Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG KASAM

KASAM
BAGIAN KE ENAM

AKP Gunawan bergegas memarkirkan mobilnya di depan gedung Inafis, ditemani oleh salah seorang anak buahnya, Akp gunawan berjalan cepat memasuki gedung Laboratorium Forensik sekaligus juga tempat otopsi jenazah salah seorang anak buahnya itu. Di depan ruangan Otopsi, AKP Gunawan melihat dari jendela kecil, jenazah masih menjalani proses otopsi yang dipimpin langsung oleh dokter Fahmi, tak berapa lama salah seorang asisten dokter Fahmi keluar dari ruangan dan menyuruh AKP Gunawan dan rekannya untuk masuk.

“Selamat siang dokter.” Sapa AKP gunawan, Dokter Fahmi hanya melirik sesaat dan mengangguk, lalu kembali menekuni jenazah, sepertinya pekerjaan dokter tua tersebut sudah hampir selesai, dokter fahmi menyuruh asistennya untuk menjahit kembali bagian yang terbuka dari proses autopsi tersebut.

“setelah beres, langsung siapkan untuk diserahkan kepada keluarga.” Perintah dokter Fahmi kepada asistennya tersebut.

Dokter fahmi menghampiri AKP Gunawan, sambil melepaskan sarung tangan karet yang dia gunakan, dilemparnya sarung tangan tersebut ke Bak sampah, “Mari silahkan masuk.” Dokter Fahmi mengajak dua tamunya itu ke dalam ruangannya.

Ruangan Dokter Fahmi terlihat sangat berantakan, beberapa kertas tebal tersusun berantakan, buku-buku literatur walau tersusun rapih namun terkesan semrawut, “Bagaimana dokter, hasil otopsinya.” Tanya AKP Gunawan tidak sabar.

“sek..sek..aku buka pakaian ini dulu.” jawab dokter Fahmi santai, setelah membuka setelan jas putihnya, Dokter Fahmi menyeruput minuman dari cangkir gelas buriknya. AKP gunawan menunggu dengan sabar, walau hatinya sebenarnya kesal dengan sikap bertele-tele dari dokter tua didepannya ini.

“Dari hasil autopsi yang sudah saya lakukan, penyebab kematian dari rekan anda itu adalah pecahnya pembuluh darah di leher korban, itu terbukti dari adanya bercak darah kering yang ada di telinga dan hidung korban.” Ucap dokter Fahmi kembali menyeruput minuman yang ada di cangkirnya.

AKP gunawan berpandangan dengan anak buahnya, “Pecahnya pembuluh darah Dok? Bukannya korban ditembak mulutnya hingga tembus kerongkongannya?” ujar AKP Gunawan bingung.

“Siapapun pelakunya, dia berusaha menggiring opini kalau korban meninggal akibat tembakan, namun faktanya tidak demikian, penembakan mulutnya itu dilakukan sekitar beberapa menit setelah korban meninggal dunia, ini lihat fotonya.” Dokter Fahmi melemparkan foto-foto ke meja, AKP gunawan melihat gambar di foto tersebut dengan kening berkerut.

“Itu adalah foto mulut korban, ukurannya hanya sekitar 3-5 cm, sesuai dengan ukuran ujung pistol milik korban, dan ya sudah terkonfirmasi kalau peluru yang meledak menghancurkan kerongkongan korban berasal dari senjata milik korban sendiri.” Dokter Fahmi menjelaskan gambar-gambar foto tersebut.

“Dan kalian lihat sendiri tak ada genangan darah di kursi atau sandaran kursi tempat korban ditemukan, bahkan bercak-bercak darah tak ditemukan kecuali di telinga dan hidung korban, dan itu tak konsisten dengan penembakan mulut hingga tembus kerongkongan itu, harusnya jika seseorang menembak atau ditembak di bagian mulut hingga tembus seperti itu, paling tidak darah akan bertebaran kemana-mana, namun ini tidak ada.” Lanjut Dokter Fahmi.

“penyebab kematian adalah pecahnya pembuluh darah besar yang ada di atas jakun korban, dan dilihat dari bercak darah yang ditemukan di telinga dan hidung korban, sepertinya pelaku telah membersihkan darah yang mengalir dari telinga dan hidung korban, besok kalian kembali kesini, kita akan simulasi kemungkinan cara pelaku membunuh korban.” Ujar Dokter Fahmi lagi.

“Jadi maksud dokter, korban di jerat oleh tali atau sesuatu yang lain, dan setelah dipastikan meninggal, pelaku lalu menutupi jejaknya dengan menembak mulut korban gitu dok?” Tanya AKP Gunawan.

“Tepat! Dan saya rasa itu bukan tali, coba lihat gambar ini, disana terlihat ada bekas sedikit yang masih tersisa, sepertinya sebuah kawat berbahan baja yang sangat kuat, dan pelaku menjerat korban dari belakang, lebih tepatnya mungkin besok kita simulasikan, karena saya harus melihat literatur kasus-kasus sebelumnya, saya curiga pelaku adalah seorang yang profesional, itu dugaan saya, tak ada satu sidik jari atau dna pelaku yang tertinggal di tubuh korban.” Jawab Dokter Fahmi.

“Profesional dok? Maksud dokter pembunuh bayaran?” Tanya AKP Gunawan lagi.

“Bukan pembunuh bayaran seperti yang kalian duga, namun saya tidak bisa mengatakan apapun, ini adalah kecurigaan saya saja, jika memang benar dugaan saya, maka kalian akan berhadapan dengan sosok monster yang sangat ahli dalam membunuh.” Jawab Dokter Fahmi.

“Mau monster atau iblis sekalipun, saya akan cari pelakunya sampai ketemu dok.” Ujar AKP Gunawan berapi-api.

Dokter Fahmi terlihat tidak begitu senang dengan sikap perwira muda didepannya ini, dokter Fahmi merasa bahwa polisi ini terkesan menganggap remeh pelaku pembunuhan ini, sejujurnya dokter Fahmi sangat tertarik dengan kejadian ini, tertantang untuk menembus semua misteri ini, namun dokter fahmi juga yakin kalau dia berhadapan dengan seseorang yang sangat ahli dan cermat, sepanjang kariernya selama 30 tahun di kepolisian, ini adalah kesempatan dokter Fahmi untuk menyelesaikan kasus ini dengan baik hingga tuntas, Dokter Fahmi merasa tertantang dengan kasus ini. Dia merasa dejavu, dia merasa pernah mendapatkan kasus seperti ini namun dia lupa kapan dan di kasus apa.

Korban akhirnya dibawa oleh pihak kepolisian untuk disemayamkan di kantor polisi sebelum dibawa kerumah duka.

Kejadian pembunuhan tersebut membuat heboh media, pihak kepolisian dalam jumpa pers hanya mengatakan kalau korban dibunuh dengan cara ditembak sesuai gambar yang terjadi, pihak kepolisian masih menyimpan penyebab kematian yang sesungguhnya, sebagaimana kasus yang melibatkan kematian seorang aparat, pihak kepolisian benar-benar fokus untuk mencari pelaku pembunuhan keji ini, Kapoda sendiri dalam jumpa persnya dengan nada geram berjanji akan menemukan pelaku pembunuhan ini secepatnya, dan akan mengerahkan seluruh sumber daya terbaik untuk memastikan pelaku pembunuhan keji ini bertanggung jawab dengan perbuatannya.

***

“Pah, mamah bangga banget ama papah, karier papah semakin menanjak, papah gak boleh sombong ya, tetap jadi mas Doni yang mamah kenal, yang baik sama orang, selalu membantu dan konsisten denga sikapnya.” Ujar Lisa pada suaminya

Doni mengelus lembut rambut istrinya dengan lembut, “Doain papah ya mah, agar papah selalu istiqomah menjalankan tugas.”

Lisa menatap suaminya dengan penuh cinta, direbahkan kembali kepalanya didada suaminya, Tiba-tiba Lisa bangkit dan duduk di ranjang, “Pah..mamah ada berita buat papah, sebentar ya.”

Lisa kemudian turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi, tak lama Lisa kembali lagi sambil menyembunyikan kedua tangannya di balik tubuhnya, wajahnya senyum-senyum menghampiri suaminya.

“Kenapa sih mah, kayaknya ada kejutan buat papah ya.” Ucap Doni sambil tersenyum pada istrinya.

Lisa hanya mengangguk, “coba tebak apa pah kejutannya.” Tanya Lisa.

Doni bergeser menyamping menatap istrinya, “Apa sih, gak tau mah.” Jawab Doni, walau dia bisa menduga kejutan apa yang akan diberikan istrinya.

“Duh Kombes Doni gimana sih, masa seorang penyidik keren gak bisa nebak kejutan istrinya sendiri.” Gurau Lisa yang kemudian duduk di samping suaminya.

“Taraaa.” Lisa menunjukkan sebuah alat test kehamilan pada Doni.

Doni kemudian duduk dan mengambil alat itu dari istrinya, diperhatikan alat itu, Doni memang sudah menduga kejutan ini, namun demi menyenangkan istrinya Doni pura-pura tak tahu, “Hmmm Juna bakalan punya adik lagi nih,” Ucap doni.

Lisa yang bergelendotan manja di bahu suaminya hanya mendehem membenarkan, “Hadiah buat papah dari Tuhan.” Ucap Lisa singkat, Lisa mengecup bahu bidang suaminya, dia sangat menyukai aroma tubuh suaminya ini.

Doni mengalungkan tangannya merangkul Lisa, dikecupnya bibir merah indah istrinya, “Maksih ya sayang..” Ucap Doni melepaskan kecupannya, namun Lisa menahan kepala suaminya, kembali diburunya bibir suaminya, mereka berpagutan kembali, setelah berapa lama berpagutan, Lisa mendorong tubuh doni hingga terlentang.

Lisa menatap suaminya dengan pandangan menggoda, sambil membuka pakaian tidurnya pelan-pelan, Lisa menggigit bibirnya, Doni menatap istrinya dan menunggu apa yang akan dilakukan istri cantiknya kemudian.

Pakaian tidur Lisa kini telah tanggal dari tubuh indahnya, walau sudah beranak dua, namun wanita cantik itu mampu menjaga bentuk tubuhnya dengan baik, sehingga bentuk tubuh Lisa tak berubah sebagaimana dulu, malah kini Lisa semakin cantik dan seksi, kulitnya yang indah putih bersemu kemerahan menambah aura sensual dari wanita cantik itu.

Lisa berjongkok di hadapan doni, dibukanya celana pendek suaminya itu, kebiasaan Doni setiap tidur tidak pernah mengenakan celana dalam membuat kontol Doni langsung mencuat saat celana pendeknya terlepas.

Lisa memegang batang kemaluan suaminya yang cukup besar, batang kontol dengan urat-urat besar yang gagah mengelilinginya, Lisa mencucup ujung kontol suaminya, di jilatinya Precum Doni dengan ujung Lidahnya, Doni hanya tengadah merasakan sensasi geli dan linu saat lubang pipisnya digelitik Lidah hangat istrinya.

Batang Kontol Doni semakin tegak sempurna bagai tiang bendera, Lisa mengulum Kontol suaminya dengan penuh napsu, Lisa cukup terampil memanjakan kontol suaminya, sesekali Lisa mengisap buah pelir suaminya dengan dalam, sehingga pipinya mengempot, lalu kembali menghisap kontol besar itu hingga amblas masuk kedalam mulutnya hingga kerongkongannya, Doni menahan kepala Lisa, dan mendorongnya sampai dalam hingga terasa oleh Doni kontolnya menekan kerongkongan istrinya.

Lisa terbatuk-batuk, liurnya membanjir di sekitar bibir indahnya, Lisa tersenyum menatap suami tercintanya itu, kembali Lisa menghisap dan mengulum batang kontol Doni.

Doni menarik bahu Lisa sehingga lisa berhadapan dengannya, bibir Lisa yang basah oleh liur segera dipagut Doni dengan penuh napsu, pagutan keduanya mengalun dalam irama syahwat yang semakin meninggi, suara kecipak Ludah keduanya terdengar erotis, puas berpagutan Doni menggulingkan tubuh Lisa hingga terlentang, kini Doni yang gantian memberikan service oral pada istrinya, dibukanya paha istrinya lebar-lebar, memek gundul yang mulai bengkak itu terlihat sangat indah, Doni meneggelamkan wajahnya keselangkangan istrinya.

Memek Lisa tidak berbau sama sekali, Doni mengorek lendir Lisa yang semakin deras mengalir akibat getaran birahinya, Lisa hanya menjerit menghiba saat klitorisnya yang sensitif di kulum dan dihisap oleh suaminya, rasa cinta dan napsu berbaur menjadi satu, menciptakan harmonisasi yang indah dalam penyatuan tubuh mereka.

Lisa hanya melenguh dan mengerang sambil meremas payudara montoknya, kuluman dan jilatan Doni pada organ sensitifnya membuat birahinya semakin meninggi, cairannya semakin banyak keluar sebagai tanda bahwa lubang senggamanya telah siap untuk disetubuhi oleh kontol perkasa suaminya, rahimnya sudah siap untuk menampung benih benih cinta dari suaminya.

Doni kemudian bersiap untuk menjalankan tugasnya sekaligus sebagai klaim haknya sebagai suami, Doni mengarahkan kontolnya ke lubang senggama istrinya, dengan lembut Doni perlahan-lahan memasuki tubuh istrinya, proses penyatuan cinta telah dimulai, Lisa mengerang sedikit menahan perih saat kontol besar itu memasuki liang senggamanya, bertahun-tahun bersetubuh dengan suaminya ini, Lisa selalu merasa perih saat permulaan, karena memang kontol Doni sungguh besar, namun tak butuh lama bagi memek Lisa untuk menyesuaikan dengan ukuran kontol doni, kini yang dirasakan Lisa hanyalah kenikmatan dalam setiap pompaan suaminya, keduanya saling berlomba mencari kepuasan syahwatnya, dengan getaran cinta dalam setiap hentakan Doni, membuat Lisa semakin tenggelam dalam rasa nikmat yang teramat sangat.

Mata mereka saling menatap, mereka saling berusaha memuaskan pasangannya masing-masing, Doni memagut dan melumat bibir indah istrinya, Lisa yang pasrah hanya mengikuti permainan doni, dia menyerahkan semuanya kepada Doni untuk memimpinnya mencapai orgasme, putting payudaranya yang semakin meruncing tak luput dari jamahan dan lumatan Doni, keringat keduanya semakin mengucur deras, tubuh indah lisa dengan kulit putih mulusnya semakin mengkilat berselimut peluh.


Berbagai posisi telah mereka lakukan, hingga kini kembali Lisa berada diatas Doni, sambil memeluk dan saling memagut, Doni memompa kontolnya dengan cepat ke memek istrinya, Lisa hanya bisa merintih dan melenguh dalam gelora syahwatnya, sudah dua kali Lisa orgasme, dan kali ini pompaan Doni yang semakin cepat membuat ada sesuatu yang ingin lepas keluar dari lubang memeknya, dan saat doni mencabut kontolnya, Lisa menjerit berbarengan dengan air kencingnya yang menyeprot deras membasahi seprei, napas keduanya tersengal-sengal, doni kemudian menggeser tubuh istrinya hingga terlentang.

Kini saat Doni menuntaskan semuanya, kembali doni memasukkan kontolnya dengan cepat ke memek yang terlihat memerah segar, Doni memompa Memek Indah istrinya dengan kecepatan penuh, Lisa hanya menjerit, merintih, tangannya mencengkram sprei matanya sesekali mendelik, tumbukan kontol Doni begitu dalam menghujam memeknya, menyentuh dinding paling sensitifnya, Doni mempercepat pompaannya, kini benihnya telah terasa diujung untuk menyiram rahim istrinya, Doni menghentak-hentakkan kontolnya, Lisa melenguh menjerit tertahan, mereka berbarengan mencapai puncak permainan birahi mereka, doni perlahan mencabut kontolnya, dan seketika air pipis Lisa muncrat keluar, Lisa gemetaran, cairan putih kental mengalir keluar dari memeknya bercampur dengan air pipisnya.

Doni rebah disamping istrinya, napasnya tersengal-sengal, demikian juga Lisa, dia masih sesekali mengejang, gelombang orgasmenya masih tersisa menghentakkan syaraf motoriknya, tak berapa lama keduanya kemudian terlelap letih saling berpelukan.

--------

BERSAMBUNG
 
KASAM
BAGIAN KE ENAM

AKP Gunawan bergegas memarkirkan mobilnya di depan gedung Inafis, ditemani oleh salah seorang anak buahnya, Akp gunawan berjalan cepat memasuki gedung Laboratorium Forensik sekaligus juga tempat otopsi jenazah salah seorang anak buahnya itu. Di depan ruangan Otopsi, AKP Gunawan melihat dari jendela kecil, jenazah masih menjalani proses otopsi yang dipimpin langsung oleh dokter Fahmi, tak berapa lama salah seorang asisten dokter Fahmi keluar dari ruangan dan menyuruh AKP Gunawan dan rekannya untuk masuk.

“Selamat siang dokter.” Sapa AKP gunawan, Dokter Fahmi hanya melirik sesaat dan mengangguk, lalu kembali menekuni jenazah, sepertinya pekerjaan dokter tua tersebut sudah hampir selesai, dokter fahmi menyuruh asistennya untuk menjahit kembali bagian yang terbuka dari proses autopsi tersebut.

“setelah beres, langsung siapkan untuk diserahkan kepada keluarga.” Perintah dokter Fahmi kepada asistennya tersebut.

Dokter fahmi menghampiri AKP Gunawan, sambil melepaskan sarung tangan karet yang dia gunakan, dilemparnya sarung tangan tersebut ke Bak sampah, “Mari silahkan masuk.” Dokter Fahmi mengajak dua tamunya itu ke dalam ruangannya.

Ruangan Dokter Fahmi terlihat sangat berantakan, beberapa kertas tebal tersusun berantakan, buku-buku literatur walau tersusun rapih namun terkesan semrawut, “Bagaimana dokter, hasil otopsinya.” Tanya AKP Gunawan tidak sabar.

“sek..sek..aku buka pakaian ini dulu.” jawab dokter Fahmi santai, setelah membuka setelan jas putihnya, Dokter Fahmi menyeruput minuman dari cangkir gelas buriknya. AKP gunawan menunggu dengan sabar, walau hatinya sebenarnya kesal dengan sikap bertele-tele dari dokter tua didepannya ini.

“Dari hasil autopsi yang sudah saya lakukan, penyebab kematian dari rekan anda itu adalah pecahnya pembuluh darah di leher korban, itu terbukti dari adanya bercak darah kering yang ada di telinga dan hidung korban.” Ucap dokter Fahmi kembali menyeruput minuman yang ada di cangkirnya.

AKP gunawan berpandangan dengan anak buahnya, “Pecahnya pembuluh darah Dok? Bukannya korban ditembak mulutnya hingga tembus kerongkongannya?” ujar AKP Gunawan bingung.

“Siapapun pelakunya, dia berusaha menggiring opini kalau korban meninggal akibat tembakan, namun faktanya tidak demikian, penembakan mulutnya itu dilakukan sekitar beberapa menit setelah korban meninggal dunia, ini lihat fotonya.” Dokter Fahmi melemparkan foto-foto ke meja, AKP gunawan melihat gambar di foto tersebut dengan kening berkerut.

“Itu adalah foto mulut korban, ukurannya hanya sekitar 3-5 cm, sesuai dengan ukuran ujung pistol milik korban, dan ya sudah terkonfirmasi kalau peluru yang meledak menghancurkan kerongkongan korban berasal dari senjata milik korban sendiri.” Dokter Fahmi menjelaskan gambar-gambar foto tersebut.

“Dan kalian lihat sendiri tak ada genangan darah di kursi atau sandaran kursi tempat korban ditemukan, bahkan bercak-bercak darah tak ditemukan kecuali di telinga dan hidung korban, dan itu tak konsisten dengan penembakan mulut hingga tembus kerongkongan itu, harusnya jika seseorang menembak atau ditembak di bagian mulut hingga tembus seperti itu, paling tidak darah akan bertebaran kemana-mana, namun ini tidak ada.” Lanjut Dokter Fahmi.

“penyebab kematian adalah pecahnya pembuluh darah besar yang ada di atas jakun korban, dan dilihat dari bercak darah yang ditemukan di telinga dan hidung korban, sepertinya pelaku telah membersihkan darah yang mengalir dari telinga dan hidung korban, besok kalian kembali kesini, kita akan simulasi kemungkinan cara pelaku membunuh korban.” Ujar Dokter Fahmi lagi.

“Jadi maksud dokter, korban di jerat oleh tali atau sesuatu yang lain, dan setelah dipastikan meninggal, pelaku lalu menutupi jejaknya dengan menembak mulut korban gitu dok?” Tanya AKP Gunawan.

“Tepat! Dan saya rasa itu bukan tali, coba lihat gambar ini, disana terlihat ada bekas sedikit yang masih tersisa, sepertinya sebuah kawat berbahan baja yang sangat kuat, dan pelaku menjerat korban dari belakang, lebih tepatnya mungkin besok kita simulasikan, karena saya harus melihat literatur kasus-kasus sebelumnya, saya curiga pelaku adalah seorang yang profesional, itu dugaan saya, tak ada satu sidik jari atau dna pelaku yang tertinggal di tubuh korban.” Jawab Dokter Fahmi.

“Profesional dok? Maksud dokter pembunuh bayaran?” Tanya AKP Gunawan lagi.

“Bukan pembunuh bayaran seperti yang kalian duga, namun saya tidak bisa mengatakan apapun, ini adalah kecurigaan saya saja, jika memang benar dugaan saya, maka kalian akan berhadapan dengan sosok monster yang sangat ahli dalam membunuh.” Jawab Dokter Fahmi.

“Mau monster atau iblis sekalipun, saya akan cari pelakunya sampai ketemu dok.” Ujar AKP Gunawan berapi-api.

Dokter Fahmi terlihat tidak begitu senang dengan sikap perwira muda didepannya ini, dokter Fahmi merasa bahwa polisi ini terkesan menganggap remeh pelaku pembunuhan ini, sejujurnya dokter Fahmi sangat tertarik dengan kejadian ini, tertantang untuk menembus semua misteri ini, namun dokter fahmi juga yakin kalau dia berhadapan dengan seseorang yang sangat ahli dan cermat, sepanjang kariernya selama 30 tahun di kepolisian, ini adalah kesempatan dokter Fahmi untuk menyelesaikan kasus ini dengan baik hingga tuntas, Dokter Fahmi merasa tertantang dengan kasus ini. Dia merasa dejavu, dia merasa pernah mendapatkan kasus seperti ini namun dia lupa kapan dan di kasus apa.

Korban akhirnya dibawa oleh pihak kepolisian untuk disemayamkan di kantor polisi sebelum dibawa kerumah duka.

Kejadian pembunuhan tersebut membuat heboh media, pihak kepolisian dalam jumpa pers hanya mengatakan kalau korban dibunuh dengan cara ditembak sesuai gambar yang terjadi, pihak kepolisian masih menyimpan penyebab kematian yang sesungguhnya, sebagaimana kasus yang melibatkan kematian seorang aparat, pihak kepolisian benar-benar fokus untuk mencari pelaku pembunuhan keji ini, Kapoda sendiri dalam jumpa persnya dengan nada geram berjanji akan menemukan pelaku pembunuhan ini secepatnya, dan akan mengerahkan seluruh sumber daya terbaik untuk memastikan pelaku pembunuhan keji ini bertanggung jawab dengan perbuatannya.

***

“Pah, mamah bangga banget ama papah, karier papah semakin menanjak, papah gak boleh sombong ya, tetap jadi mas Doni yang mamah kenal, yang baik sama orang, selalu membantu dan konsisten denga sikapnya.” Ujar Lisa pada suaminya

Doni mengelus lembut rambut istrinya dengan lembut, “Doain papah ya mah, agar papah selalu istiqomah menjalankan tugas.”

Lisa menatap suaminya dengan penuh cinta, direbahkan kembali kepalanya didada suaminya, Tiba-tiba Lisa bangkit dan duduk di ranjang, “Pah..mamah ada berita buat papah, sebentar ya.”

Lisa kemudian turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi, tak lama Lisa kembali lagi sambil menyembunyikan kedua tangannya di balik tubuhnya, wajahnya senyum-senyum menghampiri suaminya.

“Kenapa sih mah, kayaknya ada kejutan buat papah ya.” Ucap Doni sambil tersenyum pada istrinya.

Lisa hanya mengangguk, “coba tebak apa pah kejutannya.” Tanya Lisa.

Doni bergeser menyamping menatap istrinya, “Apa sih, gak tau mah.” Jawab Doni, walau dia bisa menduga kejutan apa yang akan diberikan istrinya.

“Duh Kombes Doni gimana sih, masa seorang penyidik keren gak bisa nebak kejutan istrinya sendiri.” Gurau Lisa yang kemudian duduk di samping suaminya.

“Taraaa.” Lisa menunjukkan sebuah alat test kehamilan pada Doni.

Doni kemudian duduk dan mengambil alat itu dari istrinya, diperhatikan alat itu, Doni memang sudah menduga kejutan ini, namun demi menyenangkan istrinya Doni pura-pura tak tahu, “Hmmm Juna bakalan punya adik lagi nih,” Ucap doni.

Lisa yang bergelendotan manja di bahu suaminya hanya mendehem membenarkan, “Hadiah buat papah dari Tuhan.” Ucap Lisa singkat, Lisa mengecup bahu bidang suaminya, dia sangat menyukai aroma tubuh suaminya ini.

Doni mengalungkan tangannya merangkul Lisa, dikecupnya bibir merah indah istrinya, “Maksih ya sayang..” Ucap Doni melepaskan kecupannya, namun Lisa menahan kepala suaminya, kembali diburunya bibir suaminya, mereka berpagutan kembali, setelah berapa lama berpagutan, Lisa mendorong tubuh doni hingga terlentang.

Lisa menatap suaminya dengan pandangan menggoda, sambil membuka pakaian tidurnya pelan-pelan, Lisa menggigit bibirnya, Doni menatap istrinya dan menunggu apa yang akan dilakukan istri cantiknya kemudian.

Pakaian tidur Lisa kini telah tanggal dari tubuh indahnya, walau sudah beranak dua, namun wanita cantik itu mampu menjaga bentuk tubuhnya dengan baik, sehingga bentuk tubuh Lisa tak berubah sebagaimana dulu, malah kini Lisa semakin cantik dan seksi, kulitnya yang indah putih bersemu kemerahan menambah aura sensual dari wanita cantik itu.

Lisa berjongkok di hadapan doni, dibukanya celana pendek suaminya itu, kebiasaan Doni setiap tidur tidak pernah mengenakan celana dalam membuat kontol Doni langsung mencuat saat celana pendeknya terlepas.

Lisa memegang batang kemaluan suaminya yang cukup besar, batang kontol dengan urat-urat besar yang gagah mengelilinginya, Lisa mencucup ujung kontol suaminya, di jilatinya Precum Doni dengan ujung Lidahnya, Doni hanya tengadah merasakan sensasi geli dan linu saat lubang pipisnya digelitik Lidah hangat istrinya.

Batang Kontol Doni semakin tegak sempurna bagai tiang bendera, Lisa mengulum Kontol suaminya dengan penuh napsu, Lisa cukup terampil memanjakan kontol suaminya, sesekali Lisa mengisap buah pelir suaminya dengan dalam, sehingga pipinya mengempot, lalu kembali menghisap kontol besar itu hingga amblas masuk kedalam mulutnya hingga kerongkongannya, Doni menahan kepala Lisa, dan mendorongnya sampai dalam hingga terasa oleh Doni kontolnya menekan kerongkongan istrinya.

Lisa terbatuk-batuk, liurnya membanjir di sekitar bibir indahnya, Lisa tersenyum menatap suami tercintanya itu, kembali Lisa menghisap dan mengulum batang kontol Doni.

Doni menarik bahu Lisa sehingga lisa berhadapan dengannya, bibir Lisa yang basah oleh liur segera dipagut Doni dengan penuh napsu, pagutan keduanya mengalun dalam irama syahwat yang semakin meninggi, suara kecipak Ludah keduanya terdengar erotis, puas berpagutan Doni menggulingkan tubuh Lisa hingga terlentang, kini Doni yang gantian memberikan service oral pada istrinya, dibukanya paha istrinya lebar-lebar, memek gundul yang mulai bengkak itu terlihat sangat indah, Doni meneggelamkan wajahnya keselangkangan istrinya.

Memek Lisa tidak berbau sama sekali, Doni mengorek lendir Lisa yang semakin deras mengalir akibat getaran birahinya, Lisa hanya menjerit menghiba saat klitorisnya yang sensitif di kulum dan dihisap oleh suaminya, rasa cinta dan napsu berbaur menjadi satu, menciptakan harmonisasi yang indah dalam penyatuan tubuh mereka.

Lisa hanya melenguh dan mengerang sambil meremas payudara montoknya, kuluman dan jilatan Doni pada organ sensitifnya membuat birahinya semakin meninggi, cairannya semakin banyak keluar sebagai tanda bahwa lubang senggamanya telah siap untuk disetubuhi oleh kontol perkasa suaminya, rahimnya sudah siap untuk menampung benih benih cinta dari suaminya.

Doni kemudian bersiap untuk menjalankan tugasnya sekaligus sebagai klaim haknya sebagai suami, Doni mengarahkan kontolnya ke lubang senggama istrinya, dengan lembut Doni perlahan-lahan memasuki tubuh istrinya, proses penyatuan cinta telah dimulai, Lisa mengerang sedikit menahan perih saat kontol besar itu memasuki liang senggamanya, bertahun-tahun bersetubuh dengan suaminya ini, Lisa selalu merasa perih saat permulaan, karena memang kontol Doni sungguh besar, namun tak butuh lama bagi memek Lisa untuk menyesuaikan dengan ukuran kontol doni, kini yang dirasakan Lisa hanyalah kenikmatan dalam setiap pompaan suaminya, keduanya saling berlomba mencari kepuasan syahwatnya, dengan getaran cinta dalam setiap hentakan Doni, membuat Lisa semakin tenggelam dalam rasa nikmat yang teramat sangat.

Mata mereka saling menatap, mereka saling berusaha memuaskan pasangannya masing-masing, Doni memagut dan melumat bibir indah istrinya, Lisa yang pasrah hanya mengikuti permainan doni, dia menyerahkan semuanya kepada Doni untuk memimpinnya mencapai orgasme, putting payudaranya yang semakin meruncing tak luput dari jamahan dan lumatan Doni, keringat keduanya semakin mengucur deras, tubuh indah lisa dengan kulit putih mulusnya semakin mengkilat berselimut peluh.


Berbagai posisi telah mereka lakukan, hingga kini kembali Lisa berada diatas Doni, sambil memeluk dan saling memagut, Doni memompa kontolnya dengan cepat ke memek istrinya, Lisa hanya bisa merintih dan melenguh dalam gelora syahwatnya, sudah dua kali Lisa orgasme, dan kali ini pompaan Doni yang semakin cepat membuat ada sesuatu yang ingin lepas keluar dari lubang memeknya, dan saat doni mencabut kontolnya, Lisa menjerit berbarengan dengan air kencingnya yang menyeprot deras membasahi seprei, napas keduanya tersengal-sengal, doni kemudian menggeser tubuh istrinya hingga terlentang.

Kini saat Doni menuntaskan semuanya, kembali doni memasukkan kontolnya dengan cepat ke memek yang terlihat memerah segar, Doni memompa Memek Indah istrinya dengan kecepatan penuh, Lisa hanya menjerit, merintih, tangannya mencengkram sprei matanya sesekali mendelik, tumbukan kontol Doni begitu dalam menghujam memeknya, menyentuh dinding paling sensitifnya, Doni mempercepat pompaannya, kini benihnya telah terasa diujung untuk menyiram rahim istrinya, Doni menghentak-hentakkan kontolnya, Lisa melenguh menjerit tertahan, mereka berbarengan mencapai puncak permainan birahi mereka, doni perlahan mencabut kontolnya, dan seketika air pipis Lisa muncrat keluar, Lisa gemetaran, cairan putih kental mengalir keluar dari memeknya bercampur dengan air pipisnya.

Doni rebah disamping istrinya, napasnya tersengal-sengal, demikian juga Lisa, dia masih sesekali mengejang, gelombang orgasmenya masih tersisa menghentakkan syaraf motoriknya, tak berapa lama keduanya kemudian terlelap letih saling berpelukan.

--------

BERSAMBUNG
Woww..
Mantap karyanya hu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd