Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kisah Cinta di Kantor Desa

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Cerita baru ne...enggalin bli ...jeg pasti jaen
 
Bagian 10 : Survei Lapangan - 2

FUCK!


Umpatku dalam hari lalu melirik sekilas kearah pantat Irina, namun tidak terlihat hal yang aneh disana.

“Bentuknya kayak huruf U gitu Bli Dek, pas jalan ngegesek banget, jadinya udah basah kuyup neh, duh ngalir sampai ke paha lagi,” bisik Irina yang membuatku menelan ludah membayangkan keberuntungan vibrator itu.

"Dimana dapat vibrator Na?" tanyaku, walaupun dalam hati kuduga Dayu lah pelaku kenakalan Irina ini.

"Siapa lagi men? Tuh, pacar bli dek nakal banget, tadi di kamar mandi, aku sampe dapet lagi gara-gara di isep klit nya sama dia," kata Irina sambil menjelaskan alasan keterlambatannya.

“Eh, apa tuh bisik-bisik,” seru Mbok Budi ketika melihat aku dan Irina yang berbisik-bisik dibelakangnya.

“Ne Ina bilang, punya siapa yang bagusan dari belakang, Mbok Budi atau Lesti,” sahutku sambil melihat pantat kedua wanita ini. Mbok Budi terlihat lebih tipis dari Lesti, yang walaupun pantatnya tidak terlalu besar, namun bulatannya itu terasa pas.

“Beh, tau kok punyaku kecil, tapi kalau masalah goyangan bisa di tes loh,” katanya sedikit pelan mengingat kami sudah sampai di warung.

“Nasi campur Dek? Na? ” tanyanya ketika kami sudah duduk di kursi warung.

“Iya,” jawabku dan Ina berbarengan.

"Minumnya teh manis aja," kataku sambil melihat kearah Mbok Budi dan Lesti yang duduk tepat didepanku. Sementara aku dan Irina duduk di satu bangku panjang. Meja di depan kami cukup tinggi sehingga membuatku memikirkan apa yang bisa kulakukan dengan Irina yang ada disampingku.

"Eh, wifinya nyampe sini juga, " kata Lesti sambil melihat layar hp nya dan sekilas kulihat dia membuka fb lagi.

"Ah, masa ada wifi? " tanya Irina sambil mengambil hp nya dari dalam tas yang dibawanya.

Eh. Wifi? Kalau tidak salah….

Kubuka hp dan mencari aplikasi remote control untuk vibrator yang dulu diinstal oleh Dayu di hp. Semoga saja vibrator yang dipakai Irina adalah vibrator yang sama atau sejenis dengan yang dipakai Dayu sehingga aplikasinya bisa dipakai. Kuhidupkan bluetooth lalu menscan perangkat.

Bingo. Lush 2 bullet vibrators.

Setelah ketemu, kulirik ke arah Irina, lalu menghubungkan aplikasi dan vibratornya, setelah sukses kutaruh hp diatas meja dan bersiap menggoda Irina.

"Eh, kalian mau kemana tadi?" tanya Irina sambil melihat kami bertiga.

"Mau threesome, ikut Na?" goda Mbok Budi.

"Boong Na, mau ngukur aset desa, " sanggah Lesti dengan muka kemerahan.

"Oh.. Tak kira beneran threesome, baru mau ikut biar jadi foursome, aahhh.." kata Irina yang diikuti dengan jeritan kagetnya. Kurasakan pahanya dirapatkan dan samar kudengar suara bergetar dari vibrator yang tiba-tiba kuhidupkan dari hp.

"Eh, kenapa Na? tanya Lesti melihat ekpresi Irina.

Ekspresi terkejut dan juga geli-geli nikmat itu.

"Eh, sakit perut ya Na?" kataku sambil menekan tombol off vibrator di hp.

"Eh iya, mules-mules gimana gitu…" kata Irina sambil memandangku dengan pandangan curiga.

"Lah, tak kira mau dapet na, ekspresimu itu kayak orang bentar lagi mau dapet gitu, " kata Mbok Budi dengan pandangan menyelidik kearah Irina.

"Mana bisa dapet gak ada yang nusuk, Mbok Di apa seringan pake tangan gitu dah, hehehe" kata Irina sambil tangannya diletakkan diatas meja, seolah mau bilang kalau dia gak ada ngapa-ngapain.

On.

"Ahhh..Aduuhh " desis Irina sambil tangannya memegangi area perut, atau tepatnya area vaginanya yang tersumbat vibrator yang sekarang bergetar. Kutambah variasi getarannya sehingga mulut Irina sedikit menganga menahan desahan lebih jauh keluar dari mulutnya.

Off.

"Na..Na… Ekpresimu itu beneran dah kayak orang terangsang, tuh liat Kadek, sampe nelen ludah gitu" kata Mbok Budi.

"Sakit ne Mbok Di," sahut Irina dengan matanya memandang ke arahku seolah mau mengatakan kalau aku biang kerok sakitnya itu.

"Gak minum obat Na ? Daripada kesakitan gitu? " saran Lesti.

"Iya na, bisa makan kalau sakit gitu perutnya? tanyaku lagi sambil tersenyum simpul.

"Sakit tapi laper, coba aja dulu Bli Dek" katanya sambil kakinya menginjak kakiku di bawah meja.

"Ini nasi, sama minumnya ya," tanya ibu pemilik warung sambil meletakkan nasi campur dan teh manis di depan kami semua.

"Mari makan , " seruku sambil mengambil sendok dan mulai makan. Irina, Lesti, maupun Mbok Budi pun makan sambil sesekali kami berbincang mengenai keadaan di desa dan juga gosip terbaru di desa maupun kantor desa. Dari mereka aku tahu kalau kasi pemerintahan dan kasi kesra lagi berada di luar daerah karena mengikuti perjalanan dinas.

Selesai makan kutekan tombol on vibrator di hp.

On.

"Ahhh..aduuhh.." seru Irina dengan tangan seolah memegang perutnya.

Wajah Irina sudah merah padam berusaha mati-matian menahan desis kenikmatan itu keluar dari perutnya. Lesti dan Mbok Budi hanya bisa mengerutkan kening melihat keadaan Irina

"Na, mending permisi aja dulu, daripada sakit gitu, ampek merah padam gitu mukanya " saran Lesti.

"Ahh.. Nggak. Ntar juga baikan," kata Irina.

"Kali ini aku yang traktir ya" kataku sambil membayar ke ibu warung.

"Hehehe… harus.. Mbok Di gak bawa uang hehehe " kata Mbok Di sambil menarik tangan Lesti yang wajahnya memerah ke kantor desa. sementara itu Irina mengambil tisu dari meja dan dengan gerakan yang tak kentara dia mengelap cairan yang mengalir di pahanya.

"Bli Dek! Awas ya" katanya sambil berdiri dan berjalan ke arahku.

"Awas kenapa?" Tanyaku pura-pura tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya.

"Aahhhh…! Bli Dek!" Katanya sambil memukul tanganku ketika vibrator itu bergetar lagi didalam lobangnya yang kayaknya sudah basah kuyup itu.

"Ne lihat, aku gak ada ngapa-ngapain loh" kataku sambil mengangkat tangan. Kali ini memang bukan aku yang menghidupkan vibrator Irina, tapi kemungkinan besar Dayu yang mempunyai aplikasi serupa dengan yang kupunya, bedanya, Dayu menghidupkannya via internet. Jadi dari rumahku pun Dayu bisa membuat vibrator itu menyala.

"Ahh...Hmmm...Duh, enak Bli Dek, anti belus cawet Ina ne, (ahh.hmmm..duh enak Bli Dek, sampai basah celana dalam Ina nya)" kata Irina dengan mata terpejam sedangkan tangannya mencengkeram lenganku.

"Ahh.. Kok dimatiin sih?" Gerutu Irina dengan mata sayu sambil melihat kearahku yang kujawab dengan melangkah ke kantor desa.

Disana kulihat Mbok Budi dan Lesti sedang bersiap-siap berangkat, mereka menuju ke lorong di depan ruang rapat yang ada cermin disana.

Pas aku dan Irina sampai di meja pelayanan, ada bapak-bapak yang masuk sambil membawa surat.

"Halo, ada surat untuk pak kades ya, tolong terima dan isi form penerimaan ya," katanya kepada Irina yang duduk di belakang meja pelayanan.

"Iya pak," jawab Irina yang lalu mengambil pulpen hendak menandatangani form yang dibawa bapak itu.

Hehehe. Waktunya neh…

On!


"Aahhhh! " Jerit Irina ketika kuhidupkan vibrator itu dan mengaturnya dengan getaran yang paling keras.

"Eh, kenapa gek?" Tanya bapak itu, terkejut dengan jeritan Irina.

"Ahhh.. Ini perutnya mules banget pak!" Sahut Irina sekenanya lalu mengambil surat dan menandatangani formulirnya dengan cepat.

Bapak itu pun berlalu dengan pandangan heran, sementara itu Irina memandangku dengan garang dan berkata.

"AWAS KALAU DIMATIIN LAGI!!!"

Irina berdiri menghadap ke meja pelayanan. Dengan tangan bertumpu di meja, paha dirapatkan dan badan yang menggelinjang geli, wajah merah padam namun mulutnya mengatup, berusaha mencapai orgasme yang beberapa kali tertunda.

Sambil menuju ke lorong di ruang rapat aku mengatur vibrasi vibrator Irina ke mode paling keras dan baru dua langkah bisa kudengar suara desahan tertahan Irina.

"Aahhhhh…." Desah Irina dengan badan yang bergetar beberapa kali. Kutinggal Irina yang kepayahan dan menuju ke lorong ruang rapat.

"Ayo berangkat," sapaku kepada dua orang gadis yang sibuk merapikan pakaian mereka.

"Iya..iya.. " sahut Mbok Budi yang baru saja menyelesaikan make up nya. Sementara itu Irina yang kutinggal kelojotan tadi sudah bersandar dengan lunglai di atas kursi pelayanan.

"Gimana na?" bisikku di telinganya.

"Hah...hah...Mantap Bli Dek, tu lihat dibawah," katanya sambil menunjuk lantai yang berisi sedikit genangan air.

"Ampe nyemprot na?" Tanyaku penasaran.

"Hah.. Iya, basah dah cd nya ina, Bli Dek sini dulu ya, mau ganti CD, untung bawa cadangan, " katanya sambil berjalan ke toilet dengan langkah kaki yang masih sedikit ngangkang.

Tak lama kemudian aku dan Mbok Budi serta Lesti bersiap berangkat, tinggal menunggu Irina datang dari toilet agar meja pelayanan tidak sepi. Sekembalinya Irina dari toilet, aku membawa sepeda motor sendirian mengikuti Lesti yang dibonceng oleh Mbok Budi.

Tujuan kami yang pertama, jalan usaha tani di dusun utara. Dari data yang diberikan pak sekdes, lokasi jalan usaha tani ini paling ujung dari desa, agak ke bagian pojok utara.

Sesampainya kami di jalan usaha tani yang pertama, aku memarkir sepeda motor dan mengambil meteran dari tas.

"Ne jalan nya Dek, ukur dulu sama Lesti," kata Mbok Budi sambil duduk di sadel sepeda motornya. Untung langit agak berawan pagi menjelang siang ini, sehingga kami tidak terlalu kepayahan.

Hampir dua jam kami mengukur jalan usaha tani yang lokasinya saling berjauhan itu. Jalan usaha tani yang terakhir terletak di ujung barat Dusun Utara, lokasinya menurut Mbok Budi tidak bisa dilewati sepeda motor karena jembatan penghubung dari jalan utama terputus.

"Wah, yakin neh Mbok Di? Gak balik dulu? Mendung nih," kataku melihat medan yang cukup berat dan langit yang sudah mulai mendung.

"Nanggung Bli Dek, ini lokasi terakhir di Dusun Utara, biar gak bolak balik entar," sahut Mbok Budi yang disetujui oleh Lesti. Jalan menuju jalan usaha tani ini paling sulit dilewati. Dengan turunan yang curam dan kondisi jalan yang rusak.

Setelah hampir 15 menit akhirnya kami sampai di lokasi terakhir. Jalan usaha tani yang terakhir ini menuju ke sawah yang lokasinya sangat terpencil dan dari tadi hanya ada satu warga yang kami temui. Namun pemandangan disini sangat asri, sejauh mata memandang hanya ada hamparan hijau padi yang terlihat. Hanya ada satu pondok kecil tempat pak tani berteduh di tengah hamparan sawah nan hijau ini.

"Ayok dah , biar cepat selesai, " kataku sambil memberikan ujung meteran kepada Lesti. Lalu aku mulai berjalan mengukur jalan ini.

"50 meter " kataku berteriak memberi tanda kepada Mbok Budi yang bertugas mencatat di form yang diberikan pak sekdes. Kuhampiri Lesti yang wajahnya kemerahan dengan butir-butir keringat membasahi dahinya. Sejenak aku menikmati pemandangan gadis cantik, berlatarbelakang padi yang menghijau ini.

"Tikk..tikk.tikk.."

"Waduh, hujan, ayo balik, " teriakku kepada Mbok Budi yang masih sibuk mencatat. Namun belum habis gema suaraku, hujan turun dengan derasnya.

"Ke pondok itu saja dulu," teriak Lesti sambil menunjuk satu-satunya bangunan yang ada di hamparan sawah ini.

Kami bertiga berlomba menuju ke pondok kecil itu. Setibanya kami di pondok, badan kami semua sudah basah kuyup oleh air hujan. Pandangan mataku melihat kearah Lesti yang pakaiannya menempel dengan erat di tubuhnya sehingga terlihat bentuk badannya yang proporsional, dengan dada dan pantat yang membusung dengan indah.

"Adah, sampai tembus ke dalam neh" kata Mbok Budi sambil mengeringkan rambutnya yang basah. Wajah Lesti memerah mendengar apa yang dikatakan Mbok Budi dan dengan iseng aku nyeletuk.

"Lesti, ampe yang di dalem juga basah ya? Hehehe"

"Iiihhh.. Bli Kadek sama Mbok Budi, itu-itu aja isi kepalanya, " gerutu Lesti sambil duduk di bangku yang ada dengan tangan bersedekap di depan dadanya.

"Ye, kan wajar, udah gede, udah punya suami juga, " elak Mbok Budi

"Lah, Bli Kadek kan belum, jadinya harus nya gak wajar dong? Sanggah Lesti.

"Beh, Kadek nikah belum, kawin udah kan Dek?

"Udah lah," jawabku simpel.

"Lesti belum neh dek, ajarin apa," kata Mbok Budi yang membuat Lesti mencubit pinggangnya.

"Awww.. Galak bener, diranjang jangan galak gitu ya, ntar gak ada yang mau loh " jerit Mbok Budi sambil menjauh dari cubitan Lesti.

"Aduh dingin, bajunya basah bener ne, mau tak peres dulu, Lesti bantuin Mbok Di, jaga tu Kadek biar gak ngintip ya, nanti giliran, " kata Mbok Budi lalu menuju ke bagian pojok pondok di belakangku. Tak lama kemudian kudengar suara baju dan celana yang dibuka.

"Mbok Di, lihat dikit aja ya" kataku menggodanya lalu bergerak seolah mau melihat kebelakang.

"Eits! Gak boleh ngintip!" Seru Lesti sambil memegang kepalaku, supaya aku tidak bisa melihat kebelakang. Namun karena terburu-buru, badan Lesti menempel di punggungku dan kurasakan empuknya dua buah benda yang menempel di punggungku itu

"E.e.e.e…. Jangan disini oi… Nanti nyari kamar kek, " seru Mbok Budi dari belakangku ketika melihat Lesti yang seolah memelukku dari belakang.

"Iihh.. Mbok Di, tak kasi Bli Kadek ngintip baru ye tau rasa" kata Lesti sambil menarik tangannya dari kepalaku.

"Udah-udah, giliranmu karang, " kata Mbok Budi dari belakangku. Dan kali ini aku benar-benar ingin membalikkan badan untuk melihat dalemannya Lesti kaya gimana.

"Beh, kalau Kadek Rian liat kamu Ti, pasti dah gak bakalan dilepas, udah putih mulus lagi, apalagi susumu itu, masih kenceng, gak kendor kayak punya mbok, eh, tapi yang dibawah itu harus dicukur loh, biar gak keluar-keluar gitu, hihihi" tawa Mbok Budi uang membuatku membayangkan tubuh mulus Lesti , yang mana, otomatis membuat Rian Jr menggeliat di bawah sana.

Fuck!

Jadi bayangin Lesti yang hanya pakai celana dalam dan bra, dengan rambut-rambut hitam yang menyembul dari sela celana dalamnya.

"Mbok Di!!! " teriak Lesti. Bisa kudengar dia dengan buru-buru mengeringkan pakaiannya dan menggunakannya kembali.

"Eh, CD model apa nih Ti? Kok dibelakangnya kecil gitu, duhhh tu pantat bulet bener" Kudengar Mbok Budi berbisik-bisik di belakangku, yang kembali membuatku menelan ludah membayangkan model celana dalam yang dipakai Lesti.

Belakangnya kecil?

G-string? Tong?


"Udah boleh balik neh? "

"Udah-udah " kata Mbok Budi. Akupun membalik badan dan terkesima melihat penampilan mereka berdua. Sambil menelan ludah aku memandang kedua gadis itu.

Mereka sama-sama mengenakan celana panjang namun kemeja batik itu tidak dipakai, hanya ditutupkan di depan tubuhnya masing-masing. Sekilas kulhat tali bra di pundak mereka.

"Hahaha.. Bener kan Ti, liat tu matanya Kadek, hihihi" kata Mbok Budi.

"Eh, aku juga mau buka baju, kalau mau lihat, gak usah balik badan deh, " kataku sambil membuka kemeja yang kukenakan, lalu menyusul kaos yang kupakai.

Kalau Mbok Budi tanpa malu-malu melihat ke arahku dan kulihat matanya sedikit berbinar melihat dadaku, yang walaupun tidak bisa dikatakan berotot. Setidaknya tidak ada timbunan lemak di perut maupun lenganku.

Sedangkan Lesti, melihat ke arahku dengan wajah yang sedikit memerah.

"Eh, mau buka celana neh,

"Buka aja Dek, udah sering lihat cowok telanjang kok, " tantang Mbok Budi.

"Beh, balik badan sana, aku gak bole lihat Mbok Di dan Lesti, kalian gak bole lihat aku juga" kataku sok jual mahal.

"Mih, punya Mbok Di udah lembek, kalau mau lihat, nih punya Lesti " kata Mbok Budi sambil tangan kanan nya menarik kemeja yang menutupi dada Lesti.

"Aaàaaaaaa… Mbok Diiiiii! " Jerit Lesti sambil menutupi dadanya yang terbuka. Namun detik berharga tadi masih terbayang di kepalaku.

Putih… ditutupi dengan bra warna hitam.

32 atau 33 ?

Kleeee… Kuang mekelo. (Bangsat, kurang lama!)


"Mbok Di, balikin " kata Lesti sambil mendekati Mbok Budi yang dengan jahilnya mengangkat kemeja Lesti keatas.

Eh, keatas?

Sambil menelan ludah dan menahan agar Rian jr yang sudah setengah tegang tidak terlalu kelihatan. Kulihat bagaimana payudara Lesti naik turun ketika dia hendak mengambil kemeja itu.

Perut dan leher yang putih itu..

Kulihat ke Mbok Budi yang walaupun sudah punya anak, namun badannya masih tetap langsing. Yah, walaupun dadanya sudah tidak sekencang punya Irina, apalagi Lesti.

"Mbok Di, iiiihhh " gerutu Lesti ketika berhasil mengambil kemejanya dan langsung memakainya.

Yahhh….

"Lesti, ada yang mau kemah tuh!"

"Siapa Mbok? " tanya Lesti bingung

"Tuh lihat celananya Kadek, buat tenda gitu, hahaha " tawa Mbok Budi sambil menunjuk ke arah celanaku yang menggembung karena horny melihat mereka yang setengah telanjang.

"Iiihh… Bli Kadek buang (nafsu)"

"Ye.. wajarlah, yang gak wajar , liat cewek cantik pake beha aja gak tegang tau," kataku ngeles.

Hujan yang tadi turun dengan tiba-tiba, sekarang menghilang dengan cepat. Mungkin tak ada 5 menit sudah reda. Hal ini membuatku sedikit kecewa, kalau saja hujan ini lebih lama...

"Eh, ayuk balik, mumpung hujannya sudah reda," ajak Lesti sambil mendahuluiku keluar dari pondok, mungkin malu melihat celanaku yang masih menonjol.

"Ayo dek, " ajak Mbok Budi sambil berjalan didepanku, ketika lewat di depanku, tangannya dengan jahil mengelus celanaku.

"Wiih.. Gede juga tuh Dek," katanya sambil tertawa menjauh.

Asemm….

Dengan terburu-buru aku mengenakan kaos dan kemeja lalu mengejar mereka yang sudah cukup jauh meninggalkanku. Tidak lama kemudian kami sampai di jalan desa dan menuju ke sepeda motor masing-masing.

Anehnya, hujan tampaknya tidak ada di daerah sini, terlihat dari jalanan yang kering di sepanjang jalan menuju kantor desa.

Ketika sekitar satu kilometer dari kantor desa, Mbok Budi menepikan sepeda motornya dan akupun ikut berhenti.

"Eh Dek, ini rumahnya Lesti loh " kata Mbok Budi yang membuat Lesti tersipu malu. Kulihat ke arah pintu rumah dengan style Bali ini.

"Eh Di, Ti? Uli ije adi belusan keto? Mai singgah malu, (Eh Di, Ti, Dari mana kok basah gitu? Ayo singgah dulu)' kudengar suara wanita dari belakangku dan ketika aku menoleh, kulihat wanita setengah baya dengan wajah yang mirip dengan Lesti.

"Uli ngukur jalan wak, eh, ne calon mantu ne sing ajak singgah wak? (dari ngukur jalan Tante, ini calon mantunya gak diajak singgah tan?)" Kata Mbok Budi yang membuatku memandangnya dengan mulut menganga.

"Eh, sing buk, kuluk-kuluk e ajak Mbok Budi (Eh nggak bu, dibohongi sama Mbok Budi)" sanggah Lesti.

"Beh, biasa Wak, masih malu-malu nih, padahal di kantor dah mesra banget " kompor Mbok Di yang membuat ku tidak tahu harus ngomong apa.

"Eh, bu.." kataku terbata sambil turun dari sepeda motor. Tidak sopan rasanya mengobrol dengan orang dari atas sepeda motor.

"Temen kerjanya Lesti ya? Kok baru ibu tau, ayo singgah dulu " ajaknya sambil menarik tanganku menuju ke arah rumahnya.

Aku hanya bisa tersenyum bingung saja sambil menoleh kearah Mbok Budi dan Lesti yang sama-sama heran dengan keramahan ibunya Lesti.

"Eh, ayo ajak pacarnya masuk, mulai hujan ne," kata Ibunya Lesti sambil menuju ke arah rumahnya. Hendak menolak aku merasa gak enak dan dengan ragu mengikuti langkah mereka masuk kedalam rumah.

"Peace Dek " kata Mbok Budii sambil berjalan didepanku sementara Lesti hanya bisa tertunduk malu.

Rumah Lesti hampir mirip dengan komposisi rumahku, bedanya, jauh lebih lapang dan bagus tentunya. Kami diajak ke bale dangin dan duduk disana. Sementara itu ibunya Lesti menuju dapur dan suara gelas beradu dengan sendok terdengar.

“Ti, duduk cawet e, pang sing belusan buin, be tuh to (Ti, angkat celana dalam mu dulu, biar tidak basah lagi, udah kering tu) " suara Ibunya Lesti terdengar dan sambil menoleh kearah Lesti yang mukanya merah padam serprti tomat masak aku melihat ke arah jemuran yang ada di halaman.

Kleeeeee….

Celana dalam warna hitam dengan sebagian besar model thong dan G-String ada di jemuran itu.

Beberapa celana dalam itu mempunyai renda di bagian pinggirnya…

Glek…

Aku hanya bisa menelah ludah membayangkan bagaimana Lesti jika memakai celana dalam itu….

"Beh, ngayalin Lesti dah ne,ckckc " suara Mbok Budi terdengar disampingku.

"Pastilah, cowok… " kataku mengiakan.

Sementara itu Lesti datang tak lama kemudian, sudah berganti pakaian dengan kaos dan celana pendek warna hitam yang menonjolkan kulit putihnya itu.

"Ti, gak nyelip pake celana dalam model gitu? " Tanya Mbok Budi, setengah menggoda setengah penasaran kayaknya.

"Ihh.. Mbok Di, coba aja je sendiri, kan tau nanti gimana rasanya, " jawab Lesti dengan wajah jengah.

“Eh, ini dik, diminum dulu. Adik siapa namanya? Kerja di kantor desa juga ya? Udah berapa lama pacaran ama Lesti? Dari mana asalnya?”

Gubraakkkk!
Asoiiii....geboy
..asik hu
 
Terimakasih atas update ceritanya suhu @sliverpost ..
Waduh Irina udah benar2 jd maniak seks gara2 udah kecoblos bolongan satunya, hehe..
Jaminan ada enak2 tiap hari neh si Kadek Rian..
Wah seneng pake G-string Lesti, haduh ga kuat bayanginnya.. hehe..
Mana ibunya udah percaya klo udah jd pacarnya Lesti, hehe..
Tinggal eksekusi prewinya kpn neh Hu?
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Terimakasih atas update ceritanya suhu @sliverpost ..
Waduh Irina udah benar2 jd maniak seks gara2 udah kecoblos bolongan satunya, hehe..
Jaminan ada enak2 tiap hari neh si Kadek Rian..
Wah seneng pake G-string Lesti, haduh ga kuat bayanginnya.. hehe..
Mana ibunya udah percaya klo udah jd pacarnya Lesti, hehe..
Tinggal eksekusi prewinya kpn neh Hu?
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Antara 2 Bajang Vian jak Lesti ne ken ye malunan kel bakate jak Dek Ryan ne????
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd