Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI Kyai Walang Sungsang

Status
Please reply by conversation.
Kiai Walang Sungsang

Part 63 : Dukuh Glagah


Rangga pun kembali ke Astrit dan segera mencium bibir Astrit dengan ganas dan Astrit merespon ciuman Rangga dengan senang hati

Kedua tubuh telanjang mereka bergulang guling kadang Rangga di atas kadang pula Astrit di atas tapi kini dalam kedudukan menyamping kaki bagian atas Astrit di buka dan penis Rangga segera masuk kedalam vagina Atrit yang terbuka di tekannya pantat Astrit lebih kedalam sehingga ke dua tubuh menyatu Rangga bisa merasakan buah dada kenyal Astrit di dalam dadanya sedang Astrit juga bisa merasakan bulu bulu halus di dada Rangga menggesek di buah dadanya terutama diputting Astrit yang merasa kegelian kedua perut juga menyatu dan tanggan Rangga yang ada di bawah mereguh tubuh Astrit supaya lebih menekan ke tubuhnya dan tangan yang di atas menekan pantat Asrtit dan merabai buah pantat Astrit yang sangat terasa hangat di tangan Rangga dan bibir mereka menyatu dalam ciuman yang sangat panjang dan sebentar lepas untuk mengambil udatra dan meyatu kembali tubuh Rangga lurus sedang kaki Astrit yang atas menumpang pada kaki Rangga yang kiri dan sodokam piggul Rangga membuat penis Rangga melesat masuk ke lubang senggama Astrit “AAhhhhh” triak Astrit menggema dan aksi Rangga ngak berhenti sampai disitu pinggul langsung bergoyang dengan kecepatan sedang tapi juga menguras tenaga kedua tubuh mereka sudah bermandikan keringat tapi Rangga tetap bertahan pada posisi ini lima belas menit waktu yang cukup lama dalan suatu persetubuhan membuat Astrit merasakan orgasme akan datang

“Massss aakkuuu maauuu piiiiipiiiissss” kata Astrit

Rangga mendorong tubuh Astrit terlentang dan mengatur posisi dan langsung menggerakkan pinggulnya dalam kecepatan penuh

“Ahhhh mmaaaassss” kata Astrit disertai kejang kejang di selutun tubuhnya

“Masssss jjugaaaa diikkkk” kata Rangga sambil menekan penisnya lebih dalam lagi masuk kedalan vagina Astrit akhirnya mereka tumbang berdua dan tampa melepas penis Rangga pun begelir kesamping kembali dan masih mememeluk Astrit yang mulai terpejam tidur kelelahan rangga pun sempat melihat jam dinding d kamar Andini sudah menunjukkan jam 1 malam berarti sudah dua jam Rangga berada di kamar Andini dan menarik selimut tebal untuk mereka bertiga Rangga miring kearah Andin dan memberikan pelukan dan tertidur pulas setelah memberikan ciuman ke kening masing msing istrinya

=====

pov: Arum

Hari minggu pagi Arum terbangun jam 4.30 untuk melakukan sholat subuh dan berganti baju daster lengan pendek panjang di bawah lutut langsung menuju dapur melihat mbak Tini istri mas Parjo sedang berkutat di dapur dan menyapanya

“Assalamualaikum mbak Tini” kata Arum

“Ehhh den Arum kok udah bangun”kata mbak Tini

“Biasa lah mbak aku selalu bangun jam segini dan sholat subuh juga sih” jawab Arum, lanjutnya “Mau bikin apa sih mbak”

“Ini den mau binin nasi goreng aja biar gampang” jawab mbak Tini

“Sini tak bantuin”kata Arum

“Ngak usah den ayu duduk aja didepan TV sebentar lagi tak buatin minum”kata mbak Tini

“Ya udah kalau ngak mau di bantuin, aku buat minum sendiri aja ada coklat susu mbak” kata Arum

“Ada tu den di sebelah kiri, kopi juga ada susu segar juga di alam kulkas” kata mbak Tini

Arum pum melangkah ke tempat yang di tunjukin mbak Tini mengambil gelas mengisi dengan colkat dan menuangkan susu dari dalam kulkas dan memberi satu sendoh teh kemudian menuangkan air panas dari juspenser setengahnya dan mengudaknya dan membawanya di ruang keluarga setelah meletakkan susu coklt buatanya kembali lagi

“Mbak mau tanya mana tempat sapu aku mau nyapu aja kalau begitu” kata Arum

“Itu mbak di pojok almari besar” kata Mbak Tini

Dan Arum mengambil sapu dan mulai menyapu rumah dari dalam kamarnya, kemudian kamar mas Rangga ternyata tidak ada di kamar, kamar mbak Astrit ternyata juga ngak ada dan terakhir kamar mbak Andini tenyata mereka pada kumpul disini sambil tersenyum menguak selimut tebal yang menutupi tubuh mereka bertiga ternyata mereka tidut tampa busana alias telanjang

Dengan pelan pelan Arum naik ke tempat tidur dan mencium laki laki yang baru tidur di tengah ke dua bidadarinya dan segera menyatukan bibirnya sehingga membuat Rangga terkejut dan terbangun

“Sudah bangum mas subuh hampir habis” kata Arum sambil memberi ciuman di bibir Rangga yang tanpak gelagapan mendapat ciuman dari Arum gadis imut ini

“Ehh dik Arum udah bangun” kata Rangga sekenanya

Arum tanpa merespon Rangga langsung mencium tetek Astrit yang berada di sebelah kiri Rangga dan memainkan putting Astit hingga Astrit terbangun dengan terkejut

“Ehh dik Arum mbak kira mas Rangga” kata Astrit

“Itu mas Rangganya baru menbangunkan mbak Dini” kata Arum dan melihat Rangga juga baru mencium buah dada Andini sampai di kenyot kenyot putting nya

“Eehhh mas Rangga bikin kagat aja” kata Andini

“Nih gegara adik imut kita yang membangunkan aku juga dengan ciuman di bibir aku dan membangunkan dik Astrit dengan menciumi teteknya aku pun ngak mau kalah aku nenyot kenyot tetek diajeng” kata Rangga

“Dasar dik Arum” kata Andini mau menagkap Arum tapi Arum sudah lebih dulu berlari keluar dari dalam kamar Andini lalu melanjutkan nyapu lantai yang belum selesai

“Ih awass yyaaaa” teriak Andini sampai Rangga dan Astrit tersenyum melihat tingkah Andini dan Arum

Lalu Andini Rangga dan Astrit mandi bersama di kamar Andini saling menyabuni saling raba dan saling cium setelahnya mereka sholat subuh bersama

Setiap hari minggu kalau pas dirumah Rangga dan Bags selalu menyempatkan diri latihan bela diri dan Rangga merasa puas melihat perkembangan Bagas dalam melatih pencak silat sekar kedaton tinggal pamantapan jurus jurusnya sehingga nantinya akan menjadi pendekar pilih tanding dan ketika Bagas melihat Rangga mengalahkan gank montor yang membuat motivasi yang bisa membuat Bagas lebih tekun berlatih

Rangga dan Bagas berlatih sampai jam 9 ketika panas matahari sudah mulai menyengat kulit mereka menyudai latihan mereka sedang ke tiga bidadari Rangga juga berlatih untuk memperhalus perasaan dan melancarkan jalan darah dengan latihan pernafasan kalau pada suatu saat mereka harus berhadapan dengan situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan bisa membela diri dengan bimbingan dari para emban Andini mendapat bimbingan dari jangger bang yang selalu mendampingi kemana mereka pergi juga merupakan penesehat sepiritual dalam mengambil keputusan demikian juga Astrit mendapat bimbingan dari Jangger ning yang selalu mendampingi nya dan selelu setia demikinan juga dengan Arum selalu di damping oleh Jangger bi dan ketiganya sudah tidak janggung lagi dalam memanggil penasehatnya walau hanya dalam hati

Setelah Rangga dan Bagas selesai latihan kanuragan di halaman belakang rumah mereka dan mereka bersih sersih demikinan juga dengan Andini, Astrit dan Arum juga sudah selesai berlatih dan mereka saling menyiapkan diri di kamar masing masing Rangga memakai kaus putih berlengan dengan celana selutut berwarna gelap sedang Andini memakai pakaian terusan warna merah muda cantik demikian juga dengan Astrit memakai gamis lengan panjang dengan jilbab senada dengan warna kesukaannya kuning gading juga cantik demikian juga si centil memakai pakaian sportif kaus berlengan dengan cenana ketat selutut dengan warna buru muda dan rambut terurai panjang sebahu dengan di beri bando dengan senada tambah lincah dan berkesan manja bukan hanya Arum yang berkesan manja juga Andini dan Astrit pun sangat manja dengan Rangga

Jam 10.30 mobil Rangga meninggalkan rumah ki Sudibyo menuju rumah eyang Sosra Kartono untuk sedera berangkat ke desa Glagah kurang lebih 10 km dari pusat kota kabupaten walau masih termasuk wilayah kabupaten ini

Sesampainya di rumah eyang Sosro kami berempat segera turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah

“Assalamualaikum eyang” kata Arum mendahului yang lain segera masuk ke dalam rumah

“Walaikumsalam” wajab eyang kakung dan eyang putri sekalian

Segera Arum meraih tangan eyang kakaug dan eyang putrinya sambil mencium biku biku tangannya kemudian di susul dengan Andini , Astrit dan terakhir Rangga dan mereka duduk di ruang keluarga sambil menanti persiapan eyang kakang untuk mengatar kami ke desa Glagah

“Eyang putri ngak ikut” kata Rangga

“Ngak lah biar eyang kakung saja yang ikut aku menyiapkan tempat untuk Narti dan anaknya Dari” jawan eyang putri

“Nanti biar bulik Narti dan dik Dari tidur di kamar tamu dulu yang” kata Arum

“Oh ia kalau boleh biar bulik Narti dan dik Dari di buatkan kamar sendiri di belakang kan masih ada pekarangan kosong nanti biar aku yang membangunkan kamar untuk mereka” kata Rangga

“Nanti lah di pikirkan lagi untuk kamar Narti dan Dari biar sementara di kamar tamu dulu” kata eyang Putri, lanjutnya “Kalau keinginan aku sih Narti dan Dari tinggal satu atap dengan aku dan eyang kakung kalau di buatkan kamat di luar kesanya keluarga sendiri biar bisa memantau kami setiap saat kalau di luar di bikini ruang sendiri kalau kayaknya keluarga sendiri”

“Ya udah kalau itu keinginan eyang putri biar di kamar tamu untuk mereka berdua sedang kamar aku tetap di kosongkan ya eyang sebab setelah pulang dari Jakarta aku masih tinggal di sini menunggu halal dulu sama mas Rangga” kata Arum

“Ya pasti lah kamar kamu selalu kosong itu kan dulu juga kamar swargi ibu mu to nduk” kata eyang putri

Sejurus kemudian eyang kakung sudah siap dan mereka segera pergi ke desa Glagah Rangga sebagai pengemudi eyang kakung duduk si samping Rangga sebagai penunjuk jalan sedang Andini, Astrit dan Arum duduk di bangku tengah

Setenngah jam kemudian mobil yang di kemudikan oleh Rangga meninggalkan jalan beraspal dan masuk jalan pengerasan kira kira panjang sampai 2 km baru sampai di desa Glagah tempat tinggal bik Narti dan Dari

Kedatangan mereka di sambut dengan suka cita hampir 50% penduduk di sini merupakan keluarga eyang Sosra putri yang berasal dari desa ini dan mereka berkenalan dengan eudara saudara dari Arum sedang Arum sendiri juga baru tau kalau hampir sebagian besar didesa itu adalah keluargaya

Setelah mereka duduk di rumah bik Narti yang lumayan besar yang terbuat dari setengah bata atrinya rumah ini tediri rumah bata tapi hanya setengahnya saja ke atasnya terbuat dari papan kayu yang di ambil dari kebun mereka sendiri dan modelnya seperti rumah pedesaan pada umum nya sedang lantainya masih plesteran sebagian bagian belakang masih tanah

Mereka duduk di ruang tamu yang masih lesehan tidak ada perabot apapun hanya digelari kelasa untuk duduk secara lesehan

“Maaf De (panggilan untuk pak de bapak gede kakak dari ibu atau bapak) tempat kayak begini hanya duduk di lantai” kata bik Narti kepada ey ang Sosro

“Ngak papa biasa sajalah” kata eyang kakunng setelah mereka semua duduk di dalam rumah, lanjutnya “Begini Narti aku dan bu de mu ingin kamu menemani aku dan bu de mu sebab sebentar lagi Arum keponakanmu juga akan pergi untuk berumah tangga membina keluarga sendiri dengan nak Rangga bergabung dengan ke dua istri nak Rangga dan kemungkinan besar akan tinggal di sana sedang yang dirumah aku dengan bu de mu sendiri ngak ada yang jaga juga kalau kamu mau tinggal bersama kami anakmu Dari juga bisa sekolah lagi di tempat nak Andini dia kepala sekolah dimana Arum sekolah saat ini”

“Terus rumah peninggalan suami ku ginana pak de” kata Narti

“Ya di kunci saja atau di pasrahkan ke ke adikmu Narto dulu biar di rawat dan juga bisa ngurusi kebun dan sawahmu juga” kata eyang Sosro

“Kapan pak de aku harus ke sana” kata Narti

“Ya kalau bisa ya sekalian mumpung nak Rangga bisa njemput kamu dan anakmu gimana” kata eyang Sasro

“Oh begitu ya kok mendadak banget si” kata Narti

“Ia bik rencana juga mendadak baru kemarin sore eyang cerita karena aku hari ini akan tinggal sementara di rumah mbak Andini sebelum keberangkatanku ke Jakarta sebagai petugas Paskibraka” kata Arum

“Sebentar ya Arum bu lik mau menghubungi pak lik Narto dulu mudah mudahan tidak keberatan untuk menunggi rumah ini” kata Narti, lanjutnya Narti memangil anaknya Sundari untuk ke tempatnya pak lik Narto d tunggu oleh pak de Sosro

“Ayok mbak ikut ke tempatnya pak de Narto” ajak Dari ke Arum

“Sebentar ya mas Rangga, mbak Dini dan mbak Astrit Arum ke tempatnya pak lek Narto dulu” kata Arum pamitan pada Rangga, Andini dan Astrit sambil berdiri mengandeng tangan Dari pergi ke tempatnya pak lek Narto adik dari bu lik Narti yang rumahnya tidak begitu jauh hanya 5 atau 6 rumah jaraknya

Sepeninggalan Arum dan Dari

“Itulah Narti Arum itu sudah punya calon ini calon nya nak Rangga sedang nak Rangga sendiri sudah punya istri 2 orang nak Andini dan nak Atrit

“Kok bisa pak de” kata Narti

“Ya siapa tau jodoh kita hanya semesta yang mengaturnya dan Arum sendiri yang meminta untuk merestui hubungannya dengan nak Rangga dan kedua istrinya bukan paksaan tapi keinginan yang tulus dari Arum sendiri dan aku sebagai orang tua hanya bisa tut wuri handayani nduk” kata eyang Sosro

“Oh begitu” komentar Narti

Sebentar kemudian Arum, Dari dan Narto sudah kembali

“Assalamualikum” kata Narto

“Waalaikumsalam” jawan mereka serempak

“Bagaimana kabarnya pakde” kata Narto sambil menyalimi eyang Sosro

“Baik le, piye kabarmu” tanya eyang Sosro

“Baik pak de” jawab Narto lanjutnya “Ada apa pak de memangil aku”

“Gini Narto, aku kesini bersama dengan nak Rangga, nak Andini dan nak Astrit” kata eyang Sosro sambil mengenalkan Rangga, Andini dan Astrit

“Salam kenal pak lik” jawab Rangga, Andini dan Astrit sambil mengatupkan ke dua tangan ke dada

“Ya kenalkan aku Narto kemenakan dari pak de Sosro putri” jawan pak lik Narto

“Seperti kamu ketahui aku hanya hidup bertiga aku, bu de mu dan Arum, sebentar lagi Arum akan ke Jakarta dan sebelumnya mau ke Bali juga dan aku hany berdua dengan bu de mu dan sudah tua tua juga takut kalau ada apa apa sehingga aku minta Narti untuk menemani aku dan bu de mu dan juga nak Andini juga sudah menjanjikan untuk Dari sekolah di sekolahan Arum bersama Arum tentunya” kata eyang Sosro

“Lha monggo pak de kalau mbak Narti ngak keberatan juga ngak papa” jawab Narto

“Mbak mu Narti masih kebingungan siapa yang menunggu rumah ini dan sawahnya di sini” kata eyang Sosro

“Iya dik kalau aku ikut ke kota otomatis rumah kosong dan yang menjaga sawah walau hanya 2 petak kan eman kalau di angurin dan kalau jadi mungkin dalam waktu yang lama karena Dari juga mau sekolah di sana ngak mungkin lah aku ninggalin Dari sendiri dikota bersama pak de bu de saja” kata Narti

“Kan disini ada aku juga mbak tentang rumah aku masih bisa ngawasi dan tentang ladang dan sawah mbak selama ini di kerjakam oleh mas Karto juga kan hanya bagi hasil juga” kata Narto

“Bukan begitu juga dik, kamu saudara dan adik aku yang paling dekat aku harus minta ijin padamu sebagai wali ayah suargi ia kan” kata Narti

“Ia mbak aku ngerti kok tapi semua itu kembali kepada mbak Narti juga sih aku sebagai adik hanya bisa mamberikan dukungan terutama untuk Dari mbak aku juga kasihan dari lulus SMP juga sudah nganggur setahun ngak bisa melanjutkan sekolahnya semanjak mas Kardi suami mbak Narti meninggal dunia” kata Narto

“Jadi kamu setuju dik” kata Narti

“Ya mengapa ngak kan untuk masa depan keponakan yang centil ini” kata Narto sambil mencolek pipi Dari

“Terima kasih ya dik katas dukunganya” kata Narti

“Mah mau ngapain” tanya Dari pada mamanya Narti

“Kita mau pindah ke kota Kabupaten sama kamu mau melanjutkan sekolah SMA di sana mau ngak” kata Narti

“Mau dong kalau sekolah sih nomer satu he he he” kata Dari lanjutnya “Sama sama dengan mbak Arum ya mah”

“Ya sama sama aku nanti jadi satu sekolahan, ini ibu kepala Sekolah aku bu Andini sedang ini guru Fisika aku bu Astrit dan ini guru ku juga pak Rangga guru Matematika ku juga tapi sekarang sudah menjadi calon suami aku” kata Arum dengan gaya centilnya

Dari, Narto dan Narti semua pada bengong setelah mengetahui siapa siapa tamu mereka

“Wah maaf pak dan ibu guru saya ngak tau” kata Narti dan Narto hampir bersamaan

“Ngak papa pak lik dan bu lik” jawan Rangga dengan senyum

“Wah ternyata ini semua guru guru mbak Arum ya dan ini juga calon nya mbak Arum kok bisa ya, hx hix hix ganteng sih” kata Dari dengan centilnya sama sepeti Arum

“Ternyan dik Dari itu sama dik Arum ya sama sama centilnya” kata Astrit

“Iya mbak kalau ngak ada Dari rumah jadi sepi je” kata Narti

“Ah mamah buka rahasia juga Dari kan jadi malu” kata Dari sambil tersenyum malu malu

“Ngapain malu coba” kata Narti

“Maaahhhh” teriak Dari sambil lari masuk kedalam rumah dan semua yang ada di situ tetawa lihat polah tingkah Dari yang lucu

“Wah nanti di rumah akan semkin seru nih” kata eyang Sosro

“Ia de kalau ngak ada Dari ngak ramai de” kata Narti, lanjutnya “Maaf lupa belum bikin minum, sebentar ya” lalu Narti meninggalkan mereka untuk bikin minuman di susul dengan Arum juga mengikuti Narti masuk ke dalam rumah untuk membantu Narti membuat minuman

Jam 15 mereka baru balik dari rumag Narti sekarang Narti dan Dari ikut mobil Rangga dalam mobil pengemudi Rangga di samping eyang Sosro sedang di bangku tengah Andini, Astrit dan Narti sedang Arum dan Dari di bangku belakang

Perjalanan terasa cepat sampai tanpa banyak cerita Arum yang di bangku belakan malah tertidur pulas hampir semua tertidur hanya rangga yang masih konsentrasi melihat jalan langsung menuju ke rumah eyang Sosro Kartono

Sesampainya di rumah eyang Sosro Kartono di sambit dengan eyang putri Sosro dengan senang hati soalnya kemenakannya sudah mau menemaninya dan cucu kemenakannya juga datang dengan wajah ceria sebeb tahun depan akan melanjutkan sekolahnya di SMA bersama dengan kakaknya Arum

“Dik tolong baju baju mas yan masih di kamar depan di pindahkan ke kamarmu saja” kata Rangga kepada Arum

“Siap mas ku” kata Arum sambil mengantar bik Narti dan Dari menuju kamar yang sering dipakai Rangga dengan sekarang untuk kamar bik Narti dengan Dari kamar ini juga sudah di renovasi tambah besar dan ada kamar mandi di dalam juga seperti kamar Arum dan kamar eyang Sosro juga sudah beAC dan kamar mandi di dalam kamar juga walau hanya untuk mandi saja kalau ke belakang harus ke kamar mandi keluarga yang letaknya ada di sebelah dapur

“Wah kamarnya sudah bagus mbak ada AC nya segala” kata Dari ke Arum

“Ya ini kamar mas Rangga kalau sewaktu waktu dia tidur disini, tapi aku kam mau pindah ke rumah nya mba Andini dan aku juga punya kamar sendiri di sana, kapan kapam aku ajak kamu ke sana ya” kata Arum

“Lha mbak Arum mau kemana” kata Dari

“Aku sekarang mau tidur di rumah mbak Andini dan besok kamis juga aku ke Bali tiga hari dan langsung berangkat ke Jakarta sebagai Paskibraka” kata Arum

“Wah mbak Arum jadi pasukan pengibar pusaka di istana Negara tanggal 17 Agustus mendatang to wah hebat mbak ku ini selamat ya” kata Dari sambil menjabat tangan Arum

“Kamu harus bisa kaya aku Ri makanya sekoah yang pandai biar jadi juara kelas dan ikut ekstra paski” kata Arum memberi motivasi

“Akan aku coba mbak” kata Dari

Kemudian Arum keluar mambawa beberapa pakaian Rangga yang masih tertinggal di kamar ini dan memasukan kekamarnya sendiri dan tak lama kemudian Rangga, Andini, Astrit dan Arum pamit untuk pulang dan eyang Sosro mengijinkan nya

Bersambung
Part 64
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd