Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Apa cerita ini ada hubungan dengan cerita lain? Atau cerita basah yang kemarin?


Thx updatenya suhu reborn :)
 
kapan nih bunga di exe pak hakim atau jangan jangan ustad lukman duluan yg beruntung....lanjut bos
 
Cagak dulu ditrit suhu legend...ditunggi update ukhti bunganya 😍
 
BUNGA

NOMOR 2


POV NISA AGUSTINA



‘terima kasih ustazah’ ustaz lukman mengambil gelas yang aku sodorkan, sambil mengambil gelas itu tanpa direncakan mata kami bertemu sepersekian detik. Wajahnya yang tersenyum kepadaku memberi kan kesan yang sangat manis, wajah putihnya yang bernodakan 2 titik hitam di dahi memancarkan kealimanya, janggutnya yang rapih seperti para ustaz ternama membuat mataku tak berhenti melihat dia dari kejauhan.



Namun aku harus menahan diri, karena aku takut suamiku curiga melihat mataku yang auto fokus ketika melihat ustaz lukman. Dia seperti pria idamanku dulu waktu muda, namun aku tetap bersyukur karena saat ta’aruf aku menemukan suamiku sekarang yang sangat bertanggung jawab atas diriku.



Suamiku sangat sayang padaku, padahal dulu saat ta’aruf kami hanya mengobrol 2 kali, namun dia langsung yakin dan esoknya langsung melamarku lewat ayahku. Langsung aku iyakan lamarannya, karena aku melihat kesungguhannya dalam berkomomitmen.



Menginjak usia ke 25 dan usia pernikahan 1 tahun, DIA masih belum mempercayakan kepada kami sosok buah hati yang sudah sangat kami tunggu, namun ada kendala, dalam hubungan ranjang suamiku tidak terlalu lama, paling hanya sepuluh menit, itu juga hanya sekali keluar, dia aka langsung mengatakan sudah.



2 hari yang lalu mas farhan memberi tahuku bahwa dia mengundang temannya untuk memimpin pengajian rutin mendatang, aku mengiyakan saja atas keputusannya. Namun entah kenapa, aku jatuh hati pada teman suamiku itu, aku sangat menyukai pancaran kesolehan yang ada di raut wajahnya, sangat seperti kriteria suamiku dulu saat lajang.






Pengajian berakhir dan para tamu sudah satu persatu meninggalkan rumahku, entah kenapa aku merasa sedikit sedih karena tahu bahwa ustaz lukman juga akan pulang, dia akan lepas dari pandangan mataku kini.



Namun saat suamiku ke toilet aku memberanikan diri mendatanginya.



‘maaf... ustaz...’



‘iya ustazah...’ aku memang sering dipanggil ustazah karena sering mengajar mengaji anak komplek ini.



‘tadi ada seorang ibu peserta pengajian, memintakan saya meminta nomor ustaz, katanya untuk referensi kalau ada pengajian juga’ jelasku.



‘oiya... silahkan’ lalu dia menyebutkan nomr ponselnya, dan aku save dengan nama ustaz ganteng.



‘syukran ustaz....’ kataku



‘sama-sama ustazah...’ jawab dia.



Kenapa tidak melihat dari hp suamiku?



Itu sulit, karena sejak menikah entah kenapa mas farhan sering meminta privasi dengan ponsel pribadinya, diapun begitu padaku, tak pernah dia mengotak ngatik ponselku.



Entah kenapa aku senang sekali punya kontak dia dalam ponselku, lalu aku buka wasap dan mencari namanya, ternyata ada, namun foto profilnya sedikit membuat hatiku hancur, dia berfoto bersama seorang akhwat bercadar.



Setelah itu dia pulang diantar mobil suamiku.



Kemudian aku tertidur di kamar karena terlalu lama menunggu suamiku.



‘sayaaang...’ dua jari berjalan jalan diatas perutku, spontan aku terbangun.



‘iya mas...’



‘aku mau nyangkul...’ kata dia



‘sunnahnya besok mas...’ kataku mencoba bernegosiasi



‘besok kan mas kebagian jam malam’ jelasnya



‘oiyaaaa...?’ dia membalas dengan anggukan.



‘yaudah, aku pipis dulu ya mas’ sambil mengusap pipinya.




Setelah pipis aku menghampiri dia di kasur, percumbuan kami selalu sama setiap saat.



Aku membuka celana celana mas farhan, dan melepaskannya. Lalu aku beberapa saat mengoral batangnya sampai cuku basah, batangnya memang cukup keras, ukurannya juga lumayan. Lalu aku mengangkat gamis tidurku dan segera memasukkan batangnya ke vaginaku.



Dia bersandar di pinggir tembok, sambil kedua tangannya meraba-raba payudaraku yang tak memakai bra.



‘aaahhh... sayang enak...’ desahnya



‘mau dicepetin mas?’ tanyaku



‘jangan sayang... nanti mas cepat keluar’



Lalu kami mengubah posisi, aku menungging dan dia memasukkan batangnya, setelah itu takkan lama dia memompa ke depan dan ke belakang dengan cepat, dan dapat aku rasakan batangnya berkedut dan menembakkan maninya ke dalam pintu rahimku.



Tuhan jadikanlah air hina yang keluar dari batangnya menjadi buah hati kami, doaku setiap aku merasakan air maninya tumpah dalamdiriku, ada rasa bahagia dalam hatiku, ketika aku halal untuk dia titipi benihnya ke dalam diriku.



Setelah itu dia menarik batangya dan terlentang.



‘udahh yang...’ katanya



Lalu kau menghampirinya, dan menyandarkan kepalaku di pundaknya, lalu dia memelukku erat. Kami tertidur.



Paginya aku segera membangunkan keponakan kesayanganku itu, dia anak tunggal dari kakakku, karena ibunya sakit bagian rahim, dia tak akan bisa punya adik lagi.



Setelah itu aku segera memasak untuk menyiapkan sarapan.



Paginya suamiku tidur lagi setelah sarapan untuk menyimpan tenaga untuk jam malamnya. Maklum dia bekerja memantai alu perjalanan kereta sehingga fokusnya harus bagus, kalau tidak banyak kereta yang sangling adu mulut.



Karena semua perkajaan rumahku sudah selesai aku menonton tv.



Sambil menonton tv aku tak bisa menahan diri dari ponselku, ingin sekali aku memulai chat dengan ustaz lukman, namun aku tak tahu alasan apa yang bisa aku gunakan agar tidak terlalu menunjukkan keteratarikkanku padana.



Aku berpikir keras...



Binggo, akhirnya aku mendapat ide, aku mulai menekan nama kontak dia untuk memulai chat.



‘assalamualaikum ustaz...’



Berdebar aku menunggu dia membalas, tertulis online namun dia belum membaca pesanku, karena belum ada ceklis 2.



1 menit

2 menit

3 menit

4 menit



Aku mulai tak nyaman melihat ponselku, lalu aku tutup dan simpan di sampingku.



Ting tong



Buru buru aku mengambil ponselku, karena melihat itu pesan dari ustaz ganteng.



‘waalaikumussalam... ini siapa?’



‘saya nisa ustaz...’ balasku



‘oh ustazah... iya ustazah, ada apa?’



‘ustaz... mas farhan tidur lagi setelah sarapan, katanya dia jam malam, apakah benar?’ ini alasanku agar bisa memulai chat dengannya.



‘oiya... benar ustazah... ini saya yang gantian... karena nanti malam saya ada cara...’



‘oalah... baiklah ustaz terima kasih..’ aku bingung mau membahas apa lagi. Namun ternyata dia yang mengarahkan ke percakapan lain, sehingga kami chat panjang, aku senang sekali, inikah selingkuh?



‘memangnya kenapa ustazah menanyakan itu?’



‘takut saja ustaz...’



‘takut apa ya?’



‘takut suami saya sudah di pecat hehe‘



‘oalah sepertinya gak akan sih... beliau kerjanya bagus kok ustazah..’



‘oalah baguslah kalau begitu... ustaz sedang kerja ya... maaf menggangu’ pancingku ingin tahu dia sibuk apa tidak.



‘ahh tidak ustazah... pekerjaan saya sudah selesai..’



‘oalah bagus lah’



‘bagus kenapa?’



‘ah tidak ustaz... itu yang difoto istrinya?’



‘iya betul’



‘boleh saya lihat wajahnya?’



‘ustazah ingin tahu?’



‘hemm... iya’



‘iya gapapa deh, sama perempuan juga’



Aku meminta melihatnya, karena dia memakai cadar.



‘photo’




‘subhanallah... cantik’



‘terima kasih ustazah.. ustazah juga’



‘saya juga apa?’



‘ustazah juga cantik’ pipiku memerah membaca pesan itu, hatiku sedikit berbunga. Hatiku menyangkal ini adalah perselingkuhan, ini hanya chat biasa.



‘terima kasih ustaz...’



‘iya ustazah...’



‘kapan kapan ajak istrinya main kesini ustaz...’



‘ehmmm.. boleh ustazah... nanti saya kenalkan... mungkin ustazah bisa berteman dengan istri saya’



‘saya sangat mau berteman dengan beliau’ jadi kakak adik dengannya pun saya mau, dalam hati.



‘nanti malam boleh ustazah?’



‘oh... boleh ustaz’



‘sekalian kami mau ke teman kami dekat situ, mungkin bisa mampir kesana’



‘baik ustaz... kami tunggu’



‘boleh saya simpan foto profil ustaazah?’



‘kenapa disimpan ustaz?’



‘cantik...’ aku paham dia mulai menggoda, namun entah kenapa aku tak mau terlalu mudah jatuh di rayuannya.



‘hemmm... ingat istri ustaz hehe’



‘ingat kok gak lupa hehe’



‘iya silakan ustaz... boleh’ jawabku



‘boleh minta satu lagi’



‘apa?’



‘foto ustazah...’



‘hemmm... untuk?’



‘saya lihatkan ke istri’



‘hemm... iya’



‘foto baru saja, yang sedang ustazah kenakan’



‘hemm... banyak maunya...’ balasku, namun aku melakukannya, entah kenapa, lalu aku melakukan selfie dan mengirimkan kepadanya.



‘itu ustaz..’




‘subhanallah cantik...’



‘terima kasih ustaz...ustaz juga tampan’ badanku entah kenapa menghangat.



‘alhamdulillah ada yang bilang gitu’



‘hehe ikhwan kan tampan ustaz... masa cantik’



‘oalah bener sih’



‘nama istrinya siapa ustaz?’



‘reisa...’



‘wah... jago nyanyi dong’



‘jago nyanyi sih enggak... tapi lidahnya emang jago’



‘jago apa ustaz?’ tanyaku memastikan



‘ya taulah... urusan ranjang’ dan ternyata benar, dia mulai chat mesumnya, namun entah kenapa aku merasa senang meladeninya.



‘hemm.... rahasia kamar jangan dibuka ustaz..’



‘hahaha... maaf’



‘ana jugga jago kok ustaz kalau itu haha’ aku tak bisa mengontrol jariku, entah kenapa tulisan itu terketik.



‘wahhh.... perlu dicoba nih...’



‘ishh.... punya suami ana’



‘ustazah suka melakukan itu...?’



‘ehhmmmm... gimana ya... suka hehhe... tapi mas farhan suka cepat keluar jadi ana gak lama gitunya’



‘mungkin ustazah harus cobain punya saya... istri saya aja kewalahan buat dia keluar’



‘ah masa?’



‘iya dong’



‘gak ahhh’ entah apa yang aku rasakan, dalam hatiku aku ingin melihat punya dia, namun aku tahu itu salah.



‘mau lihat punya saya?’



‘lihat apa ustaz?’



‘burungya’



‘mau gak yaaaaaa’ aku malu dan badanku entah kenapa menjadi hangat.



‘photo’ tanpa menunggu aku setuju atau tidak ternyata dia mengirim foto batangnya.



‘itu sedang di service sama istri saya’ pesannya, aku malu melihatnya, lalu aku melihat ke sekeliling melihat apakah mas farhan sudah bangun, ternyata belum. Aku memperhatikan batangnya yang terlihat keras dan wajah istrinya yang sedang melakukan hal yang tidak sepatutnya aku lihat.



‘ustaaaazzzz... ih’



‘kenapa ustazah?’



‘enggak ah’



‘gak suka yang besar ya’



‘gatau’



‘coba aja dulu, siapa tau suka’



‘coba apaan?’



‘yang besar’



‘gada’



‘kalo mau pinjam punya saya boleh haha’



‘mimpiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii’



‘serius loh, asal izin sama istri saya dulu...’



‘emang istri ustaz izinin?’



‘iya’



‘kok bisa?’



‘mau tau ceritanya?’



‘mau’



‘jadi dulu saya sering biacara poligami, istri saya jelas nolak, sampai sering kami marahan, singkat cerita karena marah dia bilang saya boleh main sama perempuan lain asal jangan pologami’



‘oalah begitu... jadi ustaz pernah main sama yang lain?’



‘iya’



‘sama siapa?’



‘teman istri saya, saya izin ke istri mau godain dia, dia memang sudah menikah, namun setelah saya dekati ternyata dia mau, kami main ketika suaminya kerja gitu’



‘ya tuhan’



‘hehe’



‘sudah ah, saya ada kerjaan’




Aku menyimpan ponsel, seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, badanku menghangat, ketika aku bangun dari duduk, ada cairan basa di kursi, ternyata ada air mazi keluar dari vaginaku, adakah aku terangsang?



Aku mengangkat baju gamisku dan memasukkan tangan ke celah celana inner dan cangcutku, ternyata vaginaku basah dan mengeluarkan air mazi yang lumayan banyak, sudah terasa lama rasanya tubuhku tak merasa panas dingin karena terangsang seperti ini, yatuhan apakah aku boleh selingkuh?



Hatiku berkecamuk memperdebatkan apa yang ada dalam pikiranku, sisi lain jiwaku ingin meneruskan percakapan mesum itu namun aku tahu itu salah. Rasa khawatir dan merasa ingin menikmati adrenalin perselingkuhan di bakar membara oleh bisikan setan kalau semua akan baik baik saja, aku sungguh sudah jatuh hati kepada ustaz yang tampan itu.



Dari pagi sampai sore pikiranku tak fokus ketika mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas dari dewan ta’aruf untuk menyeleksi berkas para akhwat pejuang halal. Entah kenapa aku merasa tak sabar ingin segera malam agar ustaz lukman segera datang ke rumahku, seperti perasaan rindu kepada seseorang. Namun jika nanti ada kesempatan dia mencoba menjamahku, adakah aku mau?



Dalam hatiku aku merasakan sangat sayang kepada suamiku, namun entah kenapa aku merasa tak masalah jika dia menjahku selama aku tetap sayang suamiku, selama itu hanya sekedar nafsu bukan aku yang jatuh cinta, namun aku rindu padanya, inikah cinta juga? Aku jatuh cinta pada lelaki lain namun aku juga masih tetap sayang suamiku, aneh.






16.00

Aku mandi sore, entah kenapa aku mandi cukup lama, aku menyabuni setiap inchi tubuhku sebersih mungkin. Seakan aku ingin tampil cantik optimal ketika ustaz lukman datang nanti, istrinya? Tak masalah. Toh tadi pagi dia bilang istrinya memperbolehkan jika ustaz mau main perempuan lain. Tapi apakah aku pantas? Aku kan ustazah.



Setelah itu beberapa anak komplek datang untuk mengaji, sebaik mungkin aku membimbing mereka, mataku beberapa kali melihat ke arah jam dinding. Setelah mereka pulang aku menyiapkan masakan untuk makan malam.



‘mas... ustaz lukman mau kesini sama istrinya nanti...’ kataku.



‘oiya... kapan dia bilang?’



‘tadi siang’ aku bohong, ‘katanya sekalian ke temannya...’



‘yasudah... baguslah’



‘mas mau aku siapin vitamin nya?’



‘iya sayang... makasih’ dia senyum.



‘bunga belum pulang yang?’ tanya dia.



‘belum mas, dia ada acara ospek jurusan katanya’



‘oalah... bener ospek kan?’



‘’iya.. kapan dia bohong ke kita’



‘iya iya.. Cuma takut aja yang.. dia kan anak orang... kita harus jaga baik-baik’



‘iya mas...’



Magrib pun datang, hatiku kian berdebar debar menantikan kedatangan mereka, namun sudah 30 menit aku tunggu mereka tak datang, aku merasa gengsi jika harus mengirim pesan ke ustaz karim. Aku tak mau menunjukkan sisi agresifku.



Namun ternyata mereka datang setelah isya, aku mempersilakan mereka masuk dan duduk di ruang tamu.



‘ini istri ane han, namanya reisa, panggil aja echa’



‘oalah.. selamat datang di rumah sederhana kami ustazah’ kata suamiku, aku tak memperhatikan tatapan mataku ke ustazah reisa, karena mataku tak bisa teralih menatap wajah ustaz lukman.



Aku lalu cipika cipiki dengan ustazah reisa, ternyata dia setahun lebih muda dariku, dia sedang hamil tua 7 bulan oleh anak pertama mereka.



Kami mengobrol ini itu dan saling mengenal satu sama lain, membahas kehamilan reisa, jenis kelamin bayi mereka, dan hal hal lainnya. Pukul 8 bunga pulang dan mengucap salam, dia menyalami reisa lalu masuk kamarnya. Dia terlihat sangat lelah.



‘gini han, untuk pengajian selanjutnya mungkin ana gabisa, mungkin istri ane yang gantiin’ kata ustaz lukman.



‘oiya baguslah, biar bisa temenin nisa juga juga, biar mereka temenan haha’



‘gimana ustazah?’ tanya ustaz lukman kepadaku, aku mengangkat kepala dari yang tadinya tertunduk malu, teringat pesan mesum tadi pagi, aku ingat bentuk batang ustaz lukman, dan aku melihatnya di celah paha yang menyembul dicelananya, dia sedang ngaceng?



‘oiya... boleh dong, malah saya seneng’



‘alhamdulillah...’ kata ustazah reisa lembut.



‘eh btw... farhan mau kerja malam... mungkin dia mau siap-siap.. kita pulang yu mi..’ kata ustaz lukman.



Entah kenapa aku merasa sedih dia akan pulang.



‘iya bii...’ balas ustazah reisa



‘ente memang paling pengertian..’ kata suamiku.



Mereka lalu bersiap pulang, lalu mengucap salam dan pulang dengan menggunakan motor mereka. Melihat mereka pulang dan menghilang dari pandangan mata, aku menggigit bibir bawah dan merasa menyesalkan tidak ada yang terjadi antara kami, aku dan ustaz lukman.



Pukul 10 malam suamiku pamit untuk kerja malam, aku mengantarnya sampai tempat parkir. Sebelum dia pergi aku mencium tangannya dan meminta dia hati hati. Dia mengangguk dan senyum.



Pandanganku mengelilingi area raung tamu, sepi. Lalu aku mematikan lampu dan masuk ke kamar dan membaringkan tubuhku.



‘mas sudah sampai di kantor..’ pesan dari suami.



‘iya mas... aku tidur dulu’



‘iya selamat tidur sayang’



‘selamat kerja sayang’




Aku mencoba memejamkan mata, namun entah kenapa ada yang mengganjal dalam hati, aku mencari tahu, ternyata ini rasa sesal akan aku yang tidak bisa melakukan apapun atas rinduku pada sang ustaz, disuatu sisi aku suka dia di sisi lain aku malu jika harus agresif.



I love you ustaz lukman






00.30



Kring kring kring kring



Telingaku ditusuk oleh suara ponselku yang berdering, dalam pikiran aku merasa kesal. Orang macam apa yang menelpon selarut ini, tak ada namanya lagi, mulanya aku malas mengangkat telpon tersebut, namun akhirnya aku menerimanya.



‘halo assalamualaiku..’ dia memulai salam, suaranya sangat lembut, sangat lembut, namun suaranya jelas.



‘waalaikumussalam’



‘maaf ustazah ana menggangu, ana reisa’



‘oh ustazah reisa... iya ada apa ustazah?’ tanyaku, dengan perasaan berdebar dan penuh tanya. Mengapa dia menelpon selarut ini.



‘mohon maaf ustazah... ana mau membicarakan sesuatu yang sangat privasi... boleh?’ tanya dia.



‘ii... iya ustazah...’



‘baik terima kasih sebelumnya... sa... saya.. ehm gimana ya mulainya... suami saya tidak bisa tidur... katanya dia rindu dan ingin bertemu ustazah.. apakah boleh kami kesana?’



‘se.. sekarang?’



‘hem.... iya ustazah... kalau boleh’



‘oooo... ii... iya boleh ustazah’



‘baiklah... terima kasih... kami akan segera kesana...’




Lalu dia mengucap salam dan menutup telpon, apa ini mimpi?



Plak, aku menampar pipi.



Sakit...



Aku lalu bangun... segera mencuci muka sebersih mungkin... gosok gigi? Untuk apa? Ah gapapa untuk jaga-jaga, pikirku. Jaga-jaga dari apa?



Lalu aku mengganti baju dan memakai gamis abu, dan kerudung lebar warna putih, celana inner hitam dan kaos kaki krem. Aku duduk di kursi ruang tamu sambil menunggu gelisah. Aku ini kenapa? Rasanya sangat berdebar debar.



Aku menuggu cukup lama, semakin detik berjalan semaki gelisah juga diriku. 40 menit kemudian barulah aku mendengar suara motor masuk ke parkiran rumahku. Aku tak mengintip ke jendela karena takut tak bisa menahan diri.



Tok tok tok



Aku menguatkan diriku untuk bangun dari kursi dan membuka pintu.



‘assalamualaikum ustazah...’ deg deg, dia sendirian.



‘wa... waalaikumussalam... ehm.. istrinya mana ustaz..?’



‘tadi dia mau ikut... namun saya bilang dia harus istirahat karena sedang hamil’



‘ohhh... begitu... hemm’ aku gugup.



‘boleh saya masuk?’ tanya dia, membuyarkan pikiranku.



‘ehhh... iya ustaz silakan...’



Aku mempersilakan dia duduk di kursi dan aku ke dapur mengambil air teh, aku mulai merasa badanku panas dingin tak karuan, apa ini? Aduh aku harus bagaimana? Apakah hal ‘itu’ akan terjadi? Kalau iya bagaimana? Ah sudahlah diam saja.



Aku membawa gelas berisi teh itu di atas nampan.



Lalu aku meletakkan gelas itu di meja depan ustaz lukman, jelas sekali dia melihat gemetarnya tanganku saat menyodorkan. Matanya menatapku dengan penuh keheranan.



‘terima kasih, ustazah...’



Lalu dia mendekatkan duduknya kepadaku karena kami duduk di kursi panjang, aku kaget tangan dia menyentuh keningku. Dia sangat agresif pikirku.



‘ustazah... ustazah sakit kah?’



‘ehmm.. ti.. tidaak..’ gugup



‘ini suhunya hangat ustazah...’ katanya



‘saya tidak... apa apa ustaz’



‘mungkin ustazah gugup ya saya datang...’



Aku tertunduk, matanya menyusuri lantai tak mau lihat wajahnya, malu.



‘ustazah kenapa... wajanya merah..’



Dia mendekatkan duduknya kembali, kali ini kami sangat dekat, cukup untuk kami untuk berciuman. Aku semakin gugup tak tau apa yang harus aku lakukan, badanku semakin hangat, aku kikuk sekali, oh tuhan aku harus apa? Aku diam saja.



Dia menyentuh keningku lagi, lalu kali ini ke pipi.



‘ustazah sakit... sebaiknya saya pulang ya...?’



Aku diam tertunduk tak bisa berkata apa-apa saking aku gugupnya, pahaku semakin merapat karena gugup.



‘ustazah...’



‘’ustazah...?’



Aku terus menunduk dan tak menjawab, dia mungkin bingung apa yang terjadi, namun hal yang terjadi selanjutnya sungguh tak bisa aku terka.









Ustaz lukman memegang kepalaku dan mengangkatnya agar kami saling berhadapan, mata kami saling bertatapan lama.



‘kamu kenapa...?’ tanya dia sedikit wajah panik, mungkin dia pikir aku kesurupan.



Namun aku hanya menggeleng.



Kami terus saling bertatapan.



‘bo... boleh aku cium kamu?’ DEG, hatiku berdegup sangat keras karena kaget, pahaku semakin merapat, dan tanganku memegang gamis di pahaku erat.



Aku tak tahu harus berbuat apa, apa yang harus aku katakan sebagai jawaban? Aku diam saja, lalu aku sangat bingung, aku pejamkan mataku.



Namun dia salah sangka, aku menutup mata karena bingung, bukan mengiyakan pertanyaanya.



Aku merasakan ada sentuhan ke bibirku, dalm hati aku sadar itu ciuman.



Aku semakin tak tahu apa yang harus aku rasakan, aku diam saja, badanku kian menghangat.



Dia terus menciumi bibirku, pipi, kening, dan dia mencium senti demi senti bibirku, mengitari bibir bawah dan bibir atas.



Kemudian aku merasakan ada lidahnya yang basah mencoba masuk melewati bibirku, aku biarkan saja dia masuk, lidah itu, dia membasahi area bibirku, lalu seakan mencari sesuatu, lidah dia mencari lidahku, akhirnya mereka bertemu.



‘emmmmmppph...’ aku mendesah.



Lalu lidahnya diam sesaat, lalu lidah itu masuk lagi ke dalam mulutku dengan lebih basah.



Kemudian kini aku tak diam, aku mulai membalas permainan bibir dan lidahnya, kami melakukan FK dengan lembut, lidahnya sangat basah, dapat aku dengar nafasnya memberat ketika kami berciuman semakin panas.



Lalu saat ciuman kami sedang panas-panasnya dia berhenti, aku membuka mata dan melihat dia sedang menatapku.



Lalu kami saling bertatapan beberapa detik



‘ustazah... bolehkah aku menjamah tubuhmu?



Duar, aku sangat kaget, aku tak menyangka dia seagresif itu. Lalu aku bertanya pada hatiku dengan berbagai pertimbangan, aku bertanya pada logika dan hati, hatiku sedang tak karuan dengan semua situasi ini tapi ada rasa penasaran dan berbunga. Logikaku berkata situasi sangat memungkinkan, bunga sudah tidur dan suamiku kerja sampai besok siang. So, overall dalam hatiku tidak ada yang menolak atau keberatan.



Perlahan otakku aku paksa menggerakkan syaraf gerak leherku agar bergerak mengangguk, aku paksakan sekuatnya. Lalu aku mengangguk.



Lalu dia memangku badanku.



‘dimana kamar kalian?’



Lalu aku menunjukkan kamar ku.



Dia memangkuku masuk ke kamar.



‘jangan... keras keras suaranya... ada keponakanku disebelah’ kataku.



Dia mengangguk.



Aku duduk di pinggir kasur, diapun juga, dia lalu mendekatkan bibirnya lagi. Kami kembali berciuman panas.



Perlahan dapat aku rasakan tangannya mencoba mengangkat gamisku dari bawah, sampai pahaku, lalu tangannya mulai menyusup ke celana cangcutku.



Aku memegang tangannya mencoba menahan, namun tak ada daya, aku hanya memegang tangannya saja, lalu tangan dia masuk sambil kami terus berciuman.



Sampailah tangan itu ke bibir vaginaku.



‘basah sekali ustazah...’ bisiknya



Aku hanya senyum, badanku kian panas dingin.



Lalu jarinya menyentuh biji kelentiku, brrrrrrrrrrrrrrrr. Badanku seakan tersetrum listrik dan mengejang merasakan jarinya.



Lalu tanganya mencoba menurunkan celanaku, entah kenapa tanganku mencoba membatu tangan dia agar celana inner dan cangcutku melewati paha dan sampai lutut.



Setelah itu dia bermain-main di celah pahaku, namun tak lama, tangan itu naik ke atas ke arah payudaraku, sudah tak memakai bra. Tanganya terlihat senang, dia meremas-remas payudaraku dengan gemas.



Kemudian entah kenapa tanganku juga mencoba melepaskan ikat pinggangnya, aku melepaskan celanya, dia tak memakai celana dalam ternyata. Langsung tak sengaja aku menyentuh batang dia, hangat sekali, keras.



Tanpa dia minta tanganku mengurut batangnya yang keras dan panas, dan yang paling terasa ditanganku, ukurannya sangat beda dengan punya suamiku, lebih besar.



Dapat kurasakan ada air mazi keluar dari lubang kepalanya, aku usap air mazi itu dengan telapak tanganku, agar urutan ke batangnya semakin licin, terdengarlah nafas dia semakin berat.



Lalu ciuman kami berhenti.



‘uuu... ustazah mau gak... ehm pakai mulut’ sambil matanya mengarah ke arah batangnya.



Aku tak menjawab atau mengangguk.



Aku berdiri, lalu berlutut di antara pahanya, dia lalu melepaskan switer dan bajunya, jadilah dia sudah telanjang bulat.



Aku mulai melihat batang itu yang aku genggam.



‘besar..’ kata itu keluar dari mulutku tak terkontrol,



Dia hanya tersenyum.



Entah kenapa, seakan semua gugup dan rasa resahku hilang semua, aku mulai menyentuhkan bibirku ke kepala batangnya, aromanya, terasa sangat sensual. Kemudian aku memasukkannya ke dalam mulutku, lidahku aku perintahkan menyervis batang itu sebisaku, seperti biasa aku lakukan pada batang suamiku.



Setelah beberapa menit, dia meminta aku untuk segera terlentang di kasur, dia lepaskan celana ku dari kaki kiri, namun tak dia lepas dari kaki kanan, jadi celana itu masih terkait disana.



Dia sudha terlihat sudah sangat nafsu memandang tubuhku.



Otomatis aku buka pahaku lebar, dia tersenyum menatapku, aku membalas senyumnya juga. Tanpa kata. Semua itu terjadi.



Aku lihat dia memegang batangnya dan menggosok-gosokkan di bibir vaginaku yang sangat basah dengan air mazi.



Lalu dia mengusap air mazi dari bibir vaginaku, lalu mengurutkannya ke batang dia.



Setelah itu dia mengarahkannya ke liang vaginaku.



Dapat aku rasakan benda tumpul itu mulai menyentuh, lalu perlahan masuk, masuk lagi sedikit, sedikit, sedikit, sedikit, tak ada halangan karena vaginaku yang basah sekali dan licin, sampai pada titik batang itu mentok di pintu rahimku.



Dia diam tak bergerak dalam pisisi itu, aku diam, kami saling bertatapan, dia senyum padaku, aku balas.



Tangannya meremas payudaraku, keduanya.



Lalu dia mendekatkan kepalanya kepada kepalaku, kami lalu berciuman kembali. Kini tangannya memegang kepalaku dari belakang.



Perlahan aku rasakan batang dia mundur dari liang vagina, setelah sampai bibir, dia menusukkan dengan keras.



‘ahhhhhhhh.... ustaz...’



Tubuhku mengejang beberapa kali, merasakan nikmat.



Lalu dia melakukannya lagi, lagi, dan terus.



‘ahhhhh....’



‘ahhhhh....’



‘ahhhhh....’



‘ahhhhh....’



‘ahhhhh....’



‘ahhhhh....’



‘ahhhhh....’



‘ahhhhh....’



‘ahhhhh....’



‘ahhhhh....’



‘ahhhhh....’



Setiap tusukkannya mebuat aku tak bisa menahan desahan, dan setiap desahan suaraku semakin menggema di ruangan itu. Lalu dia menusuk dengan cepat.



‘ahhhhhhhhh.... ustaaaz... saya.... dapaaaaaaat... aaaaaah’ brrrrrrrr, badanku bergetar hebat, aku tak bisa mengontol, dia diam membiarkanku, rasanya nikmat sekali, tak bisa aku jelaskan, dia diam membiarkan aku menikmati sampai nafasku mulai tenang kembali, aku membuka mata, kulihat dia senyum kepadaku, aku balas senyuman dia.



‘huh’ keringatku mulai bercucuran membasahi kerudung dan baju gamisku.



Dia menggerakkan bibirnya, seakan mengatakan sesuatu namun tanpa suara, aku membaca gerakan itu.



Enak?



Aku mengangguk sambil mengedipkan mata.



lagi?



Kali ini aku membalas pertanyaan itu dengan gerakan pinggangku dan mengger gerakan batangnya.



Dia mulai mendayung kenikmatan bersamaku kembali. Nikmat sekali, namun tak aku ucapkan, hanya desahan saja, semakin lama desahanku semakin keras.



Aku mendapatkan orgasme lagi namun kali ini dia tak menghentikan dayuan kenikmatannya, aku pun mengejang sambil terus di sodok.



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



Semakin lama desahanku semaakin keras, seakan tak peduli jika akan ada yang mendengarnya.



Lalu aku rasakan gerakannya makin cepat, dan aku tahu ini tanda dia akan memuntahkan maninya.



Lalu aku rasakan kedutan dari batangnya.



Dia menyodok semakin cepat



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘di.. dalam.. saja ustaaaz...’



‘aaaaaahhhhhh aaaaah aaah ustazaaaaah, nikmaaaaaat’



Dan aku rasakan semburan air maninya yang panas memasukki pintu rahimku, beberapa kali semburan itu aku rasakan dan juga kedutannya.



Sambil mata terpejam aku menikmati semburan air mani ustaz lukman, akankah aku hamil dengan air mani sebanyak ini?



Dalam hatiku akal sehat mulai memberi nasihat, aku ustazah dan dia ustaz, kami sama-sama sudah menikah, namun semudah can secepat ini kah perselingkuhan?



Tapi yang kurasakan.



Nikmat.



Setelah diam dan mengatur nafas sampai tenang, dia mengeluarkan batangnya dari vaginaku, dapat aku rasakan ada air hangat keluar dari dalam vaginaku.



Dia tersenyum.



‘terima kasih..’ katanya



Aku megangguk dan mengedipkan mata, ‘terima kasih juga’



Dia mendekatkan batangnya ke mulutku.



‘tolong dibersihkan...’ katanya



Aku paham maksudnya.



Aku mulai memegang zakarnya, dan mulai mendekatkan batang itu ke bibirku.



‘doa dulu’ katanya.



Aku diam, lalu mataku memandang raut wajahnya yang senyum, aku senyum saja dan tak mengucapkannya, tapi dalam hati.



Batangnya basah sekali, dipenuhi cairan pekat putih, aromanya kurang sedap menurutku, tapi entah kenapa lidahku menyapu bersih batang itu.



Selanjutnya giliran lidah dia yang membersihkan vaginaku.



Setelah itu dia memakaikan kembali cangcut dan celana innerku seperti semula.



Diam beberapa saat, lalu dia memakai baju kembali, aku lihat batangnya masih keras ketika dia memasukkannya ke celana. Kulihat jam dinding sudah pukul 2.59, sudah larut, dia harus pulang.



Aku lalu mengantar dia sampai pintu, sebelum dia keluar, dia mencium bibirku lagi. Namun ternyata tak sampai disitu, nafsunya bangkit lagi.



Dia lalu membalikkan badanku, aku biarkan saja, lalu dia angkat gamisku sampai paha.



Dia turunkan celanaku kembali sampai lutut.



Aku mencari pegangan tangan, dia menunggingkanku.



Lalu dia menujahkan kembali batangnya, vaginaku yang masih basah membiarkan begitu saja dia masuk.



‘ahhh...’



‘ahhh...’



‘ahhh...’



‘ahhh...’



‘ahhh...’



‘ahhh...’



Kini desahanku aku tahan sekecil mungkin



Dia terus mendorong keluar masuk, terus, terus, terus...



Cukup lama sampai tanganku cukup pegal menahan hentakannya.



Dia lalu menarik kerudung panjangku, lalu kami melanjutkan dengan gaya berdiri.



‘anjiiiiiing.... nikmat banget memek ustazah..’



Jelas sekali bisikan dia kepada telingaku, antara malu dan marah aku dipuji seperti itu.



Lalu dia kembali menunggingkanku.



‘ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh....’ dia mengerang.



Lalu kurasakan semburan air maninya lagi, aku puas?



Setelah itu dia segera membereskan pakaiannya, dan pamit pulang.



Ya Tuhan, aku sudah berzina dengan seorang lelaki baru aku kenal sehari, terlebih lagi aku biarkan dia memuntahkan air maninya di dalam.



Tanpa mencuci vaginaku aku langsung ke kamar dan masih kulihat bed coverku ada noda membulat basah bekas cairan mazi dari vaginaku, aku tertidur senyum, bahagia?
Mantap gan, panjang x lebar updatenya
 
BUNGA

NOMOR 2


POV NISA AGUSTINA



‘terima kasih ustazah’ ustaz lukman mengambil gelas yang aku sodorkan, sambil mengambil gelas itu tanpa direncakan mata kami bertemu sepersekian detik. Wajahnya yang tersenyum kepadaku memberi kan kesan yang sangat manis, wajah putihnya yang bernodakan 2 titik hitam di dahi memancarkan kealimanya, janggutnya yang rapih seperti para ustaz ternama membuat mataku tak berhenti melihat dia dari kejauhan.



Namun aku harus menahan diri, karena aku takut suamiku curiga melihat mataku yang auto fokus ketika melihat ustaz lukman. Dia seperti pria idamanku dulu waktu muda, namun aku tetap bersyukur karena saat ta’aruf aku menemukan suamiku sekarang yang sangat bertanggung jawab atas diriku.



Suamiku sangat sayang padaku, padahal dulu saat ta’aruf kami hanya mengobrol 2 kali, namun dia langsung yakin dan esoknya langsung melamarku lewat ayahku. Langsung aku iyakan lamarannya, karena aku melihat kesungguhannya dalam berkomomitmen.



Menginjak usia ke 25 dan usia pernikahan 1 tahun, DIA masih belum mempercayakan kepada kami sosok buah hati yang sudah sangat kami tunggu, namun ada kendala, dalam hubungan ranjang suamiku tidak terlalu lama, paling hanya sepuluh menit, itu juga hanya sekali keluar, dia aka langsung mengatakan sudah.



2 hari yang lalu mas farhan memberi tahuku bahwa dia mengundang temannya untuk memimpin pengajian rutin mendatang, aku mengiyakan saja atas keputusannya. Namun entah kenapa, aku jatuh hati pada teman suamiku itu, aku sangat menyukai pancaran kesolehan yang ada di raut wajahnya, sangat seperti kriteria suamiku dulu saat lajang.






Pengajian berakhir dan para tamu sudah satu persatu meninggalkan rumahku, entah kenapa aku merasa sedikit sedih karena tahu bahwa ustaz lukman juga akan pulang, dia akan lepas dari pandangan mataku kini.



Namun saat suamiku ke toilet aku memberanikan diri mendatanginya.



‘maaf... ustaz...’



‘iya ustazah...’ aku memang sering dipanggil ustazah karena sering mengajar mengaji anak komplek ini.



‘tadi ada seorang ibu peserta pengajian, memintakan saya meminta nomor ustaz, katanya untuk referensi kalau ada pengajian juga’ jelasku.



‘oiya... silahkan’ lalu dia menyebutkan nomr ponselnya, dan aku save dengan nama ustaz ganteng.



‘syukran ustaz....’ kataku



‘sama-sama ustazah...’ jawab dia.



Kenapa tidak melihat dari hp suamiku?



Itu sulit, karena sejak menikah entah kenapa mas farhan sering meminta privasi dengan ponsel pribadinya, diapun begitu padaku, tak pernah dia mengotak ngatik ponselku.



Entah kenapa aku senang sekali punya kontak dia dalam ponselku, lalu aku buka wasap dan mencari namanya, ternyata ada, namun foto profilnya sedikit membuat hatiku hancur, dia berfoto bersama seorang akhwat bercadar.



Setelah itu dia pulang diantar mobil suamiku.



Kemudian aku tertidur di kamar karena terlalu lama menunggu suamiku.



‘sayaaang...’ dua jari berjalan jalan diatas perutku, spontan aku terbangun.



‘iya mas...’



‘aku mau nyangkul...’ kata dia



‘sunnahnya besok mas...’ kataku mencoba bernegosiasi



‘besok kan mas kebagian jam malam’ jelasnya



‘oiyaaaa...?’ dia membalas dengan anggukan.



‘yaudah, aku pipis dulu ya mas’ sambil mengusap pipinya.




Setelah pipis aku menghampiri dia di kasur, percumbuan kami selalu sama setiap saat.



Aku membuka celana celana mas farhan, dan melepaskannya. Lalu aku beberapa saat mengoral batangnya sampai cuku basah, batangnya memang cukup keras, ukurannya juga lumayan. Lalu aku mengangkat gamis tidurku dan segera memasukkan batangnya ke vaginaku.



Dia bersandar di pinggir tembok, sambil kedua tangannya meraba-raba payudaraku yang tak memakai bra.



‘aaahhh... sayang enak...’ desahnya



‘mau dicepetin mas?’ tanyaku



‘jangan sayang... nanti mas cepat keluar’



Lalu kami mengubah posisi, aku menungging dan dia memasukkan batangnya, setelah itu takkan lama dia memompa ke depan dan ke belakang dengan cepat, dan dapat aku rasakan batangnya berkedut dan menembakkan maninya ke dalam pintu rahimku.



Tuhan jadikanlah air hina yang keluar dari batangnya menjadi buah hati kami, doaku setiap aku merasakan air maninya tumpah dalamdiriku, ada rasa bahagia dalam hatiku, ketika aku halal untuk dia titipi benihnya ke dalam diriku.



Setelah itu dia menarik batangya dan terlentang.



‘udahh yang...’ katanya



Lalu kau menghampirinya, dan menyandarkan kepalaku di pundaknya, lalu dia memelukku erat. Kami tertidur.



Paginya aku segera membangunkan keponakan kesayanganku itu, dia anak tunggal dari kakakku, karena ibunya sakit bagian rahim, dia tak akan bisa punya adik lagi.



Setelah itu aku segera memasak untuk menyiapkan sarapan.



Paginya suamiku tidur lagi setelah sarapan untuk menyimpan tenaga untuk jam malamnya. Maklum dia bekerja memantai alu perjalanan kereta sehingga fokusnya harus bagus, kalau tidak banyak kereta yang sangling adu mulut.



Karena semua perkajaan rumahku sudah selesai aku menonton tv.



Sambil menonton tv aku tak bisa menahan diri dari ponselku, ingin sekali aku memulai chat dengan ustaz lukman, namun aku tak tahu alasan apa yang bisa aku gunakan agar tidak terlalu menunjukkan keteratarikkanku padana.



Aku berpikir keras...



Binggo, akhirnya aku mendapat ide, aku mulai menekan nama kontak dia untuk memulai chat.



‘assalamualaikum ustaz...’



Berdebar aku menunggu dia membalas, tertulis online namun dia belum membaca pesanku, karena belum ada ceklis 2.



1 menit

2 menit

3 menit

4 menit



Aku mulai tak nyaman melihat ponselku, lalu aku tutup dan simpan di sampingku.



Ting tong



Buru buru aku mengambil ponselku, karena melihat itu pesan dari ustaz ganteng.



‘waalaikumussalam... ini siapa?’



‘saya nisa ustaz...’ balasku



‘oh ustazah... iya ustazah, ada apa?’



‘ustaz... mas farhan tidur lagi setelah sarapan, katanya dia jam malam, apakah benar?’ ini alasanku agar bisa memulai chat dengannya.



‘oiya... benar ustazah... ini saya yang gantian... karena nanti malam saya ada cara...’



‘oalah... baiklah ustaz terima kasih..’ aku bingung mau membahas apa lagi. Namun ternyata dia yang mengarahkan ke percakapan lain, sehingga kami chat panjang, aku senang sekali, inikah selingkuh?



‘memangnya kenapa ustazah menanyakan itu?’



‘takut saja ustaz...’



‘takut apa ya?’



‘takut suami saya sudah di pecat hehe‘



‘oalah sepertinya gak akan sih... beliau kerjanya bagus kok ustazah..’



‘oalah baguslah kalau begitu... ustaz sedang kerja ya... maaf menggangu’ pancingku ingin tahu dia sibuk apa tidak.



‘ahh tidak ustazah... pekerjaan saya sudah selesai..’



‘oalah bagus lah’



‘bagus kenapa?’



‘ah tidak ustaz... itu yang difoto istrinya?’



‘iya betul’



‘boleh saya lihat wajahnya?’



‘ustazah ingin tahu?’



‘hemm... iya’



‘iya gapapa deh, sama perempuan juga’



Aku meminta melihatnya, karena dia memakai cadar.



‘photo’




‘subhanallah... cantik’



‘terima kasih ustazah.. ustazah juga’



‘saya juga apa?’



‘ustazah juga cantik’ pipiku memerah membaca pesan itu, hatiku sedikit berbunga. Hatiku menyangkal ini adalah perselingkuhan, ini hanya chat biasa.



‘terima kasih ustaz...’



‘iya ustazah...’



‘kapan kapan ajak istrinya main kesini ustaz...’



‘ehmmm.. boleh ustazah... nanti saya kenalkan... mungkin ustazah bisa berteman dengan istri saya’



‘saya sangat mau berteman dengan beliau’ jadi kakak adik dengannya pun saya mau, dalam hati.



‘nanti malam boleh ustazah?’



‘oh... boleh ustaz’



‘sekalian kami mau ke teman kami dekat situ, mungkin bisa mampir kesana’



‘baik ustaz... kami tunggu’



‘boleh saya simpan foto profil ustaazah?’



‘kenapa disimpan ustaz?’



‘cantik...’ aku paham dia mulai menggoda, namun entah kenapa aku tak mau terlalu mudah jatuh di rayuannya.



‘hemmm... ingat istri ustaz hehe’



‘ingat kok gak lupa hehe’



‘iya silakan ustaz... boleh’ jawabku



‘boleh minta satu lagi’



‘apa?’



‘foto ustazah...’



‘hemmm... untuk?’



‘saya lihatkan ke istri’



‘hemm... iya’



‘foto baru saja, yang sedang ustazah kenakan’



‘hemm... banyak maunya...’ balasku, namun aku melakukannya, entah kenapa, lalu aku melakukan selfie dan mengirimkan kepadanya.



‘itu ustaz..’




‘subhanallah cantik...’



‘terima kasih ustaz...ustaz juga tampan’ badanku entah kenapa menghangat.



‘alhamdulillah ada yang bilang gitu’



‘hehe ikhwan kan tampan ustaz... masa cantik’



‘oalah bener sih’



‘nama istrinya siapa ustaz?’



‘reisa...’



‘wah... jago nyanyi dong’



‘jago nyanyi sih enggak... tapi lidahnya emang jago’



‘jago apa ustaz?’ tanyaku memastikan



‘ya taulah... urusan ranjang’ dan ternyata benar, dia mulai chat mesumnya, namun entah kenapa aku merasa senang meladeninya.



‘hemm.... rahasia kamar jangan dibuka ustaz..’



‘hahaha... maaf’



‘ana jugga jago kok ustaz kalau itu haha’ aku tak bisa mengontrol jariku, entah kenapa tulisan itu terketik.



‘wahhh.... perlu dicoba nih...’



‘ishh.... punya suami ana’



‘ustazah suka melakukan itu...?’



‘ehhmmmm... gimana ya... suka hehhe... tapi mas farhan suka cepat keluar jadi ana gak lama gitunya’



‘mungkin ustazah harus cobain punya saya... istri saya aja kewalahan buat dia keluar’



‘ah masa?’



‘iya dong’



‘gak ahhh’ entah apa yang aku rasakan, dalam hatiku aku ingin melihat punya dia, namun aku tahu itu salah.



‘mau lihat punya saya?’



‘lihat apa ustaz?’



‘burungya’



‘mau gak yaaaaaa’ aku malu dan badanku entah kenapa menjadi hangat.



‘photo’ tanpa menunggu aku setuju atau tidak ternyata dia mengirim foto batangnya.



‘itu sedang di service sama istri saya’ pesannya, aku malu melihatnya, lalu aku melihat ke sekeliling melihat apakah mas farhan sudah bangun, ternyata belum. Aku memperhatikan batangnya yang terlihat keras dan wajah istrinya yang sedang melakukan hal yang tidak sepatutnya aku lihat.



‘ustaaaazzzz... ih’



‘kenapa ustazah?’



‘enggak ah’



‘gak suka yang besar ya’



‘gatau’



‘coba aja dulu, siapa tau suka’



‘coba apaan?’



‘yang besar’



‘gada’



‘kalo mau pinjam punya saya boleh haha’



‘mimpiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii’



‘serius loh, asal izin sama istri saya dulu...’



‘emang istri ustaz izinin?’



‘iya’



‘kok bisa?’



‘mau tau ceritanya?’



‘mau’



‘jadi dulu saya sering biacara poligami, istri saya jelas nolak, sampai sering kami marahan, singkat cerita karena marah dia bilang saya boleh main sama perempuan lain asal jangan pologami’



‘oalah begitu... jadi ustaz pernah main sama yang lain?’



‘iya’



‘sama siapa?’



‘teman istri saya, saya izin ke istri mau godain dia, dia memang sudah menikah, namun setelah saya dekati ternyata dia mau, kami main ketika suaminya kerja gitu’



‘ya tuhan’



‘hehe’



‘sudah ah, saya ada kerjaan’




Aku menyimpan ponsel, seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, badanku menghangat, ketika aku bangun dari duduk, ada cairan basa di kursi, ternyata ada air mazi keluar dari vaginaku, adakah aku terangsang?



Aku mengangkat baju gamisku dan memasukkan tangan ke celah celana inner dan cangcutku, ternyata vaginaku basah dan mengeluarkan air mazi yang lumayan banyak, sudah terasa lama rasanya tubuhku tak merasa panas dingin karena terangsang seperti ini, yatuhan apakah aku boleh selingkuh?



Hatiku berkecamuk memperdebatkan apa yang ada dalam pikiranku, sisi lain jiwaku ingin meneruskan percakapan mesum itu namun aku tahu itu salah. Rasa khawatir dan merasa ingin menikmati adrenalin perselingkuhan di bakar membara oleh bisikan setan kalau semua akan baik baik saja, aku sungguh sudah jatuh hati kepada ustaz yang tampan itu.



Dari pagi sampai sore pikiranku tak fokus ketika mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas dari dewan ta’aruf untuk menyeleksi berkas para akhwat pejuang halal. Entah kenapa aku merasa tak sabar ingin segera malam agar ustaz lukman segera datang ke rumahku, seperti perasaan rindu kepada seseorang. Namun jika nanti ada kesempatan dia mencoba menjamahku, adakah aku mau?



Dalam hatiku aku merasakan sangat sayang kepada suamiku, namun entah kenapa aku merasa tak masalah jika dia menjahku selama aku tetap sayang suamiku, selama itu hanya sekedar nafsu bukan aku yang jatuh cinta, namun aku rindu padanya, inikah cinta juga? Aku jatuh cinta pada lelaki lain namun aku juga masih tetap sayang suamiku, aneh.






16.00

Aku mandi sore, entah kenapa aku mandi cukup lama, aku menyabuni setiap inchi tubuhku sebersih mungkin. Seakan aku ingin tampil cantik optimal ketika ustaz lukman datang nanti, istrinya? Tak masalah. Toh tadi pagi dia bilang istrinya memperbolehkan jika ustaz mau main perempuan lain. Tapi apakah aku pantas? Aku kan ustazah.



Setelah itu beberapa anak komplek datang untuk mengaji, sebaik mungkin aku membimbing mereka, mataku beberapa kali melihat ke arah jam dinding. Setelah mereka pulang aku menyiapkan masakan untuk makan malam.



‘mas... ustaz lukman mau kesini sama istrinya nanti...’ kataku.



‘oiya... kapan dia bilang?’



‘tadi siang’ aku bohong, ‘katanya sekalian ke temannya...’



‘yasudah... baguslah’



‘mas mau aku siapin vitamin nya?’



‘iya sayang... makasih’ dia senyum.



‘bunga belum pulang yang?’ tanya dia.



‘belum mas, dia ada acara ospek jurusan katanya’



‘oalah... bener ospek kan?’



‘’iya.. kapan dia bohong ke kita’



‘iya iya.. Cuma takut aja yang.. dia kan anak orang... kita harus jaga baik-baik’



‘iya mas...’



Magrib pun datang, hatiku kian berdebar debar menantikan kedatangan mereka, namun sudah 30 menit aku tunggu mereka tak datang, aku merasa gengsi jika harus mengirim pesan ke ustaz karim. Aku tak mau menunjukkan sisi agresifku.



Namun ternyata mereka datang setelah isya, aku mempersilakan mereka masuk dan duduk di ruang tamu.



‘ini istri ane han, namanya reisa, panggil aja echa’



‘oalah.. selamat datang di rumah sederhana kami ustazah’ kata suamiku, aku tak memperhatikan tatapan mataku ke ustazah reisa, karena mataku tak bisa teralih menatap wajah ustaz lukman.



Aku lalu cipika cipiki dengan ustazah reisa, ternyata dia setahun lebih muda dariku, dia sedang hamil tua 7 bulan oleh anak pertama mereka.



Kami mengobrol ini itu dan saling mengenal satu sama lain, membahas kehamilan reisa, jenis kelamin bayi mereka, dan hal hal lainnya. Pukul 8 bunga pulang dan mengucap salam, dia menyalami reisa lalu masuk kamarnya. Dia terlihat sangat lelah.



‘gini han, untuk pengajian selanjutnya mungkin ana gabisa, mungkin istri ane yang gantiin’ kata ustaz lukman.



‘oiya baguslah, biar bisa temenin nisa juga juga, biar mereka temenan haha’



‘gimana ustazah?’ tanya ustaz lukman kepadaku, aku mengangkat kepala dari yang tadinya tertunduk malu, teringat pesan mesum tadi pagi, aku ingat bentuk batang ustaz lukman, dan aku melihatnya di celah paha yang menyembul dicelananya, dia sedang ngaceng?



‘oiya... boleh dong, malah saya seneng’



‘alhamdulillah...’ kata ustazah reisa lembut.



‘eh btw... farhan mau kerja malam... mungkin dia mau siap-siap.. kita pulang yu mi..’ kata ustaz lukman.



Entah kenapa aku merasa sedih dia akan pulang.



‘iya bii...’ balas ustazah reisa



‘ente memang paling pengertian..’ kata suamiku.



Mereka lalu bersiap pulang, lalu mengucap salam dan pulang dengan menggunakan motor mereka. Melihat mereka pulang dan menghilang dari pandangan mata, aku menggigit bibir bawah dan merasa menyesalkan tidak ada yang terjadi antara kami, aku dan ustaz lukman.



Pukul 10 malam suamiku pamit untuk kerja malam, aku mengantarnya sampai tempat parkir. Sebelum dia pergi aku mencium tangannya dan meminta dia hati hati. Dia mengangguk dan senyum.



Pandanganku mengelilingi area raung tamu, sepi. Lalu aku mematikan lampu dan masuk ke kamar dan membaringkan tubuhku.



‘mas sudah sampai di kantor..’ pesan dari suami.



‘iya mas... aku tidur dulu’



‘iya selamat tidur sayang’



‘selamat kerja sayang’




Aku mencoba memejamkan mata, namun entah kenapa ada yang mengganjal dalam hati, aku mencari tahu, ternyata ini rasa sesal akan aku yang tidak bisa melakukan apapun atas rinduku pada sang ustaz, disuatu sisi aku suka dia di sisi lain aku malu jika harus agresif.



I love you ustaz lukman






00.30



Kring kring kring kring



Telingaku ditusuk oleh suara ponselku yang berdering, dalam pikiran aku merasa kesal. Orang macam apa yang menelpon selarut ini, tak ada namanya lagi, mulanya aku malas mengangkat telpon tersebut, namun akhirnya aku menerimanya.



‘halo assalamualaiku..’ dia memulai salam, suaranya sangat lembut, sangat lembut, namun suaranya jelas.



‘waalaikumussalam’



‘maaf ustazah ana menggangu, ana reisa’



‘oh ustazah reisa... iya ada apa ustazah?’ tanyaku, dengan perasaan berdebar dan penuh tanya. Mengapa dia menelpon selarut ini.



‘mohon maaf ustazah... ana mau membicarakan sesuatu yang sangat privasi... boleh?’ tanya dia.



‘ii... iya ustazah...’



‘baik terima kasih sebelumnya... sa... saya.. ehm gimana ya mulainya... suami saya tidak bisa tidur... katanya dia rindu dan ingin bertemu ustazah.. apakah boleh kami kesana?’



‘se.. sekarang?’



‘hem.... iya ustazah... kalau boleh’



‘oooo... ii... iya boleh ustazah’



‘baiklah... terima kasih... kami akan segera kesana...’




Lalu dia mengucap salam dan menutup telpon, apa ini mimpi?



Plak, aku menampar pipi.



Sakit...



Aku lalu bangun... segera mencuci muka sebersih mungkin... gosok gigi? Untuk apa? Ah gapapa untuk jaga-jaga, pikirku. Jaga-jaga dari apa?



Lalu aku mengganti baju dan memakai gamis abu, dan kerudung lebar warna putih, celana inner hitam dan kaos kaki krem. Aku duduk di kursi ruang tamu sambil menunggu gelisah. Aku ini kenapa? Rasanya sangat berdebar debar.



Aku menuggu cukup lama, semakin detik berjalan semaki gelisah juga diriku. 40 menit kemudian barulah aku mendengar suara motor masuk ke parkiran rumahku. Aku tak mengintip ke jendela karena takut tak bisa menahan diri.



Tok tok tok



Aku menguatkan diriku untuk bangun dari kursi dan membuka pintu.



‘assalamualaikum ustazah...’ deg deg, dia sendirian.



‘wa... waalaikumussalam... ehm.. istrinya mana ustaz..?’



‘tadi dia mau ikut... namun saya bilang dia harus istirahat karena sedang hamil’



‘ohhh... begitu... hemm’ aku gugup.



‘boleh saya masuk?’ tanya dia, membuyarkan pikiranku.



‘ehhh... iya ustaz silakan...’



Aku mempersilakan dia duduk di kursi dan aku ke dapur mengambil air teh, aku mulai merasa badanku panas dingin tak karuan, apa ini? Aduh aku harus bagaimana? Apakah hal ‘itu’ akan terjadi? Kalau iya bagaimana? Ah sudahlah diam saja.



Aku membawa gelas berisi teh itu di atas nampan.



Lalu aku meletakkan gelas itu di meja depan ustaz lukman, jelas sekali dia melihat gemetarnya tanganku saat menyodorkan. Matanya menatapku dengan penuh keheranan.



‘terima kasih, ustazah...’



Lalu dia mendekatkan duduknya kepadaku karena kami duduk di kursi panjang, aku kaget tangan dia menyentuh keningku. Dia sangat agresif pikirku.



‘ustazah... ustazah sakit kah?’



‘ehmm.. ti.. tidaak..’ gugup



‘ini suhunya hangat ustazah...’ katanya



‘saya tidak... apa apa ustaz’



‘mungkin ustazah gugup ya saya datang...’



Aku tertunduk, matanya menyusuri lantai tak mau lihat wajahnya, malu.



‘ustazah kenapa... wajanya merah..’



Dia mendekatkan duduknya kembali, kali ini kami sangat dekat, cukup untuk kami untuk berciuman. Aku semakin gugup tak tau apa yang harus aku lakukan, badanku semakin hangat, aku kikuk sekali, oh tuhan aku harus apa? Aku diam saja.



Dia menyentuh keningku lagi, lalu kali ini ke pipi.



‘ustazah sakit... sebaiknya saya pulang ya...?’



Aku diam tertunduk tak bisa berkata apa-apa saking aku gugupnya, pahaku semakin merapat karena gugup.



‘ustazah...’



‘’ustazah...?’



Aku terus menunduk dan tak menjawab, dia mungkin bingung apa yang terjadi, namun hal yang terjadi selanjutnya sungguh tak bisa aku terka.









Ustaz lukman memegang kepalaku dan mengangkatnya agar kami saling berhadapan, mata kami saling bertatapan lama.



‘kamu kenapa...?’ tanya dia sedikit wajah panik, mungkin dia pikir aku kesurupan.



Namun aku hanya menggeleng.



Kami terus saling bertatapan.



‘bo... boleh aku cium kamu?’ DEG, hatiku berdegup sangat keras karena kaget, pahaku semakin merapat, dan tanganku memegang gamis di pahaku erat.



Aku tak tahu harus berbuat apa, apa yang harus aku katakan sebagai jawaban? Aku diam saja, lalu aku sangat bingung, aku pejamkan mataku.



Namun dia salah sangka, aku menutup mata karena bingung, bukan mengiyakan pertanyaanya.



Aku merasakan ada sentuhan ke bibirku, dalm hati aku sadar itu ciuman.



Aku semakin tak tahu apa yang harus aku rasakan, aku diam saja, badanku kian menghangat.



Dia terus menciumi bibirku, pipi, kening, dan dia mencium senti demi senti bibirku, mengitari bibir bawah dan bibir atas.



Kemudian aku merasakan ada lidahnya yang basah mencoba masuk melewati bibirku, aku biarkan saja dia masuk, lidah itu, dia membasahi area bibirku, lalu seakan mencari sesuatu, lidah dia mencari lidahku, akhirnya mereka bertemu.



‘emmmmmppph...’ aku mendesah.



Lalu lidahnya diam sesaat, lalu lidah itu masuk lagi ke dalam mulutku dengan lebih basah.



Kemudian kini aku tak diam, aku mulai membalas permainan bibir dan lidahnya, kami melakukan FK dengan lembut, lidahnya sangat basah, dapat aku dengar nafasnya memberat ketika kami berciuman semakin panas.



Lalu saat ciuman kami sedang panas-panasnya dia berhenti, aku membuka mata dan melihat dia sedang menatapku.



Lalu kami saling bertatapan beberapa detik



‘ustazah... bolehkah aku menjamah tubuhmu?



Duar, aku sangat kaget, aku tak menyangka dia seagresif itu. Lalu aku bertanya pada hatiku dengan berbagai pertimbangan, aku bertanya pada logika dan hati, hatiku sedang tak karuan dengan semua situasi ini tapi ada rasa penasaran dan berbunga. Logikaku berkata situasi sangat memungkinkan, bunga sudah tidur dan suamiku kerja sampai besok siang. So, overall dalam hatiku tidak ada yang menolak atau keberatan.



Perlahan otakku aku paksa menggerakkan syaraf gerak leherku agar bergerak mengangguk, aku paksakan sekuatnya. Lalu aku mengangguk.



Lalu dia memangku badanku.



‘dimana kamar kalian?’



Lalu aku menunjukkan kamar ku.



Dia memangkuku masuk ke kamar.



‘jangan... keras keras suaranya... ada keponakanku disebelah’ kataku.



Dia mengangguk.



Aku duduk di pinggir kasur, diapun juga, dia lalu mendekatkan bibirnya lagi. Kami kembali berciuman panas.



Perlahan dapat aku rasakan tangannya mencoba mengangkat gamisku dari bawah, sampai pahaku, lalu tangannya mulai menyusup ke celana cangcutku.



Aku memegang tangannya mencoba menahan, namun tak ada daya, aku hanya memegang tangannya saja, lalu tangan dia masuk sambil kami terus berciuman.



Sampailah tangan itu ke bibir vaginaku.



‘basah sekali ustazah...’ bisiknya



Aku hanya senyum, badanku kian panas dingin.



Lalu jarinya menyentuh biji kelentiku, brrrrrrrrrrrrrrrr. Badanku seakan tersetrum listrik dan mengejang merasakan jarinya.



Lalu tanganya mencoba menurunkan celanaku, entah kenapa tanganku mencoba membatu tangan dia agar celana inner dan cangcutku melewati paha dan sampai lutut.



Setelah itu dia bermain-main di celah pahaku, namun tak lama, tangan itu naik ke atas ke arah payudaraku, sudah tak memakai bra. Tanganya terlihat senang, dia meremas-remas payudaraku dengan gemas.



Kemudian entah kenapa tanganku juga mencoba melepaskan ikat pinggangnya, aku melepaskan celanya, dia tak memakai celana dalam ternyata. Langsung tak sengaja aku menyentuh batang dia, hangat sekali, keras.



Tanpa dia minta tanganku mengurut batangnya yang keras dan panas, dan yang paling terasa ditanganku, ukurannya sangat beda dengan punya suamiku, lebih besar.



Dapat kurasakan ada air mazi keluar dari lubang kepalanya, aku usap air mazi itu dengan telapak tanganku, agar urutan ke batangnya semakin licin, terdengarlah nafas dia semakin berat.



Lalu ciuman kami berhenti.



‘uuu... ustazah mau gak... ehm pakai mulut’ sambil matanya mengarah ke arah batangnya.



Aku tak menjawab atau mengangguk.



Aku berdiri, lalu berlutut di antara pahanya, dia lalu melepaskan switer dan bajunya, jadilah dia sudah telanjang bulat.



Aku mulai melihat batang itu yang aku genggam.



‘besar..’ kata itu keluar dari mulutku tak terkontrol,



Dia hanya tersenyum.



Entah kenapa, seakan semua gugup dan rasa resahku hilang semua, aku mulai menyentuhkan bibirku ke kepala batangnya, aromanya, terasa sangat sensual. Kemudian aku memasukkannya ke dalam mulutku, lidahku aku perintahkan menyervis batang itu sebisaku, seperti biasa aku lakukan pada batang suamiku.



Setelah beberapa menit, dia meminta aku untuk segera terlentang di kasur, dia lepaskan celana ku dari kaki kiri, namun tak dia lepas dari kaki kanan, jadi celana itu masih terkait disana.



Dia sudha terlihat sudah sangat nafsu memandang tubuhku.



Otomatis aku buka pahaku lebar, dia tersenyum menatapku, aku membalas senyumnya juga. Tanpa kata. Semua itu terjadi.



Aku lihat dia memegang batangnya dan menggosok-gosokkan di bibir vaginaku yang sangat basah dengan air mazi.



Lalu dia mengusap air mazi dari bibir vaginaku, lalu mengurutkannya ke batang dia.



Setelah itu dia mengarahkannya ke liang vaginaku.



Dapat aku rasakan benda tumpul itu mulai menyentuh, lalu perlahan masuk, masuk lagi sedikit, sedikit, sedikit, sedikit, tak ada halangan karena vaginaku yang basah sekali dan licin, sampai pada titik batang itu mentok di pintu rahimku.



Dia diam tak bergerak dalam pisisi itu, aku diam, kami saling bertatapan, dia senyum padaku, aku balas.



Tangannya meremas payudaraku, keduanya.



Lalu dia mendekatkan kepalanya kepada kepalaku, kami lalu berciuman kembali. Kini tangannya memegang kepalaku dari belakang.



Perlahan aku rasakan batang dia mundur dari liang vagina, setelah sampai bibir, dia menusukkan dengan keras.



‘ahhhhhhhh.... ustaz...’



Tubuhku mengejang beberapa kali, merasakan nikmat.



Lalu dia melakukannya lagi, lagi, dan terus.



‘ahhhhh....’



‘ahhhhh....’



‘ahhhhh....’



‘ahhhhh....’



‘ahhhhh....’



‘ahhhhh....’



‘ahhhhh....’



‘ahhhhh....’



‘ahhhhh....’



‘ahhhhh....’



‘ahhhhh....’



Setiap tusukkannya mebuat aku tak bisa menahan desahan, dan setiap desahan suaraku semakin menggema di ruangan itu. Lalu dia menusuk dengan cepat.



‘ahhhhhhhhh.... ustaaaz... saya.... dapaaaaaaat... aaaaaah’ brrrrrrrr, badanku bergetar hebat, aku tak bisa mengontol, dia diam membiarkanku, rasanya nikmat sekali, tak bisa aku jelaskan, dia diam membiarkan aku menikmati sampai nafasku mulai tenang kembali, aku membuka mata, kulihat dia senyum kepadaku, aku balas senyuman dia.



‘huh’ keringatku mulai bercucuran membasahi kerudung dan baju gamisku.



Dia menggerakkan bibirnya, seakan mengatakan sesuatu namun tanpa suara, aku membaca gerakan itu.



Enak?



Aku mengangguk sambil mengedipkan mata.



lagi?



Kali ini aku membalas pertanyaan itu dengan gerakan pinggangku dan mengger gerakan batangnya.



Dia mulai mendayung kenikmatan bersamaku kembali. Nikmat sekali, namun tak aku ucapkan, hanya desahan saja, semakin lama desahanku semakin keras.



Aku mendapatkan orgasme lagi namun kali ini dia tak menghentikan dayuan kenikmatannya, aku pun mengejang sambil terus di sodok.



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



Semakin lama desahanku semaakin keras, seakan tak peduli jika akan ada yang mendengarnya.



Lalu aku rasakan gerakannya makin cepat, dan aku tahu ini tanda dia akan memuntahkan maninya.



Lalu aku rasakan kedutan dari batangnya.



Dia menyodok semakin cepat



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘ahhhhhhhhhhhhh.....’



‘di.. dalam.. saja ustaaaz...’



‘aaaaaahhhhhh aaaaah aaah ustazaaaaah, nikmaaaaaat’



Dan aku rasakan semburan air maninya yang panas memasukki pintu rahimku, beberapa kali semburan itu aku rasakan dan juga kedutannya.



Sambil mata terpejam aku menikmati semburan air mani ustaz lukman, akankah aku hamil dengan air mani sebanyak ini?



Dalam hatiku akal sehat mulai memberi nasihat, aku ustazah dan dia ustaz, kami sama-sama sudah menikah, namun semudah can secepat ini kah perselingkuhan?



Tapi yang kurasakan.



Nikmat.



Setelah diam dan mengatur nafas sampai tenang, dia mengeluarkan batangnya dari vaginaku, dapat aku rasakan ada air hangat keluar dari dalam vaginaku.



Dia tersenyum.



‘terima kasih..’ katanya



Aku megangguk dan mengedipkan mata, ‘terima kasih juga’



Dia mendekatkan batangnya ke mulutku.



‘tolong dibersihkan...’ katanya



Aku paham maksudnya.



Aku mulai memegang zakarnya, dan mulai mendekatkan batang itu ke bibirku.



‘doa dulu’ katanya.



Aku diam, lalu mataku memandang raut wajahnya yang senyum, aku senyum saja dan tak mengucapkannya, tapi dalam hati.



Batangnya basah sekali, dipenuhi cairan pekat putih, aromanya kurang sedap menurutku, tapi entah kenapa lidahku menyapu bersih batang itu.



Selanjutnya giliran lidah dia yang membersihkan vaginaku.



Setelah itu dia memakaikan kembali cangcut dan celana innerku seperti semula.



Diam beberapa saat, lalu dia memakai baju kembali, aku lihat batangnya masih keras ketika dia memasukkannya ke celana. Kulihat jam dinding sudah pukul 2.59, sudah larut, dia harus pulang.



Aku lalu mengantar dia sampai pintu, sebelum dia keluar, dia mencium bibirku lagi. Namun ternyata tak sampai disitu, nafsunya bangkit lagi.



Dia lalu membalikkan badanku, aku biarkan saja, lalu dia angkat gamisku sampai paha.



Dia turunkan celanaku kembali sampai lutut.



Aku mencari pegangan tangan, dia menunggingkanku.



Lalu dia menujahkan kembali batangnya, vaginaku yang masih basah membiarkan begitu saja dia masuk.



‘ahhh...’



‘ahhh...’



‘ahhh...’



‘ahhh...’



‘ahhh...’



‘ahhh...’



Kini desahanku aku tahan sekecil mungkin



Dia terus mendorong keluar masuk, terus, terus, terus...



Cukup lama sampai tanganku cukup pegal menahan hentakannya.



Dia lalu menarik kerudung panjangku, lalu kami melanjutkan dengan gaya berdiri.



‘anjiiiiiing.... nikmat banget memek ustazah..’



Jelas sekali bisikan dia kepada telingaku, antara malu dan marah aku dipuji seperti itu.



Lalu dia kembali menunggingkanku.



‘ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh....’ dia mengerang.



Lalu kurasakan semburan air maninya lagi, aku puas?



Setelah itu dia segera membereskan pakaiannya, dan pamit pulang.



Ya Tuhan, aku sudah berzina dengan seorang lelaki baru aku kenal sehari, terlebih lagi aku biarkan dia memuntahkan air maninya di dalam.



Tanpa mencuci vaginaku aku langsung ke kamar dan masih kulihat bed coverku ada noda membulat basah bekas cairan mazi dari vaginaku, aku tertidur senyum, bahagia?
Mantap gan, panjang x lebar updatenya
BUNGA

NOMOR 3


POV FARHAN



Sore tadi teman kerjaku datang kerumah dengan istrinya, bercadar.



Perempuan bercadar adalah bagian dari imajinasi seksku dulu saat masih kuliah, namun kini temanku memiliki istri becadar, aku merasa punya peluang.



Namun aku mencoba berpikir realistis, tak mungkinlah perempuan bercadar mau selingkuh denganku, pasti ilmu agamanya tinggi dan tahu mana benar dan salah. Sehingga semua itu menjadi hanya angan dalam alam bawahsadar yang mulai terkubur.



Aku harus berangkat kerja, aku pamitan kepada istriku dan segera kekantor, bekerja sefokus mungkin untuk menafkahi istriku tersayang.






POV BUNGA



Masih penasaran dalam pikiranku, dengan siapa tanteku semalam bercumbu, namun positif thingkingku mengatakan, bisa saja omku pulang semalam, dan berangkat lagi, haduh aku mulai memikirkan hal yang aneh, padahal ini sedang syuro LDK, aku harus fokus.



Aku juga menegur kawanku, husna. Dari tadi dia bermain dengan ponselnya, entah sedang apa. Huh.



Seminggu kemudian aku menerima telpon dari bagian administrasi, bahwa aku sudah mencapai masa tenggang, namun aku diberi waktu 10 hari lagi untuk membayarnya, aku mengucapkan terima kasih kepada operator itu, dan juga kepada pak hakim.






Sorenya ada rapat lagi, kali ini mengenai persami jurusanku, maklum lah ospek sambil kemping, sudah menjadi biasa. Karena waktunya besok, kami harus menyiapkan semuanya sebaik mungin, zero mistake.



Aku pun mengabari adik-adik bimbinganku barang apa saja yang harus dibawa, mereka membalas dengan sopan, kecuali fajar. Dia malah menanyakan aku ikut atau tidak. Tak aku jawab.



Besok paginya.

Sabtu, 20 Maret.



Aku izin kepada tanteku untuk ikut acara ospek jurusan, tanteku mengiyakan dengan jutaan syarat. Haduuuh aku mengiyakan, bahkan mencatatnya di hpku apa saja pantangannya.



Tanteku tertawa melihat aku menuliskan syarat yang tidak boleh aku lakukan.



Singkat cerita, kami diangkut mobil yang sudah kami sewa, aku bersama panitia pendamping lainnya.



Kami menuju camping ground yang lumayan jauh, perjalanan aku nikmati sambil bercanda dengan temanku.



‘husna mana ni...?’ tanyaku.



‘dia izin nyusul, ada tugas mendadak katanya..’



‘oalah... kok dia gabilang aku ya...’



‘mungkin ada deadline, jadi sibuk’



‘hemmm... iya iya’



Akhirnya kami sampai di camping ground, kini para peserta ospek disuruh mendirikan tenda yang mereka bawa, area tenda lelaki dan perempuan dipisah. Ini adalah usulku pada ketua jurusan, aku sangat keras mendebatnya pertama kali membahas ini, akhirnya yang lainpun setuju.



Malamnya setelah isya kami mengadakan api unggun, diirinngin dengan membaca puisi dari para anggota kelompok. Lalu aku penasaran anggota kelompokku menampilkan apa.



‘yeee tepuk tangan untuk penampilan dari kelompok 10, sekarang kita panggil dari kelompok 11’ kata mc



Tak ada dari anak kelompokku yang maju, aku menjadi was was.



‘kelompok 11’ kata mc



‘mana pamongnya, sini’



Aku mengacungkan tangan dan maju.



‘kamu kasih tau mereka gak akan ada penampilan kelompok...?’ tanya ketua himpunan, aku menunduk karena malu.



‘tidak kak... saya lupa’



‘yasudah nanti saya kamu hukum, kembali sana!’ kata dia dengan nada agak marah.



‘tunggu kak...’ aku familiar dengan suara itu, fajar.



‘iya apa?’ kata robi.



‘saya mau tampil kak, asal kak bunga gak dihukum’



‘CIYEEEEEEEEEEEEEEE’ mereka riyuh



‘yausudah, kamu mau tampil apa?’



‘ehm... saya mau nyanyi kak’



‘oke... perlu gitar?’ tanya robi.



‘iya kak’ jawab fajar.



Aku lalu duduk kembali di jajaran panitia dengan malu dan bersalah.



Aku takut mempermalukan fajar nanti, bisa jadi repot.



‘ayo perkenalan diri dulu’ kata robi



‘selamat malam semuanya.. jreng..’ sambil dia memetik gitar



‘malaaaaam’ jawab peserta lain.



‘nama saya fajar senja, kalian bisa panggil fajar...’



‘hai fajaaaaaar’



‘saya mau menyanyikan sebuah lagu... judulnya puisi alam dari 4.20..’



‘yeeeeeee...’ mereka bertepuk tangan



Aku berdoa dalam hati semoga lancar.



Lalu fajar mulai memetik gitar dan mencari kunci yang pas.



‘lagu ini untuk kak bunga....’ kata fajar tersenyum.



‘ciyeeeeeeeeeeeeeee...’ peserta riyuh.



‘dan kita semua...’ terus fajar



Wajahku memerah, aku menunduk dan tangaku satu memegang dahi, aku malu sekali, teman disampingku menggodaku tak henti.



Lalu dia mulai menyanyi...



PUISI ALAM – 4.20 (dengerin di YT ya gan)



Rebahkan lelah tubuh
Di tempat tinggi tak berpenghuni
Lupakan sejenak masalah duniamu
Lembut sang awan 'kan menyambutmu

Bermimpi ku berada
Di tempat indah yang tak terjamah
Hanya ada aku dan teman-temanku
Mimpi-mimpi tak seperti mimpi

Bahagia, bahagiaku cukup sederhana
Tak terhingga, sekalipun harta dan tahta
Tak sanggup membayarnya

Bercanda dan tertawa
Berbagi apa saja yang ada
Tak terfikir dunia
Tak peduli juga
Apa yang ada di bawah sana

Bahagia, bahagiaku cukup sederhana
Tak terhingga sekalipun harta dan tahta
Bahagia, bahagiaku cukup sederhana
Tak terhingga sekalipun harta dan tahta
Tak sanggup membayarnya

Pejamkan mata jiwa
Alam indah penghantar tidurku
Memuji karyamu lewat kalimatku
Dengarkanlah puisi alamku
Dengarkanlah puisi alamku

Puisi alam
Puisi alamku
Puisi alam



Deg



Ya tuhan, suaranya bagus banget, pantas saja namanya Fajar Senja, benar benar nama anak indie. Temanku disamping terus menggodaku.



‘nad... denger tuh suaranya... udah kayak penyanyi aslinya..’



Entah kenapa aku malu dan dalam hati merasa berbunga, apa dia benar-benar bernyanyi untukku? Tapi aku senang.



‘yeeeeeee.... keren gaaaaa?’ tanya robi



‘kereeeeeeennnn...’



‘sekali lagiiiii...?’ tanya robi



‘sekali lagiiiiii....’ jawab para peserta



Fajar lalu menyanyikan lagi itu sekali lagi, kali ini kami bernyanyi bersama, sugguh malam yang mengesankan.



Setelah fajar menyanyi, kami semua bertepuk tangan.



‘bunga.. bunga... kamu selamat dari hukuman..’ kata robi



‘ciyeeeeeeeeeeeeee’



‘kamu berhutang terima kasih kepadanya..’ robi menggoda



Aku mengangguk-ngangguk sambil tertunduk malu dan senyum-senyum sendiri, setelah itu aku mengirim pesan ke nomor dia, aku tahu dia tidak akan membalas karena ponsel para peserta disimpan di panitia penitipan.



‘TERIMA KASIH BANYAK FAJAR 😊Pesan dariku.



Setelah acara ap unggun selesai, para peserta diminta untuk tidur karena nanti malam kami menyiapkan acara kejutan untuk mereka semua.




POV HUSNA



Teman sedivisiku sedang membacakan program tahunan kami, beberapa acara yang kami targetkan sudah terlaksana. Ada ada beberapa agenda kedakwahan lagi yang harus kami kerjakan. Namun pikiranku mulai tak fokus karena membalas pesan dari pak hakim.



‘malam besok bisa gak?’ tanya dia.



‘besok saya ada ospek jurusan pak...’



‘izin aja sampai jam 8, nanti saya antar ke sana. Saya juga ngawas disana, takut anak-anak brutal. Gimana?’



‘berapa pak?’



‘seperti biasa kan?’



‘hem iya pak’



‘oke... saya tambahin sejuta asal kamu nurut aja’



‘gamau ah...’



‘saya gak akan bunuh kamu kok.. tenag aja’



‘iya deh...’



‘besok kita pulang bareng ya dari kampus..’



‘baik pak...’



‘siap.. assalamualaikum...’



‘waalaikumussalam..’







Akhir pekan pun datang, aku berangkat ke kampus sambil membawa baju ganti, karena ada yang akan memakaiku nanti malam, sudah cukup lama ku pikir pak hakim tak menywa tubuhku untuk menyalurkan nafsunya.



Kemudian aku menjalani rutini tas akhir pekan, sabtu memang tidak ada kuliah, namun biasanya hari ini beberapa club melaksanakan kegiatan mereka, sampai sore.



Sorenya aku menunggu di tempat parkir dekat mobil pak hakim, sambil menunggu aku mendengarkan musik melaui earphoneku, aku kaget karena pak hakim mengagetkanku dari belakang.



‘iihhhh... mas... ngagetin aja..’



‘haha.. maaf..’



‘hemm.....’



‘ayo masuk...’



Aku duduk di kursi depan sambil memainkan ponselku, lalu tangan pak hakim mulai meraba-raba pahaku yang masih tertutup gamis.



‘mas kangen banget sama kamu na...’



‘hem... makasih mas..’



‘uangnya udah mas transfer ya ke rekening kamu...’



‘serius mas?’



‘iya... cek aja kalau mau...’



‘hem iya deh percaya kalo sama mas..’



Kami terus mengobrol sama ke rumah pak hakim, pak satpam membuka kan pintu gerbang, lalu pak hakim memarkirkan mobilnya. Kami masuk ke dalam rumah beliau, aku disambut oleh istrinya pak hakim, bu nia. Perempuan bercadar ini adalah guru liqo kelompokku dulu.



‘ehhh... ada husna... apa kabar?’



‘baik ustazah... ustazah apa kabar..?’



‘baik juga na.. sedang menikmati masa kehamilan..’



‘oalah.. semoga debaynya cepat lahir ya ustazah’



‘iya.. doakan lancar ya...’



‘aamiin..’ doaku.



‘eh.. suamiku sewa kamu malam ini..?’



‘iya ustazah... hehe’ aku menunduk malu



‘yasudah... ustazah siapkan dulu ya kamarnya..’



‘terima kasih ustazah...’



Aku duduk di ruang tamu, menunggu ustazah yang menyiapkan kamar, dan pak hakim yang sedang mandi. Aku teringat terkahir kesini bulan yang lalu, saat aku disewa pak hakim ke 3 kalinya, dia juga mengajak temannya yang terlihat seperti ustaz, setahuku ustazah nia dihamili oleh temannya pak hakim, karena setauku pak hakim mandul. Sayang sekali orang sekaya dia tidak bisa punya anak dari benih sendiri, malah istrinya ditanami benih temannya sendiri.






15 menit kemudian aku sudah ada ditas ranjang bersama pak hakim, ustazah nia sedang berada disamping kami beribadah, setelah itu dia melipat mukenanya dan keluar kamar.



‘jangan terlalu berisik ya mas... aku nanti mau’



‘iya umiiiii...’ kata pak hakim.



Kami berciuman, tepatnya aku hanya melayani apa yang dia mau, dia mau berciuman, aku membalas ciumannya dengan panas. Tanganku berinisiatif melepas handuknya dari pinggang lalu kulempar entah kemana.



Tangan pak hakim mulai meraba kedua buah dadaku dengan gemas, lalu perlahan dia melepaskan semua bajuku.



‘pakai mukena istriku na...’ katanya



‘aku menurut saja..’ aku pakai mukenanya, sedangkan di dalamnya aku telanjang.



Dia langsung menyuruhku menaikinya, aku mengambil alih posisi diatas, lalu aku masukkan batangnya ke vaginaku yang cukup basah.



‘aaaaah... maaasss...’



‘enaaaak na...?’



‘agak perih mas...’ karena aku rasakan batangnya keras sekali dan panas, sedangkan vaginaku kurang basah.



Akhirnya aku basahi dulu batang itu dengan blowjobku.



‘aouuuu... na... memek atas kamu enak banget’



Aku terus mengoralnya sampai cukup basah, lalu aku masukkan kembali ke dalam vaginaku.



‘aaaah.. aahhhh. Ahhh...’ pinggangku bergerak naik turun.

Aku terus melakukan itu sampai kurasakan ada air hangat menyembur-nyembur di dalam vaginaku, aku merasa tak masalah dengan itu.



Percumbuan dengan pak hakim memang alot, dia keluar sekali, lalu kami istirahat dulu sebelum dia bangkit lagi, keluar lagi istirahat lagi, kadang terus begitu sampai 5 kali.



Setelah jam 9, kami sudah melakukan main dan istirahat 3 kali, lalu dia mencukupkan permainan kami sampai disana karena sudah lelah. Aku merasa sedikit kesal karena seakan mempermainkan nafsuku. Aku mau keluar dia keluar duluan, lalu istirahat.



Setelah mandi aku diantar ustazah nia ke tempat opsek jurusanku karena pak hakim sudah terlalu lelah.



‘maafin suami ustazah ya na.. dia emang gitu’



‘hemm... gapapa ustazah..’



‘dulu juga gitu... udah mulai enak dianya keuar... pas dia mau lagi nafsu ustazah kan udah dingin jadi mulai dari awal lagi’



‘hemm... ustazah... boleh saya... onani disini..?’ tanyaku, karena sudah tak tahan nafsu.



Aku menarik gamisku sampai paha, lalu menurunkan celana dalamu sampai paha, kurenggangkan pahaku, lalu aku mulai mengusap tanter vaginaku.



Namun tidak mujur bagiku keburu sampai ke lokasi.



‘jangan keluar dulu na..’ kata ustazah



‘iya ustazah?’



‘kamu belum keluar kan?’



‘be... belum ustazah...’



‘yasudah ustazah bantu sini.



Setelah itu ustazah melakukan usapan kepada vaginaku yang basah dengan tangan lentik yang kurus namun panjang itu, aku kenikmatan sampai orgasme disana, dan meninggalkan cairan kenikmataku disana.



Setelah aku beres, aku mengucapkan terima kasih dan pamit kepada ustazah nia. Lalu aku bergabung dengan teman-temanku, syukur dalam hatiku, hanya 3 jam tapi dapat 8 juta.




POV BUNGA



Pukul 01.00 dinihari, para peserta dibangunkan.



Mereka disuruh memakai sepatu dan segera digiring ke lapangan untuk berkumpul, aku berbaris bersama panitia pembimbing lainnya, aku sendiri tidak menyadari kapan husna datang, tapi dia sudah ada di sampingku, karena dia membimbing tim 10.



Beberapa menit kemudian kelompokku sudah lengkap dan siap melakukan penjelajahan malam. Sama seperti tour kampus, namun kali ini kami mengelilingi hutan. Aku sebenarnya agak takut, namun aku mencoba setabah mungkin karena aku tak sendirian.



Pos-pos yang kami datangipun bukan lah pos dengan konsep pembulian, lebih kepada pos yang mengasah mental, tak ada kontak fisik pukulan, atau hukuman yang memberatkan, jurusan kami sudah jauh membuang konsep ospek yang terkesan menyeramkan dan kebrutallan.



Kami mendatangi 7 pos pada hari itu, star dari jam 2, dan selesai jam 5.30. aku terus memberi semangat kepada adik-adikku agar mereka semngat, aku juga merasa semangat ketika aku tau fajar selalu memperhatikanku sejak kami berkumpul tadi, namun aku mengesampingkan semua itu.



Sampai pada pukul 6 para peserta dipersilakan melakukan kegiatan masing-masing sarapan dan mandi lainya.



Sedangkan aku dan husna sedikit menjauh ke arah padang rumput.



Aku mengobrol banyak dengan husna, dia memang sahabt terbaikku, aku menceritakan masalahku kepada husna, aku berpamitan kepadanya, jika saja nanti aku di DO dari kampus, husna memelukku sambil menangis.



Dia terus memberiku nasihat, agar aku semangat.



Perlahan kami mendengar suara deheman dari belakang, fajar?



‘lagi apa kakak-kakak?’



‘hemm... gapapa.. eh aku mau pipis nih, aku ke toilet dulu ya nad’ husna sengaja pergi, aku tahu itu, karena ani menceritakan saat api unggun padanya.



‘ada apa dek...?’ aku tegas kalau untuk urusan seperti ini.



‘aku cape sekali kak, ngantuk lagi’ kami menghadap padang rumput yang luas terbentang.



‘hem sarapan sana sama temanmu....’



‘temanku diriku sendiri kak...’



‘apaan si puitis amat... kataku heran...’



‘kak makasih ya udah bimbing kami...’



‘oiya... sama-sama fajar... kakak juga mau ucapin terima kasih udah menyelamatkan kakak dari hukuman...’



‘hem... iya kak... sama sama’



Sunyi sejenak



‘kakak asli orang mana...?’



‘Indonesia...’



‘saya juga kakak...’ dia kecewa tak aku kasih tau.



Tiba- tiba angin sepoy dan sinar matahari pagi yang menghangatku dari tadi membuatku ingin memetik tumbuhan yang ada di depanku.



Aku memang sering menemukannya waktu kecil.



Namun aku tak tahu apa nama tumbuhan itu.



Kemudian aku meniup bagian putihnya, dan mereka berterbangan terbawa angin, aku merasakan fajar melihatku dari tadi sambil tersenyum.



Entah kenapa rasanya hatiku menghangat. Apakah aku jatuh cinta?



‘ternyata masih bisa tertiup meski tertutup cadar kakak’



‘jangan biarkan penampilan menipu matamu ya de’



‘hemm… ah aku tak sehebat itu kak’



‘aku lupa ini namanya apa…’



‘itu namanya dandelion kak’ dia mengatakan itu



‘hemmm... indah sekali ciptaan tuhan..’ kataku



‘yang sedang aku lihat sekarang juga ciptaan tuhan yang indah...’



‘kamu hanya menggoda fajar...’ aku menunduk malu



‘aku serius... kak...’



‘hemmmm....’ aku masih menunduk.



‘kakak... mau gak..’ aku takut dia mengatakan yang tidak aku inginkan, jadi aku memotong kalimatnya.



‘jar... kamu memang suka lagu indie...?’



Terlihat dia kesal karena aku memotong kalimatnya.



‘iya kak... kakakku yang membawa virus itu ke rumah.. sehingga kami semua suka..’



‘hemm... begitu’ aku melihat ke belakang, melihat para temanku, aku tahu mereka melihatku dengan fajar juga, tapi membiarkan aku berduaan dengannya.



Kemudian aku sadar iini sudah terlalu lama aku berduaan dengannya.



‘aku mau cari makanan dulu.. bye fajar.. siap siap pulang sana..’



Aku berjalan menuju divisi konsumsi mencari roti dan duduk diatas matras, kemudian ani dan husna menghampiri.



‘fajar nembak kamu nad...?’ tanya ani



Aku berpikir sedikit, lalu aku menggerakkan badanku seakan mataku mencari apakah ada luka di badanku, lalu aku menghadap mereka.



‘hahhh... gada tuh..’



‘dasar polooooos...’ kata ani



‘robiii, ini bungaaa kalo pulang perlu di setting ulang nih...’



‘mutilasi aja ni’ kata robbi



‘dia mungkin memang menyimpan dendam padaku karena aku sering berbeda pikiran dengannya.
mantap suhu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd