri dalam balutan jaket kulit dan katana hitam di punggung. Naga, putera Mahkota keluarga Hayabusha.
Seperti biasa Naga menyambut tanpa ekspresi, dingin. Bahkan ketika melihat Sheila, mantan istrinya…
Seorang wanita cantik bertubuh jenjang berdiri mengawal di belakang Naga. Rambut hitam panjangnya bergerai terkibar ketika ia membuka helm full face-nya… mukanya yang selalu ada di mimpi-mimpi gw…
Lutut gw langsung lemes….
Mata gw berkaca-kaca….
Kangen banget…
Soulmate gw…
To Be Contijon!!!
Terakhir diubah: