Tiba-tiba aku ingat Inge yang ada di kamar sebelah.
------
Tapi agaknya Inge belum memberitahu Vina kalau ia ada di kota ini. Setelah beristirahat sebentar dan membersihkan diri lalu berpakaian, maka kami keluar dari kamar hotel.
"Kita pulang yuk!" ajaknya.
"Lho enggak sampai pagi?" tanyaku.
"Enggak ah, biar saja kita simpan untuk berikutnya, Lagian entar pembantu di rumah bertanya-tanya. Kamu antar aku dulu".
Kuantarkan Vina ke rumahnya dan ia menyuruhku membawa mobilnya.
"Besok pagi kamu bawa saja mobil itu ke kantor!" katanya.
*****
Setelah mengantar Vina, sambil mengemudi aku berpikir apakah akan menemui Inge atau tidak. Kulihat jam di dashboard sudah menunjukkan tengah malam lewat sedikit. Akhirnya kuputuskan untuk menelponnya terlebih dahulu. Kutekan tombol HP-ku dan setelah beberapa kali terdengar nada dering kudengar suaranya,"Hai sayang, dimana kamu?"
"Ini lagi di jalan menuju ke hotel. Belum tidur?"
"Belum. Gak bisa tidur nungguin kamu. Kok lama sih acaranya?"
"Iya, tadi habis makan malam masih ada acara lainnya. Biasalah entertain pejabat".
"Ya sudah. Cepat kamu ke sini ya... Muuuaaahh!' katanya sambil menutup telepon.
Di perjalanan aku singgah di sebuah apotik yang masih buka. Rasanya aku harus minum obat agar menambah staminaku untuk menemani Inge malam ini. Kalau tidak aku pasti tidak mampu memuaskannya. Aku sebenarnya tidak pernah minum obat kuat seperti itu, tetapi kali ini nampaknya aku harus melakukannya, atau pilihan lainnya aku pulang dan langsung tidur. Dari sore sampai saat ini sudah tiga kali aku mengalami orgasme. Sekali pada sore hari dengan Inge dan baru saja dua kali bersama Vina.
Sampai di hotel setelah memarkir mobil, maka aku langsung saja naik ke lantai tiga menuju kamar Inge. Kuketuk kamarnya perlahan.
"Room service," kataku dengan suara yang kubuat agak berat.
"Siapa?" tanya Inge dari dalam.
"Room service Bu, mengantar pesanan anda," kataku lagi.
Terdengar suara selot pintu dilepas, pintu terbuka sedikit dan kepala Inge muncul dari celah pintu.
"Anto.. sialan kamu. Kukira room service betulan. Aku juga heran karena merasa enggak pesan apa-apa kok...," katanya sambil membuka pintu.
Aku melangkah masuk.
"Kalau enggak pesan apa-apa artinya aku salah masuk dong?" tanyaku.
"Maksudmu?"
"Ya rasanya tadi ada wanita yang berpesan agar aku datang ke hotel ini kamar sekian. Kalau begitu maaf, barangkali aku salah kamar..," kataku sambil memutar tubuh seolah-olah mau pergi.
"Sudah enggak usah macam-macam kamu. Kamu enggak salah kamar dan sekarang tidak boleh keluar dari kamar ini lagi,' katanya sambil menarik tanganku dan mengunci pintu kamar.
Inge hanya mengenakan baju tidur tipis. Kamarnya juga temaram oleh sinar lampu tidur. Aku yakin ia tidak mengenakan bra karena putingnya yang kecil nampak tercetak jelas di balik baju tidurnya. Ia langsung memeluk leherku. Kuusap pinggulnya dan aku juga langsung tahu ia tidak mengenakan celana dalam lagi. Hanya baju tipis yang menutup tubuh mungilnya. Aku dapat melihat dengan jelas lekuk-lekuk tubuh indah Inge, yang mulai membangkitkan nafsu birahiku.
Tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulutnya, Inge langsung mencari bibirku dan langsung melumatnya. Aku tahu kalau malam ini Inge agaknya sangat haus akan sentuhan laki-laki. Dengan rakusnya, Inge mengecup dan melumat bibirku, sambil meraba-raba selangkanganku. Tanpa membuang waktu, akupun langsung membalas dengan pagutan-pagutan yang liar dan tak kalah buasnya sambil tanganku meremas-remas pantat sintal Inge yang ahnya tertutup baju tidur. Sambil tetap melumat mulutku, Inge mulai menyusupkan tangannya ke balik celana dalamku dan menggenggam penisku yang mulai mengeras.
"Ooh.. Anto.. kamu mau puasin aku.. sayang," pinta Inge, sambil mengelus-elus penisku.
Reaksi obat yang tadi kuminum langsung terlihat. Penisku yang sudah menyemburkan sperma tiga kali sudah mengeras akibat reaksi elusan tangan Inge.
Dengan lincahnya Inge langsung melucuti semua kain yang melekat di tubuhku. Kemudian dengan gerakan perlahan dan erotis iapun mulai membuka baju tidurnya, tetapi kutahan tangannya. Aku akan mencumbunya dalam balutan pakaian tidur.
Aku mulai menjilati dan menyedot lehernya kemudian merambat turun ke dada Inge. Sesekali aku menggigit puting payudara Inge dari luar baju tidurnya. Inge mendesah hebat. Kusingkapkan baju tidurnya sampai payudaranya menyembul keluar. Matanya terpejam-pejam dan kepalanya terdongak ke atas, manakala lidahku yang kasar menyentuh saraf-saraf peka pada puting payudaranya. Tanpa melepaskan pagutanku, kudorong Inge hingga tersandar ke dinding. Kemudian aku berlutut di hadapan wanita itu.
Kini aku mulai menjilati dan mengecup perut Inge. Wanita itu mendesah semakin hebat, saat lidahku menari-nari di sekitar pusarnya dan di atas kulit perutnya yang ramping. Desahan Inge, membuat aku semakin bernafsu untuk mengerjai wanita itu. Kini mulutku mendekati selangkangan Inge. Sebelah kakinya diangkat dan diletakkan di pahaku. Lidahku terjulur, menjilati sambil menusuk vagina Inge, membuat wanita itu menjerit histeris. Pinggulnya meliuk-liuk menahan rasa nikmat yang luar biasa.
Inge mendorong kepalaku dan kemudian duduk di tepi ranjang. Ia merenggangkan kedua pahanya, memberikan jalan, agar lidahku lebih leluasa bekerja menjilati vaginanya. Inge menekan kepalaku dan membenamkannya ke selangkangannya. Aku tahu ia ingin agar lidahku masuk lebih dalam menusuk lubang vaginanya. Aku semakin dalam dan cepat menusukkan lidahku ke dalam lubang vagina Inge, saat dirasakannya vagina wanita itu berdenyut hebat. Inge hanya pasrah menerima tusukan lidahku yang semakin cepat pada lubang vaginanya. Gundukan daging yang membengkak merah dan mengeluarkan lendir itu, kujilati dan kusedot.
Sambil berdiri aku tetap menjilati seluruh tubuhnya, mulai dari paha, perut dan dadanya. Ketika aku sudah berdiri di hadapan Inge, maka ia meraih penisku yang sudah mengeras, dengan lembut dielus-elusnya lalu dikocok-kocoknya.
"Oohh.. Inge.. enak.. terus," rintihku sambil mengelus-elus rambut Inge, saat janda itu mulai menjilati kepala penisku.
Rintihan-rintihan dari mulutku membuat Inge semakin ganas dan liar meningkatkan aksinya. Sambil terus mengocok pangkal penisku, Inge meruncingkan lidahnya dan menusuk lubang kencingku dengan lidah lembutnya. Penisku langsung berkontraksi dan kepala penisku langsung memerah, akibat menahan desakan gairah syahwat yang menjalari penisku. Inge semakin bersemangat menjilat, mengulum, dan penisku yang tegak kaku dengan urat-urat kasar menonjol di sekelilingnya. Inge terus berusaha memasukkan seluruh batang penisku ke dalam mulutnya.
"Akhh.. nik.. mat.. terus.. Ing.. terus," desah Aku.
Aku sudah tak mampu menahan rasa nikmat pada sekujur penisku. Kedua tanganku meraih dan menjambak rambut Inge, lalu aku menarik dan mendorong kepala Inge, membuat kemaluanku keluar masuk dari mulut wanita itu. Nampaknya Inge ingin memuaskanku dengan oral seksnya. Sambil meremas-remas payudaranya sendiri Inge meningkatkan tempo jilatannya. Seluruh batang penisku tidak luput dari jilatannya. Sesekali dia menggigit-gigit penisku, membuat aku tersentak dan penisku berkontraksi mengeras.
Beberapa menit berlalu Inge kemudian menghentikan jilatan dan kulumannya pada penisku. Matanya yang sayu menatapku penuh birahi. Aku merasa bahwa Inge sudah tidak tahan lagi menunggu kemaluanku untuk segera menusuk lubang vaginanya. Kudorong tubuhnya hingga terlentang di ranjang. Kedua pahanya dibukanya lebar-lebar. Kini aku mengangkangi selangkangan Inge. Perlahan aku menurunkan pantatku, hingga kepala penisku menyentuh bibir vaginanya.
Aku kembali menahan tangannya yang ingin membuka baju tidurnya.
"Jangan sayang. Kamu kelihatan sangat seksi dengan baju itu,' bisikku.
"Cepetan, ayo masukkin punyamu," pinta Inge tidak sabar lagi, saat aku hanya menggesek-gesekkan kepala penisku di bibir vaginanya.
Sedetik kemudian akupun memenuhi permintaan Inge, kudorong pantatku pelan-pelan. Mula-mula kepalaku menyusup di bibir vaginanya, aku menekan pinggulku sedikit. Inge membuat gerakan memutar dan pantatnya naik menyongsong penisku yang semakin lama turun dan masuk ke dalam vaginanya. Akupun kemudian sudah menembus lubang vagina Inge yang sempit.
Inge menjerit menahan rasa nikmat pada lubang vaginanya, saat kepala penisku berhasil masuk. Dan jeritannya bertambah keras saat seluruh batang penisku menerobos masuk dan terbenam, tertelan lubang vaginanya. Lubang vagina terasa Inge penuh sesak oleh penisku. Aku merasakan kemaluanku seperti dijepit. Aku mendiamkan kemaluanku di sana beberapa saat menikmati jepitan vaginanya.
Kemudian aku mulai menaik turunkan pantatku. Terlihat dengan jelas batang penisku yang keluar masuk dari lubang vagina Inge. Bibir vagina Inge ikut terdorong ke dalam saat aku menekan penisku dan tertarik keluar saat aku itu menarik penisku. Inge benar-benar tak berdaya menahan kenikmatan birahinya. Sambil meremas rambutnya kepalanya bergoyang ke kiri dan ke kanan. Di tengah-tegah desisannya, mulutnya meracau, mengeluarkan kata-kata nikmat. Seperti hendak menjemput penisku agar menghujam lebih dalam lagi, Inge mengangkat pantatnya tinggi-tinggi ketika aku menekan pinggulku.
Sekitar sepuluh menit berlalu kamipun berganti posisi. Kini aku duduk di atas ranjang, dengan kemaluan yang masih tegak, sementara Inge berjongkok di atas selangkanganku. Kini Inge yang akan memegang kendali permainan, dia meraih penisku, dikocoknya sebentar, kemudian diarahkannya ke lubang vaginanya. Dengan cepat lubang vagina Inge menelan seluruh batang penisku. Tanpa berkata apapun, Inge langsung mengayun pantatnya naik turun. Aku mengimbangi gerakan Inge dengan menyodok-nyodokkan pantatku ke atas. Semakin lama semakin cepat Inge memompa penisku. Gerakan Inge semakin cepat dan liar, matanya terpejam dan wajahnya memerah.
Akhirnya, dengan diiring jeritan panjang, Inge menekankan pantatnya dalam-dalam. Tubuhnya bergetar dan mengejang beberapa saat, vaginanya berdenyut keras. Orgasme yang hebat tengah melanda Inge. Cairan hangat merembes dari lubang vaginanya, membasahi batang penisku. Inge diam beberapa detik, menikmati orgasmenya. Kemudian ia turun dari tubuhku, lalu duduk di sampingku. Tangannya menggenggam lalu mengocok-ngocoknya pangkal penisku dengan tempo semakin lama semakin cepat. Sementara mulutnya menjilati putingku. Aku berusaha serileks mungkin agar penisku tidak segera menyemburkan isinya. Otot perutku kulemaskan sehingga penisku memang tidak lagi ereksi maksimal, tetapi tetap keras akibat kocokan Inge.
Inge yang bangkit lagi nafsu birahinya, berusaha membuat agar penisku menegang maksimal. Aku masih rileks dan menyandarkan punggungku pada sandaran bed. Dengan tangan kanannya, Inge mengocok-ngocok penisku. Sementara tangan kirinya, meremas-remas payudaranya. Ketika kurasakan Inge sudah di puncak nafsunya, akupun menahan otot perutku sehingga ia bisa merasakan bahwa penisku sudah mengeras maksimal. Inge tersenyum penuh nafsu dan semakin bersemangat mengocok penisku, saat merasakan penisku mengeras dalam genggaman tangannya. Desahan-desahan dan nafas berkejaran keluar dari mulutku.
Tanpa melepaskan kocokannya, Inge mendekatkan wajahnya ke kepala penisku. Inge menciumi lalu menjilati kepala penisku. Lidahnya kembali menusuk-nusuk lubang kencingku, membuat kepala penisku memerah dan batang penisku berdenyut-denyut. Karena mendapat sentuhan-sentuhan erotis dari lidah Inge, saraf-saraf sensitif di penisku mulai menegang. Urat-urat kasar yang mengelilingi penisku mulai menonjol. Inge terus memainkan lidahnya di kepala penisku itu.
"Aku juga akan memberimu kepuasan yang tidak terlupakan, sayang," kata Inge sambil menoleh ke arahku.
"Iya, Ing puasin aku sayang, terus.. enakk," sahutku saat Inge mulai mengulum penisku.
Mulut Inge bergerak naik turun mengisap dan mengocok penisku. Terlihat jelas penisku yang sudah benar-benar tegang dan keras keluar masuk dari mulut Inge. Inge terus mengecup, menjilat, mengulum dan memompa batang penisku. Setiap titik pada batang penisku tak luput dari jilatannya. Buah pelirku juga diseruputnya.
Aku tak mampu lagi menahan rasa nikmat bercampur geli yang melandaku. Kutarik dan kuremas rambutnya dengan kedua tanganku. Aku mengangkat-angkat pantatku, menyambuti kuluman Inge. Mendengar desahan dan rintihan yang keluar dari mulutku, Inge semakin ganas serta liar meningkatkan serangannya. Ia mengulum seluruh batang penisku sampai mentok di ujung tenggorokannya.
Beberapa menit berlalu, Inge menyudahi kulumannya pada penisku. Ia kemudian berjongkok di atas selangkanganku dengan posisi memunggungiku. Inge meraih penisku yang telah basah oleh air ludahnya, kemudian menempelkannya pada bibir vaginanya. Perlahan ia menurunkan pantatnya. Dan sedikit demi sedikit batang penisku masuk dan menembuas lubang vaginanya. Kembali penisku terasa seperti dijepit oleh karet elastis lembut namun kuat.
Inge berdiam sejenak, saat seluruh batang penisku telah masuk dan terbenam, tertelan lubang vaginanya. Kini dengan kedua tangan bertumpu pada kedua pahaku, Inge mulai menggerakkan pantatnya naik turun.
"Enak sayang?" tanya Inge padaku.
"Nik.. matt.. banget.. Say," sahutku terpatah-patah, sambil terus meresapi nikmatnya goyangan wanita itu. Aku berusaha duduk dan memangku tubuhnya. Kuremas payudaranya dari belakang. Kuusap lengannya yang mulus dan kutarik baju tidurnya melalui kepalanya. Ia mengangkat tangannya memudahkanku melolos bajunya.
Inge terus menggoyang-goyang pantatnya dengan gerakan naik turun, sambil sesekali memutarnya. Gerakan pantat Inge semakin lama semakin cepat sehingga gesekan penisku dengan dinding vaginanya begitu nikmat terasa. Nafasnya semakin memburu pertanda ia mulai menapaki lereng kenikmatan.
Kudorong tubuh wanita itu hingga telungkup ke kasur. Aku mengangkat pantatnya, membuat posisi wanita itu menungging. Aku lalu berlutut dibelakang pantat Inge. Tangan kananku meremas-remas pantat Inge. Kugenggam penisku, lalu kuarahkan ke lubang vaginanya. Perlahan kudorong pantatku. Dan rasa nikmat luar biasa dirasakannya, saat kepala penisku masuk ke lubang vaginanya.
"Ohhh...Nikmat..Anto..," pinta Inge menghiba, agar aku terus masuk lebih dalam.
Sambil mencengkeram pantat Inge dengan kedua tanganku, Aku terus mendorong maju pantatku hingga seluruh batang penisku masuk dan tertelan ke dalam vagina janda cantik itu. Aku merasakan vaginanya yang sempit semakin bertambah sempit. Inge menjerit keras akibat rasa nikmat yang sudah tak tertahankan lagi pada bibir dan dinding vaginanya. Aku mulai menggerakkan pantatku maju mundur, membuat kemaluanku bergerak keluar masuk, menggesek dinding vaginanya.
Sambil terus mengayunkan pantatku, aku meremas-remas buah dada wanita itu dengan tangan kananku. Sementara tangan kirinya mengusap dan menekan punggungnya. Jeritan-jeritan Inge kini berganti dengan desahan-desahan nikmat. Kini Inge mengimbangi dengan goyangan pinggulnya setiap penisku masuk menghujam vaginanya. Ia mendorong pantatnya, melawan gerakan pantatku. Inge mendongakkan kepalanya ke atas, meresapi kenikmatan yang sedang dirasakannya. Bercinta dengan posisi doggy style sangat nikmat. Aku bisa menekan penisku sedalam-dalamnya dalam vaginanya.
Aku semakin mempercepat goyangan pantatku sehingga penisku juga semakin cepat menghujam-hujam vagina Inge. Demikian juga jari-jari tanganku semakin keras meremas-remas payudara janda sexy itu. Desahan serta rintihan, tak henti-hentinya keluar dari mulut Inge, saat menerima kenikmatan yang kini sedang membawanya menuju ke puncak. Dan ketika akupun sudah tak mampu lagi menahan desakan aliran kenikmatan yang akan segera meledak, maka akupun mendesah bersahutan dengan rintihannya.
Inge yang juga merasakan bahwa puncak kenikmatannya akan segera tiba, semakin cepat menyodokkan pantatnya, menyambut penisku. Sampai akhirnya aku merasakan badannya bergetar hebat, vaginanya berdenyut-denyut. Dan diiringi lolongan panjang Inge mencapai orgasmenya.
Beberapa detik kemudian akupun menyusul. Seluruh otot-otot tubuhku menegang beberapa saat. Dan sedetik kemudian kemaluanku berdenyut, sisa-sisa sperma yang tidak berapa banyak lagi menyembur di dalam vagina Inge. Kudorong tubuhnya sampai ia rebah di atas ranjang. Aku semakin menekan pantatku sampai seluruh batang penisku terbenam dalam vaginanya. Tubuh kami rapat menyatu tertelungkup dengan nafas yang terengah-engah. Ia memiringkan kepalanya dan kusambar bibirnya dengan sebuah ciuman panas. Aku membiarkan penisku terbenam beberapa saat dilubang vaginanya, sambil meresapi sensasi kenikmatan yang kurasakan. Kemudian aku berguling terkulai lemas dan rebah di atas ranjang.
Sesaat kemudian Inge memutar tubuhnya dan berbaring di sampingku. Sambil tersenyum, janda cantik dan sexy itu memeluk tubuhku.
"Hmmm.. tadi sekitar jam sepuluh rasanya aku seperti mimpi. Dari kamar sebelah kudengar sepertinya ada suara pasangan yang sedang bercinta dengan begitu hot-nya. Ketika aku coba mengintip dari jendela lewat balkon, ternyata memang di sebelah terlihat bayangan orang yang sedang ML dengan berbagai posisi. Sampai aku merasa sangat terangsang, aku tunggu kamu tapi kamu tidak datang-datang. Makanya tadi aku sangat bergairah," bisiknya mesra.
"Oh ya..," sahutku pura-pura terkejut. Rupanya suara-suara yang keluar waktu bercinta dengan Vina cukup keras sehingga bisa terdengar oleh Inge.
Kemudian tanpa terasa kami berdua tidur berpelukan. Dan baru terbangun ketika terdengar aktivitas dari luar kamar. Ternyata sudah pagi.
"Semalam kamu hebat sekali To," puji Inge, saat kami mandi bersama.
"Terima kasih, Kamu puas kan?," tanyaku, yang dijawab Inge dengan anggukan.
"Kamu mau lagi kan, memberiku kepuasan sayang," tanya Inge sambil meminta.
"Siapa yang nggak mau sama kamu yang cantik dan sexy, tapi..." pujiku sambil mengecup bibir Inge.
"Tapi apa..?" kejarnya.
"Agaknya kita sudah kesiangan. Aku harus pulang dulu dan berangkat ke kantor," kataku.
'Ahhh... terlambat sedikit kan enggak apa-apa. Ayolah sekali lagi.. please!"
"Sorry Ing, kalau kamu mau nanti malam aku akan ada di sini semalaman,' kataku.
"Enggak bisa To. Siang ini aku check out karena harus pergi ke satu kota kabupaten. Ada urusan di sana. Kelihatannya usaha yang di sini akan dialihkan ke kota kabupaten. Ruko yang sudah kusewa mungkin bisa kualihkan untuk gudang saja".
Ia terus memintaku dan menggodaku dengan merapatkan tubuhnya, menciumi tubuhku dan meremas penisku. Sampai selesai mandi dan kembali ke dalam kamar Inge mendekatiku dengan gerakan gemulai yang menggoda gairah kelelakianku. Ia terus menggodaku, sehingga kemaluanku kembali tegak. Tak sanggup menghadapi godaannya, aku menerkam tubuhnya, menggendongnya lalu menggumulinya di atas tempat tidur. Ia menjerit-jerit dan tertawa senang. Tubuhnya menggeliat-geliat terkena cumbuanku, kakinya terbuka lebar siap untuk memulai persetubuhan berikutnya.
Setelah beberapa saat kami tenggelam dalam pelukan dan ciuman untuk membangkitkan gairah, maka kemudian ia merenggangkan pelukannya. Kami saling memandang. Kubaringkan badannya di atas tempat tidur dalam posisi telentang. Tubuh Inge yang mungil nampak sangat menggairahkan. Tubuhnya mulus tanpa tertutup selembar benangpun. Mulutku kemudian langsung menuju ke vaginanya, menghujaninya dengan jilatan-jilatan lidahku, kembali erangannya kudengar merdu di telingaku, menambah gairah dan hasratku.
Aku bangkit dan jongkok tepat di dekat mukanya, segera kusorongkan penisku ke mulutnya, tanpa kuminta Inge segera memegang penisku dengan kedua tangannya dan memasukkan ke mulutnya. Dihisap dan kadang pelan digigitnya penisku, sehingga semakin mengeras dan tegak. Segera kuputar posisi tubuhku, dalam posisi tengkurap menindihnya, kujilati vaginanya, sementara penisku terus dikulum dan dijilatinya. Kami berguling berputar untuk lebih memudahkan aksi kami. Dalam posisi 69 aku di bawah dan Inge di atas kami lebih mudah melakukan rangsangan pada alat kelamin pasangan.
Inge akhirnya tak tahan lagi. Dia memintaku untuk segera memulai permainan. Dengan berjongkok dipegangnya penisku dan dibimbingnya masuk ke liang vaginanya, penisku segera masuk menembus liang vaginanya. Inge bergerak bergerak cepat dan keras mengayunkan pinggulnya. Kami bercumbu dengan cepat seperti kuda binal, kuangkat tinggi-tinggi pantatku, untuk mengimbangi ayunan pinggulnya yang menyentak dengan keras dan cepat. Kepalanya bergerak-gerak kiri-kanan, kadang mendongak, tak henti-hentinya terdengar erangan dan pekikan kecil dari mulutnya.
Aku membalikkan tubuhnya. Dengan cepat ia menungging. Pantatnya ditinggikan sehingga dengan mudah aku dapat menyetubuhinya dari belakang. Pantatnya yang bulat padat itu sungguh merangsang gairah kelelakianku. Penisku kugosok-gosokan ke sela-sela pahanya yang putih mulus. Ia mendesah, sementara itu kulihat kemaluannya telah bergerak-gerak, minta segera untuk dimasuki. Aku membiarkan ia penasaran menanti.
"Masukkan sekarang!" serunya.
Ia meraih penisku dan mengarahkan pada lubang vaginanya. Pada mulanya aku menggenjot lubang kemaluannya dengan lembut dan perlahan. Ia meraih pahaku memberi isyarat agar aku mempercepat gerakanku.
"Lebih cepat dan keras Anto !"
Kuturunkan pinggulku sedikit dan mengamati kemaluanku yang terjepit di dalam vaginanya. Kugerakkan perlahan-lahan ke atas seperti mencongkel. Kutarik lagi dan ketika kepala penisku berada di bibir vaginanya aku mengencangkan otot perutku sejenak, membuat ia semakin menggeliat minta disetubuhi dengan keras. Mendadak aku menerobos ke atas dengan gerakan cepat dan keras.
"Aaa..!" jeritnya. "Aaacchh..!"
Kepalanya mendongak ke atas, meneriakkan kenikmatan yang tak terkira. Ia mengerang-ngerang dengan tubuh yang menggeletar hebat menahankan rasa nikmat yang tak terhingga. Aku terus menggenjot dengan cepat dan keras. Ia semakin tidak berdaya seperti kapas kering yang terapung. Akhirnya, pada satu hentakan keras ke dalam lubang kemaluannya, tangan dan lututnya melemas sehingga ia terjatuh ke bawah. Tubuhku pun terjatuh menindihnya. Aku jatuh menindihnya, tanpa peduli dunia sekitar.
Kubalikkan lagi tubuhnya dan dengan cepat kumasukkan kembali penisku. Batang penisku yang keras dengan lancar menggesek dinding dalam vaginanya berirama dan cepat. Hingga sesaat kemudian terasa penisku diremas dan disedot oleh otot vaginanya. Aku meneruskan gerakan pantatku, yang terus menyodok penisku keluar masuk vaginanya. Tempat tidur menjadi berantakan tidak karuan, sprei, bantal guling sudah berserakan jatuh di lantai. Keringat keluar deras dari pori-pori kulit, bersatu saking membasahi tubuh. Kami bercumbu sambil bergulingan, kadang aku di atas menindihnya, kadang dia di atas menduduki tubuhku. Sampai akhirnya penisku berdenyut semakin kuat, kupercepat genjotanku dan akhirnya dengan hentakan keras dan geraman mulutku tercapailah klimaks.
Lima belas menit kami terbaring saling menindih dengan berdiam diri. Hanya terdengar suara nafas kami yang tersengal-sengal berangsur-angsur normal. Getar tubuh menahan sisa-sisa kenikmatan. Ia bergerak sejenak dan berputar menghadapku. Tidak banyak lagi sisa spermaku yang keluar memancar. Ia tersenyum menatapku dengan mata berbinar menandakan kepuasan. Dibelainya wajahku dan dikecupnya bibirku. Dadanya terasa hangat dan empuk di dadaku.
"Terima kasih!" bisiknya. "Aku belum pernah sepuas ini."
*****