Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
lo saya orang Malang looo, mt haryono berarti dekat Oyonid ya mas Ton :semangat:, semoga tamat cerbungnya
 
Chapter 6
Kantin Belakang

'hmm...'

Tono tidak konsentrasi mengikuti kuliahnya. Meski pagi ini dia sudah mendapat kenikmatan dari bu Tati, Tono masih penasaran mengenai kamar kamar kos tersebut yang masih kosong. Ia ingin menanyakan hal tersebut ke bu Tati, namun takut bu Tati tersingung ataupun kesal.

"oi bro bengong aja nih, awas kesambet" tiba tiba suara seseorang membangunkan Tono

"duh, elu Dri, jangan ngagetin napa" jawab Tono sambil sedikit marah

"lah.. kan elu yang bengong, makanya cari cewe biar jangan bengong mulu" kata Andri sambil menepuk kepala Tono

"ah elah, iyee iyee.." kata Tono sambil merapikan bukunya dan memasukkannya ke dalam tas

"pulang mau kemana nih Ton ?" tanya Andri

"gue mau langsung ke kosan, ada yang mau gw urus Dri" jawab Tono sambil berdiri bersiap untuk pulang ke kosan

"ya elah, pulang, kosan, pulang, kosan ayo nongkrong dulu di kantin belakang" kata Andri dengan nada sedikit mengejek

"dah gw bilang ada yang mau gua urus Dri !"

"ngurus apaan sih, sini gua bantuin nanti, kan minggu lalu kita kita mau nongkrong lu juga gak bisa ikut"

"penting deh, nanti gw kasi tau Dri" jawab Tono bersiap beranjak pergi

"udah kasitaunya sekarang, eh, nanti di kantin belakang, si Dewi juga mau ikut tuh, dia udah selesai kuliah praktik"

"lah iya Dewi ikutan juga ?" kata Tono sambil mengentikan langkahnya

"hahh.. giliran ada si Dewi aja lu mau ikutan..." jawab Andri sambil menghela nafas

"he he he .." Tono nyengir

"jadi ikut gak ?" tanya Andri dengan nada sedikit melengking

"iyee iyeee ikut"

"nah gitu dong, ayok gerak" Andri bersiap untuk pergi

Mereka beranjak pergi ke kantin belakang. Sebenarnya posisi kantin ini tidak persis dibelakang gedung kampus mereka. Lebih ke arah samping, tapi karena samping belakang, jadinya dipanggil kantin belakang. Mereka pun duduk dan segera memesan makanan

"emang lu mau ngurus apaan sih di kosan Ton ? bukannya udah dua minggu lu di sana, masih ada aja yang di urus" tanya Andri sambil meminum es teh manis

"gini Dri, gw emang udah klop sama tu kosan, tapi gw rasa kok kaya ada yang aneh gitu di sana yah" jawab Tono sambil memotong telur dadar di piringnya

"aneh gimana bro ?"

"pertama ni yah, halamannya luas banget bos, dibandingin lahan kamar sama halaman besarnya hampir mirip loh" Andri meneruskan ceritanya

"lah apa anehnya, mungkin aja hobi yang punya bercocok tanam bro" potong Andri mencoba menenangkan Tono

"bercocok tanam gimana, orang isinya rumput semua sama pohon sebiji di tengah, mana gede banget lagi pohonnya"

"yah kan rumput juga tanaman kalee"

"koplak lu akh" jawab Tono kesal

"itu aja yang aneh Ton ?" tanya Andri

"ada lagi bro, di ruang tengah tuh banyak foto foto dipajang"

"lah iya lah foto dipajang bro, masa di taro lemari"

"iyee, masalahnya fotonya mirip mirip, foto ibu kos sama bapak kos di depan pohon itu rumah, fotonya bisa ada 6 apa 7 gitu gua lupa, sama ada album foto aneh di rak ruang tamu tu rumah, isinya foto foto yang mirip juga !"

"bagus kali pohonnya Ton, lu aja akh parnoan" jawab Andri

"heiii guysss !!" tiba tiba ada suara wanita memotong pembicaran mereka

"oii Dewi, lama amat lu!" teriak Andri

"apaan sih dut, jangan teriak teriak malu tau" jawab Dewi ke Andri

"udah di tungguin Tono lu, dia bela belain ke sini nungguin elu" kata Andri sambil menepuk pindak Tono

"apaan sih Dri akh !!" Tono ketus

"hahahaha... maap yah lama Ton, tadi ada yang ketinggalan" kata Dewi sambil duduk di depan mereka berdua sambil membetulkan posisi jilbabnya

Dewi adalah anak kelas ke dua di kampus Tono. Dewi, Tono, dan Andri bertemu ketika mereka sedang orientasi mahasiswa. Sejak saat itu mereka menjadi sangat dekat, sering berkumpul bersama dan mengerjakan tugas bareng.

"lagi bahas apaan sih seru banget kayanya" tanya Dewi

"ini Wi, katanya kosan si Tono anehhhh" jawab Andri

"ih, aneh apaan Ton, ada hantunya ?"

"nah, ini ada lagi keanehan yang gw alamin pagi ini, kan pagi ini air di kosan gw mati, nah gw mau numpang mandi ke sebelah, gw coba ketokin kamarnya, tapi gak ada orang ! gw coba ke kamar lain juga gak ada orang, sampai 4 kamar gak ada orang masa !" Tono bercerita dengan semangat

"emang belum ada orang yang nempatin kali Ton" jawab Dewi

"nah tuh Ton, lu aja yang parno-an" Andri menimpal

"lah, gak percayaan banget lu pada, makanya nanti malem gw mau cek lagi itu kos kosan, kalo bisa semua kamar gw intip, pengen gw liat ada orangnya pa kagak !" Tono menjawab kemudian meminum es teh manisnya

"kosannya emang dimana sih Ton ?" tanya Dewi penasaran

"di sini loh, di jalan mt Haryono, tapi emang masuk masuk ke dalem" jawab Tono sambil menunjukkan peta di handphonenya

"padahal deket yah.." Dewi membalas dengan nada bingung

"itulahh.." jawab Tono sambil mematikan handphonenya

"sereeemmm, hati hati loh" Dewi mengingatkan Tono

"tuh sana kamu temenin Dew ke kosan Tono, kasian Tono ketakutan kali sendirian jadi parno" kata Andri sambil tertawa

"jangan, gak baik berduaan di kosan hihi .." jawab Dewi sambil tertawa kecil

"tauk nih dasar gendut mesum" kata Tono sambil menggeplak kepala Andri

"ya udah bos, nanti kalo ada apa apa wa di grup aja yah !"

Mentari tenggelam menjadi pertanda Tono untuk kembali ke kosan sore itu. Sepeda motor menggebu melintasi udara malam. Ia tidak sabar untuk segera kembali ke kos

Kyaknya selain pertualang birahi Tono, n Ibu kpstnya, bkl diselipin cerita misteri jg, neeh...

Cakep bngt, hu...

Lanjoet, lah...

:D
 
Chapter 7
Kosong

Matahari terbenam. Tono tiba di kosnya, setelah menetup gerbang tinggi di depan kosannya Tono berjalan masuk menuju kamarnya, melewati ruang tamu depan. Tidak ada tanda tanda bu Tati, biasanya ia sedang sibuk memasak di dapur depan atau duduk duduk membaca majalah di ruang tamu.

Sesampai di kamar, Tono segera melempar tasnya ke atas kasur dan mengganti pakaiannya. Tono segera beranjak untuk memeriksa kamar kamar di kosan tersebut yang membuatnya sangat penasaran, namun ia ingin memastikan apakah bu Tati sedang ada di kosan tersebut atau tidak terlebih dahulu.

Tono pun berjalan menuju ke kamar bu Tati untuk memeriksa apakan ia ada di kosan tersebut malam ini. Bau lavender menyegat wangi tercium seperti biasa di depan kamar bu Tati, bau yang selalu Tono hirup ketika bejalan melewati kamar ini.

‘tok tok tok’ Tono mengetuk pintu kamar bu Tati

“bu Tati” seru Tono di kamar tersebut memanggil bu Tati, namun tidak ada jawaban dari dalam

Setelah menunggu selama lima menit, tidak ada jawaban dari kamar, nampaknya bu Tati sedang pergi ke luar, akhirnya Tono memutuskan untuk memeriksa kamar kamar di kosan tersebut.

Kamar kamar tersusun memanjang sebanyak sepuluh kamar di sebelah kanan dan sepuluh kamar di arah berlawanan. Di depan masing masing kamar tersebut terdapat lampu teras kamar yang otomatis menyala ketika malam hari, keset, dan rak rak sepatu yang kosong.

Tono berjalan menuju kamar nomor satu mencoba untuk membuka kamar tersebut namun ruangannya terkunci, kemudian ia melihat ke dalam ruangan tersebut, ruagan tersebut nampak gelap dan sepertinya memang ruangan tersebut tidak ada orang, secara samar samar ada sebuah tempat tidur di dalam ruangan tersebut. Tono pun menyalakan lampu senter yang dia bawa dan menyorot ke dalam kamar tersebut





Lampu tersebut dia arahkan perlahan dari sebelah kiri menuju ke kanan ruangan





Ya tidak ada apa apa di dalam, yang Tono lihat hanya sebuah tempat tidur dan ada sebuah gelas dengan posisi terbalik di depannya.

Tono merasa sangat aneh apabila kamar pertama di sebuah kosan kosong. Apalagi posisinya yang dekat dengan ruang tamu biasanya langsung diisi oleh penghuni. Tono yang bingung kemudian beranjak memeriksa kamar kedua dengan senter tergantung di pundaknya.

Tono mencoba untuk membuka kamar kedua namun pintunya terkunci. Kembali ia mencoba melihat kedalam dengan bantuan senter yang ia bawa, lagi lagi tidak ada orang di dalam. Hanya ada sebuah tempat tidur dan sebuah gelas yang terbalik di depan tempat tidur tersebut.

Setelah itu, Tono langsung ke kamar ketiga, keempat, kelima, hingga kamar ke sembilan belas di sebelah kamarnya, namun yang dia dapatkan hanya kamar kosong tanpa penghuni, sebuah tempat tidur, dan gelas yang terbalik di depannya.


‘shit !’ seru Tono dalam hati setelah melihat kamar kamar tersebut sambil terduduk di teras depan kamarnya

‘gue sendirian di sini ?!?’

Tono pun mengambil handphone di saku celananya, mencoba memberi tahu kejadian ini ke ibunya di Jakarta

‘ma, kosan ini kok kosong yah, kayanya Tono lebih baik pindah deh’ pesan singkat Tono kepada ibunya

Tono yang masih penasaran pun segera berdiri. Ia memutuskan untuk memeriksa kondisi kamar di lantai dua. Tono menaiki tangga di samping kamarnya untuk naik ke lantai dua.

Di atas terdapat kamar kamar dengan jumlah yang sama sebanyak dua puluh kamar, dengan posisi yang sama dengan kamar kamar di lantai satu, namun lantai dua masih gelap, tidak ada lampu lampu yang menyala di depan kamar kamar tersebut. Tono sebetulnya yakin kalau tidak ada orang di lantai dua ini, namun ia tetap akan memeriksa kamar kamar tersebut.

Tono menyalakan lampu senter yang ia bawa dan berjalan perlahan memeriksa kamar nomor dua puluh satu. Tidak ada keset ataupun rak sepatu di depan kamar tersebut. Tono mencoba untuk membuka kamar tersebut, dan ternyata kamar tersebut tidak terkunci, ia membuka pintu tersebut dengan pelan dan segera mengarahkan senternya ke dalam kamar gelap tersebut





Tidak ada apa apa ! kosong ! ya didalam tersebut bahkan tidak ada kasur seperti kamar di lantai satu. Lantainya kotor dan berdebu. Tono pun mencoba mengarahkan senternya ke atas dan ke bawah mencoba mencari hal yang janggal, namun ia tidak menemukan apa apa, hanya sebuah kamar kosong yang bedebu.

Tono pun memeriksa kamar di sebelahnya, kamar tersebut ternyata juga tidak terkunci. Ia membuka kamar tersebut dengan perlahan dan langsung mengarahkan senter ke dalamnya, namun tidak ada apa apa di dalam, hanya kamar kosong yang sama dengan sebelahnya.

Tono segera berlari memeriksa kamar kamar selanjutnya. Kamar dua puluh tiga, dua puluh empat, dua puluh lima, dua puluh enam, hingga kamar ke empat puluh, namun yang ia dapatkan hanyalah kamar kamar yang sama, kamar yang kosong dan penuh dengan debu.

Tono yang penasaran kini mulai sedikit takut, ia pun turun dengan perlahan ke bawah dan duduk didepan teras kamarnya dengan lemas. Ia menyadari bahwa selama ini hanya ada dirinya dan bu Tati di kosan tersebut. Tono pun mengambil handphone di saku celananya mencoa untuk memeriksa apakah ibunya sudah membalas pesan tersebut, namun belum ada jawaban

Tono yang gelisah pun memutuskan untuk menghubungi ibunya

… tut … tut … tut

… tut … tut … tut

‘sel …’

'selamat datang di kotak suara ..’

“hah… sial” Tono mengumpat dalam hati

Wangi itu kembali tercium, ya wangi bunga lavender dari kamar bu Tati. Tono pun nekat memutuskan untuk memeriksa kamar bu Tati juga, selagi ia sedang keluar. Tono ingin mencari tahu sebetulnya ada apa dengan kosan ini. Tono mengumpulkan sisa sisa keberaniannya dan berjalan menuju pintu kamar bu Tati. Ia menekan gagang pintunya dan pintu itu pun terbuka. Bu Tati ternyata tidak mengunci pintu kamarnya.


‘kebetulah nih’ seru Tono dalam hati


Kamar itu nampak gelap, Tono pun segela menyalakan lampu kamarnya, dan ia melihat kamar yang pernah ia pakai bersama bu Tati. Sebuah kasuh di sebelah kanan, ada lemari pakaian di ujung kamar sebelah kamar mandi, meja, dan televisi.

Tono pun memeriksa seluruh isi kamar tersebut. Tono mencoba untuk membuka laci meja tersebut, namun didalamnya tidak terdapat apa apa. Tono pun mengintim secara perlahan ke bawah kasur tempat tidur namun juga tidak terdapat apa apa. Tono pun terduduk diam di atas tempat tidur bu Tati, ia tidak menemukan hal yang aneh di kamar ini.

‘lemari.. ya lemari belum ku periksa’ kata Tono dalam hati

Tono pun berdiri perlahan berjalan ke lemari tersebut. Wangi lavender kuat tercium dari dalam lemari ini. Tono membuka kedua pintu lemari tersebut dan didalamnya dia melihat pakaian pakaian bu Tati di sebelah kiri, dan sebuah lemari kecil lagi di sebelah kanan. Wangi itu sangat kuat keluar dari dalam lemari kecil ini. Tono berusaha membuka lemari tersebut dengan kuat, namun tidak terbuka !, Lemari tersebut terkunci rapat.


“iya yah, sudah ibu kumpulkan kok semuanya ..”

Tiba tiba Tono mendengar suara bu Tati di depan pintu kamarnya



‘DEG !’



Tono terkejut ketika suara bu Tati mendekat masuk ke dalam dan mencoba untuk membuka pintu kamar tersebut


Tono segera belari dan melompat masuk bersembunyi ke bawah tempat tidur bu Tati ...

Ayo, Tono....
Semangat membongkar misteri but Tati...

Jgn cm selangkangnya doang yg dibongkar....

:semangat:
 
Chapter 8
Gelap

Tono segera melompat masuk ke bawah tempat tidur bu Tati, berharap ia tidak menyadari kehadirannya di kamar tersebut. Tono menutup mulutnya rapat rapat, dan berusaha bernafas dengan pelan, meski debu bertebaran di sekelilingnya.

“Iya ayah, sudah ibu kerjakan semuanya tenang saja” suara bu Tati samar samar di depan pintu kamar

“nah bagus kalau begitu, semuanya sudah cukup kan ?” suara seorang pria terdengar membalas bu Tati

Tono terkejut mendengar suara pria tersebut. Siapakah pria gerangan, suami bu Tati ? Bisa bisa habis Tono jika ia ketahuan pernah berselingkuh dengan bu Tati, apalagi sekarang ia ada di kamarnya.

‘klek’ suara gagang pintu dibuka

“sudah cukup kok yah, tenang saja” suara bu Tati semakin terdengar masuk ke dalam kamar

“oke lah kalau begitu, kita tinggal lakukan yang selanjutnya” suara pria tersebut ikut masuk ke dalam kamar

“loh kok nyala sih lampu kamarnya yah, perasaan ibu matiin deh ?”

“hah yang bener kamu, lupa kali belum kamu matiin ?” pria tersebut menjawab

“iyaa ibu kan selalu matiin lampu kalau keluar kamar …” suara bu Tati bingung sambil berjalan masuk

“hmm…”

‘glek’

Tono terbelalak. Ia lupa mematikan lampu kamar tersebut. Wajahnya menoleh ke luar, melihat langkah kaki bu Tati berjalan masuk ke dalam kamar tersebut, berharap mereka tidak melihat ke bawah tempat tidur.


Tak ..


Tak ..


Tak ..


Bu Tati dan suaminya berjalan melewati tempat tidur menuju ke belakang. Tono mencoba menarik nafas yang ia tahan. Jantungnya mulai berdegup kencang.


‘KLAK’


“Ini dia yah, sudah lengkap kan” suara bu Tati membuka lemari di belakang


“bagus bagus bagus, kita harus siap siap nih”


“oke deh ibu mandi dulu yah, udah gerah banget nih”


Bu Tati pun masuk ke kamar mandi, sementara suaminya duduk di pinggir kamar tidur. Kakinya nampak menggantung dari bawah tempat tidur. Suasana hening di kamar tidur, hanya ada suara guyuran air mandi bu Tati membuat Tono harus mengatur nafasnya.


“ahhh, segerr .. …” suara bu Tati keluar dari kamar mandi


“udah mandinya ma ?” tanya suami bu Tati


“udah dong pa”


“cantik banget mama, pake handuk gitu”


“ahh, ayah bisa aja sih” suara bu Tati mendekat ke arah tempat tidur


“ayah kangen nih, udah lama gak ketemu”


Bu tati pun memeluk suaminya di pinggir tempat tidur. Bu tati mencium bibir suaminya, melahap lidahnya dengan nafsu, dan mendorongnya jatuh di atas tempat tidur. Ia duduk di atas paha suaminya, kemudian menunduk menjilat leher suaminya sambil mengangkat tangan suaminya ke atas kepalanya. Lidah mereka beradu, menghisap, meluapkan rasa rindu.


Tubuh bu Tati kemudian kembali ke atas. Tangannya perlahan melepas handuk di tubuhnya disertai gerakan kecil di panggulnya. Handuknya pun dilepaskan, membentang di belakang punggungnya, kemudian ia lempar ke wajah suaminya.


“jangan di buka yah” bisik kecil bu Tati di telinga suaminya, sambil menjilat telinganya


Suami bu Tati hanya terdiam menikmat gerakan lidah bu Tati di telinganya. Lidah bu tati bergerak ke arah bawah, melewati leher, menuju ke putting suaminya. Bu Tati pun menghisap puting suaminya, sambil sesekali menjiatnya dengan halus. Tangannya pun mulai meraba penis di balik celana pendek suaminya.


Bu Tati perlahan turun ke bawah, diciumnya dengan halus perut suaminya, sambil menurukan celananya. Keluarlah penis keras dan tegang dibalik celana tersebut. Bu Tati mengelus penis tersebut dengan tangannya sambil menjilat turun ke bawah.


“wah keras banget”


“udah lama gak sama burung ayah” bisik Tati sambil mencium penis tersebut



Mata bu Tati terpejam, lidahnya bu Tati menelusuri penis suaminya dari atas hingga kebawah. Ia memasukkan penis tersebut di dalam mulutnya. Bu Tati mengulum dan menghisap kepala penis suaminya, kemudian naik dan turun perlahan ke bawah. Tangan suami bu Tati mulai bergerak ke arah kepalanya. Kepala bu Tati naik dan turun mengikuti gerakan tangan suaminya.


“ayah diam aja yah hari ini” tawa kecil bu Tati seraya ia mulai bangkit ke atas


Bu Tati bergerak ke atas selangkangan suaminya. Tangannya mengarahkan penis tersebut menggesek bibir vaginanya. Cairan kemaluan bu Tati keluar membasahi penis tersebut. Kemudian di masukkannya ke dalam vagina secara perlahan.


‘ahh …’ lenguh bu Tati ketika penisnya masuk ke dalam


Bu Tati menggerakkan pinggangnya ke atas ke bawah sambil meletakkan tangannya di atas dada suaminya. Tempat tidur bergerak naik dan turun seirama dengan gerakan bu Tati. Tono hanya bisa terdiam di bawah tempat tidur mendengar desahan bu Tati. Penisnya mengeras sambil membayangkan tubuh bu Tati bergerak di atas tubuh suaminya.


“enak sayang ?” tanya suami bu Tati


enak banget sayang . . . keras . . . ah . . .” jawab bu Tati sambil menggerakkan panggulnya.


“enak mana, sama kontolnya si Tono ?” tanya suaminya kembali


ah .. ah … .. ah..” bu Tati terdiam sejenak sambil bergerak naik dan turun
enak .. punya …. Ayah …” jawab bu Tati


“jawab yang betul, ayah gak marah kok” suami bu Tati kembali bertanya sambil membuka handuk di wajahnya


“ah ..”



“burung Tono besar yah …”


“panjang juga … enak yah …” jawab bu Tati sambil mendesah sambil terjatuh ke dada suaminya


“enak yah besar ?” suami bu Tati bertanya sambil menggerakkan panggulnya dengan cepat menyetubuhi bu Tati


“iyaa yahh.. besarr banget” teriak bu Tati mendapatkan kenikmatan ketika penis suaminya masuk dengan cepat


Mereka pun saling memeluk dan mencium dengan bernafsu. Tangan bu Tati di letakkan di belakang suaminya, mencengkram keras, sambil menikmati cumbuan kasar suaminya.

Tono sangat terkejut mendengar hal tersebut. Selama ini suami bu Tati mengetahui hal hal yang mereka perbuat. Takut, terkejut, ia ingin segera keluar dari kamar itu. Berlari, ia ingin segera berlari, namun tubuhnya kaku, tak bergerak.

Keringat mengucur di tubuh bu Tati. Hujan turun di Malang malam itu. Jam terus bedetak. Gerakan tubuh bu Tati seirama dengan waktu. Desahan demi desahan mengiringi suara hujan. Tono semakin gelisah. Mencoba tenang menarik nafas dan mencari kesempatan untuk keluar dari kamar itu.

“ahh .. aku mau keluar maa” teriak suami bu Tati

“sama yah, ibu juga mau keluar”

Carian kenikmatan membasahi vagina bu Tati, keluar menetes ke kain tempat tidur. Ia terjatuh, lemah, ke atas tubuh suaminya. Mencium suaminya dengan lembut, kemudian memejamkan matanya. Mereka pun mengakhiri malam itu.

Tono berdiam. Menunggu mereka terlelap dalam. Tiga puluh menit sungguh terasa lama malam itu. Tangannya keluar perlahan mencoba menarik seluruh tubuh. Tono bergerak perlahan keluar dari bawah mencoba tidak bersuara. Hujan turun semakin deras pertanda baik Tono untuk berdiri. Bu Tati dan suaminya tertidur dalam di atas tempat tidur.

Tono berjalan perlahan keluar, tidak membuat suara. Jantungnya berdegup kencang ketika membuka gagang pintu kamar tersebut



“DARR”



Suara petir menyambar kencang



“ahh !!” teriak bu Tati terkejut

“kenapa sayang ?” tanya suaminya membuka mata perlahan

“petir sayang, kaget ibu, yuk tidur lagi” bu Tati pun kembali memeluk suaminya



..



..



“hah.. hah .. hah..”



Tono terengah engah di balik pintu kamarnya


Rasa penasaran, bingung, dan takut menyatu. Selama ini ternyata suami bu Tati mengetahui hubungan mereka.


Tono pun mengunci pintu kamar tersebut, berbaring di tempat tidur, di balik selimut, mencoba untuk memejamkan matanya malam ini

Lah, trnyata suaminya bu Tati tau, toh.....
Ane jd bingung....
Monggo dilajoet ceritane, hu,...

Ane jd pnsran, neeh....

:top:
 
Bimabet
Chapter 9
Berbeda



‘masa sih kosanya kosong Ton ?’

‘iya ma kosong, serem, apa ganti kosan aja ya’

‘ngapain itu kan deket Ton, kayaknya memang kosan baru deh, nanti juga ada orang Ton’

‘iya deh ma’

‘nanti kalo ada apa apa kasi tau mama ya”


Tono terbangun menjawab pesan singkat dari ibunya.


Tono berjalan keluar, matanya sembab, ia terjaga semalaman. Pikirannya tidak menginzinkan dirinya untuk tertidur. Ia berjalan mengendap endap melewati ruang tamu depan, berharap tidak bertemu siapa siapa pagi ini.

“eh Tono, selamat pagi Tono” suara bu Tati mengagetkan Tono dari dapur

“ah .. i, i ya bu, pagi bu” jawab Tono gugup

“Tumben pagi pagi banget bangunnya, biasa lebih siang” Tanya bu Tati sambil memasak

“i iya bu, tidur nya gak enak, apalagi ada kuliah p pagi bu” jawab Tono ingin segera keluar dari percakapan ini

“hahaha, biasanya tidur nyenyak yaah ?” tawa bu Tati dengan nada menggoda


Tono mencoba untuk bersikap seperti biasa, namun dia tidak bisa. Badannya berdiri kaku, tangannya sedikit mengepal, bahunya tegang.


“o oke deh bu, saya permisi mau berangkat kuliah dulu bu” Tono berkata cepat mencoba mengakhiri percakapan ini

“eh ngapain buru buru, ini makan sarapan dulu, ibu sudah masak banyak ini” kata bu Tati sambil menunjuk ke arah wajan

“gapapa bu saya sarapan di kampus aja bu” kata Tono mencoba untuk beranjak pergi

“duh sayang ini nasinya, banyak ibu buat soalnya Ton” bu Tati mencoba membujuk Tono


Tono terdiam sejenak, dirinya sungkan untuk menolak permintaan bu Tati.


“sudah ayo makan dulu” tiba tiba bu Tati mendorong dirinya ke ruang depan


Tono mau tidak mau ikut ke ruang depan. Di sana ia melihat seorang pria sedang terduduk di sofa sambil tersenyum. Tono menebak bahwa ia adalah suami bu Tati, tapi dia merasa ada yang janggal.


“Nah, ini kenalin pak Anta, Ton, suami ibu yang pernah dibilang dulu” bu Tati mendekatkan Tono ke suaminya

“halo Tono, saya Suhanta, panggil aja Anta yah” sapa pak Anta menjulurkan tangannya untuk menyalam Tono

“iya, pak, saya Tono” Tono membalas jabatan tangan pak Anta

“Tunggu yah biar ibu ambil nasinya dulu” kata bu Tati sambil berjalan ke dapur belakang


Tono kemudian duduk di atas sofa sebrang pak Anta. Ia nampak sedikit was was. Kakinya sesekali bergetar menepuk lantai. Tangannya melipat di atas pahanya.


“Jadi bagaimana sudah tiga minggu di Malang Ton ?” pak Anta membuka percakapan

“e enak kok pak di Malang” jawab Tono

“enak gimana ?” pak Anta kembali bertanya

“ah.. yah enak pak, cuacanya sejuk, kotanya bersih, orangnya juga ramah pak”

“ooo.. hahahaha, kamu sudah coba ke Batu belum ? enak tuh banyak tempat wisata”

“sudah pak” Tono menjawab dengan singkat mengingat apa yang dilakukannya dengan bu Tati disana. Ia berharap bu Tati segera datang membawa makanannya

“wah cepat juga kamu sudah ke sana … bagus gak Ton ?”

“bagus pak tempatnya ..”


Tono mencoba menjawab pertanyaan pak Anta dengan singkat sambil memperhatikan wajah pak Anta. Ada yang sedikit janggal. Ia mencoba mengingat foto foto bu Tati dan pak Anta yang di pajang di ruangan tersebut. Ia merasa pak Anta lebih muda dibandingkan dengan foto yang pernah dipajang dahulu. Tono mencoba untuk membandingkannya dengan foto yang ada di dinding sebelahnya, namun ia takut terlihat mencurigakan.


“nah ini dia makanannya” bu Tati datang membawa nasi goreng

“nah gitu dong, sudah lapar ini” kata pak Anta

“ayo dimakan Ton” kata bu Tati sambil memberikan piring nasi goreng ke pak Anta dan Tono

“enak nih, dah lama gak makan nasi goreng mama” kata pak Anta

“iya dong, ayah berapa hari di sini ?” tanya bu Tati

“kemungkinan tiga hari ma, ada urusan kerjaan yang belum selesai nih” jawab pak Anta sambil memakan nasi goreng

“yah, cepet yaah” jawab bu Tati


Selagi bu Tati dan pak Anta berbicara, Tono mencoba melirik ke arah foto foto yang di gantung di ruang tamu tersebut. Ia mencoba membandingkan wajah pak Anta dengan yang ada di foto.


‘glek’ Tono menelan ludahnya


Ternyata wajah pak Anta dan fotonya sama. Tono sangat terkejut. Selama ini dia melihat foto pak Anta yang sudah tua terpajang di dinding. Mata Tono melirik kembali ke wajah pak Anta, kemudian kembali ke dinding sekali lagi untuk memastikannya. Namun ternyata sama ! ya wajah mereka serupa. Wajah pak anta di foto tersebut nampak lebih muda dari yang diingat dirinya.

Tono mencoba untuk mengingat foto foto kemarin. Ia sangat yakin bahwa pak Anta seharusnya sudah tua, namun foto foto tersebut berkata lain. Keringat menetes di pelipis Tono. Bingung, ia ingin segera pergi dari ruangan tersebut.


“kenapa Ton diam diam saja, kepedesan yah ?” bu Tati tiba tiba bertanya mengagetkan Tono

“eh iya sedikit pedes bu ha ha ha ..” Tono tertawa gugup

“kalo gak pedes, bapake gak suka soalnya yah pah”

“hahaha iya Ton, gak joss kalo gak pedes” jawab pak Anta


Tono segera cepat cepat menghabiskan makanan tersebut.


“saya pergi dulu ya bu, pak, permisi mau kuliah” Tono beranjak berdiri setelah menghabiskan makanannya

“buru buru amat Ton, katanya pedes hahaha” Tanya pak Anta

“iya pak takut terlambat kelas pagi pak” jawab Tono

“ya sudah hati hati Ton” kata bu Tati


Tono segera berjalan ke luar dengan cepat. Sebelum pergi ia menoleh ke belakang dan melihat bu Tati dan pak Anta sedang berdiskusi. Ia Ragu apakah ia harus pulang malam ini ke kosan atau tidak. Beberapa baju sudah ia siapkan di dalam tas, ia segera menyalakan sepeda motornya dan berangkat ke kampus.

Semoga Update berikut, ada lg SS yg mengebu gebu lg....
:D

Aamiin...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd