Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Chapter XI: the Tiger

“BUK”, terdengar pukulan keras mendarat di lengan Wu Ji yang dalam posisi bertahan melindungi kepadanya dari tendangan Maya. tendangan itu ditarik kembali begitu cepat, kaki kanan yang sebelumnya melontarkan serangan itu telah berganti fungsi menjadi topangan, dan sekilas saja, kaki kiri Maya telah terangkat dan menendang lurus menuju ulu hati Wu Ji dan tendangan itu juga berhasil dihalau dengan tangannya yang menyilang di depan tubuhnya, namun dorongan itu tetap membuat tubuh Wu Ji mundur selangkah. Melihat serangannya berhasil di halau, Maya melontarkan tubuhnya ke belakang untuk mengambil jarak dari Wu Ji.

Suara hembusan angin pada pepohonan menemani latihan mereka sore itu pada kediaman Tjahjadi, mentari senja menembus mencuri celah diantara hijaunya ranting. Wu Ji melepaskan posisi kuda-kudanya dan berjalan meninggalkan arena latihan itu.
“Hei aku belum selesai”, kata Maya yang merasa tidak terima ditinggalkan oleh Wu Ji saat latihannya masih nanggung.
“Jika kau ingin membunuh ku, tidak usah berkedok latihan”, jawab Wu Ji sambil mengambil secangkir teh hangat yang telah disiapkan pelayan disamping arena tersebut, dan menyeruputnya sambil meletakkan tangan kirnya menopang gelas tersebut.
“Begitu saja kau sudah marah”, kata Maya menanggapi Wu Ji, sang kakak seperguruannya.
“Aku merasa era kita akan segera berlalu, melihat anak-anakmu sepertinya ini merupakan masa kejayaan mereka”, sambung Wu Ji.
“Kau berbicara seperti orang tua saja, apakah kau ingin seperti mertua ku dan naik ke gunung?”, kata Maya pada Wuji, sambil menepuk pundaknya.
“Kalau aku bertemu dengannya di gunung, mungkin jasadku tidak akan ditemukan”, kata Wu Ji sambil tersenyum, walau luarnya terlihat dingin Wu Ji juga memiliki sisi hangat dan penyayang terutama kepada orang-orang yang sudah dianggap sebagai keluarga.

Dari kejauhan terlihat Adicipta yang nampak baru saja keluar dari sauna kediaman mereka, dengan tubuh yang masih kekar, dan juga penuh bekas luka hanya mengenakan celana pendek dan handuk melingkari lehernya, perlahan berjalan ke arah mereka.
Tatapan Wu Ji dai Adicipta bertemu, mereka sudah bertarung bersama sangat lama, ikatan Adicipta, Maya, Wu Ji dan Xiao Yu sudah teruji oleh waktu. Mereka adalah gerombolan berandal yang boleh dibilang telah merasakan gelap terangnya dunia tanpa ragu dan takut, dengan darah dan keringat. Walau sekarang mereka telah bergelimang harta dan menikmatinya, dulu pun tidak semudah itu, banyak yang mereka lalui bersama, kebodohan dan kecerdasan yang memberikan luka dan harapan.

***

Kantor Pusat Tjahjadi
Selasa, 28 Juli 2015, Pukul 09.40


t014822e95887d70925.webp


Crystal dengan setelan suit yang menawan, dengan potongan low cut, namun tidak terkesan murahan namun malah terlihat mewah. Dia tampak anggun berjalan memasuki kantor. “Selamat Pagi Bu”, semua orang terlihat membukakan jalan untuknya, dan menyapanya dan tentunya sapaan mereka dibalas oleh Crystal dengan ramah dan dengan senyuman kecil di wajahnya.

Wanita ini berjalan begitu anggun dan kokoh, walaupun menggunakan stiletto yang cukup tinggi, membuat tubuhnya yang sudah jenjang terlihat semakin tinggi, dan anggun. Aksesoris yang dikenakan juga tidak mencolok dan norak, terlihat hanya melengkapi kecantikan wajahnya saja.

Security dengan segera men-tap id cardnya untuk membukakan security gate untuk Direktur Keuangan perusahaan multinasional ini, dan tentunya dengan senyuman yang anggun Crystal berjalan melewati security yang bersikap siap tersebut.

Gadis muda dan tangguh ini dengan langkah tegasnya namun seolah bukan menggunakan stiletto, karena setiap langkahnya ini tidak menimbulkan suara. Terlihat seorang pemimpin wanita yang bijak dan akrab dengan anggotanya walaupun terlihat dingin. Dia bahkan tidak sungkan satu lift dengan karyawan lainnya, bahkan mempersilahkan karyawan lain untuk naik terlebih dulu.

Wajah sungkan karyawan lain nampak terlihat, tapi tetap terasa ringan karena mereka tahu bahwa pimpinan mereka ini adalah leader yang dapat diandalkan dan supel. Karyawan-karyawan lainnya menyapa Crystal dan tentunya dibalas dengan senyum dan anggukan yang anggun. Walau berdiri diantara karyawan yang kurang lebih pakainnya sama dengan dirinya, Crystal tetap memancarkan aura kepemimpinannya.
Melangkah masuk ke lantai 23 Kantor Pusat Tjahjadi Group, seorang wanita telah berdiri menunggu di depan lift tersebut, Jessica.
MV5BNzY2MTc3ZTQtNWFhNy00Nzg1LWE4OGMtYmE0NjNlYTNjYTAxL2ltYWdlXkEyXkFqcGdeQXVyMjg0MTI5NzQ@._V1_FMjpg_UX1000_.jpg


Wanita anggun dan luwes, merupakan asisten yang siap siaga membantu Crystal dalam melaksanakan tugasnya sebagai Direktur di perusahaan ini. Namun tampak anggun ini mengelabui, tentunya jajaran orang terdekat Tjahjadi bukan orang-orang biasa. Dia merupakan pemegang sabuk hitam taekwondo termuda pada masanya. Walau tubuhnya terlihat kecil di dalam blouse yang dia kenakan, terbesit bayangan ototnya dan tubuh yang tangguh.

Ketika Crystal melangkah keluar dari lift tersebut, Jessy langsung berjalan di sampingnya, mendampingi Crystal menuju ruangan Alex pada lantai 23 itu.
“Meeting hari ini, pukul 09.30 dengan Bank ABC terkait konstruksi gedung mereka di Jakarta Selatan, lantai 3; pukul 11.00 dengan group kita di Jayapura online, terkait kendala suplai kita kesana, pukul 12.00 makan siang, pukul 13.00 meeting dengan kepala bagian keuangan lantai 12, terkait laporan pengeluaran diluar budget, pukul 14.00 keatas sementara free”, sambil terus berjalan bersama Crystal dan berhenti tepat di pintu Ruangan Alex.
“Berkas meeting sudah saya siapkan di meja Anda, dan juga hot americano”, sambil menyodorkan tumbler dari tangannya kepada Crystal.
“Thank you Jessy, nanti lokasi makan siang kamu saja yang atur”, sambil menerima tubler tersebut dan melangkah masuk ke ruangannya, dan Jessy beralih ke mejanya di depan ruangan tersebut.

Crystal duduk dan mulai membuka map yang telah disiapkan oleh Jessy di mejanya, lengkap dengan penanda-penanda terkait meeting tersebut, sangat mempermudah dan mempersingkat waktu untuk dibaca. Selain membantu Crystal, biasanya Jessy juga membantu Alex dan mempersiapkan berkas pertemuannya, dan jadwalnya, walaupun Alex sering mangkir dari jadwal tersebut dan menyusahkan Jessy.

Crystal tenggelam dalam berkas yang dia baca dan penuh dengan pikiran, setiap catatan dia tuangkan dalam buku yang disiapkan selalu bersamanya, terkait pertemuan yang akan dilakukan sebenar lagi. Terdengar ketukan pada pintu ruangan itu, dan terlihat Jessy berdiri pada sisi pintu itu.
“5 menit lagi bu pertemuannya, ruang telah disiapkan, dan tamu sudah hadir”, kalimat Jessy lembut mengingatkan Crystal.

***
Pukul 15.20 perjalanan Menuju Jakarta Utara

“Hufff, gimana sih pengeluaran dadakan seperti kemarin itu bikin fleksibilitas kas kita jadi bermasalah tuh…” keluh Crystal sambil sedikit selonjor pada kursi kepada Jessy yang sedang menyetir mobil Vellfire yang memang sering mereka gunakan untuk mobilisasi keperluan kantor.
“Ya mau gimana lagi bu, dana itu harus keluar, karena pertimbangannya dan persetujuannya sudah sesuai wewenangnya bu”, jawab Jessy singkat sambil tetap berkonsentrasi menyetir.
“Bu di pertemuan sebentar yang hadir ini yang hadir Owner dan Direkturnya Bu, jadi kalau bisa langsung deal ditempat saja karena waktu Ownernya juga susah”, kata Jessy sambil terus menyetir menuju lokasi pertemuan mereka selanjutnya.
“Kenapa harus Aku harus ikut pertemuan dengan mereka, kan sudah ada Alex yang kesana?”, sambil membaca berkas yang ada di tangannya.
“Ya karena ibu yang menentukan budgetnya bisa masuk atau tidak, kalau tidak ada ibu, tunda lagi kesepakatannya”, jawab Jessy.

***​
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd