8. Joni Kroco
Rahasia Gerbang Dimensi Keempat
“Wahai dimensi keempat, tunjukkanlah warna sempaknya Sheila! ”
gak terjadi apa-apa
“Wahai dimensi keempat, tunjukkanlah ukuran kutangnya Sheila! ”
Masih gak terjadi apa-apa.
“Wahai dimensi keempat, tun- "
“PLETAK!“
“Wadaw!” pala gw dijitak pake botol kecap
“Dasar manusia berotak titit! bukan gitu cara kerjanya! “ Sheila langsung melotot... “ Duh, Tuhan.... kenapa harus kambing sarap kaya gini yang jadi Mandala 12 Rasi Bintang?! Stres gw lama-lama... “ omel Sheila sebel sambil megangin kepalanya...
Sheila
Kekuatan Istimewa: Telepati, membaca pikiran
Sheila menjelaskan kemampuannya buat ngedengerin suara batin orang ini bernama
Svarabhuana (The Voice of Universe). Sementara kemampuan gw yang bisa mempersepsikan dunia dalam gerak lambat disebutnya
Dharana (Concentration).
Apaan itu sob, jangan tanya gw, soalnya gw juga nggak ngerti sob! Yang jelas Sheila mulai ngejelasin hal-hal rumit ke otak gw yang kebanyakan ngelem.
"Auditori, Sensori, Memori, Motorik kasar, Motorik Halus, Refleks, ESP ... otak kita sebenarnya adalah organ super yang menangani tugas serba rumit yang nggak bakal bisa ditanganin sama komputer paling canggih di dunia sekalipun...," Sheila ngejelasin ke gw tanpa ngomong.
Ajegile! gw kan anak STM mana ngerti biologi! pelajaran biologi aja digabung sama penjaskes itupun cuma tentang penyakit menular seksual!
".... Otak kita selama ini cuma bisa manfaatin 10 % kemampuannya... sementara 90 % kemampuan potensial otak malah dibiarkan dorman nggak kepake...."
Dorman teh apaan? Dorman Kamaru? batin gw kesel gara-gara
roaming mulu.
"JEDUG!" kepala gw dijundul pake jidat.
"DIEM! Dengerin aja telepati gua, dasar kambing sarap! "
"Kranium, tengkorak kepala manusia memberikan tekanan intrakranial yang menghalangi otak manusia untuk bisa mengeluarkan 100% kemampuannya, dan satu-satunya cara untuk mengeluarkan 100 % kemampuan otak adalah dengan mengakses kekuatan yang selama ribuan tahun disegel dalam gerbang dimensi keempat..."
"Animus," kata Sheila lagi, masih tanpa ngebuka bibirnya.
Gw langsung keinget sama Iblis Kambing Raksasa yang sujud ke gw.
"Mereka bukan Iblis... bukan juga Dewa...," kata Sheila seperti bisa ngebaca pikiran gw. "Mereka adalah
Animus, entitas penghuni dimensi keempat...
The Particles Of God...."
Jegeeer... gw sudah siap dengan adanya
genre twist dalam kisah hidup gw... cerita
incest aja di tengah jalan bisa berubah jadi cerita gengster... kenapa cerita gengster nggak boleh jadi Final Fantasi? Gw mau komen gitu tapi takut lubang hidung gw dicolok pake sumpit sama Sheila...
"Dasar kerak knalpot! gua sudah serius-serius ngejelasin juga!" hidung gw beneran dicolok sumpit.
"Ucet?! ampe narasi gw kedengeran juga?"
"Ya iya, lah!"
"Uuuh!" omel gw sebel, "pasti praktis banget yah... bisa ngedenger semua isi pikiran orang... bisa buat nyontek pas ulangan... bisa buat nembak cewe─"
"
─you know nothing, Jon...," potong Sheila cepat, "ngelihat orang yang di bibirnya senyum manis dan muji-muji gua... tapi di belakang mau nyingkirin gua ?" Sheila ketawa sinis, "
sure it's fun."
"
Sorry... gua nggak... bermakasud..."
"
Nah...," Sheila mengibas tangannya, "gua nggak secemen itu kali... semakin gua dewasa... semakin gua kebiasa sama kemampuan gua...
and you know what ? gw lama-lama juga nemuin
silver lining dari semua ini... "
"Apaan?"
"Ngedengerin suara batin orang-orang yang nafsu sama gua?" Sheila tersenyum nakal, "
it's always makes me hȯrny..."
Bujug buset.... gw nggak ngerti nie anak libidȯnya gede banget padahal umurnya baru 17 tahun....
"Ngomong-ngomong soal ngeue. Elu inget
Ritus Pancamakara waktu elu diinisasi?"
Gw mengangguk, teringat upacara
cult, dimana gw disuruh ngeue sama cewek nggak dikenal.
"Itu adalah Ritus Pemujaan Purbakala, Jon. Memang nggak ada pengaruhnya bagi orang awam kaya si Tikus. Tapi buat 'Orang-orang terpilih' seperti kamu, ritual itu bisa memicu 'terbukanya
gerbang dimensi keempat' tempat
Animus disegel. Dan sekarang kamu tahu, Zodiarc dibentuk buat merekrut orang-orang yang 'punya keistimewaan'."
"Maksud elu, di luar sana ada banyak orang seperti kita?"
Sheila mengangguk.
"Geng motor hanyalah kedok," kata Sheila. "Ordo Templar, Los Illuminados, Sekte Pembunuh Al-Hassashin. Dunia dipenuhi dengan perkumpulan rahasia, dan Zodiarc adalah salah satunya."
Mampus. Gue langsung keinget plot film Wanted, di mana tokoh utamanya bergabung dalam kelompok pembunuh bayaran.
Sheila tersenyum.
"
Welcome to the club, Jon."
|XII|
"
Welcome to the club, Jon," kata Elang, waktu gw diturunin di depan sasana tinju merangkap tempat
billiard. Gw langsung familier sama papan namanya,
Tiger's Den.
"Mau apa kita di sini, bang?" gw tahu ini markas Divisi 2-nya Macan tempat ngumpul dulu habis ngerampok Indomaret.
"Magang lu di Divisi 6 udah beres," Elang nepuk-nepuk pundak gw. "Sekarang elu magang di tempatnya Macan."
Gw nelen ludah, langsung keder soalnya kembarannya Mad Dog udah nunggu gw sambil melinting kumisnya yang tebel.
______________________________
Macan
Ketua Divisi 2 (Divisi Tempur) Zodiarc
_______________________________
"SINI LU!" bentak Macan.
"I-iya, bang...."
"JAWAB YANG TEGAS!"
"IYA, BANG!!!"
"PLAK!!!!" muka jelek gw ditampar.
"JAWAB YANG TEGAS!!!"
"SIAP!!!"
"BERDIRI YANG TEGAK!!!! JANGAN KAYA BENCONG!!!!"
Gw langsung pasang sikap sempurna. Macan melinting kumisnya dan ngeliatin gw dari kepala sampai ujung kaki. Mampus. Gw langsung keinget sama Dandim yang dulu pernah ngegampar gw waktu gw ketangkep pas tawuran. Dari caranya ngomong nih kayanya Macan ini mantan militer kaya almarhum babe gw. Tapi masa sih, mantan tentara gabung sama geng motor?
"Bener lu anaknya Saipul Mualim?"
"Siap, benar komandan!"
"Lah. Ngapain lu gabung geng motor, Jon?"
"SIAP, BIAR KAYA BOY ANAK JALANAN, KOMANDAN!!!"
Terang aja gw digampar.
"JAWAB YANG BENER! JANGAN NGEREMEHIN GUA, LU!!!"
Tangan Macan sudah teracung naik bak ibu tiri di sinetron hidayah. Siap menggampar.
Gw udah berkaca-kaca mau nangis.
Tapi gw jawab:
"SIAP!!! PENGEN JADI BOSS MAFIA, KOMANDAN!!!"
"GEDE BANGET BACOTAN LU," Macan berdecak meremehkan. "Gua pegang omongan lu, Jon.... Jangan samain divisi gua kaya divisi lain. Di sini elu bakal disiksa."
"SIAP!!!"
"Ngerti?!!"
"SIAP, KOMANDAN!!!!"
"AMBIL 100 KALI PUSH UP!!! 100 SIT UP!!! 100 SQUATS DAN LARI 10 KM!!!!"
"SIAP!!!!"
|XII|
Dan berakhirlah masa-masa indah gw nonton
Boys Before Flower berdua sama Sheila sambil make masker dan masang kutek. Karena di sini gw bener-bener disiksa kaya anak tiri.
Tiap hari gw disuruh latihan fisik kaya Saitama. 100 x
push up. 100 x
sit up. 100 kali Squat. Terus lari 10k. Tiap hari hw cuma makan nasi merah, dada ayam kukus sama putih telor 30 butir. Terus
protein Shake 5 liter. Malem latihan tinju sama Macan.
Gw mau nangis sob, gw berasa kaya menantu yang disiksa sama ibu mertuanya di film Uttaran. Sampe sempat kepikiran mundur dan balik jadi tukang donlod drakor.
Uwoooooooooh, tapi demi neneknya Tapasya gw harus kuat sob!!!!!! akhirnya di minggu kedua, otot-otot gw udah mulai terbiasa.
Sama Macan gw diajarin teknik
footwork lah, diajarin teknik
jab,
uppercut lah,
pivoting, teknik blok,
counter. Disuruh
shadow boxing dan gebukin
sansak dan
speedball tiam malam. Gw pernah sih diajarin silat sama si Ipul. Gw kira gw disiksa sama Ipul waktu itu. Tapi sama si Macan gw ampe bonyok-bonyok dihajarnya sob!
"LAMBAT!!!!" desis Macan terus nabok gw.
Gw keliyengan sebentar.
"ATUR JARAK LU! TERUS BERGERAK! JANGAN KASIH KENDOR!!!"
Gw gerakin kaki gw dalam serangkaian gerakan cepat. Memberikan gerak tipu sebanyak-banyaknya. Latihan tinju selama satu bulan bikin gw mulai terbiasa. Postur tubuh gw yang lebih kecil memberi sedikit keuntungan. Bergerak lincah, gw mengatur jarak dari jangkauan pukulan macan. Tenang. Mengira-ngira dari mana serangan berikutnya akan bersarang.
─Jab kanan datang.
Ada yang gw pelajari dari sebulan digembleng sama Macan. Bahwa seiring aliran adrenalin gw yang meninggi, kemampuan
Dharana gw yang bisa melambatkan waktu aktif dengan sendirinya.
Otak gw yang bekerja beberapa kali lebih cepat membuat dari persepsi gw serangan Macan terlihat dalam gerak lambat, memberikan gw kesempatan berpikir kemana gw harus mengelak.
Gw melangkah mundur, serangan Macan hanya mengenai udara kosong.
Hook kiri datang disusul
bodyshoot dengan tinju kanan. Gw berhasil memblok
hook kiri Macan, tapi
bodyshoot kanan sudah keburu bersarang tepat di tulang rusuk gw. Sakit banget. Tapi anehnya semakin gw terancam, semakin ada sesuatu dalam diri gw yang bersorak bahagia.
Pukulan
straight kanan gw meretaliasi. Macan menangkis dengan lengan kiri. Tapi
hook kiri yang gw kerahkan dengan sekuat tenaga membuat Macan terpaksa mundur dan mengatur jarak.
Macan tersenyum bangga. "Memang... Singa nggak bakalan beranak kambing...."
Gw terengah. Mengatur napas gw yang sudah mulai habis.
"Elu bisa ngerasainnya.... eh, Jon?Adrenalin membuat otak lu bekerja 1000 kali lebih cepat dari manusia normal..... Membuat lu bisa melihat semuanya dalam gerak lambat.... Serangan.... Peluru.... Kami menyebutnya
Dharana."
"Elu... tahu....?"
"Jon. Ini adalah pelajaran pertama elu. Karena kali ini gw nggak bakalan menahan diri."
Macan mengubah kuda-kuda. Dan gw merasakan ada aura yang berubah dari dirinya. Nggak mungkin, batin gw. Macan juga bisa memakai
Dharana!
─serangan datang.
Gw bahkan nggak sempat mengelak, karena waktu sadar tonjokannya sudah mendarat di muka gw.
Pandangan gw langsung kabur.
─serangan susulan datang.
Gw cuma bisa sekilas menangkap dari sudut mata.
Karena pandangan gw yang mulai berkunang-kunang membuat gw cuma bisa bereaksi berdasarkan insting belaka.
Gw menaikkan lengan kiri. Memblok serangan macan. Macan benar. Kali dia nggak menahan diri. Kuda-kuda gw agak goyah menahan serangan yang dilancarkan dengan tenaga penuh itu sob. Uwoooooh!!!
─hook datang lagi dari kanan. Dan gw cuma bisa memblok satu-persatu serangan yang datang dengan kecepatan tinggi itu sob!
Muka gw udah babak belur. Dan darah udah ngocor dari hidung dan mulut gw digebukin sama Macan.
Tapi anehnya, semakin gw berada dekat dengan kematian, semakin bibir gw nggak bisa berhenti tersenyum. Ada sesuatu dalam diri gw yang bersorak bahagia menikmati semua ini.
Gw bahkan nggak bisa berpikir apa-apa lagi. Karena otot-otot gw seolah punya pikiran sendiri. Gw merasakan otot-otot gw dialiri oleh 'tenaga' gw nggak tahu apa. Gw hanya merasakan serabut otot gw panas dan membesar. Dan yang ada di kepala gw cuma satu kata:
"
Bunuh."
|XII|
Waktu gw sadar, Macan sudah terhuyung ke belakang.
Hook kanan gw yang masuk bersarang tepat di rahangnya. Tapi pentolan geng motor itu masih bisa berdiri sob. Bahkan balas menyerang dengan pukulan
straight. Kali ini gw bahkan nggak perlu banya berusaha, karena dari persepsi gw, Macan hanya bergerak dalam gerakan lambat belaka. Gw mengelak ke kiri, sebelum balas melayangkan pukulan di ulu hati. Macan meringis kesakitan. Nggak sempat menepis satu
uppercut susulan yang mendarat telak di rahangnya.
|XII|
Tenaga gw seperti disedot waktu durasi
skill gw berakhir. Bagaikan efek samping jurus
ulti di game MOBA yang harus muter dulu setelah dipake, gw langsung ambruk di atas lutut gw. Napas gw udah nggak karuan, dan gw berusaha sekuat tenaga menjaga agar gw nggak pingsan.
Adrenalin gw yang menyurut membuat kulit gw mulai bisa mempersepsikan rasa sakit. Akal sehat gw yang memulih, membuat gw baru sadar kalau Macan udah terkapar di atas kanvas.
-gw menang? batin gw nggak percaya.
Oh, tidak semudah itu Fergusso, karena begitu ngebatin gitu Macan bangun kliyengan. Joget-joget Sajojo bentar terus ketawa terbahak-bahak seolah jurus
ulti gw nggak berefek apa-apa.
Macan tersenyum bangga. Cowok serem berkumis tebal itu menyeka darah yang menetes dari bibirnya.
"Kalau babe lu liat ini, dia pasti bangga, Jon."
"Elu kenal... Ipul... bang...?"
Macan ketawa. "Jalan lu masih panjang, Jon. Di luar sana banyak orang-orang yang lebih kuat dari Ipul. Orang-orang yang punya
keistimewaan."
Gw nggak bisa jawab. Dada gw masih
ngap-ngap. Berusaha mengatur napas gw yang udah minta diisi ulang.
Belum mau menyerah, Sang Jawara memasang kuda-kuda. Bersiap mengandaskan gw di atas kanvas. Keknya marah gara-gara gw tabok barusan.
Mamfus ana.
"Udah, bang... gua nyerah bang... gua nyerah, bang.... jangan tabok gua bang... muka gua udah jelek tar tambah jelek lagi...."
"Harusnya elu terima kasih ke gua, Jon. Karena sekarang gua akan ngasih pelajaran terakhir....
."
Macan tersenyum dingin, sayup-sayup gw lihat bibirnya berbisik,membaca mantera, "
Yama...."
Nggak tahu. Gw mungkin udah halusinasi gara-gara mau goler, soalnya gw lihat di belakang Macan terbentuk aura berbentuk Harimau Emas kaya di Komik Tapak Sakti.
"
Sorry, Jon... tapi sebelum merasakan kejayaan, elu harus pernah merasakan kekalahan...."
Pukulannya yang bersarang di muka gw adalah hal terakhir yang gw lihat sebelum pandangan gw buram sama sekali.
Gw KO.
|XII|
Waktu sadar gw udah terbaring di kamarnya Macan. Gw ngeraba celana gw, masih ada. Bol gw.... nggak melar.
Gw nggak dinȯdai.
Bonyok-bonyok gw udah di kompres pakai es. Dan Macan duduk di kursi sambil mainan hape.
Teredengar suara "A-a-a-aaisyah... jatuh cinta... pa-pa-papada Jamilah.."
Buset doi mainan Tiktok.
"Udah bangun, Jon?"
"Badan gw lemes bang."
"Minum Garcia Kulit Manggis dulu, gih."
"Buat nyembuhin luka gua, bang?"
"Bukan. Barang
endorse-an titipan sponsor."
Yaudah. Gw minum.
"Elu bener-bener yakin mau gabung sama kita, Jon?"
"Yakin, bang."
"Nggak ada yang berakhir baik dari jalan yang bakal elu jalanin, Jon. Darah dibayar darah, nyawa dibayar nyawa. Babe lu juga bakalan sedih kalau tahu elu ngejalanin hidup yang sama kaya dia."
"Mau gimana lagi, bang. Ini takdir gua."
"Takdir....," desis Macan pelan. "Bangke.... Kenapa gua tiba-tiba jadi keinget sama Babe lu?"
"Elu belum jawab pertanyaan gua. Elu kenal Ipul di mana, Bang?"
Macan ketawa kecil. Terus mengeluarkan sebatang rokok.
Suara geretan.
Lagu Aisyah dan Jamilah.