Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Jurnal Kelam Seorang Istri

Amazing cerita suhu satu ini
monggo disimak cerita ane yang lain yang gak kalah seru, kalau ente suka ini, silahkan baca cerita IML 1 dan 2
 
Di prem ga pernah update
yang ini di simpen dulu, lagi fokus ke dsi 2 hu, cuman belakangan banyak acara baik di kerjaan maupun di rumah, tau sendiri lah kalau di daerah gimana menjalenag 17an, sampe gak ada waktu untuk bikin sambungan, makanya saya bagi2 episode yang udah tayang buat menghidupkan inspirasi aja..minggu ini akan rilis update terbaru dsi 2
 
Jurnal Kelam Seorang Istri
Part 17


by pujangga 2000



Sekitar jam tujuh malam bang Andi pulang, aku menghampirinya dan membantu mengarahkan mobilnya untuk parkir, saat bang Andi keluar mobil, aku langsung mencium tangannya dan mengambil tasnya, ā€œTumben Bun, tiba-tiba bawain tas Ayah?ā€ Tanya Bang Andi yang merasa aneh dengan sikapku yang tak biasa.

ā€œHmm biasa aja kok, emangnya gak boleh istri bawain tas suaminya..ā€ Jawabku.

ā€œYa boleh dongā€¦eh ya, ini bun tadi Ayah beli pecel Lele, makanya agak lama nunggunya, soalnya baru buka warungnya.ā€ Ujar Bang Andi sambil menyerahkan bungkusan plastik padaku, aku menerimanya dan masuk kedalam, Bang Andi meletakkan sepatunya di rak sepatu di samping pintu masuk, aku meletakkan bungkusan makanan itu di meja makan, setelah sebelumnya menyimpan tas Bang andi di atas meja kerjanya.

Aku mengambil piring dan menyalin makanan yang dibeli bang Andi tadi, ada dua buah ayam goreng dan beberapa tempe dan tahu berikut sambel pecel lele, aku menyalin semua makanan itu ke atas piring, Tiba-tiba Bang Andi telah berada dibelakangku, hembusan napasnya di leherku membuatku sedikit merinding, ā€œBunda kelihatan tambah cantik lohā€¦ā€ sebuah kecupan mendarat di pipiku, hatiku tiba-tiba terasa hangat.

ā€œAyah genit ahā€¦ā€ ucapku dengan nada manja, dia hanya terkekeh.

ā€œAyah mandi dulu ya bun..ā€ Ujarnya sambil mencubit lembut pipiku, aku hanya tersenyum dan mengangguk, kuperhatikan suamiku yang melangkah ke kemar mandi, tiba-tiba hatiku berdesir aneh, entahlah aku merasa sedikit bersalah saat itu, aku duduk di kursi meja makan sambil memandang makanan yang dibeli bang Andi, teringat masa-masa berkumpul bersama dengan Akbar, begitu hangat rasanya suasana meja makan ini.

ā€œPikirkan lagi Rin, sudah hentikan saja permainan gila itu, sangat mustahil kamu bisa menikah dengan pak Frans, apa kamu siap dengan konsekuensinya? Apa pandangan orang nanti, apa kata bapak dan ibu nanti kalau mereka tahu? Gak usah diteruskan kegilaan itu, ingatlah masa-masa indah dengan suami dan anakmu, apa kamu mau kehilangan semua demi fantasimu itu?ā€ sisi hatiku membuatku mulai galau.

ā€œMasa-masa indah? Kapan? Bukankah sekarang kamu baru merasakan masa-masa indah? Diperlakukan begitu romantis oleh pria gagah seperti pak Frans? Lagian bukankah bang Andi yang menginginkan semua ini? Bukankah dia yang menyuruhmu menggoda pak Frans demi tujuannya? Dan setelah kamu melakukan apa yang di inginkan suamimu itu, kamu mau berhenti, bukankah kamu ingin berbahagia sekali saja dalam hidupmu sebagai wanita, menikmati apa yang harusnya kamu dapatkan..?ā€ Sisi hatiku yang lain menentangnya.

ā€œUrusan apa kata orang, biarlah urusan nanti, lagian untuk apa kita kasih tau orang? Bapak dan ibu tak akan tahu tentang ini? Bang Andi telah memulai semua ini, dan kamu sedikit lagi akan mendapatkan pengalaman terhebat yang selama ini merasukmu, dan sekarang harus berhenti? Are You Kidding me?ā€ Lanjut sisi hatiku tadi.


ā€œBenar, aku bisa merasakan orgasme saat bercinta dengan Bang Andi karena aku membayangkan pak Frans yang menyetubuhiku, dan saat bersama pak Frans aku begitu bahagia dan sangat hidup, tapi benar juga gimana nanti kata orang tuaku kalau mereka tahu? Ahhhh apa yang harus aku lakukanā€¦ā€ Ucapku dalam hati, aku menopang daguku memandang kosong ke arah makanan di meja.

ā€œKamu harus terus dengan rencanamu, sudah kepalang tanggung, setelah semua yang kau lakukan untuk menggoda pak Frans, sangat gila untuk mundurā€¦sedikit lagi Rinā€¦.fantasimu akan jadi nyata, dan bang Andi akan naik jabatan jugaā€¦sudah gak usah galau, mantapkan rencana semula, katakan pada bang Andi tentang rencana pernikahan dengan pak Frans, hanya dia yang bisa membuatmu menjadi wanita sejatiā€¦ā€ sisi hatiku terus memprovokasi, dan ya aku membenarkannya..

ā€œBenar, ini udah terlalu jauh untuk kembali ke start awal, aku harus menuntaskan semua, akuā€¦ahhhh..ā€ aku terhenyak dan meraba vaginaku, desiran hebat seketika melanda hatiku, fantasi ingin bercinta dengan Pak Frans, fantasi memiliki dua suami, semua itu membutakan semua akal sehatku, aku harus mengatakan malam ini, ā€œaku harus memberitahu bang Andi kalau pak Frans akan menikahi aku, yaā€¦.bang Andi harus menyetujui semua ini, aku harus memanfaatkan niat awal suamiku ituā€¦yaā€¦aku harus!!!ā€ hatiku kini mulai mantap.



***



Selesai makan, aku membereskan piring-piring kotor ke tempat cuci piring, kudengar suara Tv menayangkan pertandingan sepakbola, dan Bang andi sedang asyik menonton pertandingan itu. Sambil mencuci piring aku mulai menyusun kata-kata yang tepat untuk memberitahukan bang Andi soal rencanaku menikah dengan pak Frans, aku sedikit gugup saat itu, aku juga sedang memikirkan apa jawabanku andai bang Andi menolak dan marah dengan berita yang akan ku sampaikan.

Setelah selesai me,bereskan piring kotor bekas kami makan, aku melangkah ke ruangan Tv, aku duduk didekat bang Andi yang sedang asik menonton, aku mengambil remote dan mematikan TV, Bang Andi mnoleh padaku dengan tatapan kesal, ā€œLoh kok dimatikan bun?ā€ tanyanya.

Aku tak menjawab, kuambil tanganku dan kuajak untuk duduk di kursi meja makan, Bang Andi hanya mengikutiku dan duduk di hadapanku di meja makan. Tatapannya begitu tajam membuat nyaliku sedikit ciut, namun tak lama kepercayaan diriku mulai kembali.

ā€œAda apa sih bun, kayaknya ada sesuatu yang penting ya?ā€ Tanya Bang Andi. Aku memberanikan diri menatap matanya, aku mengangguk membenarkan pertanyaannya itu.

ā€œAda apa?ā€ Bang Andi mulai penasaran dengan apa yang akan kusampaikan.

ā€œAyah tau kan kemarin aku pergi dengan pak Frans, dan aku di sana sudah bicara dengan pak Frans tentang karier ayah, dan Pak Frans bilang dia siap bantu ayah..ā€ Ucapku sambil melihat reaksi suamiku itu.

ā€œOhh, terus gimana Bun.ā€ Respon Bang Andi dengan mata bersinar-sinar.

ā€œHmmm, kata pak Frans ada posisi kosong sebagai kepala cabang di Semarang, dan pak Frans akan mengupayakan Ayah yang mengisi posisi itu.ā€ Lanjutku.

ā€œHaah? Beneran bun pak Frans ngomong gitu?ā€ Tampak jelas bang Andi begitu senang mendengar informasi yang kuberikan, aku sendiri tak tahu kenapa dia begitu senang. Aku hanya mengangguk menjawabnya.

ā€œBun, tau gak, itu semarang termasuk cabang utama Bun, kalau Ayah jadi kepala cabang disana, karier ayah akan melesat terus, ada 4 cabang utama, salah satunya ya Semarang itu, wahhhhhā€¦ā€ Bang Andi terlihat berbinar-binar, wajahnya juga terlihat berseri-seri.

ā€œAyah senang dengan rencana pak Frans itu?ā€ tanyaku.

ā€œYa dong, aduh bukannya senang lagi sih..ahhhh luar biasa iniā€¦bener ternyata rumor yang bilang pak Frans adalah orang hebat dan berkuasa..ā€ Ujar Bang Andi dengan suara bersemangat.

ā€œTapi ada syaratnya yah..ā€ Ujarku lirih, Bang Andi terdiam dan memandangku tajam, sepertinya dia sangat paham apa syarat yang diminta pak Frans.

ā€œSyarat?ā€ Tanya bang Andi, walau terlihat bingung, namun aku yakin Bang Andi hanya pura-pura gak tahu.

ā€œPak Frans ingin tidur dengan Bunda!!ā€ jawabku lugas, saat aku menatap mata suamiku, sumpah aku melihat bola matanya berbinar-binar seolah senang dengan jawabanku itu.

ā€œApa!!ā€ Hanya itu reaksi bang Andi, namun entah kenapa reaksi kaget dan terkesan marah itu hanya pura-pura di lakukannya.

ā€œKan Bunda pernah bilang soal ini? Pasti arahnya kesana, dan benar kan?ā€ Jawabku dengan santai.

ā€œLalu? Bunda setuju? Ahh gila ini, udah gak usahā€¦ā€ Bang Andi menghentikan ucapannya saat kami bertemu pandang, dia rupanya bisa membaca kekesalanku.

ā€œGak usah apa? Udah sejauh ini kok ayah bilang gak usah? Kan bunda udah peringatkan dulu..ayah bilang gak apa..trus sekarang gak usah???ā€ Nada suaraku mulai meninggi.

ā€œTrus bundaā€¦ā€ Tanya Bang Andi sedikit gugup.

ā€œYa tentu saja ini konsekuensinya, dan kita udah sepakat sejak awal, ya bunda bilang bersedia, tapi dengan syaratā€¦ā€ Jawabku lugas. Kulihat wajah Bang Andi semakin kebingungan.

ā€œBunda mengajukan syarat kalau pak Frans ingin meniduri Bunda, pak Frans harus menikahi bunda supaya tak jadi Zinah!ā€ aku seolah geli mendengar ucapanku sendiri, tentu saja tak ada bahkan tak boleh seorang wanita menikahi dua pria sekaligus, namun aku sudah tak peduli lagi, saat ini aku ingin menuntaskan semua fantasiku, dan situasi ini menguntungkanku, aku bisa memanipulasi keinginanku sebagai kesalahan bang Andi yang menginginkan aku merayu bosnya sejak awal.

ā€œApa bun..menikah? pak Frans menikahi Bunda..ahhhhh gilaā€¦gak mungkinā€¦.ayah gak terima semua ini!!!!ā€ Ujar Bang Andi dengan wajah merah karena marah, aku cukup terkejut dengan reaksinya, walau aku sudah mempersiapkan reaksinya seperti ini, namun cukup terkejut juga melihat Bang Andi marah besar seperti ini.

ā€œJadi semua yang bunda lakukan sia-sia gitu, lalu kenapa ayah minta bunda merayu pak Frans sejak awal, Ayah menyuruh bunda mengenakan daster seksi untuk menggoda lelaki lain, ayah sengaja menyuruh bunda datang ke kantor agar ayah jadi horni melihat pak frans menatap bunda, ya kan? Apa ayah menganggap bunda ini pelacur? Bunda udah iklas nurutin semua yang ayah minta untuk karier ayah, karena Bunda merasa bersalah ama ayah, dan setelah semua yang bunda lakukan ini, ayah dengan gampangnya marah dan gak bisa terima dengan konsekuensinya!!!ā€ Suaraku bergetar menahan tangis, aku harus bisa terus menghantam rasa bersalah suamiku.

ā€œTapi bunā€¦ā€ Bang Andi terlihat gugup melihatku histeris dan menangis, kutepis tangan yang hendak mendekapku.

ā€œApa Ayah pikir Bunda ini Cuma boneka? Bunda udah melakukan semua demi karier ayah, dan ketika semua sudah berhasil, Ayah minta bunda untuk menghentikan semua ini? Apa ayah anggap bunda ini hanya pajangan, hanya benda mati tak punya hati?? Bunda gak sangka akan begini akhirnyaā€¦.ā€ Aku menangis sejadinya..

ā€œBunā€¦ā€ suara bang Andi terdengar lirih, sekali lagi aku menepis tangan suamiku dan masuk ke kamar, kubanting pintu kamar keras-keras sebagai tanda aku marah besar padanya.

Didalam kamar aku berbaring menatap langit-langit kamar, aku sapu air mataku dengan tisu, aku tahu benar watak suamiku, dia tak akan masuk ke kamar ini sampai semua kembali baikan. Aku sedikit tersenyum dengan aktingku yang luar biasa, aku yakin diluar sana bang Andi tengah merasa bersalah, aku juga sedikit takut dengan perubahan diriku, karena hasrat dan fantasi yang semakin membara, aku bisa menjadi artis hebat dengan akting sempurna.

Tengah Malam aku terbangun, di kamar tak kujumpai Bang Andi, kulihat jam dinding kamar, sudah pukul setengah 2 pagi, ya ampun, rupanya aku tertidur tadi, ā€œTapi kemana Bang Andi ya?ā€ aku celingukan ke semua sudut kamar, sepertinya memang Bang Andi tak masuk ke kamar sejak pertengkaran tadi.

Aku keluar kamar, kulihat lampu di ruang Tv sudah gelap, tak kulihat tanda-tanda keberadaan Bang Andi di sofabed didepan Tv, biasanya kalau asik nonton bola, bang Andi pasti tertidur di sofabed itu, aku kemudian melihat pintu depan terbuka sedikit, aku berjalan berjingkat agar langkahku tak terdengar, kuintip melalui gordyn di ruang tamu, ternyata Bang Andi sedang duduk di depan, kakinya menopang di pagar di sisi mobilnya, kulihat asap mengepul pertanda Bang Andi sedang merokok, aku sangat mengenal sifat suamiku itu, kalau dia sudah merokok, pertanda ada pekerjaan yang rumit, atau pikirannya tengah dipenuhi masalah rumit. Aku memandangnya dengan tatapan iba, andai aku jadi dirinya, aku juga pasti bingung. ā€œMaafkan aku bang, tapi aku sudah memutuskan untuk meneruskan permainan iniā€¦ā€ Aku kembali melangkah menuju kamar.



***

Paginya aku bangun seperti biasa, kulihat Bang Andi masih tertidur di sofa bed, entah jam berapa dia tertidur, aku membangunkannya, tak lama Bang Andi terbangun, bibirnya tersenyum saat melihatku, aku tak membalas senyumnya, aku memasang muka dingin untuk menunjukkan padanya kalau aku masih kesal.

ā€œSudah pagi sana mandi dulu, aku mau bikin sarapan.ā€ Aku sengaja menyebut diriku Aku, diluar kebiasaanku yang memanggil diriku bunda, hal itu kulakukan sebagai penegas kekesalanku padanya, Bang Andi sepertinya sadar kalau aku masih marah, dia tak berkata apa-apa dan berjalan menuju kamar mandi. Aku bahkan tak menyiapkan pakaian kerjanya seperti biasa aku lakukan, aku harus tega! Agar akting marahku tidak terlihat pura-pura.

Bang Andi keluar kamar dengan pakaian kantor yang telah rapih, hanya dasi dan jasnya yang belum dipakai, disaat yang sama aku tengah meletakkan segelas teh hangat dan sepiring omlet untuk sarapannya, aku kemudian pergi tanpa menemaninya di meja makan, sempat kuperhatikan Bang Andi menatapku, aku tahu saat ini dia pasti merasa bingung, suamiku itu sangat mudah di tebak.

Aku sengaja berlama-lama di dapur, lalu kudengar bang Andi memanggilku, aku tak menghiraukan panggilannya, aku menyibukkan diri melipat kain lap yang sudah terlipat rapih, saat ku menengok, aku kaget setengah mati, tiba-tiba bang Andi telah berdiri di dekatku.

ā€œBun..temenin ayah makan yuk..ā€ Ujar Bang Andi.

ā€œAku lagi gak pingin makan.ā€ Jawabku dengan nada dingin.

ā€œAyah mau ngomong sesuatu ama bunda..ā€ ujarnya lagi. Aku tak menanggapinya, aku tetap membelakanginya sambil pura-pura sibuk.

ā€œBun setelah ayah pikir semalaman, mungkin ini adalah bagian resiko yang harus ayah terima, Ayahā€¦ā€ Bang andi terdengar berat meneruskan kata-katanya, aku hanya diam tak menoleh sedikitpun kepadanya.

ā€œAyahā€¦ayah izinkan Bunā€¦ā€ Suara Bang Andi seolah tercekat tak ikhlas mengatakan itu.

ā€œMaksudnya apa sih..ā€ Tanyaku pura-pura tak paham sambil tetap membelakanginya.

ā€œAyah mengizinkan Bunda menikah dengan Pak Frans, walau Ayah gak tau apa semua itu bisa dilakukan, tapi Ayah merasa bunda benar, setelah semua yang telah bunda lakukan untuk ayah, sudah saatnya ayah harus bisa menerima konsekuensinya, Bunā€¦ayah izinkanā€¦ā€ Ujar bang Andi, aku mendengar nada penuh emosional dalam ucapannya itu, aku seketika membalikkan badan, sempat kulihat matanya, sdikit tercekat aku melihat air matanya mengembang, Bang Andi kemudian berbalik dan berjalan menuju meja makan, aku mengikutinya, sempat kulihat tangannya mengusap matanya.

ā€œAyah serius?ā€ Tanyaku saat di meja makan.

Bang Andi tersenyum dan mengangguk, aku tahu betapa sakitnya saat mengatakan itu, namun semua ini adalah konsekuensinya, dan aku tak akan mundur di tengah jalan dalam permainan ini..



*****

Bersambung
 
Finaly Murad vs Maya dan dimenangkan oleh keduanya
Dem, ss yang sangat menggairahkan sekali. Maya luar biasa memang binal. Seru sih ketika ngewe dalam perang batin gini, kayak ngewe abis marahan itu rasanya jauh lebih nikmat, istilahnya make up sex
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd