Ketenangan yg Sesat..
Pagi kembali menyambut sang mentari yang cerah namun tidak dengan hatiku saat ini, dengan perasaan yg amat sedih, marah, serta murka dikarenakan peristiwa semalam aku dan suami ku bertengkar akan hadir nya orang ketiga dalam kehidupan ku. Aku pikir aku adalah wanita yg kurang beruntung karena begitu sayang dan cinta nya aku terhadap suami namun semua nya hanya berbalas kan Penghianatan. " Harapan ku hanya satu ya tuhan semoga ada pria yg benar-benar tulus mencintai aku dan anak " ujarku. Dan ini lah kisah ku ...
" Dewi temenin ibu ke pasar yuk, sekalian ajak anak mu kita belanja untuk makan hari ini " kata ibuku,
" Baik Bu, Dewi bangunkan dulu putri kayak nya masih tidur " jawabku.
Dewi adalah namaku, dan aku mempunyai anak perempuan bernama putri yg masih 3 tahun. Setelah ku mengetahui suami ku bermain gila dengan wanita lain pada malam itu, kuputuskan aku dan anak ku sementara waktu pulang kerumah orang tua ku untuk melepas kan beban dan pikiran ku yg aku emban saat ini.
Aku memang wanita biasa sederhana yg hanya setelah menikah pengabdianku lah yg aku berikan semua nya kepada suami ku, aku tidak bekerja hanya seorang ibu rumah tangga biasa.
Selepas pergi dari pasar bersama ibu, aku pun bergegas mencuci dan mengiris bawang sedangkan ibu ku mencuci sayuran di wastafel sementara putri anak ku sedang di ajak jalan-jalan mengililingi area komplek di tempat rumah ibu ku.
" Bu kayak nya Dewi mau izin keluar kota untuk mencari pekerjaan Bu " tanya ku
" Halah sudah wi, mending disini saja temani ibu di sini kalo cuma sedekar makan saja bapak mu kan masih bisa biaya kan " jawab ibu ku.
Aku memang anak pertama dari 2 bersaudara, saudara Perempuanku saat ini sudah menikah dan memutuskan untuk tinggal di kota bersama suami nya sementara ibu dan bapak yang sehari-hari nya berjualan perlengkapan pertanian di desa.
" tapi Bu aku mau meninggalkan kampung sebentar untuk menemui teman lamaku, dia bekerja disana dan seperti nya sukses Bu" jawab ku.
" ya sudah kalo ibu seh mengizin kan mungkin kamu juga saat ini lagi stress memikirkan keadaan kamu dan suami mu Tapi cobalah kamu bilang sama bapakmu" jawab ibuku.
Setelah masakan rampung aku pun bergegas menemui ayah ku yg sedang duduk sembari mengawasi putri ku bermain di halaman rumah.
Aku pun mendekati bapak ku dan menyujud tangan sembari bersujud
" pak maafin Dewi yg belum bisa menjadi wanita yg membahagiakan bapak dan ibu " kata ku sambil berderai air mata.
" sudah nak nggak apa-apa kok yg penting kamu dan anak mu untuk sementara waktu tinggal disini saja dulu untuk masalah susu dan perlengkapan anakmu biar bapak saja yg tanggung dulu " jawab bapak ku,
" tapi pak Dewi mau minta izin untuk ke kota sebentar menemui teman lama dia buka usaha butik maju pak dan Dewi di ajak untuk main kebutik nya siapa tau juga pak Dewi bisa kerja di tempat usahan teman Dewi " tanya ku.
" ya sudah itu terserah kamu saja nak, yang penting bapak harap kamu bisa memutuskan suami Baj1ngan itu, bapak sudah muak ngeliat tikah laku suami mu itu " jawab bapak sembari emosi dan marah.
Kami pun menyelesaikan obrolan dan segera santap siang bersama bapak ibu dan anak ku.
SEMINGGU BERLALU..
Hari berganti hari percakapan demi percakapan aku dan bapak ibu yg ingin pergi ke kota akhirnya di restui oleh bapak ku, mereka pun akhir nya mengizin kan aku untuk pergi ke kota.
Kring..kringg bunyi handphone ku..
" wi besok aku jemput di halte bis kota ya " telpon temanku.
" iya Ri ini aku lagi siap-siap mau berangkat" jawabku
Aku dan Riri berteman
akrab semasa SMA dulu, kami selalu bersama-sama ketika sekolah dari awal masuk sampai kami lulus pun kami selalu bersama-sama Tapi Riri memutuskan pergi ke kota untuk bekerja dan menikah disana dan sekarang dia sudah punya usaha butik sendiri sementara suami nya bekerja di salah satu perusahaan ternama di kota.
" Bu pak Dewi pamit ya, Dewi titip putri y Bu " sembari memeluk putri ku menangis.
" pokok nya bapak dan ibu hanya berpesan ya nak jangan kembali lagi bersama suami mu, putus kan lah hubungan kalian, kamu jangan khawatirkan putri anakmu bapak dan ibu akan merawat putri dengan sebaik-baiknya" jawab bapak.
Pagi itu Aku pun bergegas pergi meninggalkan rumah menuju halte bus yg mengantarkan aku ke kota .
Selama di perjalanan aku hanya melamun memikirkan nasib anak ku tapi paling tidak aku sedikit tenang karena dia tinggal bersama orang tua ku. Lamunanku pun pecah saat sapaan seorang pria asing yg duduk persis di samping ku.
" lamunan nya panjang neh mbak " tanya pria asing yg duduk di sampingku.
" oh nggak koq cuma melihat pemandangan di luar kaca aja " jawab ku kaget.
Aku baru sadar rupa nya ada orang di samping kursi ku, sosok pria lumayan manis tapi Dengan berbaju kotak-kotak perpaduan celana jeans biru seperti nya pria ini ber umur masih muda, dan benar saja selepas tegur sapa dan bicara dia pun mengatakan bahwa memang sedang kuliah di kota dan hanya berlibur saja di kampung halaman.
Jarak rumah nya dan rumah ku memang jauh di kampung tapi kami sama-sama berangkat menuju kota, obrolan demi obrolan pun kami utarakan, Sampai pada akhir nya kami pun tau nama masing-masing, dan dia bernama Adi.
" oo iya ngomong-ngomong mbk ini masih singel atau Doble neh " sembari senyum canda.
" emang kenapa tanya-tanya nanti naksir, udah pikirin aja kuliahnya gak usah pacaran dulu " jawabku.
" Lohh siapa yg mau mengutarakan perasaan, kan cuma bertanya " jawab nya sambil tertawa. Aku pun sontak kaget dan bingung kenapa aku juga menjawab pertanyaan seperti itu kepadanya.
" iya jg ya koq aku malah yg kebaperan " senyum ku sambil tak enak.
Entah mungkin Aku lagi terbeban pikiran aku pun berkata sembari curhat kepada Adi bahwa aku Sedang ada masalah bersama suami yg mengharus kan aku untuk pergi sementara karena ketenangan dan jg mencari pekerjaan nanti nya di Kota.
" sudah lah mbk yg penting kan mbak sekarang sudah mau pisah sama dia mbk jg harus memikirkan anak saat ini, saya jg kesel denger nya mbk kalo saya jadi mbak mungkin sudah saya labrak dan gelut sama tuh cewek " sambil kesal bercanda.
Adi memang masih muda jauh dari usia ku yg genap umur 30 tahun, tapi Adi bisa bersikap dewasa dengan jawab dari pertanyaan ku tidak seperti pria-pria sebaya nya yg masih kanak-kanak walaupun usia meranjak dewasa.
Siang pun tiba, Bus pun berhenti sementara waktu di karenakan para penumpang termasuk sopir akan beristirahat dan di lanjut makan.
Adi pun mengajak ku untuk makan siang bersama, sembari kami menyantap makan siang Adi bercerita tentang situasi di kota, memang semenjak menikah aku jarang sekali ke kota kalo bukan urusan kepentingan keluarga.
Adi pun menceritakan tentang jalinan asmara nya bersama sang kekasih, rupa nya Adi ini sudah punya pacar dan sudah di restui kedua orang tua mereka, selepas kuliah ini Adi menargetkan untuk secepat menikah karena rezeki pekerjaan nanti nya akan mengiring dengan sendiri nya ujarnya.
Acara makan siang pun selesai dan beberapa penumpang lain bergegas menaiki Bus yg kami tumpangi, namun Adi pun meminta izin untuk ke toilet sebentar untuk buang air kecil aku pun begitu karena lama nya perjalan sudah dari tadi menahan rasa ingin buang air kecil. Sesampai nya ku lihat keadaan toilet begitu kecil hanya satu yg mengharuskan seperti nya aku harus bergantian bersama Adi dan juga tempat toilet di ujung kantin..
Pagi kembali menyambut sang mentari yang cerah namun tidak dengan hatiku saat ini, dengan perasaan yg amat sedih, marah, serta murka dikarenakan peristiwa semalam aku dan suami ku bertengkar akan hadir nya orang ketiga dalam kehidupan ku. Aku pikir aku adalah wanita yg kurang beruntung karena begitu sayang dan cinta nya aku terhadap suami namun semua nya hanya berbalas kan Penghianatan. " Harapan ku hanya satu ya tuhan semoga ada pria yg benar-benar tulus mencintai aku dan anak " ujarku. Dan ini lah kisah ku ...
" Dewi temenin ibu ke pasar yuk, sekalian ajak anak mu kita belanja untuk makan hari ini " kata ibuku,
" Baik Bu, Dewi bangunkan dulu putri kayak nya masih tidur " jawabku.
Dewi adalah namaku, dan aku mempunyai anak perempuan bernama putri yg masih 3 tahun. Setelah ku mengetahui suami ku bermain gila dengan wanita lain pada malam itu, kuputuskan aku dan anak ku sementara waktu pulang kerumah orang tua ku untuk melepas kan beban dan pikiran ku yg aku emban saat ini.
Aku memang wanita biasa sederhana yg hanya setelah menikah pengabdianku lah yg aku berikan semua nya kepada suami ku, aku tidak bekerja hanya seorang ibu rumah tangga biasa.
Selepas pergi dari pasar bersama ibu, aku pun bergegas mencuci dan mengiris bawang sedangkan ibu ku mencuci sayuran di wastafel sementara putri anak ku sedang di ajak jalan-jalan mengililingi area komplek di tempat rumah ibu ku.
" Bu kayak nya Dewi mau izin keluar kota untuk mencari pekerjaan Bu " tanya ku
" Halah sudah wi, mending disini saja temani ibu di sini kalo cuma sedekar makan saja bapak mu kan masih bisa biaya kan " jawab ibu ku.
Aku memang anak pertama dari 2 bersaudara, saudara Perempuanku saat ini sudah menikah dan memutuskan untuk tinggal di kota bersama suami nya sementara ibu dan bapak yang sehari-hari nya berjualan perlengkapan pertanian di desa.
" tapi Bu aku mau meninggalkan kampung sebentar untuk menemui teman lamaku, dia bekerja disana dan seperti nya sukses Bu" jawab ku.
" ya sudah kalo ibu seh mengizin kan mungkin kamu juga saat ini lagi stress memikirkan keadaan kamu dan suami mu Tapi cobalah kamu bilang sama bapakmu" jawab ibuku.
Setelah masakan rampung aku pun bergegas menemui ayah ku yg sedang duduk sembari mengawasi putri ku bermain di halaman rumah.
Aku pun mendekati bapak ku dan menyujud tangan sembari bersujud
" pak maafin Dewi yg belum bisa menjadi wanita yg membahagiakan bapak dan ibu " kata ku sambil berderai air mata.
" sudah nak nggak apa-apa kok yg penting kamu dan anak mu untuk sementara waktu tinggal disini saja dulu untuk masalah susu dan perlengkapan anakmu biar bapak saja yg tanggung dulu " jawab bapak ku,
" tapi pak Dewi mau minta izin untuk ke kota sebentar menemui teman lama dia buka usaha butik maju pak dan Dewi di ajak untuk main kebutik nya siapa tau juga pak Dewi bisa kerja di tempat usahan teman Dewi " tanya ku.
" ya sudah itu terserah kamu saja nak, yang penting bapak harap kamu bisa memutuskan suami Baj1ngan itu, bapak sudah muak ngeliat tikah laku suami mu itu " jawab bapak sembari emosi dan marah.
Kami pun menyelesaikan obrolan dan segera santap siang bersama bapak ibu dan anak ku.
SEMINGGU BERLALU..
Hari berganti hari percakapan demi percakapan aku dan bapak ibu yg ingin pergi ke kota akhirnya di restui oleh bapak ku, mereka pun akhir nya mengizin kan aku untuk pergi ke kota.
Kring..kringg bunyi handphone ku..
" wi besok aku jemput di halte bis kota ya " telpon temanku.
" iya Ri ini aku lagi siap-siap mau berangkat" jawabku
Aku dan Riri berteman
akrab semasa SMA dulu, kami selalu bersama-sama ketika sekolah dari awal masuk sampai kami lulus pun kami selalu bersama-sama Tapi Riri memutuskan pergi ke kota untuk bekerja dan menikah disana dan sekarang dia sudah punya usaha butik sendiri sementara suami nya bekerja di salah satu perusahaan ternama di kota.
" Bu pak Dewi pamit ya, Dewi titip putri y Bu " sembari memeluk putri ku menangis.
" pokok nya bapak dan ibu hanya berpesan ya nak jangan kembali lagi bersama suami mu, putus kan lah hubungan kalian, kamu jangan khawatirkan putri anakmu bapak dan ibu akan merawat putri dengan sebaik-baiknya" jawab bapak.
Pagi itu Aku pun bergegas pergi meninggalkan rumah menuju halte bus yg mengantarkan aku ke kota .
Selama di perjalanan aku hanya melamun memikirkan nasib anak ku tapi paling tidak aku sedikit tenang karena dia tinggal bersama orang tua ku. Lamunanku pun pecah saat sapaan seorang pria asing yg duduk persis di samping ku.
" lamunan nya panjang neh mbak " tanya pria asing yg duduk di sampingku.
" oh nggak koq cuma melihat pemandangan di luar kaca aja " jawab ku kaget.
Aku baru sadar rupa nya ada orang di samping kursi ku, sosok pria lumayan manis tapi Dengan berbaju kotak-kotak perpaduan celana jeans biru seperti nya pria ini ber umur masih muda, dan benar saja selepas tegur sapa dan bicara dia pun mengatakan bahwa memang sedang kuliah di kota dan hanya berlibur saja di kampung halaman.
Jarak rumah nya dan rumah ku memang jauh di kampung tapi kami sama-sama berangkat menuju kota, obrolan demi obrolan pun kami utarakan, Sampai pada akhir nya kami pun tau nama masing-masing, dan dia bernama Adi.
" oo iya ngomong-ngomong mbk ini masih singel atau Doble neh " sembari senyum canda.
" emang kenapa tanya-tanya nanti naksir, udah pikirin aja kuliahnya gak usah pacaran dulu " jawabku.
" Lohh siapa yg mau mengutarakan perasaan, kan cuma bertanya " jawab nya sambil tertawa. Aku pun sontak kaget dan bingung kenapa aku juga menjawab pertanyaan seperti itu kepadanya.
" iya jg ya koq aku malah yg kebaperan " senyum ku sambil tak enak.
Entah mungkin Aku lagi terbeban pikiran aku pun berkata sembari curhat kepada Adi bahwa aku Sedang ada masalah bersama suami yg mengharus kan aku untuk pergi sementara karena ketenangan dan jg mencari pekerjaan nanti nya di Kota.
" sudah lah mbk yg penting kan mbak sekarang sudah mau pisah sama dia mbk jg harus memikirkan anak saat ini, saya jg kesel denger nya mbk kalo saya jadi mbak mungkin sudah saya labrak dan gelut sama tuh cewek " sambil kesal bercanda.
Adi memang masih muda jauh dari usia ku yg genap umur 30 tahun, tapi Adi bisa bersikap dewasa dengan jawab dari pertanyaan ku tidak seperti pria-pria sebaya nya yg masih kanak-kanak walaupun usia meranjak dewasa.
Siang pun tiba, Bus pun berhenti sementara waktu di karenakan para penumpang termasuk sopir akan beristirahat dan di lanjut makan.
Adi pun mengajak ku untuk makan siang bersama, sembari kami menyantap makan siang Adi bercerita tentang situasi di kota, memang semenjak menikah aku jarang sekali ke kota kalo bukan urusan kepentingan keluarga.
Adi pun menceritakan tentang jalinan asmara nya bersama sang kekasih, rupa nya Adi ini sudah punya pacar dan sudah di restui kedua orang tua mereka, selepas kuliah ini Adi menargetkan untuk secepat menikah karena rezeki pekerjaan nanti nya akan mengiring dengan sendiri nya ujarnya.
Acara makan siang pun selesai dan beberapa penumpang lain bergegas menaiki Bus yg kami tumpangi, namun Adi pun meminta izin untuk ke toilet sebentar untuk buang air kecil aku pun begitu karena lama nya perjalan sudah dari tadi menahan rasa ingin buang air kecil. Sesampai nya ku lihat keadaan toilet begitu kecil hanya satu yg mengharuskan seperti nya aku harus bergantian bersama Adi dan juga tempat toilet di ujung kantin..