Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kopi

Bimabet
Om pai ...kopinye ganti sama gahwah plus kurma.. Pastti joss gandos'
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
udah setahun belum jg diupdate, udah gembok aja dah nih trit. keburu marlena langsing...
 
wkwkwk dopost... ampun
 
Terakhir diubah:
Bab 6


Malam ini aku, Alit, dan Ima sedang cangkrukan di warungnya Yu Jum. Bertiga, kami ngomongi, emmm... membicarakan masalah perkopian. Eh, penjualan kopi. Gak itu juga sih, banyak yang lain. Sekali-kali Yu Jum ikut nimbrung. Dasar emang penjual kopi ini. Benar-benar grapyak sama pelanggan. Sudah sintal, onderdilnya gede, cakep pula. Persis kayah Desy. Eh, tau kan Illiana Desy Prameswari yang di Disappear?

Gimana? Gak tau? Bohong!

Dah, Bayangin aja Desy tapi lebih manis dan bempernya lebih gede. Persis dah kayak gitu.

"Jadi, gimana perjalanan pencarian jodohmu?" tanya Alit.

"Entahlah Lit. Aku sendiri gak mikiri itu. Tugas dari Ima terlalu berat untuk diabaikan begitu saja," jawabku asal.

"Lho, kok aku? Kan kamu bisa nyambi To. Sambil kerja sambil cari jodoh," Ima membela diri.

"Iya nih anak. Susah diajak nyari jodoh," Alit menambahi.

"Oh iya Lit, katanya anak di Semolowaru ada yang cakep ya? Kira-kira cocok gak buat teman kita yang satu ini?" tanya Oma.

"Yang mana? Yang deketnya toko bunga itu ta?" Alit balik bertanya.

"iya Lit. Yang situ. Katanya anak sales yang lain sih ada yang cakep," kata Oma.

"Oalah yang itu tho. Cakep sih, tapi banyak saingannya. Lagian areke koyoke matre. Koyok Abege ngono. Mundur disik aku," aku menimpali.

"Ealah awakmu To. Kapan majune lek gak gelem saingan," ucap Alit.
(Ealah dirimu To. Kapan majunya kalau tidak mau bersaing)

"Iya mas, kapan punya pacar kalo gak mau berusaha," Yu Jum yang baru datang ikut menimpali.

"Ealah Yu, kan aku juga lagi berusaha. Gak mungkin langsung dapet gitu lah," ucapku membela diri.

"Gak dapat apa gak niat? Mau sama aku tah mas? biar jadi selingkuhanku gak papa kan?" ucap Yu Jum masih dalam posisinya berdiri.

"Nah tuh kamu ditawari tuh To. Masak mau nolak," kata Oma. Sedangkan si Alit tertawa lepas.

"Ee... Eh, gak wes Yu. Gak wani aku," ucapku tergagap. Hadeh, deg degan sumpah aku ditawari begitu.

"Beneran gak mau nih? Gini-gini onderdilnya masih sip nih," kata Yu Jum sambil mengerlikan mata.

"YA, BENTAR... Ya sudah dilanjut aja dulu ngobrolnya. Aku tak jalan dulu," Yu Jum kemudian berpamitan kepada kami.

"Hahaha rasakno koen To. Saking nemene awakmu nganti ditawani karo Yu Jum," ledek Alit sambil tertawa.
(Hahaha rasakan kamu To. Sebegitu parahnya dirimu sampai ditawari sama Yu Jum)

Oma pun ikut tertawa, hanya aku yang tersenyum kecut. Hadeeeh, kenapa sih topik begituan diterus-teruskan. Obrolan berikutnya pun meluas. Walau begitu ujung-ujungnya kembali lagi, itu lagi... itu lagi. Parahnya lagi, seiring tidak adanya pengunjung baru, Yu Jum ikutan gabung dan godain aku lagi. Hadeeeh....

Kami terus melanjutkan acara ngobrol hingga lewat tengah malam. Setelah pengunjung mulai sepi, dan Yu Jum mulai terlihat mengantuk. Setelah Ima membereskan piring-gelas kotor, serta membantu mencucinya, kami pun saling berpamitan. Lulajukan supra itemku menyusuri jalanan lengang kota Surabaya. Hmm udara dini hati memang top. Gak akan Surabaya bisa sesegar ini kalo gak jam segini. Tul gak? Tul gak? Tul!

Lagi enak-enaknya jalan, aku dikejutkan dengan dua ekor kucing yang bergelut...

Bergulat...

Berkelahi...

Cakar-cakaran...

Apapun lah namanya. Kalo orang sini bilangnya kucing kera.

Lanjut ya... Dua ekor kucing yang sedang begituan...

"Begituan gimana?"

"Ya itu tadi"

"Itu yang mana?"

"Yang cakar-cakaran itu"

"Oooo kirain lagi ohok-ohok."

"Dasar omes lu."

...cakar-cakaran, dah puas lu? Gak peduli apapun di sekitarnya, tiba-tiba nyelonong ke jalan, dan masuk ke lajurku, emm lajur motorku maksudnya. Melihat kondisi tidak lazim ini, otomatis aku menarik tuas rem depan dan menginjak rem belakang bersamaan, diikuti oleh decitan roda sepeda plus jalan oleng khas orang panik.

CIIIIIIT.....

BRUGH.....

"MEOOONG!!!!"

Aku tertawa ketika akhirnya mereka lari terbirit-birit setelah tubuh mereka tertendang full step kiriku. Seolah mereka sadar kalo telah meninggalkan arena pertarungan yang seharusnya. Dan lucunya lagi, mereka kini gak lagi bertengkar. Parah bukan?

"Ah, biasa saja."

"Itu lucu parah gan."

"Biasa."

"Parah!"

"Parahan kamu. Gitu aja marah. Wuakakakakak."

"Dasar penulis gebleg."

Baiklah, mari kita tinggalkan kucing tadi yang mungkin sekarang sudah bermesraan dengan penulis geblegnya. Kita lanjutkan lagi jalan-jalannya. Berhubung besok libur, maka aku gak peduli ini jam berapa. Mo semalaman gak tidur juga gak papa. Toh besok bisa kubayar dengan tidur seharian. Kali ini kulajukan motorku ke arah depan. Udah gak usah tanya depannya arah mana. Pokoknya depan dah, gak usah protes. Gak guna.

Hingga menjelang perempatan aku melihat sepasang abege sedang bermesraan agak jauh di semak-semak. Aku gak ngerti kenapa mereka nekat duduk di semak. Apa mereka gak takut tiba-tiba tikus nongol dari sela-sela tempat duduk mereka atau gimana. Ah sudahlah nikmati aja dulu pemandangan ini. Tampak sang pria menyeruput bibir wanita. Tangannya bergerilya di dada kekasihnya. Meremas nafsu, kalo emang itu nafsu. Paling tidak tangannya agresif gitu. Si perempuan pun tidak mau kalah. Tangannya menjelajah selangkangan si cowok entah ngapain di dalam sono. Hadeeh, dasar abege. Mbok ya maen di tempat yang lebih ketutup napa. Cari hotel kek, ke kamar kos kek, ato paling tidak ke kamar kosku lah, daripada di pinggir jalan begitu. Kasihan semut-semut yang merayap di bawah rumput yang mereka duduki. Pasti mereka ikutan coli lihat adegan panas ini.

Ah sudah lah. Itu urusan mereka. Lampu traffic light, halah mbulet ae. Ehem.. Lampu lalu lintas sudah menyala hijau. Tandanya aku harus jalan lagi. Oke kuturuti. Aku melaju lagi, melintasi jalanan sepi. Lebar, sepi, dan kecepatan pengendaranya cukup tinggi. Kecuali aku tentunya. Kunikmati setiap meter perjalananku dengan pemandangan yang silih berganti, toko tutup, penjual kopi dan orang cangkruknya, taman-taman, pohon, aspal, dan semua yang kulewati tampak datang dan pergi begitu saja. Silih berganti. Bagaikan mozaik kehidupan, semua pergi tanpa bisa terulang kembali. Cieeeee....

Hingga pada suatu saat, kulihat sosok wanita dikejar-kejar oleh cowok, kerempeng. Pemandangan yang mirip pernah kulihat beberapa tahun lalu, saat satpol pp merazia becong di jalan irian barat. Hadeeh, kok jadi mikir ke sana ya. Oke lah, itung-itung. Ceweknya gak usah dihitung. Cowoknya satu, kerempeng. Kelihatannya kalo mukul gak bakal sakit deh, kecuali kena ituku. Tapi peluangnya kecil. Hmm, yang ini perlu ditolong nih. Kali aja aku dapet bonusnya. Kan lumayan. Siapa tahu mbaknya cakep, semlohai, terus bisa diajak ohok-ohok. Wuiiihhhh.... Otakku langsung membayangkan yang iya-iya.

Kuhentikan supraku beberapa meter di depan mbak yang dikejar. Aku turun dari motor, dan menghentikan sang pria... Emmm... Cowok.

"Hei kisanak. Stop! Hentikan pengejaranmu atau aku yang akan menghentikanmu!"

Dia pun berhenti, dengan nafas ngos-ngosan menatapku tajam. Sementara sang cewek berlundung di balik supra item.

"Apa maumu? Aku gak ada urusan denganmu. Biarkan aku mengejarnya."

"Dia perempuan. Harus kulindungi. Kamu tidak berhak untuk menyakitinya. Kalau kau langgar, jadi urusanku."

"Persetan dengan bualanmu sodara. Minggir kau. Aku mau dia!"

Cowok itu kembali berlari mengejar cewek. Tetapi aku lebih sigap menghalanginya. Akibatnya dia tidak dapat mendekati si cewek.

Sesaat kemudian, yang sudah kuduga terjadi juga. Si cowok memukulku.

"Minggir kau cuk!"

BUGH...

Aku yang terkena pukulan hanya nyengir. Bodi besarku sanggup meredakan keras pukulannya. Kutangkap lengannya, kulempar dia ke selokan seperti seorang kuli melempar karung beras di gudang dolog.

JBYURR...

Laki-laki, eh cowok itu pun masuk ke selokan. Aku yakin seluruh tubuhnya kini penuh dengan lumpur selokan. Muka dan hatinya juga bau seperti bau selokan. Hahaha aku dilawan.

Eh iya, si cewek kelupaan. Dia masih jongkok ketakutan di balik supraku. Perlahan mulai berdiri, sambil memandangku ketakutan.

"Gak usah takut mbak, kamu aman sekarang."

Dia diam saja. Kupandangi wajahnya. Kulitnya putih bersih, wajahnya ayu, agak keras. Rambutnya hitam panjang, tergerai lurus hingga ke bahu. Dadanya lumayan montok. Hmmm.... Menggiurkan. Kakinyaa jenjang, dengan paha yang mulus. Benar-benar perempuan ideal. Cakep. Dari rating satu sampai sepuluh, kuberi nilai sebelas deh buat mbaknya.

Dan selanjutnya kubonceng dia naik motor keliling kota. Tangannya melingkar erat di pinggangku. Kurasakan punggungku dilubangi oleh ujung bh nya. Ooohhh rasanya, whuenak tenan. Dadanya yang membusung telah menempel di punggungku. Kunikmati perjalanan ini hingga beberapa ratus meter kemudian.

Aku, kami berhenti di sebuah rombong penjual akua dan makanan ringan. Kuberikan dia minum. Dia tampak tidak ketakutan lagi.

"Sudah baikan mbak?"

Dia tersenyum malu-malu.

Kulihat lagi wajah ayunya. Turun ke dadanya yang montok. Agak aneh, dada segede itu kok atasnya kempes? Ah mungkin sudah mlorot kali. Bisa aja kan cewek sering mangkal tiap malem dadanya disedoti sampai melorot.

"Mbak namanya siapa?"

Dia hanya menundukkan kepala.

"Mbak kenapa?"

Dia hanya terdiam.

"Ya sudah, aku diem deh, mendengarkan mbaknya ngomong kalo sudah siap."

Lama kemudian, terdengar suara lirih. Setengah perempuan tapi kok ngebass.

"Namaku Dorrys. Aslinya Tono. Aku biasa mangkal di situ. Itu tadi masku, mergoki aku sedang mangkal. Makanya aku lari. Beruntung aku ketemu masnya. Selamet deh. Tapi nanti juga aku takut pulang. Pasti di rumah dihajar habis-habisan sama emak. Trus aku harus gimana nih. Aku takuuut. Aku ke rumahmu aja boleh ya mas."

Aku terkejut mendengar penuturannya. Cakep sih, sexy. Dadanya gede, tapi palsu. Kulihat lagi lehernya, Astagfirullah, ada jakunnya! Jantungku berdetak kencang. Paru-paruku terasa sesak. Kepalaku langsung pening. Rasanya seperti dihantam palu besar. Badanku lemas. Kakiku gemetar. Celaka ini. Celakaaaa!!!!!

Kata-kata selanjutnya tidak lagi kuhiraukan. Aku segera menuju ke penjual minuman membayar dan menstater motorku, dan pergi secepat mungkin dari tempat itu. Entah apa yang dilakukan bencong sinting itu. Aku tak peduli lagi. Tangannya sempat meraih bagian motorku. Tapi segera kutepis. Akhirnya aku pun berhasil kabur. Takut aku.... Sumpah. Taakuut akuu... Hanciiik salah opo aku iki... Ya Allah, tobat aku...
 
Pertamax.

Siapa ya yang tadi minta apdet? :ngupil:
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd