------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------
Cerita 186 – Gegara Sange..
[Part 2] – Apa Ya..?
Evan masih tidur ketika Anggi melangkah pelan ke kamar mandi. Di ruang tengah dia tertegun..
Matanya menatap sekilas sofa ruang tamu di mana Evan dan Widya bersetubuh tadi malam.
Bayangan kontol besar Evan yang menghentak-hentak di memek basah Widya kembali menyeruak dalam pikirannya..
Sontak membuat celana dalamnya dengan cepat melembab hangat.
“Enggak..” Anggi mencoba mengusir bayangan itu. Namun tubuhnya gemetar ketika masuk ke kamar mandi.
Lututnya terasa lemah dan dengan cepat dia menutup pintu.
Meski baru saja orgasme duakali berturut-turut di tempat tidur.. Anggi tidak dapat menghindar..
ketika tanpa sadar ia melepas baju dan mulai mencolokkan jadi ke celah liang kemaluannya yang sudah menganga lengket.
Membayangkan batang kontol Evan yang besar lagi panjang..
dia sadar bahwa sebagian dari dirinya ingin bercinta dengan laki-laki itu.
Dan dia yakin Evan juga pasti mau. Tidak ada satu lelaki pun yang sanggup menolak tubuh seorang Anggi.
Maka setelah mandi.. sebelum pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan..
Anggi berdiri di kamar tidurnya untuk memutuskan apa yang akan ia kenakan pagi itu.
Diputuskannya untuk memilih rok pendek..
Yang apabila dia membungkuk, pasti pantat serta belahan vaginanya akan kelihatan.
Untuk atasan, Anggi memilih kaos tipis berbelahan dada lebar tanpa bra..
Yang memungkinkan bagi tonjolan buah dadanya untuk mengintip keluar.
Dia memandang diri lagi di cermin, mengagumi kedua putingnya yang tercetak samar di depan dada.
Anggi mencoba menggoda dengan menggelitiknya ringan..
dan puting itu pun tumbuh lebih besar hingga mencuat hampir satu centi.
Tersenyum puas, dia pun melangkah ke dapur untuk mulai menyiapkan sarapan.
Kalau sampai Evan tidak tergoda dengan penampilannya yang seperti, sungguh celaka laki-laki itu.
Bisiknya demas dalam hati.. membayangkan segala kemungkinan.
Di saat Anggi mulai menjerang air, terdengar pintu kamar Evan terbuka.
Hanya mengenakan celana pendek.. Evan seketika terpana..
Tak bisa memalingkan wajah melihat Anggi yang mondar-mandir di dapur dengan pakaian seadanya.
Kalau saja tidak teringat pesan Tya, ingin dia menubruk gadis itu saat ini juga.
“Hhh..” Evan menghela napas untuk menetralkan pikiran.
“Hei, kamu sudah bangun..” sapa Anggi, senyumnya manis sekali.
“Mau membantu menyiapkan sarapan?” Pancingnya.
“Emm.. tentu saja..”
Dengan mata menerawang, Evan melangkah mendekat.
Pandangannya tertuju pada bulatan pantat Anggi yang bergoyang-goyang indah..
Juga paha gadis itu yang begitu mulus sempurna.
"Tolong nyalakan kompornya..” kata Anggi. Tanpa membantah, Evan melakukannya.
Diperhatikannya Anggi yang sedang mengambil sayuran di dalam kulkas..
Posisinya yang membungkuk membuat dia jadi dapat melihat celana dalam gadis itu dengan begitu jelas.
Evan menggeleng, berusaha mengenyahkan bayangan yang begitu indah itu.
Namun Anggi terus memprovokasi dengan berlama-lama memilih sayuran..
membuat Evan semakin kesulitan mengalihkan pandangan.
Mengetahui Evan tak berkedip menatap bulatan pantatnya.. Anggi tersenyum dalam hati..
Dan hampir secara bersamaan.. vaginanya mulai berdeguk basah.
Diam-diam dia melirik ke belakang, mengintip celana pendek Evan yang berubah jadi sedikit menonjol.
Ah, sepertinya godaannya mengenai sasaran.
Berpura-pura sudah menemukan sayuran yang ia cari, Anggi pun berdiri dan melangkah mundur ke belakang.
Evan yang masih terpana.. tidak sempat menghindar.. Jdutt..!!
Tonjolan di celana pendeknya pun menekan pantat Anggi dengan begitu nikmat.
Dia bisa merasakan keempukannya..
juga kehangatan serta kelembutannya yang sanggup membuat tubuhnya menggigil.
Hal yang sama dialami oleh Anggi. Melalui rok pendek serta celana dalamnya..
ia bisa merasakan gemetar kemaluan Evan yang sedikit membuatnya tersentak.
Putingnya yang dari tadi sudah berdiri kini makin berdenyut-denyut dan menonjol keluar akibat dari gesekan itu.
Mereka terdiam untuk sejenak dengan kontol Evan masih tetap menempel di belahan bokong Anggi..
Sampai akhirnya Anggi berdehem ringan. "Maafkan aku..” gadis itu berkata, pura-pura malu.
“Aku nggak tau kalau kamu ada di situ..” tambahnya dengan tawa ringan.
"Ah, nggak apa-apa kok..” Evan menyahut gugup.
"Tolong ambilkan pisau, wortel ini harus dipotong-potong." kata Anggi.
Evan meraih pisau hampir tanpa melihat.. pandangannya masih tetap terarah ke tubuh mulus Anggi..
yang pagi ini terlihat begitu menggoda.
Gadis itu kini duduk di meja;
Kalau tadi pantatnya yang dipamerkan.. kini Anggi ganti menunjukkan belahan dadanya yang sangat lebar.
Akibatnya, Evan jadi dapat menatap bongkahan payudaranya yang tak berkutang dengan begitu jelas.
Meski tidak begitu besar..
tapi karena menggantung bebas seperti itu, mau tak mau Evan jadi gelagapan juga dibuatnya.
"Enaknya ini dikukus apa direbus..?" Anggi bertanya setelah wortel di tangannya berubah jadi irisan kecil.
Dalam hati ia tersenyum melihat Evan yang sedikit salah tingkah.
"Emm.. terserah..” Evan menjawab dengan suara gemetar.
Rasakan kau..! Seru Anggi dalam hati, merasa gembira karena rayuannya terbukti berhasil.
Dia membungkuk sedikit lebih jauh untuk mengekspos payudaranya lebih banyak lagi.
Dan Evan yang dari tadi terus menatap kini jadi makin melongo kagum.
Wajahnya begitu dekat hingga bisa saja Anggi menciumnya kalau dia ingin.
Napas panas Evan terasa bergetar di rambutnya yang panjang.
"Oh iya.. bisa nggak bantu aku sebentar..?" Anggi meningkatkan rayuan.
"Tentu saja, apa yang bisa kulakukan..?" Tanya Evan masih tak berkedip.
"Lampu kamarku mati, bisa tolong kamu ganti..?"
Anggi sudah merencanakan skenario ini sejak semalam, dan dia yakin Evan bakalan takluk.
Evan yang sudah benar-benar tak tahan dengan semua provokasi Anggi..
segera mengikuti tanpa bertanya-tanya lagi.
Dia sudah curiga ini hanya akal-akalan saja, tapi sama sekali tak punya niat untuk membantah.
Biarlah Anggi yang memegang kendali permainan, dia akan mengikuti saja.
Kalau misalnya nanti Tya memergoki..
Evan bisa berkelit dengan mengatakan Anggi yang mengajak duluan.
Di dalam kamar.. Anggi menyerahkan bohlam lampu. “Ini, tolong ya..”
Evan memandangi kursi berkaki empat tempatnya nanti berpijak.
“Kecil banget..? Bisa-bisa patah saat kuinjak..”
“Lha, habis gimana donk..?” Anggi pura-pura bingung.. lalu sejurus kemudian dia tersenyum.
“Gini aja.. aku yang naik, kamu yang pegangi. Kursi itu pasti kuat menahan bobot tubuhku yang kurus..”
Evan mengangguk mengiyakan. Dia sudah menebak inilah yang pasti akan terjadi.
Mantap tangannya memegangi kursi.. sementara Anggi mulai mengangkat satu kaki untuk menaikinya.
Posisi ini memungkinkan bagi Evan yang berdiri di bawah.. untuk menatap kedua paha Anggi dengan lebih jelas..
Sekaligus juga celana dalam Anggi yang berenda-renda.. karena rok gadis itu tertarik lebar ke atas.
Hanya berjarak beberapa centi.. Anggi tersenyum saat melihat Evan menatap terpesona pada kedua kaki jenjangnya..
juga ke belahan celana dalamnya yang berada tepat di depan hidung.
Evan pasti dapat mengendus aroma memeknya sekarang.. dan dia pasti juga dapat melihat..
bagaimana memek Anggi sudah mulai basah.
Pikiran itu membuat Anggi jadi tambah bergairah dan membikin memeknya jadi lebih basah lagi.
“Tahan ya, sudah hampir selesai..” Anggi bisa melihat kalau Evan kini berdiri mematung..
dengan mata sepenuhnya terarah ke bagian bawah tubuhnya yang terbuka lebar.
Hanya dengan memajukan kepala.. Evan sudah dapat menyentuh celah memeknya secara langsung kalau dia mau.
Tapi ternyata Evan terus diam sampai Bohlam selesai diganti.
Sedikit mendesah kecewa, Anggi turun dari tangga dan mencoba untuk tersenyum.
Saatnya untuk menjalankan rencana berikutnya.
“Terimakasih ya..” Dia berkata sambil melingkarkan lengan ke sekeliling tubuh pemuda itu..
mesra Anggi merangkul Evan yang masih berdiam kaku.
“Iya, nggak masalah..” Evan merinding merasakan payudara Anggi yang menghimpit di lengannya.
Hmm.. Betapa benda itu terasa sangat lembut dan empuk sekali.
Merangkul lebih erat.. Anggi meraih ke bawah punggung Evan.. kemudian menarik pantat pemuda itu lebih erat.
Hingga tonjolan kontol Evan yang masih mengacung keras bisa ia rasakan terhimpit di antara paha atas.
“Egh..” Evan melenguh.. dan sebelum sempat memprotes, Anggi sudah mendaratkan ciuman ke bibirnya.
Awalnya hanya berupa sentuhan ringan.. namun begitu Anggi membuka mulutnya..
pagutan itu pun berubah menjadi lumatan panas yang penuh gairah.
Anggi menyodorkan lidahnya.. dan Evan menerimanya dengan senang hati.
Ini sudah lebih dari yang ia bayangkan, dan Evan menikmatinya.
Kalau memang Anggi yang mengajak kenapa dia harus menolak..?
"Vann..” Anggi mendesah merasakan desakan kontol Evan di depan perutnya.
Dia sangat tergoda untuk meraih benda itu dan mempermainkannya. Tapi semua ada waktunya.
“Iya, ada apa..?” Sahut Evan sambil membelai lembut pipi Anggi..
sementara mulut gadis itu terus ia ciumi bertubi-tubi.
“Nggak apa-apa, terusin saja.." Anggi merintih pelan dengan wajah berubah merah..
tanda kalau sudah mulai bernafsu. “Kamu juga boleh memegangi dadaku kalau kamu mau..”
Evan terkesiap.. tak tau harus berkata apa.
Namun tangannya tetap terjulur untuk meraih bulatan payudara Anggi dan perlahan mulai meremasnya lembut..
hingga wajah Anggi bersinar penuh kegembiraan.
“Jangan sungkan-sungkan, Van..” bisik Anggi dengan suara gemetar. “Belai semua tubuhku, sesukamu.”
"I-iya..” Dengan ganas Evan langsung mengacak-acak dada gadis itu.
Tangannya dimasukkan ke balik baju agar dapat memegangi payudara Anggi secara langsung.
"Susumu lembut, aku suka.." bisiknya agak terengah menahan bafsunya yang kian panas.
“Remas, Van. Pijit yang keras..!” Anggi menggelinjang geli dan matanya melirik celana pendek Evan sejenak.
Bisa ia lihat kalau kontol laki-laki itu sudah benar-benar keras sekarang.
Tercetak jelas di balik kain dengan posisi agak miring ke kiri.
Anggi menyentaknya dengan paha kanan.. agar benda itu dapat menampakkan diri sedikit demi sedikit.
“Isap putingnya, Van..!” Dia menggelinjang saat Evan memijit tonjolan buah dadanya kuat-kuat.
“Begini..?” Tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.. Evan lekas menyingkap baju tipis Anggi..
untuk mengekspos bulatan payudaranya yang mulus sempurna.
Ukurannya memang tidak begitu besar.. tapi terlihat sangat menarik sekali.
Terutama keduanya putingnya yang nampak lezat.. yang mencuat hampir satu centi.
Ke sanalah mulut Evan terarah dan tanpa basa-basi langsung mencucupnya satu per satu.
“Hsss.. iya! Terus, Van..!” Rintih Anggi saat Evan melahap rakus salah satu putingnya..
Penuh nikmat ia menyusui pemuda tinggi itu.
Putingnya terus digelitik, sementara bulatannya tetap aktif diremas-remas. Mendesah gembira..
Anggi membelai kepala Evan dengan satu tangan..
Sedangkan tangan yang lain ditempatkan di tonjolan celana pendeknya.
Selama Evan mengisap..
Anggi ikut bermain dengan mengusap-usap tonjolan keras di dalam celana pendek pemuda tampan itu.
“Kamu menyukai tubuhku, Van..?” Tanya Anggi saat kemaluannya kian terasa membanjir.
“Tentu saja. Tubuhmu indah..!"
Evan menyeringai.. mulutnya tetap berada di depan payudara Anggi yang kini sudah nampak memerah.
“Bagus mana dengan tubuh Tya..?” Anggi memberinya ciuman di dahi.
"Itu pertanyaan sulit..” Evan menjulurkan lidah untuk melahap satu puting.
Anggi menggelinjang geli dan kembali berbisik.. “Sudah, Van. Aah.. aku nggak tahan..”
Sambil tetap memegangi bongkahan Anggi yang membusung indah.. Evan balas berbisik..
“Aku juga dari kemarin ngaceng terus.. nggak tahan pengen dijepit sama memekmu ini..!”
Godanya dengan tangan beralih membelai selangkangan Anggi yang masih tertutup rapat.
Gadis itu tersenyum. “Duuuh.. gila..! Gede bener kontolmu, Van. Pantas aja Tya jadi suka.
Coba sini, aku mau lihat..“ Gemas dia menunduk lalu berjongkok..
kemudian membuka celana pendek Evan dengan memelorotkannya ke bawah pelan-pelan.
“Wow..! Benar-benar kontol yang bikin kangen..!”
Seru Anggi sambil mempermainkan batang kontol Evan yang meloncat keluar.
Dengan jari-jarinya yang lentik ia mengelus-elus batang panjang itu sambil tersenyum manis.
“Kamu juga buka donk.. aku pengen lihat kamu telanjang bulat..“ Evan menarik tangan Anggi..
dan kemudian melumat bibirnya sekali lagi. Mereka berdua kembali terlibat dalam ciuman rakus yang penuh gairah.
Sambil tangan Anggi mengocok-ngocok penis Evan, sementara Evan balas meremas-remas buah dadanya.
Sehabis saling melumat.. Anggi mendorong Evan mundur hingga jatuh terjengkang di tempat tidur.
“Ini kan yang kamu inginkan..?” Tanyanya sambil melucuti rok.. juga sekaligus celana dalamnya.
Hingga dalam waktu singkat tubuhnya sudah tidak tertutup apa-apa lagi.
“Indah kan tubuhku..?” Anggi bergerak memutar.. memamerkan tubuhnya yang polos sempurna pada Evan.
Wow.. pinggulnya sungguh besar dan montok, dambaan setiap lelaki.
Ke sanalah pandangan Evan terarah ketika Anggi memberinya senyuman nakal.
“Indah. Sangat indah..!” Desah Evan dengan mata tak berkedip.
“Lebih indah dari milik Tya..”
“Terimakasih, Van. Kamu boleh menikmatinya. Tubuhku milikmu seutuhnya..” Anggi berkata.
“Pasti. Tentu saja..” Evan menyahut tanpa berpikir.
“Berikan aku kepuasan birahi, kamu nggak boleh pergi sebelum memuaskanku..” Anggi berjalan mendekat.
“Kujamin kamu nggak akan kecewa..” Disambutnya uluran tangan Anggi yang mulai menindih tubuhnya.
“Buat aku merintih-rintih, bahkan sampai kelojotan kalau perlu..”
Anggi menempatkan salahsatu putingnya di mulut Evan dan membiarkan laki-laki itu kembali menyusu kepadanya.
Evan menjilat dengan lebih rakus dan kemudian membalik tubuhnya agar kini dia yang menindih.
Anggi disuruhnya agar berbaring pasrah di bawah.
Gadis itu kembali melenguh ketika dia mempermainkan kedua putingnya.
Gemas Evan memutar-mutar benda mungil itu di dalam mulut..
sambil tiada henti meremas-remas bongkahannya yang mulus sempurna..
hingga membuat Anggi semakin mendengus tak karuan.
Gadis itu memeluknya erat dan tangannya tak henti-henti meremas batang kontol Evan..
Meremasnya dengan sekuat tenaga. “Aauw! Nggi.. aah..! Pelan ngeremesnya. Bisa patah kontolku..!“
Sergah Evan menahan lumatan.
“Gemes aku sama kontolmu, Van.. gede banget..! Bikin aku nggak tahan..!”
“Pasti memek kamu dah gatel ya bayangin kontolku..?“ Ledek Evan.
“Enak saja..” Anggi tertawa manja saat Evan menggigiti puting susunya.
“Jujur saja deh..” desak Evan dengan mulut penuh.. terus dijilatnya puting mungil Anggi hingga jadi tambah memerah.
“Iya sih.. aku memang suka membayangkan kontolmu, terutama sejak ..”
“Sejak kapan..?” Kejar Evan.
“Ughhh.. sejak kamu ngentotin Widya di ruang tamu..” terang Anggi.
Evan terdiam sejenak. “Jangan bilang-bilang Tya, nanti dia marah.”
“Beres, asal kamu juga mau membagi kontolmu kepadaku..” sergah Anggi cepat.
“Kenapa sih kamu suka sama kontolku..?” Kembali Evan menciumi bongkahan payudara Anggi..
Sementara tangannya mengarah ke bawah untuk mulai meremas-remas bokong Anggi yang membulat indah.
“Besarnya itu lho.. ughh, bikin aku nggak tahan pengin cepet menikmatinya..!
Pas nyodok Widya kemarin kayaknya mantab banget gitu..” jelas Anggi sambil tersenyum.
“Memang mantab..” sahut Evan bangga. “Nah sekarang.. emut dulu kontolku, biar tambah mantab..“
“Oke.. sini! Aku juga sudah nggak tahan pengin menjilati dan mengulum kontolmu..“
Anggi bergegas bangkit menyusul Evan yang kini duduk di ranjang.
Setelah mengocok batang kontol Evan barang sejenak.. kepalanya kemudian mulai turun..
dan pelan mulai melahap benda panjang itu.
Dengan mulut terbuka lebar.. kepala Anggi pun bergerak maju mundur..
sambil lidahnya menjulur menjilati batang kontol Evan.
“Terus, Nggi.. Telan air maniku sekalian..” dengus Evan merasakan jilatan Anggi yang sedikit rakus.
Mulut gadis itu turun bahkan sampai ke buah pelirnya, kemudian naik lagi ke ujung dan mulai menjilat lagi.
Kulumannya makin terasa cepat ketika kontol Evan sudah berubah cukup basah..
Anggi nampak tak tahan untuk mempermainkan daging panjang yang ngaceng itu.
“Uuugh… enaak, Nggi..! Terus,,! Duh, kamu pinter banget mainin kontol..”
Puji Evan sambil mengelus-elus kepala gadis itu dan merapikan rambutnya yang panjang.
Anggi terus memasukkan penis Evan ke dalam mulutnya dan disedot dengan begitu gemas.
“Aduh, Nggi..! Kamu nakal.. aah..!!“ Evan melenguh merasakan isapannya.
“Kamu suka..?” Anggi memandangnya sebentar.. hanya memasukkan separoh batang Evan ke dalam mulutnya.
Namun lidahnya tetap bermain dengan membasahi ujung kontol Evan menggunakan ludahnya
“Enak sekali, Nggi..! Aaaaaah..“
Sambut Evan gemas, merasa senang sekaligus juga puas mendapatkan blowjob darinya.
Clopp..!! Anggi kembali memasukkan kontol Evan ke dalam mulutnya dan mengisapnya berulang-ulang..
sambil tangannya memegangi buah pelir Evan dengan lembut.
Hampir duapuluhkali batang itu keluar-masuk di dalam mulutnya.. dan Evan terlihat semakin tak tahan.
Sambil melenguh, Evan memegangi buah dada Anggi dan meremasnya kuat..
hingga membuat gadis itu sedikit menggeliat kesakitan.
Dengan satu tangan dia menahan Evan agar tidak meremas lebih keras..
Namun di satu sisi Anggi makin mempercepat isapannya hingga membikin Evan jadi menggelinjang tak karuan.
“Terus, Nggi..! Terus..!!“ Rintih Evan saat Anggi mengocok batangnya berulang-ulang di dalam mulut.
Cepat.. namun juga cukup kuat.
Dia menghentikan remasan dan ganti menyapu bagian dahi sampai bagian ubun-ubun gadis itu.
Ia ingin menonton Anggi ketika memuaskan batang penisnya.
“Kamu cantik, Nggi..” pujinya. “Habis ini aku pasti nggak tahan pengin selalu bercinta denganmu..”
Anggi menyambutnya dengan sebuah senyuman.
Bibirnya penuh oleh batang kontol Evan yang terus bergerak keluar masuk.
Berulang-ulang dia melakukan kuluman, hampir sepuluh kali batang Evan disedotnya dengan kuat.
“N-nggiii.. aaaaah..!!“ Evan mengerang sambil mengangkat kaki.
Anggi masih tetap lahap mempermainkan batang kontolnya.. lidahnya menyapu melingkar-lingkar..
sebelum kemudian turun sampai ke buah pelir.
Gemas Anggi bermain-main dengan telur Evan yang sebelah kiri, kemudian pindah ke sebelah kanan.
“Kontolmu enak, Van.. aku suka sekali sama kontolmu..! Hhmm… hhhs..“ Anggi mendesis.
“Terus, Nggi..! Bikin aku muncrat.. telan spermaku..!“ Balas Evan sambil mengerang keenakan.
“Iya, Van. Pasti kutelan air manimu… rasanya pasti gurih dan nikmat..”
Anggi mengedipkan mata sebelah kirinya.
“Kamu sungguh menggoda, Nggi..! Nggak rugi rasanya menggenjotkan kontolku ini ke memekmu nanti..“
Kata Evan gemas, yang disambut tawa oleh Anggi. “Tentu donk.. kamu harus bisa bikin aku puas..”
Kata Anggi sambil menjilat lagi lebih cepat. “Tapi tunggu ya.. aku puaskan kamu dulu..“
“Aauw, Nggi..! Kamu memang nakal.. aaah..” erang Evan tak karuan..
sambil punggungnya bersandar ke tembok belakang.
“Masih lama nggak keluarnya..?” Tanya Anggi.
“Terus..! Isap lebih cepat..!” Tukas Evan gemetaran menahan gejolak di dalam batang kontolnya.
“As you wish.. yang penting kamu merasa nikmat..” Setelah meludahi batang kontol Evan..
Anggi kembali menjulurkan lidahnya untuk sekali lagi menjilati benda panjang itu.
“Agh.. enak, Nggi..! Isapan kamu enak banget..!” Evan menyerah dengan kenakalan Anggi
Apalagi saat gadis itu mengisap semakin cepat di batang kontolnya..
sambil jari-jari lentiknya mengocok lembut dan meremas-remas biji pelirnya berulang-ulang.
Evan sampai terkejang-kejang dibuatnya. Dia kini sudah tidak duduk lagi..
tapi menyorongkan pinggulnya ke depan agar Anggi semakin bebas dalam melakukan blowjob.
Mereka sama-sama gatal, sama-sama haus akan belaian birahi.
Di saat Anggi terus mengisap kontolnya..
Evan dengan nakal mengulurkan tangan untuk meremas-remas pantat Anggi yang membulat indah.
“Haah.. iyah..! Remes gitu, Van.. enak..!“ Lenguh Anggi di tengah-tengah jilatannya.
Sudah hampir seperempat jam dia bermain dengan batang kontol Evan..
Dan nampaknya laki-laki itu juga mulai tak tahan.
“Aku mau muncrat, Nggi..! Aduh.. nggak tahan nih..” lenguh Evan dengan badan menegak.
“Keluarin aja, jangan ditahan..!” Anggi semakin cepat lagi dalam menjilat.. sesekali dia juga menyedot kuat-kuat
“Aduh, Nggi.. aduuh..! Hampir sampai.. ntar lagi.. aaah..!!“
Evan mengerang sambil tubuhnya menggelinjang tak karuan.
Di saat Anggi terus melakukan kuluman.. dia akhirnya ejakulasi dengan kenikmatan yang sungguh luar biasa.
Crott.. crett.. crett.. crett.. crett.. Spermanya muncrat ke mana-mana.. tapi semua ditadahi oleh Anggi.
Tubuh Evan masih menegang dan kemudian melengkung ke depan ketika spermanya terus mengalir.
Cairan itu tumpah ruah ke tenggorokan Anggi. “Van.. aaaah..!!“ Lenguh gadis itu.
Saking banyaknya air mani Evan.. bahkan beberapa sampai keluar dari bibirnya, menetes ke dagu dan buah dadanya.
Sisanya langsung ia telan tanpa ragu.. kemudian dengan gemas dia menjilati sisa-sisa sperma Evan..
Yang masih menempel di ujung kontol. Benda yang tadi kaku dan sangat panjang itu kini terasa sedikit agak melunak.
“Gurih, Van..! Makasih ya..” Anggi tersenyum nakal.
“Sama-sama, Nggi.. Jilatan kamu nikmat banget..!” Evan merangkul dan melumat mesra bibir gadis itu.
“Van, hhm… tunggu sebentar ya, aku mau ambil minuman dulu. Tenggorokan rasanya seret sehabis nelan air manimu..”
Anggi bergegas turun dari ranjang dan pergi ke luar kamar.
Evan yang masih lemas hanya bisa menyaksikan bongkahan pantat Anggi yang bergoyang indah..
ketika gadis itu menghilang di balik pintu. Pantat itu terlihat sangat berisi sekali.
Sebentar lagi tiba giliranku untuk mempermainkan pantat itu.
Juga lubang memek Anggi yang basah memerah.. tekadnya dalam hati.
Sementara menunggu.. Evan hanya berharap satu hal; mudah-mudahan Tya tidak segera kembali.
CONTIECROTT..!!
------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------