Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Keberuntungan itu Ada (Closed)

Status
Please reply by conversation.
Post 15

Pernikahan Dina dengan pak Manto terlaksana dengan lancar dan meriah. Banyak sekali tamu yang datang sampai tempat yang disediakan hampir tak muat. Teman-teman pak Manto sesama juragan banyak yang datang dengan membawa hadiah yang bagi orang desa pasti sudah sangat mewah. Bahkan ada yang membawa untaian uang kertas yang kemudian dikalungkan di leher pengantin. Sungguh sangat ramai sekali acara yang ada. Bahkan aku sampai pulang hampir mendekati waktu subuh.

Dua hari setelah pernikahan Dina, aku dan Angga kembali ke kota. Istriku memutuskan untuk sementara waktu tinggal di desa menemani ibunya. Aku tak masalah dengan keputusannya itu. Mungkin ada baiknya juga dia selagi hamil tetap tinggal di desa daripada harus pulang pergi ke kota.

Keberuntungan itu memang ada dan aku mempercayainya. Kehidupanku sekarang ini tak pernah aku bayangkan akan begini jadinya. Semuanya mengagetkanku tapi kemudian aku berusaha adaptasi dan menikmatinya. Bukan tanpa sebab apa-apa, kejadian yang aku alami semuanya malah membawa keberuntungan padaku. Sebagai manusia biasa aku hanya bisa menikmati hidupku ini sambil mempersiapkan semuanya untuk kehidupan keluargaku mendatang.

Beberapa minggu setelah aku pergi ke acara pernikahan Dina, tibalah giliranku untuk melangsungkan akad nikah dengan Vina. Aku kembali melakukan perjalanan jauh ke kampung halaman Vina yang biasanya ditempuh dengan naik kereta selama 6 jam lamanya.

Acara itu terlaksana tanpa kendala, meski hanya sederhana dan tak mengundang orang lain diluar keluarga. Aku dan Vina masih nikah secara agama, untuk pengurusan surat nikah sesuai peraturan negara akan kulakukan sambil jalan nantinya. Karena aku dan Vina tidak mengajukan cuti, setelah acara itu kami berdua sudah harus kembali ke kota tempat kami tinggal sekarang ini.

Sekembalinya ke kota, aku dan Vina melapor pada Rt lingkungan tempat tinggalku. Kami berdua menyatakan bahwa kami menikah secara agama dan belum mempunyai surat nikah. Itu kami lakukan supaya tak ada fitnah yang akan timbul saat tetangga kami melihat kemesraan kami. Tentu saja Rt lingkungan tinggalku menerima dengan baik dan akan melapor pada kelurahan setempat.

Karena Tika masih tinggal di desa bersama ibunya, yang sekarang memasak dan mengurus kebutuhan rumah adalah Vina. Untungnya selama ini dia banyak belajar dari Tika, yang statusnya sekarang jadi istri pertamaku. Karena aku dan Vina sama-sama bekerja, rumahku sering kosong sekarang. Angga juga kuliah dan pulangnya sudah sore. Tapi tak jarang juga kami berada di rumah bertiga.

Rinta sudah tak lagi tinggal bersama Vina. Dia sudah resmi di lamar oleh Dendi. Gadis cantik itu sekarang sudah tinggal sementara di rumah temannya Angga itu. Entah bagaimana urusannya aku belum terlalu paham. Yang jelas sebelum Dendi wisuda dia akan melangsungkan acara pernikahan dengan Rinta. Aku bersyukur sekali mereka bisa bertemu dan berjodoh dalam waktu yang sama. Mungkin memang sudah takdirnya begitu.

Ada satu hal lagi keberuntungan yang kualami. Rumah di sebelahku yang dikontrak oleh Vina akhirnya terbeli olehku. Aku sendiri tak percaya dengan kenyataan itu. Karena prestasiku di perusahaan aku akhirnya berhak mendapat pinjaman lunak dengan pengembalian hanya 70 persen dari total pinjaman. Tanpa pikir panjang aku ambil saja pinjaman itu dan kubeli rumah yang ditempati Vina. Tentunya ada tambahan uang sedikit dari Vina. Itupun aku gunakan untuk mengurus biaya balik nama dan perubahan sertifikat.

***

Beberapa hari belakangan ini aku harus mengerjakan proyek yang diberikan dari jajaran manajemen untuk segera diselesaikan. Tak jarang aku harus pulang jam 9 malam karena laporan yang kami susun harus dirubah dan diajukan lagi. Suatu sore sekitar jam 5 aku dan Rinta masih terlibat pekerjaan yang memang mengharuskan kami pulang agak terlambat dari biasanya. Karena aku pulang agak telat jadinya Vina aku minta pulang duluan pakai ojek online saja.

Rinta tampak sudah penat memelototi layar monitor di depannya. Sedangkan itu kondisi di kantor sudah semakin sepi. Aku juga masih terus memantau email yang masuk berupaya mengamati kalau ada perubahan yang diberikan dari atasanku. Sambil bekerja akupun sesekali terlibat obrolan dengan Rinta. Memang keberadaanya sangat membantuku.

“Rin kamu pulang sama siapa?”

“Dijemput Dendi pak” balasnya singkat sambil terus mengamati monitor di depannya.

“Ohh.. trus dia sudah kesini?”

“Belum... masih dijalan...” dia kemudian menoleh pada jendela yang ada di belakangnya.

“Udah sepi ya pak?”

“Iya.. udah pulang semua kayaknya, tinggal security yang ada di depan” balasku.

Aku kembali memelototi layap laptopku dan tak menghiarukan lagi apa yang dikerjakan Rinta. Sesaat kemudian kuperhatikan tangan Rinta bergerak di bawah meja. Aku tak tahu apa yang dilakukannya karena kedua tangannya tertutupi oleh meja kantor.

“Pak.. boleh colmek ya pak?”

“Hadehh.. iya dah terserah kamu..” balasku.

Aku memang membebaskannya melakukan apa yang dia mau karena aku tahu dia sedang suntuk. Sebenarnya bukan cuma dia saja, aku juga sudah mulai bosan dan penat berada di ruanganku ini. Sudah beberapa kali Rinta kuketahui mengobok-obok memeknya sendiri di dalam kantorku. Kubiarkan saja dia berusaha menyenangkan dirinya.

“Rin..”

“Emmhhh.. ya pakk...”

“Awas lecet loh.. hehe..”

“Aahh.. pak Aryo sihh.. emmhh...”

Kulihat tangannya masih terus bergerak di bawah meja, wajahnya mulai merah merona akibat libidonya yang naik. Aku yakin dia sekarang sudah semakin horni.

“Eh, celana dalamnya disimpan yang baik, jangan sampe ketinggalan” ucapku kemudian.

“Emmhh.. gak kok pakk.. aahh.. aku ga pake hari ini”

“heh!? Ga pake? Kok bisa sih kamu?

“Ahh.. iya pakk.. tiap hari kan ga pake pakk...” ucapnya santai.

“Aduhh.. ya udah pokoknya aku ga mau jadi skandal yang buruk buatku dan juga kamu”

“Ooohhh.. iya pakk... aahhh..”

Aku kembali larut dalam pekerjaanku karena ada email yang masuk dan memberitakan kalau ternyata data yang aku kirim kurang satu file lagi. Dengan cepat aku cari file itu di dalam laptopku dan kukirim setelah menemukannya. Belum reda kegugupanku tiba-tiba Hpku berdering. Tanpa aku lihat siapa yang menelponku langsung saja aku terima panggilan itu.

“Ya halo selamat sore”

“Mas Aryoooo....” teriak seorang perempuan kemudian.

“Ehh.. siapa sih ini? waahh.. kamu Dina? Ada apa sih telfon?” tanyaku setelah melihat yang menelponku adalah Dina.

“Mass.. aku mau kasih tau sesuatu nih”

“Iya Din.. apa?”

“Aku hamil mas... hihihi”

“Wahh.. selamat yah... baru nikah udah langsung hamil aja kamunya”

“Eh mas, tau gak? Kayaknya aku hamil sama mas Aryo deh”

“Hah!? Apa?? Kamu bicara ngawur aja Din.. ga mungkin lahh..” balasku tak percaya.

“Bener mas.. pak Manto ga bisa muasin aku mas.. baru 5 menit udah crot duluan”

“Hehehe.. kamu bicara apaan sih Din? Trus dia nikah sama kamu buat apa kalo cuma gitu aja?”

“Hemm.. dia tuh bangga banget kalo dilihat sama orang lain punya istri banyak mas, apalagi sesama juragan di desa”

“Ohh.. trus kok kamu bisa bilang hamil sama aku gimana ceritanya Din?”

“Hihihi.. ingat gak pas kita maen di kamar mandi? hayooo... itu waktu suburku mas..”

“Aduuhhhh!!! Kamu ini gimana sih Din?”

Aku benar-benar mulai merutuki apa yang aku lakukan bersama Dina. Kugebrak meja di depanku dengan tiba-tiba. Rinta yang melihatku langsung kaget dan tediam sebentar. Aku yang menyadarinya lalau mengangkat jempolku menandakan kalau Rinta bisa melanjutkannya.

“Hihihi.. pokoknya jangan bilang-bilang ya mas.. sama mbak Tika juga”

“Hemm.. iya deh Din.. kamu atur aja gimana bagusnya”

“Sippp.. pokoknya aku bakal rawat anak kita mas, mas ga usah mikir yang aneh-aneh yah”

“Huuffhhh... iya Din, makasih”

“Hihihi.. ini pasti muka mas Aryo udah pucat duluan yah? weeee....”

“Iya emang.. dasar kamu ini..”

“Eh mas.. tau gak tuh sekarang mbak Tika lagi apa?”

“Lagi apa emang?”

“Lagi ngen-tot mas.. hihihi...”

“Apaahhh??”

“Iya bener.. lagi ngentot sama Agus mas..”

“Agus? Siapa itu Agus?”

“Dia itu anaknya pak Manto dari istri pertama mas.. anaknya ada dua, Agus sama Febri mas..”

“Wahh.. kalian dapat korban baru nih, hehehe..”

“iya dong mas... masih muda, kuat lagi.. wuuuihhh.. kita dibikin lemes tiap hari mas”

“Trus, kenapa Tika ada disitu juga?”

“Ya mbak Tika kan sering maen kesini mas.. akhirnya aku ajak juga”

“Haduhh.. emang dasar perempuan binal kalian tuh.. Tika juga itu, masih hamil kok terus-terusan maen sama berondong”

“Hihihi.. emang enak sih mas, tuh.. tuhh.. mbak Tika lagi dapat dua kontol sekaligus..”

Dina kemudian kudengar bicara dengan Tika tapi aku tak bisa mendengar jelas. Sepertinya adik iparku itu mendekatkan Hpnya ke arah istriku.

“Haaahh.. mas Aryooo.. aahhh...” tiba-tiba terdengar jeritan istriku.

“Jadi gitu yah? udah dapetin yang baru.. lupa sama suami sendiri” ucapku.

“Emmhhh.. gak lah mas.. aahh.. ini.. ini gara-gara Dina tuh.. aahhh.. yang kenceng Gus... ahh..”

“Dasar perek emang kalian ini.. enak gak dek?”

“Huhhhhh.. enakkk mass... aahh.. mereka kuat banget... ahhh.. aku udah dua kali keluar nih mas.. aahhh... terussss.... Febri sini sayang.. aahh.. bantuin Agus... ahh..”

Terdengar suara laki-laki bicara tapi tak jelas ngomongin apa. Yang kudengar mereka hanya ketawa-ketawa tak jelas. Mungkin mereka berempat di sana memang sedang berpesta merayakan kebebasan persetubuhan mereka.

“Ingat kamu lagi hamil dek.. jangan pake gaya aneh-aneh.. ntar ada apa-apa lagi sama anak kita” ucapku kemudian.

“Gak kok mas.. masih..masih... aahhh.. Febrii..kocokin bool ku sayang... ahh...”

“Anjirrr.. kamu lagi maen bertiga ya dek? hemmm.. tambah liar aja kamu ini”

“Wwuaahhh... aahhh... enak banget massss.... ahhh..”

Setelah itu tak kudengar lagi suara istriku. Kemudian suara Dina kembali muncul, tapi dia tak bicara denganku. Seperti ada lelaki lain yang sedang bicara dengannya. Entah siapa itu aku tak tahu dan tak ingin tahu siapa dia.

“yaudah mas.. aku lanjut dulu.. ada satu kontol lagi yang harus aku puasi, hihihi...”

“Duh.. duhh... makin nakal aja kamu ini.. jangan lupa kasih tau mbak Tika ya Din.. jaga kandungannya..”

“Emmhh.. iya mas.. aahmmmm.. beres”

Aku kemudian menutup panggilan itu lalu menaruh lagi Hpku di atas meja. Kembali kuarahkan pandanganku pada layar laptop dan melihat apa ada email baru yang masuk. Aku bernafas lega ketika tak kudapati ada email dari atasanku yang masuk lagi. Sekarang waktunya untuk pulang ke rumah.

“Pak...” tiba-tiba Rinta sudah berdiri di sampingku.

“Hemm?”

“Itu tadi siapa pak?”

“Ohh.. tadi adek iparku Rin.. napa?”

“Kok.. emm... bisa bebas gitu yah pak?”

“Ohh.. iya memang keluarga istriku itu keluarga yang bebas kok Rin” ucapku tanpa aku tutup-tutupi.

“Jadi.. emm.. itu tadi istrinya pak Aryo lagi ngentot gitu sama orang lain?”

“Iya bener..” ucapku menatap wajah Rinta.

“Kok bisa sih pak? Bapak ga marah?”

“Ya bisa aja Rin.. trus kalo marah juga buat apa? Toh mereka enak-enak aja.. kalo aku marah malah aku dong yang rugi..”

“Rugi kenapa sih pak?”

“Ya rugi dong.. mereka enak dan aku susah..”

Rinta hanya melongo menatapku. Kulihat dia semakin tak percaya pada sikapku yang masih saja santai seakan tak ada hal penting yang menyangkut kehidupanku. Rok panjang yang dipakai Rinta masih agak terangkat naik, hingga kedua pahanya yang putih mulus itu terlihat di mataku.

“Eh, turunin dulu roknya.. tuhh.. masih netes tuhh..”

“Hihihi.. iya pak.. lupa” dia kemudian lari mengambil tissu lalu membersihkan lelehan cairan orgasmenya yang kulihat masih menetes di pahanya.

“Rinta.. aku minta tolong apa yang kamu dengar tadi pakai buat kamu aja yah.. jangan bicara sama orang lain”

“Iya pak... siap”

“Pokoknya kamu juga jangan ikut-ikutan.. ga baik buat hubungan kalian, kalo aku sih udah terlanjur kasih kebebasan sama istriku.. dan dia juga kasih kebebasan buatku”

“Wahh.. jadi gitu ya pak? Berarti aku masih bisa minta dipuasin dong sama pak Aryo?”

“Hehehe.. bisa.. tapi apa Dendi rela, itu pertanyaanya”

“Hemmm.. ya gak rela pak”

“Yaudah.. jangan kalo begitu..”

Rinta mengerti arah pembicaraanku. Sebagai perempuan yang cerdas tentu saja dia gampang sekali mengerti apa yang aku maksudkan tanpa harus ku jelaskan secara detail. Tanpa bicara lagi aku dan Rinta kemudian bersiap untuk pulang karena pekerjaan untuk hari ini sudah terlaksana dengan lancar.

***

Kadang dalam pikiranku masih saja bimbang, apakah keputusanku menjalani hidup seperti ini adalah pilihan yang salah. Memang kalau dipikir secara mendalam mungkin saja aku sudah gila. Harusnya istriku kujaga jangan sampai bertindak diluar batas kewajaran. Ini malah dengan sengaja kubiarkan dia bermain dengan laki-laki lain dengan sepengetahuanku. Benar-benar aku sudah gila dan tak bisa berpikir secara sempurna.

Di lain sisi aku juga tak munafik, aku juga telah berselingkuh dengan wanita lain tanpa sepengetahuan istriku. Mungkin kalau aku mau pasti dengan rela hati wanita-wanita itu akan bersedia melayaniku. Mungkin kalau pekerjaanku tak menyita banyak waktuku, pasti aku sudah dengan liarnya berhubungan dengan wanita-wanita kenalanku. Sebut saja Nina sebagai contohnya. Meski statusnya adalah simpanan temanku tapi aku dan dia masih sering ngentot tanpa sepengetahuan selingkuhannya itu.

Kubiarkan saja semuanya mengalir begitu saja. Terpenting buatku adalah keluargaku tetap utuh dan ada bersamaku. Apalagi sekarang ada Vina sebagai istri keduaku yang siap menggantikan Tika yang memang memilih untuk tinggal di desa. Walaupun aku tahu dia tambah liar di sana tapi aku tetap bahagia.

Angga yang sekarang sudah semakin dewasa itu tetap tinggal bersamaku dan Vina. Kelakuannya yang nakal itu masih belum berubah sama sekali. Bolak-balik kulihat dia ganti pacar. Selama kuliah saja kuhitung sudah hampr enam kali dia bergati pacar. Mulai dari teman kuliahnya sampai anak SMA juga. Tentu saja mereka tak hanya berpacaran. Banyak dari mereka yang sudah ngentot dengan Angga. Setiap kali dia membawa pacarnya datang ke rumah, pasti mereka ngentot.

Disinilah keberuntunganku kembali datang. Selain ngentot dengan Angga, pacar-pacar adik iparku itu juga sering aku cicipi. Tak ada satupun dari mereka yang menolak atau protes pada kelakuan kami. Malah mereka semakin menikmati dan ketagihan pada keperkasaan kami berdua. Semakin lama kurasakan hidupku semakin indah terasa.

***

Malam itu aku datang dari tempat kerja sudah sekita pukul 8 malam. Kutemui lingkungan sekita rumahku sudah sepi. Padahal waktu itu kebetulan malam minggu. Entah apa karena masih tanggal tua jadi mereka tak ada acara. Begitu aku masuk ke dalam rumah, kudapati Vina tengah duduk di ruang tamu sambil membuka Hpnya. Tak kulihat hal yang aneh padanya meski tubuhnya sudah tak tertutup apa-apa lagi.

Aku rasa Vina ini lebih parah dari istriku yang pertama. Kalau Tika sering kulihat hanya memakai celana dalam saja. Sedangkan Vina begitu masuk rumah langsung melepaskan semua pakainnya. Tidak siang tidak malam pasti dia akan keluyuran bugil di dalam rumah. Kalau begitu bukan saja dia yang senang, akupun tambah senang lagi. Namun begitu kalau di luar rumah dan bergaul dengan tetangga sekitar, dia pasti memakai pakaian yang tertutup dan sopan. Kelakuannya di rumah dan di luar rumah sangat berbeda sekali. Aku mulai yakin kalau selama ini ternyata Vina juga punya kepribadian ganda.

“Mas.. katanya besok kantorku mau ada acara, mas ikut yah?”

“Emang acara apaan sih Vin?”

“Kumpul-kumpul aja kok mas.. di Villa”

“Ohh.. iya deh besok kita pergi”

Aku kemudian masuk ke dapur lalu meletakkan sepatuku di rak balik pintu. Kemudian aku melepaskan semua pakaianku dan kumasukkan ke dalam mesin cuci. Bukan cuma Vina yang sekarang senang bugil di rumah, aku juga sama. Rasanya memang kebiasaan itu semakin lama semakin jadi hal yang biasa buat semua orang di rumah ini.

Aku kembali ke ruang tamu sambil memegang Hpku untuk membalas pesan yang dikirimkan oleh Tika. Menurutnya mungkin sekitar dua minggu lagi anak kami akan lahir. Aku benar-benar bahagia dan semakin bersemangat menyambutnya.

“Masak apa hari ini Vin?”

“ga masak mas.. ntar aku beli soto ayam aja sama abang yang biasa lewat” ujarnya.

Tak berapa lama kemudian terdengar suara penjual soto ayam akan lewat di depan rumah. Vina yang mendengarnya buru-buru masuk ke dalam kamar dan kembali keluar sudah memakai kemeja lengan panjang untuk menutupi tubuhnya.

“Ehh.. kok cuma pake itu sih sayang? Gapapa emang?”

“Gapapa mas.. biasa aja lagi..”

Vina memang hanya memakai sebuah kemeja lengan panjang bergaris untuk menutupi tubuhnya. Untungnya kemeja itu ukurannya lumayan besar dan panjang sampai bisa menutupi pantat dan pangkal pahanya. Di balik kemeja itu aku lihat Vina tak memakai dalaman apa-apa. Semakin berani saja istri keduaku itu dalam penampilannya. Mungkin kalau dibiarkan lama-lama dia akan berani keluar rumah telanjang juga.

Sejenak kuamati apa yang Vina lakukan di luar rumah. Kuperhatikan abang pejual soto ayam keliling itu tak begitu memperhatikan penampilan Vina, aman. Tentu saja dia tak berani menatap secara jelas tubuh istri keduaku itu. Tapi kulihat ada yang aneh pada diri Vina. Dia seperti tak tenang saat berdiri di dekat abang penjual soto itu. Entah apa yang terjadi dengannya aku belum tahu.

Selesai membeli makanan untuk kami, Vina lalu jalan masuk ke dalam rumah dengan buru-buru sampai tak sempat menutup lagi pintu rumah. Aku yang melihatnya langsung berdiri dan menutup pintu itu supaya tak terlihat dari luar. Akupun menyusulnya ke dapur.

“Kamu kok gak tenang gitu sih Vin”

“Hihihi.. iya mas.. lihat nih..”

Tanpa aku duga sebelumnya, tangan Vina lalu menarik seutas tali dari pangkal pahanya. Berikutnya kulihat sebuah dildo berbentuk telur mulai keluar dari celah vaginanya.

“Aaahhh... enaakkkk... masss”

“Anjritt.. jadi dari tadi kamu pake dildo itu yah?”

“Hihihi.. iya mas.. aahhh.. pengen banget aku cobain pas keluar rumah pake dildo ini”

Dildo yang keluar dari dalam memeknya terlihat mengkilap dan basah. Lendir yang menempel di permukaan dildo itu lumayan banyak.

“Ayo mas makan..”

“Hemm.. iya ayok”

Vina setelah menyajikan makanan di atas meja lalu membuka kembali kemeja lengan panjang yang dipakainya tadi. Otomatis kami berdua kembali bugil bersama di depan meja dapur.

“Angga mana Vin?”

“Ohh.. ada.. di belakang”

“Ohh... sama pacarnya?”

“Iya dong mas.. masak sama tetangga”

Angga sekarang memang sering mengajak pacar-pacarnya ke belakang rumah. Kondisi lahan kosong di belakang rumah yang ditumbuhi rumput ilalang membuat apapun yang dia lakukan di sana terlindungi dengan baik. Sampai sekarang pun aku rasa belum ada yang tahu kalau tempat itu sering dipakai oleh Angga untuk berbuat cabul

Klek.. krieeettt! Pintu belakang rumah mulai terbuka.

“Waahh.. udah ada makanan nih”

Angga kemudian terlihat muncul dari balik pintu dan langsung mendekati meja makan. Kulihat dia tengah telanjang seperti kami, tapi dengan tubuh yang masih berkeringat. Aku yakin dia baru saja menggarap pacarnya di belakang rumah.

“Mbak Vina.. bersihin dong mbak”

“Emm.. sini”

Angga dengan kurang ajarnya menyodorkan penisnya yang masih setengah tegang itu ke mulut Vina. Aku yang melihatnya hanya bisa tersenyum melihat kelakuan mereka. Tentu saja aku buka baru sekarang ini menyaksikan Angga menyodorkan batang penisnya pada Vina.

“Emmhhh... emhhhh..... aahhh.. emmmmm...ppppppuuaaahhh!”

“Hehe.. makasih ya mbak”

“Udah ahh.. duduk makan Ngga” ucap Vina setelah melepas penis Angga dari mulutnya.

Saat Angga sudah duduk, gantian seorang gadis cantik masuk ke dalam rumah meleawati pintu belakang. Rupanya pacar Angga yang dibawa ke rumahku masih sama dengan yang terakhir kali. Aku tahu gadis itu bernama Maya.

“Mas Aryooo..”

“Eh kamu May.. sini.. ikutan makan”

“Iya mas... makasih..”

Kami berempat sama-sama duduk dan makan dalam kondisi telanjang bulat. Kami bahahagia bisa melakukan ini bersama-sama tanpa ada yang merasa keberatan. Semakin lama rasanya kehidupanku memang semakin bebas. Tentunya dalam bingkai kebersamaan sebuah keluarga.

“Ngga, katanya mbak Tika sama Dina di kampung dapat korban baru tuh” ucapku.

“Hehe.. iya mas, kemarin mbak Dina juga telfon aku”

“Ohh.. jadi kamu udah tau yah?

“Iya mas.. biarin aja mereka begitu, ngapain juga diurusin.. toh mas Aryo udah dapat ganti yang lebih bagus” lirik Angga pada Vina.

“Hehe... jangan gitu dong Ngga, itu kan kakakmu juga”

“Iya sih mas.. tapi memang dari dulu mbak Tika sama mbak Dina itu binal banget.. yang bikin aku mau ngentot sama ibu itu ya mereka”

“Hahaha.. tapi kamu juga mau-mau aja gitu”

“ya mau lah... barang enak kok ga mau.. ya gak mbak?” toleh Angga ke arah Vina.

“Hihi.. muka mesum lu Ngga..”

Sambil makan, kulihat tangan Angga masih saja mengocok penisnya. Mungkin dia lakukan itu untuk membuat penisnya tegang terus. Aku hanya diam saja, kubiarkan semuanya berjalan seperti biasanya.

“Mbak Vina... nungging dong” pinta Angga kemudian.

“Ehh..ehh.. masih makan nih Ngga..”

“Udah habis gitu kok.. ayo cepetan”

Vina tanpa minta persetujuanku dulu langsung menungging di depan Angga. Tentu saja pemuda itu dengan leluasanya mulai menyodokkan penisnya dalam liang senggama istri keduaku.

“Ohhh.. Angga... aahh... Ahhh..”

Kini Angga dengan bebasnya berhasil menyetubuhi Vina. Aku yang melihatnya mulai ikut terpancing juga. Apalagi pacar Angga yang bernama Maya itu sudah terlebih dulu berhasil memegangi penisku dan mengocoknya. Tak lama kemudian kuhentikan kocokan tangan Maya dan aku kemudian mendekati Angga.

“Ngga.. kita bikin Vina lemes duluan aja.. kita serang sama-sama”

“Oohhh.. o..oke mas..”

Jadilah kami berdua gantian menyetubuhi Vina. Saat Angga hampir muncrat dia langsung mencabut penisnya. Aku kemudian mengganntikannya mengocok memek Vina. Begitu terus berulang-ulang sampai Vina berkali-kali orgasme.

Maya yang tak mau tinggal diam juga sudah mengambil posisi. Dia secara liar menghisapi puting susu Vina bergatian. Serangan pada titik-titik sensitif pada tubuh Vina membuat istri keduaku itu semakin tak bisa menahan laju orgasmenya. Tubuhnya terus bergetar dan kelojotan dalam nikmat.

Aku dan Angga terus menerus bergantian menggenjot memek Vina dengan penis-penis kami. Tak terasa sudah satu jam lamanya Vina menerima rangsangan dan pompaan dari penis kami pada liang senggamanya. Dia sudah lemas dan hanya bisa pasrah pada kelakuan kami berdua.

Selepas kami mengerjai memek Vina, akhirnya tiba giliran Maya untuk kami buat mabuk dalam birahinya. Aku dan Angga kembali bergantian menusukkan penis kami ke dalam liang vagina Maya. Begitulah seterusnya sampai Maya terkapar dalam nikmat dan kami berdua menumpahkan sperma kami di dalam liang vaginanya.

Tentu saja permainan kami tak berhenti sampai di situ saja. Kami berempat terus memacu birahi kami sampai pagi. Sampai akhirnya kami berempat terkapar bersama di lantai rumahku dengan kondisi masih tanpa busana.

Setelah semuanya reda, aku pandangi ketiga orang di depanku. Vina sudah tertidur dengan kondisi liang senggama penuh dengan lelehan sperma. Begitu juga Maya yang terbaring di dekat Vina. Sedangkan Angga masih saja memeluk pacarnya dengan mesra, tapi kulihat batang penisnya masih belum puas.

Aku memejamkan mata sebentar. Kubayangkan akan jadi apa kehidupanku ini. Apalagi sebentar lagi aku akan punya anak. Apakah mungkin semua kenikmatan ini akan tetap ada? Apakah akan terus kubiarkan istri-istriku secara liar memuaskan birahinya? Tapi selama aku dan semua anggota keluargaku bisa menikmatinya, kenapa tidak? akan aku jalani hidup yang seperti ini sampai kapanpun kami bisa. Bahkan saat anakku besar nanti, biarlah dia juga menikmati apa yang sudah ayahnya nikmati selama ini. Keberuntungan itu ada dan aku meyakininya.

Selesai

***

Terimakasih suhu semua telah membaca dan mengikut cerita receh dan remeh ini. Kurang dan lebihnya ane mohon maaf.
Cerita ini iseng-iseng ane bikin di kala waktu luang saat bekerja, jadi alur cerita dan scenennya agak ngawur.
Semoga semuanya tetap sehat dan kita bisa berjumpa lagi di lain cerita.
Terimakasih.

Salam dari bawah kaki langit.
DeRiKo

***
aseeeekkkk.... da tamat
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd