Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Jurnal Kelam Seorang Istri

Bimabet
ntar malem ya kita update, tapi cek dulu apa udah ada gitu, soalnya banyak kerjaan juga, sempak belum dicuci
 
Untuk yang baru baca cerita ini, saya mungkin perlu menjelaskan lagi, cerita ini adalah kisah yang sama dengan cerita saya sebelumnya yaitu istriku menikah lagi,

ini adalah spin off bagian dari cerita IML yang gak diceritakan disana, kisah ini di fokuskan pada dua tokoh utama di IML frans dan Rina, yang belum baca IML silahkan baca dulu.

cerita ini saya fokuskan pada unsur erotisme di dalam kisah IML, jadi sebisa mungkin dramanya akan berkurang, untuk yang mengharapkan tokoh niken muncul, saya pastikan tidak ada tokoh niken, karena fokus hanya di dua tokoh utama saja dan satu tokoh penderita yakni Andi.
 
Jurnal Kelam Seorang Istri
Bagian Ke Enam Belas



by pujangga2000



Aku masuk ke rumah setelah mobil pak Frans menghilang di ujung komplek, “Ayah nungguin aku dari tadi ya?” Tanyaku pada Bang Andi yang sejak tadi seolah menyelidikiku dengan pandangan matanya.

“Gak juga sih, ayah lagi nonton bola, trus dengerin mobil berhenti di depan, kok malam banget Bun?” Suamiku balas bertanya.

“Ehmm ya, tadi acaranya agak ngelantur kemana-mana..” Jawabku sekenanya.

“Ngelantur??” Bang Andi terus bertanya membuat aku menjadi risih menjawabnya, aku segera menggamit lengannya dan mengajak suamiku masuk. “Udah ah, bunda ngantuk banget yah, tidur yuk?” Ucapku.

“Ya udah yuk, bentar ayah kunci pagar dulu.” Suamiku kemudian menggembok pagar rumah, aku masuk ke dalam terlebih dahulu.

Aku masuk kedalam kamar, lalu duduk di depan cermin rias, aku menatap wajahku di cermin, kuusap bibirku dengan telunjuk, beberapa menit lalu bibir ini telah merasakan batang kelamin lelaki lain, lelaki yang bukan suaminya, aku menggigit bibirku sendiri, masih terbayang betapa maskulinnya penampakan kelamin pak Frans, warnanya yang legam dengan urat tebal sekelilingnya, apalagi bentuknya sedikit bengkok, ahhhhhh, entah kenapa aku sangat terpesona dengan bentuknya yang jantan, dan saat kugenggam tadi, rasanya keras bagai memegang kayu.

Pintu kamar terbuka, Bang Andi masuk ke dalam kamar saat ku sedang mencoba membuka gaun yang kukenakan, “Yah, tolong bunda dong.” Aku membelakangi Bang Andi yang kemudian menarik resleting gaunku, aku meloloskan gaun itu dengan mudah, kini aku hanya mengenakan bra dan celana dalam, “Loh kayaknya celana dalam Bunda terbalik deh.” Ujar Bang Andi, spontan aku melihat celana dalamku, ya ampun saking buru-burunya aku salah memakai cd.

Bang Andi memperhatikanku dengan tajam, aku sedikit gugup dengan tatapannya, bola matanya seolah bertanya apa yang telah terjadi tadi, tapi seperti yang sudah-sudah, pandangan itu bukan pandangan yang cemburu, tapi pandangan yang kepo, aku yakin suamiku ini sedang membayangkan sesuatu yang mesum antara aku dan Pak Frans, tapi sekarang aku lagi gak mood melayani fantasinya itu, tubuhku memang lelah, orgasme hebat yang kurasakan di mobil tadi cukup menyita sebagaian besar energiku, sekarang aku hanya ingin berbaring dan tidur.

“Hmmm, tadi bunda ke toilet, eh lagi asik di toilet, ternyata pak Frans chat katanya acara utama segera di mulai, dan beliau di suruh mengucapkan sambutan, nah kebetulan pidato sambutannya dititipkan di bunda, ya udah jadinya bunda buru-buru, ya udah ya yah, bunda ngantuk banget..” Ucapku enteng sambil merangkak menuju sisi kasurku.

Bang Andi hanya diam menanggapi ucapanku, “Ya udah bunda tidur dulu, ayah mau lanjutin nonton bola ya.” Ujar Bang Andi, aku hanya mendehem, “Yah matiin lampu ya.” Tak lama lampu kamarku dipadamkan, dan kini sinar terang kamarku berganti temaram.



***​



Paginya cuaca cukup cerah, Bang Andi berpamitan akan menuju Karang Anyar hari ini untuk memberikan pelatihan bagi para karyawan baru departemen keuangan di seluruh Solo Raya, Bang Andi menggantikan Pak Frans yang harus menghadiri rapat dengan para bupati se jawa tengah yang dilaksanakan di Kota Solo.

Setelah bang Andi berangkat, aku membereskan piring bekas sarapan suamiku, setelah merapihkan rumah, aku berleha-leha sejenak di teras sambil menikmati teh, tiba-tiba kudengar suara perempuan menyapaku, “Kulo Nuwun Bu Andi..” Aku memperhatikan sejenak, rupanya Bu Rt yang bertempat tinggal di luar kompleks datang ditemani seorang perempuan.

“Oalah, Bu RT, monggo bu Pinarak..” Aku membalas sapaannya dengan bahasa Jawa yang aku mengerti sedikit.

“Waduh Bu Andi sudah bisa boso jowo toh?” ujar Bu Rt, aku tersenyum, “Cuma sedikit bu..” jawabku. Bu Rt ini bernama Bu Ratih, suaminya adalah bawahan suamiku di kantor, jadi gak heran kalau Bu Rt ini sedikit sungkan padaku.

“Gini loh jeng, ini Bu Rusmini, beliau ingin mengadakan selamatan atas kelahiran cucunya, itu loh mbak Ningrum yang baru saja melahirkan.” Ujar Bu Rt.

“Ohh ya..ya..” Aku mengangguk-anggguk, aku sudah membaca di grup whatsapp tentang kabar itu.

“Kalau seumpane, jeng ndak sibuk, monggo nanti sore bada Ashar ikut kumpul di rumah Bu Rusmini, ada pengajian di sana.” Ujar Bu Rt lagi.

“Insya Allah bu, nanti sore saya akan hadir, Bu rusmini rumahnya yang mana ya..” Tanyaku pada perempuan yang datang menemani Bu Rt.

“Tak jemput mawon bu, biar sekalian bareng.” Bu Rt malah yang menjawab, aku sangat mengenal karakter orang seperti Bu Rt ini, orangnya sigap, tutur katanya mendayu-dayu, biasanya orang seperti ini antara kata dan hatinya sangat bertolak belakang, walau didepan kita seperti baik, namun jangan kaget jika kemudian menjeleki-jelekan kita di belakang.

Aku tersenyum dan mengatakan akan datang menghadiri selamatan itu, Bu Rusmini kemudian memberikan sebuah kotak berisi Roti kasur padaku, disini memang tradisinya seperti itu, setiap kita mengundang, maka kita harus memberikan bingkisan roti kasur ini pada orang yang kita undang, entah maknanya apa, akupun tidak mengerti.

Selepas Ashar, seperti yang sudah direncanakan, Bu Rt telah tiba didepan rumahku untuk menjemputku, aku mempersilahkan Bu Rt untuk masuk, sebenarnya aku sudah siap dandan dan mengenakan pakaian sejak tadi, aku mengenakan pakaian Gamis brokat berwarna dusty Pink dengan hijab berwarna senada, aku juga mengenakan masker berwarna sama.



Ilustrasi Rina​

“Wah, Bu Andi cantik sekali, gamisnya sesuai banget sama jenengan, ini jahit atau beli jadi ya, kok bisa pas gitu ya.” Seperti perempuan pada umumnya, Bu Rt terlihat kepo dengan pakaian yang aku pakai.

“Beli di Toko *** kok bu, itu loh yang di mal Paragon, kalau saya gak pernah jahit bu, males, tapi memang di toko itu bagus-bagus sih modelnya, saya selalu beli disana.” Ujarku.

“Kapan-kapan mbok ya antarkan saya loh jeng, kalau saya biasanya beli gamis jadi musti rombak maleh, entah kepanjangan lah, entah ada yang gak enak di bagian sini.” Ucap Bu Rt sambil menunjuk lipatan ketiaknya. Postur tubuh bu Rt sebenarnya cukup bagus, walau gemuk tapi gak gemuk gimana, lebih ke montok, mungkin karena payudaranya dan pantatnya cukup besar jadi perlu sedikit penyesuaian.

“Ya, nanti kapan-kapan tak antar ya bu, yuk bu, kita berangkat.” Ajakku pada Bu Rt.

“Bu Andi cantik sekali loh, serasi dengan pak Andi yang ganteng, sst ini rahasia loh, banyak ibu-ibu kalau arisan diam-diam suka merhatikan Bu Andi loh, jenengan saja yang jarang datang ke arisan, tapi ya saya suka kasih tau kalau Bu Andi sibuk..” Ucap Bu Rt berusaha caper padaku

“Ahh ibu bisa aja, ya bu, maaf kalau jarang datang loh..” Ujarku.

“Mboten nopo-nopo bu, tenang aja, saya tak beking kalau ada yang ngomong macam-macam.” Ucap Bu RT lagi, aku hanya tersenyum menanggapinya, kami lalu pergi bersama ke tempat acara.

Seperti yang Bu Rt katakan, aku sendiri merasa ibu-ibu yang hadir disana memperhatikan aku dari ujung rambut ke ujung kaki, kebanyakan ibu-ibu disini berusia diatas 35 tahun, kalaupun yang berusia di bawah 30 rata-rata adalah para istri karyawan di tempat Bang Andi kerja, mereka tentu segan padaku karena kedudukan Bang Andi sebagai atasan suami mereka.

Acara akikahan berlangsung lancar, sepertinya acara ini akan berlangsung dua kali, nanti akan ada acara untuk bapak-bapak, kalau sekarang hanya berisi pengajian, dan ceramah oleh seorang ustadzah, saat sedang acara ramah tamah, telponku terasa bergetar, aku mengambil hpku, dan kulihat chat dari Pak Frans, isi chatnya membuatku tersenyum-senyum, pak Frans bilang kalau dia kangen banget padaku, dan pingin banget kencan bersamaku lagi. Aku tak membalas chatnya itu, aku sudah memutuskan untuk membatasi interaksi dengannya karena aku ingin pak frans benar-benar kangen berat padaku, sehingga dia akan mempercepat proses pernikahan kami, “Dari pak Andi ya bu..” bisikan bu Rt mengejutkanku, aku hanya mengangguk, “Duh romantisnya…sampai Jeng Rina senyum-senyum sendiri heheh..” Goda Bu Rt, aku kembali tersenyum menanggapi, “Andai Ibu Tahu siapa yang chat, apalagi kalau sampe tahu isi chatnya, pasti bu RT akan semaput heheheh..” Ujarku dalam hati.

Prosesi akikah selesai sebelum maghrib menjelang, daripada pengajian, maka aku perhatikan acara ini lebih banyak acara ramah tamah, aku sendiri menikmati menjadi pusat perhatian para ibu-ibu disana, bukan aku ge-er, tapi aku memang merasa ibu-ibu yang hadir disini sedang membicarakan aku, tentunya membicarakan hal-hal baik, tepat jam 5 sore aku sudah tiba kembali di rumah. Bang Andi mengabarkan kalau dia sedang on the way pulang ke rumah, aku mengatkan pada suamiku kalau aku belum sempat masak karena acara pengajian tadi, Bang Andi mengatakan akan beli makanan saja di jalan untuk di bawa pulang.

Aku telah mengganti gamisku dengan daster rumah, saat aku sedang bermalas-malasan hpku tiba-tiba berbunyi, suara panggilan whatsapp dari pak Frans, aku tersenyum sambil mencibirkan bibirku, aku sengaja tak mengangkat panggilannya itu, tak lama suara panggilan itu berakhir, dan tepat seperti dugaanku, pak Frans mengirimkan chat.

“Kok gak diangkat sayang…apa lagi sibuk ya..” Tulisnya..

Aku hanya membaca saja tanpa membalas, sekitar 5 menit kemudian kembali pak Frans mengirimkan chat.

“Duh Cuma dibaca aja, gak dibales loh..ada apa sayang, dek Rina marah ya..mas salah apa sih..maaf ya kalau mas ada salah..”

Aku terkekeh, namun aku juga gak tahan untuk membalas chatnya, namun insting di hatiku menahan jari tanganku untuk membalas chatnya.

“Ya..beneran marah nih kayaknya…ya udah deh, kalau emang marah, mas tunggu sampe gak marah lagi..jangan lama-lama ya marahnya, kangen banget nih..” kembali pak Frans mengirimkan chat sekitar 5 menit kemudian.

Akhirnya aku gak tahan juga untuk membalas chatnya.

“Hmmmm marah kenapa? Biasa aja tuh.” Balasku terkesan dingin, padahal aku menahan tawaku saat itu.

“Boleh aku telpon?” Chat pak Frans kemudian.

“Hmmm maaf mas, aku lagi nyiapin makan untuk suamiku..” Balasku.

“Duhh buat suami kamu? Hmm suami yang mana..” Tanya Pak Frans mencoba memancingku.

“Ya mana lagi dong mas, suamiku kan Cuma satu, namanya Andi Saputra, sementara ini kan Cuma satu…” aku balas menggodanya.

“Asyik ya, jadi suami kamu, dimasakin, dikelonin, bisa meluk kamu…” tulis Pak Frans.

Aku tersenyum membacanya, “Ya dong, bukan hanya dikelonin aja, bisa nenen juga, bisa ngapa-ngapain aku juga di ranjang..” aku semakin menggoda pak Frans.

“Duhh…bikin aku kepingin juga jadi suami kamu..” Pak Frans seperti memakan umpanku.

“Hmmm makanya cepetan…” Balasku cepat.

“Cepetan apa sayang?’’ tanyanya.Aku yakin pak Frans paham maksudku, Cuma dia sedang menggodaku saja.

“Ihhh tau ah…malesin!!” aku pura-pura ngambek.

Setelah itu aku menahan diri untuk tak membalas chat pak Frans berikutnya, bahkan panggilan telponnya aku abaikan juga, aku sengaja melakukan itu karena ingin menguji keinginannya, apa dia merasa sama dengan apa yang kurasakan, lagipula saat itu aku telah mendengar mobil bang Andi di luar.

Malam ini rasanya aku harus bicara dengan bang Andi soal pembicaraanku dengan pak Frans di kencan semalam, termasuk juga keinginanku untuk dinikahi oleh Pak Frans, aku tahu ini terdengar aneh, namun aku harus mengatakan hal ini cepat atau lambat, aku sebenarnya bingung cara mengatakan pada bang Andi, namun mengingat semua ini dimulai oleh bang Andi, maka aku punya senjata andai bang Andi menolak semua ideku itu. Jujur saja aku benar-benar sudah tak tahan ingin merealisasikan fantasiku bercinta dengan pak Frans, dan proses pernikahan serta memiliki dua suami membuat hasratku semakin menggelora tak tertahankan, dan aku yakin bang Andi tak bisa menolak semua ideku ini..



****



Bersambung
 
Di web sebelah gak dilanjutin lagi sampe selesai hu, kentang nungguinnya 🤣🤣🥲

lanjut donk..tinggal part akhir, biar dulu aja, kan lagi fiokusin ke si geulis Maya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd