Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kisah Tiga Wanita : Vina, Inge dan Memey

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
"Anto sayang. Mulai saat ini kamu boleh tidur denganku kapan saja, kalau keadaan memungkinkan. Tapi kalau aku menginginkan.. kamu temani aku ya.," kata Vina kemudian.
"Vina, wanita sempurna luar dalam, cantik, montok, pinter, gesit, pakar di ranjang", bisikku pelan dan akhirnya aku tertidur kembali.
Pukul tujuh pagi aku pulang ke rumah dengan perasaan yang bercampur baur.

*****

@ the Office

Semenjak saat itu, Vina mulai menjaga jarak denganku di kantor. Ia katakan bahwa hal ini untuk menjaga hubungan kami agar tidak diketahui orang lain. Hanya sesekali ia memanggilku ke ruangannya sekedar ngobrol untuk melepaskan isi hatinya dan sekaligus rasa rindunya. Itupun dilakukan kalau kantor lagi sepi. Kami tidak pernah lagi berjalan berduaan kemana-mana. Selalu lebih dari tiga orang kalaupun aku dan Vina bermain badminton, meninjau ke proyek ataupun kemana saja.

Sore itu kami beramai-ramai main badminton. Karena menggunakan mobil kantor, maka sebagian dari kami harus kembali ke kantor untuk mengambil kendaraan masing-masing yang ditinggal di kantor. Hari sudah gelap ketika kami tiba di kantor. Setiba di kantor teman-teman lainnya sudah langsung pulang. Kulihat Vina naik ke lantai dua. Akupun naik ke ruanganku di lantai dua karena ada yang kucari di sana.

Kulihat pintu ruangan Vina terbuka. Kulihat ia sedang membungkuk melepas sepatu ketsnya. Ia melihatku berdiri di depan pintu dan melambaikan tangannya menyuruhku masuk ke dalam. Ia berdiri dan baru kusadari kalau kausnya yang basah oleh keringat mencetak bentuk tubuhnya yang indah. BH-nya yang berwarna gelap juga nampak membayang. Sedari tadi aku memang tidak terlalu memperhatikannya. Ia memberi kode agar aku menutup pintu. Aku duduk di sofa panjang.

Ia meraih gagang telepon.
"Din.. Udin. Siapa masih ada di bawah? Oh, sudah pulang semua. Saya masih di atas. Tolong kamu belikan mie ayam di tempat biasanya. Pakai saja uangmu dulu, nanti kuganti. Tolong, cepet ya. Oh ya, pintu bawah kamu kunci saja!"
Ia memberi perintah kepada Udin, office boy. Aku mulai berpikir. Jam-jam seperti ini biasanya tempat jualan mie langganannya pasti penuh dan antre. Bisa makan waktu satu jam lebih.

Vina meletakkan gagang telepon dan berjalan ke arahku.
"Hmm, Vina kamu memang pintar. Jam segini pastilah Udin bisa lebih sejam di tempat jualan mie," kataku memberi komentar. Ia hanya tersenyum dan menghambur ke arahku, langsung duduk di atas pangkuanku.
"Biar saja Udin berlama-lama membeli mie. Kita bisa menikmati waktu yang sempit ini untuk berbagi kenikmatan".

Aku langsung memeluk tubuhnya yang duduk di atas pangkuanku. Kutatap Vina yang terlihat seksi sekali dengan kaus basah, celana pendek dan BH warna gelap yang kontras dengan kausnya. Aku terpana melihat tubuhnya. Kuakui memang tidak ada bosan-bosannya melihat tubuh Vina.
"To, ayolah. Kita kan sama-sama saling membutuhkan," kata Vina membuka pembicaraan.
"Kamu juga menginginkanku kan?" lanjut wanita itu.
"Vin, apakah harus sekarang?" tanyaku ragu.
"Tinggal kita berdua saja di kantor ini. Udin baru sejam lebih akan kembali, jadi jangan sia-siakan kesempatan ini sayang," Vina memberi kecupan di bibirku, aku membalasnya lembut.
"Oh.. Vin," desahnya.
Aku kemudian merangkul tubuh Vina yang tinggi besar dan padat.

Dadaku bergetar merasakan kemesraan wanita itu. Aku berdiri, Vina kemudian memegang pundakku dan melucuti pakaianku satu persatu. Dengan perlahan aku juga melepaskan kaus dan celana pendeknya. Tampak payudara Vina yang besar dan ranum itu terbungkus BH warna gelap. Aku terhenyak dan menelan ludah.
"Oh.., indahnya milikmu ini," gumamku sambil lalu meraba payudara besar yang masih dilapisi BH itu. Tangan kiriku kemudian melepaskan kancing BH di punggung Vina. Aku semakin kagum saat melihat bentuk payudara yang kini tidak tertutup apa-apa agi.

Nafsuku langsung bangkit naik. Segera kuraih payudara itu dan langsung kukecup. Kurasakannya kelembutan payudara wanita China cantik separuh baya itu. Aku kini mulai menyedot puting payudara itu bergiliran.
"Ooohh.., Anto.., nikmat sayang.., mm sedot terus sayang oohh", desah Vina. Vina mendongak merasakan sentuhan lidah dan mulutku yang memainkan kedua puting susunya. Tangannya mulai meraih batang kemaluanku yang sudah tegang sedari tadi. Ia sedikit terkejut merasakan kerasnya penisku.
"Ohh.., kerasnya punya kamu, To. Pastilah nikmat sekali rasanya.," seru Vina kegirangan. Ia kemudian mengocok penisku dengan tangannya. Lidahku masih terus membelai bagian tubuh di sekitar payudara dan lehernya.

Kemaluanku yang keras itu kini tegak berdiri bagai laras senapan yang siap untuk menembakkan pelurunya. Aku semakin terlena ketika tangan Vina menyentuh lembut penisku. Aku masih asyik sekali mengecupi sekujur tubuh wanita itu. Aku tak pernah membayangkan akan dapat menikmati hubungan seks dengan wanita yang sangat kukagumi ini, bahkan terjadi sekarang di ruang kerjanya. Sentuhan-sentuhan lembut dari tangan halus Vina pada penisku membuatku semakin terlena dalam kenikmatan.

Dengan mesra sekali Vina menuntun tanganku untuk membelai, meremas dan menekan sekujur tubuhnya yang putih mulus itu. Dipegangnya tanganku untuk membelai lembut payudaranya, lalu bergerak ke bawah menuju perut dan berakhir di permukaan kemaluannya. Aku merasakan sesuatu yang lembut berbulu halus dengan belahan di tengahnya. Aku membelainya lembut sampai kemudian kurasakan cairan licin membasahi permukaan kemaluan Vina. Aku menghentikan gerakanku sejenak, lalu dengan perlahan Vina membaringkan tubuhnya di atas sofa dan membuka pahanya lebar hingga daerah kemaluan yang basah itu terlihat seperti menantangku. Kubuka secarik kain yang tersisa menutup daerah selangkangannya.

Aku terpukau sejenak sebelum kemudian bibirku bergerak menciumi daerah itu. Aku sempat memandang ke wajahnya untuk memastikan ia menginginkannya. Aku ingat waktu pertama bercinta dulu ia menolakku melakukannya. Ia melihatku dan mengangguk lemah.
"Sesukamu To," bisiknya perlahan.
Jari tangan Vina kemudian menarik bibir kemaluannya menjadi semakin terbuka hingga menampakkan semua isi dalam dinding vaginanya. Aku semakin terangsang, kujilati semua yang bisa dijangkau dengan lidahku. Tonjolan daging sebesar biji kacang di antara dinding vagina itu kujilat dan kusedot masuk ke dalam mulutku. Hal itu membuat Vina menarik nafas panjang merasakan nikmat yang begitu hebat.
"Ohh.., hmm.., Anto, sayang, oohh", desahnya mengiringi bunyi sedotan bibirku yang bermain di permukaan vaginanya.

Dengan gemas aku menjilati vaginanya, sementara Vina hanya menjerit kecil menahan nikmat. Ia meremas-remas sendiri payudaranya yang besar itu sambil sesekali menarik rambutku.
"Aduuh sayang, oohh nikmaat..,Anto.., oohh nikmatnya.., oohh sedoot teruuss.., oohh enaakk.., hmm.., oohh", jeritnya terpatah-patah.
Puas menikmati vaginanya, aku kembali ke atas mengarahkan bibirku kembali ke puting payudaranya. Vinapun pasrah saja, menikmati permainanku yang semakin buas saja. Daerah sekitar puting susunya tampak sudah kemerahan akibat sedotan mulutku.
"Oohh, Anto sayang, masukkan sekarang," pinta wanita itu sambil beranjak bangun dan menggenggam kemaluanku.
Vina melepaskan penisku lalu membaringkan dirinya di atas sofa. Sebelah kakinya terangkat diletakkan pada sandaran sofa.

Aku meraih kedua kaki wanita itu dan langsung menempatkan pinggulku tepat di depan selangkangan Vina yang terbuka lebar. Dengan sangat perlahan aku mengarahkan kemaluanku menuju liang vagina yang menganga itu dan,
"Sreett.., bleess".
Vaginanya terasa sangat kering, sehingga penisku tidak bisa langsung terbenam seluruhnya.
"Aaauuh Antoo...., pelan-pelan ... aahh..," teriak Vina ketika kepala penisku sudah menyusup masuk di ujung liang vaginanya.
"Anto sayang, hari ini punya kamu keras sekali. Vaginaku rasanya kering, main yang pelan aja ya, sayang?", pintanya.
"Ouuhh...., baik sayang", jawabku.
Aku merasakan begitu nikmatnya kepala penisku masuk ke dalam vagina Vina.

Kubelai rambut Vina sambil menciumi pipinya yang halus dengan mesra. Aku mulai menggerakkan penisku keluar masuk vagina Vina dengan perlahan sekali sampai beberapa menit. Ketika lendir sudah membasahi vaginanya maka kenikmatan itu semakin terasa. Aku mulai bergerak menggenjot tubuh wanita itu dengan agak cepat. Aku sebenarnya sangat senang bermain dengan tempo yang sangat lambat bersama Vina, tetapi kali ini kami hanya punya waktu sangat sedikit. Vinapun agaknya menyadari kalau kami tidak bisa bermain dalam tempo lambat.

Gerakan tubuh kami mempertemukan kedua kemaluan kami yang penuh dengan birahi. Nafsu birahi kami semakin membara dengan gerakan yang semakin lama semakin menggairahkan. Teriakan-teriakan kecil telah berubah menjadi desah keras menahan nikmatnya hubungan seks itu. Aku benar-benar menikmati keluar masuknya penisku ke dalam liang vagina Vina yang semakin lama menjadi semakin licin akibat cairan kelamin yang mulai melumasi dindingnya. Demikian pula halnya dengan Vina. Ia tampak begitu menikmati goyanganku, penisku yang keras terasa menusuk-nusuk liang vaginanya. Kepala penisku yang besar sangat nikmat menggesek di dalamnya. Ia berteriak sejadi-jadinya untuk melampiaskan rasa nikmat mengimbangi genjotan penisku..

Bunyi teriakan nyaring bercampur suara decakan dari kedua alat kelamin kami memenuhi ruangan kamar kerja Vina. Desahan kami menahan rasa kenikmatan semakin memacu gerakan mereka menjadi kian liar dan cepat.
"Ooohh.., enaak.., ooh.., enaknya Vin.., oohh nikmat sekali oohh", desah Anto.
"Mmm.., aahh.., goyang terus, To.., aku suka, oohh.., enaknya, sayang oohh.. Anto.., oohh", balas Vina sambil terus mengimbangi genjotan pinggulku dengan menggoyang pinggulnya. Lima belas menit lebih kami melakukannya dengan posisi aku menindih tubuhnya. Pahanya yang padat gempal mengapit pinggulku dengan kuatnya. dengan pahanya.

"Ouuhh Anto sayang kamu gantian di bawah. Aku pingin di atas", ajak Vina sambil menghentikan gerakan tubuhku.
Aku mengangguk sambil perlahan melepaskan penisku dari jepitan vagina Vina. Kemudian aku duduk sejenak mengambil nafas sambil memandangi tubuh wanita itu. Vina berjongkok tepat di atas pinggangku, ia sejenak menggenggam penisku sebelum kemudian memasukkannya kembali ke dalam liang vaginanya dengan perlahan dan santai.

Kembali ia mendesah merasakan penis itu masuk menembus dinding vaginanya dan menerobos masuk sampai dasar liang vagina.
"Ooouuhh..", desahnya memulai gerakan pinggangnya yang naik turun di atas tubuhku. Aku meraih payudara montok yang berayun-ayun di depan mukaku, sesekali kuraih puting payudara itu dengan mulutku dan menyedot-nyedot nikmat. Kami masuk ke dalam adegan yang lebih seru lagi, dengan perlahan Vina menggoyang tubuhnya. Ia tampak masih ingin menikmati permainan ini dengan perlahan-lahan. Ia bagaikan kuda betina di padang pasir yang kehausan mencari air.
Dengan sepenuh hati kami meraih kenikmatan itu detik demi detik. Tak semili meterpun bagian vaginanya kulewatkan melalui penisku yang menggesek dinding dalam vaginanya. Ia semakin berteriak sejadi-jadinya.
"Aahh.., oohh...., enaak.., oohh.., nikmaatt..sekali.., Anto sayaanngg.., oohh Anto.., To.., enaak oohh", teriaknya mulai tak karuan dengan gerakan berubah liar di atas tubuhku.
"Ooohh Vina.., oohh...., Vina nikmat sekali", balas Anto.
"Remas susuku, To. Ooohh.., isap sayang.., oohh pintarnya kamu, ooh.., nikmatnya sayang, oohh.., keras sekali, oohh.., enaak", lanjut Vina dengan gerakan yang semakin liar. Aku mengimbangi gerakan itu dengan mengangkat-angkat pantatnya ke arah pangkal paha Vina yang mengapitku. Aku terus menghujani daerah dada Vina, puting susu itupun menjadi kemerahan akibat sedotan mulutku yang bertubi-tubi.

Beberapa saat kemudian Vina tampak tak dapat lagi menahan rasa nikmat. Selama dua puluh menit ia menikmati permainan itu dengan garang, kini mengalami ejakulasi yang begitu hebat. Gerakannya berubah semakin cepat dan liar, diremasnya sendiri buah dada montoknya sambil lebih keras lagi menghempaskan pangkal selangkangannya pada penisku hingga sekitar dua menit berlalu ia berteriak panjang sebelum kemudian menghentikan gerakannya dan memeluk tubuhku.
"Ooohh.., oohh.., aauu, aku keluarr.., Anto.., aahh.., aah.., aku, nggak kuat lagi aku.., To.., oohh..,.., sayang, oohh.., Anto sayang.., hhuuh.., aku nggak tahan lagi," jeritnya panjang sambil memeluk erat tubuhku, lendir yang licin membasahi liang vaginanya. Penisku masih tegang, keras dan terus menghunjam vaginanya.
"Ooohh nikmat.., oohh nikmat.., oohh.., semakin nikmat sekali Vin, oohh.., enaak, mm.., oohh.., uuhh.., nikmat sekali.., uuhh.., Vina.., aauuhh.., sshh nikmat", desahku merasakan kenikmatan dalam liang vagina Vina yang tengah mengalami ejakulasi, vagina itu terasa makin menjepit penisku yang terus saja menggesek dinding vaginanya. Kepala penisku yang berada jauh di dalam liang vagina wanita itu merasakan cairan hangat merembes dalam liang vagina Vina membuatnya terasa semakin nikmat dan licin. Aku membalas pelukan Vina yang tampak sudah tak sanggup lagi menggoyang tubuhnya di atas tubuhku.

Sejenak gerakan kami terhenti meski aku sedikit kecewa karena saat itu justru sedang merasakan vagina menjadi Vina sangat nikmat. Aku berusaha menahan birahiku yang belum tertuntaskan dengan memberi ciuman mesra pada wanita cantik itu.
"Oh Anto sayang, aku puas sekali, kamu berikan aku sejuta kenikmatan. Kamu betul-betul jago", katanya padaku sambil memandang wajahku. Dipeluknya erat pinggangku untuk menahan goyangan penis di selangkangannya. Sejenak Vina beristirahat di pelukanku. Matanya melirik ke arah jam dinding di kamar itu
"Anto..", sapanya memecah keheningan sesaat itu.
"Kenapa Vina?", jawabku sambil terus memberi kecupan pada pipi dan muka Vina yang.
"Sudah setengah jam lamanya kita bermain, kamu belum keluar. Hebat sekali, To", lanjutnya terheran-heran.

Beberapa menit kami ngobrol diselingi canda dan cumbuan mesra yang membuat birahi Vina bangkit untuk mengulangi permainannya. Dinding vagina yang tadinya merasa geli saat mengalami ejakulasi itu mulai terangsang lagi. Akupun merasakan gejala itu dari denyutan vagina Vina. Aku melepaskan pelukannya, lalu menempatkan diri tepat di belakang punggung Vina, tanganku nenuntun penisku ke arah permukaan lubang vagina Vina yang sudah pasrah membiarkanku mengatur posisi sesuka hati.

Aku kini berada tepat di belakang menempel di punggung Vina, lalu perlahan sekali aku memasukkan penisku ke dalam liang vagina Vina dari arah belakang pantatnya.
"Ooohh, pintarnya kamu Anto.., ooh aku suka, mm.., goyang teruuss.., aahh, nikmat To, oohh.., sampai pangkalnya, oohh.., enaak..tarik lagi sayang oohh, masukin lagii oohh, Anto sayang nikmat sekali, Anto.., oohh.., mm.. sayang", desah Vina begitu nikmat. Bagian bawah tubuhnya merasakan kenikmatan itu dengan sangat sempurna. Tanganku meremas payudaranya sementara penisku itu tampak jelas keluar masuk liang vaginanya. Kami kembali bergoyang mesra meraih detik demi detik kenikmatan dari setiap gerakan yang kami lakukan. Aku menggoyang dari arah belakang dan terus meremas payudara montok Vina sambil memandang wajah cantik yang membuatku semakin bergairah. Kecantikan Vina yang sangat menawan itu benar-benar membuat gairah bercinta semakin membara.

Dengan sepenuh hati kugoyang tubuh montok dan putih mulus itu sampai-sampai suara decakan pertemuan antara pangkal pahaku dan pantat besar Vina terdengar keras mengiringi desahan mulut kami yang terus mengoceh tak karuan menikmati hebatnya rasa dari permainan itu. Sekitar dua puluh menit berlalu kami sudah tak dapat menahan lagi rasa nikmat dari permainan ini sehingga kini kami semakin berteriak keras sejadi-jadinya. Kami ingin segera menyelesaikan permainan secara bersamaan. Dengan gairah yang menggebu-gebu aku bermain cepat dalam permainan babak ini ditambah dengan perhitungan Udin sebentar lagi akan kembali. Konsentrasiku penuh pada permainan dan membuat penisku ereksi sangat keras.
"Huuh.., oohh.., aahh.., oohh.., nikmat sekali To, lagi sayang, oohh.., aku mau keluar sebentar lagi sayang, oohh.., yang keras lagi sayang, oohh.., enaknya oohh.., aku nggak kuat lagi ooh", jerit Vina.
"Uuuhh.., aahh.., oohh, mm.., aah.., aku juga mau keluar, oohh.., Vina sayaang, oohh.., mm.., enaakk sekali, oohh.., oohh," teriakku.
"Ooohh enaknya sayang, oohh.., terus, ooh.., yang keraass, oohh".
"Aku juga mau keluar Vin, yah kita sama-sama Vina, oohh.., nikmat sekali, oohh.., mm.., enaknya, oohh", teriakku sambil mempercepat lagi gerakanku. Beberapa saat kemudian Vina berteriak panjang meraih puncak kenikmatannya.
"Aauuwww.., oohh.., Antoo, aku nggak tahan lagii.., keluaar.., aauhh nikmatnya sayang, oohh", jeritnya panjang. Penisku masih tetap menggenjot liang vaginanya yang berdenyut kuat. Aku merasakan gejala itu lalu berusaha sekuat tenaga untuk mencapai orgasme juga, beberapa saat kurasakan vagina Vina menjepit penisku keras diiringi denyutan dan rasa hangat dari air maniku yang menyembur deras ke dalam vaginanya.

Aku berteriak panjang meraih klimaks permainan.
"Ooohh.., aahh.., oowww.., aahh, Vina..,.., sayyaang.., ooh.., enaak sekalii.., oohh aku juga keluaarr, oohh", jeritku panjang sesaat setelah Vina mengakhiri teriakannya.
"Cropp bress.., croott.., croott.., creett",
Cairan spermaku menyembur ke dalam vagina Vina. Ia menhentakkan pantatnya keras ke belakang. Aku menekan kuat ke depan sehingga selangkanganku merapat di belahan pantatnya. Aku merasakan vaginanya meremas meremas penisku menguras semua cairan spermaku.
"Ooohh Vina, aku puas sekali", kataku sambili merangkul tubuh Vina dan kembali berbaring miring di atas sofa.
"Kamu kuat sekali Anto, sanggup membuatku keluar dua kali. Kamu benar-benar hebat dan sangat pintar bermain cinta, aku suka sekali sama kamu.", kata Vina sambil mencium pipiku.
"Aku juga benar-benar puas sekali, Vin. Kamu memberikan kenikmatan yang nggak pernah kurasakan sebelumnya", jawabku sambil membalas ciuman Vina. Tanganku membelai halus permukaan buah dada Vina dan memilin-milin putingnya yang lembut. Kami segera membereskan pakaian kami. Sebentar lagi Udin pasti tiba.

Aku kembali ke ruanganku, pura-pura sibuk di depan komputer, padahal sebenarnya aku sedang beristirahat memulihkan tenagaku yang habis-habisan kukeluarkan. Sore ini aku dua kali berolahraga, main badminton dan main.. ehmm... Vina.

Beberapa saat Udin naik ke lantai dua dengan membawa dua bungkus mie goreng.
"Pak Anto belum pulang? Kulihat motornya di bawah, saya kira pulang sama-sama mobil kantor tadi," katanya ketika melintas di depan pintu ruanganku.
"Eh Din. Belum nih, masih ada sedikit pekerjaan. Baru beli mie?"
"Iya pak. Pesanan Bu Vina".

Setelah Udin kembali ke bawah, Vina memanggilku ke ruangannya. Kami makan mie bersama-sama, saling menyuap dengan sumpit. Selesai makan, Vina pulang terlebih dahulu dan lima menit kemudian akupun pulang.

------

Masih ada lanjutan cerita @ the Office
 
Suhu kangen tante inge nih... Buat threesome some bareng dong...
 
usul suhu, jangan sampai suami Vina tau, apa lagi merestui hubungan mereka, yang sembunyi-sembunyi itu lebih berasa daripada yang direstui
 
thanks update-nya bang
:mantap:

tak sabar menunggu cewek ketiga hadir :haha:
 
kesian si anto blm nikah tapi dengkul kopong terus, olahraga 2x plus2 enak bgt :tegang:
 
nice apdet suhu..

wajib nunggu intrik apalagi yg bakal muncul antara anto dan selir selirnya..

:beer:
 
fiuhhhh :fiuh: bacanya sambil nafas kerasa lama bener mainnya, di tunggu apdatenya :semangat:
 
Manteo habis, jarang2 updatenya panjang2 kayak gini,ditunggu lanjutannya gan
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd