Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY KAMPUS BIRU

Cerita semakin menarik bagaikan pemandangan aurora di kutub utara. :mantap:
Terima kasih bung telah hadirkan update
 
CHAPTER 5: BERSEMI

"Mas Dewa"

Pesan WA dari nomor tak dikenal muncul di layar hape Dewa. Dewa belum menyadarinya karena sedang sibuk mengajar di kelas.

Setelah mata kuliah selesai, Dewa pun keluar ruangan menuju ke ruang dosen untuk break sebentar.

Sementara itu, Alana masih saja cemberut, moodnya dalam beberapa hari ini memang sedang tidak bagus. Selain karena lagi datang bulan, ia juga sedang kesal dengan ibunya yang tak mendengarkan kata-katanya perihal hubungan spesialnya dengan Ferry.

Baginya, tak ada yang bisa menggantikan almarhum ayahnya. Business trip ke Singapura itu seketika mengubah hidupnya, dari Alana yang ceria menjadi Alana, gadis yang paling menderita sedunia. Bagaimana tidak, ia bahkan juga nyaris kehilangan Ibunya jika saja ibunya ikut dalam penerbangan tersebut. Untungnya waktu itu ada meeting mendadak di kantor yang membuat Ibunya urung terbang bersama ayahnya.

Perubahan drastis dari Alana pun tentu dirasakan oleh ibunya. Ia awalnya menyembunyikan hubungan spesialnya dengan Ferry sampai akhirnya ia mengumpulkan keberanian dan mengungkap hubungan spesialnya dengan kekasihnya itu kepada Alana, 2 tahun setelah kepergian Ayahnya.

"Kenapa ci Alana canciiik cemberut mulu" ucap Okky dan Jelly sambil memeluk Alana dari belakang

"Hmmm.. tau nih, gue lagi gak mood ngapa-ngapain" balas Alana sekenanya

"Lo mau makan apa lan? Gue traktir sini" ujar Okky

"Bisa tinggalin gue sendiri dulu gak? Gue butuh waktu buat sendiri dulu" lanjut Alana

"Lan" ucap Okky

Jelly agak menarik lengan Okky dan memberi isyarat melalui matanya agar meninggalkan Alana sendirian

Okky dan Jelly pun mencari tempat duduk lain yang agak berjarak dengan Alana.

Tak berselang lama kemudian, muncul dua orang wanita menghampiri Alana yang tampak sedang melamun.

"Liat nih, contoh cewek yang gak bisa move on, ngelamun mulu kayak gak ada cowok lain aja" ujar wanita tersebut

Alana hanya melihat sekilas ke arah sumber suara, lalu tak menghiraukannya lagi.

"His dick is so big you know, thanks for breaking your relationships" balas wanita satunya mengejek

Kedua wanita itu tertawa di depan Alana.

"Jel, ayo" Okky hendak berdiri dari kursinya namun ditahan Jelly

"Udah, tahan dulu"

Kedua wanita tersebut masih mengejek Alana. Alana pun akhirnya habis kesabaran, lalu berdiri dan mendorong wanita tersebut

Meledaklah bom waktu yang selama ini ia pendam

"HEH, LO AMBIL AJA BEKAS GUE ITU YA, GUE UDAH GAK PEDULI" balas Alana

Wanita tersebut yang tak terima dirinya didorong membalas, " u sadar ya, selama ini Randy cuma boongin lo, macarin lo cuma buat make lo doang" balas wanita itu masih dengan nada sinis

"ASAL LO TAU YA, JUSTRU ELO YANG DIMANFAATIN DAN DIPACARIN CUMA BUAT DIPAKE DOANG, HAHAHA PACAR LO MASIH GENIT TUH SAMA GUE" Alana sudah mulai menguasai arena

Segelas air melayang dan membasahi pakaian wanita tersebut, Alana tampak kesal sekali sampai melakukan hal tersebut

"ANJING U YA KURANG AJAR" Wanita tersebut mencengkram pakaian Alana dan perkelahian pun tak terelakkan

Mereka berdua saling memegang kerah pakaian mereka dan berusaha menjambak rambut

Okky dan Jelly yang tak menyangka akan terjadi perkelahian pun tampak langsung menghampiri TKP

"Lan udah lan" ucap Okky dan Jelly sambil berupaya memisahkan mereka berdua

Teriakan dan umpatan masih saling bersahutan, kedua wanita cantik itu masih tersulut emosi

Perkelahian tersebut menjadi tontonan seluruh mahasiswa yang sedang berada di kantin tersebut

"Hei ada apa ini? Sudah-sudah" Dewa tampak setengah berlari dan melerai perkelahian mereka berdua.

"ALANA, LISA, SUDAH!" Ujar Dewa tegas

Dewa akhirnya berhasil melerai mereka berdua

"Cewek murahan ini nih Pak yang mulai" ujar Lisa

"Heh, lo ya yang mulai" balas Alana

"Sudah-sudah, jelasinnya di ruangan saja. Kalian berdua, ikut saya ke ruangan" ucap Dewa.

Alana didampingi Okky dan Jelly menuju ruangan dosen, Sementara Lisa ditemani Sheryl.



"Kalian, tunggu di depan sini, Alana dan Lisa, masuk"

Dewa menelepon Inggit Citra dan Seno Abimanyu yang merupakan wali dosen Alana dan Lisa.

"Kalian ini mahasiswi tapi penyelesaian masalahnya masih pake otot, apa bedanya kalian sama anak STM?" Ujar Seno yang terkenal dosen killer

"Alana, ibu tau kamu udah dari semester awal dan gak pernah macem-macem, coba jelaskan" ujar Inggit

"Gini bu, saya sedang duduk di kantin lalu dia nyamperin saya dan langsung ngata-ngatain saya" ungkap Alana

"Heh u jangan memutar balikkan fakta ya, u yang mulai duluan" balas Lisa

"Kamu belum saya suruh ngomong Lisa" ucap Seno tegas

Lisa terdiam.

"Apa yang diomongin sama Lisa sampai kamu bertindak di luar kontrol seperti ini?" tanya Inggit

"Dia ngomong sesuatu yang gak enak bu tentang hubungan saya dan mantan saya, saya emosi karena dia mengejek saya, padahal saya gak pernah punya masalah sama dia" ucap Alana

"Lisa, bener apa yang dikatakan Alana?" Tanya Seno

"Nggak Pak, dia yang mulai duluan, dia ganggu hubungan saya dan pacar saya, udah putus masih kegatelan aja"

"Ow ow ow, ini jadinya rebutan cowok toh" ucap Seno

"Dasar cewek-cewek ini, kayak gak ada cowok lain aja" ucap Seno sambil menggelengkan kepala

Dewa hanya tersenyum kecil.
Dewa sendiri tak menanyakan apa pun.

"Ya sudah, kalian salaman sekarang, dan buat Alana, kamu cari cowok lain" ucap Seno

"Tapi pak..."

"Sudah sudah, saya tidak mau mendengarkan penjelasan kalian lagi"

Alana dan Lisa pun salaman tanpa kontak mata dan keluar ruangan.

"Makanya cari dong cowok lain, emang sih Randy itu jago banget di ranjang, tapi gak usah segitunya kali sampe dilamunin terus" Lisa yang merasa menang kembali mengejek Alana

Alana menghampiri Lisa lagi dan ingin mendorongnya tapi ditahan Dewa.

"Alana, sudah ya, nanti urusannya tambah rumit kalo kamu cari masalah lagi." Ucap Dewa.

Sempat terjadi kontak mata antara Dewa dan Alana selama beberapa detik. Entah mengapa hal tersebut berhasil meredam amarah dari Alana, ia pun lalu pergi, disusul Okky dan Jelly.

"Lanaaaa" Okky dan Jelly

"Kamu tuh gak bisa kalo gak ada kita kan, coba aja tadi masih ada gue sama Jelly, udah abis itu si perek gue hajar" ujar Okky

Mereka bertiga duduk di bangku panjang di selasar kampus

"Sorry ya ky, jel, tadi gue lagi bener-bener butuh waktu sendiri,"

"Gapapa sayangku, sini peluk" balas Jelly

Ketiga sahabat itu pun berpelukan

"Sampe lupa kan kalo kita belom makan, gak pada laper apa?" ucap Okky

"Laper sih, tapi udah mau jam kedua nih"

Mereka pun kembali masuk ke kelas.

**

"Wa, liputan lo udah terbit ya, gila emang tulisan lo gak ada dua dah" Sugeng sang pimred mengiriminya pesan

"Wah siap Pak, syukurlah kalo gitu"

"Kalo gue minta lo lagi buat ngeliput lo harus siap ya, feenya akan lebih gede dari ini"

"Siap Pak" balas Dewa singkat

Dewa pun lalu melihat pesan yang terkirim kepadanya 30 menit yang lalu, pesan dari nomor yang tak ia kenal.

"Iya? Maaf dengan siapa ya?" balas Dewa di chat

Pesan ini tak segera berbalas, karena waktu siang adalah waktu Asih sedang sibuk-sibuknya mengurusi kerjaan. Selain itu, Asih pun bukan tipe orang yang sering main hape.

**

Kuliah hari ini pun selesai, Dewa pun langsung bersiap untuk pergi ke sebuah coffeeshop ternama di kota ini, rupanya ia ada janji dengan Ryan.


Sementara itu..

"Lan, ky, ngopi yuk, pengen ngopi banget nih gue" ucap Jelly mengajak kedua sahabatnya

"Kalo ditraktir sih, ayo" ucap Alana yang sekarang mulai bisa tersenyum

"Apa? Traktir? Pewaris tunggal Soebandrio group minta traktir? Yang ada gue kali yang minta dibeliin coffeeshopnya sekalian sama lo" balas Jelly yang disambut tawa kedua sahabatnya tersebut

**
Dewa sudah sampai di Coffeeshop yang jaraknya tak begitu jauh dari kampus

"Wa sorry ya, gua agak telat nih, biasa cewek gue lagi tantrum nih" Ryan mengiriminya pesan

"Yaudah, gue pesenin kopi Vietnam kesukaan lo ya, terus gue masukin Sianida 90 mg"

"Sianjing"

Begitulah percakapan kedua sahabat tersebut.

Alana, Okky dan Jelly pun tiba di coffeeshop

"Eh eh eh, liat deh, perasaan seminggu ini kita sering banget ya ketemu sama Bapak ganteng satu itu" ucap Jelly

"Hah siapa Jel?" tanya Okky

Jelly mengarahkan telunjuknya ke arah Dewa yang sedang duduk.

"Oh Pak Dewa. Eh Lan, kayaknya ini sebuah pertanda deh. Lo kan dah jomlo ampir tiga bulan, meki lu kering kan pasti?" ucap Okky meledek sambil cekikikan

"Hah apaan deh lo, gak jelas" balas lana

"Tapi ganteng sih Pak Dewa ya, coba gue belom punya Bimo, gue deketin pasti" ucap Jelly

"Ciyeee" Okky memerhatikan Alana yang rupanya sedang menatap Dewa dari kejauhan

"Tuh kan, tunggu apa lagi" ucap Okky dan Jelly meyakinkan Alana

"Zaman sekarang udah gak zaman kali cewek nunggu, basi. Nyesel nanti yang ada" lanjut mereka berdua

Alana sendiri sebenarnya tak memungkiri bahwa Dewa, secara fisik bisa dikatakan adalah tipenya, tapi ia masih enggan untuk menjalin komitmen.

"Malah ngelamun" ucapan Okky menyadarkan Alana

"Eh... yuk yuk cari meja" ujar Alana

"Itu deket Pak Dewa aja kosong" ajak Jelly

"Ih ngapain sih itu di pojokan ada" jawab Alana

"Ciye kok salting, ciyeeee" ledek Okky

"Apaan deh"

"Kita tuh tau lo bukan setaun dua tahun kali ah, udah dari SMP kita temenan" ucap Jelly

Alana tak menjawab, raut mukanya agak memerah

Mereka pun duduk di kursi dekat tempat duduk Dewa

"Hai Pak Dewa.." sapa Jelly

"Eh..kalian" sapa Dewa

"Lagi nunggu siapa nih Pak?" tanya Okky

"Lagi nunggu temen" balas Dewa

"Temen apa temen nih Pak?" goda Jelly

"Temen kok, Jelly" ucap Dewa sambil tersenyum

"Lo tanya apa kek gitu" bisik Okky ke Alana

"Ih apa deh" bisik Alana

Tak lama kemudian, Ryan pun datang

"Bro, sorry yak, biasa" ucap Ryan sambil menyalami Dewa

"Iya iya"

"Pesen dah lu, gua yang traktir" ujar Ryan

"Udah gua aja, invoice gua baru cair" balas Dewa

"Saikkkk bro, tulisan lo emang gak main-main" puji Ryan

Dewa hanya tersenyum.

Alana memerhatikan Dewa dan Ryan yang sedang mengobrol sambil sesekali tersenyum.

"Gue kenapa gini sih?" batin Alana

Ada perasaan yang tak biasa saat kedua temannya berbicara tentang Dewa padanya. Namun, lana masih trauma dengan yang namanya menjalin komitmen. Hubungan yang kandas dengan Randy setelah 2 tahun berhubungan masih menyisakan luka di hatinya.

Meski pun begitu, rentetan kejadian hari ini membuat dirinya bersyukur, ia masih punya sahabat yang supportif dan selalu hadir di sisinya. Moodnya pun tampak sudah mulai membaik.

"Lan, minggu depan ada acara gak lo? Gue ama Jelly mau ke Puncak sih rencananya, mau double date hahahaha" ujar Okky

"Wih bagus ya, memang kalian ini sahabat terbaik gue" ucap Alana sarkas dengan gestur tepuk tangannya

"Gak gitu Alana, sebenernya gue gak enak juga mau ngajak lo, kan lo jomlo. Tapi sekarang gue jadi kepikiran nih, lo ajak aja Pak Dewa, iya gak Jel?" ledek Okky sambil cekikikan

"Ada gila-gilanya lo, gak ah, lagian mana mau dia pergi ama mahasiswinya" ucap Alana

"Tapi, lo mau kan?" Jelly mengerlingkan matanya, dia memerhatikan Alana sedari tadi yang matanya tak terlepas dari Dewa

"Iiiih nggak nggak nggak, ngaco ah kalian" ujar Alana berusaha menolak.

"Kita yang ajak deh, lo terima beres aja ok?" ujar Okky

Alana tak menjawab

"Ok gak? Ih jawab Lana"

"Iya iya terserah deh huft" ucap Alana

"Ciyeee uhuy triple date nih kita" Okky dan Jelly saling tos sementara Alana cemberut namun hatinya berkata sebaliknya.

"Boleh juga sih"

Kira-kira begitulah isi hati Alana menyikapi kemungkinan yang akan terjadi.

**

Asih mematikan laptop dan merapikan dokumen, tampak ia akan mengakhiri pekerjaan hari ini.

Ia lalu membuka hapenya, dan membaca balasan pesan dari Dewa.

Dia bingung harus menjawab apa. Perasaannya yang masih campur aduk membuatnya tak bisa berpikir jernih. Jika saja Dewa berada di depannya, sudah ia marahi dan interogasi dengan beragam macam pertanyaan.

Jangan tanyakan rasa cinta Asih kepada Dewa, ia bahkan tak terhitung sudah berapa kali menolak Bambang, belum lagi lamaran dari pengusaha-pengusaha lainnya yang secara ekonomi setara dengan dia. Di matanya, Dewa adalah segalanya.

"Mas, ini aku, Asih."

Message sent.

**

"Pak Sugeng udah ngasih tau lo wa perihal kerjaan baru?" tanya Ryan

"Belom sih, kenapa emang?"

"Ekstrim sih, tapi Pak Sugeng milih lo karena dia yakin sama kemampuan lo"

"Emang liputan apaan?"

"Lebih baik Sugeng aja dah yang ngomong langsung, biar jelas, nanti bareng gua kok liputannya. Ekslusif ini" balas Ryan

"Palingan elu yang rekomendasiin gue"

Di meja seberang.

"Eh jadi tadi gimana sih, kok bisa lo berantem sama Lisa?" tanya Jelly

"Hmmm udahlah Jel, gak penting" Ujar lana singkat

"Pasti soal Randy kan?" sahut Okky

"Ya gitu deh. Dia ngeledek gue gak bisa move on gara-gara akhir akhir ini sering ngelamun, padahal sama sekali gue udah gak peduli sama Randy" ujar Alana

"Ya biarin lah, namanya juga perek, gak sebanding lah lan sama lo, gila aja pewaris tahta Soebandrio Group digituin" ucap Okky berapi-api

"Udah ah biarin. Eh jadi gimana rencana lo ke Puncak, lo pada bawa mobil sendiri-sendiri apa gimana?"tanya lana

"Eh..eh kok jadi nanya nanya sih, kayaknya antusias banget hahahaha" ledek Jelly

"Eh gue nanya doang ya jangan geer, kan biasa gue yang nyediain akomodasinya" elak lana

"Iya sih hahaha, yaudah ntar deh kita kan belum ajak Pak Dewa juga" ucap Jelly

**

Telepon Ryan berdering, pacarnya menelepon.

"Duh wa gue kayaknya duluan deh, ribet dah ini cewek gua"

"Yaudah gapapa, santai aja, gue juga bentar lagi balik kok, ngabisin kopi tanggung"

"Yaudah gue balik ya"

"Yo"

Ryan pun pulang.

"Eh kita ajak sekarang aja kali ya, mumpung doi udah sendiri" ucap Okky

"Eh yuk yuk, eh bentar bentar, kita ngajak dia harus ada alesannya dong" ucap Jelly

"Tenang udah gue pikirin" balas Okky

"Ayo Alana" Okky dan Jelly menarik tangan Alana menuju meja Dewa

"Hai Pak Dewa, boleh gabung gak?" tanya Jelly

"Hmmm boleh. Itu kok makanannya gak dibawa?"

"Oiya hehe" jawab Jelly

"Pak Dewa sebenernya kita mau ngomong sesuatu sama Bapak" ujar Okky memulai

Alana hanya diam saja menyaksikan kedua temannya melobi dosennya ini.

"Jadi gini Pak, jumat depan kan tanggal merah tuh, terus kita mau ada acara gitu di villa Puncak" lanjut Okky

"Oke, terus?"

"Kita bawa mobil nih Pak, tapi gak ada yang bisa bawa Pak, jalurnya ekstrim kan soalnya, Pak Dewa mau gak ikut kita, tapi Pak Dewa yang bawa mobilnya hehe" ujar Okky panjang

"Oh gitu. Jadi, kalian itu butuh saya buat ikut karena gak ada supir atau memang mau ajak saya?" tanya Dewa sambil tetap tersenyum ramah

"Ya...dua duanya Pak, hehe iya kan lan?" sahut Jelly

"Oh...i...iya iya" ucap Alana kikuk

"Oke, minggu depan kebetulan saya tidak ada acara, tapi boleh gak saya ajak temen?" tanya Dewa

Raut wajah ketiga wanita tersebut tampak berubah ketika Dewa bertanya demikian

"Oh gitu..hehe boleh sih Pak, tapi cowok apa cewek?"

"Itu, orang yang tadi"

"Ooooh kirain cewek hehehe" ucap Jelly

"Yaudah gapapa Pak berarti confirm ikut ya?" tanya Okky

"Ya sudah, ok" jawab Dewa

"Yeeee asyiik"

Lana tersipu malu sambil menatap teman-temannya.

Mereka pun lanjut mengobrol sampai makanannya habis.

**
Sesampainya di kost, Dewa pun langsung merebahkan tubuhnya.

Ia pun mengecek hapenya dan melihat pesan balasan dari nomor yang tak dikenal tadi.

Ia langsung terperanjat dan terbangun dari tidurnya ketika melihat pesan tersebut

"Asih?" Dewa sempat termenung sejenak

Ia pun menelepon nomor tersebut, namun tak ada jawaban

Jauh di sana, Asih yang juga sedang rebahan di kamarnya melihat Dewa melakukan panggilan telepon.

Tak terasa, ia menitikkan air mata.

*tuuuut...tuuut..tuuuut*

Tak diangkatnya telepon tersebut, ia masih bingung, antara senang atau sedih, marah atau bahagia, dengan kejadian ini.

Dewa lalu mengirim chat.

"Asih, Sri Asih Utami?" ketik Dewa di chat

Tampak centang biru muncul di hape Dewa, pertanda chatnya sudah dibaca..

Mengetik...

"Mas..."

"Asih, nduk?" Dewa mengetik panggilan kesayangannya kepada Asih

Dewa lalu menelepon lagi

Asih mengangkatnya.

"Hallo"

"Mas..hiiiks..." suara Asih sesenggukan di ujung telepon

"nduk, kamu apa kabar sayang?"

"Mas..kamu jahat ya..." Asih masih sesenggukan

"Nduk...maafin mas ya, mas juga baru tau dari Wina kalo Bapak sudah meninggal, maaf mas gak bisa datang nduk" ujar Dewa yang sudah bisa menebak bahwa Wina lah yang memberi kontaknya ke Asih

Asih hanya menangis sesenggukan di telepon

"Mas kapan pulang? Aku kangen mas"

"Nduk, sabar ya, mas pasti bakal pulang nemuin kamu, tapi mas baru bisa pulang akhir bulan nanti"

"Kalo gitu aku aja yang ke Jakarta mas"

"nduk, mas aja yang nemuin kamu ya, tapi beri mas waktu ya?"

Asih hanya sesenggukan tanpa menjawab

"Mas juga kangen banget sama kamu"

Asih semakin sesenggukan

Dewa menyalakan video call

"Coba mana sini kesayangannya mas"

"Mas aaah aku abis nangis sayang, jelek nanti" Asih sudah bisa tersenyum

Asih pun menyalakan video callnya


"Nduk, kamu gak berubah ya, masih cantik kayak dulu, hati kamu juga jangan berubah ya, tetep buat mas" ujar Dewa sambil tersenyum

"Mas, Aku sebenernya pengen marah sama kamu, ke mana aja kamu selama ini? Tapi kok pas liat senyum kamu aku gak bisa ya" Asih mengelap air matanya sambil tersenyum

"Pokoknya sebelum kita ketemu nanti kita video call tiap hari ya" lanjutnya

"Iya nduk sayang" Dewa tersenyum

Perasaan campur aduk itu pecah menjadi haru, kedua insan yang memang saling mencintai tersebut meluapkan rindu masing-masing meski pun hanya di panggilan video. Keduanya kembali seperti anak remaja yang sedang kasmaran pertama kali.

Sedikit cerita ke belakang, sejak Dewa meninggalkan kampung halamannya menuju Jakarta, ia masih sering pulang kampung sekadar untuk menengok orang tuanya dan meluapkan rasa kangennya dengan Asih.

Bercinta dengan gila, melepas semua gelora di dada, hal yang rutin dilakukan sejoli ini ketika bersama.

Semuanya kemudian berubah, semenjak peristiwa itu, peristiwa di mana Dewa dan orang tuanya mendatangi rumah Asih, bermaksud melamar sang pujaan hati.

"Duwe opo kowe iki wani-wanine ngelamar anakku?"

(Punya apa kamu ini berani-beraninya melamar anak saya?)

Prabu menolak mentah-mentah kedatangan Dewa dan orang tuanya, selain karena tak sederajat, Prabu pun sudah berencana menjodohkan Asih dengan Bambang.

"Lek, wes toh adewe ki wong gak duwe, sadar lek" ibunya berbisik lirih sambil terisak di sisi Dewa

(Nak, sudahlah kita itu orang gak punya, sadar nak)

Asih pun yang duduk di sebelah Bapaknya tampak menitikkan air mata, tanpa berbicara sepatah pun kata.

Dewa dengan langkah gontai meninggalkan kediaman Prabu.

Kepahitan itu semakin menjadi ketika beberapa bulan kemudian, sang ibunda dipanggil yang maha kuasa. Dewa sudah tak punya siapa-siapa, sosok yang ia anggap "rumah" pun meninggalkannya begitu saja.

Akhirnya, setelah ibunya meninggal, Dewa pun tak pernah pulang pulang ke kampung halamannya lagi. Terhitung sudah 3 tahun lebih pasangan ini terpisah oleh keadaan.

Kini, mereka seperti kembali ke titik awal, titik di mana semangat dan gelora itu masih membuncah. Mereka kembali saling jatuh cinta, padahal memang rasa itu tak pernah hilang dari keduanya.
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd