Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Another Version - Salsabilla (Closed)

Status
Please reply by conversation.
Salam hormat buat Suhu semua.
Kali ini ane posting lagi cerita yang bisa menambah bahan bacaan terutama cerita sedarah. Mohon diingat cerita ini bukan lanjutan dari Salsabilla dan ceritanya. Cerita ini berisi POV adik laki-lakinya. Jadi secara garis besar alur ceritanya akan sama.

Bagi yang belum membaca ceritanya silahkan kunjungi Thread https://www.semprot.com/threads/salsabilla-dan-ceritanya-tamat.1416293/

Cerita ini hanya fiktif belaka. Kesamaan nama tokoh, alur cerita dan lokasi kejadian murni tanpa sengaja.
Ane ga melarang cerita ane di-Copas, tapi kalau cerita ini tersebar diluar forum Semprot, maka itu bukan tanggung jawab ane lagi.

****

Post 1

Hai, namaku Farid. Seperti yang sudah kalian kenal kalau aku adalah adik laki-laki dari seorang cewe cantik bernama Salsabilla. Dia adalah kakakku satu-satunya karena kami memang hanya dua bersaudara. Aku dan kakakku umurnya beda dua tahun saja, jadi kami saat di rumah sudah seperti teman dekat. Dari SD sampai kuliah pun tempat kami mengenyam pendidikan selalu sama. Bukannya apa-apa tapi mama yang memang mengaturnya supaya gampang mengurusnya kalau tempat pendidikan kami selalu sama.

Sebagai dua orang bersaudara, tentunya kami sangat akrab satu dengan lainnya. Namun tak jarang kami juga terlibat perseteruan yang hanya dari masalah sepele saja. Wajar saja menurutku kalau ada dua orang adik dan kakak bertengkar dalam kehidupan sehari-hari. Untungnya setelah bertengkar kami jadi semakin lengket dan kembali akrab seperti sebelumnya.

Dari cerita sebelumnya kalian pasti sudah tahu kalau orang tua kami sering pergi keluar kota untuk mengurusi pekerjaan mereka. Kalau mama sih pergi paling sehari dua hari saja. Sedangkan papaku kalau pergi bisa sebulan baru pulang ke rumah. Aku maklum karena pekerjaan papaku menyangkut pengerjaan proyek di luar pulau. Itulah kenapa kehidupanku di rumah selalu dikelilingi dua wanita cantik yang sangat menarik perhatiannku.

Jujur aku akui, selain kakak perempuanku, aku juga punya mama yang wajahnya tak kalah cantik dengan kak Sasa. Bahkan kalau mereka jalan bareng sering dibilang adik sama kakaknya. Tak salah memang karena mamaku wajahnya nampak awet muda meski umurnya sudah hampir 45 tahun.

Selain wajahnya yang cantik, mamaku juga punya bentuk tubuh yang masih saja bagus dipandang. Walaupun perut mama sudah tak lagi rata, tapi lekuk tubuhnya masih bagus banget. Langsing dan tak ada kerutan di kulitnya. Aku tahu semuanya karena aku sering melihat tubuh telanjang mama saat kami mandi bersama.

“Mam, tubuh mama masih aja bagus banget.. apasih rahasianya mam?” tanyaku.

“Emm.. kamu mau tau beneran?”

“Iya dong mam.. apa?”

“Hihi.. gampang, cuma seks yang puas aja sayang”

Tiap kali aku tanya pada mama selalu dia jawab begitu. Sudah beberapa kali aku memberi pertanyaan yang sama namun pasti mama menjawabnya dengan kata ‘kepuasan seks’. Lama kelamaan aku tak pernah lagi bertanya pada mama karena aku mulai menyadari kebenaran kata-katanya itu.

Memang benar kehidupan seks orang tuaku terbilang unik. Tiap kali ada kesempatan pasti mereka melakukan persetubuhan itu sampai puas. Pun mereka melakukannya seperti tak kenal tempat dan waktu. Sedari kecil aku sudah tak asing lagi dengan pemandangan kedua orang tuaku sedang bersetubuh. Karena aku pernah beberapa kali melihat mereka ngentot di luar kamar. Bahkan sering mereka melakukannya di depan Tv tanpa peduli anak-anaknya sudah tidur apa belum.

Itulah kenapa saat aku sudah SMA kebiasaanku mengocok penisku sendiri semakin menjadi-jadi. Seiring dengan semakin banyaknya aku mengkoleksi film bokep yang bisa aku download dari internet sepuasnya. Hampir tiap malam sebelum aku tidur kutelanjangi diriku dan mulai membetot batang kelaminku sampai kudapatkan kepuasan. Bahkan semakin hari kebiasaan coli yang aku lakukan semakin parah.

Pernah satu ketika aku pulang dari sekolah. Waktu itu aku sudah mau ujian kelulusan. Aku datang ke rumah dengan tubuh yang teramat capek dan otak sangat lelah. Dengan gontai aku jalan masuk melewati pintu rumahku. Kondisi pintu yang terbuka menunjukkan kalau di rumah ada orangnya. Memang hari itu baik papa maupun mama sama-sama ada di rumah semuanya. Hanya kakak perempuanku saja yang masih di kampusnya.

Perlahan aku masuk ke dalam rumah dnegan langkah gontai. Kuseret tas sekolahku seakan aku menyerah dengan situasi hari ini. Aku terus berjalan sampai aku melihat papa dan mamaku di ruang tengah.

“Sial..” rutukku dalam hati.

Mataku langsung menangkap tubuh bugil kedua orang tuaku yang sedang beradu alat kelamin. Mama terlihat menungging menyerahkan lobang kemaluannya disodok penis papaku dari belakang. Lagi-lagi aku disuguhi adegan ngentot secara live, bukan sekadar film bokep yang biasa aku lihat di laptopku. Baik papa maupun mama sama-sama melihatku datang, tapi mereka malah terkesan cuek saja dan meneruskan saja perbuatan mereka.

“Aahhh.. baru.. pu...pulang sayang?” tanya mama dengan terbata-bata. Sodokan penis papa dari belakang membuatnya susah bicara.

“Iya mam.. Farid capek banget” balasku lalu duduk di sofa dekat mereka.

“Gapapa.. capek itu biasa.. emmhh.. bentar lagi kamu lulus” ucap papa kemudian.

Meskipun kejadian yang aku hadapi itu sangat tak wajar, tapi pembicaraan kami seperti biasa saja antara orang tua dan anaknya. Aku juga tak berani protes supaya mereka pindah ke tempat lain. Karena terus terang saja aku ikut menikmati adegan-adegan persenggamaan mereka dan terus ingin menontonnya. Entah kenapa melihat kedua orang tuaku ngentot dengan bebas seperti itu membuat libidoku semakin naik.

“Udahh.. ahh.. emhhh... ganti.. ahh.. pakain dulu.. trus..mm.. makan” ujar mama lagi.

“Iya mam.. bentaran .. malas nih” balasku spontan.

Tatapan mataku masih saja mengarah pada tubuh mama yang basah karena keringat. Pelan-pelan kurasakan penisku mulai bangun dari tidurnya dan tegang sejadi-jadinya. Pengen banget aku kocok kemaluanku saat itu juga, tapi aku masih malu pada oang tuaku.

“Udah lepasin aja celananya.. kasian jadi kejepit tuh, hehehe...” seloroh papa melihat ke arahku.

“Eh.. i-iiya pahh.. maaf.. aku ke kamar aja dulu” balasku belingsatan. Aku ketahuan.

“Uuuhhh.. gapapa sayang.. kalo ga tahan.. emmhhh.. buka disini juga boleh kok” imbuh mama mengomentari kondisiku.

Sedari dulu aku dan kakakku memang dibiasakan berpakaian bebas di dalam rumah. Baik mama ataupun papa tak pernah protes pada apa yang aku dan kak Sasa pakai. Bahkan kalau aku bugil sekalipun mama tak pernah marah padaku. Itulah kenapa aku sering keluar dari kamar mandi telanjang lalu jalan ke kamarku. Namun untuk bugil di depan papa dan mama yang lagi ngentot sepertinya belum bisa aku lakukan. Aku masih ragu dan malu.

“Eh, yaudah.. Farid ke kamar duluan yah pah, mahh.. capek nih badan Farid” ucapku kemudian mulai jalan ke lantai atas.

Meski aku ingin terus nonton apa yang mereka lakukan tapi pikiranku malah tak tenang. Ucapan papa dan mamaku tadi membuatku salah tingkah. Tapi melihat kejadian itu libidoku semakin meninggi. Batang penisku masih terus tegak mengeras di balik celana seragam yang aku pakai di tubuhku.

“Ahh, sial.. ngapain mereka malah nyuruh aku bukain pakaian disitu..” gerutuku lagi.

Dengan gerakan malas-malasan aku kemudian membuka baju dan celana abu-abu yang kupakai untuk sekolah tadi. Kuperhatikan dua pakaianku itu dengan tatapan menerawang jauh. Kalau memang aku lulus ujian akhir nanti, itu artinya sebentar lagi aku tak lagi memakai baju putih dan celana abu-abu lagi. Ahh, ternyata waktu cepat berlalu.

Dengan memakai celana dalam saja di badanku, aku kemudian menyalakan laptopku dan membuka file-file film bokep koleksiku tentunya. Dimasa remajaku ini tentu saja aku gampang sekali horny, apalagi pulang sekolah tadi sudah disuguhi tontonan kedua orang tuaku lagi ngentot di ruang tengah membuat libidoku semakin tinggi. Sudah saatnya aku melampiaskan kebutuhan birahku ini. Kuputar film kesukaanku dan kubuat hayalan untuk terus menaikkan birahiku.

“Aahhhh... sshhhh..” desahku yang kini sudah mulai mengocok penisku sendiri.

Meski bintang porno yang tampil di layar laptopku cantik dan seksi semuanya, namun entah kenapa bayangan tubuh telanjang mamaku malah muncul dalam fantasiku. Tubuh bugil orang yang melahirkan aku itu kulihat semakin mempesona dan semakin menarik untuk terus dibayangkan. Ugh, jadi gak tahan pengen ngentotin mama juga nih. Sial!

“Aahhh.. uhhhh.. maam... ahh.. enak banget mam.. ahh..” desahku sambil memejamkan mata dan membayangkan yang sedang mengocok penisku adalah mama.

Tak puas dengan melihat film bokep saja, akupun lalu menuju ke tempat tidur dan membaringkan diriku di atasnya. Kubuka celana dalam model segitiga yang aku pakai dan kulempar barang itu ke pojok kamar. Kini aku mengocok penisku lagi dalam kondisi bugil tanpa tertutup apapun di tubuhku.

“Oohhh... emmhhh.. aahhh... iyaahh.. mama.. enaakkk..” lenguhku tertahan ketika penisku kukocok dengan cepat.

Clek..clekk..clekk...clekk.. !!

Lendir pre-cum yang meleleh dari ujung kemaluanku membuat kocokan tanganku jadi licin. Semakin lama semakin nikmat kurasakan. Belum lagi bayangan tubuh bugil mamaku yang menari-nari dalam pikiranku membuat aku semakin terbakar birahi.

“Oohhh.. enak maamm.. aahh.. memek mama enak bangeettthh!!” lenguhku terus menerus.

Kocokan tanganku semakin cepat dengan diiringi mulai berkedutnya batang kelaminku dengan nikmat. Rasa gatal dan nyut-nyutan di pangkal penisku memberi tanda kalau sebentar lagi puncak kenikmatanku akan kuraih. Aku tak mengendurkan gerakanku, malah semakin kupercepat kocokanku pada penisku yang terlihat semakin memerah ini.

“Haaaaahhhhhhhh!!!”

Crott.. croott.. crott.. crottt...

Cairan putih kental menyembur keluuar dari ujung batang penisku. Tubuhku bergetar hebat dan kedua kakiku kelojotan menahan getaran rasa nikmat yang mengalir di semua sendi-sendi badanku.

“Wuaahhh.. liat tuh paahh.. anak kita pejuhnya banyak banget”

“Hehee.. iya dong mah.. kayak papanya dong”

Aku mendadak kaget bukan main mendengar suara papa dan mamaku yang ternyata sudah berada di depan pintu kamar. Memang aku tadi lupa menutup pintu kamarku hingga kedua orang tuaku bisa melihatku menyemburkan spermaku saat ini. Aku tak bisa berkutik, bahkan tanganku juga masih tetap mengocok penisku meski papa dan mama sedang melihatku.

“Eh... ehh.. ??” mataku membelalak tak percaya, tapi aku tak bisa berbuat banyak.

“Udah deh sayang.. gapapa.. normal buat anak seusia kamu coli.. tuhh.. banyak banget spermanya.. duhh.. jadi sia-sia kek gitu dehh..” ucap mama.

“Hehe.. udah mahh.. jangan gangguin Farid, biarkan dia menikmati waktu sendirinya” sambung papa.

“Iya deh pahh.. hihihi.. yuk kita lanjut lagi pahh..”

“Hehe.. okehh.. masih kuat nih?”

“Masih dong..”

Mereka kemudian meninggalkan kamarku, membiarkan aku tergeletak sendirian di atas tempat tidurku. Dada dan perutku penuh dengan cairan spermaku. Kubiarkan saja semuanya tanpa aku bersihkan untuk saat ini. Mataku masih tak percaya kalau kedua orang tuaku sudah memergoki aku tengah coli di kamarku. Duhh, nanti kalo ketemu sama mereka aku harus bilang apalagi nih?.

***

Beberapa hari semenjak kejadian itu ternyata tak ada komentar apapun dari kedua orang tuaku. Kehidupanku berjalan seperti biasanya. Papa sudah kembali ke luar pulau lagi dan mama juga sudah ke kantor seperti biasa. Karena papa dan mama tak mempermasalahkan apa yang aku lakukan, kelakuanku jadi tambah berani lagi.

Sekarang aku tak lagi sembunyi-sembunyi nonton film bokep di kamarku. Bahkan aku biarkan saja pintu kamarku terbuka meski mama dan kakak perempuanku ada di rumah. Semuanya tak ada yang berani menggangguku, mungkin mereka sudah malas mau ngomel-ngomel padaku.

Seperti halnya malam itu. Aku duduk di depan meja belajarku sambil nonton bokep dari laptopku. Pintu kamarku terbuka lebar dan volume laptopku lumayan keras juga. Pastinya suara orang ngentot dari film bokep yang aku putar terdengar sampai keluar kamar. Aku juga sudah telanjang bulat, sambil menonton film porno itu tanganku terang-terangan mengocok penis tegangku dengan cepat. Aku tak peduli lagi kalau ada anggota keluargaku yang bisa melihatku.

“Dekk.. kecilin dong suaranya.. kakak mo tidur nihh..” protes kakak perempuanku yang sedang berdiri di depan pintu kamarku.

“Apa?? Ohhh.. iya kak.. sorry..” balasku sambil mengecilkan suara laptopku.

“Hhhh.. tiap hari ngebokep terus.. lu gak bosen yah nonton gituan?”

“Gakk.. biasa aja.. asikk siihh” balasku cuek.

“Hhh.. dasar..”

Kak Sasa lalu beranjak pergi dari depan pintu. Kurasa dia sudah masuk ke dalam kamarnya. Aku teruskan lagi nonton film porno di laptopku sampai selesai satu judul lagi. Kali ini temanya adalah ibu rumah tangga yang disukai oleh anaknya sendiri. aku paling demen film JAV yang model ginian. Selain pemerannya cantik-cantik, bodynya juga bagus dan kulitnya putih bersih. Apalagi perempuannya saat orgasme bisa muncrat-muncrat. Jadi makin semangat nontonnya.

Selesai nonton film yang terakhir, entah kenapa aku jadi teringat kak Sasa. Tiap kali aku nonton JAV pasti teringat kakakku karena memang dia itu mirip sama pemain filmnya. Wajahnya yang cantik, rambutnya hitam lurus sebahu, matanya bulat dan kulitnya putih bersih. Belum lagi bulatan bukit kembar di dadanya yang menggantung gede itu semakin membuatnya mirip dengan pemain bokep favoritku.

Pelan-pelan aku melangkah keluar kamarku. Meski tubuhku tak tertutup apa-apa tapi aku dengan santai melangkah menuju kamar kakak perempuanku. Karena posisi kamar kak Sasa tepat berada di depan kamarku, begitu aku keluar kamar sudah langsung tiba di pintu kamarnya. Sesaat aku berhenti, berdiri diantara rasa ragu dan kepengen melihat kemolekan kakak perempuanku dari dekat.

“Kakk...” panggilku memastikan dia sudah tidur apa belum. Karena tak ada jawaban maka aku pastikan dia sudah tidur.

Kakak perempuanku itu kebiasaannya hampir sama denganku. Dia tak pernah menutup pintu kamarnya kecuali kalau sedang berganti pakaian. Mamaku sudah berulang kali menegurnya tapi kak Sasa tak pernah mau menurut. Lama-kelamaan mama jadi bosan juga tiap kali harus teriak pada kakakku.

“Kak Sasa... “ panggilku lagi, kupastikan sekali lagi kalau dia benar-benar sudah tidur.

Lampu kamarnya masih menyala terang, mungkin dia lupa mematikannya karena sudah terlalu capek dan ingin cepat tidur. Akupun berjalan mendekatinya yang sedang terbaring di atas tempat tidur. Posisinya telentang memamerkan kedua payudara montoknya yang bergelantungan indah. Kakakku itu kalau tidur biasanya memang hanya memakai celana dalam saja. Kebiasaan itu sebenarnya mama yang menyuruh, entah apa pertimbangannya tapi aku tahu betul itu dari nasehat mama. Wajah kakak perempuanku itu terlihat damai dalam tidurnya. Mulutnya sampai menganga karena mungkin dia benar-benar capek saat itu.

“Kaakk.. kak Sasa..” ucapku sambil menyentuh pundaknya. Kupastikan kalau dia benar-benar tertidur lelap.

“zzzzzzz”

“Duhhh.. cantik banget sih kamu kak... ahh.. mirip sama yang di film itu” gumamku kemudian sambil mengusap pipinya.

“zzzzzz” tak ada respon darinya.

Aku semakin berani berbuat iseng. Kudekatkan ujung penisku ke arah puting susunya lalu kuusapkan dengan gerakan memutar. Tentu saja saat itu batang penisku masi tetap tegak mengeras karena sedari tadi spermaku belum keluar. Bahkan semakin tegang ketika ujungnya sudah menyentuh puting susu kakak perempuanku.

“Oohhh... elu tuh punya body seksi banget kakk.. emmhh..” ucapku terus memutar ujung penisku di permukaan susunya yang bulat kenyal itu.

Sambil kucabuli payudaranya dengan ujung kelaminku, tangan kiriku mulai berani mengelus kemaluannya yang tertutup celana dalam hijau tosca. Paduan kulit putih bersihnya dengan celana dalam hijau tosca membuatnya nampak seksi sekaligus imut. Ugh, ga tahan aku pengen segera berbuat mesum dengannnya.

“Ahh.. kakak... inget yah.. suatu saat nanti aku pasti bisa menikmati jepitan memek ini kak..” ucapku sambil mengelus kemaluannya dari luar kain celana dalam.

“Emmhhhh.... nngghhh.. zzzzzzzz” tiba-tiba kak Sasa menggeliat, namun posisinya masih telentang.

Aku langsung mengangkat tanganku dari kemaluannya. Mungkin tadi dia merasa geli karena tanganku menyentuh bagian sensitifnya. Karena aku rasa dia sudah kembali tidur dengan lelap, aku mulai lebih berani untuk mencabulinya. Kini kuarahkan ujung penisku ke mulutnya yang melongo itu.

“Uuhhh... bibir kakak tipis, merah lagi.. asli, seksi banget lu kak..” gumamku pelan.

Kugesekkan kepala penisku di bibirnya. Kemudian kutarik lalu aku kocok sampai berkedut-kedut. Berikutnya kembali aku gesekkan penisku di bibirnya lalu kukocok lagi. Begitu terus sampai beberapa saat lamanya aku mulai merasa spermaku akan keluar.

“Aaahh.. kakk.. nghhh.. enak banget kak.. ahh.. puasin adek ya kak..” racauku.

Akupun langsung mengocok penisku dengan cepat. Birahiku sudah memuncak dan ingin segera mendapat kepuasan. Kutarik beberapa lembar tissu dari atas meja lalu kugunakan menampung cairan spermaku.

“Huuooohhhhh... aaahhhh.. kaakakkkk” lenguhku panjang.

Semburan demi semburan cairan putih kental mendarat di lembaran tissu yang aku pegang dengan tangan kiriku. Cairan yang keluar banyak banget sampai tissu yang aku ambil tak mampu menampungnya. Berpikir cepat, aku langsung mengarahkan ujung kelaminku ke mulut kak Sasa.

“Oohhhhh... nikmaatttl..” desahku lagi.

Kali ini sisa tetesan cairan spermaku masuk ke dalam mulut kakak perempuanku. Dia kulihat tetap tenang dan lelap. Namun detik berikutnya kudapati kak Sasa menelan cairan yang masuk ke mulutnya. Dia telan cairan itu seakan sedang minum air. Sungguh di luar dugaanku, kakak perempuanku memang ada bakat binal rupanya.

Kuusap sisa lelehan spermaku di bibir kakak perempuanku dengan tissu. Aku tak ingin dia merasakan sisa cairan nikmatku ketika dia bangun nanti. Setelah kurasa cukup, akupun jalan keluar dari dalam kamarnya. Rasanya badanku jadi lemes tapi puas banget. Bahkan bisa dibilang lebih puas daripada coli sendirian di kamar seperti biasanya.

***

Pikiranku pada tubuh mama semakin hari semakin menjadi-jadi. Tiap kali aku melihat tubuh mamaku terbuka sedikit saja sudah membuat darahku berdesir kencang. Aku rasa kejanggalan pada dirkiku semakin terlihat jelas. Bisa-bisanya aku nafsu pada tubuh mamaku sendiri? padahal sebelum-sebelumnya aku tak begini.

Nafsuku yang bergejolak semakin diperparah oleh kelakuan mamaku yang setiap harinya selalu berpakaian asal-asalan saat di rumah. Ada papa atau tidak, kelakuan mama selalu sama. Suka mengumbar auratnya kemana-mana. Masih mending kakak perempuanku, dia biasanya pake kaos longgar dan celana dalam saja saat di rumah.

Sudah sedari kecil memang aku tahu kalau mama pakaiannya suka yang asal-asalan saat di rumah. Tapi setelah aku dewasa seperti saat ini kebiasaannya itu benar-benar tak membantuku meredakan nafsuku. Mama malah terkesan cuek padahal dia juga tahu kalau aku diam-diam sering memperhatikan tubuhnya.

Pagi ini aku sudah siap dengan seragam sekolahku. Aku dan mama sedang duduk berdua di meja makan sambil mulai sarapan. Kakakku masih molor di kamarnya karena hari ini dia kuliah agak siang. Jadilah kesempatan ini kugunakan untuk memandangi tubuh mama sepuasnya.

“eh, kenapa sih ngeliatin mama terus?”

“Emm.. gak kok mam.. hehe.. biasa aja” balasku tergagap.

“Beneran? Ga ada yang aneh sama mama kan?” tanya mamaku lagi.

“Gak sih.. mama cantik kok.. seksi lagi” ucapku berani.

“Hihihi.. gak papanya, gak anaknya...uhh.. sama-sama pinter ngegombal”

“Yee.. bilanging ga percaya.. mama tuh cantik.. sampe aku jadi..”

“jadi apa? Hayooo..”

“jadi terpesona mam, hehee..”

Pagi itu mama memang nampak mempesona dengan baju tidur model kimono warna peach. Gaun itu memang berlengan panjang, tapi ujung bawahnya cuma sampai di bawah pangkal paha. Sayangnya mama masih memakai celana dalam jadi vaginanya tidak sampai kelihatan. Namun untuk bagian atasnya jadi terbuka hingga belahan dada mamaku terlihat dengan jelas. Apalagi kalau dia berjalan membuat gaun yang dia pakai berkibar, itulah kenapa aku jadi sering melihat payudara mama bergantungan dengan bebasnya. Memang mama kalau di rumah tak pernah memakai Bh, begitu juga kakak perempuanku.

“Eh iya, kamu kapan ujiannya?”

“Emm.. bulan depan mam.. kenapa emang?”

“Ohhh.. iya.. banyakin belajarnya dong sayang.. jangan malah coli terus.. ntar ujung-ujungnya jadi males tuh..”

“Eh.. emm.. itu.. ahh.. gak kok mam..” balasku bingung mau bilang apa.

“Sayang.. gapapa kamu luapin nafsu kamu.. tapi harus tau waktu.. jangan keseringan” tutur mamaku lagi.

“Hhhh.. iya mam.. baik” balasku tertunduk lesu.

Ucapan mama seakan-akan menyiram kepalaku dengan air dingin. Sampai-sampai libidoku yang sempat naik karena melihat tubuh mama kini jadi turun seketika. Aku berubah jadi kerupuk yang tersiram air, mengkerut dan lemes.

“yaudah mam.. Farid berangkat dulu...”

“Iya, yang pinter yah sayang, cuphh.. cuphh..” balas mama mencium kedua pipiku.

Ucapan mama saat sarapan tadi membuat pikiranku teralihkan dari moleknya tubuh mamaku untuk sementara waktu. Akhirnya aku bisa fokus mengikuti pelajaran hari ini. Di hari-hari sebelumnya aku selalu terbayang cantiknya mama dan seksi tubuhnya. Dulu sempat aku tak tahan lagi karena horny terus-terusan mikirin mama lalu aku putuskan coli di kamar mandi sekolah. Sungguh aku jadi semakin menyerah pada bayanganku sendiri. Padahal mama tak pernah sekalipun menggodaku dengan sengaja.

Selesai jam pelajaran terakhir aku langsung lari menuju ke parkiran motor. Aku hanya ingin segera pulang dan ketemu lagi dengan mamaku. Mungkin seperti inilah rasanya terobsesi pada seseorang yang tak mungkin kita gapai. Selalu ingin dekat dengannya meski tak ada kesempatan untuk bersatu. Aku memang sayang pada mamaku, sayang sebagai anak pada mamanya. Tapi aku juga punya nafsu, yang sialnya malah ditujukan pada mama kandungku sendiri. Mungkin aku sudah beneran jadi gila sekarang ini.

“Ooiii.. Farid..” teriakan seseorang menghentikan langkahku.

“Ape luu?”

“Tungguin bentar napa?” ucap seorang pemuda berbadan tegap yang menghampiriku.

Namanya Dennis. Dia itu temanku sedari SD sampai sekarang di SMA ini. Meski wajahnya pas-pasan tapi dia dikenal sering gonta-ganti pacar. Entah apa yang dilihat dari semua pacarnya sampai harus mau sama anak itu. Ganteng enggak, pinter enggak, cuma menang badan aja yang atletis menurutku.

“Sob.. ikutan gua ke rumah bentaran gihhh..” ajaknya.

“Tumben ngajakin gua? Pacar lu kemana emang?”

“Ada.. cuma gua pengen ngajak lu juga bro..”

“Ogahh.. ntar gua cuman ngecengin klean aja... lu mah enak ada pacar, lhah gua?”

“hahaa.. makanya terima aja tuh si Lia.. ato si Riska.. Afni juga boleh tuhh..”

“gakk.. ribet ahh kalo sama mereka..”

“Ribet apaan? Lu tuh ganteng sob.. cuman jual mahal aja lu sama cewe.. mana yang ngejar lu tuh cantik semua.. hhhh.. herman gua..”

“Herman?? Heran maksud lu?”

“Iye, itu maksud gua..”

“Duhhh..” aku bener-bener gedek sama anak satu ini.

Belum tuntas kami ngobrol, tiba-tiba dari arah belakang muncul sesosok cewe cantik. Rambutnya panjang tergerai dan baunya harum banget. Mungkin cewe satu ini udah kaya kuntilanak, datang langsung bau wangi.

“haii semuaa,...” sapa gadis cantik bernama Ella itu.

“hai sayang..” sambut Dennis dengan pelukan di pinggang cewe tadi.

“eh, ada si ganteng Farid juga nihh.. waahh.. kek mimpi bisa jalan bareng sama bintang karate sekolah ini”

“Dihh.. apaan? Bukannya kita satu kelas...” balasku mencibir ucapannya.

“Owh iya.. bener, gua lupa gara-gara liatin wajah ganteng elu sih.. hihihi..” ucapnya lagi dengan nada centil.

“udah.. udah.. jadi jalan gak kita nihh?”

“jadi dong sob.. yukk..”

Karena aku sekolah bawa motor, akhirnya aku jalan sendiri membawa motorku menuju rumah si Dennis. Sedangkan temanku itu membonceng Ella dengan motor ninja hijaunya. Di sepanjang perjalanan aku sengaja mengekor di belakang mereka. Berkali-kali aku harus melihat bokong si Ella yang agak nungging karena efek model jok motor punya Dennis. Pasti bemper depannya cewe itu terus menabrak pinggang Dennis juga.

Selain itu, berkali-kali mataku selalu menangkap paha mulus milik Ella yang terlihat karena roknya tersingkap tertiup angin. Sempat juga aku melihat jelas penampakan tatto gambar bunga di paha Ella sebelah kiri. Kurang ajar beneran tuh cewe. Masih sekolah udah berani bikin tatto di paha lagi. Anehnya cewe itu sama sekali tak merasa risih pahanya terbuka, malah dia membiarkannya saja meski ada pengendara motor lain yang melihatnya.

Beberapa menit di jalan akhirnya kami sampai di rumahnya Dennis. Lokasinya terletak di pojok sebuah kompleks perumahan. Bentuknya memang tak terlalu besar tapi terasa luas untuk di tempati satu orang saja. Dennis memang sering sendirian di rumah, karena orang tuanya cerai dan kini dia tinggal bersama ibunya saja. Kebetulan ibunya juga kerja pada sebuah perusahaan di luar kota dan pulang hanya seminggu sekali saja.

“Masuk geng’s” ajak Dennis sok jadi bos.

“hemm... oke..”

Kuparkir manis motor matic merah menyala punyaku di teras rumahnya. Tepat di sebelah ninja ijo yang kelihatan tak terawat itu. Kasian banget nasibnya dapat pemilik yang tak tau terimakasih. Setelah kurasa aman, akupun lalu mengikuti dua sejoli itu masuk ke dalam rumah. Namun begitu langkahku cuma sampai ruang tamu saja. Aku kemudian duduk pada sebuah sofa.

“Lu bikin nyaman ya broo.. gua urusin bentar cewe atu nih..”

“Yoi.. lanjut broo..” balasku cuek.

Mereka kemudian jalan masuk ke dalam rumah lalu menghilang di balik pintu kamar Dennis. Aku benar-benar tak peduli apa yang mereka lakukan di sana. Jelasnya aku hanya menunggu Dennis keluar lagi menemuiku.

Sambil menunggu Dennis muncul lagi, aku sengaja chat dengan mamaku untuk menanyakan kabarnya. Rupanya mama sudah ada di rumah. Membaca balasan dari mama semakin membuatku jadi ingin cepat pulang. Namun apa daya aku sekarang tersandera oleh temanku sendiri yang sekarang malah asyik berduaan dengan pacarnya.

Menit berikutnya aku malah mendengar suara jeritan dan tawa cekikikan dari dalam kamar Dennis. Gilak!! Udah tau aku nungguin di ruang tamu tapi dianya malah enak-enakan sama pacarnya. Makin lama aku jadi tak sabar. Langsung saja aku jalan mendekati pintu kamar temanku itu.

“Brooo...” ucapku terhenti seketika.

“Ehhh.. bentar sob.. lagi... lagi.. naggung nih” balas Dennis.

Bisa-bisanya dia malah ngentot dengan Ella saat aku ada di ruang tamu rumahnya. Benar-benar kurang ajar banget si Dennis ini.

“Yaahh.. pake ngentot lagii.. ahh... anjing lu broo...”

“Uhhh... sorry bentar aja broo.. udah ga kuat nihh..”

Ella sudah dalam kondisi telanjang bulat telentang di atas lantai kamar. Sedangkan Dennis hanya memelorotkan celananya saja. Kulihat jelas penis temanku itu sudah masuk seluruhnya ke dalam liang vagina milik Ella.

“kalian lanjutin aja.. sorry gua mo pulang duluan.. nyokap gua udah nungguin”

“Yahh.. bantuin sini gihh”

“Apa?? Lu makan aja tuhh memek Ella.. gua mo pulang..”

Brakkk!!! Aku banting pintu kamar dengan keras.

Tanpa basa-basi lagi aku langsung cabut dari rumah Dennis. Tak kupedulikan lagi kata-kata dari Ella yang sempat kudengar menyebut-nyebut namaku. Kuambil motorku lalu kugeber sekencang mungkin menuju rumahku. Aku sudah muak dengan semua yang ada di rumah temanku itu.

***

Bersambung.
Asik ada cerita baru lagi
 
Beuhh suhu... ceritnya selalu bikin merinding
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd