Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kisah Selingkuh di Masa Lalu

POV: Om Sadewo

Apakah benar gadis ini memang ketagihan untuk disetubuhi, atau sebenarnya dia memang secara tak sengaja sedang bercermin dalam kondisi telanjang saja untuk mengecek sesuatu…., tapi apapun itu, aku tahu dia menikmatinya dan malam ini sampe besok, aku akan membuatnya tak bisa melupakan momen persetubuhan denganku…bahkan hingga dia menikah nanti.

“Mita…Om tanya donk, dari kemarin, kamu paling suka dientot pas posisi apa?”, tanyaku tak lama menghabiskan makan malamku.

Mita agak tersedak dan kaget dengan pertanyaan itu, “Hmmm apa yahh..suka semua kok Om, iyah suka semuaa…”, katanya diplomatis dan sepertinya tidak mau jujur.

“Kamu harus pilih salah satu dan kasih tahu Om, Om gamau maksain apa mau Om terus…nanti kamu malah trauma”, kataku untuk memastikan dia berkata sejujurnya.

“Hemm kalo boleh jujur, Mita suka pas di meja, walau sebenarnya paling suka kalo posisi pas Om lg diatas, soalnya klitorisnya kena gesek…ehmm tapi pas di meja itu ada sensasi tersendiri, pas pantat Mita dipukul…tp ga kenceng2 loh ya, trus dientot dari belakang…rasanya mentokkk bangetttt”, kata Mita yang sepertinya memang berkata jujur, apa yang dikatakan membuatku berpikir, gadis ini memang agak suka sedikit dipaksa dan diperlakukan sedikit kasar dengan batas yang wajar atau mungkin bisa dibilang senang menjadi slave dalam level yang pemula saja.

“Ya udah kalo makannya udh selesai kita bersih2 yukk…sikat gigi sekalian biar langsung tidur..setelah ngentot tapi hahaha”, ajakku sambil menggoda Mita yang menampakkan muka cemberut namun bercanda.

Seperti biasa, kuantar Mita ke kamar mandi dengan agak takut-takut karena dia hanya mengenakan kemeja tanpa daleman, kuminta dia menungguku selesai bersih-bersih dan keluar kamar mandi bersama-sama. Kugandeng tangannya, dia tampak ingin lari duluan masuk ke kamar, tapi kutarik tepat di sebelah tangga dengan tubuhnya yang bersandar menempel ke tangga.

“Sini dulu sayang, ga ada siapa-siapa…”, kataku sambil memepet tubuhnya, tangan kananku memegang kedua pergelangan tangan kanannya, sementara tangan kiriku mengusap paha bagian atasnya. Aku begitu nafsu menyetubuhi Mita di tempat terbuka, waktu itu hampir kulakukan di gang dekat kos yang gelap saat pulang dari karaoke dan nonton bioskop, namun baru saja sebentar menjilati kemaluannya Mita sudah ketakutan dan memintaku berhenti untuk melanjutkannya saja di kos, dia takut ada orang yang lewat dan memergoki aksi kita berdua.

“Ommm jangann, nanti ada yang tiba-tiba datang mergokin kita…”, kata Mita pelan dan berusaha berontak walau kedua pergelangan tangannya sudah kupegang kuat-kuat.

“Ga ada orang, kalo ada yang naik dan turun kan kedengaran dari langkahnya di tangga…Mita nurut aja bentar yaaa…”, kataku persuasif dan meyakinkan Mita, dia tampak pasrah dan mulai berhenti meronta-ronta.

Setelah yakin Mita sudah tenang, kulepaskan pergelangan tangannya yang tampak merah karena terlalu kuat kugenggam, aku berlutut di hadapannya, menyibak kemeja yang dikenakannya sambil meminta dia merenggangkan kedua kakinya sediki hingga kemaluannya indah merekah. Kuawali dengan kecupan lembut dan dilanjutkan jilatan pada klitorisnya yang membuatnya mendesah, dia menjambak rambutku dan menekan kepalaku ke arah kemaluannya, Mita tampak sudah bisa menikmatinya. Kuemut pelan-pelan bibir vaginanya, sambil menjilati bagian depan liang vaginanya, “Slurrpp..hmmm memek kamu kok wangi sih sayang…enak banget itilnya diemutin dan dijilatin ini…”, kataku sambil terus melakukan oral seks di kemaluan Mita.

“Ahhhh iyahh Om, sshh geli…isepnya pelan-pelan aja, nanti tambah bengkak…argghh Om”, Mita terus mendesah sambil menanggapi perkataanku.

Aku takmau Mita orgasme karena kuberikan oral seks pada kemaluannya, segera kuberdiri dan menurunkan celana pendekku tanpa melepasnya, kudekap tubuhnya sambil mengangkat satu kakinya, “Om masukin ya sayang tititnya…”, tanpa menunggu Mita menjawab, kulumat bibirnya dan kudorong penisku ke dalam liang vaginanya, begitu kepala penisnya sudah sedikit masuk dalam liang vaginanya, kudorong dengan satu sentakan kencang hingga mentok menumbuk dinding rahim Mita, dia memekik dan tak sengaja menggigit bibirku yang masih dengan nafsu melumat bibirnya.

Mulustrasi tapi tanpa sepatu dan kaos kaki sebenarnya:


Kudorong keluar masuk penisku sambil menciumi bibir, pipi dan lehernya sambil menjilati atau mengecupinya dengan nafsu, rasa was-was bahwa ada anak kos yang mungkin datang atau pulang tiba-tiba membuat persetubuhan di luar kamar kos itu memacu adrenalin kita berdua.

“Argghhh…ayoo Om jgn lama-lama, Mita takut….ssshhh ahhh”, ujar Mita pelan sambil mendekapku kencang.

“Iyahhh…memek Mita enak banget, dalemmm…ssshh ahhh, Om sayang kamu…”, kataku sambil memuji nikmatnya kemaluan Mita, aku sendiri mulai tak tahan menahan ejakulasi, Mita mendekapku kuat dan sedikit mencakar pundak dan bagian punggungku, “Mita mau keluar…Rghhhh ahhhh Ommm…..”, tubuhnya bergelinjang dan liang vaginanya berkedut-kedut dengan cairan kenikmatan yang terasa hangat.

Aku membiarkan dia sejenak menikmati orgasmenya, lalu kupacu kembali ritme mengocoki kemaluan Mita dengan lebih cepat dan penuh sentakan hingga mentok, aku tak tahan lagi, kucabut keluar penisku dan kugenggam erat sambil mengocokinya dengan cepat, spermaku muncrat di sekitar kemaluan Mita hingga menetes melalui paha bagian dalamnya, sebagian bahkan jatuh menetes ke lantai.

“Arggghhh Mita, akhirnya Om bisa ngentot kamu di luar begini…shhh enak banget”, kataku sambil memuncratkan tetesan terakhir spermaku.

Mulustrasi:


Kuajak Mita ke kamar dengan sebagian sperma di bagian luar vagina dan pahanya, kukatakan untuk jangan khawatir, tetesan sperma di lantai luar kamar dekat tangga itu akan kubersihkan.

Sekembalinya aku ke kamar setelah membersihkan lantai yang terkena tetesan sperma, kudapati Mita sedang membersihkan bagian kemaluan dan pahanya dengan tissue dalam kondisi telanjang bulat. “Titit Om ga dibersihin? Kok bersihin punya kamu sendiri sih?”, kataku sambil menggodanya.

“Kan biasanya Om juga bersihin sendiri, tidur yuk Om…”, kata Mita sambil mengenakan kembali kemeja longgar milikku.

“Eittsss siapa bilang boleh pake baju, ayo copot…”, perintahku saat Mita baru mau mengancingkan kemeja.

“Lohh kan udah Om, emang masih mau lagi?”, kata Mita setengah cemberut dan heran, dia tak tahu 2 hari ini aku mengkonsumsi obat kuat yang cukup ampuh untuk membuat penisku mudah tegak berdiri, walau mungkin spermaku saat keluar tidak terlalu kental saat keluar berkali-kali.

“Kan kemarin kamu yang bilang sendiri, boleh pake memek kamu sepuasnya…kalo Om belum puas gimana?”, kataku sambil mengingatkan perkataan Mita kemarin.

“Hmmm iya sih tapi emang ga capek? Memek Mita agak perihh bolak balik dimasukin dan dimaenin…”, katanya sambil terheran-heran dan terpaksa membuka kemeja kembali.

Mulustrasi Mita, kemejanya kurang lebih begini katanya:


Kunyalakan tv untuk menunggu penisku tegak kembali, kuajak Mita duduk bersama di tempat tidur dalam kondisi telanjang bulat. Sambil bercengkrama, jari jemariku dengan nakal menggerayangi payudara bulat mungilnya dan mengusap puting susunya yang mulai mengeras, Mita tetap bercerita tentang pengalaman gila kita di Anyer, dia sempat marah dan kecewa, apalagi melihatku menyetubuhi Winda dan membiarkan Tommy menggumulinya di dalam kamar. Kukecup keningnya sambil mengucapkan sayang, sejujurnya aku tak terlalu mendengarkan cerita Mita, mataku tertuju ke tv dan sesekali ke wajah Mita namun pikiranku melayang membayangkan tubuh indah ini yang akan kutinggalkan sebentar lagi.

Mulustrasi mereka berdua nonton tv telanjang di ranjang:


“Tapi kamu bisa nikmati waktu dientot bergantian sama Tommy? Jawab jujur ya…”, tiba-tiba terbesit pertanyaan dariku yang membuatnya terdiam sejenak.

“Mita ga suka sebenarnya tp ternyata kadang jadi kebayang terus, kebayang bisa muasin dua laki-laki sekaligus…tapi gamau lagi…Mita maluuu, kayaknya binal banget…”, jawabnya dengan muka cemberut yang makin membuatku terangsang.

“Hmmm mulusnya memek kamu ini…anget lagii…eh mulai basah juga”, kataku sambil mengusap kemaluannya, jari tengahku mulai mengorek liang vaginanya, kucumbu bibir Mita dengan mesra sambil memainkan kemaluannya dengan jariku.

Mulustrasi:


Mita mulai mengerang bercampur antara kesakitan karena liang vaginanya yang agak lecet dan juga merasakan kenikmatan, satu per satu jariku kumasukkan dalam liang vaginanya hingga tiga jari, pahanya menjepit tanganku dan malah membuatku terus bernafsu mengocoki liang vaginanya dengan ketiga jariku bersamaan.

“Shhh ahhh udah Om, jangan ditambah lagi jarinya…memeknya perihhh…”, desah Mita sambil memegang merangkul leherku, kuterus cumbu bibirnya, pipinya dan seluruh wajah manisnya, kubiarkan dia mengerang, menggelinjang…”Isepin memeknya Om…pleasee…udah jarinya…”, tiba-tiba dia memohon kepadaku, sepertinya sebentar lagi dia akan orgasme.

Kupindah posisi dan melumat kemaluannya yang mulus tanpa bulu, tak segan-segannya kujilati liang vagina Mita yang basah dan terasa gurih, kuemut klitoris dan bibir vaginanya yang sebenarnya sudah agak bengkak, Mita terus mengerang dan tubuhnya menggelinjang hebat….”Auwhhh…ahhhh Ommm, Mita keluar lagiii iniii…sshhh ahhh”, katanya sambil kusibak kemaluannya yang merah dan kilatan cairan kenikmatan yang kujilat tanpa rasa jijik, nikmat sekali kemaluan gadis 22 tahun ini.

Mulustrasi:



Selesai Mita menuntaskan orgasmenya, kuambil tali untuk mengikatnya kembali, kali ini aku mencoba ikatan yang berbeda, kuminta Mita telungkup dan perutnya kuganjal bantal.

Mulustrasi:


Dengan posisi itu, belahan pantat Mita benar-benar terbuka menampakkan lubang anal dan kemaluannya yang membuatku bernafsu. Kuambil gel dan dildo, kuusap belahan pantatnya dengan gel pelicin mulai dari bagian tulang ekor hingga kemaluannya, kugesekkan Dildo ke kemaluannya sambil kupasang mode getar.

“Kamu beneran belum pernah dientot disini ya?”, kataku sambil mengarahkan Dildo ke lubang analnya yang perawan.

“Hmmm jangann Om, beluummm, Mita gamau, sakitttt…”, jawabnya dan langsung kubalas, “Kok bisa tau sakit? Katanya belum pernah?”, “Ehmm mantab Mita pernah masukin jarinya, dia kan agak gemuk, jarinya gede…baru masuk sebentar udah sakit bangettt”, jawabnya dan membuatku jadi membayangkannya.

“Om boleh masukin titit Om dikittt aja, kalo sakit nanti Om cabutt”, pintaku mencoba peruntungan, lubang anal perawannya tampak basah dengan cairan gel. Mita langsung menolak, namun dalam keadaan terikat seperti itu sepertinya Mita tak bisa berbuat apa-apa kalau kupaksa penisku masuk dalam lubang analnya, kuambil kondom dan kupasangkan ke penisku, kulumuri dengan gel dan….

“Om jangan…argghhh sakittt nanti…”, teriak Mita yang sadar kalau kepala penisku sudah menyentuh lubang analnya, saat kuingin dorong masuk pelan-pelan, tiba-tiba…pintu kamarku diketuk seseorang yang memanggil namaku…aku hapal suara ini.

“Sadewooo…Sadewoo, ini ada dokumen ketinggalan perlu tandatangan…”, kata seseorang di balik pintu kamar, itu suara bosku, Pak Dirman!

Kubergegas mengenakan kaos dan celana pendekku tanpa sempat membuka ikatan tali Mita, “Ommm siapa itu? Bukainn Om, Mita takuttt…”, aku menjawab untuk tenang saja, aku akan keluar sebentar mengurus dokumen serah terima yang sepertinya ada yang terlewat saat handover proyek kemarin. Dengan terburu-buru kumenuju pintu kamar dan membuka hanya sedikit untuk keluar, karena jika terbuka terlalu lebar akan menampakkan tubuh Mita yang terikat telanjang dalam posisi telungkup di ranjangku.

“Loh Pak, malam-malam kesini…sorry kelewatan satu halaman”, kataku agak panik.

“Ahh elu udah di telp berkali-kali ga jawab, kirain udah pulang ke rumah, makanya gua samperin aja kesini…untung kliennya teliti dan ga marah, ya ada untungnya habis gua entertain juga barusan…mayanlah”, jawab Pak Dirman dengan hembusan alkohol dari mulutnya, sepertinya dia habis mengajak klien proyek minum-minum atau karaoke.

“Untung belum balik ke rumah loe, klien hepi sih, cuma butuh tandatangan ini saja…tadi hbs gua kasih cewek juga…yah biasalah…hahaha”, katanya lagi memandangku curiga.

“Wah ya kalo soal itu ga diragukan lah si bos nih…sini saya tandatangan”, kataku terburu-buru, dia terus melihatku dengan curiga, usianya sudah hampir 55 tahun tapi masih suka bermain perempuan dan minum-minum, kadang aku tak bisa mengimbanginya.

“Dari kemarin di kamar aja loe? Ngapain?”, tanyanya penuh curiga, aku khawatir dia mendengar Mita yang teriak sakit tadi.

“Enggak, mau istirahat aja…sebelum pulang…”, jawabku bohong, aku khawatir dia minta masuk kamar atau minta minum.

“Ahhh ga percaya gua, ngapain sihhh loe weekend gini, proyek selesai bukannya langsung pulang…gua mau masuk minta minumm…”, katanya dengan nada tinggi karena agak mabuk, dia terus memaksa dan tiba-tiba membuka gagang pintu kamarku saat aku sedang tandatangan.

“Ehhh Bosss…jangan masuk!”, cegahku tapi tak tertahan.

“Wah nyewa perek dia ternyata, wihhh bulat amat pantatnya..pantesann, mana diiket-iket segala lagi”, ucapnya saat membuka pintu kamar dan melihat Mita yang terikat dengan posisi itu.

“Ommm siapa ituuu…bukainn iketannya, tolong ommm..”, rengek Mita tampak ketakutan.

“Tenang sayang, Om yang ini juga bisa muasin kamu…perek yang tadi bodynya ga kayak gini…gua ikutan nyoba ya”, kata Pak Dirman langsung menghampiri Mita, aku berusaha mencegahnya tapi tak kuasa menahannya.

Pak Dirman membuka celananya, menyisakan kolor yang dipakainya, dia mendekati pantat Mita dan mengusapnya, tiba-tiba…plak!!!

“Auwww sakittt…Om Sadewooo bukainnnn”, Mita panik dan tak tahu harus bagaimana, pantatnya ditampar begitu keras oleh Pak Dirman, bahkan bergantian hingga tampak kemarahan. Aku sampiri Pak Dirman dan bernego, aku tahu rahasianya dan pernah diminta untuk berjanji supaya aku tutup mulut untuk tidak bicara dengan istrinya yang kebetulan komisaris di perusahaanku dan yang memodalinya berusaha.

Kuhampiri Mita setelah bernegosiasi, kubisikkan telinganya, “Jangan sebut nama, maafin Om, Bosku cuma mau sebentar ngentotin kamu…”, kataku ke Mita untuk menyembunyikan namanya dan tidak bilang dia adalah anak kos di lantai atas.

“Hmm kita deal yaaa…gua pake dulu nih perek cakep…hmmm ayo sayang…”, kata Pak Dirman sambil mengusap pantat Mita dan berusaha mencium pipinya, Mita berusaha menghindar dan takmau menampakkan wajahnya dengan jelas, sengaja dia telungkupkan ke kasur.

“Wihh jual mahal nih perek langganan loe, cakep padahal kayaknya…duh teteknya gemesin banget, kecill tapi sekel hahaha”, kata Pak Dirman sambil meremas payudara Mita, aku tak suka dia menyebut Mita dengan pelacur tapi aku juga takmau membuka identitas Mita.

“Ya begitulah Pak, anak baru…Bapak entot aja gantian, udah jam 11 nanti nyonya nyariin pulaaa”, kataku sambil mengingatkan Pak Dirman yang sebenarnya takut istri.

“Ahh malah diingetin, ya udah gua entot dulu bentar nih memek, merah benerrr kayaknya udah berapa kali dientot nih…boolnya bisa dipake ga nih?”, tanyanya sambil melihat ke arahku, aku langsung jawab tidak, aku takmau lubang anal Mita diperawani bosku itu.

Pak Dirman menciumi pantat bulat Mita dan bahkan menamparnya dengan kasar, aku mencegahnya saat dia mau gigit pantat Mita dengan kencang, kolornya sudah dibuka dan penisnya sudah mengacung walau tidak sebesar milikku.

“Ayo sayang, kamu yang diatas Om…penasaran ama mukanya…cakep nih kayaknya…”, kata Pak Dirman tak bisa kucegah lagi, dia menyusupkan tubuhnya telentang di bawah Mita dan mengangkat wajah Mita, “Wihhh cakep amat nih perek…siapa namanya?…mana memeknya masukin ke titit Om sini…”, Mita tak menjawab dan merasakan lubang kemaluannya mulai disesaki penis Pak Dirman. Mita berusaha mengelak untuk dicium bibirnya, rambutnya dijambak dan wajahnya ditengadahkan supaya Pak Dirman bisa melihat Mita yang mengerang dan mendesah saat penisnya amblas dalam lubang vaginanya itu.

“Duhhh sempit amat memeknya ini masih…enak sayang memek kamu ini, pantesan Sadewo keep buat sendiri…ayo goyang pantatnya, Om agak capek tadi udah ngentot juga di kamar karaoke…”, Mita hanya pasrah mengikuti kemauan Pak Dirman, dia tahu pasti tak perlu menunggu lama untuk lelaki tua itu ejakulasi.

“Sadewo!! Entot boolnya tuh…gua tahu loe udah pengen kan…kita entot barengan nih perekkk hahaha…tenang sayang nanti Om kasih tambahan duittt”, kata Pak Dirman mengagetkanku, jujur aku sangat terangsang, apalagi melihat Mita disetubuhi dalam kondisi terikat begitu dari belakang, lubang analnya begitu menggoda.

Kupakaikan kembali penisku dengan kondom, kulumuri dengan gel, Mita memohon untun aku tidak melakukan perintah atasanku itu, tapi aku tak kuasa menahan nafsu.

“Maaf ya sayangg..shhh argghh sempittttnyaaaa…”, kataku sambil menyodok kepala penisku masuk lubang analnya.

“Auwww perihhhh….keluarinn Om…”, jerit Mita sambil dijambak rambutnya oleh Pak Dirman.

Mulustrasi (bagian ini imajinasi penulis, Pak Dirman hanya tokoh fiksi):


Kutekan penisku lebih dalam ke lubang anal Mita yang sangat sempit, walau hanya tiga perempat yang masuk namun cukup sulit, kubiarkan sejenak agar terbiasa. Pak Dirman masih menikmati goyangan pantat Mita yang membuat penisnya keluar masuk tak beraturan dalam liang vaginanya, setelah merasa lubang anal Mita sudah terbiasa dengan penisku, mulai kusodok keluar masuk pelan-pelan dan membuat Mita menjerit tak karuan, dapat kurasakan penis Pak Dirman yang dibatasi bagian antara lubang anal dan liang vagina Mita, begitu nikmat dan sempit.

“Nah gituu…memeknya tambah peret ini…shhh ahhh enak bener”, kata Pak Dirman berusaha mencium bibir Mita namun Mita mengatupkan bibirnya, Pak Dirman menciumi wajah Mita membabi buta, dia berusaha menghindar, aku sendiri tak fokus dan mencengkram pantat Mita yang kemerahan bekas di tampar Pak Dirman, sesekali aku menamparnya pelan dan membuat Mita menjerit tertahan sambil mengatupkan mulutnya.

POV: Mita

Ini gila, sebelumnya aku hanya membayangkannya saja dan berharap tidak pernah terjadi, mulut lelaki tua ini berusaha mengulum bibirku, aku tak sudi, penisnya memang tak sebesar Om Sadewo namun cukup membuatku terbuai kenikmatan, terasa penuh, lubang analku terasa perih, ada sensasi sakit dan nikmat yang datang bersamaan.

“Arghhh auwww sakitttt…”, erangku sambil mendongakan wajahku, aku takmau bibirku dikulum lelaki tua brengsek ini, aku tak tahan lagi, penis lelaki tua yang terbenam dalam liang vaginaku dan penis Om Sadewo yang menusuk-nusuk pelan lubang analku membuatku tak tahan mencapai orgasmeku, tubuhku bergetar, menggelinjang, kuberteriak kenikmatan…”Arghhhhh…sshhhh ahhhh udahhhhhh”, lelaki tua itu tertawa sinis sementara Om Sadewo membenamkan penisnya dalam-dalam ke lubang analku.

“Boleh keluar di dalam neng?”, kata si lelaki tua itu.

“Enggakkk, gamau, Om tolong….”, aku panik dan tak sudi spermanya mengotori liang vaginaku.

“Jangan Pak, nanti saya kena marah germonya…”, kata Om Sadewo bersandiwara.

POV: Pak Dirman

Hebat juga Sadewo bisa dapat pelacur bersih dan cakep begini, aku tak tahan lagi untuk ejakulasi, kudorong tubuhnya setelah Sadewo mencabut penisnya, pelacur itu tampak kesakitan saat kepala penisnya keluar dari lubang analnya. Kuberlutut tepat di depan pantat pelacur itu, lubang analnya agak terbuka kemarahan habis disikat Sadewo, penisku kugenggam erat dan kukocoki kencang, kumuntahkan spermaku tepat di lubang analnya hingga meleleh melewati kemaluannya, “Arggghhh enak bangettt memeknya…sayang ga sempet ngerasain boolnya nih perek…”, aku mengerang keenakan dan melihat Sadewo yang hanya berdiri mengocok penisnya sendiri.

“Belum mau keluar loe? Sini penuhi tuh bool ama memeknya ama peju kita hahahaha”, kataku ke Sadewo.

POV: Sadewo

Maafkan aku Mita, aku tak tahu bosku akan datang, melihatnya terikat tak berdaya seperti itu membuatku antara kasihan dan terangsang, apalagi melihat sekitar lubang anal dan belahan kemaluannya dipenuhi sperma Pak Dirman yang memang tak seberapa kental karena sudah bersetubuh dengan pelacur saat entertain klien tadi.

“Iya Bos, udah ga tahan juga ini…gantian…”, jawabku ke Pak Dirman.

Kuambil posisi yang sama dengan Pak Dirman saat ejakulasi, kukocok penisku dengan kencang…”Arghhhh shhhh…Mi…..”, kumuncratkan spermaku sambil mengerang dan hampir saja kelepasan menyebut nama Mita. Penisku membasahi sekitar lubang anal dan kebanyakan di punggungnya, kubiarkan sebagian meleleh membasahi sprei tempat tidurku.

“Bersihin Om…pleaseee, buka ikatannya…”, kata Mita setelah aku mengeluarkan sisa-sisa sperma dari lubang kencingku.

Kuambil tissue dan kubersihkan bekas lelehan sperma di tubuhnya dan kubuka ikatannya, Mita langsung mengambil selimut dan menutup tubuh telanjangnya.

“Gua balik dulu ya, ntar nyonya nyariin…manteb perek loe..memeknya masih sempit eh cakep juga…”, kata Pak Dirman sambil memakai kembali celananya sambil melecehkan Mita.

“Okay Bos, hati-hati di jalan…”, kutanggapi dengan dingin berharap dia segera pergi, Mita hanya melungkar dalam selimut dan berusaha memalingkan wajahnya dari Pak Dirman.

“Okay gua cabut dulu, nih buat tambahan bayar si neng manis ini…”, kata Pak Dirman sambil menaruh uang di meja sambil mengedipkan mata ke Mita.

Setelah Pak Dirman keluar kamar, kuhampiri Mita yang masih melungkar di dalam selimut, “Maaf ya sayang, aku ga nyangka bosku tiba-tiba datang…”, aku tahu Mita pasti merasa kesal dan mungkin akan membenciku, kusibak selimut yang menutupi wajahnya dan kuusap kepalanya.

“Sudah terlanjur, Mita ga suka, tapi mau gimana lagi…Mita takut kalo dia datang lagi”, katanya sambil sedikit terisak.

“Enggak, dia itu jarang di dalam kota dan kan gatau kalo kamu kos disini, kalo Om sudah pindah, ya ga ada kepentingan lagi dia datang kesini…”, kataku menenangkan Mita sambil membelai pipinya.

“Mita gamau diikat lagi, pokoknya gamau…”, kata Mita sambil memukul pelan bahuku, “Mita capek, lemes dan ngantuk juga…”, lanjutnya lagi.

“Iya Om ga iket lg, sini ganti spreinya dulu, biar enak tidurnya…kamu bangun dulu sebentar ya”, kataku menenangkan Mita dan memintanya beranjak dari tempat tidur untuk mengganti sperma yang terkena lelehan spermaku dan Pak Dirman.

Mita mengenakan kemeja sambil mengambil minum memuaskan dahaganya, dia mau ke kamar mandi membersihkan diri sebelum tidur, tapi sepertinya takut kalau ada orang di luar, dia menunggu dengan wajah sayu dan tampak lemas, tak lama mengganti sprei, kuajak Mita ke kamar mandi.

Malam sudah semakin larut, hampir jam setengah dua malam, kupeluk Mita dari belakang saat tertidur, kubiarkan dia mengenakan kemejaku untuk membuatnya tenang dan nyaman.

POV: Mita

Sekitar jam 9-an aku terbangun, Om Sadewo masih tidur dan sepertinya penisnya menegang di balik selimut. Tubuhku terasa letih, entah berapa kali aku dibuat orgasme dan disetubuhi, liang vagina dan lubang analku juga agak perih. Aku memandang wajah Om Sadewo, aku tahu kegilaan semalam tidak bisa kuterima, namun setidaknya aku tahu Om Sadewo masih berusaha menjagaku. Kusibak selimut yang menutupi Om Sadewo, ternyata dia tidur telanjang sementara dia membiarkanku tidur mengenakan kemejanya, pikiranku melayang ke malam-malam dimana Om Sadewo menyelinap masuk kamarku, kadang kita bersetubuh, kadang hanya sekedar bercumbu dan oral seks, tapi apapun itu yang pasti kita akan tidur telanjang bersama hingga menjelang subuh, waktu dimana Om Sadewo akan menyelinap keluar dari kamarku sebelum ada yang terbangun.

Secara reflek kuusap penis besar Om Sadewo yang memuaskan hasrat seksualku selama 3 bulan terakhir, kugenggam pelan dan entah kenapa ingin sekali aku mengulumnya. Om Sadewo yang masih pulas tidur tampaknya tak menyadari kenakalan yang kulakukan, atau mungkin dia pura-pura tertidur, kukocok penisnya pelan-pelan dan kuhampiri dengan mulutku dan mulai kujilati kepala penisnya seperti sedang menjilatu permen lolipop favoritku. Kukecup dengan lembut kepala penis merah yang besar itu sambil sesekali kujilat lubang kencingnya, biji pelir Om Sadewo kupijat pelan-pelan dan mulai kukulum kepala penisnya hingga masuk sebagian batangnya dalam mulutku.

“Hmmmm…ehhh sayanggg…”, Om Sadewo terbangun dan mengusap kepalaku.

Mulustrasi:


“Ehmm enak sayang…kok tumben nakal nih Mita pagi-pagi…arhh”, kata Om Sadewo sambil membelai rambutku, aku tak menjawab dan terus mengulum dan menghisap penisnya.

“Uhmmm udahhh, nanti keluarrr…udah dulu ya sayang…”, Om Sadewo memintaku berhenti, dia tampaknya masih belum ingin ejakulasi terlalu dini.

“Pagi-pagi titit Om berdiri keras banget, Mita tiba-tiba pengen hisap…”, kataku malu-malu sambil menyeka bibirku, cairan precum Om Sadewo begitu gurih dan membuatku justru bernafsu ingin menghisapnya lebih kuat lagi.

“Habis makan siang Om harus serahin kunci, kita sarapan bentar, Om beli roti juga semalam”, katanya sambil mengenakan celana pendeknya dan menggandeng tanganku untuk sarapan bersama.

“Mita, kita mandi yukk…”, ajak Om Sadewo setelah selesai makan roti dan minum kopi sachet yang dibelinya semalam.

POV: Om Sadewo

Tak rela rasanya meninggalkan Mita, tapi setelah makan siang aku harus kembali ke rumah, ke keluargaku, Mita pasti kesepian selama pacarnya masih bekerja di luar kota. Kugandeng tangannya ikut ke kamar mandi, seperti biasa kami saling menyabuni dan tak lupa kusetubuhi Mita sambil berdiri dari belakang hingga dia orgasme, aku masih menahan ejakulasiku untuk persetubuhan terakhir kalinya di kamar.

Masuk ke dalam kamar, langsung kudekap Mita dan kulumat bibirnya, bibir yang pagi tadi mengecupi penisku. Kita terus bercumbu sambil berdekapan dan menuju tempat tidur, kubuka kemeja yang menutupi tubuhnya, kudorong Mita ke tempat tidur, “Buka pahanya lebar-lebar…”, dia menurut dan membuka kedua pahanya hingga kemaluannya merekah indah.

Kulumat kemaluan indah Mita dengan penuh nafsu, tak hanya kuhisap dan kuemut dengan kencang, sesekali kugigiti pelan hingga merah dan bengkak bagian klitoris dan bibir vaginanya, Mita mendesah-desah sambil menjambak rambutku.

Kuberdiri membuka celanaku setelah puas menikmati kemaluan Mita dengan lidah dan mulutku, “Mita masih mau dientot kan? Kalo gamau Om berhenti sekarang…”, tanyaku sambil menggodanya.

“Iyah…entot Mita Om…suka tititnya gede…”, katanya sambil meremas payudaranya sendiri, tak tahan dengan pemandangan itu, kuremas kedua payudaranya dengan kencang sampai kemerahan, secara bergantian kuhisap kuat-kuat puting susunya hingga dia memekik, “Ini teteknya kok gemesin bangettt sih…bakal kangen teteknya ini…”, kataku sambil terus bergantian menghisapi, menggigiti dan melumati kedua payudaranya bergantian. Setelah puas meninggalkan memar kemerahan yang memenuhi payudaranya, kudorong penisku masuk dalam liang vaginanya, walau sudah beberapa kali kusetubuhi dari Jumat kemarin, tetap saja vagina Mita terasa sempit dan menjepit penisku seakan-akan dipijat.

“Mita sayang…Om suka memek kamu, suka tetek kamu…suka kamu juga…Om sayang Mita…shhh ahhh”, racauku sambil menggenjot vagina Mita.

“Iyahhh…sshhh ahhh, penuh memeknya,Mita suka tititnya..ahhh Om”, Mita mendekapku dan mencakar punggungku, dia terus-terusan mendesah dan terkadang memekik kenikmatan.

“Mita mau keluar Om…argghh, shhh dikit lagiii…iyah disitu…”, kata Mita saat penisku kugoyang dan menyentuh klitorisnya, tak lama kemudian Mita mencapai orgasmenya, kusodok dalam-dalam penisku hingga menumbuk dinding rahimnya dan kusemprotkan spermaku sambil menekan kuat penisku hingga amblas seluruhnya…”Argghhh sayanggg…Om titip spermanya sayang…ahhh Mitaaa”, pekikku sambil mengejan menyemprotkan sperma dalam liang vaginanya.

Mita yang hampir bersamaan mencapai orgasme kaget, “Ommm kok di dalam, nanti hamilll”, katanya merengek dan khawatir.

“Kalo hamil, Mita nikah sama Om aja…nanti kita bisa ngentot bareng same Mbak Lina kayak waktu itu…hehehe”, kataku sambil membiarkan penisku mengeluarkan tetesan sperma terakhir dalam liang vagina Mita.

“Gamau…Mita gamau..keluarin Om…”, pinta Mita sambil mendorong tubuhku.

Kucabut penisku sambil melihat lelehan sperma yang keluar dari kemaluan Mita, dia mengorek vaginanya sendiri mengeluarkan sebagian sperma yang ada dalam liang vaginanya, tapi sebenarnya usahanya itu percuma, “Sudah, kamu ga akan hamil kok, wong Om sudah berkali-kali ejakulasi dari kemarin, biasanya agak encer dan ga bikin hamil”, kataku menenangkan Mita.

Kita sempat tiduran sebentar bersama sambil berpelukan, setelah itu mulai aku beres-beres packing dan membersihkan sisa sperma yang menetes di sprei yang semalam aku baru ganti. Mita mengenakan rok dan seragam kerjanya yang dipakainya Jumat lalu, sebelum keluar kamar kupeluk dia dengan mesra sambil mengecup kening dan bibirnya.

Kami pun berpisah di hari itu, pengalaman kos yang tak pernag kurasakan sebelumnya, aku sayang Mita, tapi hidup harus terus berjalan.

Tamat

Ps: Info dari Mita, Om Sadewo sekali datang ke kos setelah beberapa bulan pas ada perlu ga jauh dari kos, dia minta ngentot tapi Mita ga kasih dan minta dia kembali saja ke keluarganya.
 
Seluruh cerita TS merupakan kisah nyata kecuali cerita Mbak Lina (istri Om Sadewo), Tommy dan Pak Dirman, tokoh Tommy memang ada tapi hanya suka dengan Mita sebelum pacaran dengan Winda.
Tokoh Pak Dirman dan Mbak Lina hanya imajinasi penulis dan sampai sekarang Mita (nama samaran wife) tidak menyebutkan nama si Om itu sebenarnya.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd