Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kisah Tiga Wanita : Vina, Inge dan Memey

Status
Please reply by conversation.
padahal ada d kamar sebelah, tapi ga ampe 3some ....
masih penasaran nih kapan memey keluar nyaa, belom ada tanda" nyaa nih
 
Mhn maaf yg sebesar2ny sehubungan tugas dadakan lg ke perbatasan dmna jaringan begitu lemottttttnya. Senin baru balik.ke Jkt jadi Selasa rencana kluar edisi terbaru. Thx for komeng, kripik dan attn nya...muaachhh. Memey msh disimpan dl, ga lama lagi ikut tampil ke gelanggang koq. Salam crot dari Vina dan Inge.
 
:asyik: akhirnya ada keputusan untuk waktu publish updatean. 86 ndann! :army:
ane patroli jg di perbatasan, perbatasan rumahnya inge maksudnya :p
 
Tiba-tiba aku ingat Inge yang ada di kamar sebelah.

------

Tapi agaknya Inge belum memberitahu Vina kalau ia ada di kota ini. Setelah beristirahat sebentar dan membersihkan diri lalu berpakaian, maka kami keluar dari kamar hotel.
"Kita pulang yuk!" ajaknya.
"Lho enggak sampai pagi?" tanyaku.
"Enggak ah, biar saja kita simpan untuk berikutnya, Lagian entar pembantu di rumah bertanya-tanya. Kamu antar aku dulu".
Kuantarkan Vina ke rumahnya dan ia menyuruhku membawa mobilnya.
"Besok pagi kamu bawa saja mobil itu ke kantor!" katanya.

*****

Setelah mengantar Vina, sambil mengemudi aku berpikir apakah akan menemui Inge atau tidak. Kulihat jam di dashboard sudah menunjukkan tengah malam lewat sedikit. Akhirnya kuputuskan untuk menelponnya terlebih dahulu. Kutekan tombol HP-ku dan setelah beberapa kali terdengar nada dering kudengar suaranya,"Hai sayang, dimana kamu?"
"Ini lagi di jalan menuju ke hotel. Belum tidur?"
"Belum. Gak bisa tidur nungguin kamu. Kok lama sih acaranya?"
"Iya, tadi habis makan malam masih ada acara lainnya. Biasalah entertain pejabat".
"Ya sudah. Cepat kamu ke sini ya... Muuuaaahh!' katanya sambil menutup telepon.

Di perjalanan aku singgah di sebuah apotik yang masih buka. Rasanya aku harus minum obat agar menambah staminaku untuk menemani Inge malam ini. Kalau tidak aku pasti tidak mampu memuaskannya. Aku sebenarnya tidak pernah minum obat kuat seperti itu, tetapi kali ini nampaknya aku harus melakukannya, atau pilihan lainnya aku pulang dan langsung tidur. Dari sore sampai saat ini sudah tiga kali aku mengalami orgasme. Sekali pada sore hari dengan Inge dan baru saja dua kali bersama Vina.

Sampai di hotel setelah memarkir mobil, maka aku langsung saja naik ke lantai tiga menuju kamar Inge. Kuketuk kamarnya perlahan.
"Room service," kataku dengan suara yang kubuat agak berat.
"Siapa?" tanya Inge dari dalam.
"Room service Bu, mengantar pesanan anda," kataku lagi.
Terdengar suara selot pintu dilepas, pintu terbuka sedikit dan kepala Inge muncul dari celah pintu.
"Anto.. sialan kamu. Kukira room service betulan. Aku juga heran karena merasa enggak pesan apa-apa kok...," katanya sambil membuka pintu.
Aku melangkah masuk.
"Kalau enggak pesan apa-apa artinya aku salah masuk dong?" tanyaku.
"Maksudmu?"
"Ya rasanya tadi ada wanita yang berpesan agar aku datang ke hotel ini kamar sekian. Kalau begitu maaf, barangkali aku salah kamar..," kataku sambil memutar tubuh seolah-olah mau pergi.
"Sudah enggak usah macam-macam kamu. Kamu enggak salah kamar dan sekarang tidak boleh keluar dari kamar ini lagi,' katanya sambil menarik tanganku dan mengunci pintu kamar.

Inge hanya mengenakan baju tidur tipis. Kamarnya juga temaram oleh sinar lampu tidur. Aku yakin ia tidak mengenakan bra karena putingnya yang kecil nampak tercetak jelas di balik baju tidurnya. Ia langsung memeluk leherku. Kuusap pinggulnya dan aku juga langsung tahu ia tidak mengenakan celana dalam lagi. Hanya baju tipis yang menutup tubuh mungilnya. Aku dapat melihat dengan jelas lekuk-lekuk tubuh indah Inge, yang mulai membangkitkan nafsu birahiku.

Tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulutnya, Inge langsung mencari bibirku dan langsung melumatnya. Aku tahu kalau malam ini Inge agaknya sangat haus akan sentuhan laki-laki. Dengan rakusnya, Inge mengecup dan melumat bibirku, sambil meraba-raba selangkanganku. Tanpa membuang waktu, akupun langsung membalas dengan pagutan-pagutan yang liar dan tak kalah buasnya sambil tanganku meremas-remas pantat sintal Inge yang ahnya tertutup baju tidur. Sambil tetap melumat mulutku, Inge mulai menyusupkan tangannya ke balik celana dalamku dan menggenggam penisku yang mulai mengeras.
"Ooh.. Anto.. kamu mau puasin aku.. sayang," pinta Inge, sambil mengelus-elus penisku.
Reaksi obat yang tadi kuminum langsung terlihat. Penisku yang sudah menyemburkan sperma tiga kali sudah mengeras akibat reaksi elusan tangan Inge.

Dengan lincahnya Inge langsung melucuti semua kain yang melekat di tubuhku. Kemudian dengan gerakan perlahan dan erotis iapun mulai membuka baju tidurnya, tetapi kutahan tangannya. Aku akan mencumbunya dalam balutan pakaian tidur.

Aku mulai menjilati dan menyedot lehernya kemudian merambat turun ke dada Inge. Sesekali aku menggigit puting payudara Inge dari luar baju tidurnya. Inge mendesah hebat. Kusingkapkan baju tidurnya sampai payudaranya menyembul keluar. Matanya terpejam-pejam dan kepalanya terdongak ke atas, manakala lidahku yang kasar menyentuh saraf-saraf peka pada puting payudaranya. Tanpa melepaskan pagutanku, kudorong Inge hingga tersandar ke dinding. Kemudian aku berlutut di hadapan wanita itu.

Kini aku mulai menjilati dan mengecup perut Inge. Wanita itu mendesah semakin hebat, saat lidahku menari-nari di sekitar pusarnya dan di atas kulit perutnya yang ramping. Desahan Inge, membuat aku semakin bernafsu untuk mengerjai wanita itu. Kini mulutku mendekati selangkangan Inge. Sebelah kakinya diangkat dan diletakkan di pahaku. Lidahku terjulur, menjilati sambil menusuk vagina Inge, membuat wanita itu menjerit histeris. Pinggulnya meliuk-liuk menahan rasa nikmat yang luar biasa.

Inge mendorong kepalaku dan kemudian duduk di tepi ranjang. Ia merenggangkan kedua pahanya, memberikan jalan, agar lidahku lebih leluasa bekerja menjilati vaginanya. Inge menekan kepalaku dan membenamkannya ke selangkangannya. Aku tahu ia ingin agar lidahku masuk lebih dalam menusuk lubang vaginanya. Aku semakin dalam dan cepat menusukkan lidahku ke dalam lubang vagina Inge, saat dirasakannya vagina wanita itu berdenyut hebat. Inge hanya pasrah menerima tusukan lidahku yang semakin cepat pada lubang vaginanya. Gundukan daging yang membengkak merah dan mengeluarkan lendir itu, kujilati dan kusedot.

Sambil berdiri aku tetap menjilati seluruh tubuhnya, mulai dari paha, perut dan dadanya. Ketika aku sudah berdiri di hadapan Inge, maka ia meraih penisku yang sudah mengeras, dengan lembut dielus-elusnya lalu dikocok-kocoknya.
"Oohh.. Inge.. enak.. terus," rintihku sambil mengelus-elus rambut Inge, saat janda itu mulai menjilati kepala penisku.

Rintihan-rintihan dari mulutku membuat Inge semakin ganas dan liar meningkatkan aksinya. Sambil terus mengocok pangkal penisku, Inge meruncingkan lidahnya dan menusuk lubang kencingku dengan lidah lembutnya. Penisku langsung berkontraksi dan kepala penisku langsung memerah, akibat menahan desakan gairah syahwat yang menjalari penisku. Inge semakin bersemangat menjilat, mengulum, dan penisku yang tegak kaku dengan urat-urat kasar menonjol di sekelilingnya. Inge terus berusaha memasukkan seluruh batang penisku ke dalam mulutnya.
"Akhh.. nik.. mat.. terus.. Ing.. terus," desah Aku.

Aku sudah tak mampu menahan rasa nikmat pada sekujur penisku. Kedua tanganku meraih dan menjambak rambut Inge, lalu aku menarik dan mendorong kepala Inge, membuat kemaluanku keluar masuk dari mulut wanita itu. Nampaknya Inge ingin memuaskanku dengan oral seksnya. Sambil meremas-remas payudaranya sendiri Inge meningkatkan tempo jilatannya. Seluruh batang penisku tidak luput dari jilatannya. Sesekali dia menggigit-gigit penisku, membuat aku tersentak dan penisku berkontraksi mengeras.

Beberapa menit berlalu Inge kemudian menghentikan jilatan dan kulumannya pada penisku. Matanya yang sayu menatapku penuh birahi. Aku merasa bahwa Inge sudah tidak tahan lagi menunggu kemaluanku untuk segera menusuk lubang vaginanya. Kudorong tubuhnya hingga terlentang di ranjang. Kedua pahanya dibukanya lebar-lebar. Kini aku mengangkangi selangkangan Inge. Perlahan aku menurunkan pantatku, hingga kepala penisku menyentuh bibir vaginanya.

Aku kembali menahan tangannya yang ingin membuka baju tidurnya.
"Jangan sayang. Kamu kelihatan sangat seksi dengan baju itu,' bisikku.
"Cepetan, ayo masukkin punyamu," pinta Inge tidak sabar lagi, saat aku hanya menggesek-gesekkan kepala penisku di bibir vaginanya.
Sedetik kemudian akupun memenuhi permintaan Inge, kudorong pantatku pelan-pelan. Mula-mula kepalaku menyusup di bibir vaginanya, aku menekan pinggulku sedikit. Inge membuat gerakan memutar dan pantatnya naik menyongsong penisku yang semakin lama turun dan masuk ke dalam vaginanya. Akupun kemudian sudah menembus lubang vagina Inge yang sempit.

Inge menjerit menahan rasa nikmat pada lubang vaginanya, saat kepala penisku berhasil masuk. Dan jeritannya bertambah keras saat seluruh batang penisku menerobos masuk dan terbenam, tertelan lubang vaginanya. Lubang vagina terasa Inge penuh sesak oleh penisku. Aku merasakan kemaluanku seperti dijepit. Aku mendiamkan kemaluanku di sana beberapa saat menikmati jepitan vaginanya.

Kemudian aku mulai menaik turunkan pantatku. Terlihat dengan jelas batang penisku yang keluar masuk dari lubang vagina Inge. Bibir vagina Inge ikut terdorong ke dalam saat aku menekan penisku dan tertarik keluar saat aku itu menarik penisku. Inge benar-benar tak berdaya menahan kenikmatan birahinya. Sambil meremas rambutnya kepalanya bergoyang ke kiri dan ke kanan. Di tengah-tegah desisannya, mulutnya meracau, mengeluarkan kata-kata nikmat. Seperti hendak menjemput penisku agar menghujam lebih dalam lagi, Inge mengangkat pantatnya tinggi-tinggi ketika aku menekan pinggulku.

Sekitar sepuluh menit berlalu kamipun berganti posisi. Kini aku duduk di atas ranjang, dengan kemaluan yang masih tegak, sementara Inge berjongkok di atas selangkanganku. Kini Inge yang akan memegang kendali permainan, dia meraih penisku, dikocoknya sebentar, kemudian diarahkannya ke lubang vaginanya. Dengan cepat lubang vagina Inge menelan seluruh batang penisku. Tanpa berkata apapun, Inge langsung mengayun pantatnya naik turun. Aku mengimbangi gerakan Inge dengan menyodok-nyodokkan pantatku ke atas. Semakin lama semakin cepat Inge memompa penisku. Gerakan Inge semakin cepat dan liar, matanya terpejam dan wajahnya memerah.

Akhirnya, dengan diiring jeritan panjang, Inge menekankan pantatnya dalam-dalam. Tubuhnya bergetar dan mengejang beberapa saat, vaginanya berdenyut keras. Orgasme yang hebat tengah melanda Inge. Cairan hangat merembes dari lubang vaginanya, membasahi batang penisku. Inge diam beberapa detik, menikmati orgasmenya. Kemudian ia turun dari tubuhku, lalu duduk di sampingku. Tangannya menggenggam lalu mengocok-ngocoknya pangkal penisku dengan tempo semakin lama semakin cepat. Sementara mulutnya menjilati putingku. Aku berusaha serileks mungkin agar penisku tidak segera menyemburkan isinya. Otot perutku kulemaskan sehingga penisku memang tidak lagi ereksi maksimal, tetapi tetap keras akibat kocokan Inge.

Inge yang bangkit lagi nafsu birahinya, berusaha membuat agar penisku menegang maksimal. Aku masih rileks dan menyandarkan punggungku pada sandaran bed. Dengan tangan kanannya, Inge mengocok-ngocok penisku. Sementara tangan kirinya, meremas-remas payudaranya. Ketika kurasakan Inge sudah di puncak nafsunya, akupun menahan otot perutku sehingga ia bisa merasakan bahwa penisku sudah mengeras maksimal. Inge tersenyum penuh nafsu dan semakin bersemangat mengocok penisku, saat merasakan penisku mengeras dalam genggaman tangannya. Desahan-desahan dan nafas berkejaran keluar dari mulutku.

Tanpa melepaskan kocokannya, Inge mendekatkan wajahnya ke kepala penisku. Inge menciumi lalu menjilati kepala penisku. Lidahnya kembali menusuk-nusuk lubang kencingku, membuat kepala penisku memerah dan batang penisku berdenyut-denyut. Karena mendapat sentuhan-sentuhan erotis dari lidah Inge, saraf-saraf sensitif di penisku mulai menegang. Urat-urat kasar yang mengelilingi penisku mulai menonjol. Inge terus memainkan lidahnya di kepala penisku itu.
"Aku juga akan memberimu kepuasan yang tidak terlupakan, sayang," kata Inge sambil menoleh ke arahku.
"Iya, Ing puasin aku sayang, terus.. enakk," sahutku saat Inge mulai mengulum penisku.

Mulut Inge bergerak naik turun mengisap dan mengocok penisku. Terlihat jelas penisku yang sudah benar-benar tegang dan keras keluar masuk dari mulut Inge. Inge terus mengecup, menjilat, mengulum dan memompa batang penisku. Setiap titik pada batang penisku tak luput dari jilatannya. Buah pelirku juga diseruputnya.

Aku tak mampu lagi menahan rasa nikmat bercampur geli yang melandaku. Kutarik dan kuremas rambutnya dengan kedua tanganku. Aku mengangkat-angkat pantatku, menyambuti kuluman Inge. Mendengar desahan dan rintihan yang keluar dari mulutku, Inge semakin ganas serta liar meningkatkan serangannya. Ia mengulum seluruh batang penisku sampai mentok di ujung tenggorokannya.

Beberapa menit berlalu, Inge menyudahi kulumannya pada penisku. Ia kemudian berjongkok di atas selangkanganku dengan posisi memunggungiku. Inge meraih penisku yang telah basah oleh air ludahnya, kemudian menempelkannya pada bibir vaginanya. Perlahan ia menurunkan pantatnya. Dan sedikit demi sedikit batang penisku masuk dan menembuas lubang vaginanya. Kembali penisku terasa seperti dijepit oleh karet elastis lembut namun kuat.

Inge berdiam sejenak, saat seluruh batang penisku telah masuk dan terbenam, tertelan lubang vaginanya. Kini dengan kedua tangan bertumpu pada kedua pahaku, Inge mulai menggerakkan pantatnya naik turun.
"Enak sayang?" tanya Inge padaku.
"Nik.. matt.. banget.. Say," sahutku terpatah-patah, sambil terus meresapi nikmatnya goyangan wanita itu. Aku berusaha duduk dan memangku tubuhnya. Kuremas payudaranya dari belakang. Kuusap lengannya yang mulus dan kutarik baju tidurnya melalui kepalanya. Ia mengangkat tangannya memudahkanku melolos bajunya.
Inge terus menggoyang-goyang pantatnya dengan gerakan naik turun, sambil sesekali memutarnya. Gerakan pantat Inge semakin lama semakin cepat sehingga gesekan penisku dengan dinding vaginanya begitu nikmat terasa. Nafasnya semakin memburu pertanda ia mulai menapaki lereng kenikmatan.

Kudorong tubuh wanita itu hingga telungkup ke kasur. Aku mengangkat pantatnya, membuat posisi wanita itu menungging. Aku lalu berlutut dibelakang pantat Inge. Tangan kananku meremas-remas pantat Inge. Kugenggam penisku, lalu kuarahkan ke lubang vaginanya. Perlahan kudorong pantatku. Dan rasa nikmat luar biasa dirasakannya, saat kepala penisku masuk ke lubang vaginanya.
"Ohhh...Nikmat..Anto..," pinta Inge menghiba, agar aku terus masuk lebih dalam.

Sambil mencengkeram pantat Inge dengan kedua tanganku, Aku terus mendorong maju pantatku hingga seluruh batang penisku masuk dan tertelan ke dalam vagina janda cantik itu. Aku merasakan vaginanya yang sempit semakin bertambah sempit. Inge menjerit keras akibat rasa nikmat yang sudah tak tertahankan lagi pada bibir dan dinding vaginanya. Aku mulai menggerakkan pantatku maju mundur, membuat kemaluanku bergerak keluar masuk, menggesek dinding vaginanya.

Sambil terus mengayunkan pantatku, aku meremas-remas buah dada wanita itu dengan tangan kananku. Sementara tangan kirinya mengusap dan menekan punggungnya. Jeritan-jeritan Inge kini berganti dengan desahan-desahan nikmat. Kini Inge mengimbangi dengan goyangan pinggulnya setiap penisku masuk menghujam vaginanya. Ia mendorong pantatnya, melawan gerakan pantatku. Inge mendongakkan kepalanya ke atas, meresapi kenikmatan yang sedang dirasakannya. Bercinta dengan posisi doggy style sangat nikmat. Aku bisa menekan penisku sedalam-dalamnya dalam vaginanya.

Aku semakin mempercepat goyangan pantatku sehingga penisku juga semakin cepat menghujam-hujam vagina Inge. Demikian juga jari-jari tanganku semakin keras meremas-remas payudara janda sexy itu. Desahan serta rintihan, tak henti-hentinya keluar dari mulut Inge, saat menerima kenikmatan yang kini sedang membawanya menuju ke puncak. Dan ketika akupun sudah tak mampu lagi menahan desakan aliran kenikmatan yang akan segera meledak, maka akupun mendesah bersahutan dengan rintihannya.

Inge yang juga merasakan bahwa puncak kenikmatannya akan segera tiba, semakin cepat menyodokkan pantatnya, menyambut penisku. Sampai akhirnya aku merasakan badannya bergetar hebat, vaginanya berdenyut-denyut. Dan diiringi lolongan panjang Inge mencapai orgasmenya.

Beberapa detik kemudian akupun menyusul. Seluruh otot-otot tubuhku menegang beberapa saat. Dan sedetik kemudian kemaluanku berdenyut, sisa-sisa sperma yang tidak berapa banyak lagi menyembur di dalam vagina Inge. Kudorong tubuhnya sampai ia rebah di atas ranjang. Aku semakin menekan pantatku sampai seluruh batang penisku terbenam dalam vaginanya. Tubuh kami rapat menyatu tertelungkup dengan nafas yang terengah-engah. Ia memiringkan kepalanya dan kusambar bibirnya dengan sebuah ciuman panas. Aku membiarkan penisku terbenam beberapa saat dilubang vaginanya, sambil meresapi sensasi kenikmatan yang kurasakan. Kemudian aku berguling terkulai lemas dan rebah di atas ranjang.

Sesaat kemudian Inge memutar tubuhnya dan berbaring di sampingku. Sambil tersenyum, janda cantik dan sexy itu memeluk tubuhku.
"Hmmm.. tadi sekitar jam sepuluh rasanya aku seperti mimpi. Dari kamar sebelah kudengar sepertinya ada suara pasangan yang sedang bercinta dengan begitu hot-nya. Ketika aku coba mengintip dari jendela lewat balkon, ternyata memang di sebelah terlihat bayangan orang yang sedang ML dengan berbagai posisi. Sampai aku merasa sangat terangsang, aku tunggu kamu tapi kamu tidak datang-datang. Makanya tadi aku sangat bergairah," bisiknya mesra.
"Oh ya..," sahutku pura-pura terkejut. Rupanya suara-suara yang keluar waktu bercinta dengan Vina cukup keras sehingga bisa terdengar oleh Inge.
Kemudian tanpa terasa kami berdua tidur berpelukan. Dan baru terbangun ketika terdengar aktivitas dari luar kamar. Ternyata sudah pagi.

"Semalam kamu hebat sekali To," puji Inge, saat kami mandi bersama.
"Terima kasih, Kamu puas kan?," tanyaku, yang dijawab Inge dengan anggukan.
"Kamu mau lagi kan, memberiku kepuasan sayang," tanya Inge sambil meminta.
"Siapa yang nggak mau sama kamu yang cantik dan sexy, tapi..." pujiku sambil mengecup bibir Inge.
"Tapi apa..?" kejarnya.
"Agaknya kita sudah kesiangan. Aku harus pulang dulu dan berangkat ke kantor," kataku.
'Ahhh... terlambat sedikit kan enggak apa-apa. Ayolah sekali lagi.. please!"
"Sorry Ing, kalau kamu mau nanti malam aku akan ada di sini semalaman,' kataku.
"Enggak bisa To. Siang ini aku check out karena harus pergi ke satu kota kabupaten. Ada urusan di sana. Kelihatannya usaha yang di sini akan dialihkan ke kota kabupaten. Ruko yang sudah kusewa mungkin bisa kualihkan untuk gudang saja".

Ia terus memintaku dan menggodaku dengan merapatkan tubuhnya, menciumi tubuhku dan meremas penisku. Sampai selesai mandi dan kembali ke dalam kamar Inge mendekatiku dengan gerakan gemulai yang menggoda gairah kelelakianku. Ia terus menggodaku, sehingga kemaluanku kembali tegak. Tak sanggup menghadapi godaannya, aku menerkam tubuhnya, menggendongnya lalu menggumulinya di atas tempat tidur. Ia menjerit-jerit dan tertawa senang. Tubuhnya menggeliat-geliat terkena cumbuanku, kakinya terbuka lebar siap untuk memulai persetubuhan berikutnya.

Setelah beberapa saat kami tenggelam dalam pelukan dan ciuman untuk membangkitkan gairah, maka kemudian ia merenggangkan pelukannya. Kami saling memandang. Kubaringkan badannya di atas tempat tidur dalam posisi telentang. Tubuh Inge yang mungil nampak sangat menggairahkan. Tubuhnya mulus tanpa tertutup selembar benangpun. Mulutku kemudian langsung menuju ke vaginanya, menghujaninya dengan jilatan-jilatan lidahku, kembali erangannya kudengar merdu di telingaku, menambah gairah dan hasratku.

Aku bangkit dan jongkok tepat di dekat mukanya, segera kusorongkan penisku ke mulutnya, tanpa kuminta Inge segera memegang penisku dengan kedua tangannya dan memasukkan ke mulutnya. Dihisap dan kadang pelan digigitnya penisku, sehingga semakin mengeras dan tegak. Segera kuputar posisi tubuhku, dalam posisi tengkurap menindihnya, kujilati vaginanya, sementara penisku terus dikulum dan dijilatinya. Kami berguling berputar untuk lebih memudahkan aksi kami. Dalam posisi 69 aku di bawah dan Inge di atas kami lebih mudah melakukan rangsangan pada alat kelamin pasangan.

Inge akhirnya tak tahan lagi. Dia memintaku untuk segera memulai permainan. Dengan berjongkok dipegangnya penisku dan dibimbingnya masuk ke liang vaginanya, penisku segera masuk menembus liang vaginanya. Inge bergerak bergerak cepat dan keras mengayunkan pinggulnya. Kami bercumbu dengan cepat seperti kuda binal, kuangkat tinggi-tinggi pantatku, untuk mengimbangi ayunan pinggulnya yang menyentak dengan keras dan cepat. Kepalanya bergerak-gerak kiri-kanan, kadang mendongak, tak henti-hentinya terdengar erangan dan pekikan kecil dari mulutnya.

Aku membalikkan tubuhnya. Dengan cepat ia menungging. Pantatnya ditinggikan sehingga dengan mudah aku dapat menyetubuhinya dari belakang. Pantatnya yang bulat padat itu sungguh merangsang gairah kelelakianku. Penisku kugosok-gosokan ke sela-sela pahanya yang putih mulus. Ia mendesah, sementara itu kulihat kemaluannya telah bergerak-gerak, minta segera untuk dimasuki. Aku membiarkan ia penasaran menanti.
"Masukkan sekarang!" serunya.
Ia meraih penisku dan mengarahkan pada lubang vaginanya. Pada mulanya aku menggenjot lubang kemaluannya dengan lembut dan perlahan. Ia meraih pahaku memberi isyarat agar aku mempercepat gerakanku.
"Lebih cepat dan keras Anto !"

Kuturunkan pinggulku sedikit dan mengamati kemaluanku yang terjepit di dalam vaginanya. Kugerakkan perlahan-lahan ke atas seperti mencongkel. Kutarik lagi dan ketika kepala penisku berada di bibir vaginanya aku mengencangkan otot perutku sejenak, membuat ia semakin menggeliat minta disetubuhi dengan keras. Mendadak aku menerobos ke atas dengan gerakan cepat dan keras.
"Aaa..!" jeritnya. "Aaacchh..!"
Kepalanya mendongak ke atas, meneriakkan kenikmatan yang tak terkira. Ia mengerang-ngerang dengan tubuh yang menggeletar hebat menahankan rasa nikmat yang tak terhingga. Aku terus menggenjot dengan cepat dan keras. Ia semakin tidak berdaya seperti kapas kering yang terapung. Akhirnya, pada satu hentakan keras ke dalam lubang kemaluannya, tangan dan lututnya melemas sehingga ia terjatuh ke bawah. Tubuhku pun terjatuh menindihnya. Aku jatuh menindihnya, tanpa peduli dunia sekitar.

Kubalikkan lagi tubuhnya dan dengan cepat kumasukkan kembali penisku. Batang penisku yang keras dengan lancar menggesek dinding dalam vaginanya berirama dan cepat. Hingga sesaat kemudian terasa penisku diremas dan disedot oleh otot vaginanya. Aku meneruskan gerakan pantatku, yang terus menyodok penisku keluar masuk vaginanya. Tempat tidur menjadi berantakan tidak karuan, sprei, bantal guling sudah berserakan jatuh di lantai. Keringat keluar deras dari pori-pori kulit, bersatu saking membasahi tubuh. Kami bercumbu sambil bergulingan, kadang aku di atas menindihnya, kadang dia di atas menduduki tubuhku. Sampai akhirnya penisku berdenyut semakin kuat, kupercepat genjotanku dan akhirnya dengan hentakan keras dan geraman mulutku tercapailah klimaks.

Lima belas menit kami terbaring saling menindih dengan berdiam diri. Hanya terdengar suara nafas kami yang tersengal-sengal berangsur-angsur normal. Getar tubuh menahan sisa-sisa kenikmatan. Ia bergerak sejenak dan berputar menghadapku. Tidak banyak lagi sisa spermaku yang keluar memancar. Ia tersenyum menatapku dengan mata berbinar menandakan kepuasan. Dibelainya wajahku dan dikecupnya bibirku. Dadanya terasa hangat dan empuk di dadaku.
"Terima kasih!" bisiknya. "Aku belum pernah sepuas ini."

*****
 
WARNING.....
DILARANG BACA PAS JAM KERJA.. karena bisa bikin nganjel... hahahaaaa

Udpate yg full SS dan sarat dengan birahi
mangtabzz suhu..

Tks buat update nya..
 
Setelah dipikir2 ane lebih demen sama Inge gan. Wanita yang tak kenal lelah dalam mendayung birahi :konak:
Mantan suaminya benar2 kurang bijaksana ketika menceraikan wanita binal yg selalu haus ini. (sotoy :hammer:).
Atau memang karena mantannya tsb kewalahan dalam mengimbangi Inge?? :bata:
 
Update Edisi Weekend

Silakan siapkan sabun atau baby oil dan tisu


Tour Akhir Tahun

Aku masuk kantor agak terlambat hari ini. Vina yang datang pagi-pagi kelihatan segar sekali. Kusempatkan masuk ke ruangannya sebentar.
"Segar sekali kelihatannya nih?" tanyaku.
"Iya. Lho kamu kok kelihatan mengantuk. Masih capek ya?" ia ganti bertanya.
"Hmm. Enggak bisa tidur tadi malam," kataku lagi.
"Lho kenapa? Apa masih penasaran dan belum puas?"
"Ya gitu kali...".
"Lain kali aja nanti kita bisa sepuas-puasnya, sampai kamu enggak bisa berdiri lagi".

Lama setelah itu kami tidak memiliki waktu yang tepat dan aman untuk melepaskan hasrat gairah. Kadang aku sengaja ke ruangannya hanya sekedar untuk bertemu. Kulihat dari bahasa tubuh dan sorot matanya iapun sudah menginginkan untuk bercinta. Tetapi waktu dan kondisi tidak mengijinkan. Kalau sudah tidak kuat menahan gairahku, maka aku menyalurkannya ke Sofie. Sekarang aku selalu memakai sarung karet pengaman setiap berhubungan dengan Sofie. Bagaimanapun juga tubuhnya adalah milik orang banyak. Aku tidak tahu siapa saja yang sudah menidurinya, jadi lebih baik aku pakai karet pengaman. Mulanya ia protes, karena katanya ia bersih dan juga akan mengurangi kenikmatan, tetapi setelah kubujuk dan kujelaskan panjang lebar akhirnya ia bisa mengerti. Ia terus merayuku untuk menghabiskan satu malam berdua di kamar hotel, tetapi aku selalu menghindar. Dengan Sofie aku cukup bermain short time saja, meski kadang kami melakukannya sampai dua kali dalam sekali kencan.

Akhir tahun kantor mengadakan acara wisata untuk seluruh karyawan. Acara diadakan di sebuah lokasi wisata di daerah pegunungan. Kami akan menginap di sana selama dua malam. Kami tiba di lokasi wisata menjelang senja. Setelah pembagian kamar, maka kami berkumpul di ruang makan untuk menikmati makan malam. Kamarku terpisah agak jauh dengan blok kamar teman-teman lainnya. Terletak di suatu sudut yang agak tertutup pepohonan. Pak Ivan datang menyusul bersama dengan Ibu Vina. Habis sudah kesempatanku untuk menikmati kehangatan tubuhnya di tengah dinginnya udara pegunungan. Sehabis makan malam acara bebas.

Dengan mengenakan jaket aku berjalan sendirian menyusuri daerah wisata itu. Aku bertujuan untuk mencari minuman jahe hangat. Rasanya nikmat sekali diminum dalam dinginnya hawa pegunungan. Sampai di tempat penjual air jahe akupun segera memesan satu gelas. Aku minum dan makan beberapa potong kue yang tersedia. Duduk di sebuah kursi bambu panjang sambil ngobrol dengan penjualnya ataupun sesama pembeli. Lama sekali aku tidak pernah duduk minum air jahe atau sekoteng sambil nongkrong. Aku ingat ini adalah kesukaanku waktu SMA dulu. Sehabis belajar biasanya aku naik sepeda keliling kota dan duduk di sebuah warung jahe.

Setelah suasana agak sepi penjual minuman bertanya,"Mas dari mana?"
Kujawab aku dari kota kelahiranku yang hanya bertetangga kabupaten dengan lokasi wisata.
"Berapa malam nginap di sini?" tanyanya lagi.
"Dua malam Pak. Sama-sama dengan teman dari kantor," jawabku.
"Sering ke sini sebelumnya?"
"Dulu waktu sekolah pernah ke sini, tetapi setelah itu enggak pernah lagi Pak".

Tak lama kemudian datang dua orang perempuan muda. Lumayan cantik dan berpakaian ketat duduk di sebelahku kemudian memesan minuman. Mereka berbasa-basi menawarkan minuman kepadaku.
"Mari minum, Mas!" katanya.
"Terima kasih. Saya sudah kok".
Setelah itu kemudian mereka mengajakku ngobrol, sepertinya mereka berusaha untuk seakrab mungkin. Penjual minuman hanya tersenyum saja melihat tingkah mereka. Lama kelamaan dari gaya dan bahan obrolannya aku tahu kalau mereka adalah penjaja cinta yang memang mangkal di lokasi wisata itu. Aku tetap melayani obrolan mereka. Namun ketika obrolan mereka sudah mengarah menawarkan dirinya akupun menolak dengan halus.
"Nginep di mana Mas?" tanya salah satu dari wanita itu.
"Di Hotel ***?" jawabku.
"Sendirian saja nih?"
"Enggak, rame-rame tapi lagi pada males keluar. Jadinya aku keluar sendiri".
"Mau cari teman untuk malam ini, Mas?"
Aku hanya tersenyum kecil.
"Kalau mau saya bisa menemani Mas istirahat di hotel," ia melanjutkan.
"Kalau ada Mbak, saya bukannya beristirahat, malahan enggak bisa istirahat," jawabku sekenanya.
"Ah Mas ini bisa saja. Atau mau sama teman saya?"
Kulihat sekilas temannya yang berdiam diri sejak tadi. Ia lebih manis dan lebih tinggi. Kalau saja aku sendirian, barangkali ia bisa menjadi pilihanku. Aku masih berdiam diri sambil mengamati temannya.
"Ayo Mas kalau mau," katanya sambil mencolek temannya memberi tanda untuk mendekatiku. Temannya hanya tersenyum dan menatapku untuk melihat reaksiku.
"Atau kalau Mas mau kita main bertiga," bisiknya perlahan.
Aku pura-pura terkejut.
"Ha, main bertiga?"
"Ya, kalau Mas mau kita biasa kok main bertiga," katanya meyakinkan.
Aku tetap menolak dengan halus rayuan mereka.
"Lain kali saja Mbak, kalau aku ke sini sendirian," kataku.
Akhirnya mereka menyerah dan beranjak pergi. Kuberi isyarat kalau aku yang membayar minuman mereka.
"Terima kasih Mas. Sayang Mas-nya sombong. Enggak mau sama kita," katanya sambil berlalu.

Tak berapa lama aku kembali ke hotel. Udara dingin membuatku tertidur pulas. Pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Setelah cuci muka aku langsung memakai sepatu kets yang memang sudah kusiapkan. Aku mau jogging keliling lokasi wisata ini. Andai saja Pak Ivan tidak ikut, pastilah aku bisa mengajak Ibu Vina untuk sama-sama jogging. Hampir satu jam aku berlari-lari kecil mengelilingi tempat wisata ini. Aku sudah berencana untuk kembali ketika tiba-tiba punggungku ditepuk seseorang. Secara refleks aku menoleh.
"Ehh.. Ibu Vina," kataku begitu melihat siapa yang menepuk punggungku. Kulihat ia hanya sendirian saja. Nampaknya ia juga habis jogging. Dengan pakaian serba putih mulai dari sepatu kets, kaus kaki, celana pendek dan kausnya yang basah oleh keringat, di mataku ia kelihatan begitu seksi.
"Kok sendirian saja, Bu?" tanyaku lagi. Aku memandang berkeliling memastikan kalau ia memang sendirian saja.
"Iya. Kamu jogging kok ngajak-ngajak aku?" tanyanya.
"Segan, ada Bapak. Eh mana Bapak?" aku membalas bertanya.
"Tadi pagi-pagi sekali pulang. Tadi malam dapat telepon dari Jakarta. Urusan proyek".
"Ooo..., jadi kedinginan dong tadi malam," kataku menggodanya.
Ia hanya mencibirkan bibirnya.
"Kamu udah joggingnya? Ayo kita kembali ke hotel!" ajaknya.

Kami kembali ke hotel bersama-sama. Menjelang sampai ke hotel, kubiarkan ia berjalan mendahului. Sampai di area hotel, akupun segera menuju ke arah kamarku. Dari berangkat sampai kembali ke hotel, aku tidak bertemu dengan seorangpun dari kawan-kawan kantor. Mungkin mereka masih keenakan tidur. Acaranya nanti memang sengaja dimulai agak siang.

Ketika sedang membuka pintu kamar, tiba-tiba Vina muncul dari samping kamar dan langsung menerobos masuk ke dalam kamarku. Aku mengerti apa maksudnya, makanya kubiarkan saja ia ikut masuk ke dalam kamarku. Lagian sudah beberapa lama kami tidak pernah bercinta lagi karena tidak ada kesempatan.

Aku segera menutup dan mengunci pintu. Ketika berbalik ia sudah merentangkan kedua tangannya menyambutku. Akupun langsung memeluk dan mencium bibirnya. Kami berdua masih mengenakan sepatu kets. Ia membalas ciumanku dengan ganas. Agaknya iapun sudah menantikan saat-saat seperti ini. Tubuh Vina sudah tak mampu bergerak lagi saat kedua tanganku yang kokoh menyergap dan memeluk pinggangnya

Aku mendekap tubuhnya erat-erat dengan kedua lenganku yang kokoh. Kemudian sambil sedikit menundukkan kepalanya, bibirku mulai menyentuh bibirnya. Lidahnya mulai menerobos bibirku dan mencari-cari lidahku. Napasnya mendengus menderu-deru.
"Hmmngghh..Oouuggh..", ia mengerang saat lidahku mulai memainkan lidahnya. Ia terus mengerang dengan suara yang benar-benar membuatku semakin terangsang. Darahku mulai berdesir dan mengalir lebih cepat mendengar erangannya.

Dekapanku begitu ketat menarik tubuhnya hingga tubuh kami berhimpitan sangat ketat. Aku dapat merasakan payudaranya yang menekan dadaku. Penisku yang mulai menegang kutekan dan kugesekkan di perutnya. Tanganku mulai bergerak mencari sasaran. Satu tangan mulai meremas buah pantatnya dari luar celana pendekknya sedangkan tangan satunya ketat mendekap punggungnya.

Aku merasakan ia semakin terangsang saat lidahku bergerak liar di dalam mulutnya mendorong-dorong lidahnya dan tanganku yang tadinya meremas-remas buah pantatnya mulai menarik celana pendeknya. Celana pendeknya kuturunkan sampai ke paha hingga pantatnya yang tertutup CD segera tersentuh oleh telapak tanganku. Ia menggerinjal karena tanganku mengusap-usap kulit pantatnya yang halus.
"Hhsshh.. Oughh.." tanpa sadar ia melenguh karena tanganku kembali meremas buah pantatnya. Napasnya mulai memburu dan gairahnya mulai menaik. Keringat kami berdua berbaur menciptakan aroma yang justru membuatku semakin bergairah. Aku tetap menghujaninya dengan serbuan-serbuan pada daerah-daerah erotis.

Lidahku terus menjilat-jilat mulutnya dan kemudian turun ke dagu. Ia semakin menggelinjang menerima rangsangan ini, apalagi tanganku yang tadinya meremas-remas pantatnya kini bergeser ke bagian depan dan mulai mengelus-elus daerah perut di bagian bawah pusarku sampai ke belahan di antara dua pahanya. Tubuhnya bergoyang-goyang kegelian menahan serbuan tanganku yang sudah mulai merambah daerah selangkangannya.
"Too.... Ohh..Ssssshhhh" ia mendesis semakin kuat.

Aku menyusupkan tanganku ke balik celana dalamnya. Tanganku semakin liar mengaduk-aduk daerah terlarangnya. Sementara itu mulutku menyedot lehernya. Kini tanganku bahkan mulai menyentuh dan menggesek labia mayoranya yang sudah mulai basah berlendir. Tubuhnya tersentak saat jari tanganku mulai menyusup ke dalam labia mayoraku dan mulai mengorek tonjolan kelentitnya. Kugerakan jariku berputar-putar menggesek kelentitnya. Kakinya seolah sudah tak mampu menahan berat tubuhnya hingga tubuhnya sudah tersandar sepenuhnya di dalam pelukanku. Sambil terus memutar-mutar jariku di tonjolan kelentitnya, Aku mulai mendorong tubuhnya dan kuangkat untuk kududukkan di atas meja di dekat ranjang. Vina sudah pasrah dan hanya diam saja atas perlakuanku.

Aku lalu melepaskan jariku dari selangkangannya dan mulai berjongkok di hadapannya. Wajahku berada dekat sekali dengan selangkangannya yang terbuka lebar. Kulepaskan celana pendek dan celana dalamnya sekaligus. Ia meluruskan kakinya agar aku mudah melucuti celananya. Ia membungkuk hendak melepaskan sepatu kets-nya, tetapi aku tidak memberinya kesempatan. Kutahan dan kupegang tangannya yang akan menarik tali sepatunya. Kudorong lagi tubuhnya sehingga ia duduk tegak di atas meja.

"Auuw.. Ohh..," tubuhnya kembali tersentak saat tiba-tiba aku menyurukkan wajahku ke selangkangannya dan mulutku menyedot-nyedot bibir kemaluannya. Lidahku yang kuruncingkan menerobos masuk di antara labia mayoranya dan berkelana dalam hangatnya lubang vagina. Ia meremas rambutku yang tidak terlalu panjang. Tanpa mengeluarkan suara, aku terus bekerja. Lidahku kini mulai mempermainkan kelentitnya yang sudah semakin mengembang. Tubuhnya mengejang karena menahan kenikmatan yang hampir meledak.
"Shh.. Ouhh.. Shh.. Ter.. Rushh To.." bibirnya tak henti-hentinya merintih dan berdesis menahan kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

Tangannya merengkuh kepalaku agar semakin rapat menempel ke selangkangannya. Lidahku semakin liar mempermainkan kelentitnya. Bibirku mencium dan menyedot seluruh bagian dalam vaginanya. Aku merasakan Vina hampir mencapai klimaks ketika dengan tiba-tiba aku menarik kepalaku dari selangkangannya. Ia hampir saja terjatuh dari meja karena pantatnya tanpa sadar bergerak maju mengejar bibirku.

Aku bukannya hendak mempermainkannya. Saat ia sudah menjelang orgasme, aku menghentikan aktivitasku. Aku hanya ingin ia kupuaskan dengan penisku, bukan dengan mulutku. Napasnya sudah tersengal-sengal karena didera nafsu gairah. Aku yang berdiri di depannya mulai melepas pakaianku. Aku telanjang bulat dengan tetap mengenakan sepatu kets, sementara tubuh Vina terbuka hanya di bagian bawahnya.

Penisku yang perkasa berdiri tegak mengacung ke arah wajahnya yang terpaku melihatnya. Tanpa memberi kesempatan untuk berlama-lama melihat penisku, aku segera menarik tubuhnya dan membaliknya. Kini kami berdiri menghadap cermin yang menyatu dengan meja tadi. Kedua tangannya bertumpu di atas meja yang tadi didudukinya. Aku mendorong punggungnya sehingga sedikit membungkuk dan pantatnya agak menungging. Lalu kedua kakinya kugeser agar lebih membuka. Kuangkat kaki kirinya dan kuletakkan pada kursi kecil.

Bulu-bulu halus di lehernya mulai merinding saat penisku mulai menggesek-gesek bibir kemaluannya mencoba untuk masuk. Lubang vaginanya yang sudah licin sangat membantu penetrasi yang kulakukan dari arah belakang.
"Oghh.." Aku menahan napas saat ujung penisku yang seperti topi baja mulai terjepit labia mayoranya. Aku menahan napas karena lubang vaginanya terasa sesak sekali menjepit penisku.
"Hkk.. Hh.. Sssshh.. Ouchh" ia mendesis.

Aku agak mengalami kesulitan mendorong penisku masuk semakin jauh ke dalam lubang vaginanya. Berkali-kali Aku terus mendorong batang penisku sambil melakukan gerakan memutar. Vina membantu dengan menggerakkan pantatnya hingga penisku terdorong masuk semakin dalam.

Tubuhnya bergetar karena seluruh lubang vaginanya tergesek oleh penisku yang sudah hampir masuk seluruhnya.
"Ouchh.. Ssshhh...Hhahh.." ia berkali-kali pula mendesis menahan nikmat yang menjalari tubuhnya.
Dengan pelan aku kembali menarik batang penisku dari jepitan lubang vaginanya kemudian kudorong lagi. Demikian beberapa kali hingga bertambah dalam batang penisku menerobos masuk ke dalam lubang vaginanya. Sekarang gerakan maju mundur batang penisku dalam lubang vaginanya mulai lancar.
"Hugghh.." kami sama-sama menahan napas saat kurasakan seluruh batang penisku sudah masuk ke dalam jepitan lubang vaginanya hingga ke pangkalnya. Kantung biji penisku menempel di pantatnya. Lubang vaginanya terasa berdenyut-denyut meremas batang penisku yang memenuhi lubang vaginanya. Batang penisku terus kudorong hingga menyodok dasar vaginanya. Tubuh kami terdiam karena disatukan oleh pasak yang menyumpal lubang kemaluannya.

Tanganku yang tadinya memegang kedua sisi pinggulnya mulai menyusup ke balik kausnya dan meremas kedua payudaranya. Kusingkapkan kausnya ke atas dan kubuka pengait bra di punggungnya dengan mulutku. Tubuhku menggelinjang saat kuremas payudaranya yang sudah terlepas dari bra-nya. Matanya terpejam menahan desakan nafsu yang semakian mendesak. Dengan pelan aku mulai menarik batang penisku dari jepitan lubang vaginanya lalu mendorongnya kembali. Tubuhnya mengejang saat batang penisku menggesek-gesek dinding vaginanya.

Sambil berpegangan pada kedua payudaranya, aku terus mendorong dan menarik pantatku. Gerakan batang penisku dalam lubang kemaluannya semakin lancar karena sudah banyak cairan pelicin keluar dari lubang kemaluannya. Mulutku tak henti-hentinya menjilati tengkuknya semakin membuatnya melayang ke angkasa tak bertepi. Kulepas tanganku yang meremas payudaranya dan kemudian kutarik wajahnya sehingga Vina menengok ke belakang. Bibirnya langsung kupagut dengan bibirku begitu wajahnya menyamping. Lidahku kudorong masuk ke dalam mulutnya dan mulai menggelitik rongga mulutnya. Kami melakukan posisi 99. Posisi ini bisa dilakukan jika tinggi tubuh kedua pasangan tidak berbeda jauh.

Posisi 99 dilakukan dengan kedua pasangan menghadap ke arah yang sama, laki-laki di belakang dan perempuan di depan. Penis laki-laki menusuk vagina dari arah belakang, sementara tangan lelaki meremas-remas payudara perempuan dan keduanya saling berpagutan bibir.

Aku sudah lama membayangkan melakukan hubungan seks bersama Vina dengan posisi seperti ini. Tanganku kembali menyusup ke dalam kausnya dan mulai mengerjakan tugasnya meremas-remas kedua payudaraku. Bibirku memagut bibirnya dengan lidah saling membelit. Sementara batang penisku terus menghunjam lubang vaginanya tanpa ampun. Berkali-kali rambut kemaluanku yang pendek karena habis dicukur menggesek pantatnya saat seluruh batang penisku melesak ke dalam lubang vaginanya. Ia pun berkali-kali mengerang tanpa rasa malu-malu lagi.

Vina menggoyangkan pantatnya mengikuti irama gerakan pantatku. Tubuhnya mulai terhentak-hentak dan gerakan pantatnya sudah tidak terkendali. Pantatnya semakin cepat bergoyang dan maju mundur menyambut dorongan penisku.
"Ter.. rushhkan.. Too.. Oohh," ia terus mendesis-desis tak terkendali.
Tubuhnya seperti kapas, melayang dan ringan. Aku semakin cepat menarik dan mendorong penisku menghujani lubang vaginanya. Ia tersentak dan tubuhnya terasa kejang menahan desakan yang hampir meledak.
"Ayo... Vinn.. Terushh..," Aku menggeram sambil tetap menusuk-nusuk lubang vaginanya semakin kencang. Lalu mulutku kembali melumat bibirnya dan tanpa dapat ditahan lagi tubuhnya berkelojotan melepaskan ledakan birahi yang sudah tidak terbendung. Ia menggigit bibirku. Pada saat yang sama, akupun menggeliat dan tersentak-sentak, bergerak terpatah-patah. Bagian bawah tubuh kami yang saling menempel mengejang secara bersamaan. Pantatnya menempel ketat dan seperti lengket pada pinggulku yang memutar tak teratur.
"Arghh.. Shh..," kami berdua menggeram secara bersamaan.

Otot-otot vaginanya berdenyut-denyut mencengkeram penisku yang tertanam sepenuhnya.
Croott.. Croott.. Crrreett.. Creet.. Crrrrt..
Akhirnya penisku berkedut-kedut lima kali menyemburkan cairan hangat yang menyiram ke dalam mulut rahimnya. Terasa begitu kencang semburan air maniku menyemprot dalam lubang vaginanya. Dinding vaginanya berkontraksi menghisap dan memeras batang penisku yang masih juga berdenyut semakin pelan. Kami terus bergerak hingga tuntas sudah air maniku terperas oleh denyutan dinding vaginanya.

Akhirnya kami sama-sama terdiam lemas tak berdaya. Napas kami saling memburu. Jantungku berdetak kencang setelah bekerja keras memburu kenikmatan. Tubuh kami bersama-sama rebah tertelungkup di atas meja, kelelahan tak mampu bergerak lagi. Vina membiarkan penisku yang masih menancap erat dalam lubang vaginanya. Tubuhku pun ambruk menindihnya. Pantatnya tetap menempel ketat pada selangkanganku. Aku merasakan betapa banyak cairan air mani yang kusemprotkan ke dalam lubang vaginanya hingga sebagian meleleh ke pahanya.

Perlahan-lahan penisku mulai mengecil dan dengan sendirinya akhirnya terlepas dari lubang vaginanya. Beberapa saat kemudian aku bangkit dan masuk ke kamar mandi. Aku membersihkan penisku yang lengket oleh cairan kelamin kami berdua. Vina menyusulku membersihkan lelehan air maniku yang membasahi pahanya. Aku membantunya mengelap pahanya dengan tissu.
"Terima kasih Vin..... Aku sudah tidak tahan menikmati keindahan tubuhmu".
Ia hanya tersenyum. Ia hanya mengangguk saja saat aku mengucapkan terima kasih untuk kedua kalinya.

Aku kembali ke dalam kamar dan setelah melepaskan sepatuku berbaring di atas ranjang sambil memejamkan mata meresapi sisa kenikmatan yang telah kualami bersama Vina. Lebih dari tiga bulan kami tidak pernah lagi menggapai kenikmatan bersama-sama, sehingga kini rasanya aku sangat puas sekali. Vina masuk kembali ke kamar dengan langkah gontai akibat kelelahan setelah bersetubuh dalam posisi berdiri tadi. Setelah melepaskan sepatunya iapun berbaring di sebelahku.
"Aku puas sekali To. Sudah lebih tiga bulan kita tidak melakukan. Pagi ini benar-benar luar biasa. Sebuah pengalaman baru. Hmmmm......," kata Vina sambil memainkan bulu dadaku.

Jarum jam menunjukkan pukul 06.30. Jadi lebih setengah jam aku bercinta dengan Vina dalam posisi 99 tadi. Aku merasa sangat lelah hingga tak terasa mataku mulai terpejam. Pikiranku masih melayang saat ada tangan memelukku dari belakang. Aku kembali tersadar dan membuka mataku.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd